Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemeliharaan (Maintenance)
2.1.1 Definisi Pemeliharaan
Pemeliharaan mesin merupakan hal yang sering dipermasalahkan antara
bagian pemeliharaan dan bagian produksi. karena bagian pemeliharaan dianggap
yang memboroskan biaya, sedang bagian produksi merasa yang merusakkan tetapi
juga yang membuat uang (Soemarno, 2008). Pada umumnya sebuah produk yang
dihasilkan oleh manusia, tidak ada yang tidak mungkin rusak, tetapi usia
penggunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan yang dikenal
dengan pemeliharaan. (Corder, Antony, K. Hadi, 1992). Oleh karena itu, sangat
dibutuhkan kegiatan pemeliharaan yang meliputi kegiatan pemeliharaan dan
perawatan mesin yang digunakan dalam proses produksi.
Kata pemeliharaan diambil dari bahasa yunani terein artinya merawat,
menjaga dan memelihara. Pemeliharaan adalah suatu kobinasi dari berbagai tindakan
yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam, atau memperbaikinya sampai
suatu kondisi yang bisa diterima. Untuk Pengertian Pemeliharaan lebih jelas adalah
tindakan merawat mesin atau peralatan pabrik dengan memperbaharui umur masa
pakai dan kegagalan/kerusakan mesin. (Setiawan F.D, 2008). Menurut Jay Heizer
dan Barry Render, (2001) dalam bukunya operations Management pemeliharaan
adalah : all activities involved in keeping a systems equipment in working order.
Artinya: pemeliharaan adalah segala kegiatan yang di dalamnya adalah untuk
menjaga sistem peralatan agar bekerja dengan baik.
Menurut M.S Sehwarat dan J.S Narang, (2001) dalam bukunya Production
Management pemeliharaan (maintenance) adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan
secara berurutan untuk menjaga atau memperbaiki fasilitas yang ada sehingga sesuai
dengan standar (sesuai dengan standar fungsional dan kualitas).
Menurut Sofyan Assauri (2004) pemeliharaan adalah kegiatan untuk
memelihara atau menjaga fasilitas/peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau
penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan
operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Dari beberapa pendapat di atas bahwa dapat disimpulkan bahwa kegiatan
pemeliharaan dilakukan untuk merawat ataupun memperbaiki peralatan perusahaan
agar dapat melaksanakan produksi dengan efektif dan efisien sesuai dengan pesanan
yang telah direncanakan dengan hasil produk yang berkualitas.
Employee involvement
Information sharing
Skill training
Reward system
Power sharing
Results
Reduce inventory
Improved quality
Improved capacity
Reputation for quality
Continous improvment
Maintenance and
reliability procedure
Clean and lubricate
Monitor and adjust
Minor repair
Comuterize record
Gambar 2.1 Konsep strategi pemeliharaan yang baik membutuhkan karyawan dan
prosedur yang baik
(Sumber: Jay Heizer and Barry Render (2001), operation management, practice hall,
sixth edition)
2.1.2
Tujuan Pemeliharaan
Suatu kalimat yang perlu diketahui oleh orang pemeliharaan dan bagian
6) Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya
dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan
yaitu tingkat keuntungan (return on investment) yang sebaik mungkin dan
total biaya yang terendah.
2.1.3
Fungsi Pemeliharaan
Menurut pendapat Agus Ahyari, (2002) fungsi pemeliharaan adalah agar
dapat memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan peralatan produksi yang ada
serta mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu dalam
keadaan optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi.
Keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya pemeliharaan
yang baik terhadap mesin, adalah sebagai berikut :
1) Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan
akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu panjang,
2) Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan berjalan
dengan lancar,
3) Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin terdapatnya
kemungkinan kerusakan-kerusakan berat dari mesin dan peralatan produksi
selama proses produksi berjalan,
4) Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik, maka
proses dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan dengan baik pula,
5) Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan peralatan
produksi yang digunakan,
6) Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka
penyerapan bahan baku dapat berjalan normal,
2.1.4
Kegiatan-kegiatan Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan dalam suatu perusahaan menurut Manahan P.
2.1.5
1) Persoalan teknis
Dalam kegiatan pemeliharaan suatu perusahaan merupakan persoalan yang
menyangkut usaha-usaha untuk menghilangkan kemungkinankemungkinan yang
menimbulkan kemacetan yang disebabkan karena kondisi fasilitas produksi yang
tidak baik. Tujuan untuk mengatasi persoalan teknis ini adalah untuk dapat menjaga
atau menjamin agar produksi perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Maka dalam
persoalan teknis perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. Tindakan apa yang harus dilakukan untuk memelihara atau merawat peralatan
yang ada, dan untuk memperbaiki atau meresparasi mesin-mesin atau
peralatan yang rusak,
b. Alat-alat atau komponen-komponen apa yang dibutuhkan dan harus
disediakan agar tindakan-tindakan pada bagian pertama diatas dapat
dilakukan.
Jadi, dalam persoalan teknis ini adalah bagaimana cara perusahaan agar dapat
mencegah ataupun mengatasi kerusakan mesin yang mungkin saja dapat terjadi,
sehingga dapat mengganggu kelancaran proses produksi.
2) Persoalan ekonomis
Dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan disamping persoalaan teknis,
ditemui pula persoalan ekonomis. Persoalan ini menyangkut bagaimana usaha yang
harus dilakukan agar kegiatan pemeliharaan yang dibutuhkan secara teknis dapat
dilakukan secara efisien. Jadi yang ditekankan pada persoalan ekonomis adalah
bagaimana melakukan kegiatan pemeliharaan agar efisien. Dengan memperhatikan
besarnya biaya yang terjadi dan tentunya alternative tindakan yang dipilih untuk
dilaksanakan adalah yang menguntungkan perusahaan. Adapun biaya-biaya yang
terdapat dalam kegiatan pemeliharaan adalah biaya-biaya pengecekan, biaya
penyetelan, biaya service, biaya penyesuaian, dan biaya perbaikan atau resparasi.
Perbandingan biaya yang perlu dilakukan antara lain untuk menentukan:
a. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) atau pemeliharaan korektif
(Corrective maintenance) saja. Dalam hal ini biaya-biaya yang perlu
diperbandingkan adalah:
Jumlah biaya perbaikan dengan harga pasar atau nilai dari peralatan tersebut,
2.1.6
Jenis-jenis Pemeliharaan
Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan Pekerjaan pemeliharaan
fungsi
mesin
dikombinasikan
dengan
pemeliharaan
untuk
terjadi akibat peralatan yang rusak dan harus segera diperbaiki karena keadaan
darurat atau karena merupakan sebuah prioritas utama.
Menurut Dhillon B.S, (2006) Biasanya, pemeliharaan korektif (Corrective
Maintenance) adalah pemeliharaan yang tidak direncanakan, tindakan yang
memerlukan
perhatian
lebih
yang
harus
ditambahkan,
terintegrasi,
atau
Pemeliharaan
Pemeliharaan
terencana
Pemeliharaan
pencegahan
(preventive
maintenance)
Pemeliharaan
korektif
(corrective
maintenace)
Pemeliharaan
tak terencana
Pemeliharaan
darurat
2.1.7
1) Preventive Maintenance
Adalah metode untuk melakukan pencegahan kerusakan peralatan/mesin
dengan melakukan penggantian parts secara berkala berdasarkan waktu penggunaan
dan melakukan perawatan ringan serta inspeksi untuk mengetahui keadaan
peralatan/mesin yang terkini. Contoh : Membersihkan, memeriksa, melumasi,
pengencangan baut, inspeksi berkala, restorasi periodik dan small over haul
2) Predictive Maintenance
Adalah metode untuk melakukan perawatan dengan mengganti parts
berdasarkan prediksi dengan menggunakan alat bantu. Maksudnya adalah jika
metoda preventive hanya berdasarkan jadwal, maka metoda predictive berdasarkan
hasil dari pengukuran. Metoda ini bisa juga dengan menggunakan panca indera,
contohnya dalam pemeriksaan bearing dapat dibedakan dari suara yang dihasilkan
atau pemerikasaan temperatur, dengan menyentuhnya kita dapat merasakan
perbedaan atau kelainan peralatan tersebut.
