Askep Trauma Dada
Askep Trauma Dada
Askep Trauma Dada
Thorax
tersusun
atas
jaringan
tulang
dan
otot
paru-paru
merupakan
pertukaran
oksigen
dan
c. Distribusi arus udara dan arus darah dengan jumlah yang tepat
untuk di capai semua bagian.
d. Difusi gas yang menembus membrane alveoli dan kapiler
karbondioksida lebih mudah berdifusi dari pada oksigen.
3. Jantung
Menurut Martini. (2001), jantung merupakan sebuah organ muskuler
berongga yang terdiri dari otot-otot. Otot jantung merupakan jaringan
istimewa karena jika dilihat dari bentuk dan susunannya sama
dengan otot serat lintang, dan cara kerjanya dipengaruhi oleh
susunan saraf otonom atau diluar kemauan kita.
Jantung terletak dirongga dada sebelah depan (cavum mediastinum
anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, diatas
diafragma, dan pangkalnya terdapat dibelakang kiri antara costa V
dan VI, dua jari dibawah papila mamae. Pada tempat ini teraba
adanya denyutan jantung yang disebut iktuscordis. Ukuran jantung +
sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-kira 250 300
gram. Organ ini tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan pembungkus
(Perycardium), lapisan otot (Myocardium), dan lapisan terdalam
(Endocardium) yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir
yang melapisi permukaan rongga jantung. Pada bagian dalam
jantung inilah terdapat 4 ruang / rongga, yaitu atrium kanan, atrium
kiri, ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Keempat ruang ini dihubungkan
dengan keberadaan katup Atrioventrikularis dan katup Semilunaris.
Curah jantung adalah volume darah yang disemprotkan oleh setiap
ventrikel setiap menit. Dua penentu curah jantung adalah kecepatan
denyut jantung (denyut per menit) dan volume sekuncup (volume
darah yang dipompa per denyut). Pada keadaan normal (fisiologis)
jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kiri dan ventrikel kanan
sama besarnya bila tidak demikian maka akan terjadi penimbunan
darah di tempat tertentu, misalnya bila jumlah darah yang
maupun
tajam
pada
dada
atau
dinding
thorax,
yang
f.
Trauma Mediastinal
g. Trauma Tumpul
1) Tension pneumothoraks
2) Trauma tracheobronkhial
3) Flail Chest
4) Ruptur diafragma
5) Trauma mediastinal
6)
Fraktur kosta
E. PATOFISIOLOGI
Trauma benda tumpul pada bagian dada / thorax baik dalam bentuk
kompresi maupun ruda-paksa (deselerasi / akselerasi), biasanya
menyebabkan memar / jejas trauma pada bagian yang terkena. Jika
mengenai sternum, trauma tumpul dapat menyebabkan kontusio miocard
jantung atau kontusio paru. Keadaan ini biasanya ditandai dengan
perubahan tamponade pada jantung, atau tampak kesukaran bernapas
jika kontusio terjadi pada paru-paru.
Trauma benda tumpul yang mengenai bagian dada atau dinding thorax
juga seringkali menyebabkan fraktur baik yang berbentuk tertutup
maupun terbuka. Kondisi fraktur tulang iga juga dapat menyebabkan Flail
Chest, yaitu suatu kondisi dimana segmen dada tidak lagi mempunyai
kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada. Keadaan tersebut terjadi
karena fraktur iga multipel pada dua atau lebih tulang iga dengan dua
atau lebih garis fraktur. Adanya semen fail chest (segmen mengambang)
menyebabkan gangguan pada pergerakan dinding dada. Jika kerusakan
parenkim paru di bawahnya terjadi sesuai dengan kerusakan pada tulang
maka akan menyebabakan hipoksia yang serius.
Sedangkan trauma dada / thorax dengan benda tajam seringkali
berdampak lenih buruk daripada yang diakibatkan oleh trauma benda
tumpul. Benda tajam dapat langsung menusuk dan menembus dinding
dada dengan merobek pembuluh darah intercosta, dan menembus organ
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
Anamnesa yang terpenting adalah mengetahui mekanisme dan pola
dari trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas,
kerusakan dari kendaraan yang ditumpangi, kerusakan stir mobil /air
bag dan lain lain.
