MAKALAH Metabolisme Sekunder SBOA
MAKALAH Metabolisme Sekunder SBOA
METABOLISME SEKUNDER
Disusun oleh:
Nama : Atika Kusuma P.
Dicky Endrianto S.
(H3511006)
(H3511007)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah metabolisme sekunder ini. Penulisan makalah metabolisme sekunder ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Standardisasi Bahan Obat Alam.
Dalam pelaksanaan
ini, penulis
banyak
mendapatkan bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini,
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada
1. Dosen Pengampu mata kuliah Standardisasi Bahan Obat Alam.
2. Orangtua kami yang selalu memberikan dukungan dan doanya.
3. Teman-teman serta semua pihak yang telah membantu, baik dalam pelaksanaan
maupun penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa manusia diciptakan pasti ada kekurangan,
demikian pula dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
I. PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Metabolisme sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi
pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbedabeda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya
menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan
mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu
spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi
hanya pada saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu.
Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari
kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasi
hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal. Singkatnya,
metabolit
sekunder
digunakan
organisme
untuk
berinteraksi
dengan
lingkungannya.
Sejak jaman prasejarah manusia telah memanfaatkan ekstrak tanaman
untuk mengobati dan membunuh. Banyak cerita rakyat yang mengisahkan
pemanfaatan ekstrak tanaman untuk penyembuhan berbagai penyakit. Contohcontoh penggunaannya sebagai bahan yang dapat mematikan adalah mulai dari
kacang calabar dan tanaman yang bernama hemlock sebagai racun yang
digunakan untuk menghukum mati sampai curare, racun anak panah yang
digunakan oleh penduduk asli di Amerika Selatan untuk berburu. Pada jaman
modern senyawa organik yang diisolasi dari kultur mikrorganisme, seperti
halnya dari tanaman, telah banyak digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit (misalnya antibiotika penisilin dan tetrasiklin).
Senyawa-senyawa organik yang berasal dari sumber-sumber alami ini
menyusun suatu kelompok besar yang disebut produk-produk alami (natural
products),
atau
yang
lebih
dikenal
sebagai
metabolit
sekunder.
metabolit
sekunder
memanfaatkan
senyawa
tersebut
untuk
II. PEMBAHASAN
Senyawa metabolit sekunder merupakan sumber bahan kimia yang tidak
akan pernah habis, sebagai sumber inovasi dalam penemuan dan pengembangan
obat-obat baru ataupun untuk menunjang berbagai kepentingan industri. Hal ini
terkait dengan keberadaannya di alam yang tidak terbatas jumlahnya. Sejalan
dengan hal itu dan diikuti oleh keberadaan organisme yang juga tidak terbatas
jumlahnya, maka topik penelitian bahan alam juga tidak akan pernah habis. Ini
didukung pula oleh fakta bahwa di muka bumi ini terdapat kurang lebih 250.000
jenis tumbuhan tingkat tinggi, akan tetapi tidak lebih dari 0,4% dari jumlah
tumbuhan tersebut telah diselidiki oleh peneliti untuk berbagai kepentingan.
Sebagian besar dari penelitian itupun masih sangat dangkal sifatnya atau belum
menyeluruh, lagi pula terbatas pada tumbuhan yang terdapat di daerah beriklim
sedang. Dari 250.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi seperti dikemukan di atas
54% diantaranya terdapat di hutan-hutan tropika dan Indonesia dengan hutan
tropikanya yang mengandung lebih dari 30.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi
sangat berpotensial untuk diteliti dan dikembangkan oleh para peneliti Indonesia.
Penelitian bahan alam biasanya dimulai dari ekstraksi, isolasi dengan
metode kromatografi sehingga diperoleh senyawa murni, identifikasi unsur dari
senyawa murni yang diperoleh dengan metode spektroskopi, dilanjutkan dengan
uji aktivitas biologi baik dari senyawa murni ataupun ekstrak kasar. Setelah
diketahui struktur molekulnya biasanya dilanjutkan dengan modifikasi struktur
untuk mendapatkan senyawa dengan aktivitas dan kestabilan yang diinginkan.
Disamping itu dengan kemajuan bidang bioteknologi, dapat juga dilakukan
peningkatan kualitas tumbuhan atau organisme melalui kultur jaringan atau
pembentukan
menjadi
tumbuhan
transgenik
yang
tentunya
juga
akan
(shikimic acid). Ini merupakan titik awal elaborasi metabolit sekunder yang
mengarah ke klasifikasi serta bahasannya sebagai kelompok-kelompok yang
bersifat diskrit.
Senyawa metabolit sekunder diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama,
yaitu:
1.
2.
Fenolik (Senyawa ini terbuat dari gula sederhana dan memiliki cincin benzena,
hidrogen, dan oksigen dalam struktur kimianya). Contohnya asam fenolat,
kumarina, lignin, flavonoid, dan tanin.
3.
kimianya,
menjadi
falvonol,
flavon,
flavanon,
isoflavon,
anthocyanidin, dan khalkon. Saat ini lebih dari 6.000 senyawa yang berbeda
masuk ke dalam golongan flavonoid. Menurut perkiraan 2% dari seluruh
karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan atau + 1x 10 9 ton/tahun karbon
diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya.
Kebanyakan flavonoid terdapat dalam buah, sayuran, dan minuman (teh, kopi,
bir, anggur, dan minumam buah). Di alam, senyawa fenolik kerap dijumpai
terikat pada protein, alkaloid, dan terdapat di antara terpenoid. Flavonoid
mengacu pada hasil metabolit sekunder dari tumbuhan yang mempunyai
struktur phenylbenzopyrone, biasa dikenal dari aktivitas antioksidannya.
Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar
yang ditemukan dialam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah,
ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemuykan dalam tumbuhtumbuhan. Flavonoida mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15
atom karbon, dimana dua cincin benzen (C 6) terikat pada suatu rantaipropana
(C3) sehingga membentuk suatu susnan C6 C3 C6. Susunan ini dapat
menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoida. Contoh senyawa
flavonoida, diantaranya isoflavonoida.
citrin, dan merupakan pigmen yang diproduksi oleh sejumlah tanaman sebagai
warna pada bunga yang dihasilkan.
Spektrum IR yang direkam pada spektrometer IR-470 Shimadzu. 1H dan
13C-NMR spektra tercatat sebesar 300 dan 75 MHz, masing-masing, pada
instrumen AM Bruker 300 dan TMS digunakan sebagai internal. Standar 1H
dan 13C - NMR spektrum diperoleh dalam campuran CDCl3 dan CD3OD
sebagai pelarut.
Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam
tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada
bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap
pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui, mungkin
sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, atau merupakan waste product dari
metabolisme tumbuh-tumbuhan. Kemungkinan lain adalah sebagai pelindung
terhadap serangan serangga.
Sifat-sifat saponin adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
E. Golongan Alkoloid
F. Golongan Steroid
Steroid terdiri atas beberapa kelompok senyawa dan penegelompokan ini
didasarkan pada efek fisiologis yang diberikan oleh masing-masing senyawa.
Kelompok-kelompok itu adalah sterol, asam- asam empedu, hormon seks,
hormon adrenokortikoid, aglikon kardiak dan sapogenin. Ditinjau dari segi
struktur molekul, perbedaan antara berbagai kelompok steroid ini ditentukan
oleh jenis substituen R1, R2, R3 yang terikat pada kerangka dasar karbon.
sedangkan perbedaan antara senyawa yang satu dengan yang lain pada suatu
kelompok tertentu ditentukan oleh panjang rantai karbon R1, gugus fungsi yang
terdapat pada substituen R1, R2, R3, jumlah serta posisi gugus fungsi oksigen
dan ikatan rangkap dan konfigurasi dari pusat-pusat asimetris pada kerangka
dasar karbon tersebut.
Percobaan-percobaan biogenetik menunjukkan bahwa steroid yang
terdapat dialam berasal dari triterpenoid. Steroid yang terdapat dalam jaringan
hewan beasal dari triterpenoid lanosterol sedangkan yang terdapat dalam
jaringan tumbuhan berasal dari triterpenoid sikloartenol setelah triterpenoid ini
mengalami serentetan perubahan tertentu. tahap- tahap awal dari biosintesa
steroid adalah sama bagi semua steroid alam yaitu pengubahan asam asetat
melalui asam mevalonat dan skualen (suatu triterpenoid) menjadi lanosterol
dan sikloartenol.
Struktur umum senyawa steroid:
G. Golongan Tanin
Tanin merupakan suatu substansi yang banyak dan tersebar, sehingga
sering ditemukan dalam tanaman. Tanin diketahui mempunyai beberapa
khasiat, yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan antioksidan. Istilah
tanin sendiri berasal dari bahasa Perancis, yaitu tanning. Pada mulanya
senyawa tannin lebih dikenal sebagai tanning substance dalam proses
penyamakan kulit hewan untuk dibuat sebagai kerajinan tangan.
Pada umumnya tanin merupakan senyawa polifenol yang memiliki berat
molekul (BM) yang cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk
Tanin Terhidrolisis
Tanin terhidrolisis biasanya berikatan dengan karbohidrat yang dapat
membentuk jembatan oksigen, sehingga dapat
dihidrolisis dengan
Sorghum
Contoh Katekol : Asam kirotamat (pada kina) dan asam katekotanat (pada
gambir).
b. Pirogalatanin (pirogalol)
Berwarna biru dengan FeCl3 dengan 3 gugus fenol. Memiliki sifatsifat sebagai berikut:
Apabila dipanaskan akan terurai menjadi pirogalol.
