Anda di halaman 1dari 46

http://books.google.co.id/books?

id=xaJwXpvnnZQC&pg=PA87&dq=pengubah+50+
hz&hl=id&sa=X&ei=EtlGVJb4AsXjuQTsiYKYCQ&ved=0CC4Q6AEwBA#v=onepage
&q=pengubah%2050%20hz&f=false

Paparan Radiasi Extremely Low


Frequency Electromagnetics (ELF EM)
Terhadap Kesehatan Manusia
REP | 10 October 2014 | 15:02

Dibaca: 16

Komentar: 0

Radiasi merupakan suatu cara perambatan energi dari sumber energi ke lingkungannya
tanpa membutuhkan medium. Radiasi gelombang elektromagnetik berasal dari berbagai
sumber dengan tingkat frekuensi yang berbeda-beda yang dapat digambarkan dalam
suatu spektrum gelombang elektromagnetik. Spektrum gelombang elektromagnetik
memiliki rentang frekuensi yang lebar, mulai dari medan listrik statis yang memiliki
frekuensi terendah hingga radiasi sinar-x yang memiliki frekuensi tertinggi. Gelombang
radio, sinyal televisi, sinar radar, cahaya tampak, sinar-x dan sinar gamma merupakan
contoh-contoh gelombang elektromagnetik. Dalam ruang hampa, seluruh gelombang ini
merambat dengan kecepatan yang sama, 3 x 108 m/s (Swamardika, 2009).
Medan listrik dan medan magnet secara alami dibangkitkan oleh alam, dan sudah ada
sejak bumi serta alam semesta ini diciptakan. Bumi memiliki medan magnet bumi yang
disebut sebagai medan statis sebesar lebih kurang 40-70 T. Medan magnet yang
menyelimuti bumi bersifat permanen dan sedikit perubahannya terhadap waktu. Pada
permukaan bumi terdapat pula medan listrik statis sebesar 0,1-0,5 kV/m sewaktu cuaca
cerah dan dapat mencapai 3-30 kV/m pada kondisi badai guntur atau petir.
Manusia secara evolusi dalam ruang dan waktu yang lama telah menyesuaikan diri pada
pembebanan medan elektromagnetik di lingkungannya. Seiring perkembangan teknologi,
medan elektromagnetik yang ada di lingkungan kita bukan hanya berasal dari medan
listrik dan medan magnet bumi, tetapi juga berasal dari berbagai peralatan elektronik
yang dibuat oleh manusia. Di tempat kerja, medan elektromagnet dapat berasal dari
komputer, televisi, mesin tik elektronik, mesin fotokopi, mesin las, kompresor dan
sebagainya. Sumber radiasi medan elektromagnet berdasarkan tipe dan rentang
frekuensinya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi dan sumber radiasi medan elektromagnetik
Tipe
Rentang Frekuensi
Sumber
Statis / Static
0 Hz
Alam

Video
MRI
Elektrolisis
SUTR/SUTM/SUTT/SUTET

Frekuensi sangat
rendah / Extremely
low frequency(ELF)

(0 < f 300 Hz

Frekuensi menengah/
Intermediate
Frequency (IF)

300 Hz < f 100


kHz

Mesin kendaraan
Layar monitor
Peralatan kemanan di toko
Detektor logam
Card readers
Broadcasting dan TV
Telepon genggam

Frekuensi Radio
/Radio Frequency(RF)

100 kHz < f 300


GHz

Oven microwave
Radar
Stasiun pemancar dan
penangkap sinyal radio

(Sumber : Ozdemir and Kargi, 2011)


Pada Tabel 1 terlihat bahwa arus yang mengalir pada jaringan transmisi berupa Saluran
Udara Tegangan Rendah (SUTR), Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM), Saluran
Udara Tegangan Tinggi (SUTT), bahkan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
(SUTET) akan menimbulkan medan listrik dan medan magnet pada frekuensi yang
sangat rendah di sekitar konduktor jaringan tersebut. (Balitbangkes, 1998)
SUTT merupakan sistem saluran kelistrikan yang memancarkan radiasi elektromagnetik
dengan frekuensi sekitar 50 Hz. Di dalam spektrum gelombang elektromagnetik, radiasi
elektromagnetik yang berasal dari SUTT (power line) dikategorikan sebagai extremely
low frequency (ELF). Gelombang tersebutmerupakan gelombang non-ionisasi yang tidak
mampu mengionisasi maupun memanaskan partikel yang dilaluinya. Sementara
gelombang lain yang memiliki frekuensi lebih besar, seperti gelombang
radio, microwave, infra merah, dan ultra violet, mampu menimbulkan efek ionisasi atau
pemanasan terhadap partikel yang dilaluinya. (Swamardika, 2009)

Batas pajanan medan listrik dan medan magnet yang direkomendasikan olehWorld
Health Organization (WHO), International Radiation Protection Association (IRPA),
dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Batas pajanan medan listrik dan medan magnet
Medan Listrik
Medan Magnet
Keterangan
(kV/m)
(mT)
1. Lingkungan kerja
Sepanjang hari kerja
10
< 0,5
Waktu singkat
30
5,0
(s/d 2 jam/hari)
(s/d 2 jam/hari)
2. Lingkungan umum :
Sampai 24 jam/hari
5
0,1 (ruang terbuka)
Beberapa jam/hari
10
1
Tingkat paparan gelombang elektromagnet pada frekuensi sangat rendah (3 -3000 Hz)
terhadap lingkungan sangat rendah. Untuk populasi umum, paparan medan listrik
berkisar antara 5-50 V/m dan paparan medan magnet berkisar antara 0,01-0,2 T.
Tingkat paparan lebih tinggi dapat dialami oleh masyarakat yang tinggal di dekat
jaringan listrik, dan oleh pekerja di lingkungan tertentu. (IARC, 2002)
Kehadiran medan listrik dan medan magnet di sekitar kehidupan manusia tidak dapat
dirasakan oleh indera manusia, kecuali jika intensitasnya cukup besar dan terasa hanya
bagi orang yang hipersensitif saja. Secara garis besar, radiasi total elektromagnet yang
diserap oleh tubuh manusia tergantung pada beberapa hal:

1.
2.
3.
4.
5.

Frekuensi dan panjang gelombang elektromagnetik


Polarisasi medan elektromagnetik
Jarak antara badan dengan sumber radiasi elektromagnetik
Keberadaan benda lain di sekitar sumber radiasi
Sifat-sifat elektrik tubuh dan kadar air di dalam tubuh. Radiasi akan lebih
banyak diserap pada media dengan konstan dielektrik tinggi seperti otak, otot
dan jaringan lainnya dengan kadar air tinggi.

Efek biologis berkaitan dengan pajanan medan pada permukaan tubuh, medan-medan
induksi yang mengakibatkan pengaliran arus dan rapat arus yang diinduksi dalam tubuh,
sehingga kriteria yang dipakai dalam penentuan batas pajanan biasanya adalah rapat arus
yang diinduksi dalam tubuh. Arus-arus induksi dalam tubuh tidak dapat dengan mudah
diukur secara langsung, sehingga batasan-batasan dalam kuat medan listrik (E) yang
tidak terganggu dan rapat fluks magnetik (B) diturunkan dari nilai kriteria induksi.
UNEP (United Nations Environmental Programme), WHO (World Health Organization)
dan IRPA pada tahun 1987 mengeluarkan pernyataan tentang nilai rapat arus induksi

dengan efek-efek biologisnya yang ditimbulkan oleh pajanan pada seluruh tubuh
manusia (Anies, 2007):
(a) 1 - 10 mA/m2, tidak menimbulkan efek biologis berarti.
(b) 10 - 100 mA/m2, menimbulkan efek biologis yang berarti, termasuk efek pada sistem
penglihatan dan saraf.
(c) 100 - 1000 mA/m2, menimbulkan stimulasi pada jaringan-jaringan yang dapat
dirangsang dan berbahaya bagi kesehatan.
(d) >1000 mA/m2, dapat menimbulkan gangguan pada jantung, berupa irama
ekstrasistole dan fibrilasi ventrikular.
Sejak dihasilkannya penelitian pertama oleh Wertheimer dan Leeper pada tahun 1979
mengenai hubungan antara medan listrik dan medan magnet frekuensi sangat rendah dan
kejadian leukemia pada anak-anak, sejumlah penelitian terus dilakukan untuk memeriksa
hubungan tersebut. Efek biologis akibat paparan radiasi elektromagnet pada frekuensi
rendah juga telah dikaji oleh International Agency for Research on
Cancer (IARC), World Health Organization (WHO), dan kelompok-kelompok keahlian
lainnya.
Dalam satu rangkaian analisis berdasarkan sembilan penelitian yang saling berhubungan,
IARC (2002) menyatakan tidak ada resiko yang terlihat pada paparan medan magnet
frekuensi rendah di bawah 0,4 T, sementara resiko dua kali lipat terlihat pada paparan
di atas 0,4 T. Rangkaian analisis lainnya yang melibatkan 15 penelitian berdasarkan
kesamaan kriteria inklusi dan nilai paparan tertinggi sebesar 0,3 T, memberikan nilai
resiko relatif sebesar 1,7 untuk paparan di atas 0,3 T. Kedua studi ini menunjukkan
hasil yang konsisten. Berdasarkan hasil tersebut, IARC menyimpulkan medan magnet
pada frekuensi rendah sebagai possibly carsinogenic to human, artinya, terdapat bukti
kuat tetapi terbatas yang menunjukkan bahwa medan magnet frekuensi rendah dapat
bersifat karsinogen terhadap manusia.
Akan tetapi, hal ini tidak berlaku pada medan listrik frekuensi rendah yang dinyatakn
tidak berkaitan dengan kejadian leukemia pada anak-anak. Sementara pengaruh dari
paparan medan elektromagnet dari lingkungan tempat tinggal terhadap kejadian tumor
otak dan leukemia pada orang dewasa belum dapat dinyatakan berkaitan, meskipun
terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dipertimbangkan. Demikian juga dengan
pengaruh radiasi elektromagnet terhadap perubahan parameter hematologi dan genetik
yang diteliti secara eksperimental belum memberikan hasil yang konsisten. (IARC, 2002)

Pengaruh dari paparan radiasi elektromagnet terhadap medan listrik internal serta
penyerapan energi dan arus listrik di dalam jaringan tubuh bergantung pada mekanisme
kopling dan frekuensi yang terlibat. Keberadaan tubuh mausia dan hewan secara
signifikan mengganggu distribusi spasial dari medan listrik frekuensi rendah. Pada
frekuensi rendah, tubuh adalah konduktor yang baik dan garis-garis medan listrik yang
terganggu oleh tubuh hampir tegak lurus dengan permukaan tubuh. Muatan listrik yang
berosilasi diinduksikan ke permukaan tubuh yang terpapar dan hal ini menimbulkan arus
di dalam tubuh. (ICNIRP, 2010)
Karakteristik kunci dari penentuan dosis paparan medan listrik frekuensi rendah terhadap
manusia adalah sebagai berikut (ICNIRP, 2010):

Medan listrik yang diinduksikan ke dalam tubuh jauh lebih kecil dari medan
listrik eksternal;
Untuk besar medan listrik eksternal yang sama, medan listrik yang paling kuat
diinduksikan ketika tubuh manusia melakukan kontak sempurna dengan
permukaan tanah melalui kakinya, dan medan induksi paling lemah ketika
tubuh terisolasi dari tanah;
Arus total yang mengalir di dalam tubuh jika berkontak dengan tanah lebih
ditentukan oleh ukuran dan bentuk tubuh dibandingkan konduktivitas jaringan;
Distribusi arus induksi melalui berbagai organ dan jaringan tubuh ditentukan
oleh konduktivitas jaringan tersebut;
Terdapat juga efek tidak langsung, di mana arus di dalam tubuh dihasilkan
dari kontak antara tubuh dengan sebuah objek konduktif yang terdapat di
dalam medan listrik.