2. Radiologi : Foto Thorax (AP)
Pemeriksaan ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada pasien
dengan trauma toraks. Pemeriksaan klinis harus selalu dihubungkan
dengan hasil pemeriksaan foto toraks. Lebih dari 90% kelainan serius
trauma toraks dapat terdeteksi hanya dari pemeriksaan foto toraks.
3. Gas Darah Arteri (GDA) dan pH
Pemeriksaan gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam
penanganan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun.
Pemeriksaan gas darah dipakai untuk menilai keseimbangan asam
basa dalam tubuh, kadar oksigen dalam darah, serta kadar
karbondioksida dalam darah.
Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama
pemeriksaan ASTRUP, yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang
dilakukan melalui darah arteri. Lokasi pengambilan darah yaitu: Arteri
radialis, A. brachialis, A. Femoralis.
Didalam tabel berikut ini dapat dilihat nilai normal dari GDA dan pH,
serta kemungkinan diagnosis terhadap perubahan nilai dari hasil
pemeriksaannya :
Nilai Normal
Asidosis
Alkaliosis
Turun
Naik
Turun
Naik
Naik
Turun
BE (2 s/d +2)
Turun
Naik
Turun
Naik
Tabel 1.1 : Nilai Normal dan Kesimpulan Perubahan Hasil AGD dan pH (Hanif,
2007)
pemeriksaan
ketidakseimbangan
sudah
AGD
dan
pH,
terkompensasi
dapat
atau
diketahui
belum
tidak
terkompensasi.
Pada tabel berikut ini dapat dilihat acuan perubahan nilai yang
menunjukkan kondisi sudah / tidak terkompensasi.
Jenis Gangguan Asam Basa
Asidosis respiratorik tidak
terkonpensasi
Alkalosis respiratorik tidak
terkonfensasi
Asidosis metabolic tidak
terkonfensasi
Alkalosis metabolic tidak
terkonfensasi
Asidosis respiratorik
kompensasi alkalosis metabolic
Alkalosis respiratorik
kompensasi asidosis metabolic
Asidosis metabolic kompensasi
alkalosis respiratorik
PH
Total CO2
PCO2
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Normal
Tinggi
Tinggi
Rendah
Normal
Tinggi
Normal
Normal
Rendah
Normal
Normal
Rendah
Rendah
Normal
Tinggi
Tinggi
Alkalosis metabolic
kompensasi asidosis
respiratorik
Tabel 2.2 : Acuan Nilai Hasil Pemantauan AGD dan pH ( FKUI, 2008)
10
4. CT-Scan
Sangat membantu dalam membuat diagnose pada trauma tumpul
toraks, seperti fraktur kosta, sternum dan sterno clavikular dislokasi.
Adanya retro sternal hematoma serta cedera pada vertebra torakalis
dapat diketahui dari pemeriksaan ini. Adanya pelebaran mediastinum
pada pemeriksaan toraks foto dapat dipertegas dengan pemeriksaan
ini sebelum dilakukan Aortografi.
5. Ekhokardiografi
Transtorasik
dan
transesofagus
menegakkan
diagnose
adanya
sangat
kelainan
membantu
pada
jantung
dalam
dan
11
H. PENATALAKSANAAN
1. Gawat Darurat / Pertolongan Pertama
Klien yang diberikan pertolongan pertama dilokasi kejadian maupun
di unit gawat darurat (UGD) pelayanan rumah sakit dan sejenisnya
harus
mendapatkan
tindakan
yang
tanggap
darurat
dengan
12
b. Pemeriksaan
dan
Penanganan
Masalah
Usaha
Napas
(Breathing)
Kondisi pernapasan dapat diperiksa dengan melakukan tekhnik
melihat gerakan dinding dada, mendengar suara napas, dan
merasakan hembusan napas klien (Look, Listen, and Feel),
biasanya tekhnik ini dilakukan secara bersamaan dalam satu
waktu. Bantuan napas diberikan sesuai dengan indikasi yang
ditemui dari hasil pemeriksaan dan dengan menggunakan
metode serta fasilitas yang sesuai dengan kondisi klien.
c. Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Siskulasi (Circulation)
Pemeriksaan sirkulasi mencakup kondisi denyut nadi, bunyi
jantung, tekanan darah, vaskularisasi perifer, serta kondisi
perdarahan. Klien dengan trauma dada kadang mengalami
kondisi perdarahan aktif, baik yang diakibatkan oleh luka tembus
akibat trauma benda tajam maupun yang diakibatkan oleh kondisi
fraktur tulang terbuka dan tertutup yang mengenai / melukai
pembuluh darah atau organ (multiple). Tindakan menghentikan
perdarahan diberikan dengan metode yang sesuai mulai dari
penekanan hingga penjahitan luka, pembuluh darah, hingga
prosedur operatif.
Jika diperlukan pemberian RJP (Resusitasi Jantung Paru) pada
penderita trauma dada, maka tindakan harus diberikan dengan
sangat hati-hati agar tidak menimbulkan atau meminimalisir
kompilkasi dari RJP seperti fraktur tulang kosta dan sebagainya.
d. Tindakan Kolaboratif
Pemberian tindakan kolaboratif biasanya dilakukan dengan jenis
dan waktu yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing klien
yang mengalami trauma dada. Adapun tindakan yang biasa
diberikan yaitu ; pemberian terapi obat emergensi, resusitasi
cairan dan elektrolit, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium
13
penderita
memiliki
indikasi
akan
kebutuhan
tindakan
14
3. Invasif / Operatif
a. WSD (Water Seal Drainage)
WSD
merupakan
tindakan
invasif
yang
dilakukan
untuk
b) Hemothoraks
Robekan pleura
Kelebihan antikoagulan
c) Thorakotomy
Lobektomy
Pneumoktomy
d) Efusi pleura
Kondisi inflamasi
e) Emfiema
2) Tujuan
i.
kembali
paru
yang
kolaps
dan
15
4) Jenis-jenis WSD
i.
Terdiri
dari
botol
dengan
penutup
segel
yang
Undulasi
pada
selang
cairan
mengikuti
irama
pernafasan :
-
Ekpirasi menurun
16
17
: perdarahan,
edema
paru,
: infeksi, emfisema
b. Ventilator
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu
sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan
oksigenasi. Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan
negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan
pemberian oksigen dalam waktu yang lama. ( Brunner dan
Suddarth, 1996).
1) Klasifikasi
Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat
tersebut mendukung ventilasi, dua kategori umum adalah
ventilator tekanan negatif dan tekanan positif.
a) Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif
pada dada eksternal. Dengan mengurangi tekanan
intratoraks
mengalir
selama
ke
inspirasi
dalam
memungkinkan
paru-paru
sehingga
udara
memenuhi
lateral
amiotrifik
dan
miastenia
gravis.
18
bersiklus
adalah
ventilator
mengakhiri
atau
volume
pada
bersiklus
neonatus dan
yaitu
ventilator
bayi.
yang
19
Neuromuscular Disease
Musculosceletal disease
20
4) Peran Perawat
Perawat mempunyai peranan penting mengkaji status pasien
dan
fungsi
ventilator.
Dalam
mengkaji
klien,
perawat
g) Kebutuhan pengisapan
h) Upaya ventilasi spontan klien
i)
Status nutrisi
j)
Status psikologis
5) Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang
diberikan antara lain :
a) Menunjukkan pertukaran gas, kadar gas darah arteri,
tekanan arteri pulmonal dan tanda-tanda vital yang
adekuat.
b) Menunjukkan ventilasi yang adekuat dengan akumulasi
lendir yang minimal.
c) Bebas dari cedera atau infeksi yang dibuktikan dengan
suhu tubuh dan jumlah sel darah putih.
d) Dapat aktif dalam keterbatasan kemampuan.
e) Berkomunikasi secara efektif melalui pesan tertulis, gerak
tubuh atau alat komunikasi lainnya.
f)
21