Apabila dididihkan dengan HCl akan dihasilkan Asam gallat dan Asam
ellag.
Apabila ditambahkan dengan FeCl3 akan berwarna biru.
Apabila ditambahkan brom tidak akan terbentuk endapan.
Contoh Pirogalatanin : Gallotanin (pada gallae) dan Ellagitanin (pada
Granati cortex)
Sifat-sifat Tanin
Untuk membedakan tanin dengan senyawa metabolit sekunder lainnya,
dapat dilihat dari sifat-sifat dari tanin itu sendiri. Sifat-sifat tanin, antara lain :
1. Sifat Fisika.
Sifat fisika dari tanin adalah sebagai berikut :
Apabila dilarutkan ke dalam air, tanin akan membentuk koloid dan akan
memiliki rasa asam dan sepat.
Apabila dicampur dengan alkaloid dan glatin, maka akan terbentuk
endapan.
Tanin tidak dapat mengkristal.
Tanin dapat mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa
dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
2. Sifat Kimia
Sifat kimia dari tanin adalah sebagai berikut :
Tanin merupakan senyawa kompleks yang memiliki bentuk campuran
polifenol yang Sulit untuk dipisahkan sehingga sulit membetuk kristal.
Tanin dapat diidentifikasi dengan menggunakan kromotografi Senyawa
fenol yang ada pada tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan
pemberi warna.
3. Sifat sebagai pengkhelat logam.
Fenol yang ada pada tanin, secara biologis dapat berguna sebagai
khelat logam. Mekanisme atau proses pengkhelatan akan terjadi sesuai
dengan pola subtitusi dan pH senyawa fenol itu sendiri. Hal ini biasanya
terjadi pada tanin terhidrolisis, sehingga memiliki kemampuan untuk
menjadi pengkhelat logam.
Khelat yang dihasilkan dari tanin ini dapat memiliki daya khelat yang
kuat dan dapat membuat khlelat logam menjadi lebih stabil dan aman di
dalam tubuh. Namun, dalam mengkonsumsi tanin harus sesuai dengan
kadarnya, karena apabila terlalu sedikit (kadarnya rendah) tidak akan
memberikan efek, namun apabila mengkonsumsi terlalu banyak (kadar
tinggi) dapat mengakibatkan anemia karena zat besi yang ada dalam darah
akan dikhelat oleh senyawa tanin tersebut.
Manfaat Tanin
Sebagai senyawa metabolit sekunder, tanin memiliki banyak manfaat
dan kegunaan. Manfaat dan kegunaan tanin adalah sebagai berikut :
1. Sebagai anti hama untuk mencegah serangga dan fungi pada tanaman.
2. Sebagai pelindung tanaman ketika masa pertumbuhan dari bagian
tertentu tanaman, misalnya pada bagian buah, saat masih muda akan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Struktur Tanin
Struktur Tanin
H. Golongan Kumarin
Kumarin merupakan senyawa atsiri yang terbentuk terutama dari turunan
glukosa nonatsiri saat penuaan atau pelukaan. Hal ini penting terutama ada
tumbuhan alfalfa dan semanggi manis di mana kumarin menyebabkan
timbulnya aroma yang khas sesaat setelah kedua tumbuhan itu dibabat. Para
peneliti telah mengembangkan aglur semanggi tertentu yang mengandung
sedikit kumarin dan strain lainnya yang mengandung kumarin dalam bentuk
terikat. Semua galur itu secara ekonomi sangat penting karena kumarin bebas
dapat berubah menjadi produk yang beracun, dikumarol, jika semanggi rusak
selama penyimpanan. Dikumarol adalah senyawa antipenggumpalan yang
menyebabkan penyakit semanggi manis (penyakit perdarahan) pada hewan
ruminansia (pemamah biak seperti sapi) yang memakan tumbuhan yang
mengandung dikumarol.
Kumarin merupakan metabolit turunan sikimat yang terbentuk ketika
fenil alanin dideaminasi dan dihiroksilasi menjadi asam trans-hidroksisinamat.
Ikatan rangkap asam ini segera dikonversi menjadi bentuk cis melalui
isomerisasi yang dikatalisasi oleh cahaya, menghasilkan pembentukan senyawa
yang mempunyai gugus fenol dan asam yang berdekatan. Gugus-gugus ini
kemudian bereaksi secara intramolekuler untuk membentuk lakton dan inti
kumarin basa, dicirikan oleh senyawa kumarin itu sendiri, berperan dalam
memberikan aroma jerami yang segar. Kebanyakan senyawa kumarin
dioksigenasi pada posisi C, yang dihasilkan dari hidroksilasi para asam sinamat
untuk membentuk asam kumarat, namun sebelumnya mengalami hidroksilasi
orto, isomerisasi dan pembentukan lakton.
