Anda di halaman 1dari 30

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI

FUNGSI SUHU
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Panas pelarutan didefinisikan sebagai perubahan entalpi yang terjadi bila
dua zat murni dalam keadaan standar dicampur pada tekanan dan suhu tetap untuk
membuat larutan. Panas pelarutan dalam banyak hal hampir sama dengan panas
reaksi. Jika reaksi kimia terjadi, energi pada produk dapat berbeda dengan
reaktan. Pada P dan T tetap ini disebabkan pembentukan ikatan kimia baru dari
asam-asam pada percobaan gaya antara molekul tak sejenis dengan molekul
sejenis.
Praktikum ini penting dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui panas
pelarutan zat larutan. Panas pelarutan ini berguna untuk bidang industri antara lain
mengetahui panas bahan bakar dan pembuatan reaktor kimia.
I.2. Rumusan Masalah
Cara menentukan panas pelarutan dari suatu zat, pemakaian solute standar
dalam percobaan panas pelarutan. Hubungan suhu dengan waktu terhadap panas
pelarutan, hubungan panas pelarutan dengan molaritas, dan suhu larutan.
I.3. Tujuan Percobaan
1. Menentukan panas pelarutan dari suatu zat.
2. Mencari hubungan antara molaritas dengan H
3. Mencari hubungan antara suhu dengan waktu

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Panas percampuran didefinisikan sebagai perubahan entalpi yang terjadi


bila dua atau lebih zat murni dicampur membentuk suatu larutan pada temperatur
konstan dan tekanan 1 atm. Panas pelarutan didefinisikan sebagai perubahan 1
mol zat dilarutkan dalam n mol solven pada temperature dan tekanan yang sama,
hal ini disebabkan adanya ikatan kimia baru dari atom.
Panas Pelarutan Integral dan Differensial
Panas pelarutan integral adalah panas yang diserap atau dilepas bila satu
mol zat solute dilarutkan dalam jumlah tertentu solvent sehingga membentuk
larutan dengan konsentrasi tertentu. Sedangkan panas pelarutan differensial adalah
panas yang menyertai pada penambahan satu mol solute ke dalam sejumlah
larutan dengan konsentrasi tertentu sehingga penambahan solute tersebut tidak
mempengaruhi larutan.
Penentuan Tetapan Kalorimeter
Tetapan kalorimeter adalah banyak kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu kalorimeter beserta isinya 1 oC. Pada kalibrasi panas sejumlah
panas dimasukkan, bisa dari kalorimeter dan menentukan perubahan suhu yang
terjadi.
Penentuan Kadar Pelarutan Zat yang Akan Diselidiki
Dalam penentuan ini diusahakan agar volume solven sama dengan volume
solven yang akan dikalibrasi. Berdasarkan Asas Black maka panas pelarutan suatu
zat dirumuskan sebagai berikut :

Dimana : H = Panas pelarutan


T1 = Suhu solut sebelum dilarutkan
T2 = Suhu akhir kalorimeter

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
Efek Panas Pada Proses Pencampuran
Timbulnya efek panas pada proses pencampuran atau proses pelarutan
dapat dilakukan dengan entalpi. Reaksi kimia kebanyakan dilaksanakan pada
tekanan sistem tetap yang sama dengan tekanan luas sehingga didapat:
E2 E1 = Q P (V2-V1)
E2-E1 = Q PV2 + PV1

P = tekanan sistem

Kapasitas Panas dan Entalpi


Kapasitas panas adalah besarnya panas yang terbentuk uang dibutuhkan
kapasitas panas yang diakai sebagai dasar massa dan bahan adalah 1 mol. Panas
jenis adalah kapasitas bahan tiap massa.

Entalpi didefinisikan sebagai :

Jadi perubahan entalpi adalah panas yang diserap pada tekanan konstan.
Jadi harganya tergantung pada H untuk mencapai kondisi akhir.
Kegunaan Panas Pelarutan dalam Industri
1. Mendapatkan panas bahan bakar yang semaksimal mungkin, misal suatu
zat diketahui kelarutannya 4000 oC maka bahan bakar dapat ditekan
semaksimal mungkin.
2. Dalam pembuatan reaktor kimia, bila panas pelarutannya diketahui dengan
demikian perancangan reaktor disesuaikan dengan panas pelarutan zat. Hal
ini untuk menghindari kerusakan pada reaktor karena kondisi thermal
tertentu dengan kelarutan reaktor tersebut.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1. Alat dan Bahan


III.1.1. Bahan yang digunakan
1.

Aquadest 87 ml 870C

2.

Solute standar : NH4Cl 4 gram

3.

Solute variabel : NaCl (1,8gr ;3,6gr ;5,4gr ;7,2gr)


MgCl2.6 H2O (1,8gr ;3,6gr ;5,4gr ;7,2gr)
Na2S2O3 (1,8gr ;3,6gr ;5,4gr ;7,2gr)

III.1.2 Alat yang digunakan


1.

Thermometer

2.

Gelas Ukur

3.

Kalorimeter

4.

Erlenmeyer

5.

Pipet Tetes

6.

Pipet Volume

7.

Kompor Listrik

III.2. Gambar Alat

Keterangan : a. Kalorimeter
b. Thermometer

Gambar 1. Kalorimeter
III.3. Variabel Operasi
1.

Aquadest 87 ml 870C

2.

Solute standar : NH4Cl 4 gram

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
3.

Solute variabel : NaCl (1,8gr ;3,6gr ;5,4gr ;7,2gr)


MgCl2.6 H2O (1,8gr ;3,6gr ;5,4gr ;7,2gr)
Na2S2O3 (1,8gr ;3,6gr ;5,4gr ;7,2gr)

III. 4. Cara Kerja


1.

Timbang 4 gram NH4Cl yang telah diketahui panas pelarutannya.

2.

Panaskan 87 ml aquadest pada T = 87oC.

3.

Memasukkan ke kalorimeter lalu catat suhu tiap 3,2 menit sampai 3


kali konstan.

4.

Panaskan lagi aquadest T = 87oC , 87 ml

5.

Masukkan aquadest yang sudah dipanaskan ke kalorimeter beserta


variabel berubahnya.

6.

Mencatat suhunya tiap 3,2 menit sampai 3 kali konstan.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Percobaan


Tabel 1. Solute Standar = NH4Cl 4 gram
T (menit) T (0C)
3,2

56

6,4

56

9,6

55

12,8

55

16

55

Table 2. Solute Variabel = NaCl


T (0C)

t
Menit

1,8 gr

3,6 gr

5,4 gr

7,2 gr

3,2

60

60

57

54

6,4

60

60

57

54

9,6

60

60

57

53

12,8

53

16

53

Tabel 3. Solute Variabel = MgCl2.6H2O


T (0C)

t
Menit

1,8 gr

3,6 gr

5,4 gr

7,2 gr

3,2

57

57

56

54

6,4

57

57

56

54

9,6

58

57

56

54

12,8

58

16

58

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
Tabel 4. Solute Variabel = Na2S2O3.5H2O
T (0C)

t
Menit

1,8 gr

3,6 gr

5,4 gr

7,2 gr

3,2

55

56

57

58

6,4

55

56

57

58

9,6

55

56

57

58

IV.2. Pembahasan
IV.2.1 Hubungan t (menit) vs T (0C) pada solute standar NH4Cl.
56.5

suhu (C)

56
55.5
55

y = -0.3x + 56.3
R = 0.75

54.5
54
3.2

6.4

9.6
12.8
waktu (menit)

16

Gambar 2. Hubungan t (menit) VS T (0C) pada 4 gram NH4Cl


Dari grafik dapat dilihat bahwa semakin lama NH4Cl dalam
larutan, maka suhunya semakin turun lalu cenderung konstan.
H NH4Cl

=
= 75320 + 9,8 (328 298) + (0,0368)(3282 2982)
= 74590,448 kal/mol

Diketahui bahwa NH4Cl bersifat endotermis dengan H negative.


Sifatnya yang endotermis mengakibatkan penurunan suhu lingkungan di
sekitar sistem karena adanya perpindahan kalor dari lingkungan kesistem.
Semakin lama NH4Cl berada dalam kalorimeter, maka semakin banyak
panas yang diserap solvent untuk melarutkan solute (NH4Cl) sehingga
suhunya turun dan bersifat endotermis.
(Perry, R.H. 1984. Chemical Engineering Handbook)

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
IV.2.2. Hubungan t (menit) vs T (oC) pada solut variabel

suhu (C)

1. NaCl
70
60
50
40
30
20
10
0

y = 60
R = #N/A

3.2

6.4
waktu (menit)

9.6

suhu(C)

Gambar 3. Hubungan t (menit) VS T (0C) pada 1,8 gram NaCl


70
60
50
40
30
20
10
0

y = 60
R = #N/A

3.2

6.4
waktu (menit)

9.6

Gambar 4. Hubungan t (menit) VS T (0C) pada 3,6 gram NaCl


60
y = 57
R = #N/A

suhu (C)

50
40
30
20

10
0
3.2

6.4
waktu (menit)

9.6

Gambar 5. Hubungan t (menit) VS T (0C) pada 5,4 gram NaCl

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
54.5

suhu (C)

54
53.5
53

y = -0.3x + 54.3
R = 0.75

52.5
52

3.2

6.4

9.6
waktu (menit)

12.8

16

Gambar 6. Hubungan t (menit) VS T (0C) pada 7,2 gram NaCl

Pada grafik hubungan waktu dan suhu pada NaCl dapat


dilihat bahwa semakin lama larutan NaCl dalam kalorimeter,
maka suhunya akan semakin turun dan cenderung konstan.
Berdasarkan perhitungan, H NaCl masing-masing gram dapat
dihitung dengan :
H=
Misal pada 1,8 gram NaCl
H=
= -841,435 kal / mol
Sehingga

bersifat

endoterm

yang

suhunya

akan

mengalami penurunan apabila berada dalam sistem terisolasi.


Hal itu disebabkan semakin lama NaCl berada dalam sistem,
semakin banyak panas yang diserap solven untuk melarutkan
solut (NaCl), maka suhunya akan semakin turun.
Dari grafik juga terlihat saat penambahan NaCl, suhu
cenderung naik dan konstan. Hal ini disebabkan semakin lama
waktu yang dibutuhkan untuk menyerap panas untuk
melarutkan NaCl sehingga suhunya naik dan cenderung
konstan.
(Perry, R.H. Chemical Engineering Handbook)

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
2. MgCl2.6H2O
59
y = 0.7x + 55.1
R = 0.720

suhu (C)

58
57
56
55
54
53
3.2

6.4

9.6

12.8

16

waktu (menit)

Gambar 7. Hubungan t (menit) VS T pada 1,8 gram


MgCl2.6H2O
60
y = 57
R = #N/A

suhu (C)

50

40
30
20
10
0
3.2

6.4

9.6

waktu (menit)

Gambar 8. Hubungan t (menit) VS T pada 3,6 gram


MgCl2.6H2O
60
y = 56
R = #N/A

suhu (C)

50
40
30

20
10
0
3.2

6.4
waktu (menit)

9.6

Gambar 9. Hubungan t (menit) VS T pada 5,4 gram


MgCl2.6H2O

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

10

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
60

y = 54
R = #N/A

suhu (C)

50
40
30
20
10
0
3.2

6.4
waktu (menit)

9.6

Gambar 10. Hubungan t (menit) VS T pada 7,2 gram


MgCl2.6H2O
Pada grafik tersebut dapat dilhat bahwa semakin lama
MgCl2.6H2O dalam larutan maka suhunya akan konstan.
Misalnya pada 1,8 gram MgCl2.6H2O :
H=
H=
= -127254,8689 kal / mol
Dari hasil percobaan ini didapatkan reaksi dengan
MgCl2.6H2O bersifat endoterm, padahal seharusnya reaksi pada
MgCl2.6H2O bersifat eksoterm. Hal ini terjadi berdasarkan atas
Le Chatellier yaitu reaksi akan menjadi endoterm akibat
kenaikan suhu.
(http://naneyan.wordpress.com/2011/01/16/azas.....)
3. Na2S2O3.5H2O

suhu (C)

60
y = 55
R = #N/A

40
20
0
3.2

Gambar 11. Hubungan t

6.4
waktu (menit)

9.6

(menit) VS T pada 1,8 gram

Na2S2O3.5H2O
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

11

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
60

y = 56
R = #N/A

shhu (C)

50
40
30
20
10
0
3.2

6.4
waktu (menit)

Gambar 12. Hubungan

9.6

(menit) VS T pada 3,6 gram

Na2S2O3.5H2O
60
y = 57
R = #N/A

suhu (C)

50
40
30
20
10
0
3.2

6.4

9.6

waktu (menit)

Gambar 13. Hubungan

(menit) VS T pada 5,4 gram

suhu (C)

Na2S2O3.5H2O
70
60
50
40
30
20
10
0

y = 58
R = #N/A

3.2

6.4
waktu (menit)

Gambar 14. Hubungan

9.6

(menit) VS T pada 7,2 gram

Na2S2O3.5H2O
Dari grafik tersebut dapat dilhat bahwa semakin lama
Na2S2O3.5H2O dalam larutan maka suhunya cenderung
konstan.

Menurut

perhitungan

pada

1,8

gram

Na2S2O3.5H2O :

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

12

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU

H=
H=
= -383475,422 kal / mol
Dan H bersifat endoterm yang suhunya akan
mengalami penurunan jika berada pada sistem yang diisolasi.
Hal ini disebabkan semakin lama Na2S2O3.5H2O berada dalam
kalorimeter maka semakin banyak panas yang diserap solvent
untuk melarutkan solute sehingga suhunya turun.
Namun pada grafik tersebut , suhu langsung konstan
tanpa

mengalami

penurunan

karena

partikel-partikel

Na2S2O3.5H2O bertumbukkan dengan energy yang lebih tinggi


dari energy aktivasi, sehingga reaksi yang terjadi menyebabkan
suhu langsung konstan tanpa penurunan.
(Perry, R.H. 1984. Chemical Engineering Handbook)
(http://nurulismi.blogspot.com/2011/85/energi-aktivasi-reaksi)
IV.2.3 Hubungan M (molaritas) vs H (entalpi)

H (kal/mol)

1. NaCl
10000
5000
0
-5000
-10000
-15000
-20000
-25000
-30000
-35000

Molaritas (mol/l)
0.35

0.7

1.06

1.41

y = -11130x + 14796
R = 0.898

Gambar 15. Hubungan M vs H pada NaCl


Dari grafik di atas dapat dilihat adanya penurunan H
dengan bertambahnya molaritas. Berdasarkan perhitungan, misal
pada 3,6 gram NaCl
H=
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

13

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU

H=
= -841,345 kal / mol
Dan bersifat endoterm dimana H akan semakin kecil
dengan bertambahnya molaritas sesuai dengan rumus :
H=
H

1/W dimana M = W/Mr.1000/V.

Sehingga H ~ 1/M
(http://jukihimaki.blogspot.com/2011/04/panas-pelarutan)
(Perry, R. H. 1984. Chemical Engineering Handbook)
2. MgCl2.6H2O
Molaritas (mol/l)

0
0.1

-20000

0.2

0.31

0.41

H (kal/mol)

-40000
-60000
y = 10493x - 12737
R = 0.561

-80000

-100000
-120000
-140000

Gambar 16. Hubungan M vs H pada MgCl2.6H2O


Dari grafik di atas dapat dilihat adanya kenaikan

dengan bertambahnya molaritas. Berdasarkan perhitungan, misal


pada 3,6 gram MgCl2.6H2O
H=
H=
= -96000,127 kal / mol

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

14

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
Dan bersifat endoterm dimana H berbanding terbalik
dengan bertambahnya molaritas sesuai dengan rumus :
H=
H

1/W dimana M = W/Mr.1000/V. Sehingga

1/M. namun hal ini tidak sesuai dengan grafik percobaan kami
dimana H berbanding lurus dengan M karena pada
penambahan solut terdapat solut yang tidak larut sehingga ada
solut yang tidak bereaksi dan mengendap yang menyebabkan
H makin besar dengan bertambahnya M solut MgCl2.6H2O.
(http://jukihimaki.blogspot.com/2011/04/panas-pelarutan)
(Perry, R. H. 1984. Chemical Engineering Handbook)

H (kal/mol)

3. Na2S2O3.5H2O
50000
0
-50000
-100000
-150000
-200000
-250000
-300000
-350000
-400000
-450000

0.08

Molaritas (mol/l)
y = 11037x - 44052
R
= 0.862
0.17
0.25
0.33

Gambar 17. Hubungan M vs H pada Na2S2O3.5H2O


Pada grafik tersebut dapat dilihat adanya kenaikan H
dengan bertambahnya molaritas. Berdasarkan perhitungan pada
3,6 gram Na2S2O3.5H2O
H=
H=
= -155027,969 kal / mol

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

15

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
Sehingga bersifat endoterm dan jika Na2S2O3.5H2O
ditambahkan terus menerus maka H akan semakin kecil sesuai
dengan rumus:
H=
Dimana H ~ 1/W sedangkan M = W/Mr.1000/V
sehingga H~1/M. Hal ini tidak sesuai dengan grafik hasil
percobaan dimana H berbanding lurus dengan M. Hal ini
disebabkan pada penambahan solute variabel Na2S2O3.5H2O
terdapat solute yang tidak larut sehingga tidak ada solute yang
bereaksi

dan hanya

mengendap. Apabila massa solute

bertambah, maka H semakin besar dengan bertambahnya pula


molaritas solute.
(http://jukihimaki.blogspot.com/2011/04/panas-pelarutan)
(Perry, R. H. 1984. Chemical Engineering Handbook)

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

16

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
BAB V
PENUTUP

V.1. Kesimpulan
1. Pada solute standar NH4Cl dan solute variabel NaCl setiap penambahan
solute mengakibatkan suhu konstan yang tercatat turun dan pada solute
variabel MgCl2.6H2O dan Na2S2O3.5H2O setiap penambahan solute
mengakibatkan suhu konstan yang tercatat naik. Pada semua solute
standart dan variabel, entalpi ( H) bernilai negatif sehingga reaksi yang
terjadi adalah reaksi endoterm.
2. Pada perhitungan, hubungan molaritas vs H berbanding terbalik sesuai
dengan perobaan pada solute variabel NaCl. Namun pada solute variabel
MgCl2.6H2O dan Na2S2O3.5H2O , M semakin besar, H semakin besar
pula karena pada penambahan solute yang tidak larut sehingga ada yang
tidak bereaksi dan hanya mengendap.
3. Pada percobaan, solute standar digunakan terlebih dahulu untuk mencari
tetapan kalorimeter. Tetapan inilah yang nantinya akan berpengaruh dalam
menghitung H pada solute variabel dengan jenis dan massa tertentu.
V.2. Saran
1. Pastikan kalorimeter tertutup rapat.
2. Pastikan zat yang masuk dalam keadaan murni tanpa pengotor.
3. Pastikan thermometer tidak menyentuh dasar kalorimeter.
4. Pengamatan suhu konstan lebih teliti.
5. Usahakan ketika memasukkan solute ke dalam kalorimeter, tidak ada
solute yang menempel pada dinding kalorimeter sehingga massa tidak
berkurang.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

17

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Azas Le Chatalier. http://naneyan.wordpress.com/2011/01/16/


azas_le_chatalier. Diakses tanggal 3 Mei 2013.
Anonim. 2011. Energi Aktifasi Reaksi Eksoterm. http://humisilmi.Blogspot.com/
2011/05/energi_aktifasi_reaksi_eksoterm. Diakses tanggal 10 Mei 2013.
Anonim. 2011. Panas Pelarutan. http://jukrihimaki.blogspot.com/2011/04/panaspelarutan. Diakses tanggal 10 Mei 2013.
Anonim.

Standart

Solution.

http://en.wikipedia.org/wiki/standart_solution.

Diakses tanggal 10 Mei 2013.


Badger, W. S. dan Bachero J. F. Introduction to Chemical Engineering.
International student edition. Mc Graw Hill Book, Co. Kogakusha. Tokyo.
Daniels, F. 1962. Experimental Physical Chemistry. 6th ed. International student
edition. Mc Graw Hill Book, Co, Inc, New York. Kogakusha, Co, Ltd.
Tokyo.
Perry, R. H. 1984. Chemical Engineering Handbook. 6th ed. Mc Graw Hill Book,
Co. Kogakusha, Co, Ltd. Tokyo.
R. A. Day Ir. A. L. Underwood. 1983. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi keempat.
Diterjemahkan oleh Drs. R. Gendom. Jakarta : Erlangga.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

18

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu dilakukan agar mahasiswa
memahami dasar-dasar pelarutan sebagai fungsi suhu yang nantinya digunakan
pada pembakaran reactor kimia pada proses pemisahan dengan cara pengkristalan
integral dan juga untuk digunakan pada pembuatan granul-granul pada industri
baja.
Percobaan kelarutan perlu dilakukan untuk mengetahui bahwa garam
dapat diperoleh dari air laut dengan cara memanaskannya atau dengan menjemur
dibawah sinar matahari sehingga garam dapat mengendap dan kelarutannya akan
terkurang.

I.2. Rumusan Masalah


Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan sebagai fungsi suhu.
Pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu zat. Hubungan antara log S dan 1/T.
Hubungan antara V NaOH dan T.

I.3. Tujuan Percobaan


1. Mengetahui pengaruh suhu terhadap kelarutan suat zat.
2. Membuat grafik log S vs 1/T
3. Membuat grafik N NaOH vs T yang terjadi karena kondisi suhu dan
volume titran.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

19

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Larutan jenuh adalah larutan yang kandungan solutenya sudah mencapai


maksimal sehingga penambahan solute lebih lanjut tidak dapat larut. Konsentrasi
solute dalam larutan jenuh disebut kelarutan. Untuk solute padat maka larutan
jenuhnya terjadi kesetimbangan dimana molekul fase padat meninggalkan fasenya
dan masuk ke fase cairan dengan kecepatan sama dengan molekul-molekul ion
dari fase cair yang mengkristal menjadi padat.
Pembuktian Rumus
Hubungan antara kesetimbangan tetap dan temperature absolute atau
kelarutan dengan temperature dirumuskan Vant Hoff :

Dimana = E = - Rt ln K
- E = Rt ln K

Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan


1. Suhu

Pada reaksi endoterm H (+) maka

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

berharga (-) sehingga =

20

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
Dengan demikian jika suhu dinaikan, pangkat dari 10 menjadi kecil
sehingga S menjadi semakin besar. Dan pada reaksi eksoterm H (-)
maka

berharga (r). Juga apabila suhu diperbesar maka S akan

semakin besar dan sebaliknya.


2. Besar partikel
Semakin besar luas permukaan, partikel akan mudah larut
3. Pengadukan
Dengan pengadukan, tumbukan antara molekul-molekul solvent semakin
cepat sehingga cepat larut (kelarutannya besar).
4. Tekanan dan Volume
Jika tekanan atau volume diperkecil, gerakan partikel semakin cepat. Hal
ini berpengaruh besar terhadap fase gas sedang pada fase cair hal ini tidak
berpengaruh.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

21

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1. Alat dan Bahan


III.1.1. Bahan yang digunakan
1. H3BO3

86ml; 86oC

2. NaOH

100ml; 0,72 N

III.1.2. Alat yang digunakan


1. Tabung reaksi
2. Erlenmeyer

6. Beaker glass

3. Thermometer

7. Pipet tetes

4. Buret,

8. Corong

klem
5. Panci

statif,

9. Pengaduk
10. Toples kaca

III.2. Gambar Alat Utama

Keterangan :
a. Toples kaca
b. Es batu
c. Tabung reaksi
d. Thermometer

Gambar 18. Rangkaian Alat Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu


III.3. Variabel Proses
1. NaOH
2. H3BO3 86ml; 86oC
T = 7oC

T = 75oC, 68 oC, 61 oC, 54 oC, 47 oC, 40 oC, 33 oC, 26 oC

III.4. Cara Kerja


1. Membuat larutan asam boraks jenuh 86oC 86ml.
2. Larutan asam boraks jebuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar.
3. Tabung reaksi dimasukkan dalam panci berisi es batu, garam, dan
masukkan thermometr ke dalam tabung reaksi.
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

22

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
4. Larutan jenuh diambil 5ml tiap penurunan suhu 75 oC, 68 oC, 61 oC, 54 oC,
47 oC, 40 oC, 33 oC, 26 oC.
5. Titrasi dengan NaOH 1N, indicator PP 3 tetes.
6. Mencatat kebutuhan NaOH.
7. Tabung reaksi dikeluarkan pada saat suhu terendah lalu diambil 5ml lagi
setiap kenaikan suhu 26 oC, 33 oC, 40 oC, 47 oC, 54 oC, 61 oC, 68 oC, 75oC.
8. Titrasi dengan NaOH 1N indicator PP 3 tetes.
9. Mencatat kebutuhan NaOH.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

23

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Percobaan


Tabel 5. Penurunan Suhu
T (0C) V NaOH (ml)
75

4,8

68

2,6

61

2,9

54

2,8

47

2,7

40

2,8

33

2,2

26

1,7

Tabel 6. Kenaikan Suhu


T
(0C)

V NaOH (ml)

26

1,7

33

1,4

40

2,5

47

54

2,8

61

3,1

68

2,8

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

24

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
IV.2. Pembahasan
IV.2.1 Grafik Log S vs 1//T
A. Penurunan Suhu
0.0034
y = 7E-05x + 0.002
R = 0.997

1/T

0.0032

S H3BO3

0.003
0.0028

Linear (S
H3BO3)

0.0026
0.54 0.8 0.76 0.77 0.79 0.77 0.88 0.99

- log S

Gambar 19. Hubungan Log S vs 1/T pada penurunan suhu

Pada grafik dapat dilihat jika 1/T makin besar (T makin


kecil), maka logS makin kecil. Hal ini menandakan jika S makin
kecil maka volume NaOH untuk titrasinya juga makin kecil. Hal
ini dapat terjadi karena pada saat penurunan suhu, molekulmolekul asam boraks mulai mengkristal dan tidak larut dalam
larutan sehingga konsentrasinya kecil. Jika konsentrasi asam
boraks kecil, maka volume NaOH untuk titrasi juga makin sedikit
atau dengan kata lain 1/T berbanding lurus dengan logs, sesuai
dengan rumus :

Pada grafik terlihat dua titik yang naik, hal ini disebabkan
pada penurunan suhu molekul-molekul asam boraks yang larut
dalam larutan mengkristal dan turun secara perlahan-lahan dan
Kristal-kristal asam boraks yang belum mengendap sempurna
tersebut

terambil

dalam

pengambilan

sampel,

sehingga

mengakibatkan larutan memiliki kelarutan yang lebih besar dari


seharusnya.
(Foust, A.S. 1960. Principles of Unit Operation)

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

25

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU

1/T

B. Kenaikan Suhu
0.0034
0.0033
0.0032
0.0031
0.003
0.0029
0.0028
0.0027

S H3BO3
y = -7E-05x + 0.003
R = 0.997

Linear (S
H3BO3)

0.99 0.84 0.82 0.74 0.77 0.73 0.77

- log S

Gambar 20. Hubungan Log S vs 1/T pada kenaikan suhu


Pada grafik dapat dilihat jika semakin besar T, maka nilai S
semakin besar, dan log S semakin kecil. Hal ini terjadi karena
pada kenaikan suhu menyebabkan energi kinetik molekul asam
boraks meningkat yang menyebabkan tumbukan antara satu
molekul dengan molekul lainnya sering terjadi. Dengan demikian,
jika suhu naik kelarutannya semakin besar dan 1/T berbanding
lurus dengan log S. Sesuai dengan rumus:
-log S =
Pada suhu 299 K, -log S =
= 0,9003
Sedangkan pada suhu 306 K
-log S

=
= 0,896

Jadi dapat dilihat bahwa semakin besar T, maka nilai log S


akan semakin kecil.
(Foust, A.S. 1960. Principles of Unit Operation)

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

26

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
IV.2.2 Grafik Volume NaOH vs Suhu (K)
A. Penurunan Suhu
360

T (K)

340
320
y = -7x + 355
R = 1

300
280

NaOH
Linear (NaOH)

260
4.8 2.6 2.9 2.8 2.7 2.8 2.2 1.7

Volume NaOH (ml)

Grafik 21. Hubungan V NaOH vs T pada penurunan suhu

Pada grafik tersebut terlihat bahwa bila suhu turun maka V


NaOH yang dibutuhkan semakin sedikit. Hal ini terjadi karena suhu
turun dan molekul-molekul asam boraks mulai mengkristal dan
tidak larut sehingga konsentrasi larutan semakin kecil dan dengan
kata lain V NaOH dan T berbanding lurus pada penurunan suhu,
sesuai rumus PV/T = C. Misal pada suhu 306 K, volume yang
dibutuhkan 2,2 ml.
Jadi :
Jika pada suhu diturunkan menjadi 299 K, maka V2 dapat
ditentukan dengan :

V2 = 2,14981 ml
Jadi terlihat bahwa semakin kecil suhu, maka volume
NaOH yang dibutuhkan juga akan semakin sedikit.
(Foust, A.S. 1960. Principles of Unit Operation)

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

27

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU

T (K)

B. Kenaikan Suhu
360
340
320
300
280
260

y = 7x + 292
R = 1

NaOH
Linear (NaOH)
1.7 2.4 2.5 3 2.8 3.1 2.8

Volume NaOH (ml)

Gambar 22. Hubungan V NaOH vs T pada Penurunan Suhu


Pada grafik tersebut dapat dilihat jika suhu semakin tinggi,
maka volume titran NaOH pun semakin besar. Hal ini dapat terjadi
karena pada saat kenaikan suhu, kristal-kristal NaOH mulai surut
sempurna sehingga konsentrasi larutan semakinbesar dan volume
NaOH sesuai dengan rumus PV/T = C. Misal pada suhu 299 K,
volume yang dibutuhkan 1,7 ml. Jadi :
Jika pada suhu dinaikkan menjadi 306 K, maka V2 dapat
ditentukan dengan :

V2 = 1,74 ml
Jadi terlihat bahwa semakin besar suhu, maka volume
NaOH yang dibutuhkan juga akan semakin banyak pula.
(Foust, A.S. 1960. Principles of Unit Operation)

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

28

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
BAB V
PENUTUP

V.1. Kesimpulan
1. Semakin tinggi suhu, maka kelarutan H3BO3 akan semakin besar pula
dan begitu juga sebaliknya.
2. Semakin tinggi suhu, volume NaOH yang dibutuhkan juga akan semakin
besar, begitu pula sebaliknya.
V.2. Saran
1. Pada saat titrasi harus teliti agar hasil yang didapat akurat.
2. Pada saat penambahan larutan, sebaiknya tidak dilakukan pengadukan
agar tidak memengaruhi kelarutan asam boraks sehingga hanya
dipengaruhi suhu.
3. Pada saat pengamatan TAT harus teliti.
4. Lebih hati-hati saat mengambil asam boraks pada saat penurunan dan
kenaikan suhu.
5. Tabung reaksi yang panas jangan langsung dimasukkan ke dalam panci
yang berisi es batu.

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

29

PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI


FUNGSI SUHU
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Panpel Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu.http://chemengstory.


blogspot.com/2009/08/panpel_kelarutan_sebagai_fungsi_suhu.htm.
Diakses tanggal 13 Mei 2013.
Anonim. http://mohammaddianbara.com/jurnal/sem/42
Daniels, F. 1967. Experimental Physical Chemistry. 6th edition. International
student edition. Mc Graw Hill Book, Co, Inc. New York.
Foust, A. S. 1960. Principles of Unit Operation. John Willey and Sons.
R.A., Day. Underwood. 1963. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi keempat.
Diterjemahkan oleh Drs. Soendoro. Jakarta : Erlangga.
Anonim. 2009. Panpel Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu.http://chemengstory.
blogspot.com/2009/08/panpel_kelarutan_sebagai_fungsi_suhu.htm.
Diakses tanggal 13 Mei 2013.
Anonim. http://mohammaddianbara.com/jurnal/sem/42

Laboratorium Dasar Teknik Kimia II

30

Anda mungkin juga menyukai