Anda di halaman 1dari 1

Hubungan Pribadi dengan Tuhan

Hari kamis, 30 Oktober 2014 merupkan hari pembinaan calon pengurus harian PO UI. Ini
merupakan pembinaan pertama untuk aku sebagai calon pengurus. Pembinaan pertama ini
membahas tentang Hubungan Pribadi dengan Tuhan. Hari itu, pembicara yang membawakan
pembahasan adalah Ka Maya Sianturi.
Pembahasan mengenai Hubungan Pribadi dengan Tuhan mengambil perikop dari Yohanes
15:4-7, dengan ayat ke tujuh menjadi ayat yang ditekankan pada pembinaan kali ini. Perikop
ini merupakan perumpamaan Yesus mengenai pokok anggur yang benar. Melalui perumpaan
ini, Yesus ingin mengatakan bahwa seorang Kristen sejait haruslah tinggal di dalam Yesus
serta Yesus sendiri harus tinggal juga di dalam dia (ayat 7).
Seorang Kristen yang tinggal di dalam Yesus pastilah mengenal Yesus dengan dalam.
Pengenalan akan Yesus ini juga tidak secara instan ia dapatkan. Perlu adanya persekutuan
dengan Yesus untuk mendapatkannya secara benar. Kata persekutuan disini juga menunjukan
bahwa Seorang Kristen harus aktif dalam menjalin hubungan, tidak hanya diam dan
menunggu saja lalu tiba tiba mengenal Yesus. Karena itu, bukanlah hal yang bisa
dilakukan sembarangan pengenalan akan Yesus.
Pengenalan akan Yesus sebenarnya didapat dari dua hal yang sangat sederhana, yaitu berdoa
dan membaca Firmannya setiap hari. Berdoa adalah media komunikasi kita dengan Tuhan
Allah. Merupakan suatu anugerah yang begitu besar karena tak perlu ketentuan khusus
seperti harus dengan melakukan sesuatu dahulu atau di waktu tertentu saja atau di tempat
tertentu. Membaca Firman sendiri tidak sulit, mengingat zaman sekarang sudah banyak dari
kita yang memakai smartphone dengan aplikasi Alkitab. Dengan demikian, kita bisa
merenungkan Firman Tuhan dimana saja. Dengan dua hal ini, tidak sulit sesungguhnya untuk
mengenal Yesus.
Namun kenyataannya, dua hal yang sederhana ini merupakan sesuatu yang sulit untuk
dilakukan. Aku sendiri pernah menganggap enteng kedua hal tersebut. Selain itu, dalam
hatiku juga sempat berpikir bahwa ada yang lebih penting untuk dilakukan. Padahal, berdoa
dan membaca Firman Tuhan merupakan nyawa seorang Kristen dan dibutuhkan komitmen,
ketekunan dan konsistensi untuk melakukannya. Akhirnya, aku malah tidak melakukannya.
Aku berdoa dan membaca Firman hanya di hari minggu atau jika ada kebaktian di sekolah
(saat SMA).
Pembinaan ini menjadi sentilan yang agak kencang kepadaku sekaligus pemberi semangat
kepadaku. Hampir semua yang dibahas oleh ka Maya Sianturi sudah aku mengerti. Namun,
pada kenyataannya, aku belum melakukannya dengan benar. Saat Teduh banyak bolong dan
jam doa pun masih belum teratur bahkan terkadang bolong juga. Walau demikian, dari
pembinaan ini, aku mau memperjuangkan kedua hal yang paling sederhana diatas. Aku mau
belajar untuk melakukannya dengan sepenuh hati dengan komitmen, ketekunan dan
konsistensi, tidak hanya sekedar tahu tapi tidak dilakukan dengan benar.

Timotius Halomoan

Anda mungkin juga menyukai