Bila dengan menggunakan alat bantu, kita harus mempunyai parameter yang
bisa didapat dari manual book atau dari studi sendiri kemudian dibandingkan dengan
hasil pengukuran. Perlu diterapkan bahwa setiap selesai mengukur, catatlah tanggal
pengukuran agar kita mendapatkan suatu frekuensi akan kelayakan parts dari
peralatan kita untuk memudahkan memprediksikannya dikemudian hari. Contoh alat
bantu ukur yaitu :
2.1.8
menjaga agar seluruh fasilitas dan peralatan perusahaan tetap berada pada kondisi
yang baik dan siap selalu untuk digunakan. Kegiatan hendaknya tidak mengganggu
jadwal produksi.
Menurut Sofjan Assauri (2004) agar proses produksi berjalan dengan lancar,
maka kegiatan pemeliharaan yang harus dijaga dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Menambah
jumlah
peralatan
dan
perbaikan
para
pekerja
bagian
2.1.9
daya berupa faktor-faktor produksi yang tersedia baik berupa bahan baku, tenaga
kerja, mesin dan fasilitas produksi agar proses produksi berjalan dengan efektif dan
efisien. Pada saat ini perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan pemeliharaan
harus mengeluarkan biaya pemeliharaan yang tidak sedikit.
Menurut Mulyadi, (1999) dalam bukunya akuntansi biaya, biaya dari barang
yang diproduksi terdiri dari:
a. Direct Material Used (biaya bahan baku langsung yang digunakan),
b. Direct manufacturing Labor (biaya tenaga kerja langsung),
c. Manufacturing Overhead (biaya overhead pabrik).
Permasalahan yang sering dihadapi seorang manajer produksi adalah
bagaimana menentukan untuk melakukan kebijakan pemeliharaan baik untuk
pencegahan maupun setelah terjadinya kerusakan. Dari kebijakan itulah nantinya
akan mempengaruhi terhadap pembiayaan. Oleh karena itu, seorang manajer
produksi harus mengetahui hubungan kebijakan pemeliharaan dengan biaya yang
ditimbulkan sehingga tidak salah dalam mengambil kebijakan tentang pemeliharaan.
Di bawah ini diperlihatkan hubungan biaya pemeliharaan pencegahan dan
breakdown dengan total biaya. (Jay Heizer and Barry Render, (2001)
Total cost
cost
Preventive maintenance costs
Maintenance commitment
Optimal point (lowest-cost maintenance policy)
(a)
Total cost
cost
(b)
Gambar 2.3 Hubungan Preventive Maintenance dan Breakdown Maintenance
dengan biaya. (a) Traditional View Maintenance, (b) Full Cost View of Maintenance
(Heizer, Jay and Render, Barry, (2001) Operation Management, Prentice Hall, sixt
Edition)
Gambar di atas menunjukkan hubungan tradisional antara pemeliharaan
pencegahan (preventive maintenance) dengan pemeliharaan breakdown (breakdown
maintenance)
yang
menjelaskan
bahwa
manajer
operasi
harus
bisa
lebih
murah
jika
dibandingkan
dengan
biaya
pemeliharaan pencegahan. Di waktu yang sama kurva total biaya akan menaik.
Dengan demikian metode yang digunakan untuk memelihara mesin dalam
perusahaan adalah metode probabilitas untuk menganalisa biaya. Menurut Hani
Handoko T, (1999) Langkah-langkah perhitungan biaya pemeliharaan adalah :
a. Menghitung rata-rata umur mesin sebelum rusak atau rata-rata mesin hidup
dengan cara:
TCr =
Keterangan:
......................
Bn = N
+ B(n-1)P1 + B(n-2)P2 + B(n-3)P3 + B1P(n-1)
Keterangan:
bagian utama, yaitu masa awal (burn-in period), masa yang berguna (useful life
Masa awal
Masa aus
Masa berguna
= konstan
waktu (t)
Pada gambar 2.6, dapat dilihat bahwa biaya operasional korektif meningkat
dengan meningkatnya waktu interval. Dengan kata lain, semakin sering melakukan
tindakan PM (Preventive Maintananance), biaya operasional semakin tinggi akan
korektif. Jelas, semakin lama kita membiarkan komponen beroperasi, tingkat
kegagalan yang meningkat ke titik yang lebih mungkin untuk gagal, sehingga
membutuhkan lebih banyak tindakan korektif. Sebaliknya, semakin lama menunggu
untuk melakukan PM, semakin sedikit biaya. Sedangkan jika Anda terlalu sering
PM, semakin tinggi biaya. Jika kita menggabungkan kedua biaya, kita dapat melihat
bahwa ada titik optimal yang meminimalkan biaya. Dengan kata lain, seseorang ahli
harus dapat menyeimbangkan antara risiko (biaya) yang terkait dengan kegagalan
untuk memaksimalkan waktu antara Preventive maintanannce.
Sedangkan Menurut Dhillon B.S, (2006) menyebutkan bahwa ada enam
prinsip-prinsip penting manajemen pemeliharaan, yaitu:
1) Hubungan layanan pelanggan adalah dasar dari organisasi pemeliharaan yang
efektif,
2) Produktivitas maksimum terjadi ketika masing-masing karyawan dalam sebuah
organisasi memiliki tugas yang ditetapkan untuk melaksanakan secara bentuk
definitive dan waktu yang pasti,
3) Pengukuran sebelum datang pengawas. Maksudnya adalah ketika seseorang
diberikan sebuah tugas yang harus dilakukan dengan menggunakan metode yang
efektif dalam jangka waktu tertentu, ia menjadi sadar secara otomatis penuh
harapan,
4) Pengawasan pekerjaan tergantung pada yang pasti, tanggung jawab individu
untuk semua tugas perintah kerja selama rentang hidup. Sebuah tanggung jawab
departemen pemeliharaan adalah untuk mengembangkan, menerapkan, dan
15) Pasak
16) Rumah Bantalan
17) Tutup Bantalan
2.2.3
1) Kapasitas :
a.
Kapasitas rendah
: < 20 m3/jam
b.
Kapasitas menengah
: 20-60 m3/jam
c.
Kapasitas tinggi
: > 60 m3/jam
2) Tekanan Discharge :
a.
Tekanan Rendah
: < 5 Kg/cm2
b.
Tekanan menengah
: 5 - 50 Kg/cm2
c.
Tekanan tinggi
: > 50 Kg/cm2
Single stage
b.
Multi stage
Multi Impeller
4) Posisi Poros :
a.
Poros tegak
b.
Poros mendatar
5) Jumlah Suction :
a.
Single Suction
b.
Double Suction
Radial flow
b.
Axial flow
c.
Mixed fllow
2.2.4 Kavitasi
Kavitasi adalah peristiwa terbentuknya gelembung-gelembung uap di dalam
cairan yang terjadi akibat turunnya tekanan cairan sampai di bawah tekanan uap
jenuh cairan pada suhu operasi pompa. Gelembung uap yang terbentuk dalam proses
ini mempunyai siklus yang sangat singkat. Knapp (Karassik dkk, 1976) menemukan
bahwa mulai terbentuknya gelembung sampai gelembung pecah hanya memerlukan
waktu sekitar 0,003 detik. Gelembung ini akan terbawa aliran fluida sampai akhirnya
berada pada daerah yang mempunyai tekanan lebih besar daripada tekanan uap jenuh
cairan.
Pada daerah tersebut gelembung tersebut akan pecah dan akan menyebabkan
shock pada dinding di dekatnya. Cairan akan masuk secara tiba-tiba ke ruangan yang
terbentuk akibat pecahnya gelembung uap tadi sehingga mengakibatkan tumbukan.
Peristiwa ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan mekanis pada pompa.
tekanan uap jenuhnya. Untuk menghindari kavitasi diusahakan agar tidak ada satu
bagianpun dari aliran di dalam pompa yang mempunyai tekanan statis lebih rendah
dari tekan uap jenuh cairan pada temperatur yang bersangkutan. Dalam hal ini perlu
diperhatikan dua macam tekanan yang memegang peranan penting. Pertama, tekanan
yang ditentukan oleh kondisi lingkungan dimana pompa di pasang dan kedua,
tekanan yang ditentukan oleh keadaan aliran di dalam pompa.