Pada medan magnet, permeabilitas jaringan tubuh dinilai sama dengan


permeabilitas udara, sehingga besar medan magnet di dalam jaringan tubuh
sama dengan besar medan eksternal. Keberadaan tubuh hewan dan manusia
tidak mengganggu distribusi medan magnet. Interaksi utama dari medan magnet
berupa induksi Faraday dari medan listrik dan arus yang berhubungan di dalam
jaringan tubuh. Medan listrik juga diinduksikan oleh pergerakan pada medan
magnet statis. (ICNIRP, 2010)
Karakteristik kunci untuk paparan medan magnet frekuensi rendah terhadap
manusia adalah sebagai berikut (ICNIRP, 2010):

Untuk kuat dan arah medan magnet yang sama, medan listrik yang lebih
tinggi diinduksikan ke dalam tubuh yang berukuran lebih besar karena
lingkaran tertutup (loop) konduksi yang terbentuk lebih besar;
Medan dan arus listrik yang diinduksikan bergantung pada arah medan
magnet eksternal. Umumnya medan yang diinduksikan ke dalam tubuh lebih
besar ketika arah garis-garis medan lurus dari bagian depan ke belakang

tubuh, tapi untuk beberapa organ, nilai induksi lebih tinggi dengan arah garis
medan listrik berbeda;
Medan listrik yang paling lemah diinduksikan oleh medan magnet dengan
arahsejajar poros utama tubuh;
Distribusi medan listrik yang diinduksikan dipengaruhi oleh konduktifitas dari
berbagai organ dan jaringan.

Referensi :
Anies. (2007) : Mengatasi Gangguan Kesehatan Masyarakat Akibat Radiasi Elektromagnetik
Dengan Manajemen Berbasis Lingkungan. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu
Kesehatan Masyarakat FK Universitas Diponegoro Semarang.
International Agency for Research on Cancer (IARC). (2002) : Non Ionizing Radiation Part
1: Static and Extremely Low-Frequency (ELF) Electric and Magnetic Fields. IARC
Monographs on the Evaluation of Carcinogenic Risks to Human, Volume 80, World
Health Organization.
International Commissions on Non-Ionizing Radiation Protection (ICNIRP). (2010) :ICNIRP
Guidelines For Limiting Exposure to Time-Varying Electric and Magnetic Fields (1 Hz
100 kHz). Health Physics. 99 (6): 818-836
Ozdemir, F., dan Kargi, A. 2011. Electromagnetic Waves and Human Health.
www.intechopen.com.
Swamardika, Alit. (2009) : Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik Terhadap
Kesehatan Manusia (Suatu Kajian Pustaka). Jurnal Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Udayana. 8 (1).

Dampak SUTET Terhadap Kesehatan


Masyarakat
Published on 9 October 2014 by Candra Wiguna

Manusia dalam menjalani kehidupannya tidak bisa lepas dari yang namanya energi.
Manusia agar tetap dapat bertahan hidup memerlukan energi kimia berupa makanan
dimana energi tersebut akan diolah dalam bentuk metabolisme. Selain makanannya
manusia juga memerlukan bentuk energi lain agar dapat menjalani aktivitasnya
seperti energi panas yang digunakan untuk memasak, energi mekanik yang
digunakan dalam industri dan bentuk-bentuk energi yang lain
Dari sekian banyak bentuk energi yang ada, energi listrik lah yang paling banyak
dimanfaatkan oleh manusia, hal tersebut dikarenakan energi listrik sangat mudah
diubah menjadi bentuk energi yang lain, sehingga hanya dengan memanfaatkan
energi listrik maka kebutuhan energi yang lain akan dapat terpenuhi, selain itu
energi listrik juga dapat disimpan dan digunakan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan
jadi akan lebih hemat.
Mengingat kebutuhan masyarakat akan listrik yang begitu besar, maka sesuai
dengan UUD 1945 yang menyatakan bahwa aset yang menyangkut harkat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara pemerintah mengambil alih pengelolaan listrik
yang ada di Indonesia dalam sebuah Perusahaan Listrik Negara (PLN). PLN
berkewajiban menyuplai listrik untuk kemudian dimanfaatkan sebesar-besarnya
untuk kepentingan masyarakat dan negara.

Untuk menghasilkan listrik PLN membuat beberapa pembangkit listrik yang


tersebar di berbagai daerah. Beberapa jenis pembangkit listrik milik PLN antara lain
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU),
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN) serta beberapa sumber pembangkit yang menggunakan energi alternatif lain
seperti tenaga angin, tenaga sinar matahari, bahkan kini dikembangkan agar sampah
mampu diolah agar mampu menghasilkan listrik dari gas metana yang dihasilkan.
Dalam upaya terlaksananya pembangunan yang merata maka PLN bertugas untuk
mendistribusikan listrik dari sumber pembangkit listrik ke daerah-daerah lain yang
membutuhkan. Mengingat luas negara Indonesia yang sangat luas sehingga jarak
yang dibutuhkan dari sumber pembangkit listrik ke daerah tujuan juga sangat jauh.
Jika ditinjau maka ini merupakan suatu masalah, karena apabila listrik
ditransmisikan pada jarak yang jauh melalui suatu konduktor, maka lama-kelamaan
energi listrik tersebut akan berkurang karena telah berubah menjadi energi panas
pada kabel listrik. Untuk menghindari hal tersebut maka salah satu cara yang
dilakukan oleh PLN yaitu dengan menaikkan tegangan listrik, hal tersebut sesuai
dengan hukum fisika yaitu pada tegangan yang sangat tinggi dan kuat arus yang
rendah maka listrik tidak akan berubah menjadi energi panas saat dilewatkan pada
suatu konduktor. Maka dari itulah dalam pendistribusian listrik dikenal istilah
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi
(SUTET). Saluran tersebut merupakan kabel-kabel yang dihubungkan pada menara
yang sangat tinggi.
Pada awal-awal pembangunan SUTT maupun SUTET, tidak ada masyarakat yang
memprotes kehadirannya, namun sejak adanya kasus sengketa tanah pada areal
yang dilalui SUTET maka mulailah muncul isu bahwa SUTT dan SUTET adalah
penyebab dari berbagai penyakit dari masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Dalam perkembangannya muncullah berbagai tanggapan terhadap isu tersebut, baik
dari masyarakat awam sampai para ahli. Di antara mereka terbagi menjadi dua
kelompok, kelompok pertama mengatakan bahwa SUTET berdampak pada
kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitarnya, sedangkan kelompok kedua
mengatakan bahwa penyakit yang dialami oleh masyarakat tersebut tidak ada
hubungannya dengan pembangunan SUTET di daerah tersebut, mereka menganggap
bahwa isu tersebut hanya untuk mencari sensasi agar pemerintah mau memberikan
ganti rugi terhadap penyakit yang mereka alami.

Medan Listrik dan Medan Magnet

Ilmu mengenai kelistrikan mulai berkembang sejak sejak adanya teori mengenai
penyusun materi. Dari hasil penelitian maka ditemukan bahwa partikel penyusun zat
adalah atom. Perkembangan selanjutnya ditemukan bahwa atom sendiri tersusun
inti yang terdiri dari neutron, proton yang bermuatan positif, dimana inti tersebut
dikelilingi oleh elektron-elektron yang bermuatan negatif. Pada atom netral jumlah
proton sama dengan jumlah elektron sehingga dalam atom netral total muatannya
adalah nol.
Salah satu sifat dari elektron adalah mampu tereksistansi dan bergerak antara atom
satu ke atom yang lain. Suatu zat akan dikatakan bermuatan negatif apabila zat
tersebut kelebihan elektron, sebaliknya suatu zat akan dikatakan bermuatan positif
apabila zat tersebut kekurangan elektron.
Listrik adalah kondisi dari partikel subatomik tertentu baik itu proton maupun
elektron yang menyebabkan penarikan dan penolakan gaya diantaranya. Gaya listrik
tersebut timbul akibat adanya muatan listrik yang dikandung oleh proton maupun
elektron. Gaya tarik menarik akan timbul apabila dua benda memiliki muatan yang
tidak sejenis, sebaliknya gaya tolak menolak akan timbul apabila dua benda
bermuatan sejenis.
Gaya antara dua buah partikel bermuatan yang dipisahkan oleh suatu jarak tertentu
tanpa kontak antar keduanya disebut action of distance. Konsep yang dapat
menjelaskan tentang gaya tersebut adalah konsep medan. Medan adalah ruang di
sekitar benda dimana setiap titik dalam ruang tersebut akan terpengaruh oleh gaya
yang ditimbulkan oleh benda. Medan yang timbul akibat adanya muatan listrik
disebut medan listrik.
Hans Cristian Oersted, seorang ilmuwan dari Denmark menemukan bahwa di sekitar
kawat berarus listrik terdapat medan magnet. Sedangkan Faraday menemukan
bahwa perubahan medan magnet dapat menimbulkan medan listrik berupa
tegangan induksi, yang dibuktikan dengan menggerakkan magnet dalam kumparan.
Kemudian berdasarkan kedua hasil penelitian tersebut Maxwell menemukan bahwa
perubahan medan listrik dan medan magnet terjadi secara serentak saling tegak
lurus dan yang satu ditimbulkan oleh perubahan yang lainnya. Perubahan kedua

medan tersebut merambat dengan cepat rambat yang sama dengan cepat rambat
cahaya.
Pengertian SUTET

SUTET

atau

Saluran

Udara

Tegangan

Ekstra

Tinggi

merupakan

media

pendistribusian listrik oleh PLN berupa kabel dengan tegangan listriknya dinaikkan
hingga mencapai 500kV yang ditunjukkan untuk menyalurkan listrik dari pusat
pembangkit listrik menuju pusat-pusat beban yang jaraknya sangat jauh.
Tujuan penaikan tegangan listrik tersebut adalah untuk mengurangi energi listrik
yang terbuang akibat diubah menjadi energi panas saat melewati kabel listrik
sehingga energi listrik bisa disalurkan secara efisien. Hal tersebut penting dilakukan
mengingat keadaan geografis dari Indonesia itu sendiri yang sangat luas dan terdiri
atas pulau-pulau dimana tidak semua pulau memiliki sumber daya alam yang
mampu diolah menjadi energi listrik sedangkan listrik merupakan kebutuhan pokok
masyarakat dan industri yang harus dibagi secara merata ke tiap-tiap daerah demi
mewujudkan Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
SUTET sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu SUTET pipa bawah tanah
atau bawah air, dan SUTET konstruksi udara. Indonesia sebagai negara yang
berbentuk kepulauan menggunakan kedua jenis SUTET ini, SUTET bawah air
digunakan untuk mendistribusikan listrik antar satu pulau dengan pulau lain,
sedangkan SUTET konstruksi udara digunakan untuk mendistribusikan listrik di
darat.
Di negara-negara yang memiliki wilayah sangat luas seperti USA dan Rusia
digunakan tegangan yang lebih tinggi dari 500kV, dan diistilahkan dengan Saluran
Udara Tegangan Ultra Tinggi (SUTUT) yang besarnya berkisar 765kV sampai
1100kV dimana jenis saluran yang digunakan adalah konstruksi udara karena biaya
pembuatan serta perawatannya lebih murah dan mudah.
Karena SUTET merupakan kawat yang berarus maka tentu saja SUTET
menghasilkan medan listrik dan medan magnet dalam bentuk gelombang
elektromagnetik. Berikut adalah dampak-dampak yang ditimbulkan oleh medan
listrik pada SUTET yang dapat dirasakan secara kasat mata:

Menimbulkan suara/bunyi mendesis akibat ionisasi pada permukaan penghantar


(konduktor) yang kadang disertai cahaya keunguan,

Bulu/rambut berdiri pada bagian badan yang terpajan akibat gaya tarik medan listrik
yang kecil,

Lampu neon dan tes-pen dapat menyala tetapi redup, akibat mudahnya gas neon di
dalam tabung lampu dan tes-pen terionisasi,

Kejutan lemah pada sentuhan pertama terhadap benda-benda yang mudah


menghantar listrik (seperti atap seng, pagar besi, kawat jemuran dan badan mobil).

