Anda di halaman 1dari 16

ARASKEP CEREBROVASKULAR

ACCIDENT

(CVA)

KELOMPOK VIII

AHMAD KAMARDI
DELIANA

TINJAUAN TEORI

DEFINISI DAN KLASIFIKASI


Stroke atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah
kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
suplai darah ke bagian. Stroke adalah sindrom klinis yang
awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa defisit
neurologis fokal yang berlangsung 24 jam atau lebih atau
langsung menimbulkan kematian,
Klasifikasi stroke dibedakan menurut patologi dari serangan
stroke meliputi :
1. Stroke hemoragik
2. Stroke non hemoragik

Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat
kejadian:
1. Trombosis
2. Embolisme
3. Iskemia
4. Hemoragi serebral
Akibatnya adalah pengehentian suplai darah ke otak, yang
menyebabkan kehilangan sementara atau permanen
gerakan, berpikir, memori, biacara, atau sensasi.

Manifestasi Klinis
1.
2.

Kehilangan Motorik
Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan
komunikasi.
3. Gangguan Persepsi.
Persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterprestasikan sensasi.
4. Disfungsi persepsi visual
karena gangguan jarak sensori primer di antara mata dan korteks visual
5. Gangguan hubungan visual-spasial
(mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area spaial) sering
terlihat pada pasien dengan hemiplegia kiri.
6. Kerusakan Fungsi Kognitif dan Efek Psikologik. Bila kerusakan telah terjadi
pada lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori, atau fungsi
intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak
7. Disfungsi Kandung Kemih. Setelah stroke pasien mungkin mengalami
inkiontinensia urinarius sementar karena konfusi

Patofisiologi
Trombosis serebral merupakan penyebab
utama dari cerebrovaskuler accident proses
terjadinya berhubungan dengan skleorosis
pada arteri carotis dan percabangannya.
Namun kadang-kadang dapat disebabkan oleh
reaksi peradangan dingding pembuluh darah
yang selanjutnya menyebabkan terhambatnya
supplay darah dan iskemik jaringan otak, yang
bila berlangsung lama akan mengakibatkan
nekrosis (infark) jaringan otak, DM, usia dan
merokok merupakan faktor resiko
aterosklerosis.

Lanjutan
Ateroskerosis merupakan kombinasi dari perubahan
tumka intim dengan penumpukan lemak, komposisi
darah maupun defisit Ca dan disertai pula oleh
perubahan pada tumka media dipembuluh darah besar
yang mengakibatkan permukaan menjadi tidak rata.
Pada aliran darah lambat atau saat tidur makan terjadi
penyumbatan untuk pembuluh darah kecil dan arterior
terjadi penumpukan lipohyalinosis yang dapat
menyebabkan miokard infark. Emobli berasal dari
trombus yang rapuh atau kristal dalam arteri carotis
dan arteri vertebralis yang sklerotik, bila terlepas dan
mengikuti aliran darah akan menimbulkan emboli
arteri intrakranium yang akhirnya mengakibatkan
iskemik otak yang bila berlangsung lama akan
menyebabkan nekrosis (infark) jaringan otak dan akan
menyebabkan kematian.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa stroke
antara lain adalah:
Laboratorium: pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolesterol, dan bila perlu
analisa gas darah, gula darah.
Angiografi
Arteriografi dilakukan untuk memperlihatkan penyebab dan letak gangguan.
CT-Scan
CT-scan dapat menunjukkan adanya hematoma, infark dan perdarahan.
EEG (Elektro Encephalogram)
Dapat menunjukkan lokasi perdarahan, gelombang delta lebih lambat di daerah
yang mengalami gangguan.
Pungsi Lumbal
- Menunjukan adanya tekanan normal
- ekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan
MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena

Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Lembar alir nerulogik dipertahankan untuk menunjukkan


parameter pengkajian keperawatan di bawah ini :
Perubahan pada tingkat kesadaran atau responsivitas yang
dibuktikan oleh gerakan, menolak terhadap perubahan posisi, dan
respons terhadap stimulasi; beroientasi terhadap tempat, waktu,
dan orang.
Adanya atau tidak adanya gerakan volunteer atau involunter
ekstremitas; tonus otot; postur tubuh; dan posisi kepala.
Kekakuan atau flaksiditas leher.
Pembukaan mata, ukuran pupil komparatif dan reaksi pupil
terhadap cahaya, dan posisi kepala.
Warna wajah dan ekstremitas; suhu dan kelembaban kulit.
Kualitas dan frekuensi nadi dan pernapasan; gas darah arteri
sesuai indikasi, suhu tubuh, dan tekanan arteri.
Kemampuan untuk bicara.
Volume cairan yang diminum atau diberikan dan volume urin yang
dikeluarkan setiap 24 jam.

Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosis keperawatan utama untuk
psaien stroke meliputi hal berikut:

Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan hemiparesis,


kehilangan kesimbangan dan kordinasi, spastisitas, dan cedera
otak.
Kurang Perawatan diri (hygiene, toileting, berpindah dan makan)
yang berhubungan dengan gejala sisa stroke.
Gangguan eliminasi urin ( inkontinensia urin) berhubungan
dengan kandung kemih flaksid, ketidakstabilan detrusor, kesulitan
dalam berkomunikasi .
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
yang lama karena ketidakmapuan bergerak.
Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan
kerusakan otak.
Kurang pengetahuan tentang kondisi dan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kesalahan
interprestasi informasi, kurang mengingat.

Rencana Keperawatan
1. Masalah Keperawatan
Kerusakan mobilitas fisik yang
berhubungan dengan hemiparesis,
kehilangan kesimbangan dan
koordinasi, spastisitas, dan cedera otak.
Kemungkinan disebabkan oleh
hemiparesis, kehilangan kesimbangan
dan koordinasi, spastisitas, dan cedera
otak.
Ditandai dengan
Pasien hemiplegik mengalami paralisis
unilateral (paralisis pada satu sisi).

Intervensi

1. Kaji kemampuan klien dalam


melakukan aktifitas.
2. Ubah posisi minimal setiap 2 jam
(terlentang, miring).
3. Mulailah melakukan latihan
rentang gerak aktif dan pasif pada
semua ekstremitas.
4. Anjurkan pasien untuk membantu
pergerakan dan latihan dengan
menggunakan ekstremitas yang
tidak sakit
5. Konsultasikan dengan ahli
fisioterapi secara aktif, latihan
resistif, dan ambulasi pasien.

Rasional
.

1.

Mengidentifikasi kelemahan/ kekuatan dan dapat memberikan


informasi bagi pemulihan

menurunkan resiko terjadinya trauma/ iskemia jaringan

3.

Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu


mencegah kontraktur.

4..

Dapat berespons dengan baik jika daerah yang sakit tidak


menjadi lebih terganggu

5.

program khusus dapat dikembangkan untuk menemukan


kebutuhan yang berarti/ menjaga kekurangan tersebut dalam
keseimbangan, koordinasi, dan kekuatan.

THANK YOU
FOR YOUR ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai