Artikel 18304001
Artikel 18304001
Lajur khusus bus adalah ciri-ciri utama dari angkutan massa jenis rapid transit.
Pembuatan lajur khusus bus tidak lepas dari nilai perencanaan tebal perkerasan
karena tahap perencanaan pada proyek pembuatan jalan memegang peranan yang
penting.Perencanaan lapis perkerasan harus mempertimbangkan faktor ekonomi,
kondisi lingkungan, sifat tanah dasar, beban lalu lintas, fungsi jalan dan faktorfaktor lainnya.Dipilihnya metode analisa komponen untuk perancangan tebal
perkerasan lentur dan metode NAASRA untuk perencanaan tebal perkerasan kaku
dalam pembuatan lajur khusus Bus Trans Pakuan Kota Bogor karena metode ini
menyediakan kemampuan yang lebih baik dan dari kedua metode ini dirasakan
cukup banyak dipakai untuk perencanaan tebal perkerasan jalan seperti kondisi di
Indonesia. Dalam tugas akhir ini akan dibahas perbandingan nilai perencanaan
tebal perkerasan dengan metode analisa komponen dan metode NAASRA untuk
diperoleh hasil perencanaan akhir dari studi perbandingan kedua metode tersebut
dengan memperhatikan nilai nilai yang lebih ekonomis dan sesuai dengan
kondisi lapangan dan lingkungan hal itu dikarenakan dari kedua perkerasan
memiliki kelebihan dan kekurangan. Dari hasil analisa yang didapat untuk
perkerasan lentur rata-rata diperoleh diperoleh tebal lapis permukaan Asphalt
Concrete ATB adalah 10,3 cm, tebal LPA kelas B adalah 20 cm, sedangkan LPB
kelas C adalah 10 cm dan memiliki anggaran biaya sebesar Rp.
32.474.430.740,00. sedangkan untuk perkerasan kaku rata-rata diperoleh tebal
lapis permukaan beton 15 cm, tebal LPB adalah 30 cm, Ruji 20 300 mm,
tulangan memanjang 19 200 mm, tulangan melintang 12 300 mm dan
memiliki anggaran biaya Rp. Rp. 44.298.603.030,00. dari kedua perkerasan
memiliki perbandingan biaya sebesar Rp. 11.824.172.290,00.
Kata kunci: Perencanaan perkerasan, Lajur Khusus Bus.
LATAR BELAKANG MASALAH
Kota Bogor termasuk kategori Kota besar dengan jumlah penduduk sebanyak
850.000 jiwa, Namun sebagian warga masih bergantung pada layanan angkutan
umum. Saat ini jumlah angkutan kota (angkot) yang diizinkan beroperasi
sebanyak 3.506 unit, Belum lagi ditambah 5927 angkutan AKDP dari luar kota
institute, metode analisa komponen, dll. Adapun dalam penelitian ini akan
direncanakan perbandingan perencanaan tebal perkerasan lentur dengan metode
MAK (Metode Analisa Komponen) pada SNI:1732-1989-F dan perencanaan tebal
perkerasan kaku dengan metode NAASRA yang disesuaikan oleh Bina Marga
dalam SKBI:2.3.28.1988 agar didapatkan hasil perencanaan tebal perkerasan
yang lebih ekonomis dan sesuai dengan kondisi lapangan dan lingkungan.
Dipilihnya metode analisa komponen dalam perencanaan tebal perkerasan lentur
dan perencanaan tebal perkerasan kaku dengan metode NAASRA pada Lajur
khusus Bus Trans Pakuan kota Bogor karena dari kedua metode ini dirasakan
cukup banyak dipakai untuk perencanaan tebal perkerasan jalan seperti kondisi di
Indonesia.
Umum
Jalan memiliki syarat umum yaitu dari segi konstruksi harus kuat, awet dan kedap
air. Jika dilihat dari segi pelayanan, jalan harus rata, tidak licin, geometrik
memadai dan ekonomis. Untuk itu, dibutuhkan suatu rancangan perkerasan yang
mampu melayani beban berupa lalu lintas yang melewati perkerasan tersebut.
Perkerasan jalan adalah lapisan atau badan jalan yang menggunakan bahan
khusus, yaitu campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk
melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai terdiri dari batu pecah, batu
belah, batu kali, sedangkan bahan ikat yang digunakan berupa aspal, semen. Dari
segi jenis bahan pengikat yang dipergunakan dikenal dua jenis perkerasan yaitu
perkerasan lentur dan perkerasan kaku. Menurut Departemen Pekerjaan Umum
(1987) yang dimaksud dengan perkerasan lentur (flexible pavement) adalah
perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran beraspal sebagai lapis
permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan dibawahnya. Bagian perkerasan
jalan umumnya terdiri dari lapis pondasi bawah (sub base course), lapis pondasi
(base course), dan lapis permukaan (surface course). Lapisan permukaan adalah
bagian perkerasan jalan yang paling atas. Lapisan tersebut berfungsi sebagai lapis
perkerasan penahan beban roda yang mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan
roda selama masa pelayanan, sebagai lapisan kedap air, sebagai lapisan aus,
menahan gaya geser dari beban roda dan memberikan suatu bagian permukaan
yang rata. Lapisan pondasi atas merupakan lapisan perkerasan yang terletak antara
lapis permukaan dengan lapis pondasi bawah. Fungsi lapis pondasi atas adalah
bantalan terhadap lapisan permukaan, sebagai bagian perkerasan yang menahan
gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan beban ke lapisan dibawahnya,
sebagai lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah. Lapisan pondasi bawah
adalah bagian konstruksi perkerasan yang terletak antara tanah dasar ( sub grade )
dan pondasi atas. Fungsi dari Lapis Pondasi Bawah adalah untuk mendukung dan
menyebarkan beban roda, sebagai lapis perkerasan, mencegah tanah dasar masuk
ke lapis pondasi akibat tekanan roda dari atas., sebagai lapisan peresapan agar air
tanah tidak berkumpul di pondasi. Tanah dasar ( sub grade ) adalah permukaan
tanah semula atau permukaan tanah galian atau permukaan tanah timbunan yang
dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian bagian
perkerasan. Perkerasan jalan diletakkan diatas tanah dasar, dengan demikian
secara keseluruhan mutu dan daya tahan konstruksi perkerasan tidak lepas dari
sifat tanah dasar. Tanah dasar yang baik untuk konstruksi perkerasan jalan adalah
tanah dasar yang berasal dari lokasi itu sendiri atau didekatnya, yang telah
dipadatkan sampai tingkat kepadatan tertentu sehingga mempunyai daya dukung
yang baik serta berkemampuan mempertahankan perubahan volume selama masa
pelayanan walaupun terdapat perbedaan kondisi lingkungan dan jenis tanah di
lokasi pekerjaan. Sifat masing-masing jenis tanah tergantung dari tekstur,
kepadatan, kadar air, kondisi lingkungan, dan lain sebagainya. Tanah dapat
dikelompokkan berdasarkan sifat plastisitas dan ukuran butirnya. Daya dukung
tanah dasar dapat diperkirakan dengan mempergunakan hasil klasifikasi ataupun
dari pemeriksaan CBR, pembebanan pelat uji dan sebagainya. Banyak metode
yang dapat dipergunakan untuk menentukan daya dukung tanah dasar. Di
Indonesia daya dukung tanah dasar (DDT) pada perencanaan perkerasan lentur
dinyatakan dengan nilai CBR (California Bearing Ratio), yaitu nilai yang
menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan dengan bahan standar berupa batu
pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar 100% dalam memikul beban lalu
lintas. Menurut Basuki, I. (1998) nilai daya dukung tanah dasar (DDT) pada
proses perhitungan perencanaan tebal perkerasan lentur jalan raya dengan metode
analisa komponen sesuai dengan SKBI-2.3.26.1987 dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus konversi nilai CBR tanah dasar. Perkerasan kaku ( rigid
pavement ) adalah perkerasan yang menggunakan beton semen sebagai bahan ikat
sehingga mempunyai tingkat kekakuan yang relatif cukup tinggi, karenanya
disebut sebagai perkerasan kaku atau rigid pavement. Pada konstruksi perkerasan
kaku ( rigid pavement ) sebagai konstruksi utama dari perkerasan kaku adalah
berupa satu lapis beton semen mutu tinggi. Sedangkan lapis pondasi bawah ( sub
base ) berupa cement treated sub base dan granural sub base bukanlah
merupakan komponen konstruksi utama.
Fungsi masing masing komponen konstruksi perkerasan kaku
( rigid pavement ) :
1. Tanah dasar atau sub grade dalam perkerasan kaku adalah tanah yang telah
disiapkan ( dibentuk dan dipadatkan ) untuk meletakkan konstruksi
perkerasan, baik berupa tanah asli ataupun tanah timbunan. Tanah dasar ini
berfungsi menerima beban lalu lintas yang telah disalurkan oleh konstruksi
perkerasan, penyebaran dan penyaluran beban kepada tanah dasar tersebut
dilakukan oleh perkerasan dengan ketebalan dan mutu sedemikian rupa,
sehingga tekanan beban yang sampai ke tanah dasar sesuai dengan
kemampuan atau daya dukung tanah dasar yang bersangkutan.
2. Tulangan plat pada perkerasan kaku mempunyai bentuk, lokasi dan fungsi
yang berbeda dengan tulangan plat pada konstruksi beton lain. Misalnya,
lantai gedung, balok, dan lain sebagainya. Tulangan plat pada perkerasan kaku
mempunyai bentuk, lokasi, serta fungsi khusus sebagai berikut :
a. Fungsi tulangan plat beton terletak pada 1/4 tebal plat di sebelah atas.
b. Fungsi tulangan plat beton adalah memegang beton agar tidak retak.
3. Tulangan sambungan pada perkerasan kaku ( rigid pavement ) dikenal dua
jenis sambungan, yaitu tulangan sambungan melintang disebut dowel dan
sambungan memanjang disebut tie bar.
4. Alur permukaan atau grooving / brushing
Untuk dapat melayani lalu lintas dengan cepat, aman, dan nyaman, permukaan
perkerasan kaku yang dalam hal ini adalah plat beton mutu tinggi, permukaan
perkerasan disamping kuat dan awet harus pula tidak licin. Permukaan tidak licin
dari perkerasan kaku tersebut diadakan dengan mengupayakan / membentuk alur
alur di permukaan beton melalui pengaluran / penyikatan sebelum beton ditutup
wet burlap dan sebelum beton mengeras. Arah alur grooving bisa memanjang atau
melintang. Beberapa perbedaan penting antara perkerasan lentur dan kaku adalah
antara lain pada proses konstruksi, perilaku terhadap beban dan material pengikat.
No
1
2
3
4
5
6
Perawatan
8
10
Karakteristik thd
pembebanan
Karakteristik
meterial
11
Kelandaian II
( 6-10% )
% kendaraan berat
Kelandaian III
( > 10% )
% kendaraan
berat
<
> 30%
30%
< 30%
> 30%
< 30%
> 30%
0,5
1,0 - 1,5
1,0
1,5 - 2,0
1,5
2,0 - 2,5
1,5
2,0 - 2,5
Iklim II
> 900 mm/th
Sumber : SNI 1732 1989 F
2,0
2,5 - 3,0
2,5
3,0 - 3,5
Iklim I
< 900 mm/th
LEP
j1
dimana :
Aj = jumlah kendaraan untuk satu jenis kendaraan.
Ej = angka ekuivalen beban sumbu untuk satu jenis kendaraan. ...