Atas alasan keamanan maka pemerintah melalui Peraturan Menteri Pertambangan


dan Energi No. 01.P/47/MPE/1992 mengatur tentang syarat pembangunan SUTET,
yaitu agar jarak minimum titik tertinggi bangunan (pohon) terhadap titik terendah
kawat penghantar SUTET 500 kV harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1. Jarak minimum titik tertinggi bangunan tahan api terhadap titik terendah kawat
penghantar SUTET 500 kV adalah 8,5 m
2. Jarak minimum titik tertinggi jembatan besi titik terendah kawat penghantar SUTET
500 kV adalah 8,5 m
3. Jarak minimum jalan kereta api terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET
500 kV adalah 15 m
4. Jarak minimum lapangan terbuka terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET
500 kV adalah 11 m
5. Jarak minimum titik tertinggi bangunan tidak tahan api terhadap titik terendah
kawat penghantar SUTET 500 kV adalah 15 m
6. Jarak minimum titik tertinggi bangunan tidak tahan api terhadap titik terendah
kawat penghantar SUTET 500 kV adalah 15 m
7. Jarak minimum jalan raya terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET 500 kV
adalah 15 m.

Dalam pembangunan SUTET juga dikenal istilah ruang bebas dan ruang aman.
Ruang bebas adalah ruang yang harus bebas dari benda-benda dan kegiatan lainnya.
Ruang bebas ditetapkan berbeda-beda dalam luas dan bentuk. Sementara ruang
aman adalah ruang yang berada di luar ruang bebas dimana pada ruang aman lahan
atau tanahnya yang masih dapat dimanfaatkan. Dalam ruang aman pengaruh kuat
medan listrik dan kuat medan magnet sudah dipertimbangkan dengan mengacu
kepada peraturan yang berlaku. Ruang bebas dan ruang aman dapat diatur besarnya
sesuai kebutuhan pada saat mempersiapkan rancang bangun.
Ruang aman dapat diperluas dengan cara meninggikan menara dan atau
memperpendek jarak antara menara, sehingga bila ada pemukiman yang akan
dilintasi SUTT / SUTET yang akan dibangun berada di dalam ruang yang aman.
Dampak SUTET Terhadap Kesehatan Masyarakat

Pada bulan Mei tahun 2000 terjadi kasus sengketa tanah antara warga yang tinggal
di kawasan SUTET dengan PLN, kasus tersebut berbuntut panjang hingga mulai
muncul isu bahwa masyarakat yang tinggal di bawah menara SUTET merasa
dirugikan dari segi kesehatan karena merasa berbagai penyakit yang mereka alami
disebabkan oleh adanya pengaruh medan listrik dan medan magnet yang
ditimbulkan oleh SUTET. Kemudian isu ini kembali mencuat pada awal tahun 2006,
masyarakat yang tinggal di kawasan SUTET melakukan aksi mogok makan menuntut
dana kompensasi yang harus dibayar oleh PLN akibat dampak negatif yang
ditimbulkan medan listrik dan medan magnet SUTET terhadap kesehatan mereka.
Walaupun PLN telah berkelit bahwa pembangunan SUTET telah sesuai dengan
standar pemerintah namun jika ditinjau ulang peraturan mengenai rancang bangun
SUTET ternyata hanya ditunjukkan untuk menanggulangi hal-hal yang bersifat
teknis bukan dari kesehatan. Sebagai contoh peraturan tentang jarak minimum
SUTET terhadap rumah penduduk ditunjukkan agar apabila terjadi gempa dan
menara SUTET roboh maka masyarakat yang tinggal di bawahnya tidak tersengat
listrik, padahal SUTET juga menghasilkan medan listrik dan medan magnet yang
yang dampaknya terhadap manusia masih kontroversial.
Medan listrik dan medan magnet termasuk kelompok radiasi non-pengion. Radiasi
ini relatif tidak berbahaya, berbeda sama sekali dengan radiasi jenis pengion seperti
radiasi nuklir atau radiasi sinar rontgen. Baik medan listrik dan medan magnet

sebenarnya sudah ada sejak bumi terbentuk. Awan yang mengandung potensial air,
terdapat medan listrik yang besarnya antara 3000 30.000 V/m. Demikian juga
bumi secara alamiah bermedan listrik (100 500 V/m) dan bermedan magnet
(0,004 0,007 mT). Di dalam rumah, di tempat kerja, di kantor atau di bengkel
terdapat medan listrik dan medan magnet buatan. Medan listrik dan medan magnet
ini biasanya berasal dari instalasi dan peralatan listrik. Pada sistem instalasi yang
bertegangan dan berarus selalu timbul medan listrik. Tetapi medan listrik ini sudah
melemah karena jaraknya cukup jauh dari sumber.
Di bawah SUTR dan SUTM kuat medan magnet bervariasi antara 0,13,5 mikrotesla.
Di dalam bangunan rumah, kantor, bengkel atau pabrik, medan magnet karena
saluran udara ini jauh lebih lemah lagi. Diusahakan dalam pemilihan jalur SUTET
tidak melintas daerah pemukiman, hutan lindung maupun cagar alam. Di beberapa
daerah pemukiman yang padat mungkin tidak bisa dihindari jalur SUTET untuk
melintas, tetapi baik medan listrik maupun medan magnet tidak boleh di atas
ambang batas yang diperbolehkan.
Kekhawatiran akan pengaruh buruk medan listrik dan medan magnet terhadap
kesehatan dipicu oleh publikasi hasil penelitian yang dilakukan oleh Wertheimer dan
Leeper pada tahun 1979 di Amerika. Penelitian tersebut menggambarkan adanya
hubungan kenaikan risiko kematian akibat kanker pada anak dengan jarak tempat
tinggal yang dekat jaringan transmisi listrik tegangan tinggi. Banyak ahli yang
meragukan hasil penelitian tersebut dengan menunjuk berbagai kelemahannya,
antara lain tidak adanya data hasil pengukuran kuat medan listrik dan medan
magnet yang mengenai kelompok anak-anak yang diteliti. Kemudian berbagai ahli
mulai lebih mendalami penelitian ini, namun hasil yang didapat justru beragam,
bahkan sebagian besar bersifat kontradiktif. Dilaporkan, studi Feyching dan
Ahlboum pada tahun 1993, meta analisisnya merupakan penelitian yang mendukung
hasil Wertheimer,sedangkan koreksi yang dilakukan oleh peneliti lainnya seperti
yang dilakukan oleh Savitz dan kawan-kawan serta temuan studi Fulton dan kawankawan, ternyata hubungan tersebut tidak ada. Hasil penelitian dengan metode yang
lebih disempurnakan pernah dilakukan oleh Maria Linett dan kawan-kawan dari
National Cancer Institute -Amerika tahun 1997. Penelitian yang melibatkan lebih
kurang 1200 anak ini melaporkan bahwa tidak ada hubungan antara kejadian kanker
pada anak yang terpajan medan listrik dan medan magnet dengan anak-anak yang
tidak terpajan. Hasil yang sama juga diperoleh pada studi Kanada 1999, studi Inggris

1999-2000 dan studi Selandia Baru. Temuan tersebut mengukuhkan penolakan


terhadap hasil penelitian yang dilakukan oleh Wertheimer dan Leeper tersebut.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Dr. Gerald Draper dalam studi yang dilakukan
bersama dengan koleganya dari Chilhood Cancer Research Group di Oxford
University dan Dr. John Swanson, penasehat sains di National Grid Transco,
menemukan bahwa anak-anak yang tinggal kurang dari 200 meter dari jalur
tegangan tinggi, saat dilahirkan memiliki risiko menderita leukemia sebesar 70
persen daripada yang tinggal dari jarak 600 meter atau lebih. Ditemukan lima kali
lipat lebih besar kasus leukemia pada bayi yang dilahirkan di daerah sekitar SUTET
atau sebesar 400 dalam setahun dari 1 persen jumlah penduduk yang tinggal di
daerah tersebut. Secara keseluruhan, anak-anak yang hidupnya dalam radius 200
meter dari tiang tegangan tinggi sekitar 70 persen diantaranya terkena leukemia dan
yang hidup antara 200-600 meter sekitar 20 persen dibandingkan dengan yang
tinggal lebih dari 600 meter. Walaupun demikian, peningkatan risiko leukemia
masih ditemukan pada jarak dimana besar medan listrik bernilai di bawah kondisi di
dalam rumah, sehingga disimpulkan bahwa peningkatan risiko leukemia tidak
diakibatkan oleh medan listrik atau medan magnet yang diakibatkan oleh SUTET.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Corrie Wawolumaya dari Bagian Ilmu
Kedokteran

Komunitas

Fakultas

Kedokteran

Universitas

Indonesia

pernah

melakukan penelitian terhadap pemukiman di sekitar SUTET. Hasilnya tidak


ditemukan hubungan antara kanker darah (leukemia) dan SUTET
Berdasarkan hasil penelitian Dr. Anies, M.Kes. PKK dari UNDIP, pada penduduk di
bawah SUTET 500 kV di Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, dan
Kabupaten Tegal (2004) menunjukkan bahwa besar risiko electrical sensitivity pada
penduduk yang bertempat tinggal di bawah SUTET 500 kV adalah 5,8 kali lebih
besar dibandingkan dengan penduduk yang tidak bertempat tinggal di bawah SUTET
500 kV. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pajanan medan elektromagnetik
yang berasal dari SUTET 500 kV berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada
penduduk, yaitu sekumpulan gejala hipersensitivitas yang dikenal dengan electrical
sensitivity berupa keluhan sakit kepala (headache), pening (dizziness), dan keletihan
menahun (chronic fatigue syndrome). Hasil penemuan Anies menyimpulkan bahwa
ketiga gejala tersebut dapat dialami sekaligus oleh seseorang, sehingga penemuan
baru ini diwacanakan sebagai Trias Anies.