Berhubungan dengan dua hal diatas maka didefinisikanlah suatu Net Positive
Suction Head (NPSH) atau Head Isap Positif Neto yang dipakai sebagai ukuran
keamanan pompa terhadap kavitasi. Ada dua macam NPSH, yaitu NPSH yang
tersedia pada sistem (instalasi), dan NPSH yang diperlukan oleh pompa. Pompa
terhindar dari kavitasi jika NPSH yang tersedia lebih besar dari pada NPSH yang
dibutuhkan.
2.3 Air
2.3.1 Pengertian air
Air merupakan pelarut yang baik, oleh karena itu, air alam tidak pernah
murni. Air alam mengandung berbagai zat terlarut maupun tidak terlarut. Air alam
juga mengandung mikroorganisme. Apabila kandungan air tersebut tidak
mengganggu kesehatan manusia, maka air tersebut dianggap bersih. Air yang tidak
layak diminum masih bisa digunakan untuk keperluan yang lain, misalnya, irigasi,
industri, maupun kepentingan rumah tangga seperti halnya memasak, mencuci, dan
masih banyak yang lainnya.
Air dinyatakan tercemar apabila terdapat gangguan terhadap kwalitas air,
sehingga air tidak dapat digunakan untuk tujuan penggunaannya. Air tercemar akibat
masuknya makhuk hidup, zat, atau energi ke dalam air, sehingga kualitas air
menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya atau kegunaannya.
2.3.2
Pemurnian air
Fungsi pemurnian air antara lain : (Sumber : SPO Pengolahan Kelapa Sawit,
2011)
1) Mengolah air dari sumber air sehingga memenuhi persyaratan untuk
umpan Ketel.
Proses pemurnian air yang dilakukan di PTPN IV PKS Gunung Bayu adalah
sebagai berikut :
1) Water basin
Adalah bak penampung sementara air sementara dari sumber air yang
berfungsi untuk mengendapkan kotoran/pasir, sehingga air yang dijernihkan
di Water Clarifier bisa lebih bersih, pemakain tawas lebih hemat, pompa
tidak cepat aus dan kualitas air tidak berfluktuasi.
2) Water Clarifier Tank
Berfungsi untuk melanjutkan penjernihan terhadap air dari water basin. Air
dalam water clarifier diberi injeksi tawas-tawas melalui pipa air masuk.
Tawas akan bereaksi dengan padatan terlarut (kotoran-kotoran yang ada
dalam air) membentuk floc-floc lumpur/kotoran yang akan mengendap di
dasar tangki
Bila pH air sebelum masuk ke tangki water clarifier <5.5, maka perlu diberi
soda ash untuk menaikkan pH menjadi 5.5-8.0 untuk memperoleh hasil reaksi
yang maksimal antara tawas dengan kotoran-kotoran dalam air. Jumlah tawas
yang diberikan sangat relatif tergantung pada kualitas air yang masuk ke
tangki water clarifier. Semakin kotor air yang masuk ke tangki water
clarifier, maka semakin banyak jumlah tawas yang harus diberikan. Pada
umumnya jumlah tawas yang diberikan adalah 25-50 ppm. Jumlah tawas
yang tepat yang sesuai kebutuhan dapat dihitung berdasarkan analisa
laboratorium dengan menggunakan floculator.
3) Sand Filter
Fungsi dari sand filter adalah untuk menangkap/menyaring kotoran yang
melayang dengan menggunakan pasir kwarsa (atas), batu kerikil kecil
(tengah), dan batu krikil yang agak besar (bawah). Perbandingan jumlah
pasir, kerikil kecil dan kerikil besar adalah 40:30:30
adalah agar air yang masuk ke Demint Plant dalam kondisi yang
regenerasi.
Cara
memberikan
regenerasi
adalah
dengan
memberikan H2SO4 untuk kation exchanger dan caustic soda (NaOH) untuk
anion exchanger. Jumlah H2SO4 yang harus diberikan sebanyak 20-40 gr/liter
resin, sedangkan NaOH diberikan sebanyak 60-120 gr/liter resin. Contoh
resin : Amberlit IR 402/420/Deolit. Waktu yang dibutuhkan untuk regenerasi
adalah 3-4 jam.
(a)
(b)
Gambar 2.8 (a) Anion Exchanger dan (b) Kation Exchanger