Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

METABOLISME SEKUNDER

Disusun oleh:
Nama : Atika Kusuma P.
Dicky Endrianto S.

(H3511006)
(H3511007)

Prodi : D3 Minat Agrofarmaka

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah metabolisme sekunder ini. Penulisan makalah metabolisme sekunder ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Standardisasi Bahan Obat Alam.
Dalam pelaksanaan

penulisan hasil makalah

ini, penulis

banyak

mendapatkan bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini,
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada
1. Dosen Pengampu mata kuliah Standardisasi Bahan Obat Alam.
2. Orangtua kami yang selalu memberikan dukungan dan doanya.
3. Teman-teman serta semua pihak yang telah membantu, baik dalam pelaksanaan
maupun penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa manusia diciptakan pasti ada kekurangan,
demikian pula dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, 22 April 2013

Penulis

I. PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Metabolisme sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi
pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbedabeda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya
menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan
mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu
spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi
hanya pada saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu.
Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari
kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasi
hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal. Singkatnya,
metabolit

sekunder

digunakan

organisme

untuk

berinteraksi

dengan

lingkungannya.
Sejak jaman prasejarah manusia telah memanfaatkan ekstrak tanaman
untuk mengobati dan membunuh. Banyak cerita rakyat yang mengisahkan
pemanfaatan ekstrak tanaman untuk penyembuhan berbagai penyakit. Contohcontoh penggunaannya sebagai bahan yang dapat mematikan adalah mulai dari
kacang calabar dan tanaman yang bernama hemlock sebagai racun yang
digunakan untuk menghukum mati sampai curare, racun anak panah yang
digunakan oleh penduduk asli di Amerika Selatan untuk berburu. Pada jaman
modern senyawa organik yang diisolasi dari kultur mikrorganisme, seperti
halnya dari tanaman, telah banyak digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit (misalnya antibiotika penisilin dan tetrasiklin).
Senyawa-senyawa organik yang berasal dari sumber-sumber alami ini
menyusun suatu kelompok besar yang disebut produk-produk alami (natural
products),

atau

yang

lebih

dikenal

sebagai

metabolit

sekunder.

Pengetahuan tentang metabolisme yang sifatnya fundamental dan vital bagi


makhluk hidup telah mengantarkan ke suatu tingkat pemahaman yang
mendalam tentang proses-proses yang berkaitan.

Manfaat metabolisme sekunder adalah sebagian besar tanaman penghasil


senyawa

metabolit

sekunder

memanfaatkan

senyawa

tersebut

untuk

mempertahankan diri dan berkompetisi dengan makhluk hidup lain di


sekitarnya. Tanaman dapat menghasilkan metabolit sekunder (seperti quinon,
flavonoid, tannin,dll) yang membuat tanaman lain tidak tumbuh di sekitarnya.
Hal ini disebut alelopati. Berbagai senyawa metabolit sekunder telah digunakan
sebagai obat atau model pembuat obat baru, contonya adalah aspirin yang
dibuat berdasarkan asam salisilat yang secara alami terdapat pada tumbuhan
tertentu.
Manfaat lain dari metabolit sekunder adalah sebagai pestisida dan
insektisida, contohnya adalah rotenone dan rotenoid. Beberapa metabolit
sekunder lainnya yang telah digunakan dalam memproduksi sabun, parfum,
minyak herbal, pewarna, permen karet dan plastic alami adalah resin,
antosianin, tannin, saponin, dan minyak volatile.
B. Tujuan
Tujuan dari makalah metabolisme ini adalah untuk:
1. Dapat mengetahui arti dan manfaat dari metabolisme sekunder
2. Dapat mengetahui beberapa jenis golongan metabolit sekunder
3. Dapat mengetahui struktur dari beberapa jenis metabolit sekunder
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian metabolisme sekunder?
2. Golongan apa saja yang terdapat pada metabolit sekunder?
3. Apakah manfaat yang terdapat pada metabolit sekunder?
4. Apakah contoh-contoh dari golongan metabolit sekunder?

II. PEMBAHASAN
Senyawa metabolit sekunder merupakan sumber bahan kimia yang tidak
akan pernah habis, sebagai sumber inovasi dalam penemuan dan pengembangan

obat-obat baru ataupun untuk menunjang berbagai kepentingan industri. Hal ini
terkait dengan keberadaannya di alam yang tidak terbatas jumlahnya. Sejalan
dengan hal itu dan diikuti oleh keberadaan organisme yang juga tidak terbatas
jumlahnya, maka topik penelitian bahan alam juga tidak akan pernah habis. Ini
didukung pula oleh fakta bahwa di muka bumi ini terdapat kurang lebih 250.000
jenis tumbuhan tingkat tinggi, akan tetapi tidak lebih dari 0,4% dari jumlah
tumbuhan tersebut telah diselidiki oleh peneliti untuk berbagai kepentingan.
Sebagian besar dari penelitian itupun masih sangat dangkal sifatnya atau belum
menyeluruh, lagi pula terbatas pada tumbuhan yang terdapat di daerah beriklim
sedang. Dari 250.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi seperti dikemukan di atas
54% diantaranya terdapat di hutan-hutan tropika dan Indonesia dengan hutan
tropikanya yang mengandung lebih dari 30.000 jenis tumbuhan tingkat tinggi
sangat berpotensial untuk diteliti dan dikembangkan oleh para peneliti Indonesia.
Penelitian bahan alam biasanya dimulai dari ekstraksi, isolasi dengan
metode kromatografi sehingga diperoleh senyawa murni, identifikasi unsur dari
senyawa murni yang diperoleh dengan metode spektroskopi, dilanjutkan dengan
uji aktivitas biologi baik dari senyawa murni ataupun ekstrak kasar. Setelah
diketahui struktur molekulnya biasanya dilanjutkan dengan modifikasi struktur
untuk mendapatkan senyawa dengan aktivitas dan kestabilan yang diinginkan.
Disamping itu dengan kemajuan bidang bioteknologi, dapat juga dilakukan
peningkatan kualitas tumbuhan atau organisme melalui kultur jaringan atau
pembentukan

menjadi

tumbuhan

transgenik

yang

tentunya

juga

akan

menghasilkan berbagai jenis senyawa metabolit sekunder baru yang beraneka


ragam dan mungkin juga dengan struktur molekul yang berbeda dengan yang
ditemukan dari tumbuhan awalnya. Dengan demikian peluang penelitian dalam
bidang bahan alam adalah juga tidak terbatas.
Peranan senyawa bahan alam bagi manusia tidak terlepas dari tinjauan
sejarah kajian riset kimia bahan alam itu sendiri, yang telah sejak lama dilakukan
oleh manusia. Karl Wilhelm Schele (1742-1786) merupakan ahli kimia pertama
yang berhasil melakukan pemisahan (isolasi) senyawa kimia dari bahan alam
seperti gliserol, asam-asam oksalat, laktat, tartarat dan sitrat. Selanjutnya diikuti

Frederich W. Serturner (1783-1841) yang memisahkan morfina dari opium dan


Pelletier serta caventon yang berhasil memisahkan strihina, brusina, kuinin,
sinkonina, dan kafein lima belas tahun kemudian. Untuk pemisahan beribu-ribu
senyawa kimia yang lain dari bahan alam segera menyusul dan terus berjalan
sampai sekarang.
Senyawa-senyawa metabolit sekunder yang telah berhasil diisolasi, oleh
manusia selanjutnya didayagunakan sebagai bahan obat seperti morfin sebagai
obat nyeri, kuinin sebagai obat malaria, reserpin sebagai obat penyakit tekanan
darah tinggi dan vinkristin serta vinblastin sebagai obat kanker. Selain sebagai
bahan obat, senyawa metabolit sekunder juga didayagunakan oleh manusia untuk
menunjang kepentingan industri seperti industri kosmetik dan industri pembuatan
pestisida dan insektisida. Untuk di Indonesia, pemanfaatan senyawa bahan alam
yang ditemukan para peneliti Indonesia sebagai bahan baku obat antara lain
Itebein sebagai anti tumor, Artoindonesianin sebagai anti malaria, Diptoindonesin,
Indonesiol serta banyak lagi. Sedangkan potensi lain yang sedang dikembangkan
peneliti Indonesia untuk menunjang kepentingan industri adalah potensi bahan
alam sebagai penghasil minyak atsiri.
Metabolisme primer berlangsung dalam suatu daur atau siklus (misalnya
siklus asam sitrat). Senyawa organik dari metabolisme primer merupakan
pusatnya dan senyawa-senyawa metabolisme sekunder merupakan cabangcabangnya. Metabolisme sekunder dapat dibedakan secara akurat dari metabolit
primer berdasarkan kriteria berikut: penyebarannya lebih terbatas, terdapat
terutama pada tumbuhan dan mikroorganisme serta memiliki karakteristik untuk
tiap genera, spesies atau strain tertentu. Metabolit ini dibentuk melalui alur
(pathway) yang khusus dari metabolit primer. Sebaliknya, metabolit primer
sebarannya luas, pada semua benda hidup dan sangat erat terlibat dalam prosesproses kehidupan yang esensial. Metabolit sekunder tidaklah bersifat esensial
untuk kehidupan, meski penting bagi organisme yang menghasilkannya.
Hal yang menarik untuk diperhatikan ialah bahwa metabolit sekunder
dibiosintesis terutama dari banyak metabolit-metabolit primer: asam amino, asetil
coenzim-A, asam mevalonat, dan zat antara (intermediate) dari jalur shikimat

(shikimic acid). Ini merupakan titik awal elaborasi metabolit sekunder yang
mengarah ke klasifikasi serta bahasannya sebagai kelompok-kelompok yang
bersifat diskrit.
Senyawa metabolit sekunder diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama,
yaitu:
1.

Terpenoid (Sebagian besar senyawa terpenoid mengandung karbon dan


hidrogen serta disintesis melalui jalur metabolisme asam mevalonat).
Contohnya monoterpena, seskuiterepena, diterpena, triterpena, dan polimer
terpena.

2.

Fenolik (Senyawa ini terbuat dari gula sederhana dan memiliki cincin benzena,
hidrogen, dan oksigen dalam struktur kimianya). Contohnya asam fenolat,
kumarina, lignin, flavonoid, dan tanin.

3.

Senyawa yang mengandung nitrogen. Contohnya alkaloid dan glukosinolat.

Macam-macam golongan metabolit sekunder, yaitu:


A. Golongan Fenolat/Fenol

Senyawa golongan fenol adalah golongan senyawa dengan struktur


aromatik dengan mengandung gugus OH pada rantai aromatik. Jadi pada fenol
gugus OH langsung terikat pada inti benzene. Ada 3 golongan Fenol
berdasarkan atom H yang digantikan oleh gugus OH yaitu :
1. Fenol Monovalent
Suatu senyawa fenol yang jika satu atom H pasa inti aromatic diganti oleh 1
gugus OH.
2. Fenol Divalent
Suatu senyawa fenol yang jika dua atom H pada inti aromatic diganti oleh 2
gugus OH dan merupakan fenol bermartabat dua.
3. Fenol Trivalent
Suatu senyawa fenol yang jika tiga atom H pada inti aromatok diganti oleh 3
gugus OH.
B. Golongan Flafonoid
Flavonoid adalah senyawa polifenol yang banyak terdapat di alam.
Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik
yang banyak merupakan sebagai pigmen tumbuhan. Flavonoid terdapat pada

grup-grup dari unsur-unsur polifenol yang terdapat pada kebanyakan


tumbuhan, biji, kulit buah atau kulit, kulit kayu, dan bunga. Sejumlah besar
tumbuhan obat mengandung flavonoid. Flavonoid digolongkan berdasarkan
struktur

kimianya,

menjadi

falvonol,

flavon,

flavanon,

isoflavon,

anthocyanidin, dan khalkon. Saat ini lebih dari 6.000 senyawa yang berbeda
masuk ke dalam golongan flavonoid. Menurut perkiraan 2% dari seluruh
karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan atau + 1x 10 9 ton/tahun karbon
diubah menjadi flavonoid atau senyawa yang berkaitan erat dengannya.
Kebanyakan flavonoid terdapat dalam buah, sayuran, dan minuman (teh, kopi,
bir, anggur, dan minumam buah). Di alam, senyawa fenolik kerap dijumpai
terikat pada protein, alkaloid, dan terdapat di antara terpenoid. Flavonoid
mengacu pada hasil metabolit sekunder dari tumbuhan yang mempunyai
struktur phenylbenzopyrone, biasa dikenal dari aktivitas antioksidannya.
Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar
yang ditemukan dialam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah,
ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemuykan dalam tumbuhtumbuhan. Flavonoida mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15
atom karbon, dimana dua cincin benzen (C 6) terikat pada suatu rantaipropana
(C3) sehingga membentuk suatu susnan C6 C3 C6. Susunan ini dapat
menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoida. Contoh senyawa
flavonoida, diantaranya isoflavonoida.

