Anda di halaman 1dari 11

FASE DALAM PROSES PENGAUDITAN

Jan 3
Posted by hpweblog
Fase I : Merencanakan dan Merancang Sebuah Pendekatan Audit
Auditor menggunakan informasi yang didapatkan dari prosedur penilaian risiko terkait
dengan penerimaan klien dan perencanaan awal, memahami bisnis dan industry klien,
menilai risiko bisnis klien, dan melakukan prosedur analitis pendahuluan. Auditor
menggunakan penilaian materialitas, risiko audit yang dapat diterima, risiko bawaan, risiko
pengendalian, dan setiap risiko kecurangan yang teridentifikasi untuk mengembangkan
keseluruhan perencanaan audit. Diakhir fase I, auditor harus memiliki suatu rencana audit
dan program audit spesifik yang sangat jelas untuk audit secara keseluruhan.
Fase II : Melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi
Tujuan dari fase ini adalah untuk:
Mendapatkan bukti yang mendukung pengendalian tertentu yang berkontribusi
terhadap penilaian risiko pengendalian yang dilakukan oleh auditor untuk audit atas
laporan keuangan dan untuk audit pengendalian internal atas laporan keuangan
dalam suatu perusahaan publik.
Mendapatkan bukti yang mendukung ketepatan moneter dalam transaksi-transaksi.
Setelah melakukan pengujian pengendalian maka selanjutnya melakukan pengujian
terperinci transaksi. Seringkali kedua jenis pengujian ini dilakukan secara simultan untuk
satu transaksi yang sama. Hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi
merupakan penentu utama dari keluasan pengujian terperinci saldo.
Fase III : Melakukan prosedur analitis dan pengujian terperinci saldo
Tujuan dari fase ini adalah untuk mendapatkan bukti tambahan yang memadai untuk
menentukan apakah saldo akhir dan catatan-catatan kaki dalam laporan keuangan telah
disajikan secara wajar. Dua kategori umum dalam prosedur di fase III adalah:
Prosedur analitis substantif yang menilai keseluruhan kewajaran transaksi-transaksi
dan saldo-saldo akun.
Pengujian terperinci saldo, yang mana prosedur audit digunakan untuk menguji salah
saji moneter dalam saldo-saldo akun laporan keuangan.
Fase IV : Menyelesaikan audit dan menerbitkan suatu laporan audit
Selama fase ini seorang auditor melakukan:
Pengujian tambahan untuk tujuan penyajian dan pengungkapan
Selama fase terakhir ini auditor melakukan prosedur audit terkait dengan liabilitas
kontejensi dan kejadian-kejadian setelah tanggal neraca. Peristiwa setelah tanggal neraca
menggambarkan kejadian-kejadian yang terjadi setelah tangga neraca, namun sebelum
penerbitan laporan keuangan dalam laporan audit yang berpengaruh terhadap laporan
keuangan.
Pengumpulan bukti akhir
Auditor harus mendapatkan bukti berikut untuk laporan secara keseluruhan selama fase
penyelesaian.
- Melakukan prosedur analitis akhir
- Mengevaluasi asumsi keberlangsungan usaha
- Mendapatkan surat representasi klien
- Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk meyakinkan bahwa informasi yang
disajikan konsisten dengan laporan keuangan
Menerbitkan laporan audit
Jenis laporan audit yang diterbitkan bergantung pada bukti yang dikumpulkan dan temuan-
temuan auditnya.
Kommunikasi dengan komite audit dan manajemen
Auditor diharuskan untuk mengkomunikasikan setiap kekurangan dalam pengendalian
internal yang signifikan pada komite audit atau manajemen senior. Meskipun tidak
diharuskan, auditor seringkali memberikan saran pada manajemen untuk meningkatkan
kinerja bisnis mereka.

Tahap- Tahap Audit


Ada empat tahap dalam melaksanakan audit , yakni

1. Tahap I : Merencanakan dan merancang pendekatan audit
Dalam setiap audit, ada bermacam-macam cara yang dapat ditempuh seorang auditor
dalam mengumpulkan bahan bukti untuk mencapai tujuan audit secara keseluruhan. Dua
perhitungan yang mempengaruhi pendekatan yang akan dipilih yakni bahan bukti kompeten
yang cukup harus dikumpulkan untuk memenuhi tanggungjawab professional dari auditor
dan biaya pengumpulan bahan bukti yang harus dibuat seminim mungkin.

2. Tahap II : melakukan pengujian pengendalian dan transaksi
Jika auditor telah menetapkan tingkat resiko pengendalian yang lebih rendah berdasarkan
identifikasi pengendalian, ia kemudian dapat memperkecil luas penilaiannya sampai suatu
titik dimana ketepatan informasi keuangan yang berkaitan langsung dengan pengendalian
itu harus diperiksa keabsahannya melalui pengumpulan bahan bukti. Tetapi untuk
membenarkan tingkat resiko lebih rendah yang ditetapkan ini, auditor harus menguji
keefektifan pengendalian tersebut. Prosedur-prosedur yang termasuk dalam jenis pengujian
ini biasa disebut sebagai pengujian atas pengendalian.