Dalam tiga dekade terakhir ini telah dilakukan berbagai penelitian tentang dampak
medan elektromagnetik terhadap kesehatan manusia. Reiter (1997) melaporkan,
pemajanan medan elektromagnetik dapat mempengaruhi metabolisme hormon
melatonin (N-acetyl-5-metoksitriptamin) yang diproduksi oleh kelenjar pineal.
Hormon ini berfungsi menekan timbulnya kanker, terutama kanker payudara.
Rendahnya produksi hormon melatonin dapat menimbulkan risiko kanker payudara.
Kenaikan kadar hormon melatonin dapat menaikkan kadar prolaktin, menyebabkan
pembesaran payudara dan menurunkan kemampuan seksual. Di samping itu,
hormon melatonin mengatur irama sirkadian atau irama bangun dan tidur, sehingga
rendahnya kadar melatonin dapat mengakibatkan sukar tidur.
Penelitian pengaruh SUTET terhadap kesehatan manusia menghasilkan hasil yang
beragam karena penelitian ini memang sangat sulit dilakukan, hal tersebut karena
penelitian yang selama ini dilakukan hanya bersifat observasi serta subjektivitas dari
orang yang tinggal di areal SUTET, padahal agar mendapatkan data yang akurat
maka metode eksperimen sangat diperlukan agar dihasilkan data yang akurat dan
objektif, namun penelitian dengan manusia sebagai objek eksperimen tentu tidak
mungkin dilakukan karena dianggap tidak etis dan manusiawi.
Penelitian dengan menggunakan hewan percobaan sebenarnya pernah dilakukan
sejak tahun 60-an dengan hasilnya bervariasi mulai dari gambaran yang tidak
berpengaruh, adanya perubahan perilaku sampai pada pengaruh terjadinya cacat
pada keturunan. Sesungguhnya hasil penelitian pada hewan yang menunjukkan
adanya pengaruh buruk tersebut diakibatkan oleh penggunaan kuat medan listrik
atau medan magnet yang sangat besar dalam percobaan tersebut. Percobaan dengan
kuat medan listrik dan medan magnet sampai pada tingkat yang menghasilkan
kelainan tersebut memang diperlukan untuk mengetahui proses terjadinya gangguan
tertentu sehingga dapat dipergunakan sebagai dasar penanggulangannya. Kuat
medan listrik dan medan magnet yang digunakan pada percobaan tersebut hampir
mustahil dapat dihasilkan dan terjadi di lingkungan sekitar kehidupan manusia.
Pengaruh medan listrik dan medan magnet terhadap kesehatan sangat tergantung
pada dosis yang diterimanya. Dosis yang kecil tentu tidak akan berpengaruh, bahkan
penelitian yang dilakukan oleh Piekarsi dari negara bekas Uni Soviet menunjukkan
efek positif terhadap penyambungan tulang yang patah pada anjing percobaan.
John Moulder mencoba menarik kesimpulan dari ratusan penelitian tentang dampak
SUTET terhadap kesehatan. Moulder menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan

sebab akibat antara medan tegangan listrik dan kesehatan manusia (termasuk
kanker). Walaupun demikian medan tegangan listrik belum bisa dibuktikan benarbenar aman. Selain itu disepakati juga bahwa jika ada bahaya kesehatan terhadap
manusia, maka itu hanya terjadi pada sebagian kecil kelompok. Pernyataan tersebut
diperkuat oleh WHO yang berkesimpulan bahwa tidak banyak pengaruh yang
ditimbulkan oleh medan listrik sampai 20 kV/m pada manusia dan medan listrik
sampai 100 kV/m tidak mempengaruhi kesehatan hewan percobaan. Selain itu,
percobaan beberapa sukarelawan pada medan magnet 5 mT hanya memiliki sedikit
efek pada hasil uji klinis dan fisik.
Para ahli telah sepakat bahwa medan listrik dan medan magnet yang berasal dari
jaringan listrik digolongkan sebagai frekuensi ekstrem rendah dengan konsekuensi
kemampuan

memindahkan

energi

sangat

kecil,

sehingga

tidak

mampu

mempengaruhi ikatan kimia pembentuk sel-sel tubuh manusia. Di samping itu sel
tubuh manusia mempunyai kuat medan listrik sekitar 10 juta Volt/m yang jauh lebih
kuat dari medan listrik luar. Medan listrik dan medan magnet dengan frekuensi
ekstrem rendah ini juga tidak mungkin menimbulkan efek panas seperti yang dapat
terjadi pada efek medan elektromagnet gelombang mikro, frekuensi radio, dan
frekuensi yang lebih tinggi seperti pada telepon seluler. Adanya sementara orang
yang tinggal dekat dengan jaringan transmisi listrik melaporkan keluhan-keluhan
seperti sakit kepala, pusing, berdebar dan susah tidur serta kelemahan seksual
adalah bersifat subyektif, karena persepsi mereka yang kurang tepat.
Batas Pajanan Medan Listrik dan Medan Magnet

Atas

dasar

penelitian

akan

dampak

medan

elektromagnetik

yang

masih

kontroversial. Maka demi alasan keamanan tentu saja batas-batas medan listrik dan
medan magnet pada manusia harus ditetapkan secara jelas. Kriteria yang dipakai
dalam penentuan batas pajanan menggunakan rapat arus yang diinduksi dalam
tubuh. Karena arus-arus induksi dalam tubuh tidak dapat dengan mudah diukur
secara langsung maka penentuan batas pajanan diturunkan dari nilai kriteria arus
induksi dalam tubuh berupa kuat medan listrik yang tidak terganggu dan rapat fluks
magnetik (Berhardt, 1985 serta Kaune dan Forsythe, 1985).
Secara garis besar, energi total yang diserap dan distribusinya di dalam tubuh
manusia adalah tergantung beberapa hal:

Frekuensi dan panjang gelombang medan elektromagnetik.

Polarisasi medan EMF.

Konfigurasi (seperti jarak) antara badan dan sumber radiasi EMF.

Keadaan paparan radiasi, seperti adanya benda lain di sekitar sumber radiasi.

Sifat-sifat elektrik (listrik) tubuh (konstan dielektrik dan konduktivitas). Hal ini
sangat tergantung pada kadar air di dalam tubuh. Radiasi akan lebih banyak diserap
pada media dengan konstan dielektrik yang tinggi, seperti otak, otot, dan jaringan
lainnya dengan kadar air yang tinggi.

UNEP, WHO dan IRPA pada tahun 1987 mengeluarkan suatu pernyataan mengenai
nilai rapat arus induksi terhadap efek-efek biologis yang ditimbulkan akibat pajanan
medan listrik dan medan magnet pada frekuensi 50-60HZ terhadap tubuh manusia
sebagai berikut:

Antara 1 dan 10 mA/m2 tidak menimbulkan efek biologis yang berarti.

Antara 10 dan 100 mA/m2 menimbulkan efek biologis yang terbukti termasuk efek
pada sistem penglihatan dan syaraf.

Antara 100 dan 1000 mA/m2 menimbulkan stimulasi pada jaringan-jaringan yang
dapat dirangsang dan ada kemungkinan bahaya terhadap kesehatan.

Di atas 1000 mA/m2 dapat menimbulkan ekstrasistole dan vibrasi ventrikular dari
jantung (bahaya akut terhadap kesehatan).

Sementara menunggu ditetapkannya Enviromental Health Criteria dari WHO


mengenai medan elektromagnetik, Pemerintah akan mengadopsi rekomendasi
International Radiation Protection Association (IRPA) dan WHO 1990 untuk batas
pajanan Medan Listrik dan Medan Magnet 50 60 Hz sebagai berikut:
Klasifikasi

Medan Listrik
(kV/m)

Medan Magnet
(miliTesla)

Lingkungan Kerja

Sepanjang hari kerja


Waktu singkat
Anggota tubuh

10
30 (s/d 2 jam per hari)
-

0,5
5,0 (s/d 2 jam per hari)
25

Lingkungan Umum

Sampai 24 jam per hari


Beberapa jam per hari

5
10

0,1
1

Standar medan listrik dan medan magnet 50-60 Hz di beberapa negara maju untuk
tingkat pajanan terus menerus pada kelompok masyarakat umum (MU) dan
kelompok pekerja (KP) adalah sebagai berikut:
Standard
Medan Listrik (kV/m)
Medan Magnet (mT)
MU
KP
MU
KP
IRPA (1990)
5
10
0,1
0,5
Australia NHMRC (1989)
5
10
0,1
0,5
Jerman (1989)
20,6
20,6
5,024
5,024
UK NRPB (1989)
12,28
12,28
2,0
2,0
USSR (1975; 1978)

.
5

10
USSR (1985)
.

1,76
USA ACGIH (1991)

25

1,0 (60 Hz)


Polandia

15

Sumber : IRPA, 1991; Pakpahan, 1992 ; WHO, 1987


Di Indonesia, pengamanan terhadap pengaruh medan listrik dan medan magnet 5060 Hz pada tegangan 115 V, diatur berdasarkan Peraturan Menteri Pertambangan
dan Energi No. 01.P/47/MPE/ 1992, dengan ketentuan sebagai berikut :
MEDAN LISTRIK:
Peralatan
Medan listrik berjarak 30 cm (kV/m)
Peralatan
Medan Listrik berjarak 30 cm(kV/m)
1.0in > selimut listrik
0,500
1.0in>Pengering rambut
0,040
Stereo Set
0,180
TV berwarna
0,030

1.0in > lemari pendingin


0,060
1.0in>Penyedot debu
0,016
1.0in > setrika listrik
0,060
1.0in>Lampu pijar
0,002
15
MEDAN MAGNET
Peralatan
Medan Magnet (0,001 x mT) pada jarak
3 cm
30 cm
100 cm
1.0in > Pengering rambut
6 2000
0,01 7
0,01 0,3
Alat cukup
15 1500
0,08 5
0,01 0,3
Bor listrik
400 800
2 3,5
0,08 0,2
1.0in > Mixer
60 700
0,6 10
0,02 0,025
1.0in > Televisi
2,5 50
0,04 2
0,01 0,15
1.0in > Setrika listrik

8 30
0,12 0,3
0,01 0,025
1.0in > Lemari pendingin
0,5 1,7
0,01 0,25
< 0,01
Sumber : Departemen Pertambangan dan Energi (No. 01.P/47/MPE/1992)
Dalam menentukan batas medan dari medan listrik dan medan magnetik yang aman
bagi tubuh manusia maka diperlukan suatu satuan baru, satuan tersebut adalah
SAR. SAR atau Specific Absorption Rate yaitu unit ukuran paparan gelombang radio
terhadap tubuh manusia. Pengukuran SAR dilakukan dengan metode-metode yang
telah dibakukan yaitu ketika peralatan elektronik memancarkan gelombang radio
pada tingkat energi tertinggi yang diizinkan pada semua batas panjang gelombang
yang digunakan.
Informasi data SAR untuk penduduk di negara-negara yang telah menganut ambang
batas SAR yang dianjurkan oleh badan International Commision on Non-Ionizing
Radiation Protection (ICNIRP) atau Komisi Perlindungan Radiasi Non-Ionik, yaitu
sebesar 2W/kg yang dirata-ratakan pada 10gram jaringan tubuh. Negara tersebut
antara lain negara-negara Uni Eropa, USA, Jepang, Brasil dan Selandia Baru.
Pengukuran Kuat Medan Listrik dan Medan Magnet SUTET

Untuk mengetahui berapa kuat medan listrik dan medan magnet yang dihasilkan
oleh SUTET serta memastikan apakah SUTET berdampak pada kesehatan sesuai
standar yang ditetapkan oleh pemerintah dan WHO maka pengukuran terhadap kuat
medan listrik dan kuat medan magnet pada SUTET perlu dilakukan.
Pengukuran medan listrik di bawah jaringan SUTET 500 kV telah dilakukan di
lapangan terbuka tanpa pepohonan pada andongan terendah di 4 lokasi yaitu
Ciledug, Cirata, Ungaran dan Gresik. Berikut adalah data hasil pengukuran:

Ciledug mencapai angka maksimum 4 kV/m pada titik di bawah konduktor phasa
sejarak 10 meter dari pusat sumbu saluran.

