Anda di halaman 1dari 37

LA~RANPENELnlAN

UJIADAPTASIVUBKENTANG(PRODUKnnnTAS
> 20 T/HA, TOLERAN PENYAKIT LAYU BAKTERI) DAN
CABE (PRODUKnnnTAS >9 T /HA TOLERAN DATARAN
TINGGI >1000 M DPL) Dl SUMATERA BARAT

PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN

Bidang Fokus
Kode Produk Target
Kode Kegiatan

: 1. (Ketahanan Pangan)
: 1.09
: 1.09.05

Peneliti Utama

: Ir. Irmansyah Rusli, MS.

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA BARAT


BALAI BESAR PENGKAliAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
Jalan Raya Padang-Sukarami Km 40, Sukarami, Kode -Pos 27366
Telpon: 0751-31564, 31122 Fax: 0755-31138
Email: sumbar bptp@yahoo.com

November 2010

LAPORAN PENEUTIAN
Ull ADAPTASI VUB KENTANG (PRODUKTIVITAS
> 20 T / HA, TOLE RAN PENYAKIT LAYU BAKTERI) DAN CABE
(PRODUKTIVITAS >9 T /HA TOLERAN DATARAN TINGGI
>1000 M DPL) Dl SUMATERA BARAT

PROGRAM INSENTIF RISET TERAPAN

Tim Peneliti:
Ir. Irmansyah Rusli, MS.
Ora. Len Bahri
Ir. Khairul Zen, MSi.
Ade Subarna SP.
Sofial SP.
Arifnawati
Nurhayati

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA BARAT


BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
Jalan Raya Padang-Sukarami Km 40, Sukarami, Kode Pos 27366

Telpon: 0751-31564, 31122 Fax: 0755-31138


Email: sumbar bptp@yahoo.com
22 November 2010

Judul Kegiatan

: Uji Adaptasi VUB Kentang (Produktivitas > 20 t/ha, Toleran


Penyakit Layu Bakteri) Dan Cabe (Produktivitas >9 t/ha,
Toleran Dataran Tlnggi > 1000 m Dpl) di Sumatera Barat

Fokus Bidang Prioritas


Kode Produk Target
Kode Kegiatan
Lokasi
Penelitian Tahun ke

:
:
:
:
:

Ketahanan Pangan
1.09
1.09.05
Sumatera Barat
I

Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian


A. Lembaga Pelaksana Penelitian
Nama Koordinator/Peneliti Utama
Nama Lembaga/Institusi

Unit Organisasi
Ala mat
Telepon/Fax/E-mail
B. Lembaga lain yang terlibat
Nama Pemimpin
Nama Lembaga
Ala mat
Telepon/Fax/E-mai
Jangka waktu kegiatan
Biaya tahun 1 1
Kegiatan

Ir. Irmansyah Rusli, MS


Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian (BBP2TP)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Sumatera Barat
Jln Raya Padang-Solok, KM 40
Telp. 0755-31122/0755-31138
I

: 1 (satu) Tahun Anggaran


: Rp. 111.363.600,: Baru

lumlah
40.600.000
21.763.600
38.400.000
10.600.000

111.363.600

Kata Pengantar

Kegiatan yang berjudul "Uji Adaptasi VUB Kentang (Produktivitas > 20 tjha,
toleran penyakit Jayu bakter) dan Cabe (Produktivitas 9 tjha,toleran dataran tinggi

> 1000 m dpl) di Sumatera Barat" merupakan kegiatan penelitian yang memperoleh
dana dari Menristek bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian. Dengan perolehan dana tersebut kegaiatan ini
telah berjalan di tanah petani pada dua Kabupaten, yaitu: Solok dan Agam. Sampai
akhir bulan November, tanaman kentang telah dipanen. Sedangkan tanaman cabe
berumur 90 hari setelah tanam dan dilakukan pengamatan pengamtan tinggi
tanaman.
Semoga dengan Japoran ini, pihak pendana dan institusi terkait dapat
memaklumi keadaan pelaksanaan kegiatan ini.
Sukarami,30 November 2010

An.

\9,n:

Ja~b

Ir. Irmansy Rusli, MS


NIP. 1953
198203 1 001

Daft:ar lsi

Kata Pengantar
Daftar lsi

ii

Daftar Tabel

iii

. Daftar Grafik

iv

Daftar Lampiran

SUMMARY

RINGKASAN

I. Pendahuluan

1. Latar Belakang

2. Tujuan

II. Hasil Yang Diharapkan

III. linjauan Pustaka

IV. Metodologi

V. Rancangan Riset

12

VI. Hasil dan Pembahasan

13

VII. Kesimpulan dan Saran

19

A. Kesimpulan

19

B. Saran

19

VIII. Daftar Pustaka

20

ii

Daft:arTabel

1. llnggi tanam

13

2. Intensitas penyakit lanas (Phytophthora insfestans)


yang menginfeksi VUB kentang di dua lokasi pengujian,
Kabupaten Agam dan Solok, MH. 2010

16

3. Intensitas penyakit layu (Pseodomonas solanacearom) yang


menginfeksi VUB kentang di dua lokasi pengujian,
Kabupaten Agam dan Solok, MH 2010.

16

4. Berat umbi per rumpun dan per hektar dari empat


VUB kentang di dua lokasi pengujian, Kabupaten
Agam dan Solok, MH 2010.

17

5. llnggi tanaman (em) dari enam varietas cabe keriting


di dua lokasi pengujian, Kabupaten Agam dan Solok, MH 2010.

17

(an) dari empat varietas


di nagari Padang La
, Kecamatan Sungai Pua,
Agam dan Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah
Gumanti, Solok, MH. 2010

iii

1. Tinggi B
Kabupaten
MH. 2010

14

2. Pertumbuhan VUB kentang di Nagari Padang laweh,


Kecamatan Sungai Pua, Kabupaten Agam, MH. 2010

14

3. Pertumbuhan VUB kentang di Nagari Alahan Panjang,


Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, MH. 2010

15

4. Pertumbuhan enam varietas cabe pada umur 48 dan 61 hari


setelah tanam di Nagari Alahan Panjang, Kabupaten Solok
(kanan) dan umur 61 dan 75 hari setelah tanam di Padang
laweh, Kabupaten Agam (kiri), MH. 2010

18

iv

Lampiran 1
Foto 1. Penaburan pupuk dasar (kiri) dan penutupannya (kanan)
untuk penanaman kentang

21

Foto 2. Penanaman bibit kentang di lokasi penelitian di


Alahan Panjang, Solok

21

Foto 3. Penampilan kentang varietas Merbabu-17 (kiri) dan


varietas Kikondo (kanan) di Alahan Panjang, MH 2010

22

Foto 4. Penampilan kentang varietas Cingkariang ( kiri) dan


varietas Granola (kanan) di Alahan Panjang, MH 2010

22

Foto 5. Penampilan umbi kentang varietas Cingkariang, MH 2010

23

Foto 6. Penampilan umbi kentang varietas Kikondo, MH 2010

23

Foto 6. Penampilan umbi kentang varitas Merbabu-17, MH 2010

23

Foto 6. Penampilan umbi kentang varitas Merbabu-17, MH 2010

24

Foto 9. Keadaan pertumbuhan tanaman cabe di Padang L.aweh,


Agam dan Alahan Panjang, Solok, MH 2010

24

Lampiran 2
1. Deskripsi Kentang varietas Cingkariang

25

2. Deskripsi kent:ang varietas Granola

27

3. Deskripsi kent:ang varietas Merbabu -17

28

vi

SUMMARY

Adaptation tested of potato new excellent varieties (productivity >20 f/ha, tolerance to
bacterial wilt) and chili new excellent varieties {productivity > 9 f/ha, tolerance to high land>
1000 m sea /evel) in West SumaiEra. Hortirultura crops, as potato, chili, onion and tomato
had plated long time and supposed economic of farmer at high land > 1000 m sea level in
West Sumatera. These crops had increased income of farmer. But now, yield of these
commodities reduce by quality of variety and seed were low, beside increased damage by
pest and disease and also increased using pestidde. High using farming input specially
chemical input caused reduced income of farmer and environment polution. By using adapted
new excellent variety was cheap and easy to use and also become inreased income of
fanner. The objective this experiment were 1). To know horticultura crop new excellent
variety that adapted to specially located condition in West Sumatera. 2). To quick distribution
of horticultura crop new excellent variety to specially located condition in West Sumatera. 3).
To increased productivity horticultura crop in West Sumatera by using new excellent variety.
This experiment was adaptation tested of potato new excellent varieties and chili in high land
at Solok Regent and Agam Regent This experiment used Comlete Block Design and Duncan's
Multiple Range Test (DMRT). The treatment were varieties tested, as potato varieties were
Gngkareang, Merbabu-17, Kikondo, and Granola. Chili varieties were Lembang-1, Bukittinggi,
Batusangkar, Alahan Panjang, Kopay, and Kawek. Potato experiment were three replications
and chili experiment were four replications. Data to be oollected for potato experiment were
plant high, plant damage by major pest and disease, and yield. Data to oollected for chilli
experiment were plant high, plant damage by major pest and disease, and yield. The out put
this experiment were 1). Adaptablity and productivity information from potato new excellent
varieties and chili to specially located condition. 2) Socialization 2-3 new excellent varieties of
potato, productivity >20 t/ha, tolerance to becterial wilt and 2-3 new excellent varieties of
chili, productivity > 9 tjha, tolerance to high land > 1000 m sea level in West Sumatera. 3).
Four publications in proa::eding, two publications in national jumal, and one publication in
international jumal. The result of experiment show that potato varieties Merbabu-17 and
Kikondo were better growth and adapted in high land > 1000 m sea level, and also resistance
to Janas disease by Phytophthora infesti!Jns and bacterial wilt disease oompart Ongkariang
and Granola variety in West Sumatera. The yield of Merbabu-17 was high cxmpart the other
varieties, 678.89 g/plant or 20.36 tjha in Alahan Panjang, Solok Regent and 675.33 g/plant
or 20.26 t/ha in Padang Laweh, Agam Regent The plant high of chili at 75 days after planted
not significant in Padang Laweh, Agam Regent and 61 days after planted in Alahan Panjang,
Solok Regent.

Key Word: Adaptation, Excellent New Variety, Chili, Potato, High Land.

u> 20 f/ha, Toleran Penyakit Layu Bakteri)


dan cabe (!
, Toleran Dataran Tinggi > 1(X)() m dpl) Di Sumatera Barat
Komoditas
kentang, cabai, bawang merah dan tomat telah lama
dibudidayakan dan ~ usaha pertanian yang menunjang ekonomi masyarakat
pedesaan. Komocfttas tersebut <fibudidayakan oleh petani pada daerah dataran tinggi (> 700
m dpl). Usahatani komocfttas hortikultura telah memberikan peningkatan kesejahteraan
masyarakat tani. Akhir-akhir ini, hasil kentang, cabe, bawang merah dan tornat cenderung
menurun. Keadaan ini disebabkan penggunaan varietas dan bibit yang tidak berrnutu,
disamping meningkatnya gangguan hama dan penyakit sehubungan meningkatnya
penggunan pestisida. Tingginya penggunaan sarana produksi pertanian menyebabkan
berkurangnya pendapatan petani. Penggunaan varietas unggul baru merupakan teknologi
yang mudah dan murah serta dapat rneningkatkan pendapatan petani. Penelitian ini
bertujuan 1) Mengetahui adaptasi varietas-varietas unggul baru komoditas hortikultura pada
kondisi spesifik daerah pertanarnan di Sumatera Barat. 2).Mempercepat penyebaran varietas
unggul baru komoditas hortikultura yang adaptif pada kondisi spesifik daerah pertanaman di
Sumatera Barat. 3). Meningkatkan produktivitas komoditas hortikultura di Sumatera Barat
melalui penggunaan varietas unggul baru. Penelitian ini merupakan penelitian uji adaptasi
varietas unggul baru kentang dan cabe keriting yang dilaksanakan pada dataran tinggi
Kabupaten Solok dan Agam. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak kelompok dan uji lanjut DMRT, varietas kentang yang diuji adalah
Ongkariang, Marbabu-17, Kikondo dan Granola yang merupakan pertakuan dengan tiga
ulangan. Variabel pengamatan meliputi tinggi tanaman, intensitas serangan hama dan
penyakit utama (penyakit layu bakteri, Janas dan virus), dan hasil. Varietas cabe yang diuji
adalah cabe keriting Kopay, Bukittinggi, Lembang-1, Kawek, dan Alahan Panjang, sebagai
perlakuan dengan empat ulangan.Variabel pengamatan antara lain, tinggi tanaman,
intensitas penyakit utama (penyakit virus kuning dan layu bakteri), dan hasil. Penelitian ini
diharapkan dapat rnenghasilkan 1). Inforrnasi adaptabilitas dan produktivitas beberapa
varietas unggul baru komoditas kentang dan cabe spesifik daerah. 2). Tersosialisasinya 2-3
varietas unggul baru kentang dengan produktivitas > 20 t/ha yang toleran penyakit layu
bakteri dan 2-3 varietas unggul baru cabe produktivitas > 9 t/ha yang toleran dataran tinggi.
Sumatera Barat. Dan 3). Dipublikasikan hasil penelitian berupa 4 karya tulis ilmiah pada
prosiding seminar, 2 karya tulis ilmiah pada Jumal Hortikultura Puslitbang Hortikultura, dan
satu karya tulis ilmiah pada jumal intemasional. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
kentang varietas Merbabu-17 dan Kikondo memiliki pertumbuhan yang bail<, beradaptasi baik
pada dataran tinggi > 1000 m dpl serta memiliki tingkat ketahanan yang baik terhadap
penyakit Janas (Phytophthora infestans) dan layu bakteri dibanding varietas Ongkariang dan
Granola di Sumatera Barat. Varietas Merbabu- 17 memberikan berat umbi yang tertinggi,
yaitu 678,89 g/rumpun atau 20,36 t/ha di Alahan Panjang, Kabupaten Solok qan 675,33
g/rumpun atau 20,26 t/ha di Padang laweh, Kabupaten Agam, Berdasarkan hasil
pengamatan tersebut disarankan untuk dataran tinggi (> 1000 m dpl) rnenanam kentang
varietas Merbabu-17 khusus pada musim hujan. Sedangkan tanaman cabe sampai saat
masih pengamatan tinggi tanarnan, yakni pada umur 75 hari setelah tanam di Padang
Laweh, Agam. Sedangkan di Alahan Panjang, Solok baru berumur 61 hari setelah tanam.
Pada kedua lokasi pengujian ini tinggi tanaman tidak berbedanyata.