Flavonoid merupakan sejenis senyawa fenol terbesar yang ada, senyawa


ini terdiri dari lebih dari 15 atom karbon yang sebagian besar bisa ditemukan
dalam kandungan tumbuhan. Flavonoid juga dikenal sebagai vitamin P dan

citrin, dan merupakan pigmen yang diproduksi oleh sejumlah tanaman sebagai
warna pada bunga yang dihasilkan.
Spektrum IR yang direkam pada spektrometer IR-470 Shimadzu. 1H dan
13C-NMR spektra tercatat sebesar 300 dan 75 MHz, masing-masing, pada
instrumen AM Bruker 300 dan TMS digunakan sebagai internal. Standar 1H
dan 13C - NMR spektrum diperoleh dalam campuran CDCl3 dan CD3OD
sebagai pelarut.

Flavonoid diperoleh dalam bentuk padatan amorf.


C. Golongan Saponin

Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam
tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada
bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap
pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui, mungkin
sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, atau merupakan waste product dari
metabolisme tumbuh-tumbuhan. Kemungkinan lain adalah sebagai pelindung
terhadap serangan serangga.
Sifat-sifat saponin adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mempunyai rasa pahit


Dalam larutan air membentuk busa yang stabil
Menghemolisa eritrosit
Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi
Membentuk persenyawaan dengan kolestrol dan hidroksisteroid lainnya
Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi

7. Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula


empiris yang mendekati.
Berdasarkan atas sifat kimiawinya, saponin dibagi dalam 2 kelompok, yaitu:
1. Steroids dengan 27 C atom.
2. Triterpenoids, dengan 30 C atom.
Macam-macam saponin berbeda sekali komposisi kimiawinya, yaitu
berbeda pada aglikon (sapogenin) dan juga karbohidratnya, sehingga tumbuhtumbuhan tertentu dapat mempunyai macam-macam saponin yang berlainan,
seperti:
Quillage saponin : campuran dari 3 atau 4 saponin
Alfalfa saponin : campuran dari paling sedikit 5 saponin
Soy bean saponin : terdiri dari 5 fraksi yang berbeda dalam sapogenin, atau
karbohidratnya, atau dalam kedua-duanya.
D. Golongan Minyak Atsiri
Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eterik (aetheric oil),
minyak esensial (essential oil), minyak terbang (volatile oil), serta minyak
aromatik (aromatic oil), adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud
cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan
aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian
atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, hasil
sulingan (destilasi) minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Para ahli biologi menganggap minyak atsiri sebagai metabolit sekunder
yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh
hewan (hama) ataupun sebagai agensia untuk bersaing dengan tumbuhan lain
(lihat alelopati) dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadangkadang juga mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang
atau cairan yang berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak
digolongkan sebagai minyak atsiri.
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain
itu, susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia
(terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu.
Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat
menghasilkan rasa yang berbeda. Karena pengaruh psikologis ini, minyak

atsiri merupakan komponen penting dalam aromaterapi atau kegiatan-kegiatan


liturgi dan olah pikiran/jiwa, seperti yoga atau ayurveda.
Sebagaimana minyak lainnya, sebagian besar minyak atsiri tidak larut
dalam air dan pelarut polar lainnya. Dalam parfum, pelarut yang digunakan
biasanya alkohol. Dalam tradisi timur, pelarut yang digunakan biasanya
minyak yang mudah diperoleh, seperti minyak kelapa. Secara kimiawi, minyak
atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu
senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu.
Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik
terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak (lipofil).
Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam bahan alam (daun,
batang, akar, biji) untuk minyak atsiri dibagi menjadi dua kelompok yakni
kelompok pertama; minyak atsiri yang komponen-komponennya mudah
dipisahkan yang kemudian menjadi bahan awal sintesis (minyak sereh, minyak
daun cengkeh, minyak permen, dan minyak terpentin) dan kelompok kedua;
minyak atsiri yang komponen-komponennya tidak mudah dipisah (minyak akar
wangi, minyak nilam, minyak cendana, minyak kenanga), dimana minyak atsiri
ini dapat langsung digunakan. Komponen senyawa kimia utama dari kedua
kelompok tersebut sebagian dapat dilihat pada tabel berikut :

E. Golongan Alkoloid

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak


ditemukan dialam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuhtumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida
mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan
dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin
heterosiklik.
Hampir semua alkaloida yang ditemukan dialam mempunyai keaktifan
biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna
dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan stiknin adalah alkaloida yang
terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan psikologis. Alakaloida dapat
ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit
batang. Alakloida umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus
dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan
tumbuhan.
Alkaloida tidak mempunyai tatanam sistematik, oleh karena itu, suatu
alkaloida dinyatakan dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin dan stiknin.
Hampir semua nama trivial ini berakhiran in yang mencirikan alkaloida.
Beberapa contoh senyawa alkaloida.