Cirata mencapai angka maksimum 17 kV/m pada titik sejarak 5 m

Ungaran mencapai angka maksimum 4,78 kV/m pada titik sejarak 15 m

Gresik mencapai angka maksimum 3,32 kV/m pada titik sejarak 20 m.

Menurut IRPA dan WHO, batasan pajanan kuat medan listrik yang diduga dapat
menimbulkan efek biologis untuk umum adalah 5 kV/m, sedang hasil pengukuran di
lapangan terbuka terhadap kuat medan listrik di bawah SUTET mencapai angka
maksimum 4.78 kV/m (di Ungaran) pada titik sejarak 15 m, kecuali di daerah Cirata
mencapai 17 kV/m tetapi ini merupakan tempat tebing dan curam yang tidak dilalui
penduduk.
Pengukuran kuat medan Listrik di dalam rumah juga dilakukan di 3 lokasi pada
posisi listrik hidup, dengan hasil pengukuran sebagai berikut:

Desa Marga Hurip, Kec. Banjaran, Kab. Bandung diperoleh angka maksimum 0.0255
kV/m

Desa Genuk RT. 01 Ungaran diperoleh angka maksimum 0.0124 kV/m; dan
perumahan Bhakti Pertiwi Gresik diperoleh angka maksimum 0.0175 kV/m. Dari
data hasil pengukuran tersebut dapat diketahui bahwa medan listrik yang dihasilkan
oleh SUTET masih jauh jika dibandingkan dengan standar dari WHO atau
pemerintah.

Pengukuran medan magnet juga dilakukan di 4 tempat yang sama dengan


pengukuran medan listrik. Berikut adalah data hasil pengukuran:

Pengukuran kuat medan untuk Ciledug mencapai angka maksimum 0,0021 miliTesla
di titik 0 meter (sejajar tower).

Cirata mencapai angka maksimum 0,036 miliTesla pada titik sejarak 0 m.

Ungaran mencapai angka maksimum 0,00180 miliTesla pada titik sejarak 0 m.

Gresik mencapai angka maksimum 0,0021 miliTesla pada titik sejarak 0 m.

Menurut IRPA dan WHO, batasan pajanan kuat medan magnet yang diduga dapat
menimbulkan efek biologis untuk umum adalah 0,5 mili Tesla, sedang seperti
diuraikan di atas kuat medan magnet di bawah SUTET 500 kV di lapangan terbuka

mencapai harga maksimum 0,036 mili Tesla (di Cirata) pada titik 0 m sejajar tower.
Jadi masih sangat jauh di bawah ambang batas yang ditetapkan.
Pengukuran kuat medan magnet pada areal perumahan juga dilakukan di tiga lokasi
pada posisi listrik nyala, dan diperoleh hasil sebagai berikut:

Desa Marga Hurip, Kec. Banjaran, Kab. Bandung diperoleh angka maksimum 0.0255
mili Tesla.

Desa Genuk RT. 01 Ungaran diperoleh angka maksimum 0.0124 mili Tesla.

Perum Bhakti Pertiwi Gresik diperoleh angka maksimum 0.0175 mili Tesla.

Pengukuran kuat medan magnet di dalam rumah dengan posisi listrik nyala
memperlihatkan harga yang kecil. Hal ini, sama seperti pada kasus pengukuran
medan listrik. Hasil pengukuran ini jauh di bawah batas pajanan yang
diperbolehkan. Hal tersebut berarti SUTET tidak berdampak terhadap kesehatan
warga yang tinggal di bawahnya sesuai dengan standar pemerintah dan WHO.
Cara Mengurangi Dampak Negatif SUTET

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa menurut standar WHO dan pemerintah
maka SUTET dinyatakan aman. Namun hak tersebut masih sangat meragukan,
berhubung banyak kasus yang telah dialami warga yang tinggal di areal SUTET
apalagi standar akan batas minimal medan listrik dan medan magnetik belum dapat
diketahui secara pasti. Untuk itu upaya-upaya pencegahan serta penanggulangan
akan dampak SUTET terhadap kesehatan sangat disarankan.
Dari penelitian yang sudah dilakukan ditemukan kuat medan listrik di halaman/luar
rumah lebih tinggi dibandingkan dengan di dalam rumah, hal tersebut disebabkan
karena pada halaman rumah media penghalang gelombang elektromagnetik lebih
sedikit jika dibandingkan dengan di dalam rumah. Dari sana dapat diketahui upayaupaya apa saja yang dapat dilakukan dalam menanggulangi dampak medan listrik
dan medan magnetik yang dihasilkan oleh SUTET berikut diantaranya:

Mengusahakan agar rumah berlangit-langit.

Menanam pepohonan sebanyak mungkin di sekitar rumah pada lahan yang kosong.

Bagian atap rumah yang terbuat dari atap logam sebaiknya ditanahkan
(digroundkan).

Penduduk disarankan tidak berada di luar rumah terutama pada malam hari
terutama antara jam 17-22 karena pada saat itu arus yang mengalir pada kawat
penghantar berada pada titik puncak beban puncak.

Sesering mungkin melakukan pengukuran tegangan pada peralatan rumah yang


terbuat dari logam jika ternyata tegangannya cukup tinggi maka diusahakan
peralatan tersebut dijauhkan dari rumah atau lebih jarang dipakai.

Penduduk disarankan untuk tidak memasuki daerah sekitar pertanahan kaki menara
yang telah diberi pagar oleh PLN.

Yang dimaksud dengan pentanahan adalah menghubungkan benda-benda yang


terbuat dari logam seperti atap seng, kawat jemuran mobil, motor, dengan tanah
dengan menggunakan kabel. Tujuan dari pentanahan tersebut adalah untuk
menetralkan serta mencegah terjadinya pengkutuban muatan yang dapat terjadi
pada objek-objek tersebut.
Dalam penanaman pohon disarankan agar puncak pohon berjarak minimum 15 M
dari kabel SUTET terbawah. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari
bersentuhnya bagian pohon dengan kabel SUTET yang dapat berakibat putusnya
kabel SUTET. Walaupun demikian bahaya putusnya kawat SUTET belum pernah
dijumpai, yang dijumpai adalah pecahnya isolator, oleh sebab itu PLN mulai
menggunakan isolator ganda.
http://ilmukesmas.com/dampak-sutet-terhadap-kesehatan-masyarakat/

Antara 50 Hz dan 60 Hz
Arwindra Rizqiawan

Frekuensi, selain tegangan dan arus, adalah besaran yang akan dikonfirmasi oleh
setiap orang yang akan memakai suatu peralatan listrik. Jawabannya pun hanya
antara 50 Hz dan 60 Hz, asal frekuensi peralatan tersebut sudah cocok dengan
jaringan listrik yang ada maka alat tersebut akan baik-baik saja. Selama ini kita tahu
dan menerima saja bahwa ada dua jenis frekuensi yang dipakai di sistem tenaga,
namun, mengapa 50 Hz dan 60 Hz? Tulisan ini akan mengulas singkat tentang
frekuensi-frekuensi tersebut pada sistem tenaga listrik kita.
Frekuensi
Frekuensi secara umum dapat diartikan sebagai jumlah kemunculan suatu kejadian
yang berulang pada suatu jangka waktu tertentu. Frekuensi didefinisikan
sebagai jumlah periode gelombang yang terjadi selama 1 detik. Mengacu pada SI,
satuan frekuensi adalah Hertz yaitu jumlah siklus per detik. Nama ini diberikan
sebagai penghargaan kepada Heinrich R. Hertz atas kontribusinya pada bidang
gelombang elektromagnetik.

Pada sistem tenaga listrik, istilah frekuensi diasoasikan dengan


frekuensi tegangan dan arus listrik. Frekuensi ini diperoleh dari kombinasi
jumlah putaran dan jumlah kutub listrik pada generator di pembangkit listrik. Pada
awal sejarah munculnya listrik, pemahaman terhadap frekuensi tidak seperti yang
sekarang ini kita semua pahami. Pada masa itu frekuensi lebih dipahami sebagai
banyaknya jumlah perubahan polaritas (alternasi) per menit, akibatnya pada masa
tersebut banyak kita temui frekuensi sistem tenaga yang apabila kita ubah ke definisi
frekuensi modern akan menghasilkan angka yang tidak lazim, seperti 83 Hz atau 133
Hz.
Perkembangan Frekuensi pada Sistem Tenaga Listrik
Kita kembali ke sekitar tahun 1890an dimana listrik masih baru mulai berkembang.
Pada masa itu listrik masih bersifat lokal, tidak ada transmisi jarak jauh, tidak ada
interkoneksi, dan beban utama adalah penerangan. Akibatnya adalah muncul
bermacam-macam frekuensi listrik yang beroperasi tergantung pada perusahaan
penyedia generator pada pusat pembangkit lokal.
Di Amerika Utara, Westinghouse memilih mengoperasikan generator buatannya
pada 133 Hz, sementara Thompson-Houston (sebelum nanti namanya berubah
menjadi General Electric) menggunakan generator yang beroperasi menghasilkan
125 Hz. Di Britania Raya, frekuensi sistem bervariasi mulai dari 83 Hz hingga 133
Hz. Frekuensi yang beroperasi di eropa daratan juga bervariasi mulai dari 30 Hz
hingga 70 Hz. AEG dari Jerman menggunakan frekuensi 40 Hz untuk
mentransmisikan listrik sejauh 175 km ke Frankfurt, MFO dari Swiss menggunakan
frekuensi 50 Hz untuk mentransmisikan listrik ke pabriknya, sementara Ganz dari
Hungaria menggunakan 42 Hz untuk melayani konsumen beban penerangannya.
Begitu banyaknya frekuensi yang muncul menawarkan kelebihan dan kekurangan
masing-masing, disamping juga mengakibatkan kebingungan tersendiri. Beberapa
hal yang menjadi pertimbangan untuk mendapatkan frekuensi yang paling tepat,
sesuai dengan teknologi dan karakteristik sistem tenaga listrik jaman tersebut,
diantaranya:
1. Frekuensi yang tinggi dengan pertimbangan transformator
Semakin tinggi frekuensi operasi maka ukuran transformator akan semakin kecil.
Keuntungan menggunakan frekuensi yang lebih tinggi adalah biaya produksi
transformator akan bisa menjadi lebih murah.

