Anda di halaman 1dari 3

Pengambilan Sampel Sputum pada Anak

B. Bilas lambung

Prosedur dasar metode umum mendapatkan spesimen dari anak


untuk pemeriksaan mikroskopi : ekspektorasi, bilas lambung dan
induksi sputum.

Latarbelakang

A. Ekspektorasi
Latarbelakang
Semua spesimen sputum yang diproduksi oleh anak harus dikirim
untuk pemeriksaan mikroskopi dan bila tersedia untuk biakan kuman
Mtb. 3 spesimen sputum harus didapatkan yaitu:
1. Spesimen sewaktu (pada evaluasi pertama)
2. Spesimen pagi hari dan spesimen sewaktu kedua (pada
kunjungan selanjutnya)
Prosedur
Jelaskan anak dan keluarganya tujuan pengumpulan spesimen.
1. Perintahkan anak untuk berkumur dengan air sebelum
menghasilkan sputum. Tujuan: untuk membersihkan makanan
dan bakteri yang dapat mengkontaminasi di mulut.
2. Perintahkan anak menarik dua kali napas panjang, tahan selama
beberapa detik setelah setiap inhalasi lalu keluarkan napas
perlahan. Bernapas lagi untuk ketiga kalinya lalu dengan kuat
keluarkan udara keluar. Minta anak untuk menarik napas kembali
lalu batuk. Tindakan ini akan menghasilkan sputum dari dalam
paru. Minta anak memegang kontainer sputum dekat dengan
bibir dan masukkan sputum ke kontainer setelah batuk produktif.
3. Jika jumlah sputum tidak cukup, minta pasien untuk batuk lagi.
Banyak pasien tidak dapat memproduksi sputum dari dalam
saluran pernapasan hanya dalam beberapa detik. Berikan anak
waktu yang cukup untuk memproduksi ekspektorasi.
4. Bila tidak ada ekspektorasi, anggap kontainer sudah digunakan
dan buang pada tempat yang sesuai.

Anak dengan TB dapat menelan mukus yang mengandung M.


Tuberculosis. Bilas lambung merupakan teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan isi lambung untuk dapat mengkonfirmasi diagnosis TB
dengan mikroskop dan biakan kuman MTB. Karena distress yang akan
dialami anak dan rendahnya lapang pandang BTA positif di mikroskop,
maka prosedur ini hanya dilakukan bila biakan tersedia. Mikroskopi
kadang bisa memberikan hasil false-positive (terutama pada anak yang
infeksi HIV yang beresiko memiliki mycobacteria nontuberculous).
Biakan dapat menentukan kepekaan organisme terhadap obat anti TB.
Bilas lambung digunakan untuk mengumpulkan spesimen untuk
pemeriksaan mikroskopi dan biakan kuman MTB dimana sputum tidak
dapat diekspektorasi secara spontan ataupun diinduksi dengan
menggunakan salin hipertonis. Prosedur ini paling berguna untuk anak
yang dirawat di RS. Namun, hasil biakan positif dari 3 set bilas lambung
hanya sekitar 25-50% dari anak dengan TB aktif. Sehingga, hasil smear
ataupun biakan negatif tidak meneksklusi TB pada anak. Bilas lambung
dikumpulkan dari anak yang dicurigai pulmonary TB. Selama tidur,
sistem mukosiliary menyebabkan mukus berkumpul di tenggorokan.
Mukus lalu tertekan dan tertinggal di lambung sampai lambung kosong.
Sehingga, spesimen yang mengandung jumlah bakteri terbanyak
didapatkan di pagi hari.
Bilas lambung tiga pagi berturut-turut harus dilakukan pada tiap
pasien. Angka ini untuk memaksimalkan lapang pandang smearpositivity. Sebagai catatan, bilas lambung yang pertama memiliki lapang
pandang terbesar. Untuk melaksanakan test secara benar biasanya
dibutuhkan dua orang (satu melaksanakan test dan satu lagi sebagai
asisten). Anak puasa setidaknya 4 jam (3 jam pada bayi) sebelum
prosedur dan anak dengan hitung trombosit yang rendah atau
kemungkinan pendarahan sebaiknya tidak menjalani prosedur ini.

Peralatan yang dibutuhkan:

Sarung tangan
Nasogastric tube (biasanya ukuran 10 F atau lebih besar)
Syringe 5, 10, 20 or 30 cm3 dengan konektor nasogastric tube
yang sesuai
Kertas litmus
Kontainer sputum
Pulpen untuk memberi label spesimen
Formulir permintaan laboratorium
Air steril atau normal salin (0,9% NaCl)
Larutan Na bicarbonate (8%)
Alkohol/chlorhexidine

Prosedur
Prosedur dapat dilakukan pada pasien rawat inap, pagi hari ketika
pasien bangun di bedside atau di ruangan tindakan yang ada di
bangsal, atau pada pasien rawat jalan (diperlukan fasilitas yang
lengkap). Anak berpuasa setidaknya 4 jam (bayi 3 jam) sebelum
prosedur.
1. Cari asisten untuk membantu
2. Siapkan semua peralatan sebelum memulai prosedur
3. Posisikan anak dengan posisi terlentang atau miring. Asisten
membantu memegang pasien.
4. Tentukan jarak antara hidung dan lambung, untuk
memperkirakan jarak yang akan dibutuhkan untuk memasukkan
tube ke dalam lambung.
5. Sambungkan syringe ke nasogastric tube.
6. Masukkan nasogastric tube dengan lembut melalui hidung
sampai ke lambung.
7. Aspirasi isi lambung (2-5 ml) menggunakan syringe yang sudah
melekat ke nasogastric tube.
8. Untuk memeriksa posisi tube benar atau tidak, test isi lambung
dengan kertas litmus, kertas litmus biru berubah menjadi merah

(dalam respons terhadap asam lambung) (Juga bisa diperiksa


dengan memasukkan beberapa udara (3-5 ml dari syringe ke
lambung dan dengarkan menggunakan stetoskop).
9. Jika tidak ada cairan yang teraspirasi, masukkan 5-10 ml air atau
normal salin dan coba untuk mengaspirasi lagi
Jika masih belum berhasil coba lagi (walaupun posisi
nasogastric tube tidak benar dan air ataupun normal salin
masuk ke dalam saluran udara, risiko efek samping
sangatlah kecil)
Jangan diulangi lebih dari tiga kali.
10. Ambil isi lambung (idealnya 5-10 ml)
11. Pidahkan cairan lambung dari syringe ke container steril (sputum
collection cup).
12. Tambahkan volume cairan sodium bicarbonate sejumlah
specimen (untuk menetralkan isi lambung yang asam dan
mencegah pengrusakan basil tuberkel).
Setelah prosedur
1. Seka container specimen dengan alcohol/chlorhexidine untuk
mencegah infeksi silang dan beri label.
2. Isi formulir permintaan laboratorium.
3. Transportasikan specimen (di cool box) ke laboratorium untuk
diproses secepat mungkin (dalam 4 jam)
4. Jika ada kemungkinan dibutuhkan waktu lebih dari 4 jam untuk
mentransportasikan specimen, letakkan dalam refrigrator (4-8oC)
dan simpan sampai bias ditransportasikan.
5. Berikan anak makanan seperti biasa.
Keamanan
Bilas lambung biasanya merupakan prosedur yang tidak menghasilkan
aerosol. Anak hanya berisiko kecil mentransmisikan infeksi, sehingga
dapat dilakukan dengan aman di kamar rawat inap atau ruang tindakan
rutin.

Pengambilan Sampel Sputum pada Anak


Prosedur dasar metode umum mendapatkan spesimen dari anak
untuk pemeriksaan mikroskopi : ekspektorasi, bilas lambung dan
induksi sputum.
C. Induksi sputum
Tidak seperti bilas lambung, induksi sputum merupakan prosedur
yang menghasilkan aerosol. Bila memungkinkan, prosedur ini sebaiknya
dilakukan di ruang isolasi yang memiliki tindakan pencegahan kontrol
infeksi yang mencukupi (negative pressure, sinar ultraviolet (nyalakan
jika ruang tidak digunakan) dan kipas ekstraktor).
Induksi sputum merupakan prosedur yang berisiko rendah. Hanya
sedikit efek samping yang dilaporkan, seperti coughing spells, mild
wheezing dan epistaksis. Penelitian terbaru menunjukkan prosedur ini
dapat dilakukan dengan aman pada bayi. Namun, staf memerlukan
pelatihan dan peralatan khusus untuk melakukan prosedur ini pada
bayi.
Pendekatan umum
Periksa anak sebelum prosedur untuk memastikan mereka cukup
sehat untuk menjalani prosedur. Anak dengan karakteristik di bawah ini
sebaiknya tidak menjalani induksi sputum:

Belum cukup puasa: jika anak belum puasa setidaknya 3 jam,


tunda prosedur sampai waktu yang tepat.
Distress pernapasan berat (termasuk tachypnea, wheezing,
hipoksia)
Sedang dalam intubasi
Perdarahan: hitung jumlah trombosit rendah, kemungkinan
pendarahan epistaksis (simptomatik atau hitung platelet < 50/ml
darah).
Penurunan kesadaran
Riwayat asma (yang didiagnosis dan ditatalaksana oleh klinisi)

Prosedur
1. Berikan bronkodilator (contoh salbutamol) untuk mengurangi
risiko wheezing.
2. Berikan nebulisasi saline hypertonic (3% NaCl) selama 15 menit
atau sampai 5 cm3 larutan sudah diberikan.
3. Berikan fisioterapi dada bila perlu; hal ini berguna untuk
memobilisasi sekresi.
4. Untuk anak yang lebih besar dan sudah bisa ekspektorasi, ikuti
prosedur di section A untuk mengekspektorat sputum.
5. Untuk anak yang tidak dapat meng-ekspektorate (contoh anak
yang lebih muda), lakukan:
a. Suction hidung untuk membersihkan sekresi nasal atau
b. Aspirasi nasopharyngeal untuk mengumpulkan specimen
yang sesuai
Setiap peralatan yang akan digunakan kembali harus didisinfektan
dan disterilisasi sebelum digunakan pada pasien berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai