UJIADAPTASIVUBKENTANG(PRODUKnnnTAS
> 20 T/HA, TOLERAN PENYAKIT LAYU BAKTERI) DAN
CABE (PRODUKnnnTAS >9 T /HA TOLERAN DATARAN
TINGGI >1000 M DPL) Dl SUMATERA BARAT
Bidang Fokus
Kode Produk Target
Kode Kegiatan
: 1. (Ketahanan Pangan)
: 1.09
: 1.09.05
Peneliti Utama
November 2010
LAPORAN PENEUTIAN
Ull ADAPTASI VUB KENTANG (PRODUKTIVITAS
> 20 T / HA, TOLE RAN PENYAKIT LAYU BAKTERI) DAN CABE
(PRODUKTIVITAS >9 T /HA TOLERAN DATARAN TINGGI
>1000 M DPL) Dl SUMATERA BARAT
Tim Peneliti:
Ir. Irmansyah Rusli, MS.
Ora. Len Bahri
Ir. Khairul Zen, MSi.
Ade Subarna SP.
Sofial SP.
Arifnawati
Nurhayati
Judul Kegiatan
:
:
:
:
:
Ketahanan Pangan
1.09
1.09.05
Sumatera Barat
I
Unit Organisasi
Ala mat
Telepon/Fax/E-mail
B. Lembaga lain yang terlibat
Nama Pemimpin
Nama Lembaga
Ala mat
Telepon/Fax/E-mai
Jangka waktu kegiatan
Biaya tahun 1 1
Kegiatan
lumlah
40.600.000
21.763.600
38.400.000
10.600.000
111.363.600
Kata Pengantar
Kegiatan yang berjudul "Uji Adaptasi VUB Kentang (Produktivitas > 20 tjha,
toleran penyakit Jayu bakter) dan Cabe (Produktivitas 9 tjha,toleran dataran tinggi
> 1000 m dpl) di Sumatera Barat" merupakan kegiatan penelitian yang memperoleh
dana dari Menristek bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Departemen Pertanian. Dengan perolehan dana tersebut kegaiatan ini
telah berjalan di tanah petani pada dua Kabupaten, yaitu: Solok dan Agam. Sampai
akhir bulan November, tanaman kentang telah dipanen. Sedangkan tanaman cabe
berumur 90 hari setelah tanam dan dilakukan pengamatan pengamtan tinggi
tanaman.
Semoga dengan Japoran ini, pihak pendana dan institusi terkait dapat
memaklumi keadaan pelaksanaan kegiatan ini.
Sukarami,30 November 2010
An.
\9,n:
Ja~b
Daft:ar lsi
Kata Pengantar
Daftar lsi
ii
Daftar Tabel
iii
. Daftar Grafik
iv
Daftar Lampiran
SUMMARY
RINGKASAN
I. Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Tujuan
IV. Metodologi
V. Rancangan Riset
12
13
19
A. Kesimpulan
19
B. Saran
19
20
ii
Daft:arTabel
1. llnggi tanam
13
16
16
17
17
iii
1. Tinggi B
Kabupaten
MH. 2010
14
14
15
18
iv
Lampiran 1
Foto 1. Penaburan pupuk dasar (kiri) dan penutupannya (kanan)
untuk penanaman kentang
21
21
22
22
23
23
23
24
24
Lampiran 2
1. Deskripsi Kentang varietas Cingkariang
25
27
28
vi
SUMMARY
Adaptation tested of potato new excellent varieties (productivity >20 f/ha, tolerance to
bacterial wilt) and chili new excellent varieties {productivity > 9 f/ha, tolerance to high land>
1000 m sea /evel) in West SumaiEra. Hortirultura crops, as potato, chili, onion and tomato
had plated long time and supposed economic of farmer at high land > 1000 m sea level in
West Sumatera. These crops had increased income of farmer. But now, yield of these
commodities reduce by quality of variety and seed were low, beside increased damage by
pest and disease and also increased using pestidde. High using farming input specially
chemical input caused reduced income of farmer and environment polution. By using adapted
new excellent variety was cheap and easy to use and also become inreased income of
fanner. The objective this experiment were 1). To know horticultura crop new excellent
variety that adapted to specially located condition in West Sumatera. 2). To quick distribution
of horticultura crop new excellent variety to specially located condition in West Sumatera. 3).
To increased productivity horticultura crop in West Sumatera by using new excellent variety.
