Anda di halaman 1dari 2

Tugas Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Pembimbing: dr. Edihan, Sp.OG


Dibuat oleh:

Karina Pratiwi 2012-061-088


Ernie Yantho 2012-061-090
Mariani Devi 2013-061-027

Inez Cassandra 2013-061-032


Arya Cipta Widjaja 2013-061-033

Tatalaksana Hiperplasia Endometrium


Hiperplasia endometrium merupakan penebalan endometrium akibat peningkatan
jumlah dan ukuran kelenjar yang berproliferasi secara ireguler. Hiperplasia endometrium
memiliki risiko dapat berkembang menjadi kanker endometrium.
Hiperplasia endometrium dibagi menjadi dua jenis yaitu hiperplasia endometrium
simpleks dan kompleks. Pembagian ini didasarkan pada ada tidaknya abnormalitas arsitektur
berupa kompleksitas atau pengumpulan kelenjar. Selain itu, terdapat juga jenis hiperplasia
yang sifatnya atipik jika secara sitologi terdapat atipik nuclear. Hanya hiperplasia
endometrium atipik yang secara jelas berhubungan dengan perkembangan adenokarsinoma.
Biasanya hiperplasia endometrium atipik memiliki arsitektur yang kompleks.
Tatalaksana pada wanita dengan hiperplasia endometrium terutama bergantung pada
usia pasien, ada atau tidaknya sitologi atipik, dan risiko untuk operasi. Tatalaksana
hiperplasia endometrium dilakukan berdasarkan pada jenis hiperplasia dan usia.
Hiperplasia Endometrium Non Atipik
Usia premenopause
Wanita premenopause dengan hiperplasia endometrium atipik biasanya membutuhkan
terapi progestin dosis rendah selama 3-6 bulan. Medroxyprogesterone acetate (MPA)
diberikan secara oral 10-20 mg/hari selama 12-14 hari setiap bulan. Pilihan lain yang sering
digunakan adalah pil kontrasepsi oral kombinasi yang digunakan pada mereka tanpa
kontraindikasi. Intrauterine device atau KB susuk yang mengandung progesterin juga
menunjukkan efektivitas. Meskipun lesi dapat mengalami regresi spontan tanpa terapi,
progestin digunakan untuk etiologi yang mendasari yaitu anovulatori kronis dan estrogen
yang berlebihan. Jika tidak terdapat hiperplasia endometrium residu pada biopsy surveilans,
pasien harus melanjutkan terapi progestin dan diobservasi sampai menopause. Biopsi
endometrium tambahan dibutuhkan jika terjadi perdarahan baru.
Secara umum, biopsi harus dihindari ketika pasien sedang menjalani terapi progestin,
karena hormone dapat memberikan bias pada diagnosis patologis melalui modifikasi
morfologi endometrium. Menunggu 2-6 minggu stetlah penghentian pemberian hormon baru

dapat dilakukan biopsy. Pada mereka yang menggunakan IUD yang melepaskan
levonorgestrel, biopsy endometrium dapat dilakukan tanpa pelepasan alat.
Usia postmenopause
Wanita postmenopause dengan hiperplasia endometrium non

atipik

dapat

ditatalaksana dengan MPA dosis rendah atau regimen harian 2.5-mg secara terus menerus.
Meskipun demikian, sangatlah penting bagi wanita usia post menopause untuk mengeksklusi
atipik secara sitologis. Pada praktik secara umum, pasien post menopause dengan hiperplasia
simpleks biasanya tidak ditatalaksana. Pada hiperplasia kompleks non atipik biasanya
ditatalaksana dengan progestin.
Respons hiperplasia endometrium non atipik terhadap progestin
Tingkat regresi secara patologis dan klinis pada terapi progestin melebihi 90% pada
hiperplasia endometrium non atipik. Pasien dengan penyakit persisten pada biopsy berulang
dapat ditingkatkan pada regimen dengan dosis yang lebih tinggi seperti MPA, 40 to 100 mg
per hari, atau megestrol acetate (Megace), 160 mg per hari. Histerektomi juga dapat
dipertimbangkan pada lesi yang refraktori pada terapi medikamentosa. Pendekatan
pembedahan yang invasif secara minimal seperti histerektomi total laparoskopi merupakan
pilihan yang tepat. Pada kasus yang terdapat kecurigaan hiperplasia atipik, pengangkatan
rahim lebih dipilih. Karena lesi dapat memanjang ke segmen bawah rahim atau endoserviks
atas, histerektomi subtotal tidak cocok pada wanita premenopause dengan hiperplasia
endometrium.
Hiperplasia endometrium atipik
Histerektomi merupakan tatalaksana terbaik untuk wanita dengan hiperplasia
endometrium atipik pada berbagai usia karena resiko rekurensi dan menjadi keganasan akan
meningkat. Wanita premenopause yang masih menginginkan untuk memiliki keturunan
merupakan pengecualian. Terapi progestin dosis tinggi merupakan terapi yang sesuai bagi
pasien dengan motivasi yang tinggi. Pasien yang tidak cocok untuk menjalani pembedahan
juga dapat dipertimbangkan untuk mendapatkan ablasi hormonal dengan progestin. Resolusi
hiperplasia harus dikonfirmasi dengan biopsi serial endometrium setiap 3 bulan sehingga
adanya respon. Jika tidak, maka histerektomi seharusnya direkomendasikan. Penyembuhan
hiperplasia, surveilans dan progestin harus dilanjutan hingga jangka panjang karena potensi
untuk berubah menjadi keganasan. Para ahli yang melakukan histerektomi pada hiperplasia
endometrium atipikal harus mempertimbangkan kemungkinan untuk adanya keganasan dan
melakukan staging.

Anda mungkin juga menyukai