Iman Dan Taqwa Dalam Perspektif Filsafat
Iman Dan Taqwa Dalam Perspektif Filsafat
1.
Pengantar
Karangan ilmiah ini berjudul Iman
Dan Taqwa Dalam Perspektif Filsafat.
Untuk menganalisis judul ini perlu
dijelaskan terlebih dahulu bahwa Iman
danTaqwa adalah dua unsur agamis yang
esensiil dari suatu agama dan tidak
mungkin terlepas dari pembahasan filsafat,
khususnya filsafat agama yaitu membahas
masalah agama dari segi filsafat.
Filsafat agama dalam pandangan
berbagai filosof bukanlah pembahasan
filsafat secara bebas, tetapi ia membahas
agama dari segi aspek filsafat dengan titik
tolak yang tertentu. Karena agama itu
bermacam-macam
pedoman
dan
landasannya, maka sudah barang tentu
landasan yang dipergunakan sebagai titik
tolak pembahasan tulisan ini adalah ajaran
Islam.
Landasan berfilsafat adalah akal
bukan wahyu, oleh karena itu dalam
sejarah filsafat terdapat filosof yang
beriman dan ada pula filosof yang kufur
yang hanya percaya pada pengetahuan
indra yang didukung oelh akal, terutama
folisof yang beraliran meterialistisme.
Sebenarnya antara berfikir filosofis
dan berfikir religius mempunyai titik mulai
yang sama, keduanya mulai dengan
percaya. Dalam filsafat dimulai dengan
percaya pada kemampuan akal, sedangkan
dalam agama dimulai dengan percaya pada
ketetapan wahyu. Menurut agama Islam,
Iman diartikan secara sederhana adalah
kepercayaan, sedangkan dalam filsafat
agama Iman tersebut dipahami secara
radikal.
Dalam menghadapi kepercayaan
kepada kebaradaan Tuhan, setiap manusia
atau setiap agama mempunyai konsep yang
menumbuhkan
ketaqwaan
dalam
hkehidupan manusia, baik sebagai makhluk
individual maupun koletif. Sedangkan
gambaran rinci tentang proses peranan
iman yang menumbuhkan ketaqwaan
sebagai berikut, yaitu gambaran singkat
sebagai perspektif filsafat agama terhadap
iman dan taqwa.
Manusia adalah makhluk yang
membutuhkan keselamatan, bukan untuk
sekedar beberapa tahun, namun untuk
selama-lamanya. Bukan keselamatan fisik
berupa kesehatan saja, namun juga
keselamatan rohani berupa ketenangan
jiwa. Disini iman berperan untuk
melenyapkan semua gangguan jiwa. Lebih
dari pada itu ia juga membutuhkan
keselamatan dalam arti yang tinggi.
Keselamatan dalam artian ini menurut
wahyu adalah kebahagiaan didunia dan di
alam baka.dalam hal ini dibutuhkan
peranan iman berupa menciptakan tekat
berbuat baik bersama-sama peranan iman
yang lain yang berfungsi secara integral.
Keberhasilan keselamatan manusia tidak
berkat usaha sendiri, namun masih
tergantung
dengan
lainnya,
karena
realitasnya dia sebagai suatu titik yang
kecil terletak dalam suatu kosmos yang
maha besar dan tidak terhingga. Bahkan
dalam kemerdekaannya dia masih terikat.
Oleh karena itu dia membutuhkan
dukungan sesamanya dan dukungan
lingkungan.
Tetapi
ternyatab
tidak
semuanya mendukung, bahkan menjadi
penghambat dan perintang, karena masingmasing
mempunyai
keinginan
dan
kemampuan yang berbeda. Peranan iman
berupa tumbuhnya keteguhan pendirian
dan kekuatan pengendalian hawa nafsu
mutlak dibutuhkan. Sudah barang tentu
tidak semua keselamatan berhasil dengan
memuaskan bahka sering terjadi kegagalan.
Dalam situasi ini tidak akan terjadi
keputusasaan sebab sifat iman yang
sebenarnya berperan menumbuhkan sifat
tawakkal. Baik berhasil maupun gagal tetap
bersyukur sebab iman yang sesungguhnya
menumbuhkan rasa cinta dan bahagia
dalam situasi apapun. Demikian gambaran
Bahan bacaan