2. Frekuensi yang rendah dengan pertimbangan turbin-generator


Generator-generator pada masa tersebut umumnya diputar dengan menggunakan
sabuk yang terhubung ke turbin, seperti pada generator Westinghouse yang
menghasilkan frekuensi 133 Hz. Perkembangan selanjutnya adalah menghubungkan
langsung turbin dengan generator pada 1 sumbu, namun dengan teknologi pada
masa itu hanya bisa apabila putaran generator-turbin cukup rendah, artinya
frekuensi listrik yang dihasilkan juga rendah.
3. Frekuensi dengan pertimbangan lampu penerangan
Beban utama yang dilayani sistem tenaga listrik pada saat itu adalah beban
penerangan. Beban penerangan menuntut frekuensi sistem yang tidak rendah,
karena akan mengakibatkan lampu yang berkedip-kedip. Frekuensi sistem harus
tinggi supaya kedip pada lampu tidak lagi terasa oleh mata manusia.
4. Perkembangan teknologi motor listrik
Motor induksi mulai berkembang pada masa tersebut. Belum adanya teknologi
pengaturan kecepatan motor mengkibatkan motor akan berputar proporsional
dengan frekuensi sistem tenaga listrik yang ada. Produsen motor listrik pada
umumnya adalah perusahaan yang juga membuat generator sehingga cenderung
untuk memproduksi motor listrik yang sesuai dengan spesifikasi frekuensi generator
yang diproduksinya sendiri, misalnya MFO dari Swiss dengan sistem 50 Hz. Apabila
kita ingin menggunakan motor listrik tersebut, tentu saja kita harus menyediakan
sistem tenaga yang sesuai dengan spesifikasi frekuensi motor tersebut.
Kompromi menjadi jalan tengah untuk mendapatkan frekuensi terbaik dari sekian
banyak persyaratan yang saling berlawanan tersebut. Angka kompromi yang muncul
pada masa itu adalah frekuensi pada kisaran 50 60 Hz. Angka tersebut cukup
rendah untuk teknologi pembangkitan, cukup tinggi untuk mendapatkan
transformator yang sesuai, dan cukup tinggi supaya kedip pada lampu penerangan
tidak terasa.
Tidak cukup jelas alasan mengapa pada akhirnya sistem tenaga listrik Eropa
berkembang dengan menggunakan 50 Hz, sedangkan sistem tenaga listrik di
Amerika Utara berkembang dengan menggunakan 60 Hz. Kembali pada faktor
produsen generator pada masa tersebut, selain itu sudah dimulainya interkoneksi
antar daerah yang bertetangga. Apabila suatu daerah ingin digabungkan melalui
interkoneksi, frekuensi yang dipilih harus sama dengan frekuensi yang sudah ada
sebelumnya yaitu 50 Hz atau 60 Hz.

50 Hz dan 60 Hz

Peta pemakaian jenis frekuensi di dunia (www.cites.illinois.edu)

Perdebatan lebih bagus mana 50 Hz atau 60 Hz akan selalu ada, dan tidak akan
pernah selesai. Para pengguna 60 Hz akan mengatakan bahwa sistem 50 Hz tidak
seefisien 60 Hz pada penyaluran daya, transformator 50 Hz membutuhkan belitan
yang lebih besar, generator 50 Hz berputar lebih lambat sehingga tidak seefektif
generator 60 Hz. Di sisi lain, para pengguna 50 Hz akan mengatakan bahwa rugirugi pada transformator 60 Hz akan lebih besar karena ada rugi-rugi yang
tergantung frekuensi operasi, frekuensi yang lebih tinggi akan membatasi ukuran
konduktor pada transmisi tegangan tinggi. Padahal, apabila kita lihat kembali sekian
banyak frekuensi yang pernah muncul pada awal-awal perkembangan listrik, baik 50
Hz atau 60 Hz relatif sama saja dibandingkan dengan frekuensi rendah 25 Hz
ataupun frekuensi tinggi 133 Hz yang pernah muncul dan beroperasi.
Akibat interkoneksi yang semakin meluas serta faktor industrialisasi dan
kolonialisasi juga, sekarang ini frekuensi 50 Hz digunakan oleh kebanyakan negara
di dunia, sementara 60 Hz populer di negara-negara Amerika Utara. Jepang adalah
kasus khusus karena menjadi negara yang memiliki dua sistem frekuensi 50 Hz dan
60 Hz sekaligus.
Jepang: Negara Dua Frekuensi
Jepang adalah salah satu negara yang unik di dunia dari sudut pandang frekuensi
sistem tenaga yang digunakan. Jepang memiliki dua frekuensi operasi, 50 Hz dan 60
Hz, pada satu sistem interkoneksi secara sekaligus. Kejadian ini boleh dibilang
merupakan kecelakaan, pada awal keberadaan listrik di Jepang sekitar tahun
1890an. Perkembangan listrik di Jepang timur dimulai dari Tokyo yang mengimpor

generator set dari AEG Jerman dengan frekuensi 50 Hz, kota-kota lain di Jepang
timur pun mengacu Tokyo dengan menggunakan frekuensi 50 Hz. Sementara itu,
untuk wilayah Jepang bagian barat, dimulai dari Osaka yang mengimpor generator
dari GE Amerika Serikat yang menggunakan frekuensi 60 Hz. Perkembangan
selanjutnya kota-kota di Jepang bagian barat mengacu pada Osaka dengan
menggunakan frekuensi 60 Hz.

Peta pembagian frekuensi di Jepang (www.tepco.co.jp)

Untuk menggabungkan dua frekuensi yang berbeda, Jepang harus menggunakan


sistem HVDC back to backsehingga daya tetap bisa saling mengalir ke dua sistem
frekuensi yang berbeda. Terdapat tiga gardu induk HVDC back to backuntuk
menghubungkan kedua frekuensi tersebut, yaitu di Higashi-Shimizu, Shin-Shinano,
dan Sakuma. Total kapasitas ketiga gardu penghubung tersebut adalah 1GW.
Pada kondisi normal, operasi interkoneksi dengan dua frekuensi yang berbeda tidak
menjadi masalah, apalagi dengan didukung oleh saluran penghubung yang
berkapasitas hingga 1 GW. Tetapi, Jepang mengalami masalah akibat perbedaan
frekuensi ini setelah gempa dan tsunami besar di daerah Tohoku pada Maret 2011.
Setelah gempa dan tsunami, total daya listrik yang hilang di Jepang bagian timur
mencapai 9.7 GW. Sementara saluran penghubung hanya mampu total 1 GW,
akibatnya daya yang dihasilkan oleh pembangkit di Jepang bagian barat tidak bisa
disalurkan untuk memenuhi defisit energi di daerah Jepang timur. Praktis pada
kondisi darurat seperti ini, sistem interkoneksi Jepang seolah-olah terpisah menjadi
dua bagian, 50 Hz dan 60 Hz.

Frekuensi di masa mendatang?


Perkembangan elektronika daya sudah sangat maju sekarang ini, sehingga sampai
pada kapasitas daya tertentu, frekuensi bukan menjadi masalah lagi karena kita bisa
mengubah sesuai dengan nilai yang kita inginkan. Pada aplikasi-aplikasi khusus,
frekuensi yang digunakan bukan lagi frekuensi tradisional 50 Hz/60 Hz tetapi 400
Hz. Frekuensi ini kita temui pada sistem kelistrikan pesawat terbang, kapal laut,
kapal selam, dsb.
Namun untuk aplikasi sistem tenaga skala besar, penulis rasa masih akan tetap
menggunakan frekuensi tradisional 50 Hz atau 60 Hz. Pertama karena kemampuan
daya dari peralatan elektronika daya belum bisa untuk aplikasi yang masif, kedua
karena infrastruktur kelistrikan yang sudah terbentuk saat ini, akan membutuhkan
modal yang sangat besar untuk mengubah dalam waktu singkat.
***
Bacaan lebih lanjut:
G. Neidhofer, 50-Hz frequency: How the standard emerged from a European
jumble, IEEE Power & Energy magazine, Vol. 9, No. 4, July/August 2011.
Knowledge: Difference in power frequency between western and eastern Japan
(http://www.shimbun.denki.or.jp/en/knowledge/index.html)

Electric power around the world (http://www.kropla.com/electric2.htm)


IEA, Impact of earthquakes and tsunamis on energy sectors in
Japan,http://www.iea.org

Alat Diatermy

Diathermi
A.

Pengenalan alat
Peswat Diathermi adalah suatu alat elektromedic yang digunakan untuk mengobati suatu penyakit
tertentu dengan cara menggunakan efek panas. Diatermi berasal dari kata Dia yang berarti dalam
tubuh dan Therm berarti panas. Jadi, Diatermi adalah pemansan didalam bagian tubuh dengan
tujua untuk penyembuhanb penyakit.

Proses terjadinya panas


Terapi dengan Diathermi mempunyain kelebihan dibanding dengan terapy dengan sumber panas
lainnya, misalnya kompres air panas, sinar infra merah dan panas kimiawi / balsem dan lainnya.
Karena dengan pesawat Diathermy panas dapat disalurkan kedalam badan atu anggota badan
dengan efek panas yang konstan dan merata, jumlah kondisi panas dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan.
Apabila suatu listrik dialirkan melalui suatu tahanan, maka dalam tahanan tersebut akan timbul
panas. Semua zat mempunyai resistansi atau menahan terhadap aliran arus listrik. Dalam jarinfan
tubuh mempunyai nilai resistansi yangh berbeda- beda, yaitu :

a.

Elemen yang banyak air mempunyai tahahn kecil.

b. Elemen yang sedikit air mempunyai nilai resistan yang besar.


Pada Diathermy yang menggunakn frekuensi tinggi elktroda- elektroda tidak perlu melekat langsung
pada kulit tetapi dapt dipasdang dengan jarak tertentu. Meskipun demikian arus listrik frekuensi tinggi
akan dapat mengalir melaluio udara diantara elektrode- elektrode dengan kulit dan bahan isolator
yang membungkus elektrode.
Metode penyaluran panas
Energi gelombang frekuensi tinggi dapat disalurkan kebadan/ anggota tubuh pasien, dengan cara :
a.

Metode Kapasitif
Dengan metode kapasitif, dipergunakan elektrode berupa 2 buah plat logam yang dibungkus dengan
bahan isolator dan diletakan sejajar seperti halnya kapasitor.

b. Metode Induktif
Metode induktif menggunakan elektrode yang berupa kabel gulung dan diletakan padacsebuah
tempat dari isolator, dan bentuknya bermacam- macam.
c.

Metode Radiasi
Dalam metode radiasi, energi frekuensi tinggi dipancarkan seperti halnya dalam pemancar dengan
antena Dipole atau Waveguide.

B. Macam Macam pesawat Diathermy


Pesawat Diathermy ada bermacam macam yaitu Short wave diatermy(Gel.Pendek dan Micro wave
diatermy(Gel.Micro),dibedakan menurut frekuensi yang digunakan. Pada prinsipnya pesawat
Diathermi adalah pembangkit frekuensi tinggi. Yang dapat digolongkan sebagai arus listrik yang
mempunyai frekuensi 1.000 Hz. Arus listrik frekuiensi tinggi ada yang tetap dan ada yang berubah
ubah atau teredam.

Perbedaan micro wave dengan short wave


1.

Penetrasi gel. Mikro lebih dalam ; tp tidak dapat melewati jaringan yang padat seperti yang dapat
dilakukan oleh gel. Pendek.

2.

Gel. Mikro kurang berhasil mengobati struktur yang dalam dibanding dengan diatermi gel. Pendek.

Efek diatermi gel. Pendek (Short wave diathermy) :

Menghasilkan panas & peningkatan efek fisiologis


* Meningkatkan metobolisme

* Meningkatkan darah
* Menurunkan eksitasi saraf
* Menurunkan relaksasi ottot, meningkatkan usaha otot
* Menurunkan tekanan darah karena vasodilatasi
* Meningkatkan aktivitas kel. Keringat
Mempunyai efek pengobatan
* Terhadap daerah peradangan oksigenasi
meningkat
* Efek terhadap infeksi bakteri leukosit & antibodi
meningkat
* Kehilangan nyeri panas disebabkan saraf sensoris
sedatif
* Terhadap daerah yang patah meningkatkan
absorpsi & aliran darah

C. Prinsip kerja dari Pesawt Diathermi

Elektroda diletakkan pada masing-masing sisi yang akan diobati & dipisahkan dari kulit dengan bahan
isolator.
Rangkaian sumber daya didalam rangkaian ini teganagn PLN 50/60 Hz diubah menjadi frekuensi tinggi
sebesar 2450 MHz oleh rangkaian Oscilator.
Rangkaian Oscilator disebut juga pembangkit listrik frekuensi tinggi.
Rangkaian Output merupakan rangkaian dari pesawat dimana rangkaian ini berfungsi untuk
menguatkan frekuensi tinggi yang disalurkan.

D. Perlengkapan Pesawat Diathermi


Pada panel kontak Diathermi umumnya terdapat alat- alat pengontrol, sebagai berikut:
a.

Sakelar utama

b. Lamp control

c.

Timer

d. Tombol pengatur Output/ intensitas

Elektrode
Menyalurkan arus dari frekuensi tinggi yang dihasilkan dari pesawat Diathermi. Elektrode ini
mempunyai bentuk bermacam- macam yang dimaksud denganm elektrode adalah suatu alat yang
digunakan untuk disesuaikan dengan bentuk bagian tubuh dan penggunaannya. Ada elektroda yang
harus berpasangan dan ada juga yang menggunakan elektrode tunggal. Kabel penghubung elektrode
berfungsi untuk menghubungkan pesawat dengan elektrode.

Macam macam Elektrode


Elektrode dapat dibedakan menjadi 2 macam:
a.

Elektrode Kapasitif

b. Elektrode Induktif

Elektrode Piringan
Disebut elektrode piringan sebab bentuknya bulat seperti piring, yang terbuat dari metal dan
dibungkus dengan bahan isolasi.

Elektrode Bantalan
Elektrode bantalan ini terbuat dari lembaran logam yang lunak/ fleksibel dibungkus dengan suatu
lapisan karet.

Elektrode dengan bentuk khusus


Elektrode ini dibuat untuk pemakaian pada bagian yang menggunakan elektroda biasa . Elektrode
bentuk khusus ada bemacam- macam :
a.

Elektrode untuk vagina dan dubur

b.

Elektrode untuk ketiak

Elektrode Kabel
Elektrode ini bentuknya seperti kabel. Cara penggunaanya elektrode kabel dililit pada bagian tubuh
yang akan diterapi.

Elektrode Diplode
Elektrode Diplode disebut juga elektrode kontur. Elektrode ini termasuk elektrode induktif panas yang
ditimbulkan secara perlahan- lahan untuk kemudian menembus kulit. Panas yang terjadi di kulit
hanya kecil, sehingga terasa nyaman bagi pasien.

Elektrode Monode
Elektrode Monode ini semacam dengan elektrode Dsip[lode, yaitu menggunakan kabel yang digulung
didalam suatu tempat.

Elektrode Minode
Elektrode Minode ini sama dengan elektrode Monode, hanya bentuknya saja berbeda.
Bentuk Elektrode ini lebih kecil dan agak lebih panjang dibandingkan dengan elektrode Minode.

Elektrode Pengarah
Adalah Elektrode yang dipergunakan pada Diathermi yang menggunakan gelombang Mikro.

E.

Pengoperasian Pesawat

a.

Ambil pesawat dari penyimpanan.

b. Periksa kabel sumber daya apakah dalam keadaan siap pakai.


c.

Atur posisi Elektrode supaya dalam keadaan siap pakai.

d. Periksa sumber daya listrik yang tersedia dan harus sesuai dengan kebutuhan pesawat.
e. Jangan menggunakan pesawat pada saat tegangan tidak sesuai dengan kebutuhan pesawat.
f.

Kemudian hidupkan pesawat dengan power switch pada posisi On.

g.

Biarkan pesawat hidup selama + 1 menit untuk pemanasan pesawat.

h. Persiapkan pasien yang akan diterapi.


i.

Periksa pasien dengan teliti sehingga tidak ada unsur logam yang dipakai pasien.

j.

Bagian yang diterapi harus bebas dari luka atau basah.

k.

Pilih dan pasang elektrode sesuai dengan obyek yang akan ditewrapi.

l.

Aturlah waktu therapi sesuai dengan kebutuhan.

m. Aturlah besar intensitas panas output sampai pasien merasakan hangat.


n. Setelah proses terhapi selesai, matikanlah pesawat dengan menekan power switch pada posisi OFF.

F.

Pemeliharaan Pesawat

a.

Setelah selesai menggunakan pesawat putarlah parameter pada posisi minimum.

b. Lepaskan kabel sumber daya dari pesawat dan simpanlah pada tempatnya.
c.

Aturlah poisisi tangakai elektrode.

d. Lepaskan Elektrode yang jarang dipakai.


e. Bersihkan pesawat dari debu dan bekas bekas telapak tanagan yang mengandung keringat.
f.

Perbaikilah pesawat dari kerusakan kerusakan ringan.

1. a. Ubah AC menjadi DC dengan penyearah arus (dioda atau jembatan). Kerjanya


arus bolak balik disearahkan.
b.Ratakan dengan filter yang terdiri dari condensator dan lilitan. Kerjanya arus searah
yang belum rata dibuat agar menjadi rata
c Ubahlah DC menjadi AC dengan converter atau inverter yang terdiri dari rangkaian
osilator yang dapat kita tune pada frekuensi yang kita inginkan atau kristal yang
mempunyai frekuensi yang kita inginkan. Kerjanya arus searah yang telah rasa
diubah menjadi arus bolak-balik yang memiliki frekuensi sesuai yang kita inginkan,
misalnya 1000 Hz.
d. Jika tegangan belum sesuai dengan yang kita inginkan naikkan atau turunkan
tegangnya dengan transformator hingga sesuai dengan tegangan kerja yang kita
inginkan.
2.Cari skema nya pada buku elektronika yang memuat sirkit konverter, inverter atau
osilator
3. Banyak sekali dipasaran, ada yang hanya dapat merubah dari frekuensi tertentu
(misalnya 50 hz menjadi 1000 hz, ada yang dapat diubah frekuensi ouputnya saya,
ada yang dapat diubah frekueni input dan outputnka.
Contohnya: Balas elektronik pada lampu neon hemat daya, las listrik yang
menggunakan inverter, generator sinyal analog, Air Condition yang menggunakan
inverter, alat pengusir tikus dan insek............. dan masih tersedia yang lain-lainnya.

Motor induksi merupakan salah satu peralatan yang banyak digunakan di Industri untuk
keperluan penggerak berbagai proses yang ada di industri diantaranya adalah : Pompa,
Kompresor, Fun, Blower, Konveyor, dan penggerak proses produksi lainnya.Hal ini disebabkan
karena motor induksi memiliki banyak keunggulan dibanding motor sinkron atau motor DC yaitu
konstruksi sederhana, tahan lama, perawatan mudah dan efisiensinya tinggi. Dibalik
keunggulannya terdapat juga kelemahan yaitu dalam hal pengaturan kecepatan dan torsi awal
yang rendah. Untuk mengatasi permasalahan ini dapat digunakan Sistem kontrol dengan
mengatur Tegangan input dan Frekuensinya untuk mendapatkan pengaturan kecepatan dan
torsi sesuai dengan kebutuhan proses produksi di Industri. Tutorial ini akan membahas sedikit
topik tentang pengaturan kecepatan dan motor induksi dengan Inverter (Variable Frequensi
Drive)
Parameter yang dibutuhkan dari motor induksi adalah pengaturan kecepatan dan torsi motor.
Untuk itu dibutuhkan pengaturan yang fleksibel dengan cara mengubah frekuensi inputannya
dari 50 Hz (Standar PLN) menjadi frekuensi yang diinginkan agar motor dapat berputar pada
kecepatan yang diinginkan.
Sumber Listrik dari PLN ataupun pembangkit sendiri mempunyai frekuensi yang konstan,
dengan standar 50 Hz. Nah bagaimana cara merubah frekuensi 50 Hz menjadi lebih kecil atau
lebih besar?. Salah satu langkah yang bisa ditempuh yaitu dengan mengubah sumber AC
menjadi DC dahulu. Untuk itu dibutuhkan Rangkaian Rectifier (Penyearah) atau Converter
(Penyearah Terkendali). Pada umumnya digunakan konverter (penyearah terkendali) untuk
mendapatkan Sumber DC dari listrik AC. (Untuk materi lengkap Penyearah Terkendali dapat
melihat meteri Elektronika Daya).
Setelah listrik AC diubah jadi sumber DC maka perlu dilakukan perataan bentuk gelombang DC
yang masih mengandung ripple (riak) AC. Caranya dengan menambahkan DC Link atau
semacam regulator. Hal ini berfungsi untuk meratakan bentuk gelombang DC agar berbentuk
lurus dan stabil tidak terjadi naik turun (riak).
Setelah didapatkan listrik DC yang murni, langkah berikutnya adalah mengubah Listrik DC
menjadi listrik AC dengan rangkaian inverter. Inverter sebenarnya berisi rangkaian fip flop
yang melakukan pensaklaran secara bergantian terhadap listrik DC sehingga menghasilkan
listrik AC. Bentuk gelombang yang dihasilkan dengan rangkaian inverter bisa gelombang kotak
atau gelombang sinus. Untuk menghasilkan Listrik AC dari Output rangkaian inverter dengan
gelombang sinus diperlukan rangkaian PWM (Pulse Width Modulator). Rangkaian ini yang akan
mencacah listrik DC menjadi listrik AC dengan bentuk gelombang mendekati sinus.

Kenapa harus gelombang sinus? Listrik AC dengan gelombang non sinus sebenarnya bisa
digunakan untuk sumber peralatan listrik seperti lampu, pemanas dan peralatan lainnya.
Tetapi untuk motor listrik, gelombang AC non sinus akan mempengaruhi kualitas dayanya dan
berefek pada panas yang ditimbulkan sehingga menyebabkan peralatan cepat panas dan rusak.
Dengan menggunakan inverter, maka akan banyak diperoleh keuntungan secara teknis bila
dibandingkan dengan cara lain. Beberapa keuntungan tersebut antara lain: mempunyai
jangkauan kecepatan yang lebih lebar, mempunyai beberapa pola untuk hubungan tegangan
dan frekuensi, mempunyai fasilitas penunjukan meter, mempunyai lereng akselerasi dan
deselerasi yang dapat diatur secara independen, kompak, serta sistem lebih aman.
Di pasaran terdapat banyak produk Inverter (VSD atau VFD) diantaranta adalah

Toshiba
Altivar
Hitachi
LG
Omron
Yaskawa
Siemen
Mitsubishi
Fuji
ABB
Dll

Lebih lanjut tentang inverter???


