Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Geofisika merupakan bagian dari ilmu bumi dengan menggunakan prinsip

fisika. Geofisika digunakan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan bumi


yang melibatkan pengukuran permukaan dari parameter fisika yang dimilki oleh
batuan yang ada di bawah permukaan bumi. Metode fisika umumnya dibagi
menjadi metode aktif dan pasif. Metode aktif adalah suatu metode yang dilakukan
dengan membuat medan buatan kemudian mengukur resons yang dilakukan oleh
bumi. Sedangkan metode pasif adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengukur medan alami yang dipancarkan oleh bumi. Dalam hal ini medan buatan
adalah suatu getaran atau gelombang yang dapat menimbulkan suatu respon
seperti ledakan dinamit, pemberian arus listrik, dll.
Metode magnetic sendiri adalah salah satu metode digunakan dalam teknik
geofisika yang berdasarkan anomaly geomagnetic yang diakibatkan oleh
perbedaan kontras suseptibilitas atau permeabilitas magnetic jebakan dari daerah
magnetic di sekelilingnya.
1.2.

Rumusan Masalah
rumusan masalah dalam praktikum ini adalah :
1. Bagaimana menganalisa dan interpretasi data metode magnetik.
2. Bagaimana cara mengetahui struktur bawah permukaan bumi dengan
menggunakan metode magnetik.

1.3.

Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya praktikum metode magnet ini adalah untuk :
1. Untuk menganalisa daerah mana yang memiliki intensitas gravitasi
yang kuat dan rendah.
2. Mahasiswa mampu menguasai software tentang ilmu-ilmu geofisika
seperti Surfer dan Mag2dc.
3. Untuk model struktur bawah permukaan daerah penelitian dan
menentukan nilai anomali magnetik daerah tersebut

1.3.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah :
1. Dapat menggunakan alat yang berhubungan dengan metode magnetic.
2. Dapat mengolah data menggunakan software Surfer 9 dan Mag2dc.
3. Dapat menginterpretasikan hasil yang didapat serta menjelaskan proses
pengolahan data secara umum.
4. Dapat mengetahui model struktur bawah permukaan daerah penelitian
dan menentukan nilai anomali magnetik daerah tersebut.

BAB II
DASAR TEORI
2.1

Konsep Teori Magnetik


Metode magnetik didasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan

magnetik di permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya variasi distribusi


benda termagnetisasi di bawah permukaan bumi (suseptibilitas). Variasi yang
terukur (anomali) berada dalam latar belakang medan yang relatif besar. Variasi
intensitas medan magnetik yang terukur kemudian ditafsirkan dalam bentuk
distribusi bahan magnetik di bawah permukaan, yang kemudian dijadikan dasar
bagi pendugaan keadaan geologi yang mungkin. Metode magnetik memiliki latar
belakang fisika berdasarkan kepada teori potensial, Sehingga sering disebut

sebagai metoda potensial. Dalam metode magnetik harus mempertimbangkan


variasi arah dan besar vektor magnetisasi. Data pengamatan magnetik lebih
menunjukan sifat residual yang kompleks. Dengan demikian, metode magnetik
memiliki variasi terhadap waktu jauh lebih besar. Pengukuran intensitas medan
magnetik bisa dilakukan melalui darat, laut dan udara. Metode magnetik sering
digunakan dalam eksplorasi pendahuluan minyak bumi, panas bumi, dan batuan
mineral serta bisa diterapkan pada pencarian prospeksi benda-benda arkeologi.
2.1.1

Gaya Magnetik
Dasar dari metode magnetik adalah gaya Coulumb (Telford et al), antara

dua kutub magnetik m1 dan m2 (e.m.u) yang berjarak r (cm) dalam bentuk :
(2.1)
Konstanta 0 adalah permeabilitas medium dalam ruang hampa, tidak
berdimensi dan berharga satu yang besarnya dalam SI adalah 4 x 10-7
newton/ampere2.
2.1.2

Kuat Medan Magnetik


Kuat medan magnetik ( ) ialah besarnya medan magnet pada suatu titik

dalam ruangan yang timbul sebagai akibat adanya kuat kutub yang berada sejauh r
dari titik m tersebut. Kuat medan magnet (

) didefinisikan sebagai gaya

persatuan kuat kutub magnet.