Cj = koefisien distribusi kendaraan pada jalur rencana.
i = faktor pertumbuhan lalu lintas tahunan sampai jalan dibuka.
n = jumlah tahun dari saat pengambilan data sampai jalan dibuka.
j = jenis kendaraan.
Tabel 2.3 Koefisien Distribusi Kendaraan (C)
Jumlah
Kend. Rungan *)
Kend. Berat **)
Lebar Perkerasan (L)
Jalur
1 arah
2 arah
1 arah
2 arah
L < 5,50 m
1 jalur
1,00
1,00
1,00
1,00
5,50 m < L < 8,25 m
2 jalur
0,60
0,50
0,70
0,50
8,25 m < L < 11,25 m
3 jalur
0,40
0,40
0,50
0,475
11,25 m < L < 15,00 m
4 jalur
0,30
0,45
15,00 m < L < 18,75 m
5 jalur
0,25
0,425
18,75 m < L < 22,00 m
6 jalur
0,20
0,40
Sumber : SNI 1732 1989 - F
dimana :
LEP = Lintas Ekuivalen Permulaan.
r
= faktor pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana.
UR = umur rencana jalan tersebut.
c. Lintas Ekuivalen Tengah (LET)
Lintas Ekuivalen Tengah diperoleh dengan persamaan :
LET
LEP LEA
............................................................................................ (2.4)
2
+
lokal
kolektor
Arteri
tol
< 10
1,0 1,5
1,5
1,5 2,0
10 100
1,5
1,5 2,0
2,0
100 1000
1,5 2,0
2,0
2,0 2,5
> 1000
2,0 2,5
2,5
2,5
0,4
Gt
1094
(ITP 1) 5,19
+
dengan :
log (IPo - IPt)
(2.6b)
Gt ..........................................................................................
(IPo 1,5)
=
dimana :
Gt = fungsi logaritma dari perbandingan antara kehilangan tingkat
pelayanan dari IP = IPo sampai IP = IPt dengan kehilangan tingkat
pelayanan dari IPo sampai IP = 1,5.
Wt1 8 = beban lalu lintas selama umur rencana atas dasar beban sumbu
tunggal 18000 pon yang telah diperhitungkan terhadap faktor
regional.
(Sumber : Sukirman, S., Perkerasan Lentur Jalan Raya, 1993)
Indeks tebal perkerasan adalah angka yang berhubungan dengan
penentuan tebal minimum tiap lapisan di suatu jalan. Jalan yang memakai
perkerasan lentur memiliki 3 lapisan utama yaitu Lapis permukaan, lapis pondasi
atas dan lapis pondasi bawah. Tiap lapisan memiliki nilai minimum untuk Indeks
Tebal Perkerasan yang diambil dari nomogram ITP berdasarkan hubungan DDT,
LER dan Faktor Regional dan tabel tiap minimum tebal lapisan menurut MAK.
Tabel 2.6 Penentuan Nomogram ITP :
No
Ipt
Ipo
Nomogram
ITP
1
2,4
2,5 - 2,9
1,5
2,5 -2,9
1,5
3,5 3,9
1,5
2,5 3,9
3,5 3,9
2,5
3,5 3,9
2,5
dimana :
a1, a2, a3 = koefisien kekuatan relatif bahan perkerasan (Tabel 2.6).
D1, D2, D3 = tebal masing-masing lapis perkerasan (cm).
Angka 1, 2, dan 3 masing-masing untuk lapis permukaan, lapis pondasi, dan
lapis pondasi bawah.
9.
Jenis Material
Aspal adalah sejenis mineral yang banyak digunakan untuk konstruksi
jalan, khusus perkerasan lentur. Aspal merupakan material organik (hidrocarbon)
yang komplek yang dapat diperoleh langsung dari alam atau dengan proses
tertentu (artifisial). Umumnya aspal terbagi atas bentuk cair, semi padat, dan
padat pada suhu ruang (25C). Untuk keperluan proses desain, kekuatan dari
masing masing lapisan perkerasan Metode Analisa Komponen dinyatakan
dengan koefisien kekuatan relatif ( a ). Sesuai dengan istilahnya, koefisien
kekuatan relatif merupakan nilai kekuatan suatu lapisan perkerasan yang
ditentukan secara relatif terhadap kekuatan lapisan asphalt concrete yang memiliki
nilai stabilitas 744 kg dengan nilai a ditetapkan sebesar 0,40. Nilai a yang
digunakan dalam Metode Analisa Komponen untuk berbagai jenis lapisan
perkerasan menurut nilai stabilitasnya diperlihatkan dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.7 Koefisien Kekuatan Relatif (a)
Koefisien Kekuatan
Relatif
Kekuatan Bahan
Jenis Bahan
a1
a2
a3
0,40
0,35
0,32
0,30
0,35
0,31
0,28
0,26
0,30
0,26
0,25
0,20
MS
(kg)
744
590
454
540
744
590
454
340
340
340
-
Kt
(kg/cm)
-
CBR
(%)
-
Laston
Lasbutag
HRA
Aspal Macadam
Lapen (mekanis)
Lapen (manual)
0,28
590
0,26
454
0,24
340
0,23
0,19
0,15
0,13
0,15
0,13
0,14
0,13
0,12
0,13
0,12
0,11
0,10
Sumber : SNI 1732 1989 F
22
18
22
18
-
100
80
60
70
50
30
20
Laston Atas
Lapen (mekanis)
Lapen (manual)
Stab. tanah dengan semen
Stab. tanah dengan kapur
Batu pecah (kelas A)
Batu pecah (kelas B)
Batu pecah (kelas C)
Sirtu/pitrun (kelas A)
Sirtu/pitrun (kelas B)
Sirtu/pitrun (kelas C)
Tanah/lempung kepasiran
< 3,00
3,00 7,49
7,50 9,99
15
20 *)
10
20
10 12,14
15
20
> 12,25
25
i
log 1i
(
d.
e.
Dimana:
Cd = Koefisien Distribusi ( tabel 2.8)
)
+
) (
Dimana:
Ps
Dimana:
Lcr
= Jarak teoritis antara retakan
P
Fb
S
Ft
n
Ec
A total
100 tebal plat
2,1 6 ' bk
= Tegangan lekat antara tulangan dengan beton ________
d
= Koefisien susut beton = 400 x 10-6
= Kuat tarik beton ( 0,4 0,5 MR)
ES
= Angka ekivalensi antara baja dan beton
, dapat dilihat pada
EC
tabel 2.11
b. Penulangan Memanjang
Luas tulangan pada perkerasan ini dihitung dari persamaan sebagai
berikut:
As = 11 , 57 F L h
Fs
.................................... (2.13)
Dimana:
As
= Luas Tulangan yang diperlukan (mm2)
F
= Koefisien gesekan antara plat beton dengan lapisan dibawahnya
tabel 5.5
L
= Jarak antar sambungan (m)
h
= tebal plat (mm)
Fs
= Tegangan tarik baja ijin (Mpa) 230 Mpa
Syarat persentase minimum dari tulangan melintang pada perkerasan beton
menerus adalah 0,14 %.
Penyusunan Rencana Anggaran Biaya
Dalam penyusunan anggaran biaya penulis menggunakan teori-teori umum
yang dipakai dalam penyusunan anggaran biaya. Setelah mendapatkan tebal
perkerasan dalam setiap jenis perkerasan dicari volume pekerjaan berdasarkan
data teknis jalan dan tebal perkerasan itu sendiri.
Dalam penyusunan anggaran biaya untuk tebal perkerasan jalan lajur khusus Bus
Trans Pakuan kota bogor tidak menggunakan buku analisa BOW (Burgerlijke
Openbare Warken) melainkan menggunakan buku analisa harga satuan pekerjaan
Engineers Estimate (EE) Dinas Pekerjaan Umum Bidang Bina Marga Dan
Pengairan tahun 2008.
Harga Satuan Pekerjaan
Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah tenaga kerja
atau harga yang harus dibayar untuk menyelesaikan suatu pekerjaan konstruksi
berdasarkan perhitungan analisis.. Analisis disini adalah ketentuan umum yang
ditetapkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Bogor. Dalam Analisis Satuan
Komponen, telah ditetapkan koefisien (indeks) jumlah tenaga kerja, bahan dan
alat untuk satu satuan pekerjaan.
Perhitungan Rencana Anggaran Biaya.
Secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut :
RAB = ( Volume x Harga satuan pekerjaan )
Dalam Penyusunan RAB diperlukan jumlah volume per satuan pekerjaan dan
analisa harga satuan pekerjaan berdasarkan data-data dan hasil perhitungan
berdasarkan teori dan analisa yang berlaku.
METODOLOGI PENELITIAN
Umum
Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang hasilnya dapat digunakan oleh
instansi terkait untuk melakukan pembenahan dalam sistem angkutan umum
perkotaan khususnya di kota Bogor dan perkembangan transportasi untuk arah
yang lebih baik.
Identifikasi Masalah
Identifikasi pada penelitian ini adalah bahwa adanya jenis bus Rapid Transit yang
bernama Bus Trans pakuan dikota Bogor akan tetapi keberadaannya tidak
dimbangi dengan lajur khusus bus yang membuat tingkat pelayanan dari segi
waktu kurang baik dan juga lajur khusus bus adalah ciri dan syarat utama dari
Angkutan Bus kota cepat atau bus Rapid Transit berdasarkan Draft Pedoman
Teknis Angkutan Bus Kota Dengan Sistem Jalur Khusus Bus (JKB/Busway) dari
Direktorat Bina Sistem Transportasi Perkotaan Ditjen Perhubungan Darat.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data digunakan untuk menganalisa permasalahan yang akan
dibahas.
Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan. Data Primer yang
dimaksud adalah:
a) Frekuensi bus Trans Pakuan Kota Bogor digunakan untuk mengetahui
beban yang akan dilewati oleh perkerasan lajur khusus bus tersebut.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari suatu instansi terkait.Data
Sekunder yang dimaksud adalah :
a) Data teknis jalan untuk mengetahui panjang, lebar, jenis dan kelas
jalan yang diewati koridor Terminal Bubulak-Pool Barangsisng.
b) Nilai CBR untuk mengetahui nilai daya dukung tanah dasar.
c) Indeks permukaan untuk mengetahui nilai daripada kerataan atau
kehalusan serta kekokohan permukaan yang bertalian dengan tingkat
pelayanan bagi kendaraan yang lewat.
d) Faktor pertumbuhan armada untuk mengetahui banyaknya armada bus
Trans Pakuan yang bertambah tiap tahunnya.
e) Faktor Regional untuk mengetahui tingkat keadaan lapangan, iklim
dan kondisi yang terkait dengan wilayah yang dilewati bus Trans
Pakuan.
f) Harga Satuan Pekerjaan untuk mengetahui perkiraan anggaran biaya
yang diperlukan untuk merencanakan tebal perkerasan lajur khusus bus
Trans Pakuan.
g) Nilai koefisien satuan upah, alat dan bahan untuk mengetahui nilai
koefisien harga satuan upah, alat dan bahan agar dapat menganalisa
perkiraan anggaran biaya yang diperlukan untuk merencanakan tebal
perkerasan lajur khusus bus Trans Pakuan.