Silahkan download materi
http://www.ziddu.com/download/14191045/Inverter.pdf.html
http://www.ziddu.com/download/14191068/Materi Inverter VSD.pdf.html
http://www.ziddu.com/download/14191085/Manual Inverter Toshiba.pdf.html

Dengan tenaga listrik 1 watt dapat dihasilkan ribuan watt


cahaya. Mungkinkah?
Posted on Oktober 9, 2012by Akung Ibnu

Pertamyaan. Saya membeli lampu hemat energi (energy saver) Visicom Swabalast. Disitu
dinyatakan bahwa electricity input 23 watt menghasilkan light output 125 watt. Apakah itu
bohong atau benar? Dari mana didapat penambahan energi itu?
Jawaban: Dapat bohong dapat benar, harus diuji. Pada dasarnya pernyataan itu mungkin
sekali benar, sebab lampu blit yang dicatu dgn daya 1 watt sanggup memancarkan cahaya
ribuan watt. Anda jangan mencampur adukkan energi dengan daya. Dengan daya yang
sangat kecil dapat dihasilkan energi sangat besar, demikian juga dengan energi yang sangat
kecil dapat dihasilkan daya sangat besar.Dalam Fisika ada rumus Energi = daya x waktu.
atau E = w.t.
Dengan rumus ini dapat dijelaskan fenomena lampu kilat (blitz).
1. Empat batery 1.5 volt DC yang disusun seri menghasilkan tegangan DC 6 vol.
2. Converter atau inverter merubah DC menjadi AC dengan frekensi tertentu.
3. Tegangan AC 6 volt dinaikan menjadi 220 volt dengan trafo.
4. Tegangan AC 220 volt disearahkan dengan dioda atau bridge menjadi DC 220 volt.
5. DC yang dayanya sangat kecil (sekitar 1 watt) ditimbun dalam capasitor sehingga
menghasilkan energi listrik statis yang cukup besar.
6. Tabung hampa yang memiliki dua electroda, satu diantaranya ditempeli logam yang
mudah mengemisikan electron, dipasang diantara electroda capasitor, siap untuk melucuti
muatan listrik yang tertimbun dalam capasitor.
7. Pada elektroda yang mudah mengemisikan elektron pada lampu blit dililitkan trigger yang
dfihubungkan dengan spool yang sanggup menghasilkan tegangan DC sangat tinggi.
8. Tegangan trigger didapat dari coil sekunder yang terdiri dari ribuan lilitan halus yang
terpasang satu inti dengan lilitan primer yang jumlahnya sangat sedikit.
9. Lilitan primer dihubungkan seri dengan condensartor kecil yang diisi lewat sebuah
tahanan bernilai besar dan diparalelkan dengan kabel sinkron.
10. Saat kontak sinkron dihubungkan secara serentak dengan membukanya katup lensa,
maka tegangan triger akan menarik elektron keluar dari electroda negatip tabung lampu
dan elektron meloncat dari electrode negatip ke elektrode positip tabung. Terjadilah kilatan
cahaya yang kekuatannya ribuah watt dalam sekejap.

Mengapa hal itu dapat terjadi dapat dijelaskan dengan rumus: E = w.t.
1. Pada pengisian capasitor daya listrik (w) sangat kecil, tetapi karena waktu pengisian (t)
cukup besar maka E akan menjadi besar.
2. Pada saat pelucutan/discharge muatan listrik (elektron) lewat tabung lampu, t dibuat
sangat kecil sehingga dapat menghasilkan w sangat besar (ingat w = E/t)
Lampu blitz dapat menyala berulang-ulang, tetapi agar dapat menyala (dengan sangat
terang) maka dibutuhkan waktu pengisian condensator, Semakin kecil kondensator,
semakin cepat pengisian, semakin pendek waktu pelucutan, semakin besar daya output
cahaya.
Swabalas lebih sederhana dari blitz dan rugi-rugi dayanya sangat kecil karena seluruhnya
dikerjakan dengan alat elektronik, namun pada dasarnya sama yaitu menimbun energi
listrik dari daya listrik input yang sangat kecil dan melucutinya dalam waktu yang sangat
singkat. hingga didapat output cahaya dengan daya besar..
Jika frekuensi pengisian dan pelucutan rendah maka ouput/daya cahaya akan semakin
besar (karena kesempatan pengisian cukup lama dan pelucutannya sangat singkat), namun
akan terjadi kerdipan (flicker). Agar tak terjadi kerdipan sekaligus mengurangi daya output
cahaya, maka dipilih frekwensi sekitar 1000 Hz (bandingkan frequensi PLN adalah 50 Hz).
Dengan melumasi bagian dalam dari tabung TL dengan menggunakan lapisan pospor yang
berfungsi sebagai pembantu kestabilan energi cahaya dan gass bertekanan sangat rendah
untuk memberikan warna tertentu (Hg=putih, natrium=kuning dll/). Lapisan pospor dan
gas/uap Hg,natrium, tak penambahan energi melainkan menambah kestabilan(tak cepat
padam) dan kepekaan mata terhadap cahaya tertentu hingga sesuai dengan kebutuhan mata
(misalnya warna yang sejut atau yang hangat).
Jadi: Lampu hemat energi yang anda beli mungkin sekali tidak bohong, ini dapat anda
buktikan dengan membandingkan dengan lampu TL konvernsional/ biasa yang
menggunakan balast lilitan kawat tembaga yang boros energi karena sebagian energi listrik
diubah menjadi panas pada balanst.
Kelebihan balast electronic/swabalst, karena frekwensi AC 50 Hz tegangan
sinusoidal diubah menjadi sekitar 1000 Hz tegangan gergaji, maka akan
melipatkan daya output cahaya dab mengurangi flicker. Namun harus
diingat,lampu yang daya outputnya berlebihan akan menyilaukan karena suhu
cahayanya terlalu tinggi, sehingga memancarkan sinar ultra violet yang
sangat berbahaya bagi penglihatan.
Jangan berlebihan dalam berhemat energi sehingga membahayakan kesehatan
penglihatan, misalnya timbulnya flicker akibat rendahnya frekwensi pengisian
agar input daya listrik lebih rendah (lebih hemat) dan kelebihan output cahaya
karena energi yang dilucuti terlalu besar.
Berhati-hatilah dalam memilih lampu hemat energi.

kONTROL TEGANGAN AC DENGAN IC555

Berikut ini saya akan mencoba share tentang kontrol tegangan ac tetapi kita akan menggunakan
sebuah ic pewaktu 555. Dengan metode ini kita bisa menggunakan untuk kontrol heater atau
motor,Bila ada kekuranganya mungkin bisa teman-teman bantu masukan dan berbagi ilmu ,ok lebih
detailnya bisa kita lihat di bawah
ZERO CROSSING DETECTOR
Rangkaian zero crossing detector adalah bagian yang paling penting dalam merancang control
tegangan ac tau biasa juga disebut dengan dimer. Rangkaian ini berfungsi untuk mendeteksi
perlintasan titik nol dari gelombang sinus tegangan jala-jala PLN
Zero crossing detector perlu digunakan terutama dalam kasus jika kita ingin mengontrol dimer dari
perangkat lain ,seperti mikro kontroler,PLC,PC atau dari controller tegangan eksternal lainnya.

Gambar: Rangkaian zero crossing detector

TRIGER OPTO DIAC MOC3021 DENGAN TRIAC


MOC 3021 merupakan diac optokopler, yang memiliki diode inframerah pada masukannya dan
sebuah diac (diode ac thyristor) pada keluarannya. Dengan demikian, diac akan mengantarkan arus
listrik jika menerima cahaya dari diode inframerah, sedangkan diode infra merahnya akan

memancarkan cahaya inframerah jika ia mendapat tegangan pada masukannya. Rangkaian MOC
3021 diperlihatkan pada Gambar dibawah:

Gambar: rangkaian opto diac dengan triac dan beban

Pada rangkaian Gambar DIATAS, saat keluaran IC 555 tinggi maka transistor NPN BC 548 akan
menghantar penuh sehingga diode infra merah pada MOC 3021 dihubung singkat. Sebaliknya jika
tegangan keluaran IC 555 rendah maka transistor akan mati (off) sehingga diode infra merah pada
MOC 3021 dialiri arus dari tegangan sumber. Dengan cara ini, maka MOC akan mulai memicu Triac
pada saat tegangan keluaran IC 555 berubah dari tinggi menuju rendah. Dengan demikian Triac akan
dipicu oleh tebing belakang pulsa keluaran IC 555.Dan pengendalian level tegangan output dari triac
melalui opto diac dengan mengatur besar kecil nya IGT dan Vbo diac sesuai dengan rumus
perhitungannya Vo=Igt(R)+Vbo+Vgt Hal ini dapat dilihat pada kurva karakteristik triac dibawah ini:

Gambar :kurva karakteristik triac

Berikut ini adalah diagram blok dari control voltage :

o Gambar lengkap rangkaian control tegangan ac dengan ic555

Penjelasan prinsip kerja rangkaian :


Tegangan utama dari jala-jala pln rubah oleh transfomator dari 220 ke 9volt ac kemudian
disearahkan oleh penyearah gelombang penuh. Dan setelah dari penyearah diumpankan ke driver
zero crossing detector,C1 di gunakan untuk filter dan memperhalus ripple tegangan setelah
penyearah untuk di gunakan catu daya dari rangkaian. Dan diode D1 disini sangat penting karena dia
berfunsi sebagai penyekat ,jika tidak maka gelombang yang diumpankan ke zero crossing pun akan
dihaluskan juga dan ini menjadi tidak berguna .
Output dari zero crossing langsung diumpankan ke input trigger dari ic 555 .Dan control voltage
dikemudikan langsung dari input kaki 5 dari ic 555.Vr9 digunakan untuk mengatur perioda dari ic 555
agar sesuai dengan jala-jala PLN dan berfungsi untuk membatasi delay maksimum dari ic 555 ,maka
itulah maksimum dari control tegangan ,jika tidak sesuai maka nyala lampu akan seperti lampu disko
dan tidak bisa linier dan untuk mempermudah seting sebaiknya kita menggunakan osiloskop.
Lalu output dari kaki 3 ic 555 di inverting olek transistor T3,dan signal menuju driver opto
coupler.opto coupler disini juga berfungsi untuk mengisolasi antara rangkaian control dan rangkaian
power.Rangkaian power saya menggunakan triac BT136 untuk mengontrol beban ,dengan
kemampuan maksimal 4 amper 600v .

BERIKUT PERHITUNGAN ANTARA ZERO CROSSING DENGAN PERIODE DARI IC 555

Misalkan Frekwensi dari jala-jala PLN adalah 50Hz .Ini berarti setiap siklus akan mempunyai periode
1/50Hz=20ms ,maka setiap 20ms satu perioda akan selesai. Dan Selama 1 periode gelombang akan
melintasi dua kali titik nol ,pertama diawal dan yang kedua ditengah siklus yaitu setelah 20/2

=10ms ,maka frkwensi dari gelombang gigi gergaji yang diumpankan ke input ic kaki no 6 adalah
100Hz ,ini dikarenakan disetiap setengah siklus dari jala-jala diperlukan satu buah pulsa.
Maka dengan Kalkulasi diatas maka dapat dihitung periode dari ic 555 dengan acuan rumus
T=1,1xRxC,dengan memilih c=1uF maka di perlukan R=9090ohm atau bisa diganti dengan variable
resistor multi turn untuk bisa mencapai nilai tersebut dari R karena nilai bukan nilai yang ada
dipasaran.
Jika kita ingin memberikan setengah daya ke beban atau lampu maka ic555 harus mengirimkan
pulsa gelombang kotak ditengah setiap siklus .maka dengan demikian periode yang harus diberikan
adalah sebesar 5ms setiap kali setelah melewati titik nol gelombang ac .
Untuk inilah diperlukan sebuah rangkaian zero crossing dan pembangkit pulsa.

https://www.scribd.com/doc/60710207/dasar-teknik-listrik

Anda mungkin juga menyukai