(2.2)
Satuan untuk kuat medan magnet H adalah Oersted ( 1 Oersted = 1 dyne / unit
kutub ) (cgts) atau A/m (SI).
2.1.3

Intensitas Kemagnetan
Sejumlah benda-benda magnet dapat dipandang sebagai sekumpulan

benda magnetik. Apabila benda magnet tersebut diletakkan dalam medan luar,
benda tersebut menjadi termagnetisasi karena induksi. Dengan demikian,
intensitas

kemagnetan

dapat

didefinisikan

sebagai

tingkat

kemampuan

menyearahkan momen-momen magnetik dalam medan magnetik luar dapat pula


dinyatakan sebagai momen magnetik persatuan volume.
(2.3)
Satuan magnetisasi dalam cgs adalah gauss atau emu. Cm3 dalam satuan SI
adalam Am-1.

2.1.4

Suseptibilitas Kemagnetan
Kemudahan suatu benda magnetik untuk dimagnetisasi ditentukan oleh

suseptibitas kemagnetan k yang dirumuskan dengan persamaan :


(2.4)
Besaran yang tidak berdimensi ini merupakan parameter dasar yang
digunakan dalam metode magnetik. Nilai suseptibilitas magnetik dalam ruang
hampa sama dengan nol karena hanya benda berwujud yang dapat termagnetisasi.
Suseptibilitas magnetik dapat diartikan sebagai

derajat

kemgntan

suatu

benda. Harga k pada batuan semakin besar apabila dalam batuan semakin banyak
dijumpai

mineral-mineral

suseptibilitas

yang

k, benda- benda

bersifat

magnetik.

magnetik

dapat

diamagnetik, paramagnetik, ferromagnetik.

Berdasarkan

harga

dikategorikan sebagai

Diamagnetik

adalah benda yang

mempunyai niai k kecil dan negatif. Paramagnetik adalah benda magnetik yang
mempunyai nilai k kecil dan positif. Sedangkan Ferromagnetik adalah benda
magnetik yang mempunyai nilai k positif dan besar.
2.1.5

Jenis - jenis Magnet Pada Batuan


Sifat magnetisasi batuan atau suseptibilitas pada batuan beranekaragam,

tergantung pada pembentukan batuan itu sendiri diantaranya :


Diamagnetik
Merupakan jenis magnet dimana jumlah elektron dalam atomnya
berjumlah genap dan semuanya sudah saling berpasangan sehingga efek
magnetisasinya paling kuat dalam medan polarisasi. Pada diamagnetik ini
nilai dari k akan negatif, hal ini menunjukan bahwa intensitas induksinya
akan

berlawanan

arah

dengan

gaya

magnetnya

atau

medan

polarisasi.Contoh : kuarsa, marmer, air, kayu dll.

Gambar 2.1 Posisi Momen Magnet Diamagnetik


Paramagnetik
Pada paramagnetik ini medan magnetiknya hanya akan ada jika

dimagnetisasi oleh medan magnet dari luar saja, sehingga jika pengaruh
medan magnet dari luarnya dihilangkan, maka pengaruh medannya
menghilang juga. Karena pengaruh termal, maka gerakan elektronnya

menjadi random kembali dan nilai k positif dan berbanding terbalik


dengan temperatur absolut (hk. Curie wiess). Junlah elektron
paramagnetik adalah ganjil, momen magnet pada paramagnetik ini searah
dengan medan polarisasi dan induksi magnetiknya bernilai kecil karena
hanya sebagian kecil spin teralenisasi.

Gambar 2.2 Posisi Momen Magnet Paramagnetik


Ferromagnetik
Pada jenis magnet ini sebagian besar elektron tidak memiliki

pasangan, sehingga sangat mudah ter induksi medan magnet dari luar serta
memiliki sifat suseptibilitas magnetik yang besar. Pada Ferromagnetik ini
apabila ada pengaruh medan magnet dari luar, pengaruh ini juga
dipengaruhi kuat medan magnet dari luar serta lingkungan sekitarnya spin
magnetiknya hasil penyearahan cenderung mengikuti arah medan magnet
pengaruh dari luar, dan arah spin magnet cenderung tidak akan berubah ke
keadaan awal.

Gambar 2.3. Arah Spin Magnet Hasil Penyearahan Pengaruh Medan Luar

Antiferromagnetik
Merupakan jenis

material

yang

tidak

umum

seperti

superkonduktor, pada jenis ini hampir mirip dengan ferromagnetik


hanya saja spin magnetiknya bernilai lebih kecil atau sama, arah spin
magnetiknya berlawanan dan tidak memiliki gaya magnet.

Ferrimagnetik

Jenis ini hampir menyerupai ferromagnetik, namun perbedaannya


arah spin magnetiknya sebagian besar berlawanan.
2.1.6

Induksi Magnetik
Suatu bahan magnetik yang diletakkan dalam medan luar
menghasilkan medan tersendiri

akan

yang meningkatkan nilai total medan

magnetik bahan tersebut. Induksi magnetik yang didefinisikan sebagai


medan total bahan ditulis:
(2.5)
Hubungan medan sekunder

= 4 , Satuan

dalam cgs adalah

gauss, sedangkan dalam geofisika eksplorasi dipakai satuan gamma (g)


dan dalam SI adalah tesla (T) atau nanoTesla (nT).
2.1.7

Potensial Magnetostatik
Potensial

magnetostatik

didefinisikan

sebagai

tenaga

yang

diperlukan untuk memindahkan satu satuan ktub magnet dari titik tah
terhinga ke suatu titik tertentu dan dapat didefinisikan sebagai :

(2.6a)
Untuk benda tiga dimensi, material didalamnya memberikan
sumbangan momen magnetik per satuan volume

(r). Jadi potensialnya

adalah hasil integral sumbangan momen dwi kutub per satuan volume dan
dapat dituliskan sebagai :
(2.6b)
Dan medan magnet benda sebagai penyebab timbulnya anomali
dapat dituliskan sebagai :
(2..6c)
2.1.8

Medan Magnet Bumi

Medan magnet bumi dapat dibayangkan seperti suatu lapisan


polarisasi yang seragam. Magnetik Kutub Utara medan medannya adalah
Vertical yang bergerak Inward dan Magnetik Kutub Selatan juga bergerak
Vertical yang bergerak Outward.
Arah pergerakan medan adalah menuju permukaan bumi sehingga
terjadi suatu perubahan dari Vertical ketika di Kutub Utara yang mana
bergerak secara Inward, kemudian menjadi Horizontal yang bergerak
secara Northward ketika di Equator dan akhirnya berubah Vertical yang
bergerak secara Outward ketika di Kutub Selatan.

Gambar 2.4 Garis Gaya Medan Magnet


Pada tahun 1893 Gauss pertama kali melakukan analisa harmonic
dari medan magnetik untuk mengamati sifat-sifatnya. Analisa selanjutnya
yang dilakukan oleh para ahli mengacu pada kesimpulan umum yang
dibuat oleh Gauss yaitu :
1.
Intensitas medan magnetik bumi hampir seluruhnya berasal dari
dalam bumi.
2.
Medan yang teramati dipermukaan bumi dapat didekati dengan
persamaan harmonic yang pertama yang berhubungan dengan potensial
dwikutub dipusat bumi. Dwi kutub Gauss ini mempunyai kemiringan
11.50 terhadap sumbu geografi.
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau
disebut juga elemen medan magnet bumi yang dapat diukur yaitu meliputi
arah dan intensitas kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi :
Deklinasi (D)
Yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen horizontal yang
dihitung dari utara menuju timur.
Inklinasi (I)

Yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang horizontal yang
dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertical kebawah.

Gambar 2.5 Pengaruh Inklinasi Benda


Intensitas Horizontal (BH)
Yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang horizontal.
Medan magnetik total (B)
Yaitu besar dari vector medan magnetik total.

Gambar 2.6 Elemen Medan Magnet Bumi


Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk
menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai
yang disebut International Geomagnetiks Reference Field (IGRF) yang
diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari
hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang
dilakukan dalam waktu satu tahun.
Medan magnet bumi terdiri dari tiga bagian :
1.
Medan magnet utama (main field)
Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata
hasil pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah
dengan luas lebih dari 10 km2.
2.
Medan magnet luar (external field)
Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang
merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar
ultraviolet dari matahari. Karena sumber medan luar ini berhubungan

dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer,


maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.
3.
Anomali medan magnet
Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet local
(crustal field). Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung
mineral bermagnet seperti magnetite (Fe7S8), titanomagnetite (Fe2TiO4)
dan lain-lainnya yang berada dikerak bumi.
Medan utama magnetik bumi (main field) dan medan magnet
benda penyebab anomali medan magnet memberikan sumbangan dalam
medan magnet total bumi sehingga medan magnet total bumi pun berubah
(Blakely, 1995).
Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari
pengukuran adalah variasi medan magnetik yang etrukur dipermukaan
(anomali magnetik). Secara garis besar, anomali medan magnetik
disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik induksi.
Medan magnetik remanen mempunyai peranan besar terhadap magnetisasi
batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan
dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk
diamati. Ada beberapa tipe remanen magnetik, yaitu :

TRM (Thermo Remanent Magnetik)


Proses ini terjadi akibat pendinginan dari suhu tinggi, umumnya terbentuk
pada magma yang keluar dari perut bumi dan kemudian membeku, cepat
lambatnya magma tersebut membeku mempengaruhi sifat kemagnetan
batuan tersebut. sifat kemagnetan ini akan hilang jika dipanaskan melebihi
suhu currie (>6000C).

IRM (Ishothermal Remanent Magnetik)


Pada proses ini terjadi tanpa adanya perubahan temperatur yang signifikan.
Gaya magnetisasi ini bekerja dalam waktu yang singkat, misalnya batuan
tersebut terkena sambaran petir, sehingga menyebabkan adanya sifat
magnet pada batuan itu. (Syamsu Rosid, 2008).

VRM (Viscous Remanent Magnetik)


Proses ini terjadi akibat adanya pengaruh medan magnet yang lemah,
namun berlangsung dalam kurun waktu yang sangat lama. Sehingga
membuat arah spin magnet dan spin elektron menjadi searah secara

perlahan-lahan dan menimbulkan sifat magnet pada batuan secara


perlahan.

DRM (Detrital / Depositional Remanent Magnetik)


Proses ini umumnya terjadi pada batuan sedimen, batuan sedimen
terbentuk dari serpihan batuan-batuan yang berukuran kecil, sehingga pada
daerah tertentu butiran batuan kecil tersebut terakumulasi dan mengalami
kompaksi akibat gaya eksogen. Gaya eksogen ini juga berpengaruh
terhadap kenaikan suhu (dibawah suhu currie). Kenaikan suhu ini dapat
membantu pembentukan sifat kemagnetan suatu batuan.

CRM (Chemical Remanent Magnetik)


Proses ini terbentuk akibat reaksi kimia yang terjadi dibawah suhu currie.
Reaksi kimia tersebut dapat mengubah arah spin magnet dan spin elektron.
Dari reaksi tersebut dapat menyebabkan timbulnya dan bahkan hilangnya
sifat magnetisasi suatu batuan.
Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan
medan magnetik remanen dan induksi, bila arah medan magnet remanen
sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah
besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan
remanen akan diabaikan apabila anomali medan magnetik kurang dari
25% medan magnet utama bumi (Telford, 1976), sehingga dalam
pengukuran medan magnet berlaku :
(2.7)
Dengan :

2.1.9

: medan magnet total bumi


: medan magnet utama bumi
: medan magnet luar
: medan magnet anomali

Variasi Medan Magnet Bumi

Intensitas medan magnet yang terukur diatas permukaan bumi


selalu mengalami perubahan terhadap waktu. Perubahan ini dapat terjadi
dalam waktu yang relatif singkat ataupun lama. Berdasarkan beberapa
factor penyebabnya perubahan medan magnetik bumi dapat terjadi antara
lain :
1. Variasi Sekuler
Variasi sekuler ialah variasi medan bumi yang berasal dari variasi
medan magnet utama bumi, sebagai akibat dari perubahan posisi
kutub magnetik bumi. Pengaruh variasi sekuler telah diantisipasi
dengan cara memperbarui dan menetapkan nilai intensitas medan
magnet utama bumi yang dikenal dengan IGRF setiap lima tahun
sekali.
2. Variasi Harian
Variasi harian ialah variasi medan magnet bumi yang sebagian besar
bersumber dari medan magnet luar. Medan magnet luar berasal dari
perputaran arus listrik didalam lapisan ionosfer yang bersumber dari
partikel-partikel

terionisasi

oleh

radiasi

matahari

sehingga

menghasilkan fluktasi arus yang dapat menjadi sumber medan


magnet. Jangkauan variasi ini hingga mencapai 30 gamma dengan
periode 24 jam. Selain itu juga terdapat variasi yang amplitudonya
berkisar 2 gamma dengan perioda 25 jam. Variasi ini diasosiasikan
dengan interaksi ionosfer bulan yang dikenal dengan variasi harian
bulan (Telford, 1976).
3. Badai Magnetik
Badai magnetik ialah gangguan yang bersifat sementara dalam medan
magnetik bumi dengan magnetik berkisar 1000 gamma. Factor
penyebabnya diasosiasikan dengan aurora. Meskipun waktunya acak
tetapi kejadian ini sering muncul dalam interval sekitar 27 hari, yaitu
suatu periode yang berhubungan dengan sunspot (Telford, 1976).
Badai magnetik secara langsung menyebabnya rusaknya data
pengamatan.
2.1.10 Koreksi Data Magnetik

Untuk mendapatkan anomali medan magnetik yang menjadi target


survei, maka data magnetik yang diperoleh harus dibersihkan atau
dikoreksi dari pengaruh beberapa medan magnet yang lain. Secara umum
beberapa koreksi yang dilakukan dalam survei magnetik meliputi :
1. Koreksi Harian
Koreksi ini dilakukan terhadap data magnetik terukur untuk
menghilangkan pengaruh medan magnet luar atau variasi harian.
2. Koreksi IGRF
Koreksi ini dilakukan terhadap data medan magnet terukur untuk
menghilangkan pengaruh medan utama magnet bumi dimana medan
magnet IGRF adalah referensi medan magnet disuatu tempat.
Dengan demikian nilai anomali medan magnet total atau target yang
disurvei adalah :
(2.8)
Dengan :

: medan magnet total bumi

: medan magnet utama bumi


: medan magnet luar
: medan magnet anomaly

2.2

Anomali Magnetik Pada Patahan


Peristiwa patahan pada suatu lapisan dapat diumpamakan dengan
membayangkan sebuah magnet yang dibelah menjadi dua bagian. Apabila
pada peristiwa patahan tidak terdapat perubahan fisis batuan maupun
perubahan posisi, maka hal ini tidak akan menimbulkan perubahan
anomali. Tetapi, jika terjadi perubahan sifat fisis batuan seperti

terjadinya peristiwa metamorfosa batuan atau terjadi kenaikan lapisan


akibat tekanan pada lapisan tersebut, maka akan terjadi perubahan nilai
anomali magnetik. Perubahan anomali magnetik juga dapat diakibatkan
oleh hadirnya batuan pengisi rekahan patahan, dimana batuan tersebut
adalah batuan mineral ataupun intrusi lava. Jika rekahan patahan terisi oleh
batuan intrusi maka hal ini akan menimbulkan lonjakan anomali.
Perubahan nilai anomali juga dapat dikarenakan adanya perbedaan
lapisan dimana terdapat perbedaan kontras nilai suseptibilitas antara
lapisan. Adanya perbedaan lapisan ini bisa dikarenakan adanya kenaikan
lapisan akibat terjadinya patahan ataupun karena adanya lapisan baru hasil
dari proses pengendapan.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1

Proses Pengolahan Data Awal


Proses pengolahan data awal ditujukan untuk memperoleh nilai anomali

magnetik dari data yang diperoleh dari penelitian dilapangan. Hal ini dikarenakan

data awal yang kita peroleh merupakan data mentah yang masih ada pengaruh dari
dalam dan luar bumi.
Proses pengolahan data awal ini dilakukan dengan mengkoreksi data
mentah dan ada 2 koreksi yang diterapkan yaitu Koreksi Harian (Diurnal
Correction) dan Koreksi IGRF. Koreksi harian dilakukan untuk menghilangkan
pengaruh medan magnet yang berasal dari luar bumi seperti pengaruh atmosfir,
benda-benda angkasa dan lainnya. Setelah itu, kita melakukan koreksi IGRF,
koreksi ini bertujuan untuk menghilangkan pengaruh medan magnet dari dalam
bumi yang disebabkan oleh Out Core (medan magnet utama) dan juga medan
magnet dari kerak bumi.
3.1.1

Koreksi Harian (Diurnal Correction)


Variasi harian adalah variasi medan magnet bumi yang sebagian
besar bersumber dari medan magnet luar. Medan magnet luar berasal dari
perputaran arus listrik didalam lapisan ionosfer yang bersumber dari
partikel-partikel terionisasi oleh radiasi matahari sehingga menghasilkan
fluktasi arus yang dapat menjadi sumber medan magnet. Jangkauan variasi
ini hingga mencapai 30 gamma dengan periode 24 jam. Selain itu juga
terdapat variasi yang amplitudonya berkisar 2 gamma dengan periode 25
jam. Variasi ini diasosiasikan dengan interaksi ionosfer bulan yang dikenal
dengan variasi harian bulan (Telford, 1976). Nilai variasi harian diperoleh
dari data yang dibaca oleh Base Station.

Gambar 3.1 Kurva Base Station Daerah A


Proses koreksi variasi harian dilakukan dengan cara mencari selisih
nilai magnetik pada data Base Station untuk setiap pengukuran yang
dilakukan dilapangan. Waktu pengukuran pada Base Station dicocokkan
dengan waktu pada Field. Nilai koreksi harian yang diperoleh merupakan
selisih nilai magnetik pada range waktu base station yang merupakan
waktu pengukuran dilapangan.
3.1.2

Koreksi International Geomagnetik Reference Field (IGRF)


Setelah melalui koreksi harian maka data akan dikoreksi secara
regional (koreksi IGRF). Koreksi IGRF adalah koreksi yang dilakukan
terhadap data medan magnet terukur untuk menghilangkan pengaruh
medan utama magnet bumi dan koreksi ini bersifat global. Koreksi ini
dilakukan dengan cara mengurangkan data yang telah dikoreksi
sebelumnya dengan nilai IGRF daerah tersebut. Nilai IGRF dapat kita
ketahui dari peta isodinamis, yaitu peta yang menggambarkan daerah
yang memiliki harga intensitas magnetik yang sama. Kisaran harga IGRF
dipulau Jawa kurang lebih 45000.

3.2

Nilai Anomali Magnetik


Setelah melalui proses Koreksi Harian (Diurnal Correction) dan juga

Koreksi IGRF, maka kita mendapatkan nilai anomali magnetik lapangan.


(3.1)

Dimana :

T
Tobs
Tdv
TIGRF

= Anomali Magnetik
= Harga medan magnet terukur
= Harga variasi harian
= Harga medan magnet utama

Setelah itu, nilai anomali magnetik ini dipetakan agar kita dapat melihat
keadaan anomali seluruh titik lokasi pengukuran. Nilai anomali magnetik ini
adalah campuran antara anomali regional dan residual sehingga informasi
mengenai bagian yang dalam dan dangkal masih tergabung.
Pada daerah penelitian, terdapat daerah yang mempunyai anomali positif
yang bernilai sekitar 1500 dan ada juga daerah yang mempunyai nilai anomali
negative yaitu berkisar -1100, hal ini karena sifat anomali magnetik yang tinggi
dikarenakan ada suatu benda yang sifatnya dangkal dekat dengan permukaan, dan
ada pula daerah yang mempunyai sifat anomali magnetik yang rendah
dikarenakan ada suatu benda yang sifatnya dalam.
Proses pengukuran telah dilakukan dengan benar, data yang diambil
berjarak 30 m, pengukuran diambil sebanyak 3 kali dalam selang jarak 10 m.
Maka dari itu data dianggap valid dan tidak ada gangguan saat pengambilan data.
Kemungkinan anomali magnetik tinggi disebabkan oleh lapisan yang
mempunyai batuan lebih magnetik dan letaknya dengan permukaan. Lapisan
tersebut terdiri dari batuan beku vulkanik, tufa, dan batuan campuran gunung api
dimana lapisan ini menindih lapisan yang lain, atau bisa disebabkan karena batuan
intrusive.

Gambar 3.2. Peta Kontur Data Anomali Magnetik Lapangan

3.3

Pengolahan Data Lanjut

3.3.1

Pengolahan Data Dengan Software Surfer 9


Pada proses ini, setelah melakukan penarikan penampang,
selanjutnya dilakukan proses digitize dan slice. Hasil dari digitize dan slice
adalah data berupa nilai anomali magnetik daerah penelitian dan jarak
lintasan pada penampang yang telah dibuat, yang merupakan data
masukan untuk program Mag2dc sebagai suatu penampang melintang
anomali. Setelah model anomali tergambar, maka dapat dilakukan
pemodelan struktur bawah permukaan dengan memasukan beberapa
parameter, antara lain suseptibilitas batuan, kedalaman dan lainnya.

X Y

Gambar 3.3. Peta Kontur Anomali Magnetik Dan Line Pemodelan


3.4

Pemodelan
Pada tahap ini, dilakukan analisa pada penampang melintang anomali

magnetik local daerah penelitian. Dalam melakukan penarikan garis penampang


perlu diperhatikan bentuk dari konturnya atau pola anomalinya. Bentuk yang
dipertimbangkan adalah berupa tinggian atau rendahan anomali, kerapatan kontur
sehingga dapat diperkirakan pola struktur geologi bawah permukaan yang berupa
suatu patahan, suatu intrusi atau berupa lipatan. Dalam penentuan garis
penampang harus berarah tegak lurus terhadap garis kontur, sehingga dapat
diperkirakan pola struktur geologi dengan baik.
Pada

tahap

pemodelan,

setelah

dilakukan

penarikan

penampang

selanjutnya dilakukan proses digitize dan slice menggunakan program Surfer 9.


Hasil dari digitize dan slice adalah data berupa nilai anomali magnetik dan jarak
lintasan pada peta kontur yang telah dibuat, ini merupakan data masukan untuk
program Mag2dc sebagai suatu penampang melintang anomali. Setelah model
anomali tergambar, maka dapat dilakukan pemodelan struktur bawah permukaan
dengan memasukkan nilai kontras suseptibilitas, inklinasi, deklinasi, kedalaman
lapisan batuan tertentu.

Gambar 3.4. Contoh Penampang Melintang Anomali Magnetik

3.5

Tahapan Interpretasi Data


Pada tahap ini dilakukan interpretasi data dari model yang telah kita buat.

Interpretasi data dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :


1. Interpretasi Kuantitatif
Interpretasi ini didasarkan pada analisa peta kontur anomali magnetik local
yang telah diolah dan dilakukan filtering sebelumnya. Interpretasi ini
bertujuan untuk menduga ada tidaknya benda penyebab anomali dan untuk
melokalisir daerah yang mempunyai anomali.
2. Interpretasi Kualitatif
Interpretasi ini dilakukan dengan bantuan program Mag2dc, karena hasil
dari Mag2dc berupa suseptibilitas suatu batuan. Interpretasi ini bertujuan
untuk menentukan bentuk atau model dan kedalaman benda anomali atau
struktur geologi melalui pemodelan matematis.
Interpretasi kualitatif dilakukan dengan software Mag2dc. Pemodelan pada
Mag2dc menggunakan metode Forward Modeling (pencocokan profile model
dengan profil data lapangan) dengan metode Trial and Error atau coba-coba.
Program ini terdiri dari 2 parameter. Parameter pertama merupakan
parameter tetap dan parameter kedua merupakan parameter variable. Parameter
tetap terdiri dari nilai intensitas magnetik daerah pengukuran sesuai IGRF, sudut
inklinasi, sudut deklinasi dan profil bearing.
Parameter kedua terdiri dari kedalaman, bentuk polygon dan nilai
suseptibilitas. Parameter ini merupakan parameter yang akan dicari nilainya.
Perubahan nilai pada parameter ini akan didapatkan model lapisan bawah
permukaan.
Data anomali medan magnet pada peta kontur dibuat garis yang melalui
anomali rendah dan anomali tinggi (line section). Data line section selanjutnya
akan digunakan sebagai masukan dalam pembuatan model struktur bawah
permukaan.

Diagram Alir penelitian :

Mul
ai
Akuisis
i
Koreksi
Variasi
Harian
Koreksi
IGRF
Anomali
Magnet Total
ma
Interpretas
i
Kuantitatif
Up ward
continuation

Anomal
i
Region
al

Anoma
li Lokal

Reduce To
Pole

Profil
Kurva
Data

Profil
Kurva
Model

Coc
ok
Pemodela
n

Parameter

Informasi
Geologi
Interpretasi
Kualitatif
Kesimpula
n

Gambar 3.5. Diagram Alir Penelitian

Seles
ai

Anda mungkin juga menyukai