F. Golongan Steroid
Steroid terdiri atas beberapa kelompok senyawa dan penegelompokan ini
didasarkan pada efek fisiologis yang diberikan oleh masing-masing senyawa.
Kelompok-kelompok itu adalah sterol, asam- asam empedu, hormon seks,
hormon adrenokortikoid, aglikon kardiak dan sapogenin. Ditinjau dari segi
struktur molekul, perbedaan antara berbagai kelompok steroid ini ditentukan
oleh jenis substituen R1, R2, R3 yang terikat pada kerangka dasar karbon.
sedangkan perbedaan antara senyawa yang satu dengan yang lain pada suatu

kelompok tertentu ditentukan oleh panjang rantai karbon R1, gugus fungsi yang
terdapat pada substituen R1, R2, R3, jumlah serta posisi gugus fungsi oksigen
dan ikatan rangkap dan konfigurasi dari pusat-pusat asimetris pada kerangka
dasar karbon tersebut.
Percobaan-percobaan biogenetik menunjukkan bahwa steroid yang
terdapat dialam berasal dari triterpenoid. Steroid yang terdapat dalam jaringan
hewan beasal dari triterpenoid lanosterol sedangkan yang terdapat dalam
jaringan tumbuhan berasal dari triterpenoid sikloartenol setelah triterpenoid ini
mengalami serentetan perubahan tertentu. tahap- tahap awal dari biosintesa
steroid adalah sama bagi semua steroid alam yaitu pengubahan asam asetat
melalui asam mevalonat dan skualen (suatu triterpenoid) menjadi lanosterol
dan sikloartenol.
Struktur umum senyawa steroid:

G. Golongan Tanin
Tanin merupakan suatu substansi yang banyak dan tersebar, sehingga
sering ditemukan dalam tanaman. Tanin diketahui mempunyai beberapa
khasiat, yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan antioksidan. Istilah
tanin sendiri berasal dari bahasa Perancis, yaitu tanning. Pada mulanya
senyawa tannin lebih dikenal sebagai tanning substance dalam proses
penyamakan kulit hewan untuk dibuat sebagai kerajinan tangan.
Pada umumnya tanin merupakan senyawa polifenol yang memiliki berat
molekul (BM) yang cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk

kompleks dengan protein. Berdasarkan strukturnya, tanin diklasifikasikan


menjadi dua kelas yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi.
1.

Tanin Terhidrolisis
Tanin terhidrolisis biasanya berikatan dengan karbohidrat yang dapat
membentuk jembatan oksigen, sehingga dapat

dihidrolisis dengan

menggunakan asam sulfat atau asam klorida. Gallotanin merupakan salah


satu contoh tanin terhidrolisis, di mana gallotanin ini merupakan senyawa
berupa gabungan dari karbohidrat dan asam galat. Selain itu, contoh lainnya
adalah ellagitanin (tersusun dari asam heksahidroksidifenil).
Secara singkat, apabila tanin mengalami hidrolisis, akan terbentuk
fenol polihidroksi yang sederhana, misalnya piragalol, yang merupakan
hasil dari terurainya asam gallat dan katekol yang merupakan hasil dari
hidrolisis asam protokatekuat. Tanin terhidrolisiskan biasanya berupa
senyawa amorf, higroskopis, berwarna cokelat kuning yang larut dalam air
(terutama air panas) membentuk larutan koloid bukan larutan sebenarnya.
Makin murni tanin, makin kurang kelarutannya dalam air dan makin mudah
2.

diperoleh dalam bentuk kristal.


Tanin Terkondensasi
Tanin terkondensasi biasanya tidak dapat dihidrolisis, melainkan
terkondensasi di mana menghasilkan asam klorida. Tanin terkondensasi
kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid. Tanin jenis ini dikenal dengan
nama Proanthocyanidin yang merupakan polimer dari flavonoid yang
dihubungan dengan melalui C 8 dengan C4, contohnya

Sorghum

procyanidin yang tersusun dari catechin dan epiccatechin.