Kata Kunci: Adaptasi, Varietas Unggul Baru, Cabe keriting, Kentang, Dataran Tinggi

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Di Sumatera Barat komoditas hortikultura seperti kentang, bawang merah, tomat
dan cabe dibudidayakan pada dataran tinggi (>700 m dpl). Sentra produksi komoclitas
tersebut antara lain Kabupaten Solok, dan Kabupaten Agam. Komoditas hortikultura ini
merupakan penyumbang PDRB terbesar sektor pertanian di Sumatera Barat. Subsektor
ini menyerap tenaga kerja yang cukup besar.

Di samping untuk memenuhi kebutuhan

Sumatera Barat, produksi sayuran di provinsi ini juga diperdagangkan atau dikirim untuk
memenuhi kebutuhan propinsi-propinsi tetangga seperti Riau, Jambi, Bengkulu, dan
Sumatera Utara.

Pada tahun 2006 tercatat tidak kurang dari 147.000 ton sayuran,

termasuk kentang dari Sumatera Barat

di perdagangkan ke luar propinsi ini, dan

mendatangkan pendapatan yang cukup berarti (BPS Sumatera Barat, 2007)


Dari beberapa jenis komoditas hortikultura yang dibudidayakan, cabe, bawang
merah, tomat dan kentang

merupakan komoditas yang banyak diusahakan petani di

Sumatera Barat. Hal ini terlihat dari data produksinya pada tahun 2003 adalah 39.731 ton
cabe, 24.126 ton kentang, 12.757 ton bawang merah, dan 14.481 ton tomat dengan
produktivitas masing-masing adalah 5,14,

16.92, 7,89,

dan 7,80 t/ha (BPS Sumbar,

2004). Produktivitas dan kualitas sayuran tersebut relatif rendah sehingga kurang
mempunyai daya saing pasar dan keuntungan petani belum optimal. .
Rendahnya produktivitas kornoditas tersebut disebabkan oleh faktor fisik dan faktor
biotik. Faktor fisik yang dominan mempengaruhi produktivitas tanaman antara lain tingkat
kesuburan tanah, temperatur, kelembaban dan penyinaran. Sedangkan faktor biotik yang
dominan mempengaruhi produktivitas adalah varietas, kemurnian dan vigor benih (bibit)
dan OPT. Menurut Nurdin

et al, (1997) rendahnya produktivitas sayur-sayuran Sumatera

Barat disebabkan oleh penggunaan bibit bermutu rendah, pemupukan yang tidak tepat
takaran dan waktu pemberian serta tingginya serangan hama penyakit.
Peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui perbaikan teknik budidaya
(termasuk pengendalian organisme pengganggu tanaman) maupun penggunaan varietas
unggul yang adaptif dan produktivitas tinggi. Peningkatan produktivitas melalui perbaikan
teknik budidaya saja membutuhkan biaya yang tinggi untuk kebutuhan input dan tenaga.
Penggunaan varietas unggul yang adaptif dan berproduktivitas tinggi akan dapat
meningkatkan produktivitas tanpa meningkatkan biaya produksi. Varietas unggul juga

udah cf~aplikasikan petani, sehingga peluang untuk

merupaka
diadopsi

besar l'ltf'\.:WV'-ng teknologi bu<fldaya lainnya.


Dewasa ini terdapat beberapa varietas unggul baru tanaman cabe, dan kentang

berproduktivitas tinggi. Untuk daerah SUmatera Barat dan beberapa propinsi tetangga,
jenis cabe yang disukai dan diterima pasar adalah cabe keriting. Dua varietas unggul baru
cabe keriting berprocluktivitas lebih dari 15 t/ha telah dilepas secara resmi oleh
Departemen Pertanian. Cabe Keriting Bukittinggi adalah varietas unggul baru hasil seleksi
varietas lokal yang dilakukan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura Sumatera Barat dengan produktivitas 13- 18 t/ha (BPSBTPH Sumbar, 2007).
Cabe keriting berproduktivitas tinggi lainnya adalah varietas Kopay.

Varietas ini

merupakan hasil seleksi petani cabe dari Kota Payakumbuh (Sumbar) yang memiliki sifat
yang khusus yakni buah yang panjangnya dapat mencapai 35 em.

Cabe keriting

umumnya hanya memiliki panjang buah sekitar 20 an (Pusat PVT, 2009).


Beberapa varietas kentang unggul baru telah ditemukan oleh Balai Penelitian
Tanaman Sayuran (Balitsa).

Varietas-varietas tersebut merupakan hasil seleksi dari

varietas introduksi dan memiliki keunggulan berupa produktivitas tinggi dan ketahanan
terhadap penyakit (terutama penyakit busuk daun), diantaranya adalah Merbabu-17 (3040 tjha), Krespo (30-40 tjha), dan Tengo (34 t/ha) (Puslitbanghorti, 2007).
Varietas-varietas kentang dan cabe yang dihasilkan oleh Balitsa pada umumnya
belum tersebar dan dikenal oleh petani di SUmatera Barat. Petani-petani lebih rnengenal
dan menanam kentang varietas Granola, cabe keriting lokal yang tidak dikenal asal
usulnya. Karena itu, pengujian adaptasi dari varietas unggul baru komoditas hortikultura,
khususnya kentang dan cabe perlu dilakukan.
Ruarig lingkup dan batasan penelitian ini memeliputi penelitian uji varietas kentang
dan cabe keriting pada daerah sentra procluksi di Kabupaten Agam dan Kabupaten Solok..
Asumsi penelitian adalah diperoleh 2-3 varietas kentang dan cabe yang adaptif,
produktif dan diterima konsumen untuk lokal spesifk. di Sumatera Barat.

TUJUAN
Adapaun tujuan penelitian ini adalah:
1. Men9etahui adaptasi varietas-varietas unggul baru kentang dan cabe pada kondisi

spesifik daerah pertanarnan di Slmatera Barat


2. Mempercepat penyebaran varietas unggul baru kentang dan cabe yang adaptif pada
kondisi spesifik daerah

pertar~a rnan

di SUmatera Barat

3. Meningkatkan produktivitas kentang dan cabe di Sumatera Barat melalui penggunaan


varietas unggul baru.