AWAL
Identifikasi Masalah
Tinjauan Pustaka
Pengambilan Data
Data Primer
1. Frekuensi Bus
Trans Pakuan
1 hari
Data Sekunder
Data Sekunder
2. Nilai CBR
3. Indeks Permukaan
4. Faktor pertumbuan lalu-lintas
/armada bus
5.Faktor regional
2. Nilai
Analisa
RAB Perkerasan
B
Perkerasan Lentur
(Metode MAK)
A
Perkerasan Kaku
(Metode NAASRA)
Segmen 3
(Jl.KH.Sholeh
Iskandar)
Segmen 2
(Jl.Kedung
Halang)
Satuan
Analisa
Perkerasan Jalan
Segmen I
(Jl.Pajajaran)
koefisien
Segmen 4
(Jl.A.Bin Nuh)
Start
B
Perkerasan Lentur
(MAK)
LEA
i).C.E
L E T
LHR j.(1
LEP
=
UR
j j
LEA
LER LET
=
UR
10
Start
Perkerasan Kaku
( NAASRA)
R= (
e
1 1
log
i
+
(
)
Ps =
xR
) (
00
fy1nxft
ft
1,3 0,2
ft2
n p u f
Lcr =
S Ec Ft
b
11,57 F L h
Fs
As =
Cek
tulangan
Tidak ok
Cek tulangan
Ok
Finish
Analisa Data
Analisa data digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan
Analisa ini digunakan untuk menganalisa perbandingan tebal perkerasan lentur
dan kaku ditiap segmen jalan.
Analisa rencana anggaran Biaya
Analisa rencana anggaran Biaya untuk mengetahui anggaran biaya dari tiap
perkerasan ditiap segmen jalan.
DATA PENELITIAN
Gambaran Umum Kota Bogor
Kota Bogor merupakan kota lama yang ditata sejak masa pendudukan Belanda
oleh seorang Planner dari Inggris bernama Carsen, yang difungsikan sebagai
Buitenzorg yang artinya tempat peristirahatan, karena lokasinya yang sangat
stategis yang berjarak lebih kurang 50 Km dari Pusat Pemerintahan Indonesia,
Jakarta dan berada ditengah tengah Kabupaten Bogor yang terlewati Jalur
Utama Jakarta Bandung.Kota Bogor adalah Daerah Counter Magnet bagi
perkembangan Wilayah DKI Jakarta dan merupakan salah satu kota yang berada
dibawah wilayah administratif Propinsi Jawa Barat. Setelah mengalami perluasan
wilayah pada tahun 1995, wilayah administratif Kota bogor bertambah dari 2.156
Ha menjadi 11.850 Ha, yang dihuni lebih dari 820.707 jiwa pada tahun 2006 yang
tersebar di 6 Kecamatan, 68 Kelurahan, yang dibatasi oleh Kabupaten Bogor.
Kepadatan penduduk dan mobilitasnya terkonsentrasi di Wilayah Bogor Tengah
sebagai pusat kota dan untuk menopang keberadaannya ditetapkan 5 wilayah
sebagai kota
satelit sesuai dengan pertumbuhan dan kecenderungan
perkembangan masing-masing kecamatan, sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Wilayah Kecamatan Kemang, Kecamatan Bojong Gede dan
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor.
- Sebelah Barat : Wilayah Kecamatan Darmaga dan Kecamatan Ciomas
Kabupaten Bogor.
- Sebelah Timur : Wilayah Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten
Bogor.
- Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin
Kabupaten Bogor.
Salah satu fungsi pembentukan kota satelit adalah pendistribusian pertumbuhan ke
segala penjuru wilayah sehingga mengurangi tingkat kemacetan di Kota Bogor.
KEDUDUKAN, PERAN DAN FUNGSI KOTA BOGOR
Secara geografis kedudukan Kota Bogor sangat strategis, karena selain berdekatan
sekaligus berperan sebagai wilayah penyangga Kota Jakarta. Selain itu Kota
Bogor juga berada pada jalur lintasan jalan regional yang menghubungkan Kota
Jakarta Puncak Cianjur Bandung, dan Jakarta Sukabumi. Hingga saat ini
Kota Bogor memiliki ruas jalan sepanjang 620.595 Km, terdiri dari Jalan Nasional
sepanjang 30.199 Km, Jalan Propinsi sepanjang 26.759 Km, Jalan Kota sepanjang
Pusat Permukiman;
Pusat Pendidikan dan Penelitian;
Pusat Perdagangan dan Jasa Regional;
Pusat Wisata Ilmiah;
Pusat Pemerintahan;
Pusat Pengembangan Industri Bersih.
Melihat banyaknya fungsi dan peran Kota Bogor tersebut, dapat dikatakan
bahwa Kota Bogor memiliki daya tarik yang cukup besar bagi urbanisasi dan
pergerakan regional (antar kota).
KONDISI FISIK DASAR KOTA BOGOR
Kota Bogor terletak pada ketinggian antara 190 sampai dengan 350 meter diatas
permukaan laut dengan curah hujan rata rata 4.000 mm/tahun. Tingginya curah
hujan di Kota Bogor menyebabkan mendapat julukan Kota Hujan, dan terkadang
salah diartikan juga sebagai daerah pengirim banjir ke Jakarta melalui dua
sungai besar, yaitu Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane. Secara administratif
Kota Bogor dikelilingi oleh Kabupaten Bogor dan sekaligus menjadi pusat
pertumbuhan Bogor Raya dan secara geografis dikelilingi oleh bentangan
pegunungan, mulai dari Gunung / Pegunungan Pancar, Megamendung, Gunung
Gede, Gunung Pangrango, Gunung Salak dan Gunung Halimun yang menyerupai
huruf U.
Tabel 4.1
Luas Kota Bogor per Kecamatan
LUAS
KECAMATAN
HEKTAR
%
Kota Bogor Selatan
3.08 1
Kota Bogor Timur
1.015
Kota Bogor Tengah
813
Kota Bogor Barat
3.285
Kota Bogor Utara
1.772
Tanah Sareal
1.884
JUMLAH
11.850
26.00
8.57
6.86
27.72
14.85
15.90
100.00
Geologi
Jenis tanah di wilayah perencanaan sebagian besar terbentuk dari bahan induk
berupa tufa vulkanik adalah Lotosil coklat kemerahan mencakup 70% dan
sebagian besar mengandung tanah liat (Clay), struktur granular dan remah serta
bahan bahan yang berasal dari letusan gunung berapi, sehingga keadaan
tanahnya mengandung tanah liat, batu batuan dan pasir, dengan kedalaman
efektif tanah lebih dari 90 cm dengan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak
peka terhadap erosi. Kekuatan tanah di daerah ini bisa mencapai 2 sampai 5 kg per
cm2, sedangkan pada tempat yang tidak berbatu masih menahan 1,50 kg per cm2.
Kebutuhan Data
Dalam merancang suatu ketebalan perkerasan jalan, dibutuhkan data yang
menunjang dalam perancangan dan menjadi dasar untuk menentukan tebal
perkerasan, tebal perkerasan ditentukan berdasarkan beban yang akan dipikul.
Untuk jenis material ditentukan oleh nomogram ITP di SNI 1732 1989 F dan
Untuk keperluan proses desain, kekuatan dari masing masing lapisan perkerasan
Metode Analisa Komponen dinyatakan dengan koefisien kekuatan relatif ( a ).
Guna mendapat hasil perancangan perkerasan yang baik dan dapat menyediakan
kemampuan yang cukup agar dapat dilalui kendaraan selama periode
perancangan, adapun kebutuhan data dalam merancang tebal perkerasan yaitu :
Kebutuhan data untuk perkerasan lentur Metode Analisa Komponen ( MAK ) :
1. Data teknis jalan
2. Umur Rencana
3. Frekuensi Bus Trans Pakuan dalam 1 hari
4. Index Permukaan
5. California Bearing Ratio ( CBR )
6. Faktor Regional
7. Index Tebal Perkerasan ( ITP )
8. Jenis Material
Kebutuhan data untuk perkerasan kaku Metode NAASRA
Data teknis jalan
1. Umur Rencana
2. Frekuensi Bus Trans Pakuan dalam 1 hari
3. California Bearing Ratio ( CBR )
4. Faktor Regional
5. Jenis Material
Jalan Padjajaran
6,4 km
18 m
3,25 m
Jalan Kedung
2
Halang (Jalan
2,9 km
19 m
3,25 m
Raya Bogor)
3
7,9 km
16 m
3,25 m
Iskandar
4
Jalan Abdullah
Bin Nuh
3,2 km
20 m
3,25 m
3 lajur 2
Nasio
arah
nal
3 lajur 2
Nasio
arah
nal
1 lajur 2
Nasio
arah
nal
2 lajur 2
Kota
Kolektor
Kolektor
Kolektor
Kolektor
arah
Sumber : Data Inventaris Dinas Bina Marga Dan Pengairan Pemerintah Kota
Bogor 2006
Umur Rencana
Umur rencana perkerasan jalan adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka
untuk lalu lintas kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan yang bersifat
struktural ( sampai diperlukan overlay lapisan perkerasan ). Selama umur rencana
tersebut pemeliharaan perkerasan jalan tetap harus dilakukan, seperti pelapisan
non struktural yang berfungsi sebagai lapis aus. Umur rencana untuk perkerasan
lentur jalan baru umumnya diambil 20 tahun dan untuk peningkatan jalan 10
tahun. Umur rencana yang lebih besar dari 20 tahun tidak lagi ekonomis karena
perkembangan lalu lintas yang terlalu besar dan sukar mendapatkan ketelitian
yang memadai ( tambahan tebal lapisan perkerasan menyebabkan biaya awal yang
cukup tinggi ). Dalam studi perencanaan tebal perkerasan lentur jalan Padjajaran
kota Bogor menggunakan umur rencana 10 tahun.
Data lalu lintas
Tebal lapisan perkerasan jalan ditentukan dari beban yang akan dipikul, berarti
dari arus lalu lintas atau frekuensi bus yang akan memakai lajur khusus tersebut.
Koefisien distribusi kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang pada
jalur rencana ditentukan menurut daftar di bawah ini :
Hari
Jumlah
Sabtu
41
Minggu
39
Senin
37
Selasa
39
Rabu
39
Total
195
Rata- rata
39
Sumber: Data tugas akhir Risa Ariestin Analisa kinerja tingkat pelayanan Bus
Trans Pakuan pada Pilot Project (Koridor Terminal Bubulak
Baranangsiang Kota Bogor), 2008.
A.
Persentase Kendaraan Pada Jalur Rencana
Jalur rencana merupakan salah satu jalur lalu lintas dari suatu ruas jalan
raya, yang menampung lalu lintas terbesar.
Jika jalan tidak memiliki tanda batas jalur, maka jumlah jalur ditentukan lebar
perkerasan menurut daftar di bawah ini :
Tabel 4.4 Jumlah jalur terhadap lebar perkerasan
Lebar Perkerasan (L)
Jumlah Jalur (n)
L < 5,50 m
1 jalur
2 jalur
3 jalur
4 jalur
5 jalur
6 jalur
Jumlah
Jalur
1 arah
2 arah
1 arah
2 arah
1 jalur
1,00
1,00
1,00
1,00
2 jalur
0,60
0,50
0,70
0,50
3 jalur
0,40
0,40
0,50
0,475
4 jalur
0,30
0,45
5 jalur
0,25
0,425
6 jalur
0,20
0,40
* berat total < 50 ton misalnya : mobil penumpang, pick up, mobil hantaran
** berat total > 50 ton misalnya : bus, truck, semi trailer, trailer
Sumber : SNI 1732 1989 - F
B.
Angka Ekivalen
Angka ekivalen (E) masing-masing golongan beban sumbu (setiap
kendaraan) ditentukan menurut rumus daftar di bawah ini :
beban satu sumbu tung gal dalam kg
Angka ekivalen = ( _____________________________ )4 .............. ( 4.1 )
8160
sumbu tunggal
beban satu sumbu tung gal dalam kg
Angka ekivalen = 0,086 ( _____________________________ )4..... ( 4.2 )
8160
sumbu ganda
Tabel 4.6 Angka ekivalen (E)
Beban satu sumbu
Kg
Lbs
1000
2205
Angka Ekivalen
Sumbu Tunggal Sumbu Ganda
0,0002
2000
4409
0,003 6
0,0003
3000
6614
0,0183
0,0016
4000
8818
0,0577
0,0050
5000
11023
0,1410
0,0121
6000
13228
0,2923
0,0251
7000
15432
0,5415
0,0466
8000
17637
0,9238
0,0794
8160
18000
1,0000
0,0860
9000
19841
1,4798
0,1273
10000
22046
2,5555
0,1940
11000
24251
3,3022
0,2840
12000
26455
4,6670
0,4022
13000
28660
6,4419
0,5540
14000
30864
8,6647
0,7452
15000
33069
11,4184
0,9820
16000
35276
14,7815
1,2712
Tabel 4.7 Komposisi Roda Dan Unit Ekivalen 8.16 ton Beban As Tunggal
pekerjaan. Banyak metode yang dipakai untuk menentukan daya dukung tanah
dasar, khususnya di Indonesia daya dukung tanah dasar untuk kebutuhan
perencanaan tebal perkerasan ditentukan dengan metode pemeriksaan CBR (
California Bearing Ratio ) yang diperoleh dari hasil pemeriksaan contoh tanah
yang telah disiapkan di laboratorium atau di lapangan. Seringkali jenis tanah dasar
itu berbeda beda sehubungan dengan perubahan kedalaman pada satu titik
pengamatan. Untuk itu perlu ditentukan nilai CBR yang mewakili titik tersebut.
Dalam merencanakan tebal perkerasan, oleh Dinas Bina Marga Dan Pengairan
Pekerjaan Umum kota Bogor nilai CBR yang diberikan untuk setiap jalan yang
dilewati Bus Trans Pakuan Koridor Terminal Bubulak-Pool Bus Wisata
Baranangsiang dibedakan berdasarkan status jalan nasional dan jalan kota hal itu
disebabkan biaya perawatan dan peningkatan untuk jalan nasional diberikan oleh
propinsi Jawa Barat sedangkan untuk jalan kota diberikan oleh pemerintah kota
Bogor.
Dalam hal ini yang termasuk jalan nasional adalah :
1.
2.
Jalan. Padjajaran
Jalan. Kedung halang (Jalan Raya Bogor)
3.
Jalan. Kill. Soleh Iskandar
Yang termasuk jalan kota adalah :
1. Jalan Abdullah Bin Nuh
Dari data yang diperoleh (ada pada lampiran) maka penulis mengambil data CBR
yang terkecil, hal itu dikarenakan data yang terkecil menunjukan kondisi tanah
yang paling keras sebagai tanah dasar dalam perencanaan tebal perkerasan.
Tabel 4.8 Data CBR Jalan Nasional Jalan. Padjajaran, Jalan. Kedung halang (Jalan
Raya Bogor), Jalan. Kill. Soleh Iskandar.
No
Titik Pengamatan
STA
0+000
0+050
0+100
0+150
0+200
0+250
0+300
0+350
0+400
10
10
0+450
11
11
0+500
12
12
0+550
Sumber : Data Dinas Bina Marga Dan Pengairan pemerintah kota Bogor tahun 2006
Nilai CBR yang mewakili adalah yang didapat dari angka persentase 90%.
Stabilitas tanah dasar dapat diperoleh dari berbagai percobaan di lapangan dan di
laboratorium, seperti misalnya pengujian CBR, Resistance dan Plate Bearing.
Oleh karena itu, untuk penyederhanaan ditetapkan parameter bebas Daya Dukung
Tanah ( DDT ) yang dapat dikorelasikan secara empiris dengan berbagai nilai
stabilitas tanah dasar. Korelasi antara nilai CBR dan nilai DDT yang ditetapkan
dalam Metode Analisa Komponen dengan persamaan sebagai berikut :
DDT = 4,3 log ( CBR ) + 1,7 ........................................... ( 4.3 )
Yang termasuk jalan kota adalah :
1.
Jalan Abdullah Bin Nuh
Tabel 4.9 Data CBR Jalan Kota, Jalan Abdullah Bin Nuh.
No
Titik pengamatan
STA
0+050
0+075
0+109
0+125
0+150
0+175
0+225
0+275
15
0+400
10
10
0+425
11
11
0+450
12
12
0+475
13
13
0+500
14
14
0+525
15
15
0+550
16
16
0+650
17
17
0+675
Sumber : Data Dinas Bina Marga Dan Pengairan pemerintah kota Bogor tahun 2006
Nilai CBR yang mewakili adalah yang didapat dari angka persentase 90%.
Faktor Regional
Sebagaimana metode AASHTO yang diadopsi, maka Metode Analisa Komponen
pun memperhitungkan pengaruh lingkungan yang disebut Faktor Regional ( FR ).
Faktor ini adalah fungsi dari kondisi iklim ( yang dinyatakan dengan jumlah curah
hujan per tahun ), kelandaian dan persentase kendaraan berat. Kendaraan berat
yang diperhitungkan dalam menentukan FR adalah kendaraan dengan total berat
lebih besar atau sama dengan 13 ton.
Maka untuk data kondisi regional disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
No
Nama Jalan
Jalan Padjajaran
Jalan
Faktor
(mm/tahun)
berat
(%)
Regional
4000
<30 %
1,5
4000
<30 %
1,5
4000
<30 %
1,5
4000
<30 %
1,5
Kedung
Jalan
K.H
Soleh
Iskandar
4
No
Nama Jalan
Jalan Padjajaran
18 m
3,25 m
Status
jalan
3 lajur 2
Nasio
arah
nal
Fungsi atau
peranan
jalan
Kolektor
Jalan Kedung
2
Halang (Jalan
2,9 km
19 m
3,25 m
7,9 km
16 m
3,25 m
3,2 km
20 m
3,25 m
3 lajur 2
arah
Nasio
nal
1 lajur 2
Nasio
arah
nal
Kolektor
Raya Bogor)
Jalan K.H Soleh
3
Iskandar
Jalan Abdullah
Bin Nuh
Kolektor
2 lajur 2
arah
Kota
Kolektor
Sumber : Data Inventaris Dinas Bina Marga Dan Pengairan Pemerintah Kota
Bogor 2006
Data lalu lintas
Tebal lapisan perkerasan jalan ditentukan dari beban yang akan dipikul,
berarti dari arus lalu lintas atau frekuensi bus yang akan memakai lajur khusus
tersebut.
Tabel 4.12 Frekuensi Bus Trans Pakuan Bogor
Frekuensi Bus Trans Pakuan Bogor
No
Hari
Jumlah
Sabtu
41
Minggu
39
Senin
37
Selasa
39
Rabu
39
Total
195
Rata- rata
39
Sumber: Data tugas akhir Risa Ariestin Analisa kinerja tingkat pelayanan Bus
Trans Pakuan pada Pilot Project (Koridor Terminal Bubulak
Baranangsiang Kota Bogor), 2008.
Berdasarkan grafik korelasi antara nilai k dan nilai CBR maka didapatkan nilai k
sebesar :
A. Nilai k atau tanah dasar untuk jalan nasional yaitu Jalan Padjajaran, Jalan
Kedung Halang (jalan Raya Bogor), Jalan. KH. Soleh Iskandar sebesar 2,5
kg/cm3
B. Nilai k atau tanah dasar untuk jalan kota yaitu Jalan Abdullah Bin Nuh sebesar
2 kg/cm3
Kekuatan Beton
Kekuatan beton dinyatakan dalam nilai kekuatan tarik lentur (MR) pada umur 28
hari, kekuatan lentur tarik beton (MR) , pada umur 28 hari dianjurkan 40 kg/cm2
(dalam keadaan terpaksa boleh menggunakan beton dengan menggunakan MR
minimum 30 kg/cm2.
Kebutuhan data untuk perencanaan anggaran biaya tebal perkerasan
Berdasarkan data-data yang diperlukan untuk merencanakan anggaran biaya tebal
perkerasan, baik itu perkerasan kaku maupun perkerasan lentur. Maka didapatkan
data harga satuan upah, data harga satuan bahan, data harga satuan alat dan harga
satuan pekerjaan dari Dinas kebinamargaan dan pengairan kota Bogor tahun 2008.
Data ini dapat dilihat pada tabel 4.16, 4.17, 4.18 dan 4.19 dibawah ini :
Uraian
Harga satuan
Rp
Mandor lapangan
70.000,00 /hari
Kepala tukang
60.000,00 /hari
Operator terampil
50.000,00 /hari
Pembantu operator
3 5.000,00 /hari
Tukang
55.000,00 /hari
45.000,00 /hari
3 5.000,00 /hari
40.000,00 /hari
60.000,00 /hari
10
65.000,00 /hari
11
40.000,00 /hari
12
50.000,00 /hari
13
60.000,00 /hari
14
40.000,00 /hari
15
50.000,00 /hari
16
60.000,00 /hari
17
Tukang cat
40.000,00 /hari
Sumber : Buku acuan analisa harga satuan pekerjaan (Engineers estimate (EE) edisi November
2007) Dinas Kebimargaan & Pengairan Kota Bogor Tahun 2008.
Uraian
Harga satuan
Rp
Tanah urug
25.725,00 /m3
Pasir urug
91.875,00 / m3
Pasir pasang
178.250,00 / m3
Pasir beton
181.200,00 / m3
144.000,00 / m3
Sirtu
87.150,00 / m3
122.745,00 / m3
13 8.000,00 / m3
149.000,00 / m3
10
162.750,00 / m3
11
171.500,00 / m3
12
57.750,00 / m3
13
2.150.820,00 / m3
14
2.205.000,00 / m3
15
Semen PC
41.160,00 /zak
16
6.125,00 /kg
17
Kawat beton
9.555,00 /kg
18
15.500,00 /kg
19
Cat kayu/besi
28.350,00 /kg
20
60.500,00 /kg
21
Glass bead
15.750,00 /kg
22
Thinner
12.180,00 /kg
23
Paku 4 s/d 7 cm
9.000,00 /kg
24
Aspal bitumen
5.554,50 /kg
25
Aspal RC 70 (cilacap)
5.554,50 /kg
26
Minyak tanah
3.150,00 /liter
27
Alat-alat bantu
3 6.750,00 /set
28
73 3.700,00 /Ton
29
702.075,00 /Ton
30
689.425,00 /Ton
31
3 7.000,00 /m2
32
697.425,00 /Ton
33
144.000,00 /m3
klas A
34
130.000,00 /m3
klas B
35
577.500,00 /m3
36
550.000,00 /m3
37
526.900,00 /m3
38
485.100,00 /m3
39
473.550,00 /m3
40
Besi galvanisir
11.130,00 /kg
41
6.125,00 /kg
42
6.562,00 /kg
43
7.015,00 /kg
44
20.000,00 /m1
45
27.000,00 /m1
46
26.250,00 /m1
47
3 3.600,00 /m1
48
75.000,00 /buah
49
172.500,00 /buah
50
30.000,00 /buah
51
Thermo plastic
31.500,00 /kg
52
10.500,00 /batang
53
36.645,00 /lembar
54
Triplex 3mm
39.375,00 /lembar
55
400,00 /buah
56
Amplas
1.575,00 /kg
57
Cat meni
11.235,00 /kg
58
Kuas 1 1/2
2.835,00 /buah
59
Karung plastik
750,00 /buah
60
Injuk
4.000,00 /kg
61
2.100,00 /buah
62
36.750,00 /m2
63
42.000,00 /karung
64
Semen warna
7.875,00 /kg
65
Minyak diesel/solar
4.515,00 /liter
66
Bensin/premium
4.725,00 /liter
Sumber : Buku acuan analisa harga satuan pekerjaan (Engineers estimate (EE) edisi November
2007) Dinas Kebimargaan & Pengairan Kota Bogor Tahun 2008.
Uraian
Harga satuan
Rp
95.000,00 /jam
95.000,00 /jam
105.000,00 /jam
95.000,00 /jam
86.000,00 /jam
33.500,00 /jam
125.000,00 /jam
Compressor 210m3/jam
81.500,00 /jam
45.000,00 /jam
10
63.000,00 /jam
11
86.000,00 /jam
12
66.000,00 /jam
13
175.000,00 /jam
14
95.000,00 /jam
15
85.000,00 /jam
16
33.500,00 /jam
17
3 3.500,00 /jam
18
Bulldozer 110 HP
180.000,00 /jam
19
95.000,00 /jam
20
250.000,00 /jam
21
95.000,00 /jam
22
Stamper 4 HP
29.000,00 /jam
23
Grass Cutter
17.500,00 /jam
24
3 50.000,00 /jam
25
Mesin penyaring 80 HP
200.000,00 /jam
26
700.000,00 /jam
27
575.000,00 / paket
1.200.000,00 /paket
5.000.000,00 /paket
30
5.000.000,00 /paket
9.500.000,00 /paket
Sumber : Buku acuan analisa harga satuan pekerjaan (Engineers estimate (EE) edisi November
2007) Dinas Kebimargaan & Pengairan Kota Bogor Tahun 2008.
Jenis Pekerjaan
Harga
Satuan
(Rp)
1
Pembersihan Damija
11.345,00
M1
628.946.00
M1
29.492,00
M3
1.341,00
3.9 1,00
M2
M1
44.23 8,00
M3
68.670,00
M3
Timbunan Sirtu
178.449,00
M3
94.43 8,00
M2
10
2.3 60.949,00
M3
11
208.5 12,00
M3
12
190.032,00
M3
13
375.2 10,00
M3
14
61.733,00
M2
15
48.732,00
M2
16
52.619,00
M2
17
8.756,00
Liter
18
8.886,00
19
58.646,00
Liter
M2
20
93.740,00
M2
21
74.992,00
M2
22
1.789.343,00
M3
23
584.175,00
M3
24
Bronjong / Gabion
458.268,00
M3
25
616.793,00
M3
26
699.602,00
M3
27
Penulangan Beton
8.972,00
28
112.533,00
Kg
M2
29
137.047,00
M2
30
Pengecatan Kerb
16.273,00
M2
31
101.463,00
M2
32
Pemasangan Patok
60.485,00
33
Pek. Bouplang
27.478,00
Buah
M1
34
338.099,00
M2
35
701,071.00
M2
36
429.468,00
M2
37
398.475,00
M1
38
2 17.792,00
M3
39
12.064,00
M3
40
32.175,00
M3
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
61.050,00
127.820,00
1.151.197 ,00
693.569,00
726.024 ,00
M3
M3
M3
M3
M3
M3
784.189,00
1.638,00
12.795,00
12.207,00
231.968,00
2.295,00
306.123,00
16.060,00
3 9.875,00
98.343,00
89.43 3,00
40.178,00
29.803,00
23.243,00
13.736,00
6.771 ,00
32.550,00
47.811,00
36.101,00
22.3 54,00
Kg
Kg
Kg
M2
M1
M3
M2
Batang
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M2
M2
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
Jalan
Pengecatan Besi (3X) Untuk Railling
Pek. Kerb / Kanstin / Pita Beton
Pas. Drainase Buis Beton Bulat Dia 30 Untuk
Sodetan
Pas. Drainase Buis Beton Bulat Dia 20 Untuk
Sodetan
Pasangan Saluran Gravel Beton U 20cm
Pasangan Saluran Gravel Beton U 30cm
Beton Bertulang Struktur K225 Penutup
Saluran Teb 10cm
Untuk Trotoar Penulangan Besi 1 Lapis
Beton Bertulang Struktur K225 Penutup
Gorong-Gorong Teb 15cm
Untuk Jalan Masuk Penulangan Besi 2 Lapis
Beton Bertulang Struktur K225 Penutup
Gorong-Gorong
Melintang Jalan Teb 20cm Penulangan Besi 2
Lapis
Bongkaran Pasangan / Aspal
Pekerjaan Kisdam / Pengeringan
Pek. Pasangan Batu Sikat Koral Per M2
Pek. Pasangan Ubin Badak 30/30 Ad Pc 1 : 2
Pemasangan Tulangan Dowel untuk Rigid
Pavement
Pemasangan Tulangan Tie Bar Untuk Rigid
Pavement
32.746,00
63.998,00
80.8 12,00
67.68 1,00
M2
M1
M1
M1
144.693,00
209.094,00
2.657.908,00
M1
M1
M3
2.559.192,00
M3
2.684.440,00
M3
84.700,00
209.732,00
71.817,00
77.861,00
M3
M1
M2
M2
M1
121.695,00
116.752,00
M1
Sumber : Buku acuan analisa harga satuan pekerjaan (Engineers estimate (EE) edisi November
2007) Dinas Kebimargaan & Pengairan Kota Bogor Tahun 2008.
Berdasarkan keputusan Walikota Bogor
KOMPONEN
SATUAN
KOEF
HARGA
SATUAN
(Rp.)
JUMLAH
HARGA
(Rp.)
Tenaga
1.
Mandor
Org/hari
0.0149
70.000,00
1.044,77
2.
Tukang
Org/hari
0.0298
55.000,00
1.641,79
3.
Pekerja
Org/hari
0.1791
35.000,00
6.286,65
Bahan
1.
2.
Campuran Hotmix
(ATB)
8.955,41
Ton
2.2391
689.425,00
1.543.757,46
Set
0.0298
36.750,00
1.097,01
Alat bantu
Peralatan
1.
Jam
0.0746
125.000,00
9.328,35
2.
Jam
0.0746
95.000,00
7.089,55
3.
Jam
0.0745
105.00 0,00
7.835,82
4.
Jam
0.0746
850.000,00
6.343,28
Dump truck
Jam
0.4481
95.000,00
42.573,31
5.
73.170,31
1.626.675.37
162.667,54
F. Jumlah total
1.789.342,91
1.789.343,00
Sumber : Dinas Bina Marga Dan Pengairan Pekerjaan Umum Kota Bogor tahun 2008
Berdasarkan keputusan Walikota Bogor
Tabel 4.18 Analisa harga satuan pekerjaan pekerjaan Lapis pondasi atas klas B
NO
KOMPONEN
SATUAN
KOEF
HARGA
SATUAN
(Rp.)
JUMLAH
HARGA
(Rp.)
Org/hari
0.0066
70.000,00
466,67
Org/hari
0.0400
35.000,00
1.400,00
A
Tenaga
Mandor
1.
2.
Pekerja
Bahan
1.866,67
1.
m3
1.2000
130.000,00
156.000,00
2.
Set
0.0133
36.750,00
490,00
Alat bantu
Peralatan
1.
Motor grader
2.
3.
156.490,00
Jam
0.0333
175.000,00
5.833,33
Jam
0.0666
86.000,00
5.733,33
Jam
0.0333
85.00 0,00
2.833,33
14.399,99
172.756.67
17.275,67
F. Jumlah total
190.032,33
190.032,00
Sumber : Dinas Bina Marga Dan Pengairan Pekerjaan Umum Kota Bogor tahun 2008
Berdasarkan keputusan Walikota Bogor
Tabel 4.19 Analisa harga satuan pekerjaan pekerjaan Lapis pondasi Bawah
klas C
NO
KOMPONEN
SATUAN
KOEF
HARGA
SATUAN
(Rp.)
JUMLAH
HARGA
(Rp.)
Tenaga
1.
Mandor
Org/hari
0.0666
70.000,00
4.666,67
2.
Pekerja
Org/hari
0.0666
35.000,00
23.333,33
28.000,00
B.
Bahan
1.
Sirtu klas C
m3
4.0653
25.725,00
140.580,00
2.
Alat bantu
Set
0.2666
36.750,00
9.800,00
150.380,00
C.
Peralatan
1.
Jam
0.9885
29.000,00
28.666,67
28.666,67
162.226.67
16.222,67
F. Jumlah total
178.449,33
178.449,00
Sumber : Dinas Bina Marga Dan Pengairan Pekerjaan Umum Kota Bogor tahun 2008
Berdasarkan keputusan Walikota Bogor
KOMPONEN
SATUAN
KOEF
HARGA
SATUAN
(Rp.)
JUMLAH
HARGA
(Rp.)
A
Tenaga
Mandor
1.
Org/hari
0.0100
70.000,00
700,00
2.
Tukang
Org/hari
0.8000
55.5000,00
44.000,00
3.
Pekerja
Org/hari
2.5000
35.000,00
87.500,00
Bahan
1.
132.200,00
m3
1.0000
577.500,00
577.500,00
Set
0.0870
36.750,00
3.199,35
350
2.
Tanpa pompa
Alat bantu
580.699,35
Peralatan
712.899.35
71.289,93
F. Jumlah total
784.189,28
784.189,00
Sumber : Dinas Bina Marga Dan Pengairan Pekerjaan Umum Kota Bogor tahun 2008
Berdasarkan keputusan Walikota Bogor
Tabel 4.21 Analisa harga satuan pekerjaan pekerjaan Lapis pondasi bawah klas C
NO
KOMPONEN
SATUAN
KOEF
HARGA
SATUAN
(Rp.)
JUMLAH
HARGA
(Rp.)
Org/hari
0.0666
70.000,00
4.666,67
Org/hari
0.0666
35.000,00
23.333,33
A
Tenaga
Mandor
1.
2.
Pekerja
28.000,00
B.
Bahan
1.
Sirtu klas C
m3
4.0653
25.725,00
140.580,00
2.
Alat bantu
Set
0.2666
36.750,00
9.800,00
Peralatan
1.
Jam
0.9885
29.000,00
150.380,00
28.666,67
28.666,67
162.226.67
16.222,67
F. Jumlah total
178.449,33
178.449,00
Sumber : Dinas Bina Marga Dan Pengairan Pekerjaan Umum Kota Bogor tahun 2008
Berdasarkan keputusan Walikota Bogor
Tabel 4.22 Analisa harga satuan pekerjaan pekerjaan Bekisting untuk beton
NO
KOMPONEN
SATUAN
KOEF
HARGA
SATUAN
(Rp.)
JUMLAH
HARGA
(Rp.)
A
Tenaga
Mandor
1.
Org/hari
0.0200
70.000,00
1.400,,00
2.
Tukang
Org/hari
0.1600
55.000,00
8.800,00
3.
Pekerja
Org/hari
0.0800
35.000,00
2.800,00
13.000,00
B.
Bahan
1.
Kayu acuan
m3
0.0400
2.150.820,00
86.032,80
2.