3. Tahap III : Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo
Terdapat dua kategori dalam prosedur tahap III ini yaitu prosedur analitis dan pengujian
terinci atas saldo.

4. Tahap IV : Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit.
Setelah auditor menyelesaikan semua prosedur, adalah perlu untuk menggabungkan
seluruh informasi yang didapat untuk memperoleh kesimpulan menyeluruh mengenai
kewajaran penyajian laporan keuangan. Ini merupakan proses yang sangat subyektif dan
sangat tergantung pada pertimbangan professional auditor. Dalam prakteknya, seorang
auditor secara berkesinambungan menggabungkan informasi yang didapat selama dia
melaksanakan proses audit tersebut. Penggabungan akhir hanyalah penyatuan dari
penggabungan-penggabungan tadi pada saat penyelesaian penugasan. Jika audit telah
dilaksanakan, kantor akuntan public harus mengeluarkan laporan audit yang menyertai
laporan keuangan klien yang diterbitkan. Laporan itu haruslah memenuhi persyaratan teknis
yang jelas yang dipengaruhi oleh ruang lingkup audit dan sifat temuan auditor.

Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/accounting/2175937-tahap-tahap-
audit/#ixzz1cPEuRNWGmM


Iktisar proses audit
Terdiri dari 4 tahapan :
Tahap 1 : Merencanakan dan Merancang suatu Pendekatan Audit
Auditor menyusun : Rencana Audit yang dirumuskan dengan baik danProgram Audit yang
spesifik untuk audit keseluruhan
Untuk mengembangkan keseluruhan rencana audit dan program audit
menilai dari materialitas, resiko audit yang bisa diterima, resikoinheren dan resiko
pengendalian
Untuk menilai Resiko Inheren dan Resiko Aaudit yang Bisa Diterima,digunakan :
1. Informasi yang diperoleh selama penerimaan klien dan perencanaan awal
2. Memahami industri dan bisnis klien
3. Meni l ai r es i ko bi s ni s kl i en
4. Melakukan prosedur analitis awal
Tahap 2 : Melakukan Pengujian Pengendalian danPengujian Substantif atas Transaksi
Terjadi pencapaian dari Pengujian Pengendalian danPengujian Substantif atas Transaksi
Sasaran hasil dari tahap 2 adalah untuk :
1. Memperoleh bukti dalam mendukung dari pengendalian yangspesifik yang
berperan bagi resiko pengendalian, yang merupakanPengujianPengendalian
2. Memperoleh bukti dalam mendukung dan ketapatan transaksi moneter, yang
merupakan pengujian Substantif atas Transaksi
Faktor penentu yang utama dari tingkatan PengujianRincian Saldo yaitu hasil dari Pengujian
Pengendaliandan Pengujian Substantif atas Transaksi
Pengujian dilakukan 2 atau 3 bulan sebelum tanggalneraca saldo
Tahap 3 :Melakukan Prosedur Analitis danPengujian Rincian Saldo
Memperoleh bukti tambahan yang cukup untuk menentukan apakah saldo akhir dan catatan kakidalam
laporan keuangan dinyatakan secara wajar
Sifat dan tingkatan pekerjaan akan sangat bergantung pada penemuan dari dua fase yang sebelumnya
Dua kategori umum dari prosedur tahap 3 :
1. Prosedur Analitis
menilai keseluruhan kewajaran transaksi dan saldo
2. Pengujian Rincian Saldo
prosedur spesifik yangdimaksudkan untuk menguji salah saji moneter dalamsaldo laporan
keuangan
Tahap 4 : Menyelesaikan/Melengkapi Audit danMengeluarkan Laporan Audit
Mengakumulasikan beberapa bukti tambahan untuk laporankeuangan, meringkaskan
hasilnya, mengeluarkan laporan audit danmelaksanakan bentuk monukasi yang lain
Tahap ini mempunyai beberapa bagian :
1. Tinjauan ulang untuk Kewaji ban Bersyarat
Kewajiban Bersyarat : kewajiban potensial yang harus disingkapkan dicatatankaki milik klien
2. Tinjauan ulang untuk Peristi wa Kemudi an
Peristiwa yang terjadi akibat tanggal neraca saldo tetapi sebelumdikeluarkannya laporan
keuangan dan laporan auditor akan mempunyai suatuefek pada informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan
3. Mengakumul as i kan Bukt i Akhi r
Sebagai tambahan bukti yang diperoleh untuk masing-masing siklus selamafase I dan II dan
fase III : untuk mengumpulkan bukti bagi laporan keungansecara keseluruhan sepanjang
fase penyelesaian
4. Mengel uar kan Lapor an Audi t
Jenis laporan audit yang dikeluarkan tergantung pada bukti yang dikumpulkandan
penemuan audit
5. Berkomunikasi dengan Komite Audit dan Manajemen
Auditor diminta untuk mengkomunikasikan kondisi yang bisa dilaporkan kepadakomite
audit atau manajemen senior



