This experiment was adaptation tested of potato new excellent varieties and chili in high land
at Solok Regent and Agam Regent This experiment used Comlete Block Design and Duncan's
Multiple Range Test (DMRT). The treatment were varieties tested, as potato varieties were
Gngkareang, Merbabu-17, Kikondo, and Granola. Chili varieties were Lembang-1, Bukittinggi,
Batusangkar, Alahan Panjang, Kopay, and Kawek. Potato experiment were three replications
and chili experiment were four replications. Data to be oollected for potato experiment were
plant high, plant damage by major pest and disease, and yield. Data to oollected for chilli
experiment were plant high, plant damage by major pest and disease, and yield. The out put
this experiment were 1). Adaptablity and productivity information from potato new excellent
varieties and chili to specially located condition. 2) Socialization 2-3 new excellent varieties of
potato, productivity >20 t/ha, tolerance to becterial wilt and 2-3 new excellent varieties of
chili, productivity > 9 tjha, tolerance to high land > 1000 m sea level in West Sumatera. 3).
Four publications in proa::eding, two publications in national jumal, and one publication in
international jumal. The result of experiment show that potato varieties Merbabu-17 and
Kikondo were better growth and adapted in high land > 1000 m sea level, and also resistance
to Janas disease by Phytophthora infesti!Jns and bacterial wilt disease oompart Ongkariang
and Granola variety in West Sumatera. The yield of Merbabu-17 was high cxmpart the other
varieties, 678.89 g/plant or 20.36 tjha in Alahan Panjang, Solok Regent and 675.33 g/plant
or 20.26 t/ha in Padang Laweh, Agam Regent The plant high of chili at 75 days after planted
not significant in Padang Laweh, Agam Regent and 61 days after planted in Alahan Panjang,
Solok Regent.
Key Word: Adaptation, Excellent New Variety, Chili, Potato, High Land.
Kata Kunci: Adaptasi, Varietas Unggul Baru, Cabe keriting, Kentang, Dataran Tinggi
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Di Sumatera Barat komoditas hortikultura seperti kentang, bawang merah, tomat
dan cabe dibudidayakan pada dataran tinggi (>700 m dpl). Sentra produksi komoclitas
tersebut antara lain Kabupaten Solok, dan Kabupaten Agam. Komoditas hortikultura ini
merupakan penyumbang PDRB terbesar sektor pertanian di Sumatera Barat. Subsektor
ini menyerap tenaga kerja yang cukup besar.
Sumatera Barat, produksi sayuran di provinsi ini juga diperdagangkan atau dikirim untuk
memenuhi kebutuhan propinsi-propinsi tetangga seperti Riau, Jambi, Bengkulu, dan
Sumatera Utara.
Pada tahun 2006 tercatat tidak kurang dari 147.000 ton sayuran,
Sumatera Barat. Hal ini terlihat dari data produksinya pada tahun 2003 adalah 39.731 ton
cabe, 24.126 ton kentang, 12.757 ton bawang merah, dan 14.481 ton tomat dengan
produktivitas masing-masing adalah 5,14,
16.92, 7,89,
2004). Produktivitas dan kualitas sayuran tersebut relatif rendah sehingga kurang
mempunyai daya saing pasar dan keuntungan petani belum optimal. .
Rendahnya produktivitas kornoditas tersebut disebabkan oleh faktor fisik dan faktor
biotik. Faktor fisik yang dominan mempengaruhi produktivitas tanaman antara lain tingkat
kesuburan tanah, temperatur, kelembaban dan penyinaran. Sedangkan faktor biotik yang
dominan mempengaruhi produktivitas adalah varietas, kemurnian dan vigor benih (bibit)
dan OPT. Menurut Nurdin
Barat disebabkan oleh penggunaan bibit bermutu rendah, pemupukan yang tidak tepat
takaran dan waktu pemberian serta tingginya serangan hama penyakit.
Peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui perbaikan teknik budidaya
(termasuk pengendalian organisme pengganggu tanaman) maupun penggunaan varietas
unggul yang adaptif dan produktivitas tinggi. Peningkatan produktivitas melalui perbaikan
teknik budidaya saja membutuhkan biaya yang tinggi untuk kebutuhan input dan tenaga.
