Anda di halaman 1dari 21

TRAUMA

GINJAL

Batasan

Definisi dari trauma adalah suatu keadaan yang menyebabkan kerusakan tubuh atau

organ tubuh dimana faktor penyebab berasal dari luar tubuh. Salah satu trauma yang dapat
terjadi pada organ tubuh adalah ginjal. Trauma ginjal terjadi rata-rata 1-5% dari semua trauma.
Ginjal paling sering terkena trauma, dengan rasio kejadian 3:1 antara laki-laki dan wanita.
Trauma ginjal dapat mengacam jiwa, namun kebanyakan trauma ginjal dapat dikelola secara
konservatif. Dengan kemajuan di bidang diagnostik dan terapi telah menurunkan angka
intervensi bedah pada penanganan trauma ginjal dan meningkatkan preservasi ginjal.
Mekanisme Injuri

Mekanisme terjadinya trauma ginjal dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu trauma tumpul

dan trauma tajam. Trauma tumpul biasanya diakibatkan karena kecalakaan lalu lintas,
kecelakaan pada olah raga, dan lain-lain. Kecelakaan merupakan penyebab trauma tumpul pada
ginjal. Laserasi ginjal dan trauma pada vaskuler ginjal kira-kira 10-15% dari trauma tumpul
ginjal. Oklusi arteri renal berhunbungan dengan trauma deselerasi secara tiba-tiba. Posisi ginjal
berubah yang menyebabkan tarikan pada vaskuler ginjal. Hal tersebut menyebabkan injuri pada
intima dan dapat memicu terjadinya trombosis. Kompresi arteri renal yang disebabkan desakan
antara vertebra dan dinding anterior abdomen dapat menyebabkan trombosis pada arteri renal
sebelah kanan.

Luka tembak dan luka tusuk merupakan penyebab utama trauma tajam pada ginjal.

Akibat trauma ginjal lebih parah dari pada akibat dari trauma tumpul. Trauma dari peluru dapat
mengakibatkan trauma yang lebih parah pada parenkim ginjal akibat dari gaya kinetiknya yang
besar. Trauma dengan kekuatan yang lebih kecil mengakibatkan kerusakan jaringan yang lebih
luas lagi akibat dari efek ledakan. Pada trauma dengan kekuatan yang lebih besar kerusakan
jaringa yang luas disertai dengan kerusakan organ yang lain. Trauma ginjal paling sering terjadi

diantara organ urogenital yang lain, biasanya disertai dengan trauma abdomen dan kejadian
nefrektomi masih tinggi antara 25-30%.
Klasifikasi Trauma

Klasifikasi trauma ginjal membantu penentuan terapi dan memperkirakan prognosis.

Kira-kira terdapat 26 klasifikasi trauma ginjal. Terdapat kriteria yang digunakan sebagai dasar
penyusunan klasifikasi ginjal antara lain:
-

Patogenesis (trauma tumpul atau tajam)

Morfologi (tipe dan derajat kerusakan)

Keadaan klinis (gejala yang ditemui)

The American Association for the Surgery of Trauma (AAST) telah menyusun klasifikasi trauma
ginjal. Klasifikasi ini membagi derajat trauma ginjal dari 1-5. CT scan abdomen atau temuan
pada saat eksplorasi dapat memastikan derajat klasifikasi lebih tepat. Klasifikasi dari AAST pada
saat ini paling banyak digunakan dan dapat menentukan perlu tidaknya tindakan operasi pada
trauma ginjal.
AAST Renal Injury Grading Scale
1

Contusion or non expanding subcapsular haematome


No laceration

Non expanding perirenal haematome


Cortical laceration < 1 cm deep without extravasation

Cortical laceration > 1 cm without urinary extravasation

Laceration: though corticomedullary junction into collecting system


Or
Vascular: segmental renal artery or vein injury with contained haematome

Laceration: shattered kidney


Or
Vascular: renal injury or avulsion

Diagnosa: Initial Assessment


Initial assessment pada pasien trauma termasuk penanganan jalan nafas, kontrol

perdarahan, serta penanganan syok. Pemeriksaan fisik lebih lanjut dilakukan bila kondisi pasien
telah stabil. Bila dicurigai terjadinya trauma ginjal, perlu dilakukan langkah diagnostik lebih
lanjut.
1.1.Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik

Anamnesa dapat diperoleh dari pasien yang telah stabil, atau dari saksi kejadian

kecelakaan, dari personel medis. Indikasi terjadinya trauma pada ginjal apabila terjadi
deselerasi secara tiba-tiba dan trauma langsung pada daerah flank. Pada trauma tembus, perlu
diketahui ukuran dari pisau atau kaliber atau jenis dari senjata. Perlu juga diketahui kondisi
ginjal sebelum terjadinya trauma, seperti hidronefrosi, kista, atau batu ginjal.

Pemeriksaan fisik adalah dasar dari assessment pada setiap pasien dengan trauma.

Stabilitas hemodinamik merupakan kriteria utama pada penanganan semua trauma ginjal.
Pemeriksaan fisik pada trauma tajam ginjal sangat penting, dimana dapat diketahui luka tusuk
atau luka masuk dan keluar dari peluru yang dapat ditemukan di punggung atau abdomen.
Trauma tumpul pada flank, abdomenm atau thorax bagian bawah dapat menyebabkan
terjadinya trauma ginjal. Temuan berikut pada pemeriksaan fisik dapat menendakan terjadinya
traum ginjal:
1

Hematuria

Nyeri flank

Ekimosis flank

Abrasi flank

Fraktur costa

Distensi abdomen

Massa abdomen

Abdominal tenderness


Guidelines Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik
-

Stabilitas hemodinamik perlu dipastikan pada saat kedatangan penderita

Anamnesa diperoleh dari pasien dengan kondisi stabil, saksi kejadian, atau
petugas medis tentang waktu kejadian

Keadaan ginjal sebelum kejadian trauma

Pemeriksaa fisik dari thorax, abdomen, flanks, punggung

Temuan pada saat pemeriksaan fisik seperti hematuria ekimosis dan abrasi flank,
fraktur costa, massa atau distensi abdomen kemungkinan terjadinya kerusakan
ginjal


Guidelines Pemeriksaan Laboratorium
-

Urine dari pasien dengan kecurigaan trauma ginjal diperiksa secara makros atau
menggunakan dipstick

Pemeriksaan hematokrit serial bila dicurigai blood loss, namun tidak dapat
dipastikan karena trauma ginjal atau karena trauma penyerta yang lain

Pemeriksaan kreatinin dapat menandakan penurunan fungsi ginjal akibat dari


trauma

Guidelines Pemeriksaan Radiografi


-

Pasien trauma tumpul ginjal dengan hematuri makros maupun mikroskopik (5


eritrosit/lapangan pandang) disertai hipotensi (tekanan sistolik < 90 mmHg)
harus menjalani pemeriksaan radiografi

Pemeriksaan radiologi direkomendasikan pada pasien dengan riwayat trauma


deselerasi

Semua pasien dengan hematuri karena trauma tumpul atau trauma tembus
perlu dilakukan imaging pada ginjal

USG dapat dilakukan pada evalusai primer

CT scan dengan kontras merupakan pemeriksaan paling baik untuk diagnosa dan
staging trauma ginjal pada pasien dengan hemodinamik stabil

Pasien dengan hemodinamik tidak stabil yang memerlukan tindakan bedah harus
diperiksa one shot IVP

IVP, MRI, scintigraphy merupakan alternatif apabila CT Scan tidak tersedia

Angiography dapat digunakan sebagai diagnostik dan embolisasi pada pembuluh


darah yang mengalami perdarahan

Guidelines Management Trauma Ginjal


-

Pasien stabil, trauma tumpul, grade 1-4, ditangani secara konservatif; bed rest,
antibiotik, dan monitoring vital sign

Pasien stabil, trauma tajam, grade 1-3, ditangani secara elektif

Indikasi operasi:
o Hemodinamik tidak stabil
o Ekplorasi trauma penyerta
o Hematome yang meluas atau pulsatif yang ditemukan pada saat
eksplorasi
o Trauma grade V
o Keadaan ginjal pre-trauma yang memerlukan tindakan bedah

Rekonstruksi ginjal perlu dilakukan apabila bertujuan untuk mengontrol


perdarahan dan jumlah parenkim yang viable mencukupi


Guidelines Management Post-Operative dan Follow Up
-

Pemeriksaan ulang radiografi diperlukan 2-4 hari post operasi

Scintigrafi nuklir diperlukan untuk mengetahui fungsi ginjal

Dalam waktu 3 bulan:

o Dilakukan pemeriksaan fisik


o Urinalisis
o Pemeriksaan radiologi
o Pengukuran tekanan darah serial
o Pemeriksaan fungsi ginjal

Guidelines Management Komplikasi
-

Komplikasi setelah trauma ginjal memerlukan pemeriksaan radiologi

Pengobatan medikamentosa dan minimal invasive merupakan pilihan pertama


penanganan komplikasi

Penyelamatan ginjal merupakan tujuan utama apabila diperlukan tindakan


pembedahan


Guidelines Management Trauma pada Anak-anak
-

Indikasi pemeriksaan radiologi pada anak-anak dengan kecurigaan traum ginjal:


o Trauma tajam dan tumpul dengan hematuri
o Trauma disertai trauma abdomen
o Trauma langsung pada flank, jatuh dari ketinggian, atau terjadi deselerasi

USG merupakan pemeriksaan paling baik sebagai skrining trauma ginjal

CT scan digunakan pada penentuan staging trauma

Hemodinamik tidak stabil dan trauma grade V merupakan indikasi untuk


dilakukan intervensi secara bedah


Guidelines Management Trauma Ginjal dengan Trauma Penyerta
-

Pasien dengan multitrauma perlu dievaluasi berdasarkan trauma yang paling


mengancam jiwa

Apabila diputuskan intervensi secara bedah, semua trauma harus dievalusi


secara simultan


PENATALAKSANAAN PENDERITA TRAUMA GINJAL
Sembilan puluh persen penderita trauma tumpul ginjal mengalami
kontusio ringan atau laserasi superficial, sehingga tidak memerlukan
pembedahan. Penderita ini memerlukan observasi hematuria serta faal ginjal
secara berkala. Termasuk dalam kategori ini adalah trauma ginjal grade I dan
sebagian besar grade II. Penderita trauma ginjal grde II dapat diterapi secara
konservatif apabila tidak ada trauma pada organ yang lain dan penderita stabil
selama observasi. Tindakan konservatif pada penderita tersebut pada umunya
memberikan hasil yang memuaskan, dengan gambaran ginjal normal pada
evaluasi dengan IVP.
Secara umum indikasi pembedahan eksplorasi pada penderita trauma
tumpul ginjal adalah sebagai berikut:
1. Indikasi absolut:
2. Saat laporotomi eksplorasi dadapatkan hematoma perirenal yang
meluas dan pulsatil
a. Perdarahan terus menerus yang diyakini berasal dari ginjal
b. Trauma pembuluh darah besar ginjal

2. Indikasi relatif:
a. Ekstravasasi urine yang nyata.

b. Laserasi ginjal multiple dengan jaringan non-viable yang banyak


c. Gradasi trauma ginjal tak dapatkan ditentukan dengan jelas
d. Ada kelainan lain di ginjal yang perlu pembedahan dan ditentukan
secara kebetulan.

Ketepatan menentukan indikasi dan saat pembedahan dapat menyelamatkan
ginjal dan tindakan nefrektomi dapat dihindari, dengan melakukan rekonstruksi.
Penderita dengan trauma tajam ginjal, 70% memerlukan tindakan
pembedahan eksplorasi ginjal. Pembedahan dilakukan apabila trauma tajam
ginjal tersebut menyebabkan cedera ginjal berat. Dengan pemeriksaanIVP dan
CT scan yang diteliti, 30% penderita mengalami cedera ginjal ringan sehingga
tidak memerlukan pembedahan.
Insisi transabdominal merupakan teknik yang paling disukai karena
memungkinkan eksplorasi pada organ intraabdominal yang lain serta dapat
mencapai kedua ginjal.
Perawatan paska bedah merupakan hal yang harus diperhatikan pula.
Dengan perawatan yang baik, komplikasi dapat dihindari dan kalau terjadi
komplikasi dapat segera diketahui dan dilakukan tindakan segera.


Perawatan paska operasi dan komplikasi


Setelah operasi penderita istirahat di tempat tidur sampai hematuri tidak ada
lagi. Setelah itu penderita melakukan mobilisasi secar bertahap. Drain dipertahankan
selama 5-7 hari dan dilepas setelah produksinya minimal. Produksi urine dimonitornya
kebocoran setiap jam, kadar kreatinin dalam serum diperiksa setiap hari dan kontrol
foto setelah 3 hari. Apabila leakage uein tetap terjadi setelah 5-7 hari, dilakukan
pemeriksaan IVP untuk mengetahui adanya kebocoran atau sumbatan pada collecting
system atau ureter.
Monitor tekanan darah dilakukan secara berkala untuk mengetahui timbulnya
renovascular hypertension paska trauma ginjal, baik setelah operasi maupun yang
dirawat secara konservatif. Renovascular konstruksi hypertension terjadi pada 5%
penderita paska rekonstruksi ginjal, yang disebabkan karena stenosis arteri renalis atau
infark parsial parenkim ginjal. Hipertensi ini dapat timbul pada pasien yang sebelumnya
tidak didiagnosa adanya trauma ginjal atau ocult trauma. Hipertensi ini biasanya sampai
timbul setelah 2 minggu sampai 8 bula paska trauma ginjal.
Fungsi ginjal juga mengalami penurunan setelah rekonstruksi. Dengan renal
skintigrafi, didapatkan fungsi ginjal setelah rekonstruksi, rata-rata 39,9 % dari fungsi
normal. Berkurangnya fungsi ginjal ini disebabkan karena cedera pembuluh darah dan
parenkim ginjal, trauma penyerta yang berat serta shock akibat kehilangan darah yang
banyak.
Pada penderita yang dirawat konservatif, dapat trimbul komplikasi cepat atau
lambat. Komplikasi cepat timbul dalam 4 minggu setelah trauma, dapat berupa delayed
bleeding, abses, ektravasasi urine, sepsis, fistel urine dan hipertensi. Sedangkan
komplikasi lambat dapat berupa hipertensi, fistel arteriovena, hidronefrosis,
pembentukan batu ginjal, pielonefritis kronis serta nyeri yang bersifat kronis.
Penatalaksanaan non-bedah biasanya memberikan hasil yang baik. Delayed
retroperitoneal bleeding bisa terjadi beberapa minggu setelah trauma atau operasi dan
biasanya fatal, sehingga perlu diantisipasi dan segera dilakukan tindakan bila terjadi.

Abses perinefrik bisa berawal dari hematom atau urinoma dan apabila terjadi,
drainase perkutan lebih disukai daripada operasi karena resiko kehilangan ginjal lebih
sedikit.
Arterio-venous fistel dicurigai bila timbul hematuria yang baru terjadi
beberapa hari setelah trauma, dan ini sering terjadi setelah trauma tajam. Penderita ini
dapat dilakukan embolisasi perkutan atau pembedahan jika fistelnya membesar
Pemeriksaan IVP dilakukan 3 bulan setelah trauma ginjal yang berat untuk
mendeteksi adanya hidronefrosis, atrofi ginjal serta kelainan anatomi yang lain, untuk
menentukan langkah pengobatan berikutnya. Selain itu dilakukannya juga pemeriksaan
fisik, tekanan darah, urinalisis dan kreatinin serum secar berkala dalam waktu 3 bulan
sekali.











Modul : Trauma Ginjal


Mengembangkan kompetensi
Sesi didalam kelas
Sesi dengan fasilitas pembimbing
Sesi praktek dan pencapaian kompetensi

Waktu
.. x 2 jam (classroom session)
.. minggu (coaching session)
12 minggu (facilitation and assessment)

Tujuan Umum
Setelah mengikuti modul ini peserta didik mampu menguraikan latar belakang,
melakukan diagnosis, melakukan penatalaksanaan dan menangani trauma ginjal.

Tujuan Khusus / Pembelajaran
Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk :
1. Menjelaskan patofisiologi trauma ginjal
2. Mengenali gejala, tanda dan komplikasi trauma ginjal
3. Melakukan langkah langkah diagnosis penderita trauma ginjal
4. Melakukan penanganan komplikasi penderita trauma ginjal
5. Melakukan pilihan terapi pada trauma ginjal
6. Melakukan langkah follow up trauma ginjal
Proses Pembelajaran
Menguatkan proses pembelajaran
Kenalkan diri anda, jabatan dan tanggung jawab anda dalam proses
pembelajaran serta bagaimana anda berupaya untuk mencapai tujuan pembelajaran
dengan partisipasi penuh dari peserta didik.
Tujuan 1 : Menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat tentang trauma ginjal
Metode pembelajaran :

Kuliah singkat dan diskusi tentang patofisiologi trauma ginjal yang

mencakup proses terjadinya trauma ginjal secara singkat (must to


know pointers)
Kuliah singkat dan diskusi tentang trauma ginjal

Tujuan 2 : Mengenali gejala, tanda dan komplikasi penderita trauma ginjal


Metode pembelajaran :
Curah pendapat dan diskusi tentang gejala, tanda dan komplikasi

penderita dengan trauma ginjal (must to know pointers)


Tujuan 3 : Melakukan langkah langkah diagnosis penderita trauma ginjal
Metode pembelajaran :
Coaching dan praktek pada pasien sungguhan, yang berupa :

Melakukan anamnese gejala penderita trauma ginjal

Melakukan pemeriksaan fisik pada penderita trauma ginjal

Merencanakan pemeriksaan DL, RFT, SE, Urinalisis dan kultur urin.

Merencanakan pemeriksaan foto polos abdomen, IVP dan USG urologi


sesuai indikasi/kontraindikasi.

Tujuan 4 : Melakukan penanganan komplikasi penderita trauma ginjal


Metode pembelajaran :
Coaching dan praktek pada pasien sungguhan, yang berupa :

Melakukan anamnese gejala komplikasi penderita trauma ginjal

Melakukan pemeriksaan fisik pada komplikasi penderita trauma

ginjal

Merencanakan pemeriksaan DL, RFT, SE, BGA, Urinalisis dan


Kultur urin

Merencanakan pemeriksaan thoraks foto, USG , IVP, CT

Scanning, MRI, Renal arteriografi.

Mampu melakukan pembedahan eksplorasi

Tujuan 5 : Melakukan pilihan terapi pada trauma ginjal


Metode pembelajaran :

Kuliah singkat mengenai pilihan terapi pada penderita batu

ginjal : terapi konservatif dan pembedahan konservatif.

Diskusi dan coaching tentang pilihan penatalaksanaan trauma

ginjal

Curah pendapat dan diskusi tentang dasar pemilihan terapi dan

komplikasi masing masing terapi


Tujuan 6 : Melakukan terapi konservatif dan pembedahan ekplorasi pada
penderita trauma ginjal
Metode pembelajaran :

Terapi konservatif dan pembedahan ekplorasi

Demo oleh pembimbing pada pasien sungguhan

Asistensi operasi membantu pembimbing

Operasi sendiri dengan pengawasan

Operasi sendiri tanpa pengawasan langsung

Tujuan 7 : Melakukan langkah follow up penderita trauma ginjal


Metode pembelajaran :

Curah pendapat dan diskusi kasus mengenai prosedur follow

up penderita trauma ginjal pada setiap pilihan terapi.




Persiapan sesi

Peralatan audiovisual

Materi presentasi : Power Point tentang trauma ginjal

Kasus : Penderita trauma ginjal pada pasien KLL

Alat bantu latih : model anatomi gambar anatomi dari buku teks
model alat peraga

Referensi :

1. Campbells Urology edisi 9


2. Smith's General Urology Edisi 14

Kompetensi
Mengenali dan memahami penatalaksanaan tentang trauma ginjal. Kompetensi
yang diharapkan adalah K3, P4, A4 dengan tingkat kerja skill competency.

Keterampilan
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta didik diharapkan terampil
1. Menjelaskan patofisiologi dan epidemiologi singkat tentang trauma ginjal
2. Mengenali gejala, tanda dan komplikasi penderita trauma ginjal
3. Melakukan langkah langkah diagnosis penderita trauma ginjal
4. Melakukan penanganan komplikasi penderita trauma ginjal
5. Melakukan pilihan terapi pada trauma ginjal
6. Melakukan terapi konservatif dan pembedahan ekplorasi pada penderita

Trauma ginjal
7. Melakukan langkah follow up penderita trauma ginjal


Gambaran Umum
Trauma tumpul ginjal meliputi 80-90% dari semua trauma ginjal. Biasanya
disebabkan karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, olah raga full body
contact serta perkelahian. Selain akibat trauma langsung pada abdomen, trauma
ginjal dapat juga akibat mekanisme akselerasi dan deselerasi yang cepat. Penderita
trauma ginjal biasanya disertai trauma pada organ yang lain sehingga sebagian
besar datang dalam kondisi yang kritis. 90% penderita trauma tumpul ginjal
mengalami kontusio ringan atau laserasi superficial, sehingga tidak memerlukan
tindakan bedah. Sedangkan penderita dengan trauma tajam ginjal, 70 %
memerlukan tindakan pembedahan eksplorasi ginjal. Pembedahan dilakukan apabila
trauma menyebabkan cedera ginjal berat

Penjelasan / Latar Belakang
Sehubungan dengan penjelasan pada gambaran umum yang menyatakan bahwa
penatalaksanaan trauma ginjal adalah tindakan konservatif dan pembedahan
eksplorasi ginjal maka komponen pengetahuan pada modul ini mempunyai
kapasitas yang sama dengan komponen psikomotor. Dengan demikian sesi praktik
klinik akan sama dengan sesi pengetahuan. Pada akhir sesi praktek peserta didik
kompeten untuk menentukan perlu tidaknya tindakan operasi

Contoh Kasus
Penderita pria 30 tahun datang ke IRD dengan riwayat jatuh dari truk. Penderita
mengeluh pinggang kanan terasa nyeri karena terbentur aspal, Pada pemeriksaan
fisik didapatkan jejas di daerah pinggang kanan dan nyeri tekan pada pinggang.
Pada pemeriksaan urinalisis didapatkan sel darah merah 8-10 pada tiap lapangan
pandang besar. Pada CT scan tampak laserasi yang hebat disertai ektravasasi dari
ginjal kanan.

Diskusi

Manakah data penyokong diagnosis saat itu ?

Data manakah yang membuat pemeriksa perlu membuat diagnosis banding ?

Apakah tindakan yang terbaik yang dapat dilakukan untuk membuat untuk

Mengatasi keadaan tersebut ?



Rangkuman hasil diskusi
Data penyokong diagnosis adalah
Gejala dan tanda yang menyebabkan perlunya dibuat diagnosis banding
.
..
Tindakan terpilih untuk mengatasi gangguan ini adalah.

Pada modul ini peserta didik diharapkan menguasai pengetahuan tentang patofisiologi, gejala
dan tanda, serta penatalaksanaan diagnosis dan terapi menyeluruh penderita trauma ginjal

Penilaian kompetensi
Hasil observasi selama proses alih pengetahuan dan ketrampilan.
Hasil kuisioner
Hasil penilaian peragaan ketrampila


Instrumen Penilaian Kompetensi Kognitif

Kuesioner sebelum sesi dimulai
1.. Sebagian besar trauma tumpul ginjal mengalami trauma berat sehingga
memerlukan tindakan pembedahan S/B
2. Salah satu keunggulan CT scan dibandingkan sarana diagnosis yang lain
Bisa menunjukkan batas jaringan non viable S/B
3. Pada penderita yang dirawat konservatif komplikasi cepat yang timbul dalam
4 minggu setelah trauma adalah delayed bleeding S/B

Kuesioner Tengah Pelatihan
1. Pada penanganan trauma ginjal grade IV yang menyebabkan komplikasi
paling minimal dan paling baik melindungi fungsi ginjal adalah berikut
dibawah ini :
a. konservativ
b. pemasangan stent
c. Renorrhapy
d. Nephrectomy

e. Embolisasi ginjal via catheter


2. Pasien yang menunjukkan laserasi kurang ginjal yang terbatas pada korteks
Sedalam kurang dari 1 cm, denga hematoma pada jaringan sekitar ginjal,
tanpa ektravasasi;
a. I
b. II
c. III
d. IV
3. Pada pasien trauma ginjal hal yang terpenting dari informasi klinis yang diikuti adalah :
A. Nilai serum kreatinin.
B. CT ren
C. USG renal
D. Pengukuran tekanan darah
E. Level serum kreatinin.









Instrumentasi Penilaian Kompetensi Psikomotor


PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR TRAUMA GINJAL
Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala berikut:
1.Perlu perbaikan ;langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan )
2.Mampu;langkah yang dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika
berurutan).Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaiakn atau
membantu
kondisi diluar normal.

harus
untuk

3.Mahir ;langkah dikerjakan dengan benar,sesuai urutannya dan waktu kerja sangat

efisien

T/D

Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu

diperagakan)


KEGIATAN
I.MENGENALI.

II.PERSIAPAN TINDAKAN
1.Pastikan kelengkapan perlatan,bahan dan obat-obat esensial untuk
prosedur..

III.LANGKAH-LANGKAH PROSEDUR



KASUS


Penilaian Kinerja Keterampilan (Ujian Akhir)

DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA


TRAUMA GINJAL
Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakanoleh peserta
pada saat melaksanakan status kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang diuraikan
dibawah ini:
:Memuaskan :Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan standar
X : Tidak memuaskan :Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan
prosedur atau panduan standar
T/T : Tidak ditampilkan :Langkah ,Kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh
selama proses evaluasi oleh pelatih.

peserta


PESERTA: TANGGAL:..
KEGIATAN PENCITRAAN UROLOGI
Persiapan
1.Penjelasan kepada penderita mengenai langkah-langkah pemeriksaan
pencitraan urologi,kemungkinan ada efek samping,dan komplikasi setelah
prosedur pemeriksaan
2.Meminta persetujuan penderita atau keluarga
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

NILAI

10.
KEGIATAN PENCITRAAN UROLOGI
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Komentar /Ringkasan:
Rekomendasi :

Tanda tangan Penguji------------------------------------ Tanggal---

HASIL

Anda mungkin juga menyukai