Penyebaran kumarin terbatas didunia tanaman dan pernah digunakan
untuk
menggolongkan
tanaman
menurut
keberadaan
senyawa
ini
diketahui
menyebabkan fototoksisitas.
Mekanisme fototoksisitas ini belum sepenuhnya dimengerti, tetapi
diketahui bahwa senyawa psoralen bersifat karsinogenik dan mutagenik akibat
terbentuknya aduksi dengan basa pirimidin DNA, seperti timin, melalui
sikloadisi . Reaksi ini dapat terjadi dengan satu (monoaduksi) atau dua
(diaduksi) basa piriidin dan mengakibatkan tautan-silang DNA.
Sediaan yang menggunakan tanaman Apiaceae dan Rutaceae yang
mengandung seyawa psoralen telah lama digunakan unuk meningkatkan
pigmentasi kulit pada penyakit vitiligo, suatu penyakit yang umum di derita di
Timur Tengah dan terjadi akibat bagian kulit yang kekurangan pigmen
melanin. Xantotoksin murni digunakan untuk mengobati vitiligo yang parah
dan psoriasis serta diberikan secara oral dalam kombinasi denagn UV-A. Hasil
pengobatan ini timbul pewarnaan dan pigmentasi pada daerah kulit yang tidak
berpigmen serta perbikan kulit psroriasis dengan cara mengurangi proliferasi
sel. Pengobatan ini bukannya tanpa resiko dan memerlukan peraturan yang
sekasama untuk mencegah kanker kulit atau pembekakan katarak. Terapi
inidisebut PUVA (psoralen + UV-A) atau terapi fotodinamik yakni suatu obat
diaktivasi dengan bantuan sinar UV.
Kumarin Merupakan kelompok senyawa fenol yang umumnya berasal
dari tumbuhan tinggi dan jarang ditemukan pada mikroorganisme, kumarin ini
mempunyai kerangka C6-C3.
Senyawa kumarin dibagi empat kelompok :
1.
2.
Furano kumarin jenis linear dan anguler, dimana terdapat subtitusi pada
posisi benzoid. Contohnya : angelicin.
3.
4.
Fungsi Kumarin
Salah satu jenis kumarin yaitu preosen yang diisolasi pada tahun 1976
dari tumbuhan Ageratum houstanianum menyebabkan metamorfosis dini pada
beberapa spesies serangga dengan turunnya tingkat hormon pemudaan
serangga sehingga menyebabkan pembentukkan feromon oleh serangga jantan
sehingga daya tarik seksual terhadap serangga betina berkurang. Dengan
kemampuan seperti itu, preosen memiliki potensi sebagai insektisida yang
berpengaruh hanya terhadap spesies sasaran.
Struktur Kumarin
III. PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
a. Metabolisme sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi
pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau
berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya.
b. Manfaat metabolisme sekunder adalah sebagian besar tanaman penghasil
senyawa metabolit sekunder memanfaatkan senyawa tersebut untuk
mempertahankan diri dan berkompetisi dengan makhluk hidup lain di
sekitarnya. Tanaman dapat menghasilkan metabolit sekunder (seperti
quinon, flavonoid, tannin,dll) yang membuat tanaman lain tidak tumbuh di
sekitarnya.
c. Senyawa metabolit sekunder diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: terpenoid,
fenolik, dan senyawa yang mengandung nitrogen.
d. Macam-macam golongan metabolit sekunder, yaitu: fenol, flafanoid,
saponin, minyak atsiri, tannin, alkaloid, steroid, dan kumarin.
e. Senyawa organik dari metabolisme primer merupakan pusatnya dan
senyawa-senyawa metabolisme sekunder merupakan cabang-cabangnya.
f. Peranan senyawa bahan alam bagi manusia tidak terlepas dari tinjauan
sejarah kajian riset kimia bahan alam itu sendiri, yang telah sejak lama
dilakukan oleh manusia.
2. Saran
Saran untuk pembaca yaitu agar pembaca terlebih dahulu memahami dan
mengerti tentang struktur rumus umum dan pembaca memahami perbedaan
metabolit sekunder dengan metabolit primer.
DAFTAR PUSTAKA
Heinrich, Michael, dkk, 2005, Farmakognosi dan Fitoterapi, Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kumarin
http://id.wikipedia.org/wiki/Metabolisme
Gunawan, Didit dan Sri Mulyani, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I,
Jakarta: Penebar Swadaya.
Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, edisi keenam, 71-72
Penerbit ITB, Bandung
Sudjadi, 2010, Kimia Farmasi Analisis, 91, 122, Pustaka Pelajar, Yogyakarta