Penggunaan varietas unggul yang adaptif dan berproduktivitas tinggi akan dapat
meningkatkan produktivitas tanpa meningkatkan biaya produksi. Varietas unggul juga
merupaka
diadopsi
berproduktivitas tinggi. Untuk daerah SUmatera Barat dan beberapa propinsi tetangga,
jenis cabe yang disukai dan diterima pasar adalah cabe keriting. Dua varietas unggul baru
cabe keriting berprocluktivitas lebih dari 15 t/ha telah dilepas secara resmi oleh
Departemen Pertanian. Cabe Keriting Bukittinggi adalah varietas unggul baru hasil seleksi
varietas lokal yang dilakukan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura Sumatera Barat dengan produktivitas 13- 18 t/ha (BPSBTPH Sumbar, 2007).
Cabe keriting berproduktivitas tinggi lainnya adalah varietas Kopay.
Varietas ini
merupakan hasil seleksi petani cabe dari Kota Payakumbuh (Sumbar) yang memiliki sifat
yang khusus yakni buah yang panjangnya dapat mencapai 35 em.
Cabe keriting
varietas introduksi dan memiliki keunggulan berupa produktivitas tinggi dan ketahanan
terhadap penyakit (terutama penyakit busuk daun), diantaranya adalah Merbabu-17 (3040 tjha), Krespo (30-40 tjha), dan Tengo (34 t/ha) (Puslitbanghorti, 2007).
Varietas-varietas kentang dan cabe yang dihasilkan oleh Balitsa pada umumnya
belum tersebar dan dikenal oleh petani di SUmatera Barat. Petani-petani lebih rnengenal
dan menanam kentang varietas Granola, cabe keriting lokal yang tidak dikenal asal
usulnya. Karena itu, pengujian adaptasi dari varietas unggul baru komoditas hortikultura,
khususnya kentang dan cabe perlu dilakukan.
Ruarig lingkup dan batasan penelitian ini memeliputi penelitian uji varietas kentang
dan cabe keriting pada daerah sentra procluksi di Kabupaten Agam dan Kabupaten Solok..
Asumsi penelitian adalah diperoleh 2-3 varietas kentang dan cabe yang adaptif,
produktif dan diterima konsumen untuk lokal spesifk. di Sumatera Barat.
TUJUAN
Adapaun tujuan penelitian ini adalah:
1. Men9etahui adaptasi varietas-varietas unggul baru kentang dan cabe pada kondisi
pertar~a rnan
di SUmatera Barat
> 9 t/ha yang toleran dat:aran tinggi (> 1000 m dpl) Sumatera Barat.
-. Informasi adaptabilitas dan produktivit:as variet:as unggul baru kent:ang dan cabai spesifik
daerah.
-. Dipublikasikan hasil penelitian berupa 4 karya tulis ilmiah pada presiding seminar,
karya tulis ilmiah pada Jurnal Hortikultura Puslitbang Hortikultura, dan satu karya tulis
ilmiah pada jumal internasionaJ.
Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat dan dampak
terhadap usahat:ani tanaman kentang dan cabe sebagai berikut:
Manfaat yang akan diperoleha antara lain sebagai berikut:
-. Adanya varietas kent:ang dan cabe yang disukai masyarakat dan memiliki produktiflt:as
yang tinggi serta adaptif pada dataran tinggi (> 1000 m dpl).
-. Adanya keragaman genetik kentang dan cabe di sentra produksi, sehingga dapat
mengatasi kendala gangguan organisme perusak tanaman.
Dampak dari hasil penelitian ini adalah:
-. Aclanya varietas kentang dan cabe yang berproduktifitas tinggi serta adaptif pada dat:aran
tinggi (> 1000 m dpl) yang akan meningkatkan pendapatan petani di Sumatera Barat.
m. TINlAUAN PUSTAKA
Sumatera Barat tennasuk propinsi penghasil komoditas sayur-sayuran seperti cabe
dan kentang. Kedua komoditas ini banyak diusahakan di Kabupaten Solok, Agam dan Tanah
Datar. Komoclitas sayur-sayuran yang berasal dari ketiga kabupaten ini dipasarkan di dalam
propinsi dan luar propinsi, terutama propinsi tetangga dan telah diekspor ke negara tetangga
seperti Singapura dan Malaysia (Distan-TK I Sumbar, 1995).