IL HASIL YANG DIHARAPKAN


Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan:
-. Dua sampai dua varietas unggul baru kentang dengan produktivit:as >20 t/ha yang toleran
penyakit layu bakteri dan 2-3 variet:as unggul baru cabe dengan produktivitas > 9 t/ha
yang toleran dataran tinggi (> 1000 m dpl) Sumatera Barat.
-.Tersosialisasinya dua variet:as unggul baru kentang kentang dengan produktivitas > 20 t/ha
yang toleran penyakit layu bakteri dan 2-3 variet:as unggul baru cabe dengan produktivitas

> 9 t/ha yang toleran dat:aran tinggi (> 1000 m dpl) Sumatera Barat.
-. Informasi adaptabilitas dan produktivit:as variet:as unggul baru kent:ang dan cabai spesifik
daerah.
-. Dipublikasikan hasil penelitian berupa 4 karya tulis ilmiah pada presiding seminar,

karya tulis ilmiah pada Jurnal Hortikultura Puslitbang Hortikultura, dan satu karya tulis
ilmiah pada jumal internasionaJ.
Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan dampak
terhadap usahat:ani tanaman kentang dan cabe sebagai berikut:
Manfaat yang akan diperoleha antara lain sebagai berikut:
-. Adanya varietas kent:ang dan cabe yang disukai masyarakat dan memiliki produktiflt:as
yang tinggi serta adaptif pada dataran tinggi (> 1000 m dpl).
-. Adanya keragaman genetik kentang dan cabe di sentra produksi, sehingga dapat
mengatasi kendala gangguan organisme perusak tanaman.
Dampak dari hasil penelitian ini adalah:
-. Aclanya varietas kentang dan cabe yang berproduktifitas tinggi serta adaptif pada dat:aran
tinggi (> 1000 m dpl) yang akan meningkatkan pendapatan petani di Sumatera Barat.

m. TINlAUAN PUSTAKA
Sumatera Barat tennasuk propinsi penghasil komoditas sayur-sayuran seperti cabe
dan kentang. Kedua komoditas ini banyak diusahakan di Kabupaten Solok, Agam dan Tanah
Datar. Komoclitas sayur-sayuran yang berasal dari ketiga kabupaten ini dipasarkan di dalam
propinsi dan luar propinsi, terutama propinsi tetangga dan telah diekspor ke negara tetangga
seperti Singapura dan Malaysia (Distan-TK I Sumbar, 1995).
Untuk pengembangan ke depan tanaman kentang dijadikan komoditas unggulan
pada daerah-daerah produksi dengan sistem pengembangan dalam skala besar dengan pola
agribisnis untuk masa mendatang (Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofannaka,
2007)
Akhir-akhir ini komoditas cabe dan kentang memperlihatkan produktivitas yang
bertendensi menurun. Keadaan ini disebabkan varietas yang ditanam petani tidak terjamin
keunggulan dan kemumiannya, sehingga sering mengalami gangguan dari serangan harna
dan penyakit yang berakibat produktivit:as rendah dan petani selalu mengalami kengia
Varietas cabe yang ditanam petani sampai saat ini tidak jelas
sering mengalami serangan penyakit seperti busuk buah dan serangan

~~

narwv:.~o~

Sementara itu, varietas kentang yang ditanam petani pada umumnya varietas Grcn:ia
tidak diketahui generasinya. Petani memperoleh bibit hanya dari peta

clisl:~31r

sehingga kemumiannya tidak teljamin, mudah terserang hama dan penyakX seperti
pengorok daun dan penyakit layu bakteri serta busuk daun Phythopthora infestans. Dilain
pihak, petani menggunakan pestisida ldmia melebihi dosis rekomendasi dengan frekuensi
penyemprot:an satu sampai dua kali satu minggu. Petani memiliki kebiasaan mencampur
pestisida kimia lebih dari dua macam. Hasil survei pada tahun 1999 ditemukan bahwa di
Kecamatan Lembah Gumanti, Solak ditemukan 12 merek dagang insektisida dan 8 merek
dagang fungisida yang digunakan oleh petani kubis. Masing-masing petani menggunakan
pestisida lebih dari 10 kali dalam satu musim tanam (Rusli. 2002). Hal ini mengakibatkan
tingginya biaya produksi dan terjadinya peledakan populasi hama penyakit, meningkatnya
ketahanan hama penyakit, munculnya hama baru, pencemaran lingkungan dan keracunan
konsumen. Tindakan ini semata-mata untuk menyelamatkan hasil panen, tetapi dilain pihak
terjadi ketahanan OPT terhadap pestisida kimia. Menuerut Ali

eta!., (19n), penggunaan

pestisida kimia untuk pengendaflan hama dan penyakit sayuran oleh petani di Sumatera
Barat sangat intensif. Sebagai a:>ntoh, dalam satu kali musim tanam jumlah pestisida kimia
yang diaplikasikan pada tanaman kerrtang sebanyak 48,7 1/ha, pada bawang merah 68,9

1/ha, dan pada


hama

. Timbulnya hama baru sejak tahun 1996 yang lalu, yaitu


da

kentang (Uriomyza huidobriensis) yang menyerang sayuran di

daerah ini, teruta:na kentang dan kacang buncis, diduga didorong oleh pemakaian
pestisida kimia yang ber1ebihan (Nurdin

eta/., 1997; Shepard

eta~.

1996).

IV. METODOLOGI

Pengujian adaptasi variet:as

telah dilaksanakan pada 2 (dua) sentra produksi

komoditas kentang dan cabe di Nagari Padang L.aweh, Kecamatan Sungai Pua, Kabupaten
Agam dan Nagari Alahan Panjang, Kecamatan lembah Gumanti, Kabupaten Solok pada
tahun 2010.
a. Komoditas Kentang
Kegiatan penelitian komoditas kentang dilakukan pada lahan kering di Nagari
Padang L.aweh, Kecamatan Sungai Pua, Kabupaten Agam dan Nagari Alahan Panjang,
Kecamatan lembah Gumanti, Kabupaten Solok pada bulan Juni 2010. Daerah penelitian
merupakan daerah beragroekosistem lahan kering dataran tinggi beriklim basah. Penelitian
rnenggunakan 4 varietas unggul baru seperti varietas Ongkariang, varietas MB-17, varietas
Kikonc:lo, dan varietas Granola (kontrol). Pengujian menggunakan rancangan acak kelompok

tiga ulangan dengan perlakuan empat varietas komoditas kentang dengan jarak tanam yang
digunakan adalah 80

x 20 an. Penanaman dan

pemeiilaraan t:anarncr1 ~ pada

petunjuk budidaya sayuran dari Balitsa (Setiawati eta!, 2007).


Variabel pengamatan meliputi:
1. Tinggi tanaman, dari permukaan tanah sampai ketitik tumbuh pada batang

Dimulai umur 35 har setelah tanam di lapangan dan pengamatan berikutnya


pada umur 48 hr, 63 hr dan 78 hr setelah tanam (hst).

2. Berat umbi (kg)


3. Tingkat kerusakan oleh OPT utama, pada umur, 35 hari setelah tanam, 48 hst dan 63
hst.
a. Persentase tanaman sam pel terserang OPT utama.
P

=Jumlah tanaman terserang/ Jumlah tanaman sampel

b. Intensitas serangan penyakit utama (busuk daun dan penyakit virus) berdasarkan skor
sbb:

= Skor 0
>0 %- 10% bagian tanaman yang terserang = Skor 1

0 % bagian tanaman yang terserang

> 10 %- 25 % bagian tanaman yang terserang = Skor 3

>25 %- 50 % bag ian tanaman yang terserang = Skor 5


>50%- 75% bagian tanaman yang terserang = Skor 7

>75 % bagian tanaman yang terserang = Skor 9


Intensitas

= ~nixvi/ NVxlOO%
9

tanaman berskor v

. = skor yang didapat


N = Jumlah tanaman sampel
V = Skor tertinggi yang diperoleh
Dilakukan pada tanaman sampel sebanyak 5 tanaman/ petak/varietas. Hasil pengamatan
dianalisis menggunakan sidik ragam dan uji lanjut DNMRT.

b. Komoditas cabe
Kegiatan penelitian komoditas cabe dilakukan pada lahan kering di Nagari Padang
Laweh, Kecamatan Sungai Pua, Kabupaten Agam dan Nagari Alahan Panjang, Kecamatan
Lembah Gumanti, Kabupaten Solok pada bulan Juni 2010. Daerah penelitian merupakan
daerah beragroekosistem lahan kering dataran tinggi beriklim. Penelitian menggunakan 6
varietas unggul baru seperti varietas cabe keriting Bukuttinggi, varietas cabe keriting Kopay,
varietas cabe keriting Lembang-1, varietas cabe keriting Kawek dan variet:as cabe keriting
Alahan Panjang (kontrol). Pengujian menggunakan rancangan acak kelompok empat uiangcl1
dengan perlakuan enam varietas cabe keriting. Jarak tanam yang digunakan adala 60 x 40
an. Penanaman dan pemeliharaan tanaman mengacu pada petunjuk tx.rlidaya sayuran dari
Balitsa (Setiawati

et al, 2007).

Variabel pengamatan meliputi:

1. Tinggi tanaman, dari permukaan tanah sampai ketitik tumbuh pada batang utama.
Dimulai umur 45 hari setelah tanam (hst) di lapangan dan pengamatan berikutnya pada
umur 60 hst, 75 hst , dan 90 hst.
2. Panjang buah (tanpa tangkai), diameter buah pada Y2 pjg buah. Sebanyak empat kali
pengamatan. Diambil 25 buah dari sampel komposit setiap ulangan. Panen I sampai
panen IV.
3. Panjang tangkai buah. Sebanyak empat kali pengamatan. Diambil 25 buah dari sampel
komposit setiap ulangan. Panen I sampai panen IV. 4. Berat buah (kg/sampel), setiap kali panen selama 4 kali panen.
5. Tingkat kerusakan OPT pada umur 45 hst, 65 hst dan 90 hst.
a. Persentase tanaman sampel terserang OPT utama.
P = Jumlah tanaman terserang/ Jumlah tanaman sampel
b. Intensitas serangan penyakit utarna (penyakit virus dan antraknose) berdasarkan skor
sbb:

10

Untuk penyakit utama:


0 % bagian tanaman atau buah yang terserang

= Skor 0

>0 %- 10 % bagian tanaman atau buah yang terserang = Skor 1

>10 %- 2S % bagian tanaman atau buah yang terserang = Skor 3


> 2S %- SO % bagian tanaman atau buah yang terserang = Skor S
>SO %- 7S % bagian tanaman atau buah yang terserang

>7S % bagian tanaman atau buah yang terserang


Intensitas

= Skor 7

= Skor 9

= I(nixvi)/ NVx100%

= Jumlah tanaman berskor vi


vi = skor yang didapat
N = Jumlah tanaman sampel
ni

V = Skor tertinggi yang diperoleh


Pengamatan dilakukan pada tanaman sampel sebanyak 10 tanaman/ petak/Varietas. Hasil
pengamatan dianalisis menggunakan sidik ragam dan uji lanjut DNMRT.

11

V.

RANCANGAN RISET

Pengkajian ini dilaksanakan dalam satu tahap (tahun), yakni tahun 2010, berupa
pengujian adaptasi dan produktivitas varietas unggul baru komoditas kentang dan cabe pada
dua kabupaten sentra produksi di SUmatera Barat Komoditas kentang dan cabe ditanam
pada dua lokasi lahan kering dataran tinggi di di Nagari Padang laweh, Kecamatan Sungai
Pua, Kabupaten Agam dan Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten
Solok pada bulan Juni 2010. Data dari variabel pengamatan yang dikumpulkan pada masingmasing lokasi penelitian dianalisis clengan sidik ragam rancangan acak kelompok dan uji
lanjut DMRT. Varietas dari masing-masing komoc:litas merupakan perlakuan. Dengan
clemikian peletakan petak disesuaikan clengan rancangan yang digunakan. Dari hasil analisis
data akan diperoleh kesimpulan varietas unggul baru komoditas kentang dan cabe yang
adaptif, proc:luktif dan diterirna konsumen yang spesifik lokasi.

Pada saat pertumbuhan

tanaman optimal dilakukan sosialisasi dalam bentuk temu lapang atau gelar teknologi.

12

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Komoditas Kentang
1. Tinggi tanaman
Di lokasi penelitian di Nagari Padang laweh, Kecamatan Sungai Pua, ~ dan
Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanati, Solok pada pengamatan pertama dan
kedua terlihat bahwa masing-masing varietas memper1ihatkan tinggi tanaman yang
berbeda(Tabel 1). Kentang varietas Granola dan Ongkariang memiliki tinggi tanaman yang
tinggi, tetapi pada pengamatan kedua, varietas Merbabu-171ebih tinggi dan memper1ihatkan
pertumbuhan yang baik dari varietas lainnya (Grafik 1 .). llngginya batang tanaman kentang
varietas Granola dan Cingkariang ini pada pengamatan pertama disebabkan bibit yang
digunakan memiliki kualitas yang baik daripada varietas lainya. Keadaan ini menunjukkan
bahwa pertumbuhan awal dari tanarnan dipengaruhi oleh kualitas benih atau bibit yang
digunakan. Semakin baik kualitas bibit yang digunakan, sernalcin baik juga pertumbuhan awal
tanaman tersebut Pengamatan tersebut juga memper1ihatkan pertumbuhan varietas
Merbabu-17 lebih baik daripada varietas lainnya di Alahan Panjang, Kabupaten Sobk (Grafik
1). Keadaan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan kentang varietas Merbabu-17 lebih
beradaptasi di dataran tinggi (> 1000 m dpl) Sumatera Barat, khususnya di Alahan Panjang,
Kabupaten Solok. Disamping itu sesuai dengan deskrisinya kedua varietas ini memiliki batang
yang tinggi, yaitu 60-70 an untuk varietas Granola dan Cingkariang 70- 80 an (Direktorat
Budidaya Tanarnan Sayuran dan Biofannaka, 2007).

Tabel 1. llnggi tanarnan kentang (em) dari empat varietas di Nagari Padang laweh,
Kecamatan Sungai Pua, Agam dan Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah
Gumanti, Solok, MH., 2010.
Varietas
Ongkariang
Merbabu-17
Kikondo
Granola

35 HST
46,13 a
27,53 c
18,20 d
37,87 b

Aaam
48 HST
63,20 a
48,80 b
42,40 b
52 07 b

Solok
63 HST
64,60 a
52,20 b
54,47 b
53 60 b

35 HST
23,65 ab
20,73 b
13,63 c
25,80 a

48HST
44,67 b
61,67 a
46,00 b
4900 b

63HST
48,14 b
62,43 a
47,27 b
49,30 b

Angka-angka_yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbedanyata
pada taraf nyata 5% uji DMRT.

13

Agam

Solok

.Cingkarlang

.Cinglwlang

-bu-17

M-bu-17

DKikondo

DKikondo
DGnlnolll

DGnlnolll

35
hot

48
hot

35 48 63
Hot Hot Hot

63
hot

Grafik 1. linggi VUB kentang pacta dua lokasi pengujian, Kabupaten Agam (kiri) dan
Kabupaten Solok (kanan), MH 2010.

70
60
50
40

...
/

~ Clngkllriang

41

30
20 1--
10
0
35 hst 48 hst 63 hat

-+- MertNtbu-17
Klkondo
Granola

Grafik 2. Pertumbuhan VUB Kentang di Nagari Padang Laweh, Kecamatan


Kabupaten Agam, MH 2010.

Pada percobaan di Nagari Padang Laweh Kabupaten Agam, pertumbuhan tanaman


kentang dari umur 48 hari setelah tanam sampai umur 63 hari setelah tanam tidak tefjadi
pertambahan tinggi yang nyata, tetapi varietas Kikondo.masih rnempertihatkan pertumbuhan
(Grafik 2). Sedangkan pada di Nagari Alahan Panjang Kabupaten Solok pertumbuhan
tanaman kentang dari umur 48 hari setelah tanam sampai 63 hari setefah tanam tidak terjadi
pertambahan tinggi yang nyata (Grafik 3). Keadaan ini diduga ada kaitannya clengan
kernampuan tanarnan untuk beradaptasi terhadap faktor lingkungan, disamping faktor
perkernbangan penyakit lanas yang menginfeksi rnasing-masing varietas. Sehingga
mernpengaruhi pertumbuhan tanarnan.
Pola pertumbuhan empat varietas tanarnan kentang di Nagari Padang Laweh
kabupaten Agam terjadi sedikit variasi. TJQa varietas kentang, yaitu Gngkariang, Merbabu17 dan Kikondo tertihat seperti garis yang sejajar dari umur 35 HST sampai 48 HST. Tetapi
pola pertumbuhan varietas Grancla sedikit landai daripada varietas lainnya (Grafik 2.).
Keadaan yang sarna terlihat juga pada pola pertumbuhan di Nagari Alahan Panjang
Kabupaten solok. Dua varietas kentang, yaitu Merbabu -17 dan Kikondo mernperlihatkan

14

IX>'a

pertumbuhan yang sama dan varietas Merbabu - 17 lebih baik (Grafik 3). Dengan

c:lemikian ter1ihat ada kemampuan tumbuh masing-masing varietas kentang untuk masingmasing-masing lokasi. Varietas kentang Ongkariang dan Kikonclo tumbuh lebih baik di Nagari
Padang laweh Kabupaten Agam, sedangkan varietas Merbabu- 17 tumbuh baik di Nagari
Alahan Panjang Kabupaten Solok.

80
..==!.

60
40

20

,_
~/

0
35 Hat 48 Hat 63 Hat

--+- Clngkarlang
-

Merbabu-17
Klkondo
Granola

Grafik 3. Pertumbuhan VUB Kentang di Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah


Gumanti, Kabupaten Solok, MH 2010.

2. lntensitas penyakit lanas (Phytopthora infesta~


Pengamatan pada umur 48 hari setelah tanam, seluruh varietas kentang yang
terinfeksi oleh

jamur Phytophthora infestans

diuf

dengan intensitas yang bervariasi dan

berbedanyata pada taraf nyata 5% uji DMRT (Foto 3 dan 4), varietas Granola dan
Ongkariang terinfeksi dengan intensitas kerusakan masing-masingnya 68% dan 72,00%
lebih tinggi dari intensitas penyakit lanas pada varietas Kikondo dan Merbabu-17, yaitu
44,67% dan 20,00% di Nagari Padang Laweh, Agam. Di Nagari Alahan Panjang, Kabupaten
Solok, intensitas penyakit lanas yang tertinggi ditemukan juga pada varietas Ongkariang,
yaitu 44,07% dan diikuti oleh varietas Granola, yaitu 34,07%, varietas Kikondo, yaitu 21,48%
serta varietas Merbabu-17, yaitu 3,70% terendah dari varietas lain (Tabel 2). Menurut
Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofannaka,(2007) kentang varietas Granola agak
peka terhadap penyakit busuk daun Phytopht:hora infestans . Perkembangan jamur dan
kemampuan patogenisitas P. Infestans meningkat pada musim hujan dan kelembaban tinggi
(Semangun, 1991). Dengan tingginya curah hujan serta tingginya frekuensi hari hujan akhirakhir ini menyebabkan kelembaban udara meningkat yang mendukung perkembanagan dan
patogenisitas jamur P. Infestans.

15

Tabel 2. Intertsitas penyakit lanas (Phytophthora infestanS) yang menginfeksi VUB kentang di
dua lokasi pengujian, Kabupaten Agam dan Solak, MH 2010.

Varietas

Ac~am

Solok

48HST
63HST
48HST
Ongkariang
34,81 b
94,08 a
44,07 a
Merbabu-17
2,22 d
37,78 c
3,70 c
Kikondo
14,82 c
52,59 b
21,48 b
Granola
42,00 a
92,59 a
38,52 a
..
Angka-angka yang dukuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang
pada taraf nyata 5% uji DMRT.

63HST
53,54 a
10,78 c
26,60 b
47 35a
sama tidak berbedanyata

3. Persentase tanaman sakit layu bakteri (Pseodomonas so/anacearum)


Persentase tanaman saki layu bakteri (Pseudomonas so/anacearum) baru terti hat
pada umur 36 hari setelah tanam. Pada kedua lokasi pengujian, empat varietas kentang yang
diuji menunjukkkan reaksi ketahanan terhadap penyakit layu yang bervariasi. Dari data yang
diperoleh terlihat persentase varietas Granola yang layu 2,16% lebih tinggi dan berbedanyata
dengan varietas kentang lainnya di Nagari Padang Laweh Kabupaten Agam dan 482% lebih
tinggi dan berbedanyata dengan varietas kentang lainnya di Nagari Alahan Panjang (Tabel
2). Dengan demikian kentang varietas Granola lebih mudah terinfeksi bakteri

solanacearum dan lebih peka daripada varietas Kikondo, Mermabu - 17 dan

P.

Ongkariao;~ .

Sesuai dengan tingkat ketahanannya bahwa kentang varietas Granola termasuk varietas
kentang yang peka terhadap penyakit layu bakteri P. so/anacearum (Direktorat Bu<fldaya
Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2007).

Tabel3. Intensitas penyakit layu (Pseodomonas solanacearum) yang menginfeksi VUB


kentang di dua lokasi pengujian, Kabupaten Agam dan Solok, MH 2010.

Varietas

Agam

Solok

63 HST
48HST
48HST
1,52 b
0
Cingkariang
0
1,00 b
0
Merbabu-17
0
1,00 b
0
Kikondo
0
0
216a
Granola
0
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang
pada taraf nyata 5% uji DMRT.

63 HST
1,54 b
1,67 b
1,00 b
282 a
sama tidak berbedanyata

4. Berat umbi
Berat umbi kentang per rumpun dari empat varietas yang diuji terlihat bervariasi di dua
lokasi pengujian (Tabel 3.). Dari hasil analisis statistik berat umbi per rumpun dan per
hektar dari empat varietas kentang yang diuji temyata tidak berbedanyata, namun demikian

16

dari hasil berat umbi yang diperoleh secara angka-angka ter1ihat kentang varietas Merbabu17 mampu memberikan hasil 20,37 t/ha eli Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah
Gumanti, Kabupaten Solak, sedangkan varietas Granola yang selama ini ditanam petani di
Alahan Panjang hanya memberikan hasil berat umbi 17,38 t/ha.
Tabel 4. Berat umbi per rumpun dan per hektar dari empat VUB kentang di dua lokasi
pengujian, Kabupaten Agam dan Solok, MH 2010.

Varietas

A{lam
Solok
Per rumpun
Per hektar
Per rumpun
Per hektar
(g/rmp)
(t/ha)
(g/rmp)
(t/ha)_
Cingkariang
376,33 b
11,29 b
557,22 a
16,72 a
Merbabu-17
675,33 a
20,26a
678,89 a
20,37 a
Kikondo
124,33 c
7,30 c
440,00 a
13,20 a
Granola
463 33 b
13,90 b
579.44a
17,38
a
..
Angka-angka yang dnkuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbedanyata
pada taraf nyata 5% uji DMRT.
II. Komoditas Cabe

1. Tinggi tanaman cabe (em)


Sampai pada umur 75 hari setelah tanam, tanaman cabe di Padang
Agam belum memperlihatkan perbedaannyata terhadap tinggi tanaman keadaan
juga terjadi pacta umur 61 hari setelah tanam di Alahan Panjang, Kabupaten Saki:.

oa

itle 3.).

Tabel 5. Tinggi tanaman (em) dari enam varietas cabe keriting di dua lokasi pengujan,
Ka bupaten A\gam dan Sol0 k MH 2010
A{lam
Solok
Varietas
75 HST
61 HST
48HST
61 HST
Lembang-1
24,60 a
30,40 a
8,02 a
13,00 a
25,75 a
31,75 a
11,38 a
Bukittinggi
13,90 a
Kopay
24,95 a
33,10 a
11,26 a
14,23 a
Batusangkar
12,68 a
27,00 a
33,40 a
15,21 a
Kawek
26,30 a
34,20 a
8,50 a
12,07 a
Alahan Panjang 26,65 a
800a
13,18 a
3405 a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbedanyata
pada taraf nyata 5% uji DMRT

Tanaman cabe di Padang laweh Kabupaten Agam samj)ai umur 75 hari setelah tanam
kelihatannya hampir sama pola pertumbuhannya, sedangkan di Alahan Panjang, Kabupaten
Solak ter1ihat pola pertumbuhan tanaman cabe sedikit berbeda. Varietas cabe Batusangkar,
Kopay, Alahan Panjang dan Kawek sedikit lebih baik dari varietas lainnya (Grafik 4.).

17

C)

35

i~

i25

16

14

~
~

--+-~

--- ~

QJcillircD

~a>
j

- -l'lrjrg

g15

-+--

--o-- l&TtJro-1

c
1=10

61HBI

75HBI

!12 r---

w/

i10
8

/.
~

-+-ll!Uir(la"

-- 9Jolli"Q'j
~
........... Al!hrlRrjlrg

!: 6

-+- l..sll:a"g-1

~ 4

-+- l(av8(

0
41HBI

61HBI

Grafik 4. Pertumbuhan enam varietas cabe pada umur 48 dan 61 hari setelah tanam di
Alahan Panjang, Kabupaten Solok (kanan) dan umur 61 dan 75 hari setelah tanam
di Padang Laweh, Kabupaten Agam (kiri), MH 2010

18

VII. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
1. Kentang varietas Ongkarian dan Garnola pada pengamatan pertama (35 hari setelah
tanam) memiliki tinggi tanaman yang tertinggi di Kabupaten Agam dan Solok.
2. Varietas Merbabu -17 dan Kikondo memiliki ketahanan yang baik terhadap penyakit
lanas (Phytophthora infestanS) dan layu bakteri dan beradaptasi baik pada daerah
ketinggian > 1000 m dari permukaan laut di Sumatera Barat
3. Berat umbi varietas Merbabu- 17 678,89 g/rumpun atau 20,36 t/ha di Alahan Panjang
Kabupaten Solok dan 675,33 g/rumpun atau 20,26 t/ha di adang L.aweh Kabupaten
Agam lebi berat dari pada varietas Granola, Ongkarian, dan Kikondo.
4. Tanaman cabe sampai umur 75 hari setelah tanam di Padang laweh, Kabupaten Agam
dan 61 hari setelah tanam di Alahan Panjang, Solok belum memperlihatkan

berbedanyata terhadap pertumbuhannya.

B. Saran
Kentang varietas Merbabu-17 dapat ditanam pada daerah ketinggian > 1000
permukaan laut dan mampu tumbuh baik, tahan penyakit lanas dan bakteri layu serta
menghasilkan umbi

> 20 t/ha di Sumatera Barat.

19

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Badan Pusat Statistik Sumatera Barat. 2004. Sumatera Barat dalam Angka. 2003.
Kerjasama Badan perencanaan pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi
Sumatera Barat clengan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.

Badan Pusat Statistik Sumatera Barat. 2006. Sumatera Barat dalam Angka. 2005.
Kerjasama Badan perencanaan pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi
Sumatera Barat dengan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.

Badan Pusat Statistik Sumatera Barat. 2007. Sumatera Barat dalam Angka. 2006.
Kerjasama Badan perencanaan pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi
Sumatera Barat dengan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.

BPSBTPH Sumatera Barat. 2007. Varietas unggul cabai Keriting Bukittinggi. Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera
Barat
Puslitbanghorti. 2006. Katalog Teknologi Unggulan Hortikultura. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Hortikultura. Departemen Pertanian.

Pusat

Perlindungan
Varietas
Tanaman.
http://ppvt.setien.deptan.go.id

Berita

Resmi

PPVT

2009.

Nurdin, F., K. Zen, dan Yulimasni. 1997. Serangan hama lalat korok daun "hama baru"
pada tanaman sayuran di Alahan Panjang Sumatera Barat Seminar Tantangan
Entomologi Abad XXI. Bogor, 8 Januari 1997. 6 him.
Semangun H. 1991. Penyakit-penyakit tanaman hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada
University Press. 850 hal.
Setiawati,w., R. Murtiningsih, G.A. Sopha, T. Handayani. 2007 Petunjuk Teknis Budidaya
Tanaman Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Rusli. 2002. Inventarisasi penggunaan pestisida oleh petani kubis di Kecamatan Lembah
Gumanti, Kabupaten Solok. Jumal Stigma Vol X (4): 344- 346.

20

Lampiran 1:

Foto 1. Penaburan pupuk dasar (kiri) dan penutupannya (kanan) untuk penanaman
kentang

Foto 2. Penanaman bibit kentang di lokasi penelitian di Alahan Panjang, Solak

21

Foto 3. Penampilan kentang varitas Merbabu-17 (kiri) dan varietas Kikondo (kanan) di Alahan
Panjang~ MH 2010

Foto 4. Penampilan kentang varitas Cingkariang ( kiri) dan varietas Granola (kanan) di Alahan
Panjang, MH 2010

22

CINGKARIANG

ClNGKARIANG

Foto 5. Penampilan umbi kentang varitas Cingkariang, MH 2010

KIKONOO

KlKONDO

Foto 6. Penampilan umbi kentang varitas Kikondo, MH 2010

MERBABU 17

Foto 7. Penampilan umbi kentang varitas Merbabu-17, MH 2010

23

GRANOLA

Foto 8. Penampilan umbi kentang varitas Granola, MH 2010

Foto 9. Keadaan pertumbuhan tanaman cabe di Padang Laweh, Agam dan Alahan
Panjang, Solok, MH 2010

24

Lampiran 2.

1. DESKRIPSI KENTANG VARIETAS CINGKARIANG

Asal

: Lokal (Ongkariang, Agam)

Klon

: Hitam Batang

Umur

: 110 0 120 HST

llnggi Tanaman

:70-80 em

Bentuk penampang batang

: Segi empat

Bentuk daun

: Oval

Bentuk ujung daun

: Meruncing

Bentuk umbi

: Oval bergelombang

Permukaan bawah daun

: Ber1<erut

Mata umbi

: Dalam

Permukaan umbi

: Halus

Warna batang

: Hijau

Wama pangkal batang

: Ungu kehitaman

Warna daun

: Hijau tua

Wama urat utama daun

: Hijau

Warna benang sari

: Kuning

Warna putik

: Putih

Jumlah tandan bunga


Wama kulit umbi

: Kuning

Wama daging umbi

: Kuning

Hasil rata-rata/ ha

: 12 - 15 ton/ha

Kualitas umbi

: Baik

Kandungan karbohidrat

: 12,11%

Ketahanan terhadap penyakit

: - Agak tahan terhadap penyakit Janas


(Phytophtora insfestanS)

- Agak tahan terhadap penyakit tayu bakteri

( Rolstonia solanacearum)
-

Tahan terhadap virus

Agak taha temadap lalat korok

25

Keterangan

: - Disarankan ditanam pada ketinggian di atas


1.100 m dpl
- Baik untuk keripik kentang dan pargedel

26

2. DESKRIPSI KENTANG VARIETAS GRANOLA


Asal

: Introduksi dari Jerman

Klon

:Granola

Umur

: lD0-115 hari

Tinggi tanaman

: 60- 70 em (65 em)

Bentuk penampang batang

: Segi lima

Bentukdaun

:Oval

Bentuk umbi

:Oval

Sayap batang

:Rata

Permukaan bawah daun

: Berkerut

Mata umbi

: Dangkal

Permukaan umbi

: Halus

Wama batang

: Hijau

Wama daun

: Hijau

Wama urat utama daun

: Hijau muda

Wama benangsari

: Kuning, berjumlah 5 buah

Wama putik

: Putih

Wama kulit umbi

: Kuning - putih

Wama daging umbi

: Kuning

Jumlah tandan bunga

: 2-5 buah

Hasil rata-rata/ha

: 26,5 ton

Kandungan karbohidrat

: 12%

Kandungan vitamin C

: 13 mg/100 gram bahan

Ketahanan terhadap penyakit

: Tahan terhadap PVA dan PVY, Agak tahan


terhadap PLRV, Agak peka terhadap penyakit
layu bakteri (Pseudomonas solanacearum dan
penyakit busuk daun Phytophthora infestanS)

Keterangan

: Baik untuk kentang meja/ sayur dan cocok


dikembangkan di Jawa Barat

Pemulia

: Nazifah Umar, Hamzah Basah, Sudjoko Sahat,


Dadan SUpardan, OJ. Rusmana, Agus Sanjaya

27

3. DESKRIPSI KENTANG VARIETAS MERBABU -17


Asal

: IP 81001 - x MF - 1

Klon

: BPH- 17

Umur

: 90 - 120 hari

Tinggi tanaman

: Dapat mencapai > 100 em

Warna batang

: Hijau

Warna daun

: Hijau tua

Pembungaan

: Banyak

Warna bunga

: Putih keunguan

Warna kulit umbi

: Kuning berbintik bintik

Warna daging umbi

: Kuning-

Mata umbi

: Dangkal

Bentuk umbi

:Oblong

Kandungan karbohidrat

: 13,145%

Kadar gula reduksi

:0,078%

Kandungan vitamin C

: 28,371 m/100 gram bahan

Potensi hasil/ha

: 24ton

Ketahanan terhadap hama

: Tahan terhadap terhadap hama penggerek


daun kentang (1. Huidobrensis).

Ketahanan terhadap penyakit

: Tahanterhadap penyakit busuk daun


(Phytophthora infestans)

Keunggulan

: Baik untuk kentang sayur dan cukup baik untuk


keripik kentang (chips)

Peneliti/pengusul

Anggoro Hadi Permadi dan Sudjoko Sahat.

28

Anda mungkin juga menyukai