Latar Belakang
Kacang buncis mempunyai potensi penting dalam rangka pemenuhan gizi,
perolehan devisa, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan perbaikan
pendapatan petani. Dengan demikian, usaha tani sayuran mempunyai peluang dan
prospek yang baik untuk dikembangkan (Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, 2002). Kacang buncis merupakan penghasil sumber protein nabati dan
dalam 100 g buncis segar mengandung 32 kalori, 2.40 protein, 0.20 g lemak, 7.10
g karbohidrat, dan bahan lain seperti fosfor dan beberapa macam vitamin
(Sumartini, 1998) dan banyak mengandung lysine dan trytophane (Ashari, 1995),
zat -sitosterol, dan stigmasterol untuk mengobati penyakit diabetes mellitus
(Rockman, 2008) serta mudah dikembangkan budidayanya (Bangun dkk., 2001)
sehingga dapat menambah pendapatan petani dan perluasan kesempatan kerja
(Rukmana, 1994).
Sumatera Utara merupakan salah satu sentra produksi sayuran di
Indonesia, terutama sayuran buncis yang berorientasi ekspor dan sekitar 95%
dihasilkan dari lahan kering dataran tinggi (Nainggolan, 2001). Produksi sayuran
buncis tersebut dari tahun ke tahun terus meningkat sebesar 45.643 ton/tahun
(Bangun dkk., 2001). Permintaan ini terus meningkat sejalan dengan peningkatan
jumlah penduduk dan kebutuhan akan sayuran bergizi tinggi.
daun lebih besar dari pada air diserap, sehingga peranan mekanisme hara kalium
diharapkan membantu proses pemulihan stress tersebut.
Rumusan Masalah
Produktivitas sayuran kacang buncis di tingkat petani maupun secara
nasional masih rendah 45.643 ton/tahun. Faktor pembatas tidak maksimalnya
pertumbuhan dan produksi kacang buncis dapat dieliminir seminimal mungkin
dengan berbagai modifikasi kultur teknis dan mengupayakan kesesuaian
persyaratan tumbuhnya serta pengelolaan hara K.
Secara agronomis budidaya kacang buncis lebih banyak diusahakan di
dataran tinggi sampai dataran medium, namun tidak tertutup kemungkinan bahwa
sayuran kacang buncis masih dapat dibudidayakan di dataran rendah. Upaya
meningkatkan produksi kacang buncis pada dataran rendah ini dapat melalui
pencarian varieras yang adaptif dan pengelolaan hara K. Beberapa genotipe
kacang buncis yang digunakan bisa jadi masih mampu tumbuh dan berproduksi di
dataran rendah, sehingga terobosan ini perlu dilakukan guna memenuhi
pencapaian perluasan areal dan peningkatan hasil.
Varietas berbeda penampilan morfofisiologinya yang juga mengakibatkan
perbedaan respons terhadap lingkungan tumbuhnya. Masing-masing varietas
memiliki penampilan morfofisiologi yang berbeda, hal ini juga yang
mengakibatkan perbedaan tanggapnya terhadap lingkungan tumbuhnya.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan produksi beberapa varietas
kacang buncis dataran tinggi pada dataran rendah.
2. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kalium terhadap pertumbuhan
dan produksi kacang buncis.
3. Untuk mengetahui tingkat kebutuhan pupuk kalium dalam meningkatkan
produksi kacang buncis di dataran rendah.
Hipotesis Penelitian
1. Ada perbedaan karakteristik dan respon pertumbuhan maupun produksi antara
varietas-varietas kacang buncis dataran tinggi di dataran rendah.
2. Aplikasi kalium memberikan respon yang berbeda terhadap pertumbuhan dan
produksi beberapa varietas kacang buncis.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna sebagai bahan informasi untuk mengkaji
pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kacang buncis yang ditanam pada
dataran rendah serta penentuan kebutuhan pupuk kalium yang paling sesuai
dengan kondisi tanah Ultisol lahan BPP Dinas Pertanian Kota Medan Desa
Selambo Amplas di Kecamatan Medan Denai.
Untuk memperluas wawasan ilmu pengetahuan penulis maupun kalangan
peneliti lainnya yang berhubungan dengan karakteristik pertumbuhan dan hasil
beberapa kacang buncis serta kebutuhan pupuk kalium yang efisien dan efektif
dan manajemen pengelolaan hara.
Sebagai bahan penulisan tesis dan merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh Magister Pertanian di Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera
Utara Medan.