Jenis Pendapat (Opini) Akuntan atas Audit Laporan Keuangan
Posted on March 7, 2012 by helmy nur indah
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (PSA 29 SA Seksi 508), ada lima jenis pendapat
akuntan yaitu:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Dikatakan pendapat wajar tanpa pengecualian jika laporan keuangan disajikan secara wajar,
dalam semua hal yangn material, posisi keuangan , hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus
kas telah sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan
dalam laporan audit bentuk baku ( Unqualified Opinion with Explanatory Language)
Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan seorang auditor
menambahkan penjelasan (bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak
mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor.
Keadaannya meliputi:
- Pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain.
- Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan yang luar
biasa, laporan keuangan disajikan secara menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang
dikeluarkan oleh IAI
- Jika terdapat kondisi dan peristiwa semula menyebabkan auditor yakin tentang adanya
kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas namun setelah mempertimbangkan
rencana manajemen auditor berkesimpulan bahwa rencana manejemen tersebut dapat
secara efektif dilaksakan dan pengunkapan mengenai hal itu telah memadai.
- Di antara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan
prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya.
- Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas laporan keuangan
komparatif
- Data keuangan kuartalan tertentu diharuskan oleh Badan Pengawas Pasar Modal namun
tidak disajikan atau tidak di review.
- Informasi tambahan yang diharuskan oleh IAI Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah
dihilangkan,yang penyajiannya menyimpang jauh dari pedoman yang dikeluarkan oleh
Dewan tersebut, dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit yang berkaitan dengan
informasi tersebut, atau auditor tidak dapat menghilangkan keraguan yang besar apakah
informasi tambahan tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh dewan
tersebut.
- Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan yang diaudit secara
material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
Pendapat ini dinyatakan bila:
- Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit
yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak menyatakan pendapat wajar
tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat.
- Auditor yakin, atas dasar auditnya bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari
prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia yang berdampak material dan ia
berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat yang tidak wajar.
- Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, ia menjelaskan semua
alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih paragraf terpisah yang dicantumkan
sebelum paragraf pendapat. Ia juga harus mencantumkan bahasa pengecualian yang sesuai
dan menunjuk ke paragraf penjelasan di dalam paragraf pendapat. Pendapat wajar dengan
pengecualian harus berisi kata kecuali atau pengecualian dalam suatu frasa seperti kecuali
untuk atau dengan pengecualian untuk frasa tergantung atas atau dengan pnejelasan
berikut ini memiliki makna yang tidak jelas atau tidak cukup kuata oleh karena itu
pemakaiannya harus dihindari. Karena catatan atas laporan keuangan merupakan bagian
laporan keuangan auditan, kata seperti yang disajikan secara wajar dalam semua hal yang
material, jika dibaca sehubungan dengan catatan 1 mempunyai kemungkinan untuk
disalahtafsirkan dan oleh karena itu pemakaiannya dihindari.
4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
Pendapat ini dinyatakan bila menurut pertimbangan auditor, laporan keuangan secara
keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di indonesia.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion)
- Auditor tidak menyatakan pendapat bila ia tidak dapat merumuskan suatu pendapat
bilamana ia tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan suatu pendapat tentang
kewajaran laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia. Jika auditor menyatakan tidak memberikan pendapat, laporan auditor harus
memberikan semua alasan substantif yang mendukung pernyataan tersebut.
- Auditor tidak melaksanakan audit yang lingkupnya memadai untuk memungkinkannya
memberikan pendapat atas laporan keuangan.
Opini Auditor
Munawir (1995) terhadap hasil audit memberikan beberapa pendapat sepotong-sepotong
auditor, antara lain:
Pendapat Wajar Tanpa Bersyarat. Pendapat ini hanya dapat diberikan bila auditor
berpendapat bahwa berdasarkan audit yang sesuai dengan standar auditing,
penyajian laporan keuangan adalah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima
Umum (PABU), tidak terjadi perubahan dalam penerapan prinsip akuntansi
(konsisten) dan mengandung penjelasan atau pengungkapan yang memadai
sehingga tidak menyesatkan pemakainya, serta tidak terdapat ketidakpastian yang
luar biasa (material).
Pendapat Wajar Dengan Pengecualian. Pendapat ini diberikan apabila auditor
menaruh keberatan atau pengecualian bersangkutan dengan kewajaran penyajian
laporan keuangan, atau dalam keadaan bahwa laporan keuangan tersebut secara
keseluruhan adalah wajar tanpa kecuali untuk hal-hal tertentu akibat faktor tertentu
yuang menyebabkan kualifikasi pendapat (satu atau lebih rekening yang tidak wajar).
Pendapat Tidak Setuju. Adalah suatu pendapat bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil operasi seperti yang
disyaratkan dalam Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). Hal ini diberikan
auditor karena pengecualian atau kualifikasi terhadap kewajaran penyajian bersifat
materialnya (terdapat banyak rekening yang tidak wajar).
Penolakan Memberikan Pendapat. Penolakan memberikan pendapat berarti bahwa
laporan audit tidak memuat pendapat auditr. Hal ini bisa diterbitkan apabila: auditor
tidak meyakini diri atau ragu akan kewajaran laporan keuangan, auditor hanya
mengkompilasi pelaporan keuangan dan bukannya melakukan audit laporan
keuangan, auditor berkedudukan tidak independent terhadap pihak yang diauditnya
dan adanya kepastian luar biasa yang sangat memengaruhi kewajaran laporan
keuangan.
Pendapat Sepotong-sepotong. Auditor tidak dapat memberikan pendapat sepotong-
sepotong. Hasil auditnya hanya akan memberikan kesimpulan bahwa laporan
keuangan yang diaudit secara keseluruhan.

Jenis - jenis Opini Audit
2:43 PM mutiara salaf
Proses audit akan menghasilkan sebuah laporan audit. Menurut IAI (1994), laporan audit
adalah suatu sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan
mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat, sebagai pihak yang
independen, auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepentingan siapapun dan untuk
tidak mudah dipengaruhi, serta harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan
memiliki suatu kepentingan dengan kliennya. Jadi laporan audit berisi tentang opini auditor
yang merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan
dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
Opini yang terdapat dalam laporan audit sangat penting sekali dalam proses audit
atapun proses atestasi lainnya karena opini tersebut merupakan informasi utama yang
dapat diinformasikan kepada pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan
kesimpulan yang diperolehnya.
Berdasarkan standar professional akuntan publik seksi 508, pendapat auditor
dikelompokkan ke dalam lima tipe, yaitu :
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian
Pendapat ini dikeluarkan auditor jika tidak adanya pembatasan terhadap auditor
dalam lingkup audit dan tidak ada pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan
penerapan standar akutansi keuangan dalam laporan keuangan disertai dengan
pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan.Laporan audit tipe ini merupakan
laporan yang paling diharapkan dan dibutuhkan oleh semua pihak. Baik oleh klien maupun
oleh auditor.
Ada beberapa kondisi laporan keuangan yang harus dipenuhi untuk menilai laporan
keuangan yang dianggap menyajikan secara wajar kepada posisi keuangan dan hasil suatu
organisasi agar sesuai dengan standar akuntansi keuangan yaitu:
a. Standar akuntansi keuangan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan
keuangan,
b. Perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.
c. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan
dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas
Suatu paragraph penjelas dalam laporan audit diberikan oleh auditor dalam keadaan
tertentu yang mungkin mengharuskannya melakukan hal tersebut, meskipun tidak
mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian
Ada beberapa kondisi yang mengharuskan seorang auditor memberikan pendapat
wajar dengan pengecualian, diantaranya yaitu :
a. Klien membatasi ruang lingkup audit
b. Kondisi-kondisi yang ada diluar kekuasaan klien ataupun auditor menyebabkan auditor
tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting
c. Laporan keuangan tidak disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan
d. Ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi keuangan yang digunakan dalam
menyusun laporan keuangan
4. Pendapat tidak wajar
Pendapat ini merupakan kebalikan dari pendapat wajar tanpa pengecualian. Auditor
memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak menyajikan secara
wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Hal ini
disebabkan karena laporan keuangan tidak disusun berdasar standar akuntansi keuangan.
Selain itu pendapat tidak wajar disebabkan karena ruang lingkup auditor dibatasi sehingga
bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya tidak dapat dikumpulkan. Jika
laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka informasi yang disajikan
klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat
dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat
Jika auditor tidak memberikan pendapat atas objek audit, maka laporan ini disebut lapiran
tanpa pendapat ( adverse opinion ). Hal ini disebabkan beberapa kondisi, yaitu adanya
pembatasan yang sifatnya luar biasa terhadap lingkungan auditnya, kemudian karena
auditor tidak independen dalam hubungan dengan kliennya.
Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar
adalah pendapat tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor mengetahui adanya
ketidakwajaran dalam laporan keuangan klien, sedangkan auditor menyatakan tidak
memberikan pendapat (no opinion) karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai
kewajaran laporan keuangan auditan atau karena ia tidak independen dalam hubungannya
dengan klien.

Anda mungkin juga menyukai