Untuk pengembangan ke depan tanaman kentang dijadikan komoditas unggulan
pada daerah-daerah produksi dengan sistem pengembangan dalam skala besar dengan pola
agribisnis untuk masa mendatang (Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofannaka,
2007)
Akhir-akhir ini komoditas cabe dan kentang memperlihatkan produktivitas yang
bertendensi menurun. Keadaan ini disebabkan varietas yang ditanam petani tidak terjamin
keunggulan dan kemumiannya, sehingga sering mengalami gangguan dari serangan harna
dan penyakit yang berakibat produktivit:as rendah dan petani selalu mengalami kengia
Varietas cabe yang ditanam petani sampai saat ini tidak jelas
sering mengalami serangan penyakit seperti busuk buah dan serangan
~~
narwv:.~o~
Sementara itu, varietas kentang yang ditanam petani pada umumnya varietas Grcn:ia
tidak diketahui generasinya. Petani memperoleh bibit hanya dari peta
clisl:~31r
sehingga kemumiannya tidak teljamin, mudah terserang hama dan penyakX seperti
pengorok daun dan penyakit layu bakteri serta busuk daun Phythopthora infestans. Dilain
pihak, petani menggunakan pestisida ldmia melebihi dosis rekomendasi dengan frekuensi
penyemprot:an satu sampai dua kali satu minggu. Petani memiliki kebiasaan mencampur
pestisida kimia lebih dari dua macam. Hasil survei pada tahun 1999 ditemukan bahwa di
Kecamatan Lembah Gumanti, Solak ditemukan 12 merek dagang insektisida dan 8 merek
dagang fungisida yang digunakan oleh petani kubis. Masing-masing petani menggunakan
pestisida lebih dari 10 kali dalam satu musim tanam (Rusli. 2002). Hal ini mengakibatkan
tingginya biaya produksi dan terjadinya peledakan populasi hama penyakit, meningkatnya
ketahanan hama penyakit, munculnya hama baru, pencemaran lingkungan dan keracunan
konsumen. Tindakan ini semata-mata untuk menyelamatkan hasil panen, tetapi dilain pihak
terjadi ketahanan OPT terhadap pestisida kimia. Menuerut Ali
pestisida kimia untuk pengendaflan hama dan penyakit sayuran oleh petani di Sumatera
Barat sangat intensif. Sebagai a:>ntoh, dalam satu kali musim tanam jumlah pestisida kimia
yang diaplikasikan pada tanaman kerrtang sebanyak 48,7 1/ha, pada bawang merah 68,9
daerah ini, teruta:na kentang dan kacang buncis, diduga didorong oleh pemakaian
pestisida kimia yang ber1ebihan (Nurdin
eta~.
1996).
IV. METODOLOGI
komoditas kentang dan cabe di Nagari Padang L.aweh, Kecamatan Sungai Pua, Kabupaten
Agam dan Nagari Alahan Panjang, Kecamatan lembah Gumanti, Kabupaten Solok pada
tahun 2010.
a. Komoditas Kentang
Kegiatan penelitian komoditas kentang dilakukan pada lahan kering di Nagari
Padang L.aweh, Kecamatan Sungai Pua, Kabupaten Agam dan Nagari Alahan Panjang,
Kecamatan lembah Gumanti, Kabupaten Solok pada bulan Juni 2010. Daerah penelitian
merupakan daerah beragroekosistem lahan kering dataran tinggi beriklim basah. Penelitian
rnenggunakan 4 varietas unggul baru seperti varietas Ongkariang, varietas MB-17, varietas
Kikonc:lo, dan varietas Granola (kontrol). Pengujian menggunakan rancangan acak kelompok
tiga ulangan dengan perlakuan empat varietas komoditas kentang dengan jarak tanam yang
digunakan adalah 80
b. Intensitas serangan penyakit utama (busuk daun dan penyakit virus) berdasarkan skor
sbb:
= Skor 0
>0 %- 10% bagian tanaman yang terserang = Skor 1
= ~nixvi/ NVxlOO%
9
tanaman berskor v
b. Komoditas cabe
Kegiatan penelitian komoditas cabe dilakukan pada lahan kering di Nagari Padang
Laweh, Kecamatan Sungai Pua, Kabupaten Agam dan Nagari Alahan Panjang, Kecamatan
Lembah Gumanti, Kabupaten Solok pada bulan Juni 2010. Daerah penelitian merupakan
daerah beragroekosistem lahan kering dataran tinggi beriklim. Penelitian menggunakan 6
varietas unggul baru seperti varietas cabe keriting Bukuttinggi, varietas cabe keriting Kopay,
varietas cabe keriting Lembang-1, varietas cabe keriting Kawek dan variet:as cabe keriting
Alahan Panjang (kontrol). Pengujian menggunakan rancangan acak kelompok empat uiangcl1
dengan perlakuan enam varietas cabe keriting. Jarak tanam yang digunakan adala 60 x 40
an. Penanaman dan pemeliharaan tanaman mengacu pada petunjuk tx.rlidaya sayuran dari
Balitsa (Setiawati
et al, 2007).
1. Tinggi tanaman, dari permukaan tanah sampai ketitik tumbuh pada batang utama.
Dimulai umur 45 hari setelah tanam (hst) di lapangan dan pengamatan berikutnya pada
umur 60 hst, 75 hst , dan 90 hst.
2. Panjang buah (tanpa tangkai), diameter buah pada Y2 pjg buah. Sebanyak empat kali
pengamatan. Diambil 25 buah dari sampel komposit setiap ulangan. Panen I sampai
panen IV.
3. Panjang tangkai buah. Sebanyak empat kali pengamatan. Diambil 25 buah dari sampel
komposit setiap ulangan. Panen I sampai panen IV. 4. Berat buah (kg/sampel), setiap kali panen selama 4 kali panen.
5. Tingkat kerusakan OPT pada umur 45 hst, 65 hst dan 90 hst.
a. Persentase tanaman sampel terserang OPT utama.
P = Jumlah tanaman terserang/ Jumlah tanaman sampel
b. Intensitas serangan penyakit utarna (penyakit virus dan antraknose) berdasarkan skor
sbb:
10
= Skor 0
= Skor 7
= Skor 9
= I(nixvi)/ NVx100%
11
V.
RANCANGAN RISET
Pengkajian ini dilaksanakan dalam satu tahap (tahun), yakni tahun 2010, berupa
pengujian adaptasi dan produktivitas varietas unggul baru komoditas kentang dan cabe pada
dua kabupaten sentra produksi di SUmatera Barat Komoditas kentang dan cabe ditanam
pada dua lokasi lahan kering dataran tinggi di di Nagari Padang laweh, Kecamatan Sungai
Pua, Kabupaten Agam dan Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten
Solok pada bulan Juni 2010. Data dari variabel pengamatan yang dikumpulkan pada masingmasing lokasi penelitian dianalisis clengan sidik ragam rancangan acak kelompok dan uji
lanjut DMRT. Varietas dari masing-masing komoc:litas merupakan perlakuan. Dengan
clemikian peletakan petak disesuaikan clengan rancangan yang digunakan. Dari hasil analisis
data akan diperoleh kesimpulan varietas unggul baru komoditas kentang dan cabe yang
adaptif, proc:luktif dan diterirna konsumen yang spesifik lokasi.
tanaman optimal dilakukan sosialisasi dalam bentuk temu lapang atau gelar teknologi.
12
I. Komoditas Kentang
1. Tinggi tanaman
Di lokasi penelitian di Nagari Padang laweh, Kecamatan Sungai Pua, ~ dan
Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanati, Solok pada pengamatan pertama dan
kedua terlihat bahwa masing-masing varietas memper1ihatkan tinggi tanaman yang
berbeda(Tabel 1). Kentang varietas Granola dan Ongkariang memiliki tinggi tanaman yang
tinggi, tetapi pada pengamatan kedua, varietas Merbabu-171ebih tinggi dan memper1ihatkan
pertumbuhan yang baik dari varietas lainnya (Grafik 1 .). llngginya batang tanaman kentang
varietas Granola dan Cingkariang ini pada pengamatan pertama disebabkan bibit yang
digunakan memiliki kualitas yang baik daripada varietas lainya. Keadaan ini menunjukkan
bahwa pertumbuhan awal dari tanarnan dipengaruhi oleh kualitas benih atau bibit yang
digunakan. Semakin baik kualitas bibit yang digunakan, sernalcin baik juga pertumbuhan awal
tanaman tersebut Pengamatan tersebut juga memper1ihatkan pertumbuhan varietas
Merbabu-17 lebih baik daripada varietas lainnya di Alahan Panjang, Kabupaten Sobk (Grafik
1). Keadaan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan kentang varietas Merbabu-17 lebih
beradaptasi di dataran tinggi (> 1000 m dpl) Sumatera Barat, khususnya di Alahan Panjang,
Kabupaten Solok. Disamping itu sesuai dengan deskrisinya kedua varietas ini memiliki batang
yang tinggi, yaitu 60-70 an untuk varietas Granola dan Cingkariang 70- 80 an (Direktorat
Budidaya Tanarnan Sayuran dan Biofannaka, 2007).
