Anda di halaman 1dari 27

SAFETY BEHAVIOR

CONCEPT & TOOLS

Dina Lusiana S

PERKEMBANGAN UPAYA PENCEGAHAN


KECELAKAAN KERJA
Tahap 1: Engineering Control
Tahap 2: Law Enforcement

Tahap 3: Safety Management System


Tahap 4: Behavior Based Safety

BEHAVIOR BASED SAFETY


Upaya pencegahan kecelakaan kerja
dengan pendekatan yang berbasis
pada perubahan perilaku

LATAR BELAKANG PENERAPAN


BEHAVIOR BASED SAFETY
Accident Ratio Study menunjukan kecelakaan lebih serius terjadi karena akumulasi
Nearmiss (hampir celaka) atau At Risk Behavior (perilaku kerja tidak aman)
Studi yang dikakukan para ahli K3 maupun pengamatan kecelakaan kerja di Lapindo
menunjukan bahwa sekitar 90% kecelakaan disebabkan oleh At Risk Behavior
Unsafe Condition (kondisi kerja tidak aman) dapat mengakibatkan kecelakaan kerja,
namun demikian Unsafe Condition timbul akibat adanya orang yang melakukan At
Risk Behavior
Seluruh pekerjaan, baik yang berpotensi menimbulkan kecelakaan maupun tidak
semuanya dilakukan oleh manusia. Hal yang spesifik dari manusia yang dapat
menimbulkan kecelakaan adalah perilakunya (behavior)

Traditional Safety Management telah banyak berhasil menurunkan kecelakaan


kerja, namun demikian penurunan lebih lanjut belum optimal dan masih menyisakan
Residual Accident

PENURUNAN KECELAKAAN KERJA OLEH


TRADITIONAL SAFETY MANAGEMENT

Upaya yang akan


dioptimalkan melalui
pendekatan Behavior
Based Safety

Tingkat Kecelakaan

Upaya yang dicapai


oleh Traditional Safety
Management

Residual Accident

Waktu

BEHAVIOR BASED SAFETY PROGRAM

PENDEKATAN KONSEP:
Teori Perilaku : teori ABC
Teori Motivasi : reinforcement, expectancy
Teori Komunikasi: rich channel communication, feedback

TEORI ABC
Antecedent

Behavior

Consequence

A= Antecedent, yaitu kejadian/kondisi yang memicu terbentuknya behavior


B= Behavior (perilaku/tindakan)
C= Consequence, yaitu kejadian yang ditimbulkan oleh behavior
Consequence sangat kuat mempengaruhi Behavior
Walaupun Antecedent memicu terbentuknya Behavior, namun demikian
pengaruh Consequence terhadap Behavior lebih kuat dan langsung
Kuat lemahnya Consequence mempengaruhi Behavior ditentukan oleh:
TIMING: Consequence yang pengaruhnya segera (soon) akan lebih kuat
mempengaruhi Behavior dibanding yang pengaruhnya kemudian (later)
CONSISTENCY: Consequence yang pengaruhnya pasti (certain) akan
lebih kuat mempengaruhi Behavior dibanding yang pengaruhnya kurang
pasti (uncertain)
SIGNIFICANT: Consequence yang pengaruhnya cukup besar (sizable)
akan lebih kuat mempengaruhi Behavior dibanding yang pengaruhnya tidak
berarti/kecil (negligible)

CONTOH TEORI ABC


Personal Protective Equipment (PPE) tidak tersedia Antecedent

Karena PPE tidak tersedia maka pekerja berperilaku tidak


menggunakan PPE pada pekerjaan tersebut Behavior
Pekerja merasa nyaman bekerja tanpa PPE Consequence
Bila Consequence ini pengaruhnya kuat terhadap Behaviour (soon,
certain, sizable) maka perilaku tidak menggunakan PPE akan
menjadi lebih kuat

Merubah Behavior dilakukan dengan melakukan intervensi terhadap


Antecedent dan Consequence

TEORI MOTIVASI
Reinforcement
Adalah upaya yang dilakukan untuk memberikan apresiasi atau penghargaan dan
perhatian terhadap perilaku baik yang telah dilakukan oleh seseorang. Seseorang
apabila perbuatan baiknya dihargai maka besar kemungkinan perbuatan baik
seperti itu akan diulanginya kembali. Dalam pengamatan perilaku kerja,
reinforcement ini perlu diberikan kepada pekerja yang telah melakukan perilaku
kerja aman agar seterusnya termotivasi bekerja dengan cara aman. Kurang
memberikan reinforcement terhadap perilaku kerja aman dapat berakibat
memudarnya perilaku kerja aman.
Expectancy
Adalah harapan mendapatkan apresiasi atau penghargaan dan perhatian apabila
seseorang mengetahui bahwa perbuatan baik yang dilakukannya akan
mendapatkan hasil seperti yang diharapkan. Dalam pengamatan perilaku kerja,
pengamat perlu mengetahui bahwa umumnya orang memiliki harapan baik terhadap
sesuatu yang baik yang telah ia lakukan. Apabila pekerja mengerti bahwa
melakukan perilaku kerja aman akan mendapatkan perhatian postive dan apresiasi
maka pekerja tersebut akan termotivasi berperilaku kerja aman.

TEORI KOMUNIKASI
Rich channel communication
Adalah penyampaian pesan dengan menggunakan beberapa isyarat
kumunikasi secara serentak seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh dan
irama suara. Contohnya komunikasi tatap muka. Penyampaian pesan
dengan cara ini akan lebih effective dibanding dengan lean channel
communication. Intervensi yang dilakukan saat melakukan pengamatan
perilaku dianjurkan menggunakan rich channel communication agar
komunikasi antara pengamat dan orang yang diamati menjadi maksimal.
Feedback
Adalah saluran komunikasi yang memberikan umpan balik kepada
pemberi pesan apakah pesan tersebut diterima sesuai dengan yang
diinginkan. Ringkasnya feedback menjamin apakah pesan yang
disampaikan telah diterima sesuai harapan atau tidak, kalau tidak maka
proses penyampaian pesan diperjelas kembali. Intervensi yang dilakukan
saat melakukan pengamatan perilaku dianjurkan mengandalkan feedback
untuk menyakinkan pesan dalam perubahan perilaku kerja telah
dimengerti diantara pengamat dan orang yang diamati.

TAHAPAN BEHAVIOR BASED SAFETY PROGRAM


Identifikasi Critical Behavior di lingkungan kerja
perusahaan
Membuat format Behavior Observation (format
pengamatan perilaku kerja)
Melakukan training Behavior Observation &
Intervention
Implementasi Behavior Observation & Intervention
Evaluasi dan Improvement

IDENTIFIKASI KATEGORI CRITICAL BEHAVIOR


Reaksi
Bercanda (Horse Play)
Posisi Kerja
Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan Alat Pengaman
Penggunaan Peralatan
Kompetensi
Komunikasi & Koordinasi
Prosedur
Kebersihan & Kerapihan

FORMAT PENGAMATAN PERILAKU KERJA

IMPLEMENTASI BEHAVIOR OBSERVATION


Step 1:
Prepare
Step 2:
Observe
Step 3:
Intervention
Step 4:
Record
Step 5:
Follow-up

IMPLEMENTASI BEHAVIOR OBSERVATION


Prepare

Observe

Intervention

Record

Follow-up

STEP 1: PREPARE
Behavior Observation (pengamatan perilaku) adalah pengamatan yang
harus direncanakan dan tidak dilakukan secara sambilan dari aktifitas
lainnya. Pengamatan yang direncanakan memungkinkan kita melakukan
pengamatan yang terarah.
Pengamatan yang dilakukan tanpa persiapan atau dilakukan secara
kebetulan cenderung singkat dan terburu-buru sehingga akan
kehilangan pengamatan, tidak fokus dan proses intervention kurang
optimal.

IMPLEMENTASI BEHAVIOR OBSERVATION


Prepare

Observe

Intervention

Record

Follow-up

STEP 2: OBSERVE
Berhenti disekitar tempat dimana pengamatan perilaku akan dilakukan
Yang diamati adalah orang yang sedang melakukan pekerjaannya
Amati perilaku orang tersebut, bila perilaku tersebut menjurus ke
kecelakaan serius maka pekerjaan tersebut harus dihentikan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan lebih lanjut

IMPLEMENTASI BEHAVIOR OBSERVATION


Prepare

Observe

Intervention

Record

Follow-up

STEP 3: INTERVENTION

Diskusikan dengan orang yang diamati mengenai pengamatan perilaku yang baru dilakukan.
Diskusi harus dilakukan terbuka, tanpa tekanan, tidak menggurui, tidak menguji, tidak
meremehkan sehingga diharapkan terjadi hubungan komunikasi yang baik yang mendorong
terjadinya perubahan perilaku yang sifatnya relatif permanan.

Bila orang tersebut telah melakukan pekerjaan dengan aman (safe behavior) maka orang
tersebut harus diberi reinforcement terhadap perilaku kerja aman yang spesifik telah
dilakukannya agar perilaku kerja aman tersebut dapat terulang lagi.

Bila orang tersebut telah melakukan perilaku kerja tidak aman (at risk behavior) maka lakukan
immediate corrective action (tindakan koreksi seketika) agar tidak celaka. Setelah itu lakukan
action to prevent recurrence (tindakan pencegahan), orang tersebut ditanya mengapa
melakukan at risk behaviour. Lakukan diskusi dengan orang tersebut dan dengarkan. Jelaskan
akibat buruk yang dapat terjadi akibat at risk behavior yang baru dilakukan sehingga orang
tersebut mengerti dan termotivasi untuk tidak melakukannya lagi. Yakinkan terjadi feedback saat
diskusi. Diskusi yang tidak ada feedback tidak akan membawa perbaikan perilaku.

Jangan menghukum (punishment) kepada orang yang melakukan at risk behavior karena
tindakan itu tidak merubah perilaku secara permanen. Orang tersebut merubah perilakunya hanya
karena takut, bukan karena kesadaran.

IMPLEMENTASI BEHAVIOUR OBSERVATION


Prepare

Observe

Intervention

Record

Follow-up

STEP 4: RECORD
Hasil pengamatan perilaku dicatat dalam format yang dibuat untuk maksud
behavior observation.
Catat kategori safe behavior dan at risk behavior dari hasil pengamatan.
Catat safe behavior (perilaku kerja aman) yang dilakukan dan reinforcement
yang dilakukan
Catat at risk behavior (perilaku kerja tidak aman) yang dilakukan, immediate
corrective action (tindakan koreksi seketika) dan preventive action
(tindakan pencegahan) yang dilakukan
Catat nama dan bagian yang melakukan pengamatan
Catat tanggal dan lokasi dilakukan pengamatan
Jangan mencatat nama orang yang diamati. Tujuan pengamatan bukan untuk
mencari siapa yang salah tetapi untuk mendapatkan fakta yang berhubungan
dengan perilaku untuk perbaikan.

IMPLEMENTASI BEHAVIOUR OBSERVATION


Prepare

Observe

Intervention

Record

Follow-up

STEP 5: FOLLOW UP
Tindak lanjuti perbaikan yang memerlukan penanganan lebih lanjut
untuk mendapatkan perilaku yang diharapkan, misal menyediakan
PPE yang sesuai, modifikasi peralatan, melengkapi alat kerja,
mengganti alat kerja yang rusak, melengkapi prosedur, training, dll.

PERFORMANCE MEASUREMENT
Total Behavior Observation
Safe Observation Index
Accident Frequency Rate

TOTAL OBSERVATION
Jumlah behavior observation (pengamatan
perilaku) yang telah dilakukan pada periode
tertentu
Makin banyak jumlah pengamatan
mengindikasikan makin banyak orang yang
terlibat dalam proses perubahan perilaku
sehingga kecelakaan dapat dicegah

SAFE OBSERVATION INDEX (SOI)


Adalah index yang menunjukan perbandingan antara
jumlah Safe Observation terhadap Total Observation
SOI = Total Safe Observation
Total Observation
Makin meningkat angka SOI menunjukan kecenderungan
pekerja untuk berperilaku kerja aman (safe behavior),
selanjutnya akan membentuk budaya kerja aman
sehingga kecelakaan dapat dicegah

ACCIDENT FREQUENCY RATE


Number of total recordable accident within period x 200.000
Acc Freq Rate =

Total manhours over the same period

CONTOH 1: Data Jumlah Observasi/Pengamatan


Aver
2002

Jan
2002

Feb
2002

Mar
2002

Apr
2002

May
2002

Jun
2002

Jul
2002

Aug
2002

Sep
2002

Oct
2002

Nov
2002

Dec
2002

4729

7255

6766

7674

7891

7229

6961

7101

7254

7312

7197

7292

7150

7232

9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0

7674 7891
6766

7229 6961 7101 7254 7312 7197 7292 7150


7232

ec

02

02

ov

02
O
ct

02
ep

ug

02

Bulan

l0
Ju

Ju

02

02

M
ay

pr

02

02

M
ar

02
b

Fe

Ja

02

01

4729

20
v)
(A

Jumlah Observasi

Aver
2001

CONTOH 2: Data Safe Observation Index


Aver
2002

Jan
2002

Feb
2002

Mar
2002

Apr
2002

May
2002

Jun
2002

Jul
2002

Aug
2002

Sep
2002

Oct
2002

Nov
2002

Dec
2002

0.34

0.53

0.48

0.51

0.54

0.57

0.51

0.56

0.46

0.48

0.54

0.48

0.57

0.61

0.61
0.57
0.57
0.56
0.54
0.54
0.51
0.48 0.51
0.48
0.46 0.48
0.34

)2
00
Ja 1
n
02
Fe
b
02
M
ar
02
Ap
r0
2
M
ay
02
Ju
n
02
Ju
l0
Au 2
g
0
Se 2
p
02
Oc
t0
2
No
v0
De 2
c0
2

0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0

(A
v

Safe Observ Index

Aver
2001

Bulan

CONTOH 3: Performance Measurement


Year 2001

Year 2002

Average
Observation

4729

7255

Average Safe
Observation Index

0.34

0.53

Accident Freq Rate

0.29

0.25

J. SUDARSONO/2006

Anda mungkin juga menyukai