Laporan PPB 1 FJR
Laporan PPB 1 FJR
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Benih sebagai salah satu bahan dasar dalam budidaya tanaman
memegang peranan yang sangat penting baik dalam memperbanyak
tanaman maupun dalam mendapatkan produk hasil tanamannya. Benih
sebagai komoditi perdagangan dan sebagai unsur baku yang mempunyai
peranan penting dalam produksi pertanian. Benih bermutu dengan kualitas
yang tinggi selalu diharapkan oleh petani. Oleh karena itu, benih harus
selalu dijaga kualitasnya sejak diproduksi oleh produsen benih, dipasarkan
hingga sampai di tangan petani untuk proses penanaman.
Pengolahan benih atau prosesing dan penyimpanan suatu kegiatan di
antara kegiatan lainnya dalam teknologi benih memiliki arti yang sangat
penting. tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk menjamin
persediaan benih yang bermutu bagi suatu program penanaman bila
diperlukan.
Jika
waktu
penyemaian
dilaksanakan
segera
setelah
kelembaban udara dapat dijaga maka mutu benih dapat terjaga. Untuk itu
perlu runag khusus untuk penyimpanan benih (Fuat 2011).
Benih orthodox tahan terhadap pengeringan dan suhu penyimpanan yang
rendah, yaitu pada suhu 0 5o C dengan kadar air benih 57%. Dalam kondisi
penyimpanan yang optimal, benih yang orthodox akan mampu disimpan
sampai beberapa tahun. Pada saat masak, kadar air benih pada kebanyakan
benih orthodox sekitar 610%. Benih orthodox banyak ditemukan pada zona
arid, semi arid dan pada daerah dengan iklim basah, di samping itu juga ada
yang ditemukan pada zona tropis dataran tinggi. Benih recalsitrant
didefinisikan sebagai benih yang tidak tahan terhadap pengeringan dan suhu
penyimpanan yang rendah, kecuali untuk beberapa species temperate
recalcitrant (Schmidt, 2000).
Secara praktis, benih ortodoks dapat disimpan pada suhu kamar (28oC)
atau ruang sejuk (12oC), bergantung pada lama penyimpanan dan kadar air
benih yang akan disimpan. Apabila daya berkecambah benih dipertahankan
diatas 80% (sesuai standar daya berkecambah), maka kadar air benih harus
12% (dapat dicapai melalui pengeringan dengan sinar matahari pada musim
kemarau) agar daya berkecambah benih masih dapat dipertahankan sampai 10
bulan penyimpanan pada suhu kamar (28oC). Kalau kadar air benih dapat
diturunkan hingga 10%, daya berkecambah benih dapatdipertahankan sampai
14 bulan, dan lebih dari 14 bulan kalau kadar air benih pada saat disimpan 8%.
Daya berkecambah benih setelah penyimpanan 14 bulan masih tinggi (89,3%).
Di lain pihak, pada kadar air 14%, benih hanya tahan disimpan selama delapan
bulan, dan pada kadarair 16% hanya tahan disimpan sampai empat bulan
(Azrai dkk, 2003)
Proses pengeringan merupakan salah satu proses yang dapat
mempengaruhi kualitas benih yang dihasilkan. Prinsip pengeringan merupakan
proses penurunan kadar air calon benih sampai nilai yang dikehendaki
sehingga diperoleh benih yang dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup
lama. Benih padi lebih tahan simpan, salah satu penyebabnya yaitu kulit biji
yang dilindungi oleh perikarp, testa serta kulit biji yang keras berupa lemma
dan palea. Kadar air benih padi yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari
13 % (Saenong et al. 2009).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum acara Prosesing dan Penyimpanan Benih dilaksanakan
pada hari Kamis tanggal 15 Oktober 2014 bertempat di Laboratorium
Ekologi Manajemen dan Produksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat :
1) Pisau
2) Wadah (gelas aqua)
3) Nampan
4) Petridish
5) Kertas buram
6) Seed moisture tester.
b. Bahan :
1) Biji jagung 15 biji
2) Biji jeruk 15 biji
3) Abu dapur
3. Cara Kerja
a. Prosesing benih
1) Memisahkan antara biji dengan buah, malai/tongkol dengan cara
membelah buah, mengupas, memipil, dan lain sebagainya.
2) Menghilangkan pulp yang menempel pada biji.
b. Penyimpanan Benih
1) Mengukur kadar air benih sebelum dan sesudah dilakukan
penyimpanan.
2) Menyimpan benih ortodoks pada kertas yang dibungkus, disimpan di
tempat yang kering selama 1 bulan.
3) Menghitung daya kecambah sebelum dan sesudah penyimpanan,
serta mengamati kapan saat muncul tunas.
4) Menyimpan benih rekalsitran pada wadah yang berisi abu dapur
selama 1 bulan.
5) Menghitung daya kecambah sebelum dan sesudah penyimpanan,
serta mengamati kapan saat muncul tunas.
2.
Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Prosesing dan Penyimpanan Benih Jagung
(Zea mays) dan Benih Jeruk (Citrus sp.)
