Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BAHASA INDONESIA

MENYUSUN PARAGRAF EFEKTIF DENGAN PRINSIP-PRINSIP


PENGEMBANGAN PARAGRAF YANG BENAR

Disusun oleh:
Alphonsus Yospy Guntur Dirgantoro

(130801371)

Febriyanti Vera

(130801382)

Desy Natalia Kadang

(130801385)

Angevia Merici Purnama Sica

(130801407)

UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA


YOGYAKARTA
2013

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan nasional
ditegaskan bahwa mata kuliah bahasa Indonesia adalah mata kuliah wajib dan diberikan
di semua jalur pendidikan. Bahasa Indonesia di perguruan tinggi termasuk mata kuliah
pengembangan kepribadian (MPK). Salah satu standar kompetensi dalam mata kuliah
bahasa Indonesia adalah mahasiswa mampu menggunakan bahasa Indonesia untuk
mengungkapkan pikiran, gagasan, dan sikap ilmiah ke dalam bentuk karya ilmiah baik
tulis maupun lisan. Kegiatan menulis di perguruan tinggi sangat diperlukan. Menulis
berarti menuangkan pikiran/gagasan/fakta dalam bebtuk tertulis (Rahayu, 2007:26).
Tulisan di perguruan tinggi memerlukan syarat yang kompleks, antara lain pengetahuan
yang berkaitan dengan isi tulisan, aspek-aspek kebahasaan seperti memilih topik,
mengembangkan pikiran yang disajikan dalam paragraf. Keterampilan menulis paragraf
secara efektif akan menghasilkan tulisan yang efektif pula.
Bentuk penulisan yang dimaksud itu adalah penulisan karya ilmiah. Menurut
Soeparno dan Muhammad (2007), karya ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang
menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.
Penulisan paragraf dalam karya ilmiah ini perlu dikuasai mahasiswa agar ia dapat
menyampaikan gagasan/ide untuk memenuhi tugas yang diberikan sebagai persyaratan
dalam studi dalam penulisan skripsi, tesis, atau disertasi. kepada masyarakat luas. Karya
ilmiah merupakan produk berupa karya tulis, baik berupa hasil pembahasan literatur,
curah pendapat, maupun kajian dalam bentuk penelitian empiris. Karya ilmiah sebagai
karya tulis disajikan berdasarkan kesepakatan-kesepakatan tatanan bahasa dan dilandasi
oleh kaidah-kaidah ilmiah. Karya ilmiah yang mengikuti acuan dan prosedur ilmiah akan
memiliki bobot yang sangat tinggi di lingkungan perguruan tinggi, dan diharapkan dapat
menjadi bahan yang penting untuk masyarakat ilmiah dan pencerdasan masyarakat secara
umum. Melalui pembuatan karya ilmiah, masyarakat akademik pada suatu perguruan
tinggi dapat mengkomunikasikan informasi baru, gagasan, kajian, dan/atau hasil
penelitian. Untuk penulisan dan pelaporan karya ilmiah diperlukan suatu pedoman
tentang pembuatan karya ilmiah.
Karya tulis sebagai contoh dari karya ilmiah sangat dibutuhkan untuk menunjang
keberhasilan pembelajaran Mahasiswa Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya

Yogyakarta sebagai bentuk catatan-catatan dari setiap kegiatan laboratorium yang sering
dilakukan selama mendalami bidang biologi ini. Mahasiswa tidak hanya dituntut untuk
terampil dalam bidang akademik namun juga harus mampu menyusun hasil percobaan ke
dalam sebuah karya tulis yang baik dan benar sehingga dapat berguna untuk masyarakat.
Kemampuan menyusun karya tulis yang baik dan benar tidak diperoleh dengan mudah
seperti membalikkan telapak tangan, mahasiswa harus aktif membaca dan memahami
atau bahkan mampu mengkritisi karya yang tidak sesuai dengan kaidah yang benar dalam
tatanan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Berdasarkan hal tersebut, disusunlah Makalah Ihwal Paragraf yang membahas secara
mendetail mengenai konstruksi, klasifikasi, dan pengembangan paragraf dalam bahasa
Indonesia. Makalah ini diharapkan mampu memberikan kemampuan mahasiswa dalam
memerantikan diksi yang tepat, menyusun kalimat yang efektif, menyusun paragraf yang
efektif, membuat resensi yang benar dan tajam, dan mampu menulis karya ilmiah
akademis yang baik, dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta
dengan memperhatikan tata tulis dan ketentuan-ketentuan ejaan yang berlaku. Mahasiswa
khususnya mahasiswa Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada
akhirnya mampu menyusun paragraf efektif dalam bahasa Indonesia dengan menerapkan
prinsip-prinsip pengembangan paragraf yang benar sebagaimana dibahas dalam makalah
ini.
B. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai antara lain sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat membuat paragraf efektif dalam karya tulis.
2. Mahasiswa dapat menyusun paragraf efektif berdasarkan ide pokok tertentu yang
diberikan.
3. Mahasiswa mampu menulis karya ilmiah akademis yang baik dengan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

II.

PEMBAHASAN
Agar dapat menulis paragraf yang baik dalam karya ilmiah , maka perlu diperhatikan

bagaimana

sayarat-syarat

paragraf

seperti

kesatuan,

pengembangan,

kepaduan,

kekompakan, dan pengembangan paragraf serta pemahaman penggunaan jenis-jenis


paragraf. Berikut ini akan dibahas satu per satu.

A. Pengertian Paragraf
Menurut Suyitno (2011), paragraf merupakan seperangkat kalimat tersusun
logis-sistematis yang merupakan satu-kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan
mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan. Sebuah
karya tidak akan berguna jika penulis tidak menyusun kata-kata menjadi sebuah
kalimat dan merangkainya menjadi sebuah paragraf yang baik sehingga pesan
dapat sampai kepada pembaca dengan baik. Paragraf adalah satuan bahasa tulis
yang terdiri dari beberapa kalimat yang disusun secara runtut dan sistematis,
sehingga dapat dijelaskan hubungan antara kalimat yang satu dan kalimat lainnya
dalam paragraf itu. Paragraf ialah kumpulan beberapa kalimat yang secara
bersama-sama mendukung satu kesatuan gagasan. Adapun syarat-syarat paragraf
meliputi kesatuan, pengembangan, kepaduan, kekompakan, dan pengembangan
paragraf, syarat-syarat paragraf antara lain sebagai berikut :
1. Kesatuan

Setiap paragraf mengandung satu gagasan dasar dan sejumlah gagasan


pengembang. Gagasan dasar itu dikemukakan ke dalam kalimat utama.
Gagasan pengembang dikemukakan ke dalam kalimat pengembang.
Kalimat satu dengan yang lain saling berhubungan. Gagasan dasar
dinyatakan ke dalam kalimat topik dan gagasan pengembang dinyatakan
ke dalam kalimat-kalimat penjelas/lanjutan.
2. Kepaduan atau Koherensi

Kepaduan /koherensi adalah keserasian hubungan antargagasan dalam


paragraf yang berarti pula keserasian hubungan antarkalimat dalam
paragraf. Pembentukan paragraf berasal dari kalimat-kalimat yang saling
mendukung satu dengan lainnya. Hubungan kalimat-kalimat itu agar
terlihat serasi maka harus dipadukan. Kepaduan tersebut diwujudkan
dalam hubungan antarkalimat yang membentuk paragraf. Ada beberapa
cara/syarat kepaduan paragraf, yaitu menggunakan repetisi dan kata ganti,
kata penghubung, dan urutan pikiran.
3. Kekompakan atau Kohesi

Persyaratan

kekompakan

mengatur

hubungan

antarkalimat

yang

diwujudkan oleh adanya bentuk-bentuk kalimat atau bagian kalimat yang


cocok dalam paragraf. Kekompakan tersebut dikelompokkan menjadi dua,

yaitu kekompakan struktural dan leksikal. Kekompakan struktural ditandai


oleh adanya hubungan struktur kalimat-kalimat yang digunakan dalam
paragraf dan kekompakan leksikal ditandai oleh adanya kata-kata yang
digunakan dalam paragraf untuk menandai hubungan antarkalimat atau
bagian paragraf.
B. Jenis Paragraf
Sebuah paragraf harus mengemban ide pokok atau ide utama dan harus
ditempatkan pada posisi yang jelas sehingga pengembangan terhadap ide utama
itu akan mudah dilakukan. Ide pokok merupakan pikiran utama yang menjadi
kerangka dalam suatu paragraf. Kalimat yang mengandung ide pokok atau ide
utama atau pikiran utama paragraf itulah yang disebut dengan kalimat utama atau
kalimat pokok.
Berdasarkan letak kalimat utama tersebut itulah, paragraf dibedakan menjadi
beberapa jenis, antara lain :
1. Paragraf deduktif
Paragraf ini memiliki kalimat utama yang terletak pada awal paragraf.
Kalimat utama yang mengandung topik dikembangkan dengan pemaparan
atau deskripsi sampai bagian kecil sehingga pengertian kalimat topik yang
bersifat umum menjadi jelas. Pemaparan dimulai dari hal-hal yang sifatnya
umum, kemudian disertai dengan jabaran-jabaran yang sifatnya khusus
dan mendetail.
2. Paragraf induktif
Paragraf ini memiliki kalimat utama yang terletak pada akhir paragraf.
Paragraf dimulai dengan penjelasan bagian-bagian konkret atau khusus
yang dituangkan dalam beberapa kalimat pengembang. Berdasarkan
penjelasa itu penulis sampai pada kesimpulan umum yang dinyatakan
dengan kalimat topik pada bagian akhir paragraf.
3. Paragraf ineratif
Paragraf ini dimulai dengan kalimat utama disusul kalimat
pengembang dan diakhiri kalimat penegas. Sebaliknya, dapat pula kalimat
pengembang terbagi dua sebagian di awal, sebagian akhir paragraf
sedangkan kalimat utamanya di tengah. Paragraf jenis ini memiliki
kalimat-kalimat yang berada di awal dapat dikatakan sebagai awal-awal
menuju puncak, menuju klimaks paragraf, sedangkan kalimat-kalimat

yang berada setelah kalimat utama itu, sekalipun merupakan kalimat


penjelas, derajatnya semakin melemah.
4. Paragraf kombinasi
Paragraf ini memiliki dua kalimat topik yang terletak di awal dan
akhir paragraf. Dua kalimat topik itu memiliki dua gagasan yang sama.
Kalimat-kalimat pengembang/penjelas terletak di antara dua kalimat topik
itu. Banyak buku yang sepaham atau tidak sepaham dengan jenis paragraf
yang satu ini.
Berdasarkan tujuannya, paragraf dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain
sebagai berikut :
Paragraf pembuka berperan sebagai pengantar untuk sampai kepada masalah
yang diuraikan. Paragraf ini harus mempu menarik perhatian pembaca serta sanggup
menyiapkan pikiran pembaca pada masalah yang diuraikan. Masalah yang diuraikan
dituangkan ke dalam paragraf penghubung atau paragraf pengembang. Paragraf ini
berisi inti persoalan yang akan dikemukakan (inti paragraf) yang disusun secara
berhubungan dan logis. Jenis terakhir yaitu paragraf penutup. Paragraf ini berisi
kesimpulan dari paragraf penghubung. Paragraf penutup yang berfungsi sebagai
penutup ini harus mampu menjaga perbandingan antara pembuka, pengembang, dan
penutup secara keseluruhan.
C. Unsur-Unsur Pengait Paragraf
Dalam sebuah paragraf dibutuhkan sebuah konjungsi dan kata ganti. Konjungsi
atau kata pengganti ini adalah yang bertugas menghubungkan atau meyambungkan
ide atau pikiran yang ada ke dalam sebuah kalimat dengan ide aatau pikiran pada
kalimat yang lainnya. Berikut ini jenis-jenis konjungsi antara lain :
1. Pengait berupa konjungsi intrakalimat
a. Hubungan aditif (penjumlahan) : dan, bersama, serta
b. Hubungan adversatif (pertentangan) : tetapi, tapi, melainkan
c. Hubungan alternatif (pemilihan) : atau, ataukah
d. Hubungan sebab : sebab, karena, lantaran, gara-gara
e. Dll.

2. Pengait berupa konjungsi antarkalimat


a. Hubungan makna pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat
sebelumnya : biarpun begitu, biarpun demikian, meskipun begitu,
sungguhpun demikian, walaupun begitu.
b. Hubungan makna kelanjutan dari kalimat yang dinyatakan pada kalimat
sebelumnya : kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya.
c. Hubungan makna kenyataan yang sesungguhnya : sesungguhnya,
bahwasanya, sebenarnya.
d. Dll.
3. Pengait berupa Konjungsi Korelatif berupa dari...hingga, dari...sampai,
dari...ke, bukan hanya...melainkan juga, demikian...sehingga, apakah...atau,
jangankan...pun, dll.
4. Pengait berupa preposisi
a. Hubungan makna keberadaan : di, pada, di dalam, di atas, di tengah, di
bawah, di luar, di sebelah, di samping.
b. Hubungan makna asal : dari, dari dalam, dari luar, dari atas, dari bawah,
dari samping, dari belakang, dari muka.
c. Hubungan makna alat : dengan, tanpa dengan.
d. Hubungan makna batas : hingga, sampai.
5. Pengait dengan Teknik Pengacuan
(Sifat Endoforis menunjuk pada bentuk kebahasaan yang berada di luar
kalimat ; sifat eksoforis menunjuk pada bentuk yang berada di luar
kebahasaan). Contoh pengacuan bersifat endoforis :
a. Hubungan pengacuan dengan kata itu
b. Hubungan pengacuan dengan kata begitu
c. Hubungan pengacuan dengan kata begitu itu
6. Pengait yang Memerantikan Kalimat
Unsur pengait jenis menggunakan kalimat sebagai pengait paragraf. Kalimat
tersebut diletakkan di awal paragraf di dalam karangan berfungsi untuk
menuntun dan memiliki keterkaitan dengan kalimat-kalimat sebelumnya.

D. Prinsip Kepaduan Bentuk dan Makna Paragraf


Menurut Suyitno (2011), syarat di dalam kepaduan bentuk paragraf yaitu kalimat
yang menggunakan kata-kata baku yang mendukung sedangkan syarat dalam kepaduan
makna yaitu tidak boleh adanya ide pokok yang terpecah atau hanya mengandung
1. Prinsip Kesatuan Pikiran
Prinsip kesatuan pikiran adalah keeratan hubungan makna antarkalimat
terhadap ide pokok dalam paragraf yang berfungsi sebagai pengendali informasi yang
diungkapkan melalui sejumlah kalimat.
2. Prinsip Ketuntasan Pemaparan
Prisip dari ketuntasan pemaparan adalah paragraf yang di dalamnya sudah
tercakup semua yang diperlukan untuk mendukung gagasan utama.
3. Prinsip Keruntutan
Prinsip Kerurutan pada dasarnya adalah menyajikan informasi secara urut atau
bertahap pada sebuah karangan. Kerurutan gagasan disajikan dengan cara yang sesuai
dengan masalah dan tujuan yang ingin disampaikan. Beberapa pola urutan, yakni :
a. Pola urutan waktu : Penulis mengungkapkan gagasannya mulai dari awal
peristiwa hingga akhir.
b. Pola urutan tingkat : Penulis mengungkapkan gagasannya mulai dari yang
terendah hingga tertinggi , dari yang terkecil hingga yang terbesar.
c. Pola urutan apresiatif : Penulis mengungkapkan gagasannya mulai dari yang
baik ke yang buruk, dari untung ke rugi, dari yang salah ke benar
d. Pola urutan tempat : Penulis mengungkapkan gagasan mulai dari satu tempat
ke tempat lainnya, dari atas ke bawah, dari dalam ke luar, dari kiri ke kanan.
e. Pola urtan klimaks : Penulis mengungkapkan gagasannya dengan intesitas
yang semakin menarik. Gagasan mulai dari sesuatu yang kurang intens hingga
yang paling intens.
f. Pola urtan anti klimaks : Penulis mengungkapkan gagasannya dengan intesitas
yang semakin menurun.
g. Pola urutan khusus-umum : Penulis mengungkapkan gagasan mulai dari halhal yang bersifat khusus hingga bersifat umum
h. Pola urutan sebab-akibat : Penulis mengungkapkan gagasannya dengan
menempatkan pernyataan diikuti akibat atau efek dari pernyataan itu

i. Pola urutan tanya-jawab : Penulis mengungkapkan gagasan dengan cara


mengemasnya dalam bentuk pertanyaan. Jawaban atas pernyataan itu
merupakan kalimat-kalimat pengembang.
E. Cara Pengembangan Paragraf.
Pengembangan Paragraf dapat digunakan untuk membedah rumusan masalah pertama
dan kedua yaitu mengungkap tentang kemampuan penulis sebelum dan setelah diberi
tindakan secara kualitatif.
a. Pengembangan Alamiah
Paragraf yang dikembangkan berdasarkan urutan waktu bersifat kronologis.
Hal itu berati kalimat yang satu mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau
waktu kegiatan dilakukan, dan diikuti oleh kalimat-kalimat yang mengungkapkan
waktu peristiwa terjadi atau kegiatan dilakukan.
Paragraf yang dikembangkan berdasarkan urutan ruang atau tempat membawa
pembaca dari satu titik ke titik berikutnya dalam sebauh ruangan yang berarti
kalimat satu mengungkapkan suatu bagian(gagasan) yang terdapat pada posisi
tertentu, dan diikuti oleh kalimat-kalimat lain yang mengungkapkan gagasan yang
berada pada posis lain. Paragraf seperti ini biasanya digunakan pada paragraf
deskriptif.
b. Pengembangan Deduksi-Induksi
Pengembangan paragraf deduksi dan induksi yaitu paragraf yang kalimat
utamanya terletak pada awal dan akhir paragraf.
c. Pengembangan Analogi
Pengembangan

analogi

adalah

pengembangan

gagasan

dengan

membandingkan segi kesamaan dua hal yang berbeda.


d.

Pengembangan Klasifikasi
Pengembangan paragraf dengan cara klasifikasi biasanya dilakukan dengan
penyajian gagasan pokok kemudian dikuti dengan gagasan penjelas secara rinci.
Gagasan penjelas merupakan klasifikasi dari gagasan utamanya. Contohnya
gagasan utama adalah A maka akan memiliki gagasan penjelas adalah X dan Z.

e. Pengembangan Komperatif dan Konstratif


Sebuah paragraf dalam karangan ilmiah juga dapat di kembangkan dengan
membandingkan dimensi-dimensi kesamaannya untuk mengembangkan paragraf
yang demikian ini dapat di sebut dengan model pengembangan komperatif.

Sebaliknya, perbandingan yang dilakukan dengan cara mencermati dimensi


perbedaannya disebut perbandingan konstratif.
f. Pengembangan Sebab-Akibat
Pengembangan

Sebab

akibat

sering

disebut

dengan

Kausalitas.

Pengembangan ini dapat dilakukan dengan cara menyajikan sebab sebgai gagasan
pokok baru diikuti akibatnya sebagai gagasan penjelas atau sebaliknya disajikan
akibat sebagai gagasan pokok dan penyebab sebagai gagasan penjelas.
g. Pengembangan Klimaks-Antiklimaks
Pengembangan klimaks-antiklimaks, gagasan utama mula-mula di perinci
dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya
kemudian berangsur-angsur dengan gagasan lain hingga ke gagasan yang paling
tinggi kedudukannya atau kepentingannya.

III.

PENUTUP
Salah satu standar kompetensi dalam mata kuliah bahasa Indonesia adalah mahasiswa

mampu menggunakan bahasa Indonesia untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, dan sikap
ilmiah ke dalam bentuk karya ilmiah baik tulis maupun lisan. Kegiatan menulis di perguruan
tinggi sangat diperlukan. Beberapa syarat yang kompleks, antara lain pengetahuan yang
berkaitan dengan isi tulisan, aspek-aspek kebahasaan seperti memilih topik, mengembangkan
pikiran yang disajikan dalam paragraf.
Untuk memenuhi penulisan paragraf dalam karya tulis seperti karya ilmiah yang baik
maka perlu memperhatikan syarat-syarat paragraf seperti kesatuan, pengembangan,
kepaduan, kekompakan, dan pengembangan paragraf serta memahami penggunaan jenis-jenis
paragraf. Paragraf mengandung aspek kesatuan, gagasan dasar itu dikemukakan ke dalam
kalimat topik dan gagasan pengembang dikemukakan ke dalam kalimat kalimat
pengembang serta kalimat-kalimat tersebut saling berhubungan, selanjutnya aspek
pengembangan gagasan dasar dinyatakan ke dalam kalimat topik dan gagasan pengembang
dinyatakan ke dalam kalimat-kalimat penjelas/lanjutan, aspek kepaduan, yakni keserasian
hubungan antargagasan dalam paragraf yang berarti pula keserasian hubungan antarkalimat
dalam paragraf, aspek kekompakan, yakni kekompakan struktural dan leksikal.
Dalam pengungkapan gagasan/ide ke dalam paragraf bisa melalui paragraf deduktif,
paragraf induktif, dan paragraf kombinasi. Penerapan penulisan paragraf dalam karya ilmiah
tersebut perlu dikembangkan gagasan dalam kalimat-kalimat, satuan paragraf, bab, atau

subbab sehingga menjadi suatu karya ilmiah yang utuh. Penulisan karya ilmiah tersebut
dituntut juga penginformasian secara utuh, artinya ketelitian dalam tulis-menulis ilmu yang
menyangkut data, nama orang, nama tempat, hingga ejaan dan tanda baca.

DAFTAR PUSTAKA
Lidwina, S. 2013. Penulisan Paragraf dalam Karya Ilmiah Mahasiswa. Jurnal STIE
Semarang. Vol 5 :1-8.
Rahayu, M. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian. Jakarta: PT Grasindo.
Suparno & Mohamad Yunus. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Suyitno, H. Imam. 2011. Karya Tulis Ilmiah Panduan, Teori, Pelatihan, dan Contoh.
Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai