Persilangan Monohibrid Dan Persilangan Dihibrid
Persilangan Monohibrid Dan Persilangan Dihibrid
Judul
Tujuan
: Membuktikan rasio fenotif dan genotif yang dihasilkan dari hukum mendel
Tempat
Alat
1. 4 buah wadah
2. Alat tulis
3. Alat hitung
Bahan :
Persilangan monohibrid
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.
Menyiapkan 25 buah kancing merah dan 25 buah kancing putih ke dalam beacker glass
yang berlubang.
3.
Menyiapkan 25 buah kancing merah dan 25 buah kancing putih ke dalam beacker galss
yang bertombol.
4.
Mengocok atau mencampurkan kedua macam gamet tadi (merah dan putih) jantan maupun
betina pada masing-masing beacker glass.
5.
Mengaduk sampai seluruh kancing benar-benar tercampur pada masing-masing beacker
glass.
6.
Mengambil kancing pada masing-masing beacker glass tersebut tanpa melihat dengan mata
(secara acak) Kemudian memasangkannya satu persatu.
7.
8.
2.
Memasangkan kancing sesuai dengan ketentuan: menyiapkan 25 buah kancing merah dan
25 buah kancing putih ke dalam beacker glass yang berlubang, menyiapkan 25 buah kancing
merah dan 25 buah kancing putih ke dalam beacker glass yang bertombol, menyiapkan 25 buah
kancing kuning dan 25 buah kancing hijau ke dalam beacker glass yang berlubang, menyiapkan
25 buah kancing kuning dan 25 buah kancing hijau ke dalam beacker glass yang bertombol.
3.
4.
Mengambil secara acak sepasang-sepasang dari beacker glass I dengan beacker glass III
dipasangkan bersamaan dengan beacker glass II dan beacker glass IV.
5.
Meletakkan 2 pasang kancing yang masing-masing sudah diberi nama sesuai ketentuan.
6.
7.
Persilangan monohybrid
Dalam hukum mendel I yang dikenal dengan The Law of Segretation of Allelic Genes atau
Hukum Pemisahan Gen yang Sealel dinyatakan bahwa dalam pembentukan gamet, pasangan alel
akan memisah secara bebas. Peristiwa pemisahan ini terlihat ketika pembetukan gamet individu
yang memiliki genotif heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel tersebut.
Dalam ini disebut juga hukum segregasi yang berdasarkan percobaan persilangan dua individu
yang mempunyai satu karakter yang berbeda. Berdasarkan hal ini, persilangan dengan satu sifat
beda akan menghasilkan perbandingan fenotif 12, yaitu ekspresi gen dominan : resesif = 3 : 1.
Namun kadang-kadang individu hasil perkawinan tidak didominasi oleh salah satu induknya.
Dengan kata lain, sifat dominasi tidak muncul secara penuh. Peristiwa ini menunjukkan adanya
sifat intermedier.
Dalam membicarakan satu sifat tertentu, kita hanya menggambarkan pasangan kromosom
dengan yang bersangkutan saja, tetapi bukan berarti bahwa kromosom-kromosom dan gen-gen
yang lain tidak ada dalam sel itu. Ada sifat yang disebut dominan, yaitu apabila kehadiran gen
yang mengawasi sifat ini menutupi ekspresi gen yang lainnya yaitu resesif, sehingga sifat yang
terakhir ini tidak tampak.
Dalam percobaannya Mendel menggunakan tanaman ercis untuk melihat adanya perbedaan
dalam ukuran pohon, misalnya adanya variasi tinggi yang 0,45 meter sampai 1 meter. Sifat-sifat
tersebut memperlihatkan perbedaan yang kontras sehingga memudahkan untuk mengamati.
Pada waktu mendel mengadakan persilangan antara kedua varietas tersebut dimana yang satu
tinggi dan yang lain pendek, maka Mendel mendapat hasil berikut:
Persilangan antara jantan dan betina pada ercis bersegresi sehingga ratio fenotifnya adalah tinggi,
sedangkan keturunan F2 akan memisah dengan perbandingan fenotif yaitu tinggi : pendek = 3 :
1. Sedangakn ratio genotifnya adalah TT : Tt : t = 1 : 2 : 1., yaitu satu tumbuhan ercis homozigot,
dan dua tumbuhan ercis heterozigot dan satu tumbuhan ercis pendek.
II. Persilangan dihibrid
Dalam hukum mendel II atau dikenal dengan The Law of Independent assortmen of genes atau
Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas dinyatakan bahwa selama pembentukan gamet, gengen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen lain yang bukan alelnya.
Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu
yang memiliki satu atau lebih karakter yang berbeda. Monohibrid adalah hibrid dengan 1 sifat
beda, dan Dihibrid adalah hibrid dengan 2 sifat beda. Fenotif adalah penampakan atau perbedaan
sifat dari suatu individu tergantung dari susunan genetiknya yang dinyatakan dengan kata-kata
(misalnya mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa, dsb). Genotif adalah susunan atau konstitusi
genetik dari suatu individu yang ada hubungannya dengan fenotif; biasanya dinyatakan dengan
simbol/tanda pertama dari fenotif. Oleh karena individu itu bersifat diploid, maka genotif
dinyatakan dengan huruf dobel, misalnya AA, Aa, aa, AABB,dsb.
Semua keterangan di atas hanya membicarakan persilangan satu sifat. Sekarang akan dipelajari
dua individu dengan dua sifat beda dimana hasil persilangan ini dinamakan dihibrid.
Sebelum melakukan percobaan, harus diketahui cara pewarisan sifat. Dua pasang yang diawasi
oleh pasangan gen yang terletak pada kromosom yang berlainan. Sebagai contoh Mendel
melakukan percobaan dengan menanam kacang ercis yang memiliki dua sifat beda. Mula-mula
tanaman galur murni yang memiliki biji bulat berwarna kuning disilangkan dengan tanaman
galur murni yang memiliki biji keriput berwarna hijau, maka F1 seluruhnya berupa tanaman
yang berbiji bulat berwarna kuning. Biji-biji dari tanaman F1 ini kemudian ditanam lagi dan
tanaman yang tumbuh dibiarkan mengadakan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh
keturunan F2 dengan 16 kombinasi yang memperlihatkan perbandingan 9/16 tanaman berbiji
bulat warna kuning : 3/16 berbiji bulat warna hijau : 3/16 berbiji keriput berwarna kuning : 1/16
berbiji keriput berwarna hijau atau dikatakan perbandingannya adalah ( 9 : 3 : 3 : 1 ).
Persilangan monohibrid
Merah
(MM)
Putih
(mm)
G:
M, M
F:
m, m
Fenotif (genotif)
MERAH (M)
PUTIH (m)
MERAH (M)
MM
Mm
PUTIH (m)
Mm
mm
Data kelompok:
No.
Fenotif
Genotif
Tabulasi
Jumlah
Merah
MM
25
Merah muda
Mm
50
Putih
mm
25
Merah : Putih =
(25 + 50) : 25 =
75 : 25 = 3 : 1
-
MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1
B. Persilangan dihibrid
P:
Bulat kuning x
(BBKK)
Keriput hijau
(bbkk)
G:
BK
F1:
BbKk
G2:
bk
BbKk
x
Fenotif (genotif)
BulatKuning
(BK)
BulatHijau
(Bk)
KeriputKuning
(bK)
KeriputHijau
(bk)
BBKK
BBKk
BbKK
BbKk
BBKk
BBkk
BbKk
Bbkk
KeriputKuning (bK)
BbKK
BbKk
BbKK
BbKk
BbKk
Bbkk
bbKk
bbkk
Data kelompok:
No.
Fenotif
Genotif
Tabulasi
Jumlah
1.
Bulat Kuning
BBKK
II
BBKk
IIII
BbKK
IIIII III
BbKk
13
BBkk
IIII
Bbkk
IIIII IIII
bbKK
IIII
bbKk
IIIII
bbkk
2.
3.
4.
Bulat Hijau
KeriputKuning
Keriput Hijau
13 :
9 :
: 5 : 1
13
V. ANALISIS DATA
I.
Persilangan monohibrid
Pada persilangan ini berlaku hukum mendel I yang menyatakan bahwa ketika berlangsung
pembentukan gamet pada individu heterozigot terjadi perpisahan alel secara bebas sehingga
setiap gamet hanya menerima sebuah gen saja. Oleh karena itu, setiap gamet mengandung salah
satu alel yang dikandung sel induknya.Peristiwa ini dikenal dengan Persilangan Monohibrid
yang dikenal pula dengan hukum segregasi. Persilangan ini menggunakan satu sifat beda.Dengan
menggunakan kancing genetik warna merah dilambangkan dengan (M) dan warna putih
dilambangkan dengan (m), pada keturunan satu (F1) perkawinan dari keduanya merupakan
gabungan dari kedua gen (Mm) yang dalam fenotifnya bentuk tetap bulat (percampuran kancing
merah dan kancing putih). Sedangkan pada keturunan F2 mulai tampak berlakunya hukum
segregasi yaitu pemisahan secara bebas gen sealel. Pada percobaan ini, persilangan antara
keturunan F1 didapatkan perbandingan genotifnya dari MM : Mm : mm adalah 25 : 50 : 25
sehingga perbandingan fenotifnya adalah 75 : 25.
Perbandingan ini sesuai dengan hukum Mendel I atau hukum segregasi dimana pada persilangan
antar keturunan F1 tampak bahwa perbandingan hasil perkawinan antar faktor dominan dan
resesif pada genotifnya adalah 1 : 2 : 1 dan perbandingan fenotifnya adalah 3 : 1.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan mengenai hukum Mendel I atau persilangan monohibrid
yang diambil secara acak berdasarkan data di atas jelas sesuai dengan hukum Mendel. Dan jika
kita menuliskan persilangannya juga akan sesuai dengan hukum Mendel tersebut, yaitu:
P:
MM
>< mm
(Merah) (Putih)
F1:
Mm
(Merah)
F1>< F1: Mm
><
Mm
(Merah) (Merah)
G:
M,m
M,m
F2:
Fenotif (genotif)
MERAH (M)
PUTIH (m)
MERAH (M)
MM
Mm
PUTIH (m)
Mm
mm
Jadi berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil persilangan dengan
perbandingan yaitu sebagai berikut:
- Rasio Genotifnya = MM : Mm : mm
25 : 50
: 25 1 : 2 : 1
II.
Persilangan dihibrid
Hukum Mendel II dikenal pula dengan hukum asortasi atau hukum berpasangan secara bebas.
Menurut hukum ini, setiap gen/sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen atau sifat lain.
Meskipun demikian, gen untuk satu sifat tidak berpengaruh pada gen untuk sifat lain yang bukan
termasuk alelnya. Hukum Mendel II ini dapat dijelaskan melalui persilangan dihibrid, yaitu
persilangan dengan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda dan memiliki perbandingan 9 : 3: 3 :
1.
Pada percobaan yang dilakukan dengan persilangan dihibrid dengan menggunakan 2 sifat beda
yaitu kancing genetik warna merah dengan gamet (BB) bersifat dominan bulat terhadap kancing
genetik warna putih, dan yang bersifat resesif keriput dengan gamet (bb). Serta dengan kancing
genetik warna kuning dengan gamet (KK) yang bersifat dominan warna kuning terhadap warna
hijau resesif dengan gamet (kk). Pada parentalnya memiliki sifat fenotif bentuk bulat berwarna
kuning (BBKK) yang dominan terhadap parental lainnya yang memiliki fenotif bentuk keriput
berwarna hijau (bbkk). Diagram persilangannya sebagai berikut :
P:
BBKK
(Keriput Hijau)
(Bulat Kuning)
F1:
bbkk
><
BbKk
(Bulat Kuning)
F2:
>< BbKk
(Bulat Kuning)
Fenotif (genotif)
BulatKuning
(BK)
BulatHijau
(Bk)
KeriputKuning
(bK)
KeriputHijau
(bk)
BBKK
BBKk
BbKK
BbKk
BBKk
BBkk
BbKk
Bbkk
KeriputKuning (bK)
BbKK
BbKk
BbKK
BbKk
BbKk
Bbkk
bbKk
bbkk
Namun, pada percobaan persilangan dihibrid yang dilakukan terjadipenyimpangan dari hukum
mendel, ini karena rasio fenotif yang dihasilkan adalah 9 : 4 : 3 : 0, sedangkan hukum Mendel II
mempunyai rasio fenotif 9 : 3 : 3 ; 1. Penyimpangan ini adalah penyimpangan yang semu dan
jarang terjadi. Penyimpangan ini mungkin dikarenakan adanya sifat-sifat menurun yang
dipengaruhi oleh dua atau lebih pasangan alel yang penampakkannya saling mempengaruhi
(berinteraksi). Tergantung pada macam interaksi ini, perbandingan fenotif itu berubah dalam
berbagai bentuk, walaupun prinsip dasar dari cara pewarisan sifat-sifat menurun adalah tetap
sama. Keganjilan ini bukanlah disebabkan oleh penyimpangan hukum Mendel II tetapi hanyalah
karena adanya dua pasang alel yang semuanya mempengaruhi bagian sama dari suatu organisme.
Dan dalam hal ini adalah bentuk Bulat Kuning dan Keriput Hijau.
VI. KESIMPULAN
1.
Hasil yang diperoleh dari persilangan monohibrid sesuai dengan bunyi Hukum Mendel I.
2. Hasil yng diperoleh dari persilangan dihibrid sesuai dengan bunyi hokum Mendel II. Namun,
hasil persilangan tidaklah selalu sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh hukum Mendel, karena
dalam persilangan dilakukan pembulatan dalam penjumlahan.
3. Hukum Mendel memang nyata dan penyimpangan yang terjadi bukanlah penyimpangan yang
nyata melainkan penyimpangan yang semu karena masih mengikuti hukum Mendel.