Klasifikasi Tanin berdasarkan warna dari garam ferri (FeCl 3), dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu :
a. Katekol
Berwarna hijau dengan 2 gugus fenol. Misalnya : Flobatanin dan
Pirokatekol. Memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
Apabila dipanaskan akan menghasilkan katekol
Apabila didihkan dengan HCl akan menghasilkan flobapin yang berwarna
merah.
Apabila ditambahkan FeCl3 akan berwarna hijau.
Apabila ditambahkan larutan Br akan terbentuk endapan.

Contoh Katekol : Asam kirotamat (pada kina) dan asam katekotanat (pada
gambir).
b. Pirogalatanin (pirogalol)
Berwarna biru dengan FeCl3 dengan 3 gugus fenol. Memiliki sifatsifat sebagai berikut:
Apabila dipanaskan akan terurai menjadi pirogalol.
Apabila dididihkan dengan HCl akan dihasilkan Asam gallat dan Asam
ellag.
Apabila ditambahkan dengan FeCl3 akan berwarna biru.
Apabila ditambahkan brom tidak akan terbentuk endapan.
Contoh Pirogalatanin : Gallotanin (pada gallae) dan Ellagitanin (pada
Granati cortex)
Sifat-sifat Tanin
Untuk membedakan tanin dengan senyawa metabolit sekunder lainnya,
dapat dilihat dari sifat-sifat dari tanin itu sendiri. Sifat-sifat tanin, antara lain :
1. Sifat Fisika.
Sifat fisika dari tanin adalah sebagai berikut :
Apabila dilarutkan ke dalam air, tanin akan membentuk koloid dan akan
memiliki rasa asam dan sepat.
Apabila dicampur dengan alkaloid dan glatin, maka akan terbentuk
endapan.
Tanin tidak dapat mengkristal.
Tanin dapat mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa
dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
2. Sifat Kimia
Sifat kimia dari tanin adalah sebagai berikut :
Tanin merupakan senyawa kompleks yang memiliki bentuk campuran
polifenol yang Sulit untuk dipisahkan sehingga sulit membetuk kristal.
Tanin dapat diidentifikasi dengan menggunakan kromotografi Senyawa
fenol yang ada pada tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan
pemberi warna.
3. Sifat sebagai pengkhelat logam.
Fenol yang ada pada tanin, secara biologis dapat berguna sebagai
khelat logam. Mekanisme atau proses pengkhelatan akan terjadi sesuai

dengan pola subtitusi dan pH senyawa fenol itu sendiri. Hal ini biasanya
terjadi pada tanin terhidrolisis, sehingga memiliki kemampuan untuk
menjadi pengkhelat logam.
Khelat yang dihasilkan dari tanin ini dapat memiliki daya khelat yang
kuat dan dapat membuat khlelat logam menjadi lebih stabil dan aman di
dalam tubuh. Namun, dalam mengkonsumsi tanin harus sesuai dengan
kadarnya, karena apabila terlalu sedikit (kadarnya rendah) tidak akan
memberikan efek, namun apabila mengkonsumsi terlalu banyak (kadar
tinggi) dapat mengakibatkan anemia karena zat besi yang ada dalam darah
akan dikhelat oleh senyawa tanin tersebut.
Manfaat Tanin
Sebagai senyawa metabolit sekunder, tanin memiliki banyak manfaat
dan kegunaan. Manfaat dan kegunaan tanin adalah sebagai berikut :
1. Sebagai anti hama untuk mencegah serangga dan fungi pada tanaman.
2. Sebagai pelindung tanaman ketika masa pertumbuhan dari bagian
tertentu tanaman, misalnya pada bagian buah, saat masih muda akan
3.
4.
5.
6.
7.
8.

terasa pahit dan sepat.


Sebagai adstrigensia pada GI dan kulit.
Untuk proses metabolisme dari beberapa bagian tanaman.
Dapat mengendapkan protein sehingga digunakan sebagai antiseptik.
Sebagai antidotum (keracunan alkaloid).
Sebagai reagen pendeteksi gelatin, alkaloid, dan protein.
Sebagai penyamak kulit dan pengawet.