Tabel 1. llnggi tanarnan kentang (em) dari empat varietas di Nagari Padang laweh,
Kecamatan Sungai Pua, Agam dan Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah
Gumanti, Solok, MH., 2010.
Varietas
Ongkariang
Merbabu-17
Kikondo
Granola
35 HST
46,13 a
27,53 c
18,20 d
37,87 b
Aaam
48 HST
63,20 a
48,80 b
42,40 b
52 07 b
Solok
63 HST
64,60 a
52,20 b
54,47 b
53 60 b
35 HST
23,65 ab
20,73 b
13,63 c
25,80 a
48HST
44,67 b
61,67 a
46,00 b
4900 b
63HST
48,14 b
62,43 a
47,27 b
49,30 b
Angka-angka_yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbedanyata
pada taraf nyata 5% uji DMRT.
13
Agam
Solok
.Cingkarlang
.Cinglwlang
-bu-17
M-bu-17
DKikondo
DKikondo
DGnlnolll
DGnlnolll
35
hot
48
hot
35 48 63
Hot Hot Hot
63
hot
Grafik 1. linggi VUB kentang pacta dua lokasi pengujian, Kabupaten Agam (kiri) dan
Kabupaten Solok (kanan), MH 2010.
70
60
50
40
...
/
~ Clngkllriang
41
30
20 1--
10
0
35 hst 48 hst 63 hat
-+- MertNtbu-17
Klkondo
Granola
14
IX>'a
pertumbuhan yang sama dan varietas Merbabu - 17 lebih baik (Grafik 3). Dengan
c:lemikian ter1ihat ada kemampuan tumbuh masing-masing varietas kentang untuk masingmasing-masing lokasi. Varietas kentang Ongkariang dan Kikonclo tumbuh lebih baik di Nagari
Padang laweh Kabupaten Agam, sedangkan varietas Merbabu- 17 tumbuh baik di Nagari
Alahan Panjang Kabupaten Solok.
80
..==!.
60
40
20
,_
~/
0
35 Hat 48 Hat 63 Hat
--+- Clngkarlang
-
Merbabu-17
Klkondo
Granola
diuf
berbedanyata pada taraf nyata 5% uji DMRT (Foto 3 dan 4), varietas Granola dan
Ongkariang terinfeksi dengan intensitas kerusakan masing-masingnya 68% dan 72,00%
lebih tinggi dari intensitas penyakit lanas pada varietas Kikondo dan Merbabu-17, yaitu
44,67% dan 20,00% di Nagari Padang Laweh, Agam. Di Nagari Alahan Panjang, Kabupaten
Solok, intensitas penyakit lanas yang tertinggi ditemukan juga pada varietas Ongkariang,
yaitu 44,07% dan diikuti oleh varietas Granola, yaitu 34,07%, varietas Kikondo, yaitu 21,48%
serta varietas Merbabu-17, yaitu 3,70% terendah dari varietas lain (Tabel 2). Menurut
Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofannaka,(2007) kentang varietas Granola agak
peka terhadap penyakit busuk daun Phytopht:hora infestans . Perkembangan jamur dan
kemampuan patogenisitas P. Infestans meningkat pada musim hujan dan kelembaban tinggi
(Semangun, 1991). Dengan tingginya curah hujan serta tingginya frekuensi hari hujan akhirakhir ini menyebabkan kelembaban udara meningkat yang mendukung perkembanagan dan
patogenisitas jamur P. Infestans.
15
Tabel 2. Intertsitas penyakit lanas (Phytophthora infestanS) yang menginfeksi VUB kentang di
dua lokasi pengujian, Kabupaten Agam dan Solak, MH 2010.
Varietas
Ac~am
Solok
48HST
63HST
48HST
Ongkariang
34,81 b
94,08 a
44,07 a
Merbabu-17
2,22 d
37,78 c
3,70 c
Kikondo
14,82 c
52,59 b
21,48 b
Granola
42,00 a
92,59 a
38,52 a
..
Angka-angka yang dukuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang
pada taraf nyata 5% uji DMRT.
63HST
53,54 a
10,78 c
26,60 b
47 35a
sama tidak berbedanyata
P.
Ongkariao;~ .
Sesuai dengan tingkat ketahanannya bahwa kentang varietas Granola termasuk varietas
kentang yang peka terhadap penyakit layu bakteri P. so/anacearum (Direktorat Bu<fldaya
Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2007).
Varietas
Agam
Solok
63 HST
48HST
48HST
1,52 b
0
Cingkariang
0
1,00 b
0
Merbabu-17
0
1,00 b
0
Kikondo
0
0
216a
Granola
0
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang
pada taraf nyata 5% uji DMRT.
63 HST
1,54 b
1,67 b
1,00 b
282 a
sama tidak berbedanyata
4. Berat umbi
Berat umbi kentang per rumpun dari empat varietas yang diuji terlihat bervariasi di dua
lokasi pengujian (Tabel 3.). Dari hasil analisis statistik berat umbi per rumpun dan per
hektar dari empat varietas kentang yang diuji temyata tidak berbedanyata, namun demikian
16
dari hasil berat umbi yang diperoleh secara angka-angka ter1ihat kentang varietas Merbabu17 mampu memberikan hasil 20,37 t/ha eli Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah
Gumanti, Kabupaten Solak, sedangkan varietas Granola yang selama ini ditanam petani di
Alahan Panjang hanya memberikan hasil berat umbi 17,38 t/ha.
Tabel 4. Berat umbi per rumpun dan per hektar dari empat VUB kentang di dua lokasi
pengujian, Kabupaten Agam dan Solok, MH 2010.
Varietas
A{lam
Solok
Per rumpun
Per hektar
Per rumpun
Per hektar
(g/rmp)
(t/ha)
(g/rmp)
(t/ha)_
Cingkariang
376,33 b
11,29 b
557,22 a
16,72 a
Merbabu-17
675,33 a
20,26a
678,89 a
20,37 a
Kikondo
124,33 c
7,30 c
440,00 a
13,20 a
Granola
463 33 b
13,90 b
579.44a
17,38
a
..
Angka-angka yang dnkuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbedanyata
pada taraf nyata 5% uji DMRT.
II. Komoditas Cabe
oa
itle 3.).
Tabel 5. Tinggi tanaman (em) dari enam varietas cabe keriting di dua lokasi pengujan,
Ka bupaten A\gam dan Sol0 k MH 2010
A{lam
Solok
Varietas
75 HST
61 HST
48HST
61 HST
Lembang-1
24,60 a
30,40 a
8,02 a
13,00 a
25,75 a
31,75 a
11,38 a
Bukittinggi
13,90 a
Kopay
24,95 a
33,10 a
11,26 a
14,23 a
Batusangkar
12,68 a
27,00 a
33,40 a
15,21 a
Kawek
26,30 a
34,20 a
8,50 a
12,07 a
Alahan Panjang 26,65 a
800a
13,18 a
3405 a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbedanyata
pada taraf nyata 5% uji DMRT
Tanaman cabe di Padang laweh Kabupaten Agam samj)ai umur 75 hari setelah tanam
kelihatannya hampir sama pola pertumbuhannya, sedangkan di Alahan Panjang, Kabupaten
Solak ter1ihat pola pertumbuhan tanaman cabe sedikit berbeda. Varietas cabe Batusangkar,
Kopay, Alahan Panjang dan Kawek sedikit lebih baik dari varietas lainnya (Grafik 4.).
17
C)
35
i~
i25
16
14
~
~
--+-~
--- ~
QJcillircD
~a>
j
- -l'lrjrg
g15
-+--
--o-- l&TtJro-1
c
1=10
61HBI
75HBI
!12 r---
w/
i10
8
/.
~
-+-ll!Uir(la"
-- 9Jolli"Q'j
~
........... Al!hrlRrjlrg
!: 6
-+- l..sll:a"g-1
~ 4
-+- l(av8(
0
41HBI
61HBI
Grafik 4. Pertumbuhan enam varietas cabe pada umur 48 dan 61 hari setelah tanam di
Alahan Panjang, Kabupaten Solok (kanan) dan umur 61 dan 75 hari setelah tanam
di Padang Laweh, Kabupaten Agam (kiri), MH 2010
18
B. Saran
Kentang varietas Merbabu-17 dapat ditanam pada daerah ketinggian > 1000
permukaan laut dan mampu tumbuh baik, tahan penyakit lanas dan bakteri layu serta
menghasilkan umbi
19
Badan Pusat Statistik Sumatera Barat. 2006. Sumatera Barat dalam Angka. 2005.
Kerjasama Badan perencanaan pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi
Sumatera Barat dengan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.
Badan Pusat Statistik Sumatera Barat. 2007. Sumatera Barat dalam Angka. 2006.
Kerjasama Badan perencanaan pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi
Sumatera Barat dengan Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.
BPSBTPH Sumatera Barat. 2007. Varietas unggul cabai Keriting Bukittinggi. Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera
Barat
Puslitbanghorti. 2006. Katalog Teknologi Unggulan Hortikultura. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Hortikultura. Departemen Pertanian.
Pusat
Perlindungan
Varietas
Tanaman.
http://ppvt.setien.deptan.go.id
Berita
Resmi
PPVT
2009.
Nurdin, F., K. Zen, dan Yulimasni. 1997. Serangan hama lalat korok daun "hama baru"
pada tanaman sayuran di Alahan Panjang Sumatera Barat Seminar Tantangan
Entomologi Abad XXI. Bogor, 8 Januari 1997. 6 him.
Semangun H. 1991. Penyakit-penyakit tanaman hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada
University Press. 850 hal.
Setiawati,w., R. Murtiningsih, G.A. Sopha, T. Handayani. 2007 Petunjuk Teknis Budidaya
Tanaman Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Rusli. 2002. Inventarisasi penggunaan pestisida oleh petani kubis di Kecamatan Lembah
Gumanti, Kabupaten Solok. Jumal Stigma Vol X (4): 344- 346.
20
Lampiran 1:
Foto 1. Penaburan pupuk dasar (kiri) dan penutupannya (kanan) untuk penanaman
kentang
21
Foto 3. Penampilan kentang varitas Merbabu-17 (kiri) dan varietas Kikondo (kanan) di Alahan
Panjang~ MH 2010
Foto 4. Penampilan kentang varitas Cingkariang ( kiri) dan varietas Granola (kanan) di Alahan
Panjang, MH 2010
22
CINGKARIANG
ClNGKARIANG
KIKONOO
KlKONDO
MERBABU 17
23
GRANOLA
Foto 9. Keadaan pertumbuhan tanaman cabe di Padang Laweh, Agam dan Alahan
Panjang, Solok, MH 2010
24
Lampiran 2.
Asal
Klon
: Hitam Batang
Umur
llnggi Tanaman
:70-80 em
: Segi empat
Bentuk daun
: Oval
: Meruncing
Bentuk umbi
: Oval bergelombang
: Ber1<erut
Mata umbi
: Dalam
Permukaan umbi
: Halus
Warna batang
: Hijau
: Ungu kehitaman
Warna daun
: Hijau tua
: Hijau
: Kuning
Warna putik
: Putih
: Kuning
: Kuning
Hasil rata-rata/ ha
: 12 - 15 ton/ha
Kualitas umbi
: Baik
Kandungan karbohidrat
: 12,11%
( Rolstonia solanacearum)
-
25
Keterangan
26
Klon
:Granola
Umur
: lD0-115 hari
Tinggi tanaman
: Segi lima
Bentukdaun
:Oval
Bentuk umbi
:Oval
Sayap batang
:Rata
: Berkerut
Mata umbi
: Dangkal
Permukaan umbi
: Halus
Wama batang
: Hijau
Wama daun
: Hijau
: Hijau muda
Wama benangsari
Wama putik
: Putih
: Kuning - putih
: Kuning
: 2-5 buah
Hasil rata-rata/ha
: 26,5 ton
Kandungan karbohidrat
: 12%
Kandungan vitamin C
Keterangan
Pemulia
27
: IP 81001 - x MF - 1
Klon
: BPH- 17
Umur
: 90 - 120 hari
Tinggi tanaman
Warna batang
: Hijau
Warna daun
: Hijau tua
Pembungaan
: Banyak
Warna bunga
: Putih keunguan
: Kuning-
Mata umbi
: Dangkal
Bentuk umbi
:Oblong
Kandungan karbohidrat
: 13,145%
:0,078%
Kandungan vitamin C
Potensi hasil/ha
: 24ton
Keunggulan
Peneliti/pengusul
28