HOMECARE
HOMECARE
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus menerus dan
terlibat dalam masyarakat yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode keprawatan kesehatan
berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan
dengan perubahan tersebut. Definisi dan filosofi terkini dari keperawatan memperlihatkan trend
holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan secara keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik
dimensi sehat maupun sakit serta dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Tren
praktik keperawatan meliputi perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat
memiliki kemandirian yang lebih besar.
Perkembangan Keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan oleh :
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi dengan
cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh
masyarakat,
Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus menyesuaikan
dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang ,
Sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan
kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi lemah mereka
ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau.
Sejauh ini, bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang di kenal masyarakat dalam system
pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat jalan. Pada sisi lain, banyak anggota
masyarakat yang menderita sakit dan karena berbagai pertimbangan terpaksa di rawat di rumah
dan tidak di rawat inap di institusi pelayanan kesehatan, seperti kasus-kasus penyakit terminal,
keterbatasan kemampuan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan, manajemen rumah
sakit yang berorientasi pada profit, banyak orang merasakan bahwa di rawat inap membatasi
kehidupan manusia, lingkungan di rumah yang dirasakan lebih nyaman ( Depkes RI,2002 ).
Maka dari itu dalam makalah ini kami membahas trend dan issue kesehatan keperawatan
komunitas tentang home care (Home Health Care), perawatan keluarga dan pondok kesehatan
desa.
2.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep tentang home care / home health care?
2. Bagaimana konsep tentang perawat keluarga?
3. Bagaimana konsep tentang ponkesdes?
2.3
Tujuan
1. Agar mengetahui tentang konsep home care/home health care.
2. Agar mengetahui tentang konsep perawat keluarga.
3. Agar mengetahui tentang konsep ponkesdes.
2.4
Manfaat
1. Mengetahui tentang konsep home care/home health care.
2. Mengetahui tentang konsep perawat keluarga.
3. Mengetahui tentang konsep ponkesdes.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.2
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu
sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau
kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif
terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).
`Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek
keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu,
keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007).
Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi,
social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi
kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian
pasien/ klien (Riyadi, 2007).
Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan
terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam
lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan
Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga
diri dan aktualisasi diri (Riyadi, 2007).
Masyarakat sebagai klien
Kesatuan hidup manusia yang brinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tetentu yang bersifat
terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas bersama (Riyadi, 2007).
Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam perawatan
kesehatan masyarakat adalah :
a. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan
mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan (Elisabeth, 2007).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat,pendidikan kesehatan adalah
suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan (Mubarak, 2005).
b. Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat sebagai
klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan
kelompok khusus, perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan,
perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif model
pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan
masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat yang relevan, maka penulis
mencoba menggunakan pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan
masyarakat (community development) (Elisabeth, 2007).
c. Kerjasama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Partisipasi
klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan
yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (Elisabeth, 2007).
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan masyarakat
digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada. Hal ini
memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masingmasing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan masyarakat
(Elisabeth, 2007).
d. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian
kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, antara
lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk
membentuk pengetahuan baru (Elisabeth, 2007).
Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat
agar muncul partisipasi aktif masyarakat. Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari
upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat
(Elisabeth, 2007).
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus,
komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan
(Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari :
Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi,
social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi
kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian
pasien/klien.
Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan
terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam
lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan
Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga
diri dan aktualisasi diri.
Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur,
permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan.
Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat sebagai satu kesatuan
dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah
binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan mamandang
komunitas sebagai klien.
2.3
Konsep Masalah Kesehatan Komunitas
Kesehatan Lingkungan
Lingkungan dapat didefinisikan sebagai tempat pemukiman dengan segala sesuatunya
dimana organisme hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak
langsung disuga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme
tersebut (Efendi, 2009).
Kesehatan lingkungan dapat dijabarkan sebagai suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannyauntuk
mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia (Himpunan Ahli
Kesehatan Lingkungan Indonesia). Menurut WHO (2005), lingkungan merupakan suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dengan lingkungan agar dapat menjamin
keadaan sehat dari manusia (Efendi, 2009).
Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan
yang optimal sehingga mempengaruhi dampak positif terhadap terwujudnya status kesehatan
yang optimal pula (Efendi, 1998).
Tujuan dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah menurunkan
kejadian diare melalui intervensi terpadu dengan menggunakan pendekatan sanitasi total.
Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas:
Tidak buang air besar (BAB) sembarangan.
Mencuci tangan pakai sabun.
Mengelola air minum dan makanan yang aman.
Mengelola sampah dengan benar.
Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
Menurt WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:
Penyediaan air minum
Pengelolaan air buangan (limbah) dan pengendalian pencemaran
Pembuangan sampah padat
Pengendalian vector
Pencegahan atau pengandalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
Higiene makanan, termasuk higiene susu
Pengendalian pencemaran udara
Pengendalian radiasi
Kesehatan kerja
Pengendalian kebisingan
Perumahan dan pemukiman
Aspek kesehatan lingkungan dan transportasi udara
Perencanaan daerah dan perkotaan
Pencegahan kecelakaan
Rekreasi umum dan pariwisata
Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi (wabah), bencana alam
dan perpindahan penduduk
Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan
Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992, terdapat delapan ruang
lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut:
Penyehatan air dan udara
Pengamanan limbah padat atau sampah
Pengamanan limbah cair
Pengamanan limbah gas
Pengamanan radiasi
Pengamanan kebisingan
Pengamanan vektor penyakit
Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca bencana
Perilaku Masyarakat
adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati
dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku
merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan, 2010).
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan , makanan serta lingkungan.
Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Respon
atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun bersifat aktif
(tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4
unsur pokok, yakni: sakit dan penyakit, sisitem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan
(Wawan, 2010).
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori (Wawan,
2010), yaitu:
Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar
Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar
Ada perilaku-perilaku yang sengaja atau tidak sengaja membawa manfaat bagi kesehatan
individu atau kelompok kemasyarakatan sebaliknya ada yang disengaja atau tidak disengaja
berdampak merugikan kesehatan (Wawan, 2010).
2.4
holistic dalam keperawatan yang ditunjukkan secara keseluruhan dalam berbagai dimensi, baik
dimensi sehat maupun sakit serta dalam interaksinya dengan keluarga dan komunitas. Tren
praktik keperawatan meliputi perkembangan di berbagai tempat praktik dimana perawat
memiliki kemandirian yang lebih besar.
Perkembangan Keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan oleh :
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi dengan
cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh
masyarakat,
Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus menyesuaikan
dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang ,
Sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan
kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi lemah mereka
ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan klien individu dan keluarga yang direncanakan,
dikoordinasikan, dan disediakan oleh penyedia diselenggarakan untuk mempekerjakan staf
melalui home care, pengaturan kontrak, atau kombinasi dari dua pola tersebut (Warhola, 1980).
Health care secara pribadi masih diutamakan penyakit dan orientasi pengobatan dan
mempunyai keutamaan dalam terapi medisnya. Meskipun The American Medikal Association
(AMA) dan organisasi kesehatan lain mendorong orang-orang untuk memeriksakan
kesehatannya secara rutin yang bertujuan untuk pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Kebanyakan asuransi pribadi tidak mengadakan pemeriksaan fisik secara rutin,
sehingga biaya yang harus dikeluarkan oleh klien sangat mahal.
Dibidang masyarakat umum pengiriman layanan health care terlihat lebih baik.
Mendapatkan upah dari pelayanannya namun hal tersebut meliputi bermacam-macam pegawai
dan tenaga kesehatan yang sukarela yang tentang menyebarluaskan, mendorong promosi
kesehatan dan pendidikan umum tentang pemeliharaaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Ada banyak jenis program skrining, beberapa diantaranya dari pemerintah dan yang lain dari
yayasan pribadi untuk mendeteksi penyakit-penyakit tertentu. Sebagai contohnya jenis skrining
yang telah dilakukan oleh departemen kesehatan, pengadaan klinik untuk lansia oleh komunitas
lanjut usia (Margot, 1983).
Di Amerika, Home Care (HC) yang terorganisasikan dimulai sejak sekitar tahun 1880an, dimana saat itu banyak sekali penderita penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi.
Meskipun pada saat itu telah banyak didirikan rumah sakit modern, namun pemanfaatannya
masih sangat rendah, hal ini dikarenakan masyarakat lebih menyukai perawatan dirumah.
Kondisi ini berkembang secara professional, sehingga pada tahun 1900 terdapat 12.000 perawat
terlatih di seluruh USA (Visiting Nurses / VN ; memberikan asuhan keperawatan dirumah pada
keluarga miskin, Public Health Nurses, melakukan upaya promosi dan prevensi untuk
melindungi kesehatan masyarakat, serta Perawat Praktik Mandiri yang melakukan asuhan
keperawatan pasien dirumah sesuai kebutuhannya). (Lerman D. & Eric B.L, 1993).
Sejak tahun 1990-an institusi yang memberikan layanan Home Care terus meningkat
sekitar 10% perthun dari semula layanan hanya diberikan oleh organisasi perawat pengunjung
rumah (VNA = Visiting Nurse Association) dan pemerintah, kemudian berkembang layanan
yang berorientasi profit (Proprietary Agencies) dan yang berbasis RS (Hospital Based Agencies)
Kondisi ini terjadi seiring dengan perubahan system pembayaran jasa layanan Home Care (dapat
dibayar melalui pihak ke tiga / asuransi) dan perkembangan spesialisasi di berbagai layanan
kesehatan termasuk berkembangnya Home Health Nursing yang merupakan spesialisasi dari
Community Health Nursing (Allender & Spradley, 2001)
Di UK, Home Care berkembang secara professional selama pertengahan abad 19, dengan
mulai berkembangnya District Nursing, yang pada awalnya dimulai oleh para Biarawati yang
merawat orang miskin yang sakit dirumah. Kemudian merek mulai melatih wanita dari kalangan
menengah ke bawah untuk merawat orang miskin yang sakit, dibawah pengawasan Biarawati
tersebut (Walliamson, 1996 dalam Lawwton, Cantrell & Harris, 2000). Kondisi ini terus
berkembang sehingga pada tahun 1992 ditetapkan peran District Nurse (DN) adalah :
merawat orang sakit dirumah, sampai klien mampu mandiri
merawat orang sakaratul maut dirumah agar meninggal dengan nyaman dan damai
mengajarkan ketrampilan keperawatan dasar kepada klien dan keluarga, agar dapat digunakan
pada saat kunjungan perawat telah berlalu.
Selain District Nurse (DN), di UK juga muncul perawat Health Visitor (HV) yang berperan
sebagai District Nurse (DN) ditambah dengan peran lain ialah :
melakukan penyuluhan dan konseling pada klien, keluarga maupun masyarakat luas dalam upaya
pencegahan penyakit dan promosi kesehatan
memberikan saran dan pandangan bagaimana mengelola kesehatan dan kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan kondisi setempat.
Di Indonesia, layanan Home Care (HC) sebenarnya bukan merupakan hal yang baru,
karena merawat pasien di rumah baik yang dilakukan oleh anggota keluarga yang dilatih dan
atau oleh tenaga keperawatan melalui kunjungan rumah secara perorangan, adalah merupakan
hal biasa sejak dahulu kala. Sebagai contoh dapat dikemukakandalam perawatan maternitas,
dimana RS Budi Kemulyaan di Jakarta yang merupakan RS pendidikan Bidan tertua di
Indonesia, sejak berdirinya sampai sekitar tahun 1975 telah melakukan program Home Care
(HC) yang disebut dengan Partus Luar. Dalam layanan Partus Luar, bidan dan siswa bidan
RS Budi Kemulyaan melakukan pertolongan persalinan normal dirumah pasien, kemudian
diikuti dengan perawatan nifas dan neonatal oleh siswa bidan senior (kandidat) sampai tali pusat
bayi puput (lepas). Baik bidan maupun siswa bidan yang melaksanakan tugas Partus Luar dan
tindak lanjutnya, harus membuat laporan tertulis kepada RS tentang kondisi ibu dan bayi serta
tindakan yang telah dilakukan. Kondisi ini terhenti seiring dengan perubahan kebijakan Depkes
yang memisahkan organisasi pendidikan dengan pelayanan.
3.1.2
b.
c.
d.
e.
4)
5)
a.
b.
kelompok masyarakat tertentu, karena faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain.
Struktur sosial seperti kepercayaan, politik, ekonomi dan kekeluargaaan adalah kekuatan
signifikan yang berdampak pada care dan mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi sakit.
Theory of Human Caring (Watson, 1979)
Teori ini mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan
antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai
manusia, dengan demikian mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh. Pandangan teori
Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang
saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikial (kebutuhan untuk hidup) yang
meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi, kebutuhan
psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebutuhan
seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk
berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk
pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
Teori Self Care (Dorothea Orem)
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada kebutuhan
individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta mengatur dalam kebutuhannya.
Dalam konsep praktik keperawatan Orem mengembangkan dua bentuk teori Self Care, di
antaranya :
Perawatan diri sendiri (Self Care)
1) Self Care: merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksananakan oleh individu
itu sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan.
2) Self Care Agency: merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri
sendiri, yang dapat dipengaruhi oeh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
3) Theurapetic Self Care Demand: tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang
merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri
dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat.
4) Self Care Requisites: kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada
penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan proses
kehidupan manusia serta dalam upaya mepertahankan fungsi tubuh. Self Care Requisitesterdiri
dari beberapa jenis, yaitu : Universal Self Care Requisites (kebutuhan universal manusia yang
merupakan kebutuhan dasar), Developmental Self Care Requisites (kebutuhan yang berhubungan
perkembangan indvidu) dan Health Deviation Requisites (kebutuhan yang timbul sebagai hasil
dari kondisi pasien).
Self Care Defisit
Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum di mana segala
perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan
seseorang pada saat tidak mampu atau terbatas untuk melakukan self carenyasecara terus
menerus. Self care defisit dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau kebutuhan yang
melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan kemampuan dalam perawatan dan
tuntutan dalam peningkatan self care, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dalam pemenuhan
perawatan diri sendiri serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem memiliki
metode untuk proses tersebut diantaranya bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai
pembimbing orang lain, memberi support, meningkatkan pengembangan lingkungan untuk
pengembangan pribadi serta mengajarkan atau mendidik pada orang lain.
6) Teori Dinamic dan Self Determination for Self Care (Rice)
Perawat sebagai fasilitator dan koordinator dari pilihan keseimbangan sehat sakit yang
ditetapkan oleh pasien.
3.1.3
Landasan Hukum Home Care
Fungsi hukum dalam Praktik Perawat :
Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan
hukum
Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain
Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri
Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan posisi perawat
memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
Landasan hukum :
UU Nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
UU Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
PP Nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
PP Nomor 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah.
PP Nomor 47 tahun 2006 tentang Jabatan fungsional dokter, dokter gigi, apoteker, ass.apoteker,
pranata lab.kes. epidemiologi kes, entomology kes, sanitarian, administrator kesehatan, penyuluh
kes masy, perawat gigi, nutrisionis, bidan, perawat, radiographer, perekam medis, dan teknisi
elektromedis
SK Menpan Nomor 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal perawat.
Kepmenkes Nomor 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas
Kepmenkes Nomor 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan Perkesmas.
Kepmenkes Nomor 374 tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Nasiona
Kepmenkes Nomor 267 tahun 2010 tentang penetapan roadmap reformasi kes.masy.
Permenkes Nomor 920 tahun 1986 tentang pelayan medik swasta
Permenkes Nomor 148 tahun 2010 tentang ijin dan penyelenggaraan praktik keperawatan
pelayanan apa yang akan diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan, jenis
peralatan, dan jenis sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.
Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan keperawatan dirumah
baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak atau pelaksana yang direkrut oleh pengelola
perawatan dirumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap
kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui oleh koordinator
kasus.
Secara periodic koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan
yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan.
Persyaratan pasien / klien yang menerima pelayanan perawatan dirumah :
Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggungjawab atau menjadi pendamping bagi
klien dalam berinteraksi dengan pengelola.
Bersedia menandatangani persetujuan setelah diberikan informasi (Informed consent)
Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan kesehatan dirumah untuk
memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan haknya dalam menerima pelayanan.
3.1.7 Lingkup Praktik Keperawatan Di Rumah
Lingkup praktik keperawatan mandiri meliputi asuhan keperawatan perinatal, asuhan
keperawatan neonantal, asuhan keperawatan anak, asuhan keperawatan dewasa, dan asuhan
keperawatan maternitas, asuhan keperawatan jiwa dilaksanakan sesuai dengan lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya. Keperawatan yang dapat dilakukan dengan :
Melakukan keperawatan langsung (direct care) yang meliputi pengkajian bio- psiko- sosiospiritual dengan pemeriksaan fisik secara langsung, melakukan observasi, dan wawancara
langsung, menentukan masalah keperawatan, membuat perencanaan, dan melaksanakan tindakan
keperawatan yang memerlukan ketrampilan tertentu untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
yang menyimpang, baik tindakan-tindakan keperawatan atau tindakan-tindakan pelimpahan
wewenang (terapi medis), memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan dan melakukan
evaluasi.
Mendokumentasikan setiap tindakan pelayanan yang di berikan kepada klien, dokumentasi ini
diperlukan sebagai pertanggung jawaban dan tanggung gugat untuk perkara hukum dan sebagai
bukti untuk jasa pelayanan kepertawatan yang diberikan.
Melakukan koordinasi dengan tim yang lain kalau praktik dilakukan secara berkelompok.
Sebagai pembela/pendukung(advokat) klien dalam memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan
klien dirumah dan bila diperlukan untuk tindak lanjut kerumah sakit dan memastikan terapi yang
klien dapatkan sesuai dengan standart dan pembiayaan terhadap klien sesuai dengan pelayanan
/asuhan yang diterima oleh klien.
1.
2.
3.
4.
5.
Alat/ sarana
a) Alat kesehatan
Tas/ kit
Pemeriksaan fisik
Set perawatan luka
Set emergency
Set pemasangan selang lambung
Set huknah
Set memandikan
Set pengambilan preparat
Set pemeriksaan lab. Sederhana
Set infus/ injeksi
Sterilisator
Pot/ urinal
Tiang infuse
Tempat tidur khusus orang sakit
Pengisap lender
Perlengkapan oxygen
Kursi roda
Tongkat/ tripot
Perlak/ alat tenun
of the identified client, the nurse establishes a relationship with each family member
within the unit and understands the influence of the unit on the individual and society.
Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada anggota keluarga individu, dalam
konteks keluarga, atau unit keluarga. Terlepas dari identifikasi klien, perawat
menetapkan hubungan dengan masing-masing anggota keluarga dalam unit dan
memahami pengaruh unit pada individu dan masyarakat.
Perawat yang melakukan kunjungan ke rumah memiliki perhatian yang
menyeluruh terhadap masalah kesehatan yang ditemukan atau diidentifikasi dari
keluarga tertentu atau sekelompok keluarga. Perawat kesehatan masyarakat harus
harus memiliki kemampuan klinik yang memadai dan bekerja sama dengan klien yang
ada di komunitas. Untuk dapat melakukan hubungan dengan keluarga , perawat tidak
perlu bertemu secara langsung dengan seluruh anggota keluarga. Salah satu anggota
keluarga dapat menjadi sumber informasi, tetapi perawat juga harus menyadari adanya
kemungkinan bahwa informasi yang diberikan tersebut dipengaruhi oleh persepsi dari
sumber. Perawat memerlukan waktu untuk memperkenalkan diri pada keluarga,
gunakan panggilan yang formal, kecuali jika keluarga berkehendak lain. Sangat penting
bagi perawat untuk berinteraksi dengan sebanyak mungkin anggota keluarga.
Tujuan keperawatan keluarga dari WHO di europe yang merupakan praktek
keperawatan termodern saat ini adalah :
Promoting and protecting people health. Merupakan perubahan pradigma dari cure
menjadi care melalui tindakan preventif.
Mengurangi kejadian dan penderitaan akibat penyakit .
3.2.2 Peran Perawat Keluarga
Perawat keluarga memiliki peran untuk memandirikan keluarga dalam merawat
anggota keluarganya, sehingga keluarga mampu melakukan fungsi dan tugas
kesehatan, Friedmen menyatakan bahwa keluarga diharapkan mampu mengidentifikasi
lima fungsi dasar keluarga, diantaranya fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi,
dan fungsi perawatan keluarga. Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan
kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan
keluarga yang sehat. Peran perawat dalam melakukan perawatan keluarga antara lain
sebagai berikut :
a. Pendidik (Edukator)
Perawat kesehatan keluarga harus mampu memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga agar keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga
secara madiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarganya.
Kemampuan pendidik perlu didukung oleh kemampuan memahami bagaimana
keluarga dapat melakukan proses belajar mengajar. Secara umum tujuan proses
pembelajaran adalah untuk mendorong perilaku sehat atau mengubah perilaku yang
tidak sehat. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah untuk peningkatan
kesehatan dan penanganan penyakit serta membantu keluarga untuk mengembangkan
ketrampilan penyelesaian maslaah yang sedang dialami atau dibutuhkan. Disamping
hal-hal diatas perawat kesehatan keluarga juga melakukan bimbingan antisipasif
kepada keluarga, sehingga dapat terwujud keluarga yang sejahtera, bertanggung jawab
memberikan pendidikan keperawaatan keluarga kepada sesame perawat dan tim
kesehatan lain.
b. Koordinator
Menurut ANA, praktik keperawatan komunitas merupakan praktik keperawatan yang
umum, menyeluruh, dan berkelanjutan dapat dilaksanakan jika direncanakan dan
dikoordinasikan dengan baik. Koordinasi merupakan salah satu peran utama perawat
yang bekerja dengan keluarga. Klien yang pulang dari rumah sakit memerlukan
perawatan lanjutan dirumah, maka diperlukan koordinasi lanjuatan asuhan keperawatan
di rumah. Program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin pada keluarga perlu pula
dikoordinasikan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaanya. Koordinasi
diperlukan pada nperawatana berkelanjutan agsr tercapai pelayanan yang
komprehensif.
c. Pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung
Kontak pertama perawat terhadap keluarga dapat melalui anggota keluarganya yang
sakit. Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga, baik di rumah, klinik, maupun di
rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung atau
mengawasi keluarga memberikan perawatan terhadap anggota yang di rumah sakit ,
perawat melakukan perawatan langsung atau demonstrasi asuhan yang disaksikan
oleh keluarga dengan harapan keluarga mampu melakukanya di rumah, perawat dapat
mendemonstrasikan dan mengawasi keluarga untuk melakukan peran langsung selama
di rumah sakit atau di rumah oleh perawat kesehatan masyarakat.
d. Pengawas Kesehatan
Perawat mempunyai tugas melakukan home visit yang teratur untuk mengidentifikasi
atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
e. Konsultan atau Penasehat
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.
Hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap terbuka
dan dapat dipercaya. Dengan demikian keluarga mau meminta nasihat kepada perawat
tentang masalah yang bersifat pribadi. Pada situasi ini perawat sangat dipercaya
sebagai narasumber untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga.
f. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau
anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.
g. Advokasi
Keluarga sering kali tidak mendapatkan pelayanan yang sesuai di masyarakat, kadang
kala keluarga tidak menyadari mereka telah dirugikan. Sebagai advokat klien, perawat
berkewajiban untuk melindungi hak keluarga. Misalnya keluarga dengan social ekonomi
lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya, maka perawat dapat membantu
keluarga mencari bantuan.
h. Fasilitator
Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga meningkatkan derajat
kesehatannya. Keluarga sering tidak dapat menjangkau pelayanan kesehatan karena
berbagai kendala yang ada. Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan
dalam menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi dan masalah social
budaya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan baik , maka perawat
komunitas harus mengetahui system pelayanan kesehatan misalnya system riujukan
dan dana sehat.
i. Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi masalah
kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan penyakit atau wabah.
j.
Modifikasi Lingkungan
Perawat komunitas harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah
maupun lingkungan masyarakat, sehingga tercipta lingkungan yang sehat.
3.2.3 Intervensi Utama Perawat Keluarga
Empat intervensi utama perawat keluarga dititikberatkan kepada pencegahan.
Primer proaktif mencegah stessor, mempermudah mendapatkan fasilitas kesehatan.
Contoh : memberi pendkes untuk mencegah penyakit, menciptakan suasana harmonis
di keluarga.
Sekunder screening, vaksinasi, deteksi awal timbulnya penyakit.
Tersier rehabilitasi untuk mencegah morbiditas lebih lanjut. Contohnya ROM bagi
penderita stroke.
Direct care bekerja sama dengan keluarga yang merupakan sistem pendukung utama
untuk menyembuhkan
Empat tingkatan keluarga
Family as context
1. Fokus pada kesehatan individu
2. Keluarga sebagai background dari anggotanya
3. Keluarga sebai support system atau stressor terberat bagi anggota
4. Individu / anggota keluarga akan dikaji dan diintervensi
5. Keluarga akan dilibatkan dalam berbagai kesempatan
Family as client
1. Fokus pada seluruh anggota keluarga
2. Keluarga didefinisikan sebagai kelompok atau keseluruhan dari anggota keluarga
3. Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya
4. Masalah kesehatan atau keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan
diintervensi bersamaan.
Family as system
1. Fokus masalah pada hubungan antara anggota keluarga
2. Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah subsistem dalam keluarga
3. Anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi
4. Fokus intervensi : mengenai hubungan ibu anak, hub perkawinan, dll
Family as component of society
1. keperawatan.
2. Fokus keluarga dengan individu sebagai background
3. Keluarga dipandang sebgai interaksional system
4. Fokus intervensi : dinamis internal keluarga, hubungan dalam keluarga
5. subsistem keluarga dengan lingkungan luar.
3.3
Visi Ponkesdes
3.3.3
Misi Ponkesdes :
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka misi yang dilaksanakan adalah :
Menggerakkan masyarakat desa/kelurahan,agar menciptakan lingkungan desa/kelurahan yang
sehat
Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di desa/kelurahan
Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dasar di Ponkesdes
Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan,keluarga,masyarakat desa/kelurahan.
3.3.4
Tujuan Ponkesdes
Tujuan Ponkesdes adalah meningkatkan akses pelayanan kesehatan serta
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di
desa/kelurahan agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya.
BAB 1V
PENUTUP
4.1
Simpulan
Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care adalah
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang diberikan kepada individu
dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan
atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat
dari penyakit.
Perawat keluarga adalah perawat yang berperan membantu individu dan keluarga untuk
menghadapi penyakit dan disabilitas kronik dengan meluangkan sebgaian waktu bekerja di
rumah pasien dan bersama keluarganya. Keperawatan keluarga dititikberatkan pada kinerja
perawat bersama dengan keluarga karena keluarga merupakan subyek.
Pondok Kesehatan Desa adalah sarana pelayanan kesehatan yang berada di desa atau
kelurahan yang merupakan pengembangan dari Pondok Bersalin Desa (Polindes) sebagai
jaringan Puskesmas dengan tenaga minimal perawat dan bidan dalam rangka mendekatkan akses
dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
4.2
Saran
Perawat dapat memilih dari dan menggunakan berbagai metode, materi, dan media untuk
mendukung kesehatan mereka kegiatan pendidikan. Sumber daya tersebut harus ditinjau dan
di evaluasi untuk kesesuaian mereka untuk kelompok sasaran yang dituju. Kunci untuk
memenuhi kebutuhan individu, keluarga, dan masyarakat yang merangkul gagasan bahwa
pendidikan kesehatan adalah proses interaktif akan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal
banyak. Untuk rekan sejawat mengetahui trend issue keperawatan kesehatan komunitas di
Indonesia dan dunia diantaranya home care, home health care, perawat keluarga, pondok
kesehatan desa (ponkesdes).