Struktur Tanin

Struktur Tanin
H. Golongan Kumarin
Kumarin merupakan senyawa atsiri yang terbentuk terutama dari turunan
glukosa nonatsiri saat penuaan atau pelukaan. Hal ini penting terutama ada
tumbuhan alfalfa dan semanggi manis di mana kumarin menyebabkan
timbulnya aroma yang khas sesaat setelah kedua tumbuhan itu dibabat. Para
peneliti telah mengembangkan aglur semanggi tertentu yang mengandung
sedikit kumarin dan strain lainnya yang mengandung kumarin dalam bentuk
terikat. Semua galur itu secara ekonomi sangat penting karena kumarin bebas
dapat berubah menjadi produk yang beracun, dikumarol, jika semanggi rusak
selama penyimpanan. Dikumarol adalah senyawa antipenggumpalan yang
menyebabkan penyakit semanggi manis (penyakit perdarahan) pada hewan
ruminansia (pemamah biak seperti sapi) yang memakan tumbuhan yang
mengandung dikumarol.
Kumarin merupakan metabolit turunan sikimat yang terbentuk ketika
fenil alanin dideaminasi dan dihiroksilasi menjadi asam trans-hidroksisinamat.
Ikatan rangkap asam ini segera dikonversi menjadi bentuk cis melalui
isomerisasi yang dikatalisasi oleh cahaya, menghasilkan pembentukan senyawa
yang mempunyai gugus fenol dan asam yang berdekatan. Gugus-gugus ini
kemudian bereaksi secara intramolekuler untuk membentuk lakton dan inti
kumarin basa, dicirikan oleh senyawa kumarin itu sendiri, berperan dalam
memberikan aroma jerami yang segar. Kebanyakan senyawa kumarin
dioksigenasi pada posisi C, yang dihasilkan dari hidroksilasi para asam sinamat
untuk membentuk asam kumarat, namun sebelumnya mengalami hidroksilasi
orto, isomerisasi dan pembentukan lakton.
Penyebaran kumarin terbatas didunia tanaman dan pernah digunakan
untuk

menggolongkan

tanaman

menurut

keberadaan

senyawa

ini

(kemotaksonomi). Kumarin umumnya ditemukan pada family Apiaceae,


Rutaceae, Asperaceae, dan Fabaceae.
Beberapa kumarin merupakan senyawa fitoaleksin dan disintesis secara
de novo oleh tanaman setelah diinfeksi oleh bakteri atau fungi. Sebagian besar

senyawa fitoaleksin bersifat antimikroba. Sebagai contoh, kentang (Solanum


tuberosum) mensintesis skopolatin jika diinfeksi fungi.
Sudah sejak lama diketahui bahwa hewan yang diberi makan semanggi
manis (Melilotus officinale, Fabaceae) akan mati akibat hemoragi. Senyawa
beracun yang menyebabkan efek samping ini adalah bishidroksikumarin
(drimer kumarin terhidroksilasi) dikumarol.
Senyawa psoralen adalah kumarin yang memiliki cincin furan dan
kadang-kadang disebut furokumarin atau furanokumarin karena adanya cincin
ini. Contoh senyawa ini antara lain psoralen, bergapten, xantotoksin dan
isopimpinelin. Karena memiliki banyak gugus kromofor, senyawa ini mudah
mengabsorb cahaya dan berfluoresensi biru/kuning dibawah cahaya ultraviolet
dengan panjang gelombang 320-380 nm. Senyawa ini mungkin diproduksi oleh
tanaman sebagai mekanisme perlindungan terhadap dosis tinggi cahaya
matahari. Beberapa kumarin dibuat menjadi sediaan tabir surya dan kosmetik
untuk tujuan ini. Senyawa psoralen adalah senyawa khas family jeruk
(Rutaceae) dan seledri (Apiaceae). Beberapa tanaman golongan ini dikenal
sebagai semak pembakar karena kandungan psoralennya

diketahui

menyebabkan fototoksisitas.
Mekanisme fototoksisitas ini belum sepenuhnya dimengerti, tetapi
diketahui bahwa senyawa psoralen bersifat karsinogenik dan mutagenik akibat
terbentuknya aduksi dengan basa pirimidin DNA, seperti timin, melalui
sikloadisi . Reaksi ini dapat terjadi dengan satu (monoaduksi) atau dua
(diaduksi) basa piriidin dan mengakibatkan tautan-silang DNA.
Sediaan yang menggunakan tanaman Apiaceae dan Rutaceae yang
mengandung seyawa psoralen telah lama digunakan unuk meningkatkan
pigmentasi kulit pada penyakit vitiligo, suatu penyakit yang umum di derita di
Timur Tengah dan terjadi akibat bagian kulit yang kekurangan pigmen
melanin. Xantotoksin murni digunakan untuk mengobati vitiligo yang parah
dan psoriasis serta diberikan secara oral dalam kombinasi denagn UV-A. Hasil
pengobatan ini timbul pewarnaan dan pigmentasi pada daerah kulit yang tidak
berpigmen serta perbikan kulit psroriasis dengan cara mengurangi proliferasi

sel. Pengobatan ini bukannya tanpa resiko dan memerlukan peraturan yang
sekasama untuk mencegah kanker kulit atau pembekakan katarak. Terapi
inidisebut PUVA (psoralen + UV-A) atau terapi fotodinamik yakni suatu obat
diaktivasi dengan bantuan sinar UV.
Kumarin Merupakan kelompok senyawa fenol yang umumnya berasal
dari tumbuhan tinggi dan jarang ditemukan pada mikroorganisme, kumarin ini
mempunyai kerangka C6-C3.
Senyawa kumarin dibagi empat kelompok :
1.

Kumarin sederhana dan turunannya yang berupa hasil hidroksidasi


alkoksida, glikosida. Contohnya : suberosin.

2.

Furano kumarin jenis linear dan anguler, dimana terdapat subtitusi pada
posisi benzoid. Contohnya : angelicin.

3.

Pyranokumarin analog dengan furano kumarin tapi memiliki cincin


enzim pada subtituennya. Contohnya : xantyletin.

4.

Kumarin yang tersubtitusi pada cincin purin. Seperti 4-hidroksi kumarin.

Fungsi Kumarin
Salah satu jenis kumarin yaitu preosen yang diisolasi pada tahun 1976
dari tumbuhan Ageratum houstanianum menyebabkan metamorfosis dini pada
beberapa spesies serangga dengan turunnya tingkat hormon pemudaan
serangga sehingga menyebabkan pembentukkan feromon oleh serangga jantan
sehingga daya tarik seksual terhadap serangga betina berkurang. Dengan
kemampuan seperti itu, preosen memiliki potensi sebagai insektisida yang
berpengaruh hanya terhadap spesies sasaran.

Struktur Kumarin

Penentuan struktur kumarin dengan spektrum

III. PENUTUP
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
a. Metabolisme sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi
pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau
berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya.
b. Manfaat metabolisme sekunder adalah sebagian besar tanaman penghasil
senyawa metabolit sekunder memanfaatkan senyawa tersebut untuk
mempertahankan diri dan berkompetisi dengan makhluk hidup lain di
sekitarnya. Tanaman dapat menghasilkan metabolit sekunder (seperti
quinon, flavonoid, tannin,dll) yang membuat tanaman lain tidak tumbuh di
sekitarnya.
c. Senyawa metabolit sekunder diklasifikasikan menjadi 3, yaitu: terpenoid,
fenolik, dan senyawa yang mengandung nitrogen.
d. Macam-macam golongan metabolit sekunder, yaitu: fenol, flafanoid,
saponin, minyak atsiri, tannin, alkaloid, steroid, dan kumarin.
e. Senyawa organik dari metabolisme primer merupakan pusatnya dan
senyawa-senyawa metabolisme sekunder merupakan cabang-cabangnya.
f. Peranan senyawa bahan alam bagi manusia tidak terlepas dari tinjauan
sejarah kajian riset kimia bahan alam itu sendiri, yang telah sejak lama
dilakukan oleh manusia.
2. Saran
Saran untuk pembaca yaitu agar pembaca terlebih dahulu memahami dan
mengerti tentang struktur rumus umum dan pembaca memahami perbedaan
metabolit sekunder dengan metabolit primer.

DAFTAR PUSTAKA
Heinrich, Michael, dkk, 2005, Farmakognosi dan Fitoterapi, Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kumarin
http://id.wikipedia.org/wiki/Metabolisme
Gunawan, Didit dan Sri Mulyani, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I,
Jakarta: Penebar Swadaya.
Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, edisi keenam, 71-72
Penerbit ITB, Bandung
Sudjadi, 2010, Kimia Farmasi Analisis, 91, 122, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai