8.laporan Praktikum Bod Cod
8.laporan Praktikum Bod Cod
PENDAHULUAN
mengakibatkan
kualitas
air
sungai
tidak
sesuai
dengan
maka
perlu
diketahui
dari
parameter-parameter
yang
dipengaruhi oleh limbah. Salah satu sifat yang dapat diuji untuk
menentukan tingkat pencemaran air adalah BOD (Biological Oxygen
Demand) dan COD (Chemycal Oxygen Demand).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
lokasi
pengambilan
telah
ditetapkan,
langkah
semakin
tergambarkan
kualitas
air
sungai
rata-rata Klasifikasi
tahunan (m3/detik)
sungai
Jumlah
titik
pengambilan
sampel
<5
Kecil
5 - 150
Sedang
150 - 1000
Besar
>1000
Sangat
besar
Minimum
sungai
besar
seperti
pada
jumlah
titik
kenaikan
(inlet)
dan
keluar
(outlet)
IPAL
dengan
ii.
iii.
Kelurahan
Embong
Kaliasin,
Kelurahan
Ketabang,
d. Lingkungan kumuh
Beberapa kawasan di sekitar atau di tepian Kali Mas, yang
kondisinya kumuh adalah di kawasan Dinoyo, Gemblongan,
sekitar Akhmad Jais, dan di kawasan utara. Kekumuhan tersebut
di samping berupa fisik bangunan rumah yang tidak permanen
(seadanya), ukuran bangunan yang kecil, kepadatan bangunan
yang tinggi, juga bangunan tersebut dibangun di atas badan air
dengan buangan rumah tangga yang langsung ke badan air.
Fungsi utama Kali Mas pada saat ini adalah sebagai tempat
pembuangan air dari saluran drainase yang ada di wilayah kota
Surabaya, terutama yang berada di bagian tengah. Penggunaan air
sungai sebagai sumber air baku relatif tidak besar, yaitu oleh kegiatan
industri di kawasan Ngagel (IGLAS) dan untuk kegiatan di Kawasan
Perak (Pelindo).
Ada beberapa fungsi lain Sungai Kalimas yaitu sungai kalimas
dijadikan obyek wisata air di Surabaya serta digunakan sebagai
tempat memancing oleh sebagian masyarakat. Karena hal tersebut,
maka dibentuklah UU untuk implementasi pengelolaan sungai Kalimas
ini. UU No 7 tahun 2004 merupakan landasan yang digunakan untuk
pengelolaan Sungai Kalimas. Berdasarkan UU No 7 Tahun 2004
tentang Sumberdaya Air, maka pengelolaan Sungai Kalimas ada di
Bawah Departemen Pekerjaan Umum, dengan Balai Besar Brantas
sebagai pelaksana pengelolaan sumberdaya air yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan
dalam
rangka
konservasi
sumberdaya
air,
pengembangan
yang
menggunakan
bahan
penggumpal.
Pada
waktu
pabrik tahu tidak hanya berkontribusi dalam menjaga linkungan tetapi juga
meningkatkan pendapatannya dengan mengurangi konsumsi bahan bakar
pada proses pembuatan tahu.
Sebagian
besar
limbah
cair
yang
dihasilkan
oleh
industri
pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu
yang disebut air dadih. Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi
dan dapat segera terurai. Limbah cair ini sering dibuang secara langsung
tanpa pengelolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk
dan mencemari sungai. Sumber limbah cair lainnya berasal dari pencucian
kedelai, pencucian peralatan proses, pencucian lantai dan pemasakan
serta larutan bekas rendaman kedelai.
Penerapan Prinsip 3R pada Proses Pengolahan LimbahTahu sebagai
berikut :
1. Reduce
a. Pengolahan Limbah SecaraFisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap
air buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar
dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung
disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara
yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang
berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat
disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter
desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan
mengendap partikel dan waktu detensihidrolis di dalam bak pengendap.
b. Pengolahan Limbah Secara Kimia
Pengolahan
air
limbah
tahu
secara
kimiabertujuan
untuk
10
kontak
stabilisasi
dapat
pula
menyisihkan
BOD
11
dapat juga dibuat dari limbah cair. Biogas sebenarnya adalah gas metana
(CH4). Gas metana bersifat tidak berbau, tidak berwarna dan sangat
mudah terbakar. Pada umumnya di alam tidak berbentuk sebagai gas
murni
namun
campuran
gas
lain
yaitu
metana
sebesar
65%,
8-10
hari.
Proses
dekomposisi
melibatkan
beberapa
12
karbondioksida.
Tahap
ini
disebut
metanogenik
yang
sehari-hari,
misalnya
sebagai
bahan
bakar
kompor
13
terlarut
14
adalah yang BOD nya kurang dari 1 mg/latau 1 ppm, jika BOD nya di
atas 4ppm, air dikatakan tercemar.
Chemical Oxigen Demand (COD)
Kebutuhan oksigen kimiawi atau COD menggambarkan jumlah
total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik
secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun
yang sukar didegradasi secara biologis menjadi CO2 dan H2O (Boyd,
1998). Keberadaan bahan organik dapat berasal dari alam ataupun
dari aktivitas rumah tangga dan industri. Perairan yang memiliki nilai
COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan petanian.
Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 29
mg/liter. Sedangkan pada perairan yang tercemar dapat lebih dari 200
mg/liter pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/liter
(UNISCO/WHO/UNEP. 1992).
Pengujian COD pada air limbah memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan pengujian BOD. Keunggulan itu antara lain :
a. Sanggup menguji air limbah industri yang beracun yang tidak dapat
diuji dengan BOD karena bakteri akan mati.
b. Waktu pengujian yang lebih singkat, kurang lebih hanya 3 jam.
15
- -
) O2
nCO2 + (
) H2O + c NH3
16
CaHbOc + Cr2O72- + H+
Ag2SO4
Zat organis
( Warna Kuning )
( Warna Hijau )
feroamonium
sulfat
(FAS),
dimana
reaksi
yang
2+
+ Cr2O72-
+ 14 H+
6 Fe
3+
+ 2 Cr3+ + 7
H2O ( Reaksi 2 )
Indikator feroin digunakan untuk menetukan titik akhir
titrasi yaitu di saat warna hijau-biu larutan menjadi coklat-merah.
Sisa K2Cr2O7 dalam larutan blanko adalah K2Cr2O7 awal, karena
diharapkan blanko tidak mengandung zat organis yang dapat
dioksidasi oleh K2Cr2O7.
17
+ O2
MnO2
+ KI + 2 H2O
I2
+ 2 S2O32-
Mn(OH)2 + K2SO4
MnO2 + H2O
Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH
S4O6- + 2 I-
18
19
20
21
Keterangan:
Nilai di atas merupakan nilai maksimum, kecuali untuk pH dan DO
Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai tercantum
Nilai DO merupakan batas minimum
Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termaksud, parameter tersebut tidak dipersyaratkan
22
BAB III
METODE PRAKTIKUM
sampel
air
yang
digunakan
pada
praktikum
ini
23
b. Cara Pengambilan :
1. Membersihkan terlebih dahulu botol yang akan dipergunakan
untuk mengambil sampel.
2. Membenamkan botol ke perairan yang akan diperiksa pada
titik pengambilan yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Mengambil sampel air sampai memenuhi botol dan langsung
menutupnya.
4. Mencatat waktu pengambilan sampel dan memberi label pada
botol tentang sampel tersebut.
5. Menyimpan botol tersebut didalam tas lapangan.
c. Waktu Pengiriman Sampel
Menurut metode pemeriksaan sampel air, sebaiknya pemeriksaan
sampel air dilakukan tidak lebih dari 2 jam setelah pengambilan
sampel terutama sampel air untuk pemeriksaan BOD. Pada
praktikum ini, waktu yang dibutuhkan dari pengambilan sampel
hingga ke laboratorium tempat pemeriksaan BOD dan COD adalah
30 menit.
3.2 Metode Pemeriksaan COD
Metode pemeriksaan : dengan refluks (titrasi di laboratorium)
Prinsip analisis
24
25
26
DO0
1. Memasukkan 0,5 ml KI dengan pipet ke dalam botol winkler
150 ml yang berisi sampel.
2. Menambahkan MnSO4 sebanyak 0,5 ml dengan pipet yang
lain. Botol ditutup kembali dengan hati-hati untuk mencegah
terperangkapnya udara dari luar, kemudian dikocok dengan
membolak-balikkan botol beberapa kali.
3. Biarkan hingga terbentuk endapan.
4. Menambahkan
0,5
ml
H2SO4
pekat
kemudian
botol
larutannya
27
10
ml
H2SO4
pekat
kemudian
botol
larutannya
: 29 Maret 2012
Jam
: 10.34
Titik
: 29 Maret 2012
Jam
: 10.30
Titik
28
Unit
Jumlah
cost
Pembuatan dan penggandaan
30000
2
Jumlah
100000
200000
230000
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
15,5
108
8,15
46
Blanko
20,9
Perhitungan:
Sampel I (air Kali Kenjeran)
COD
30
Vol titrasi
DO0
tiosulfat
tiosulfat
(mg O2/l)
(ml)
(ml)
DO5
BOD
(mg O2/l)
(mg O2/l)
Sampel I
(air Kali
12,5
6,17
8,9
4,40
12
12,9
6,37
9,8
4,84
12,9
6,37
10,6
5,23
Kenjeran)
Sampel II
(air sungai
kalimas)
Blanko
demi
sedikit
sebagai
standarisasi
untuk
mendapatkan
normalitas tiosulfat.
Volume Cr2O7
= 1 ml
Normalitas Cr2O7
= 0,1 N
Volume tiosulfat
= 16,2 ml
Normalitas tiosulfat
Perhitungan:
31
DO5
BOD5
=
=
(
(
) (
) (
)(
)(
)(
= 12 mg O2/l
Sampel II (air sungai kalimas)
DO0
DO5
BOD5
=
=
(
(
) (
) (
)(
= 4 mg O2/l
32
4.3 Pembahasan
Tabel 4.3 Perbandingan hasil pemeriksaan BOD COD dengan PERDA
KOTA SURABAYA tentang Pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air NOMOR : 02 TAHUN 2004
Kriteria Kelas Air
menurut PERDA
Hasil
Praktikum
No
Sampel
BOD
COD
(mg
(mg
O2/l)
O2/l)
COD
maksimal
maksimal
(mg O2/l)
(mg O2/l)
Kelas III
Kelas III
Keterangan
Tidak memenuhi
Sampel I
1
(air Kali
kadar maksimal
12
108
50
Kenjeran)
Sampel II
2
(air sungai
46
50
kalimas)
maksimal BOD
dan COD yang
diperbolehkan
33
zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air tersebut secara kimia
adalah sebesar 46 mgO2.
c. Nilai BOD5 sampel sungai dekat Industri Tahu Kenjeran yaitu 12
mgO2/l maknanya bahwa jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
bakteri untuk menguraikan hampir semua zat organis yang terlarut
dan sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam 1 liter sampel
air tersebut secara biologi sebesar 12 mgO2.
d. Nilai BOD5 sampel sungai Kalimas Surabaya yaitu 4 mgO 2/l
maknanya bahwa jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri
untuk menguraikan hampir semua zat organis yang terlarut dan
sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam 1 liter sampel air
tersebut secara biologi sebesar 4 mgO2.
e. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 2 Tahun 2004
tentang Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air,
sungai yang menjadi sampel kami yaitu kali Kenjeran dan sungai
Kalimas termasuk ke dalam sungai kelas III dengan ketentuan
kadar COD maksimal 50 mgO2/l dan kadar BOD maksimal 6
mgO2/l.
f. Dari hasil penghitungan COD dan BOD5 sampel I (air Kali
Kenjeran) diatas, maka hasil yang diperoleh yaitu COD = 108
mgO2/l dan BOD5 = 12 mgO2/l. Jika dibandingkan dengan
Peraturan Daerah Kota Surabaya No. 2 Tahun 2004 maka kadar
COD
sampel I
sampel I
>
BOD5 max (12 mgO2/l> 6 mgO2/l) maka kualitas air kali kenjeran tidak
memenuhi nilai maksimum sungai kelas III yang ditetapkan oleh
perda Surabaya no 2 tahun 2004. Dengan dihasilkan nilai BOD dan
COD tersebut maka air pada Kali Kenjeran termasuk tercemar
untuk parameter BOD dan COD. Selain itu, dari nilai BOD dan COD
tersebut Kali Kenjeran juga sesuai dengan kriteria sungai kelas IV.
g. Dari hasil penghitungan COD dan BOD5 sampel II (air Sungai
Kalimas) diatas, maka hasil yamg diperoleh yaitu COD = 46 mgO2/l
dan BOD5 = 4 mgO2/l. Jika dibandingkan dengan Peraturan Daerah
34
Kota Surabaya No. 2 Tahun 2004 maka kadar COD sampel II < CODmax
(46 mgO2/l < 50 mgO2/l), BOD5
sampel II
< BOD5
max
(4 mgO2/l < 6
tinggi
pula
kadar
oksigen
yang
digunakan
oleh
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kadar BOD dan COD kali kenjeran yang terukur sebesar 12
mgO2/l dan 108 mgO2/l. Mengacu pada kriteria air kelas III menurut
PERDA No.2 Tahun 2004, yakni bahwa kadar BOD dan COD
maksimal yang diperbolehkan sebesar 6 mgO2/l dan 50 mgO2/l.
Sehingga ukuran ini menunjukkan bahwa air kali kenjeran memiliki
kadar BOD dan COD yang tinggi sebesar dua kali dari standar
kriteria air kelas III. Karena BOD dan COD yang terukur lebih
tinggi, maka diperlukan tindakan segera dari Pemerintah Kota
Surabaya untuk menurunkan kadar BOD/COD nya.
2. Kadar BOD dan COD Sungai Kalimas yang terukur sebesar 4
mgO2/l dan 46 mgO2/l. Mengacu pada kriteria air kelas III menurut
PERDA No.2 Tahun 2004, yakni bahwa kadar BOD dan COD
maksimal yang diperbolehkan sebesar 6 mgO2/l dan 50 mgO2/l.
Sehingga ukuran ini menunjukkan bahwa air sungai Kalimas masih
berada dalam kriteria yang sesuai dengan standar kriteria air kelas
III. Meskipun kadar BOD dan COD terbilang sedikit lebih rendah,
apabila terdapat aktivitas yang menyebabkan bahan organik
terbuang atau dibuang di dalamnya, maka akan menyebabkan
meningkatnya kadar BOD/COD air Sungai Kalimas.
5.2 Saran
1. Supaya industri tahu tidak membuang limbahnya pada kali
kenjeran karena kondisi airnya sudah tidak sesuai dengan kondisi
kelas air yang diperbolehkan dalam hal kadar BOD/COD nya.
2. Industri tahu harus bisa mengolah limbah tahu menjadi pakan
ternak atau bahan yang bermanfaat lebih. Jika perlu pelatihan,
maka sedianya untuk dinas terkait bisa bekerja sama dalam hal ini.
3. Perlu adanya pemantauan periodik dari pemerintah terhadap air
sungai kalimas.
36
4. Mengadakan
sosialisasi
aktivitas
masyarakat
dalam
upaya
37
DAFTAR PUSTAKA
Anwar.
2005.
Prinsip
Pengelolaan
Pengambilan
Sampel
air
dan
pengendalian
pencemaran
air.
pi.menlh.go.id/pdf/ind/IND-PUU-3-2001-lLampiran.pdf.
http://puuDiakses
38