Paku
kg
0.2000
9.000,00
1.800,00
Alat bantu
Set
0.0400
36.750,00
1.470,00
3.
89.302,80
Peralatan
102.302,80
10.230,28
F. Jumlah total
112.533,08
112.533,00
Sumber : Dinas Bina Marga Dan Pengairan Pekerjaan Umum Kota Bogor tahun 2008
Berdasarkan keputusan Walikota Bogor
KOMPONEN
SATUAN
KOEF
HARGA
SATUAN
(Rp.)
JUMLAH
HARGA
(Rp.)
Tenaga
1.
Mandor
Org/hari
0.0050
70.000,00
350,00
2.
Tukang
Org/hari
0.0090
55.000,00
500,00
3.
Pekerja
Org/hari
0.0100
35.000,00
350,00
Bahan
1.200,00
1.
kg
1.1000
6.125,00
6.737,50
Kawat beton
kg
0.0100
9.555,00
95,55
Set
0.0020
36.750,00
73,50
2.
3.
Alat bantu
6.906,55
Peralatan
8.156,55
815,66
F. Jumlah total
8.972,2 1
8.972,00
Sumber : Dinas Bina Marga Dan Pengairan Pekerjaan Umum Kota Bogor tahun 2008
Berdasarkan keputusan Walikota Bogor
Tabel 4.24 Analisa harga satuan pekerjaan pekerjaan pemasangan tulangan ruji /
dowel untuk rigid pavement
NO
KOMPONEN
SATUAN
KOEF
HARGA
SATUAN
(Rp.)
JUMLAH
HARGA
(Rp.)
A
Tenaga
Mandor
1.
Org/hari
0.0200
70.000,00
1.400,00
2.
Tukang
Org/hari
0.2000
5 5.000,00
11.000,00
3.
Pekerja
Org/hari
0.1000
35.000,00
35.000,00
47.400,00
B.
Bahan
1.
kg
5.5505
6.125,00
33.997,18
2.
Kawat beton
kg
2.9057
9.555,00
27.764,62
Alat bantu
Set
0.0400
36.750,00
1.470,00
3.
63.231,80
Peralatan
110.631,80
11.063,18
F. Jumlah total
121.694,98
121.695,00
Sumber : Dinas Bina Marga Dan Pengairan Pekerjaan Umum Kota Bogor tahun 2008
Berdasarkan keputusan Walikota Bogor
ANALISA DATA
Umum
Tidak seperti di kota-kota besar pada umumnya yang mana sistem angkutan
umum massal yang berjenis Rapid Transit ini disediakan lajur khusus (Bus Way)
sehingga dalam pelaksanaannya tidak terganggu dengan lalu-lintas lain sehingga
waktu tempuh ke tujuan jauh lebih singkat dibandingkan dengan menggunakan
kendaraan lain (kendaraan pribadi) dengan demikian dapat diharapkan pengguna
kendaraan lain dapat berpindah ke Busway. Pertumbuhan kendaraan yang
semakin pesat dan tidak dibarengi dengan perkembangan penyediaan fasilitas
transportasi, sehingga dapat menimbulkan masalah baru berupa kemacetan di
hampir semua ruas jalan. Untuk itu Pemerintah kota Bogor memberikan suatu
solusi alternatif untuk memecahkan permasalahan transportasi di kota Bogor
yang salah satunya dengan membuat sistem angkutan umum massal berjenis bus
rapid transit yang dinamakan Bus Trans pakuan Bogor. Tetapi pada
pelaksanaannya pengoperasian Bus Rapid Transit ini tidak memiliki lajur sendiri,
sehingga waktu perjalanannya masih sangat dipengaruhi dengan kendaraankendaraan lain. Oleh karena itu dalam penulisan ini akan dicoba merencanakan
sebuah lajur sendiri khusus untuk Bus Trans Pakuan dengan asumsi lajur khusus
bus tersebut hanya akan digunakan oleh Bus Trans Pakuan tanpa dilewati oleh
beban kendaraan lain. Dalam merencanakan jenis perkerasannya Metode yang
digunakan dalam meencanakan perkerasan jalan tersebut adalah untuk perkerasan
lentur memakai metode MAK dan untuk perkerasan kaku memakai metode
NAASRA. Pemilihan jenis perkerasan memakai perkerasan baru hal itu
dikarenakan struktur jalan lama sudah memasuki akhir umur rencana dan
pembangunan perencanaan lajur khusus bus trans pakuan untuk kelayakannya
diharuskan merencanakan konstruksi ulang dan baru.
Adapun tahapan-tahapan dalam merencanakan perkerasan adalah sebagai berikut.
Perhitungan perencanaan tebal perkerasan Jalan Padjajaran kota
Bogor.
Perencanaan tebal perkerasan lentur metode M.A.K :
Satuan (Rp)
(Rp)
1.789.343,00
7.666.976.886,00
Pekerjaan Lapis
permukaan asphalt
concrete (A.T.B)
4.284,8
m3
Teb 9 cm.
2
8.320
m3
208.5 12.00
1.734.819.840,00
4.160
m3
178.449,00
723.347.840,00
klas B tebal 20 cm
3
Total 10.125.144.570,00
Dibulatkan 10.125.144.570,00
Sumber : Hasil perhitungan
Perhitungan Tebal Perkerasan Kaku Metode NAASRA
5. Perkerasan beton menerus dengan tulangan
Ukuran Plat
1. Tebal = 0,15 m
2. Lebar = 6,5 m
3. Panjang = 6,400 m
Sambungan pemuaian dipasang tiap 100 m
Ruji 20 panjang (L) : 350 mm, jarak (S) : 300 mm
a. Tulangan memanjang
Data-data :
Ft = 0,5 x MR = 0,5 x 40 =20 kg/cm2
Fy = 4585 kg/cm2
n = 6 (tabel 2.11)
Ps = Presentase tulangan memanjang
Lcr
2
= nxp xuxf ftSxEc
Ft
2
(b
=
=
20 2
,2(
400 10
x
6 )310557
202
2,45
20
As = 11, 76xFxLxh
Fs
= 1 1,76x1,2x6,5x1 50
230
= 59,82 mm 2/m lebar = 0,59 cm 2/m lebar
Asmin = 0,14% x 15 x 100
= 2,1 cm2/m lebar
Jadi tulangan melintang adalah 12 300 mm ( A = 3,76 cm2/m lebar)
Pekerjaan Lapis permukaan Beton
Volume Pekerjaan
Volume pekerjaan = 6,240 m3
Pekerjaan Lapis pondasi bawah
Volume Pekerjaan
Volume pekerjaan = 12.480 m3
Pekerjaan Bekisting untuk beton
Volume Pekerjaan
Volume pekerjaan = 1.920 m2
Pekerjaan Penulangan beton memanjang 19 200 mm
Volume Pekerjaan
Volume pekerjaan
= 463.841,45 kg
Pekerjaan Penulangan beton melintang 12 300 mm
Volume Pekerjaan
Volume pekerjaan
= 113.920,35 kg
Pekerjaan Pemasangan Tulangan dowel untuk rigid pavement 20 panjang
(L) : 350 mm, jarak (S) : 300 mm
Volume Pekerjaan
Volume pekerjaan
= 8.086,42 m1
Rekapitulasi biaya tebal perkerasan kaku jalan Padjajaran dengan Metode
NAASRA
Tabel 5.10 Rekapitulasi biaya tebal perkerasan kaku jalan Padjajaran dengan
Metode NAASRA
No Perkerasan Jalan
Vol
Sat
Harga
Jumlah Harga
Satuan (Rp)
(Rp)
Lapis permukaan
permukaan beton
6,240
m3
784.189,00
4.893.339.360,00
12.480
m3
190.032,00
2.371.599.360,00
1.920
m2
112.533,00
216.063.360,00
tebal 15 cm
2
Lapis pondasi
bawah klas B tebal
30 cm
Bekisting untuk
beton
4.
Penulangan beton
memanjang 19
463.841,45
kg
8.972,00
4.161.585.489,00
113.920,35
kg
8.972,00
1.022.093.434,00
8.086,42
m1
121.695,00
984.076.881,90
225 mm
5.
Penulangan beton
melintang 12
300 mm
6.
Pemasangan
Tulangan dowel
untuk rigid
pavement 20
panjang (L) : 350
mm, jarak (S) : 300
mm
Total 13.648.757.880,00
Dibulatkan 13.648.757.880,00
Item
Umur rencana
(masa layanan)
2
3
4
5
Lendutan
Perilaku
terhadap
overloading
Kebisingan dan
vibrasi
Pantulan cahaya
Perkerasan lentur
Perkerasan kaku
Efektif 10 tahun. Perlu
Efektif dapat mencapai
beberapa tahap pembangunan 20 tahun dalam satu
masa layanan seperti
kali konstruksi
perkerasan kaku
Cenderung melendut
Lendutan jarang terjadi
Perkerasan lentur lebih sensitif pada overloading
dibanding perkerasan kaku, ini dikaitkan dengan
perilaku terhadap lendutan
Perkerasan lentur mempunyai tingkat kebisingan dan
vibrasi yang lebih rendah
Perkerasan lentur mempunyai daya pantul yang lebih
lemah dibandingkan perkerasan kaku
6
7
Bentuk
permukaan
Frekensi Bus
Berdasarkan nilai DDT = 3,55 , LER = 24,98 dan FR = 1,63 maka nilai ITP yang
didapat dari nomogram 4, adalah 6,8
Proses
konstruksi
Dengan teknologi
bahan aditif untuk
beton, maka proses
pematangan bisa
berlangsung cepat
sekitar 2 hari, tetapi
beton yang terlalu
cepat matang
cenderung mudah retak
Perawatan
10
Struktur
perkerasan
11
Biaya
11
12
Karakteristik
meterial
Rp. 13.648.757.880,00
Dengan nilai kekakuan
yang tinggi maka
seluruh beban diterima
oleh struktur
Material utama adalah
agregat, semen, dan
filler (jika diperlukan).
Air dapat membantu
pada saat pematangan
beton
Berdasarkan nilai DDT = 3,55 , LER = 24,98 dan FR = 1,5 maka nilai ITP yang
didapat dari nomogram 4, adalah 6,8
Satuan (Rp)
(Rp)
1.789.343,00
3.498.362.393,00
Pekerjaan Lapis
permukaan asphalt
concrete (A.T.B)
1.995,11
m3
3.874
m3
208.512,00
807.775.488,00
1.937
m3
178.449,00
346.655.713,00
klas B tebal 20 cm
3
Total
4.651.793.594,00
Dibulatkan
4.651.793.594,00
100x 20
(1,3 0,2(1))%
(4585 6 20)
x
= 2000
____ (1,5) 0,49%
4465
0,49 1 00 1 5
As = __________
xx
= 7,35 cm2
100
=
= 6 (tabel 2.11)
Atotal
100xtebalplat
d
= 4/d
1/4 d
18,892
x
100 1 5
= 0,0125
= 4/1,9 = 2,1
Ec
= 16.600 x 'bk
cr
= 16.600 x 350 =
3 10.557 kg/cm2
Fb
= 2,16 bk
d
cr
20 2
ft 2
6 0 , 0125
x
2 ,1 2 1 , 2 ( 400 10
xx
x
6) 310557
= 202
5,18
=
= 77,2 cm Lcr tidak memenuhi yang diisyaratkan 150 cm -250
cm jadi tulangan memanjang 19 150 mm tidak dapat
digunakan.
Karena Lcr tidak memenuhi syarat maka perhitungan diulang.
Dicoba tulangan 19 mm -200 mm (A = 14,169 cm2/m lebar) Pengecekan jarak teoritis antar retakan :
Data-data :
Ft
= 20 kg/cm2
= 6 (tabel 2.11)
Atotal
100xtebalplat
d
= 4/d
1/4 d
14 , 169
100 x1 5
,r
,r
Ec
= 16.600 x 'bk
cr
= 16.600 x 350
= 3 10.557 kg/cm2
= 0,0094
= 4/1,9 = 2,1
20
Fb
2,16 bk
d
Lcr
20 2
6 0 , 0094 2 ,1 2 1 , 2 ( 400 10
= x
xx
x
2
=
202
2,45
) 3 10557
20 )
= 1,2
= 150 mm
Fs
= 230 Mpa
As = 11, 76xFxLxh
Fs
= 1 1,76x1,2x6,5x1 50
230
= 59,82 mm 2/m lebar = 0,59 cm 2/m lebar
Asmin = 0,14% x 15 x 100
Satuan (Rp)
(Rp)
Lapis permukaan
permukaan beton
2.905,5
m3
784.189,00
2.278.461.140,00
5.811
m3
190.032,00
1.104.275.952,00
894
m2
112.533,00
100.604.502,00
232.731,72
kg
8.972,00
2.088.068.992,00
53.044,35
kg
8.972,00
475.913.908,20
tebal 15 cm
2
Lapis pondasi
bawah klas B tebal
30 cm
Bekisting untuk
beton
4.
Penulangan beton
memanjang 19
200 mm
5.
Penulangan beton
melintang 12
300 mm
6.
Pemasangan
Tulangan dowel
untuk rigid
3.765,25
pavement 20
m1
121.695,00
458.121.098,80
6.505.445.593,00
Dibulatkan
6.505.445.593,00
Item
Umur rencana
(masa layanan)
2
3
4
5
6
7
Lendutan
Perilaku
terhadap
overloading
Kebisingan dan
vibrasi
Pantulan cahaya
Bentuk
permukaan
Frekensi Bus
Proses
konstruksi
Perkerasan lentur
Perkerasan kaku
Efektif 10 tahun. Perlu
Efektif dapat mencapai
beberapa tahap pembangunan 20 tahun dalam satu
masa layanan seperti
kali konstruksi
perkerasan kaku
Cenderung melendut
Lendutan jarang terjadi
Perkerasan lentur lebih sensitif pada overloading
dibanding perkerasan kaku, ini dikaitkan dengan
perilaku terhadap lendutan
Perkerasan lentur mempunyai tingkat kebisingan dan
vibrasi yang lebih rendah
Perkerasan lentur mempunyai daya pantul yang lebih
lemah dibandingkan perkerasan kaku
Permukaan perkerasan lentur lebih halus dibandingkan
perkerasan kaku
39 Bus! hari
39 Bus! hari
Dengan teknologi
Relatif lebih mudah dan
cepat. Dengan teknologi
bahan aditif untuk
campuran, waktu yang
beton, maka proses
dibutuhkan dari mulai
pematangan bisa
penghamparan sampai dibuka berlangsung cepat
untuk lalu-lintas hanya
sekitar 2 hari, tetapi
membutuhkan waktu sekitar beton yang terlalu
2 jam
cepat matang
Perawatan
10
Struktur
perkerasan
11
Biaya
11
12
Rp. 4.651.793.594,00
Karakteristik
meterial
cenderung mudah
retak
Tidak perlu perawatan
rutin, tetapi perbaikan
kerusakan relatif lebih
sulit
1 .Lapis permukaan
Beton = 15 cm
2. Lapis pondasi
bawah = 30 cm
3. Ruji = 20 300
mm
4. Tulangan
memanjang = 19
200 mm
5. Tulangan melintang
= 12 300 mm
Rp. 6.505.445.593,00
Dengan nilai kekakuan
yang tinggi maka
seluruh beban diterima
oleh struktur
Material utama adalah
agregat, semen, dan
filler (jika diperlukan).
Air dapat membantu
pada saat pematangan
beton
Satuan (Rp)
(Rp)
5.319,84 m3
1.789.343,00
9.519.018.465,00
10.329,98 m3
190.032,00
1.963.026.759,00
Pekerjaan Lapis
permukaan asphalt
concrete (A.T.B)
Teb 5,2 cm.
5.164,9
m3
178.449,00
921.671.240,10
Total 12.403.716.460,00
Dibulatkan 12.403.716.460,00
Sumber : Hasil perhitungan
Perhitungan Tebal Perkerasan Kaku Metode NAASRA
Sambungan pemuaian dipasang tiap 100 m
Ruji 20 panjang (L) : 350 mm, jarak (S) : 300 mm
e. Tulangan memanjang
Data-data :
Ft = 0,5 x MR = 0,5 x 40 =20 kg/cm2
Fy = 4585 kg/cm2
n = 6 (tabel 2.11)
Ps
Ps =
= Presentase tulangan
(1,3 0,2memanjang
)%
100
f
(
)
fy nxft
ft
100x 20
= (4585 6 20) (1,3 0,2(1))%
x
2000 (1,5) 0,49%
= _____
4465
0,49 1 00 1 5
= 7,35 cm2
As = _________
xx
100
Amin = 0,6% x 100 x 15 = 9 cm 2/m lebar
Dicoba tulangan 19 mm -150 mm (A = 18,892cm2/m lebar)
- Pengecekan jarak teoritis antar retakan :
Data-data :
Ft
= 20 kg/cm2
n
= 6 (tabel 2.11)
P
Atotal
100xtebalplat
d
= 4/d
1/4 d
18,892
x
100 1 5
Ec
= 16.600 x 'bk
= 16.600 x 350 =
3 10.557 kg/cm2
d
= 0,0125
= 4/1,9 = 2,1
Fb
2,16 bk
ft 2
nxp xuxf SxEc Ft
2
(
)
b
20 2
=
=
6 0 , 0125
x
202
5,18
400 10
2 ,1 2 1
x
x x ,2 (
6) 310557
20
d
= 4/d
= 4/1,9 = 2,1
1/4 d
= Koefisien susut beton (400 x 10-6)
Ec
= 16.600 x 'bk
= 16.600 x 350 =
3 10.557 kg/cm2
Fb
= 2,16 bk
d
2
= nxp xuxf ftSxEc
Ft
2
(
20 2
=
)
6x0 , 0094 2 ,1x 2x 1
2
,2 (
400 10
x
6) 310557
202
= 2,45
= 163,26 cm Lcr memenuhi yang diisyaratkan 150 cm -250
cm
d
20
Satuan (Rp)
(Rp)
Lapis permukaan
permukaan beton
7.747,35
m3
784.189,00
6.075.386.649,00
15.494,70
m3
190.032,00
2.944.488.830,00
2.3 83,8
m2
112.533,00
268.256.165,40
575.885,00
kg
8.972,00
5.166.840.220,00
141.438,44
kg
8.972,00
1.268.985.684,00
10.024,83
m1
121.695,00
1.219.971.687,00
tebal 15 cm
2
Lapis pondasi
bawah klas B tebal
30 cm
Bekisting untuk
beton
4.
Penulangan beton
memanjang 19
200 mm
5.
Penulangan beton
melintang 12
300 mm
6.
Pemasangan
Tulangan dowel
untuk rigid
pavement 20
panjang (L) : 350
mm, jarak (S) : 300
mm
Total 16.943.929.240,00
Dibulatkan 16.943.929.240,00
Tabel 5.33 Perbandingan antara Perkerasan Lentur dan kaku pada Jalan K.H
Soleh Iskandar kota bogor
No
Item
Umur rencana
(masa layanan)
2
3
4
5
6
7
Lendutan
Perilaku
terhadap
overloading
Kebisingan dan
vibrasi
Pantulan cahaya
Bentuk
permukaan
Frekensi Bus
Proses
konstruksi
Perawatan
10
Struktur
perkerasan
Perkerasan lentur
Perkerasan kaku
Efektif 10 tahun. Perlu
Efektif dapat mencapai
beberapa tahap pembangunan 20 tahun dalam satu
masa layanan seperti
kali konstruksi
perkerasan kaku
Cenderung melendut
Lendutan jarang terjadi
Perkerasan lentur lebih sensitif pada overloading
dibanding perkerasan kaku, ini dikaitkan dengan
perilaku terhadap lendutan
Perkerasan lentur mempunyai tingkat kebisingan dan
vibrasi yang lebih rendah
Perkerasan lentur mempunyai daya pantul yang lebih
lemah dibandingkan perkerasan kaku
Permukaan perkerasan lentur lebih halus dibandingkan
perkerasan kaku
39 Bus! hari
39 Bus! hari
Relatif lebih mudah dan
Dengan teknologi
cepat. Dengan teknologi
bahan aditif untuk
campuran, waktu yang
beton, maka proses
dibutuhkan dari mulai
pematangan bisa
penghamparan sampai dibuka berlangsung cepat
untuk lalu-lintas hanya
sekitar 2 hari, tetapi
membutuhkan waktu sekitar beton yang terlalu
2 jam
cepat matang
cenderung mudah
retak
Memerlukan perawatan rutin, Tidak perlu perawatan
tetapi relatif lebih mudah
rutin, tetapi perbaikan
kerusakan relatif lebih
sulit
1. Lapis permukaan hotmix
1 .Lapis permukaan
(asphalt) = 9,3 cm
Beton = 15 cm
2. Lapis Pondasi atas = 20 2. Lapis pondasi
cm
bawah = 30 cm
3. Lapis Pondasi bawah = 10
3. Ruji = 20 300
cm
mm
4. Tulangan
memanjang = 19
200 mm
5. Tulangan melintang
= 12 300 mm
11
11
12
Rp. 12.403.716.460,00
Biaya
Karakteristik
meterial
Rp. 16.943.929.240,00
Dengan nilai kekakuan
yang tinggi maka
seluruh beban diterima
oleh struktur
Material utama adalah
agregat, semen, dan
filler (jika diperlukan).
Air dapat membantu
pada saat pematangan
beton
Volume Pekerjaan
Volume Pekerjaan Lapis pondasi bawah klas C tebal 10 cm :
Volume pekerjaan = 2.085,20 m3
Rekapitulasi biaya tebal perkerasan lentur jalan Abdullah Bin Nuh
dengan Metode (MAK)
Tabel 5.38 Rekapitulasi biaya tebal perkerasan lentur jalan Abdullah Bin Nuh
dengan Metode (MAK)
No
Perkerasan Jalan
Vol
Sat
Harga
Jumlah Harga
Satuan (Rp)
(Rp)
Pekerjaan Lapis
permukaan asphalt
2.293,72
m3
1.789.343,00
4.104.251.826,00
4.174,40
m3
190.032,00
793.269.580,80
2.085,20
m3
190.032,00
396.254.726,40
concrete (A.T.B)
teb 10,3 cm.
2
Total
Dibulatkan
Sumber : Hasil perhitungan
Perhitungan Tebal Perkerasan Kaku Metode NAASRA
Sambungan pemuaian dipasang tiap 100 m
Ruji 20 panjang (L) : 350 mm, jarak (S) : 300 mm
g. Tulangan memanjang
Data-data :
Ft = 0,5 x MR = 0,5 x 40 =20 kg/cm2
Fy = 4585 kg/cm2
n = 6 (tabel 2.11)
Ps
Ps =
= Presentase tulangan
(1,3 0,2memanjang
)%
100
f
(
)
fy nxft
ft
100x 20
= (4585 6 20) (1,3 0,2(1))%
x
2000 (1,5) 0,49%
= _____
4465
0,49 1 00 1 5
As = _________
xx
100
= 7,35 cm2
5.293.776.113,00
5.293.776.113,00
Atotal
100xtebalplat
18,892
x
100 1 5
= 0,0125
d
= 4/d
= 4/1,9 = 2,1
1/4 d
= Koefisien susut beton (400 x 10-6)
Ec
= 16.600 x 'bk
,r
,r
= 16.600 x 350 =
3 10.557 kg/cm2
Fb
2,16
d bk
a
=
2
ft 2
b(
)
= 20 2
6 0 , 0125
x
=
2
20
5,18
400 10
2 ,1 2 1
x
,
2
(
xx
6) 310557
Atotal
100xtebalplat
d
= 4/d
1/4 d
,r
,r
14 , 169
100 x1 5
= 0,0094
= 4/1,9 = 2,1
20
Ec
= 16.600 x 'bk
= 16.600 x 350 =
3 10.557 kg/cm2
Fb
= 2,16 bk
d
2
= nxp xuxf ftSxEc
Ft
2
(
20 2
6 x0 , 0094 2 ,1x2x 1
2
,2(
400 10
x
6 )310557
2
= 20
2,45
20
Vol
Sat
Harga
Jumlah Harga
Satuan (Rp)
(Rp)
Lapis permukaan
permukaan beton
3.127,80
m3
784.189,00
2.452.786.354,00
6.255,60
m3
190.032,00
1.188.764.179,00
962,4
m2
112.533,00
108.307.175,92
232.501,24
kg
8.972,00
2.086.001.125,00
tebal 15 cm
2
Lapis pondasi
bawah klas B tebal
30 cm
Bekisting untuk
beton
4.
Penulangan beton
memanjang 19
200 mm
5.
Penulangan beton
melintang 12
61.861,31
kg
8.972,00
555.019.673,30
4.053,33
m1
121.695,00
809.591.807,90
300 mm
6.
Pemasangan
Tulangan dowel
untuk rigid
pavement 20
panjang (L) : 350
mm, jarak (S) : 300
mm
Total
7.200.470.315,00
Dibulatkan
7.200.470.315,00
Item
Umur rencana
(masa layanan)
2
3
4
5
6
7
Lendutan
Perilaku
terhadap
overloading
Kebisingan dan
vibrasi
Pantulan cahaya
Bentuk
permukaan
Frekensi Bus
Proses
konstruksi
Perkerasan lentur
Perkerasan kaku
Efektif 10 tahun. Perlu
Efektif dapat mencapai
beberapa tahap pembangunan 20 tahun dalam satu
masa layanan seperti
kali konstruksi
perkerasan kaku
Cenderung melendut
Lendutan jarang terjadi
Perkerasan lentur lebih sensitif pada overloading
dibanding perkerasan kaku, ini dikaitkan dengan
perilaku terhadap lendutan
Perkerasan lentur mempunyai tingkat kebisingan dan
vibrasi yang lebih rendah
Perkerasan lentur mempunyai daya pantul yang lebih
lemah dibandingkan perkerasan kaku
Permukaan perkerasan lentur lebih halus dibandingkan
perkerasan kaku
39 Bus! hari
39 Bus! hari
Dengan teknologi
Relatif lebih mudah dan
cepat. Dengan teknologi
bahan aditif untuk
campuran, waktu yang
beton, maka proses
dibutuhkan dari mulai
pematangan bisa
penghamparan sampai dibuka berlangsung cepat
untuk lalu-lintas hanya
sekitar 2 hari, tetapi
Perawatan
10
Struktur
perkerasan
11
Biaya
11
12
Rp. 5.293.776.113,00
Karakteristik
meterial
Nama
Nama
Segmen
Lapis
Permukaan
Pondasi Atas
Jalan
Bawah
10,3 cm
20 cm (Batu
10 cm
(HRA MS340)
Pecah klas B
(Sirtu Klas
CBR 80)
C CBR 30)
Segmen Jalan
2
Kedung
10,3 cm
20
(HRA MS340)
Pecah
Segmen Jalan
3
K.H Soleh
Segmen Jalan
4
Abdullah
10,3 cm
20
(HRA MS340)
Pecah
(Batu 10 cm
klas
cm
11 cm
20
(HRA MS340)
Pecah
B (Sirtu
Klas
C CBR 30)
(Batu 10 cm
klas
CBR 80)
Klas
(Batu 10 cm
klas
cm
B (Sirtu
C CBR 30)
CBR 80)
Bin Nuh
Sumber
cm
CBR 80)
Iskandar
Pondasi
Segmen
Jalan
1
Padjajaran
halang
3
Lapis
Lapis
B (Sirtu
Klas
C CBR 30)
: Hasil perhitungan
Segmen 1
Segmen 2
Nama Jalan
Jalan Padjajaran
Jalan Kedung
Lapis
Lapis Pondasi
Permukaan
Bawah
15 cm
30 cm
(Beton)
(Sirtu)
15 cm
30 cm
halang
(Beton)
(Sirtu)
15 cm
30 cm
(Beton)
(Sirtu)
15 cm
30 cm
(Beton)
(Sirtu)
Jalan
3
Segmen 3
K.H Soleh
Iskandar
Segmen 4
Jalan
Abdullah Bin Nuh
Sumber
: Hasil perhitungan
5.5 Total Rekapitulasi Biaya Tebal Perkerasan Lajur Khusus Bus Trans
Pakuan Kota Bogor
Tabel 5.47 Total Rekapitulasi Biaya Tebal Perkerasan Lajur Khusus Bus Trans
Pakuan Kota Bogor.
Nama Jalan
Perkerasan lentur
Perkerasan kaku
(Rp)
(Rp)
No
1
Jalan Padjajaran
Jalan
K.H
Rp. 6.505.445.593,00
Iskandar
4
Rp. 5.293.776.113,00
Rp. 7.200.470.315,00
Gambar 5.17 Perkerasan lentur lajur khusus Bus Trans Pakuan Jalan Padjajaran
Gambar 5.18 Perkerasan lentur lajur khusus Bus Trans Pakuan Jalan Kedung
Halang
Gambar 5.19 Perkerasan lentur lajur khusus Bus Trans Pakuan Jalan KH Soleh
Iskandar
Gambar 5.20 Perkerasan lentur lajur khusus Bus Trans Pakuan Jalan Abdullah Bin
Nuh
Gambar 5.21 Perkerasan kaku lajur khusus Bus Trans Pakuan Jalan
padjajaran
Gambar 5.22 Perkerasan kaku lajur khusus Bus Trans Pakuan Jalan Kedung
Halang
Gambar 5.23 Perkerasan kaku lajur khusus Bus Trans Pakuan Jalan K>H Soleh
Iskandar
Gambar 5.24 Perkerasan kaku lajur khusus Bus Trans Pakuan Jalan Abdullah Bin
Nuh
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisa perhitungan pada
setiap segmen yang telah ditentukan adalah sebagai berikut :
1. Pada jalan Padjajaran dengan panjang jalan 6,4 km untuk perhitungan tebal
perkerasan lentur dengan menggunakan metode MAK diperoleh tebal lapis
permukaan Asphalt Concrete ATB adalah 10,3 cm, tebal LPA kelas B adalah
20 cm, sedangkan LPB kelas C adalah 10 cm dengan total anggaran biaya
untuk tebal perkerasan lentur sebesar Rp. 10.125.144.570,00 sedangkan
untuk perhitungan tebal perkerasan kaku dengan menggunakan metode
NAASRA diperoleh tebal lapis permukaan beton 15 cm, tebal LPB adalah 30
cm, Ruji 20 300 mm, tulangan memanjang 19 200 mm, tulangan
melintang 12 300 mm dengan total anggaran biaya untuk tebal perkerasan
kaku sebesar Rp. 13.648.757.880,00 maka perbandingan biaya dari kedua
perkerasan adalah Rp.3.523.613.310,00 .
2. Pada jalan Kedung halang dengan panjang jalan 2,9 km untuk perhitungan
tebal perkerasan lentur dengan menggunakan metode MAK diperoleh tebal
lapis permukaan Asphalt Concrete ATB adalah 10,3 cm, tebal LPA kelas B
adalah 20 cm, sedangkan LPB kelas C adalah 10 cm dengan total anggaran
biaya untuk tebal perkerasan lentur sebesar Rp. 4.65 1.793.594,00 sedangkan
untuk perhitungan tebal perkerasan kaku dengan menggunakan metode
NAASRA diperoleh tebal lapis permukaan beton 15 cm, tebal LPB adalah 30
cm, Ruji 20 300 mm, tulangan memanjang 19 200 mm, tulangan
melintang 12 300 mm dengan total anggaran biaya untuk tebal perkerasan
kaku sebesar Rp. 6.505.445.593,00 maka perbandingan biaya dari kedua
perkerasan adalah Rp. 1.853.651.999,00.
3. Pada jalan K.H Soleh Iskandar dengan panjang jalan 7,9 km untuk
perhitungan tebal perkerasan lentur dengan menggunakan metode MAK
diperoleh tebal lapis permukaan Asphalt Concrete ATB adalah 10,3 cm, tebal
LPA kelas B adalah 20 cm, sedangkan LPB kelas C adalah 10 cm dengan
total anggaran biaya untuk tebal perkerasan lentur sebesar Rp.
12.403.716.460,00 sedangkan untuk perhitungan tebal perkerasan kaku
dengan menggunakan metode NAASRA diperoleh tebal lapis permukaan
beton 15 cm, tebal LPB adalah 30 cm, Ruji 20 300 mm, tulangan
memanjang 19 200 mm, tulangan melintang 12 300 mm dengan total
anggaran biaya untuk tebal perkerasan kaku sebesar Rp. 16.943.929.240,00
maka perbandingan biaya dari kedua perkerasan adalah Rp. 4.540.212.780,00
4. Pada jalan Abdullah Bin Nuh dengan panjang jalan 3,2 km untuk
perhitungan tebal perkerasan lentur dengan menggunakan metode MAK
diperoleh tebal lapis permukaan Asphalt Concrete ATB adalah 11 cm, tebal
LPA kelas B adalah 20 cm, sedangkan LPB kelas C adalah 10 cm dengan
total anggaran biaya untuk tebal perkerasan lentur sebesar Rp.
5.293.776.113,00 sedangkan untuk perhitungan tebal perkerasan kaku
dengan menggunakan metode NAASRA diperoleh tebal lapis permukaan
beton 15 cm, tebal LPB adalah 30 cm, Ruji 20 300 mm, tulangan
memanjang 19 200 mm, tulangan melintang 12 300 mm dengan total
DAFTAR PUSTAKA
AASHTO, 1986, AASHTO Guide for Design of Pavement Structure.
Anas Ally Ir. 1986, Pengertian Dasar Dan Informasi Umum Tentang Beban
Konstruksi Perkerasan Jalan, Yayasan Pengembang Teknologi Dan
Manajemen, Jakarta.
Anas Ally Ir. 1986, Teknologi perkerasan Jalan Beton Semen, Yayasan
Pengembang Teknologi Dan Manajemen.
Bidang kebinamargaan Dan Pengairan, Analisa Harga Satuan Pekerjaan
Engineers Estimate (EE), 1986, Pemerintah Kota Bogor Dinas Bina Marga
Dan Pengairan Pekerjaan Umum, Bogor.