Kadar
Jumlah
Kondisi KK DK
Benih Perlakuan Penyimpanan
Air
Biji
benih (%) (%)
Benih
Kertas
Sebelum
5
33
Baik
80 100
Jagung
Sesudah
5
11,06
Baik
100 100
(Zea
Curah
Sebelum
5
33
Baik
80 100
mays)
Sesudah
5
11,5
Baik
0
0
Abu
Sebelum
5
30,9
Baik
0
0
dapur
Jeruk
Sesudah
5
10,8
Buruk
0
0
(Citru
s sp.)
Curah
Sebelum
5
30,9
Baik
0
0
Sesudah
5
10,1
Buruk
0
0
Sumber: Laporan Sementara
Pembahasan
Prosesing benih setelah panen meliputi pengumpulan benih,
pembersihan, pengeringan, sortasi, grading dan kegiatan-kegiatan khusus
lainnya (Sutopo 2002). Prosesing benih saat praktikum menggunakan
benih jagung dan benih jeruk. Benih jagung cara prosesingnya dilakukan
dengan memisahkan biji jagung dari tongkolnya (memipil). Sedangkan
benih jeruk dilakukan proses ekstraksi dengan cara memisahkan benih
dari pulp buah jeruk. Setelah dilakukan prosesesing benih kemudian
benih disimpan, penyimpanan benih tergantung pada jenis benih menurut
kadar airnya. Kadar air benih merupakan salah satu faktor yang sangat
rendah
dan
benih
rekalsitran
yang
membutuhkan
waktu
penanaman
tiba.
Penyimpanan
benih
ini
dapat
menggunakan serbuk gergaji atau serbuk arang/ arang sekam seperti yang
dilakukan dalalm praktikum kali ini. Sebaliknya, benih-benih ortodok
membutuhkan penyimpanan yang kadar airnya harus dipertahankan
untuk tetap rendah. Hal ini dilakukan karena bibit ortodok akan
berkecambah atau dimungkinkan akan terserang penyakit apabila kadar
air dan kelembaban lingkungannya tinggi (melebihi batas kelembaban
untuk penyimpanan).
Penyimpanan pada saat praktikum, benih jagung merupakan
benih ortodok disimpan dalam 2 perlakuan yang berbeda yaitu
penyimpanan dengan sistem curah dan dalam kertas buram. Sedangkan
benih jeruk merupakan benih rekalsistran yang disimpan dalam abu
dapur dan kertas buram. Manfaat prosesing dan penyimpanan benih
adalah menjamin persediaan benih yang bermutu bagi suatu program
penanaman bila diperlukan. Jika waktu penyemaian dilaksanakan segera
setelah pengumpulan benih maka benih dapat langsung digunakan di
persemaian sehingga penyimpanan tidak diperlukan. Akan tetapi kasus
semacam ini sangat jarang terjadi, hal ini disebabkan karena pada daerah
dengan iklim musim yang memiliki musim penanaman pendek sangat
tidak memungkinkan untuk langsung menyemai benih, sehingga benih
perlu disimpan untuk menunggu saat yang tepat untuk disemai
(Schmidt 2000).
Pada
perlakuan
curah
sebelum
penyimpanan
dipanen,
yaitu
pengumpulan
benih,
pembersihan,
10
f.
2.
semua.
Berdasarkan hasil pengamatan tidak terdapat pengaruh antara
DAFTAR PUSTAKA
Dina et al. 2006. Pengujian vigor benih : Telaah prospek penerapannya di
Indonesia. Vigor. J. Informasi Pengembangan Mutu Benih 4(4):14.
Fuat. 2011. Penyimpanan dan Dormansi Benih. http://marufah.blog.uns.ac.id.
Diakses pada tanggal 13 Oktober 2013.
Kuswanto H 2003. Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan Benih.
Kanisius. Yogyakarta.
Lesilolo M K, J Patty dan N Tetty 2012. Penggunaan Desikan Abu dan Lama
Simpan terhadap Kualitas Benih Jagung (Zea mays L.) pada
Penyimpanan Ruang Terbuka. Jurnal Ilmu Budidaya Tanaman Agrologia
1 (1): 51-59.
Purwanti, Setyastuti. 2004. Kajian Suhu Ruang Terhadap Kualitas Benih Kedelai
Hitam dan Kedelai Kuning. Jurnal Ilmu Pertanian 11 (1): 22-31.
Saenong, S Syahfrudin, N Widiyati dan R Arief 2009. Penetapan cara pendugaan
daya simpan benih Padi. Teknologi unggulan pemacu pembangunan
pertanian. Vol. 2. No 29-29. Januari 2009.
Saenong, S.Syahfrudin, N. Widiyati dan R. Arief 2009. Penetapan cara
pendugaan daya simpan benih Padi. Teknologi unggulan pemacu
pembangunan pertanian. Vol. 2. No 29-29. Januari 2009.
Sopandai, Wawan 2013. Pengaruh
http://oneanomali.blogspot.com/.
2013.