Anda di halaman 1dari 71

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA.

2007

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2007,
pembangunan tanaman pangan dilaksanakan melalui Program
Peningkatan Ketahanan Pangan yang tujuannya adalah untuk
memfasilitasi terjaminnya masyarakat untuk memperoleh pangan
yang cukup setiap saat, sehat dan halal. Sasaran yang ingin
dicapai adalah: (1) ketersediaan pangan tingkat nasional, regional
dan rumah tangga yang cukup, aman dan halal; (2) meningkatnya
keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat; dan
(3) meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengatasi
masalah kerawanan pangan. Kegiatan operasional program
peningkatan ketahanan pangan yang akan dilaksanakan tahun
2007 terdiri atas 5 (lima) aspek yaitu: (1) ketersediaan pangan;
(2) distribusi pangan; (3) konsumsi dan diversifikasi pangan;
(4) penelitian dan pengembangan SDM; dan (5) legislasi dan
regulasi.
Untuk aspek ketersediaan pangan, operasional program
pembangunan tanaman pangan pada dasarnya merupakan
rangkaian upaya untuk memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya
usaha-usaha bidang tanaman pangan yang mampu menghasilkan
produk, memiliki daya saing dan nilai tambah yang tinggi sehingga
mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan
masyarakat. Pembangunan tanaman pangan diprioritaskan pada
komoditas unggulan nasional. Untuk prioritas pertama pada padi,
jagung, kedelai, dan prioritas kedua pada kacang tanah, kacang
hijau, ubi kayu, ubi jalar, dan komoditas alternatif/unggulan
daerah, seperti talas, garut, talas jepang, sorgum, gandum dan
lain-lain.
Pengembangan ketujuh komoditas prioritas dan komoditas
unggulan lokal diaplikasikan dalam beberapa kegiatan, baik
kegiatan yang menjadi tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan dan Dinas Pertanian Propinsi/Kabupaten/Kota,
maupun kegiatan pendukung yang merupakan tugas pokok dan
fungsi instansi lain.

Ditjen Tanaman Pangan

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

Pembiayaan program dan kegiatan pembangunan tanaman


pangan bersumber dari: (1) Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN); (2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) propinsi/kabupaten/kota; (3) kredit (perbankan, KUKM,
dll); (4) kemitraan (kerjasama dengan swasta), (5) swasta, dan
(6) dana masyarakat.
Untuk APBN, pada tahun anggaran 2007, APBN diberikan
dalam tiga jenis anggaran, yaitu APBN Pusat, anggaran
dekonsentrasi dan anggaran tugas pembantuan. Anggaran
dekonsentrasi dilaksanakan oleh propinsi, sedangkan anggaran
tugas pembantuan dilaksanakan oleh propinsi dan kabupaten/kota.
Agar tujuan dan sasaran pembangunan tanaman pangan
yang dilaksanakan melalui program dan kegiatan yang dibiayai
dari APBN dapat berjalan dengan lancar, tepat sasaran dan tepat
waktu serta anggaran yang tersedia dapat dimanfaatkan seefektif
dan seefisien mungkin, maka sebagai acuan dibuat Pedoman
Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA
2007.

1.2.

Dasar Hukum

Penyusunan
Pedoman
Umum
Pelaksanaan
Kegiatan
Pembangunan Tanaman Pangan TA 2007 dilandasi dengan
peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
1. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2003, tentang Keuangan
Negara.
2. Undang-Undang
RI
Nomor
Perbendaharaan Negara.

Tahun

2004,

tentang

3. Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 2004, tentang


Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara.
4. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional.
5. Undang-Undang RI Nomor
Pemerintahan Daerah.

32

Tahun

2004,

tentang

6. Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004, tentang


Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.

Ditjen Tanaman Pangan

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

7. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2006, tentang Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2007.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000, tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan dalam
Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
9. Peraturan Pemerintah Nomor
Penyelenggaraan Dekonsentrasi.

39

Tahun

2001,

tentang

10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004, tentang Rencana


Kerja Pemerintah.
11. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004, tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga Pemerintah (RKA-KL).
12. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, tentang Standar
Akuntansi Pemerintah
13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006, tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006, tentang Tata
Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan.
15. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006, tentang Tata
Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional
16. Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004, tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
17. Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun 2005, tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004
2009.
18. Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 523/KMK.03/2000
tentang
Tata
Cara
Penganggaran,
Penyaluran
Dana,
Pertanggungjawaban
dan
Pelaporan
Pelaksanaan
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
19. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.06/2005 tentang
Sistem Akuntansi dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.02/2006 tentang
Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Tahun 2007.

Ditjen Tanaman Pangan

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

1.3.

Tujuan dan Sasaran

Tujuan yang hendak dicapai dari penyusunan Pedoman


Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA
2007 adalah:
a. Menjadi acuan untuk menjabarkan program pembangunan
tanaman pangan ke dalam kegiatan operasional sesuai skala
prioritas, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta
anggaran yang tersedia.
b. Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan
program, kegiatan dan anggaran pembangunan
tanaman
pangan baik antar sub-sektor maupun antara pusat dan
daerah.
c.

Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program,


kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan melalui
kemudahan dalam pengendalian, monitoring, dan evaluasi
kinerja.

Sedangkan sasaran yang hendak dicapai dari Pedoman Umum


ini adalah:
a.

Terjabarkannya program pembangunan tanaman pangan


kedalam kegiatan-kegiatan operasional sesuai skala prioritas,
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta anggaran yang
tersedia.

b.

Meningkatnya koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan


program, kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman
pangan, baik antar sub-sektor maupun antar pusat dan
daerah.

c.

Meningkatnya efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program,


kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan melalui
kemudahan dalam pengendalian, monitoring dan evaluasi
kinerja sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.

Sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai,


Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman
Pangan TA 2007 disusun dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I

menguraikan latar belakang, dasar hukum dan tujuan


penyusunan buku Pedoman Umum,

Ditjen Tanaman Pangan

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

Bab II

akan memaparkan secara umum tentang kebijakan,


program dan kegiatan pembangunan tanaman pangan TA
2007,

Bab III menjelaskan tentang struktur kegiatan dan anggaran


pembangunan tanaman pangan yang berasal dari APBN,
Bab IV

mengenai
pengorganisasian
pelaksanaan
program,
kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan,

Bab V

mengenai tata hubungan kerja operasional anggaran


berbasis kinerja,

Bab VI

mengenai pengendalian, pengawasan, evaluasi dan


pelaporan pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran
pembangunan tanaman pangan, dan

Bab VII mengenai penutup, yang menjelaskan hal-hal yang perlu


ditindaklanjuti oleh setiap satuan kerja.

Selanjutnya Pedoman Umum ini dilengkapi dengan beberapa


lampiran penting sebagai referensi dalam pembuatan petunjuk
teknis dan penjabaran pelaksanaan kegiatan.

Ditjen Tanaman Pangan

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

BAB II
KEBIJAKAN, PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN
TANAMAN PANGAN TAHUN ANGGARAN 2007

Rencana kerja pemerintah (RKP) Tahun 2007 merupakan


pelaksanaan tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009, dan merupakan
kelanjutan RKP Tahun 2006.
RKP Tahun 2007 disusun berdasarkan berbagai kemajuan
yang sudah dicapai di tahun 2005 dan diperkirakan akan dicapai
pada tahun 2006, masalah dan tantangan yang dihadapi pada
tahun 2007, serta berbagai sasaran yang harus dicapai dalam
RPJMN dalam pelaksanaan 3 (tiga) Agenda Pembangunan, yaitu:
mewujudkan Indonesia yang aman dan damai; menciptakan
Indonesia yang adil dan demokratis; serta meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Berdasarkan pemahaman tersebut, ditetapkan tema
pembangunan tahun 2007 yaitu Meningkatkan Kesempatan
Kerja dan Menanggulangi Kemiskinan Dalam Rangka
Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat, yang dijabarkan dalam
9 (sembilan) prioritas pembangunan, yaitu: (1) Penanggulangan
kemiskinan; (2) Peningkatan kesempatan kerja, investasi, dan
ekspor; (3) Revitalisasi pertanian dalam arti luas dan
pembangunan perdesaan; (4) Peningkatan aksesibilitas dan
kualitas pendidikan dan kesehatan; (5) Penegakan hukum dan
HAM,
pemberantasan
korupsi,
dan
reformasi
birokrasi;
(6) Penguatan kemampuan pertahanan, pemantapan keamanan
dan ketertiban, serta penyelesaian konflik; (7) Rehabilitasi dan
rekonstruksi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Nias (Sumatera
Utara), Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, serta
mitigasi
dan
penanggulangan
bencana;
(8)
Percepatan
pembangunan infrastruktur, dan (9) Pembangunan daerah
perbatasan dan wilayah terisolir.
Sasaran yang akan dicapai dalam prioritas revitalisasi
pertanian dan pembangunan perdesaan pada tahun 2007 adalah
tumbuhnya sektor pertanian dan meningkatnya pembangunan
perdesaan dengan fokus pada: (a) peningkatan ketahanan pangan
nasional; (b) peningkatan kualitas produksi pertanian dalam arti
luas; serta (c) pengembangan diversifikasi ekonomi dan

Ditjen Tanaman Pangan

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

infrastruktur perdesaan. Khusus untuk peningkatan ketahanan


pangan nasional, produksi beras nasional tahun 2007 ditargetkan
naik minimal 2 juta ton dibandingkan produksi tahun 2006

2.1. Strategi
Sejalan dengan penetapan sasaran revitalisasi pertanian di
atas, maka pelaksanaan pembangunan tanaman pangan dilakukan
dengan strategi sebagai berikut :
2.1.1.

Optimalisasi Pemanfaatan Sarana Prasarana

Tujuan dan sasaran pembangunan tanaman pangan akan


dapat terwujud bila didukung semua faktor hulu dalam kondisi
ideal dan optimal. Aspek hulu yang berperan penting dan perlu
dikembangkan antara lain: jaringan irigasi dan tata guna air,
ketersediaan lahan, jalan usahatani,
penyediaan permodalan,
penyediaan dan pendistribusian pupuk dari lini I hingga lini IV,
penyediaan dan pendistribusian benih bermutu dari varietas
unggul,
sarana
dan
prasarana
pengendalian
organisme
pengganggu tumbuhan (OPT), usaha pelayanan jasa alsintan
(UPJA), pengembangan teknologi, serta sarana dan prasarana
pendukung (transportasi, komunikasi, dan lain-lain).
2.1.2.

Akselerasi Peningkatan Produktivitas

Para petani didorong untuk meningkatkan produktivitas


yang dilaksanakan secara terencana dan berkelanjutan melalui
peningkatan mutu intensifikasi dengan menerapkan rekayasa
ekonomi, rekayasa sosial dan teknologi maju yang efisien dan
spesifik lokasi, serta didukung oleh penerapan alsin pertanian
dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Dalam
mengembangkan penerapan teknologi dilakukan pewilayahan
berdasarkan tingkat produktivitas dan penerapan teknologi yang
ada. Akselerasi penerapan teknologi diarahkan pada daerahdaerah yang tingkat produktivitasnya relatif rendah. Bagi daerahdaerah yang produktivitasnya telah relatif tinggi dimantapkan
dengan fokus pengembangan diarahkan pada aspek rekayasa
sosial, ekonomi dan kelembagaan.
2.1.3. Pengembangan Perbenihan
Pengembangan perbenihan dilakukan melalui kegiatankegiatan: 1) Penilaian varietas, 2) Pengawasan mutu dan

Ditjen Tanaman Pangan

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

sertifikasi benih, 3) Pembinaan kelembagaan perbenihan/industri/


produsen dan penyalur benih, dan 4) Peningkatan produksi benih
tanaman
pangan.
Kegiatan
tersebut
bertujuan
untuk
memantapkan sistem perbenihan yang berbasiskan potensi benih
nasional dalam rangka mendukung program peningkatan produksi
dan produktivitas.
2.1.4. Pengamanan Produksi
Pengamanan produksi dimaksudkan untuk mengatasi
gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT), dampak
anomali fenomena iklim dan pengamanan kualitas produksi dari
residu pestisida serta kehilangan hasil akibat penanganan panen
dan pasca panen yang tidak benar.
Gangguan OPT diatasi dengan menerapkan sistem
pengendalian hama terpadu (PHT) yaitu menerapkan berbagai cara
pengendalian menjadi satu kesatuan pengendalian yang
kompatibel
sehingga
OPT
tidak
menimbulkan
kerugian.
Pengamanan kualitas produksi dari residu pestisida dilaksanakan
dengan melakukan pemantauan residu pestisida, penggunaan
pestisida secara bijaksana, dan pengembangan penerapan agensia
hayati. Pengamanan hasil dari dampak anomali fenomena iklim
dilakukan dengan memperkuat antisipasi agar kerusakan tanaman
dapat dihindari. Sedangkan upaya untuk mengurangi kehilangan
hasil dilakukan dengan menerapkan teknologi panen dan pasca
panen.
2.1.5. Optimalisasi
Penanganan
Pemasaran Hasil

Pengolahan

dan

Kegiatan off-farm seperti pengolahan hasil dan pemasaran


akan banyak memperoleh nilai tambah yang dapat meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan petani. Oleh karena itu,
pengolahan hasil dan pemasaran perlu dikembangkan dengan cara
penyebarluasan penerapan teknologi dan pengembangan alat
mesin pengolahan, penyimpanan hasil serta penataan jaringan
pemasaran. Peluang-peluang pemasaran hasil antara lain melalui
kemitraan atau menjalin kerjasama dengan pengusaha/pedagang
juga harus dikembangkan.
2.1.6. Penguatan Kelembagaan
Untuk dapat berkembangnya sistem dan usaha agribisnis
tanaman pangan diperlukan penguatan kelembagaan baik

Ditjen Tanaman Pangan

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

kelembagaan petani, maupun kelembagaan usaha dan pemerintah


agar dapat berfungsi sesuai dengan perannya masing-masing.
Kelembagaan petani dibina dan dikembangkan berdasarkan
kepentingan masyarakat dan harus tumbuh dan berkembang dari
masyarakat itu sendiri.
Kelembagaan
pertanian
antara
lain
yang
meliputi
kelembagaan penyuluhan (BPP), kelompok tani, gabungan
kelompok tani (Gapoktan), koperasi tani (Koptan), penangkar
benih, pengusaha benih, institusi perbenihan lainnya, kios, KUD,
pasar desa, pedagang, asosiasi petani, asosiasi industri olahan,
asosiasi benih, P3A, UPJA, dan lain-lain diupayakan diberdayakan
seoptimal mungkin untuk mendukung keberhasilan pembangunan
tanaman pangan.
Pada era otonomi daerah, di beberapa daerah terlihat bahwa
penyuluhan tidak sepenuhnya berjalan seperti yang diharapkan.
Oleh karena itu dengan terbitnya
Undang-undang Nomor 16
Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan diharapkan dapat lebih menguatkan peran penyuluhan
dalam
pelaksanaan
pembangunan
pertanian,
khususnya
pembangunan tanaman pangan.
2.1.7.

Pemantapan Manajemen Pembangunan

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan tanaman pangan


sangat bergantung pada manajemen yang diterapkan. Oleh sebab
itu, manajemem pembangunan harus terus diupayakan untuk
diperkuat
dan
dimantapkan,
mulai
dari
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan,
pengawasan,
pengendalian,
monitoring dan evaluasi. Perencanaan ke depan akan terus
dimantapkan melalui penerapan perencanaan partisipatif, bottom
up, dan terpadu yang diselaraskan dengan kebijakan nasional.
2.2.

Dukungan kebijakan

Pencapaian sasaran pembangunan tanaman pangan perlu


didukung oleh iklim berusahatani yang kondusif. Dalam hal ini
perlu diupayakan dukungan kebijakan yang berpengaruh terhadap
kegiatan usahatani dan dapat mendukung pengembangan
agribisnis tanaman pangan. Kebijakan tersebut antara lain :

Ditjen Tanaman Pangan

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

2.2.1. Harga
Kegiatan usahatani dari suatu komoditas dapat berjalan
apabila petani memperoleh insentif/keuntungan yang memadai.
Karena itu pemerintah perlu menjaga kestabilan harga dan pasar
hasil tanaman pangan sepanjang tahun melalui penetapan harga
pembelian oleh pemerintah, khususnya komoditas strategis seperti
padi, jagung dan kedelai. Pengawasan pemerintah sangat
diperlukan untuk menghindari ulah spekulasi pedagang yang dapat
memainkan harga. Selain itu perlu mengupayakan tumbuh dan
berkembangnya kemitraan antara petani dengan pedagang/
industri olahan/pengusaha lainnya. Dalam pengendalian harga
tersebut diperlukan koordinasi dengan instansi dan stakeholder
terkait, baik pada tingkat propinsi dan kabupaten/kota maupun
tingkat pusat. Untuk harga pembelian pemerintah, khususnya
padi, telah ditetapkan melalui INPRES nomor 13 tahun 2005
tentang Kebijakan Perberasan. Berdasarkan dinamika yang terjadi,
pemerintah akan melakukan peninjauan kembali terhadap INPRES
tersebut.
2.2.2. Subsidi
Untuk memberikan perlindungan kepada petani dalam
mengembangkan usahataninya perlu diupayakan berbagai bentuk
subsidi baik terhadap sarana produksi maupun harga/pemasaran
hasil. Subsidi yang akan diberlakukan oleh pemerintah untuk
membantu petani pada tahun 2007 adalah subsidi pupuk, bantuan
benih, dan uang muka pembelian alsintan. Subsidi penting lainnya
yang akan terus diupayakan guna mendukung berkembangnya
agribisnis tanaman pangan adalah subsidi harga, dan berbagai
skim kredit lunak. Agar implementasi kebijakan ini di lapangan
benar-benar dapat dinikmati oleh petani, maka sangat diperlukan
adanya koordinasi antar instansi terkait dalam pelaksanaan,
pengawasan serta penerapan hukum dan sanksi yang ketat bila
terjadi pelanggaran.
2.2.3. Bea masuk
Dalam era globalisasi dewasa ini persaingan pasar antar
komoditas tanaman pangan semakin ketat. Komoditas tanaman
impor sering membanjiri pasar dalam negeri dengan harga yang
lebih murah. Hal ini dapat menghancurkan pengembangan
agribisnis tanaman pangan dalam negeri. Produk impor lebih

Ditjen Tanaman Pangan

10

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

murah dari produk dalam negeri, karena pemerintah negaranegara eksportir melindungi para petaninya secara baik dengan
berbagai cara, sehingga mampu menghasilkan kualitas yang baik
serta dengan kontinuitas pasokan yang terjamin. Oleh karena
sistem atau cara perlindungan yang diberikan terhadap petani
mulai dari aspek proses produksi sampai aspek pemasaran hasil
dan sistem perdagangannya perlu dikembangkan lebih lanjut.
Salah satu upaya untuk menghadapi persaingan tersebut di
atas, pemerintah Indonesia melindungi petaninya melalui
pemberlakuan bea masuk (tarif) impor. Pemberlakuan tarif impor
tersebut masih dimungkinkan dalam kerangka kebijakan World
Trade Organization (WTO). Untuk mengatasi penyelundupan
produk-produk tanaman pangan dilakukan koordinasi dalam
pengawasan pintu-pintu masuk penyelundupan barang-barang dari
luar negeri.
2.2.4. Karantina Tumbuhan
Indonesia kaya akan berbagai jenis sumber daya alam
hayati berupa anega ragam jenis tumbuhan, hewan, ikan yang
perlu dijaga dan dilindungi kelestariannya. Tanah air Indonesia
atau sebagian dari tanah air Indonesia masih bebas dari berbagai
hama dan penyakit organisme pengganggu tumbuhan, hewan/ikan
yang memiliki potensi untuk merusak kelestarian sekaligus
menurunkan produksi sumberdaya alam hayati tersebut di atas.
Oleh karena itu untuk mencegah masuknya organisme
pengganggu tumbuhan, hama dan penyakit hewan/ikan melalui
media pembawa (tumbuhan dan bagian-bagiannya, hewan, asal
bahan hewan, hasil bahan asal hewan, ikan dan/atau benda
lainnya) dari luar negeri atau dari area lain di dalam negeri, perlu
pengawasan dan penjagaan ketat oleh petugas karantina.
Pada era perdagangan bebas ini, karantina merupakan suatu
instrumen yang penting untuk memperlancar arus perdagangan,
baik ekspor maupun impor. Dengan adanya peraturan karantina
yang selaras dengan aturan sanitasi dan fitosanitari (sanitary and
phytosanitary/SPS regulation) diharapkan dapat meningkatkan
kualitas produk ekspor impor yang pada gilirannya juga dapat
meningkatkan taraf hidup petani. Dengan demikian dapat
dihindarkan terjadinya tuntutan terhadap produk Indonesia di luar
negeri akibat buruknya mutu. Demikian juga

Ditjen Tanaman Pangan

11

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

derasnya arus masuk produk luar negeri yang tidak bermutu dapat
dicegah melalui pengawasan karantina.
Untuk
menjaga
masuknya
produk-produk
pertanian
tanaman (termasuk benih) yang tidak memenuhi persyaratan
keamanan hama dan penyakit serta lingkungan, maka perlu
pengawasan dan penjagaan ketat oleh petugas karantina.
Penjagaan dari aspek hama dan penyakit serta lingkungan
tersebut di atas meliputi keamanan jangka pendek sampai dampak
dalam jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu koordinasi
dengan pihak karantina setempat perlu dilakukan dan lebih
ditingkatkan.
2.2.5. Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Dalam rangka memantapkan daya dukung sumberdaya
lahan dan air (pelestarian ekologi dan ekosistem lahan sawah)
secara berkelanjutan, perlu dilakukan pengendalian terhadap
terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian/nontanaman pangan melalui penerapan peraturan/undang-undang
yang konsisten dan keberpihakan kepada petani.
Disisi lain, dengan terjadinya alih fungsi lahan/komoditas
perlu diupayakan adanya peraturan mengenai penambahan baku
lahan/pencetakan sawah baru yang sebanding/sesuai, baik dari
segi kualitas lahan ataupun luas arealnya. Salah satu upaya yang
akan dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mendistribusikan
sekitar 8 juta ha lahan terlantar kepada masyarakat yang
sebagiannya akan ditanami tanaman pangan.
2.3.

Sasaran Pembangunan Tanaman Pangan

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005,


tentang RPJMN tahun 2004-2009, maka pertumbuhan PDB sektor
pertanian dalam arti luas (termasuk perikanan dan kehutanan)
diharapkan tumbuh rata-rata 3,52 persen per tahun. Berdasarkan
RPJMN tersebut, maka proyeksi pertumbuhan sektor pertanian
tahun 2005-2009 (diluar perikanan dan kehutanan) rata-rata 3,29
persen per tahun. Untuk tahun 2007, sektor pertanian dalam
lingkup yang lebih sempit (subsektor tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan dan peternakan) ditargetkan dapat
tumbuh dengan laju 3,37 persen.

Ditjen Tanaman Pangan

12

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

Sasaran kuantitatif produksi komoditas tanaman pangan TA


2007 adalah: padi sebesar 58,184 juta ton GKG, jagung 13,536
juta ton pipilan kering, kedelai 0,950 juta ton biji kering, kacang
tanah 0,925 juta ton biji kering, kacang hijau 0,356 juta ton biji
kering, ubi jalar 2,185 juta ton umbi basah dan ubi kayu 20,600
juta ton umbi basah.

2.4.

Program dan Kegiatan


Pangan TA 2007

Pembangunan

Tanaman

Pembangunan tanaman pangan dituangkan ke dalam


program peningkatan ketahanan pangan. Penjabaran program
peningkatan ketahanan pangan diimplementasikan pada kegiatankegiatan sebagai berikut:
1)

Peningkatan
pertanian.

produksi

dan

produktivitas

Upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman


pangan (padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah,
kacang hijau, dan komoditas spesifik lokasi lainnya) dilakukan
dengan penyebarluasan penggunaan benih bermutu dari varietas
unggul, peningkatan populasi tanaman, penerapan teknologi
pemupukan berimbang dan organik, perbaikan tataguna
air/sistem pengairan serta pemeliharaan yang lebih intensif.
Kegiatan pendukung upaya peningkatan produksi:
(a)

Koordinasi/apresiasi/sosialisasi peningkatan produksi


padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi
kayu, ubi jalar dan komoditas spesifik lokasi lainnya.

(b)

Bimbingan/pengawasan/ pengendalian.

(c)

Perencanaan teknis.

(d)

Monitoring dan evaluasi.

(e)

Sekolah Lapang.

(f)

Pengumpulan data luas tanam, luas panen, usahatani


dan pola tanam, dan

(g)

Pengembangan pangan spesifik lokasi.

Ditjen Tanaman Pangan

13

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

2)

Pengembangan
kepada petani

pemberian

bantuan

benih

Merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan


produksi dan produktivitas melalui penggunaan benih bermutu
(bersertifikat) bagi petani, mempermudah akses petani terhadap
benih varietas unggul serta memperluas penyebaran benih varietas
unggul pada daerah-daerah kantong kemiskinan, daerah rawan
pangan, dan daerah terisolir. Bantuan benih yang dialokasikan dari
DIPA Departemen Pertanian masing-masing untuk bantuan benih
padi non hibrida, padi hibrida, jagung komposit, jagung hibrida,
dan kedelai.
3)

Penguatan kelembagaan perbenihan.

Penguatan kelembagaan perbenihan baik tingkat pusat,


propinsi maupun kabupaten/kota untuk memperlancar penyediaan
benih bermutu dari varietas unggul komoditas tanaman pangan.
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain berupa:

4)

(a)

Inventarisasi stok dan penangkaran benih yang terdapat


dimasing-masing daerah dalam setiap skala waktu
tertentu.

(b)

Pemanfaatan stok benih yang ada secara optimal.

(c)

Pembinaan kepada produsen/penangkar agar proses


produksi benih terlaksana secara berkelanjutan.

Mekanisasi
kegiatan
produksi
tanaman pangan primer (pra panen)

komoditas

Sesuai
dengan
kebijakan
Menteri
Pertanian
untuk
pengembangan alsintan tahun 2007, akan dilaksanakan kegiatan
Mekanisasi Kegiatan Produksi Komoditas Tanaman Pangan Primer
(pra panen) melalui fasilitasi bantuan uang muka untuk pengadaan
alsintan untuk kelompok tani/UPJA. Kebijakan ini akan
diimplementasikan melalui pola pemberian uang muka kredit
kepemilikan alsintan sebesar 25% dari harga alsintan (hand
tractor). Calon penerima bantuan dipilih atas dasar analisa atau
penilaian obyektif yang diprediksi mampu melunasi sisa kredit dan
mampu menggandakan hand tractor tersebut minimal 1 (satu) unit
pada tahun kelima.

Ditjen Tanaman Pangan

14

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

5)

Pengendalian
Tumbuhan (OPT).

Organisme

Pengganggu

Upaya
yang
diarahkan
untuk
pencegahan
dan
penanggulangan hama penyakit tanaman yang disebabkan oleh
OPT dilakukan melalui: pembinaan, koordinasi dan monitoring
evaluasi; operasional UPTD-BPTPH; insentif petugas POPT;
operasional BBPOPT Jatisari; teknologi pengendalian hama terpadu
(PHT); pengelolaan data OPT; dan deteksi dini dan mitigasi
dampak anomali fenomena iklim serta pengendalian OPT.
6)

Perbaikan mekanisme subsidi pupuk

Dalam rangka mendukung program Ketahanan Pangan


Nasional, Pemerintah berupaya meningkatkan produksi dan
kualitas komoditas pertanian serta kesejahteraan petani. Salah
satu kebijakan Pemerintah yang telah dilakukan adalah melalui
pemberian subsidi pupuk kepada petani, yang dimaksudkan untuk
membantu petani agar mudah memperoleh pupuk sesuai dengan
kebutuhannya dengan harga yang layak, sehingga petani dapat
menerapkan teknologi pemupukan berimbang spesifik lokasi yang
dianjurkan. Mengingat keterbatasan kemampuan anggaran
Pemerintah, maka pupuk yang disubsidi hanya terdiri dari 4
(empat) jenis, yaitu Urea, SP-36, ZA, dan NPK. Permasalahan
yang dihadapi petani pada setiap musim tanam, umumnya kurang
ketersediaan pupuk bersubsidi serta harga pupuk yang melampaui
Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan, sehingga pupuk
bersubsidi disinyalir tidak sepenuhnya dapat diterima petani
secara tepat.
Mengingat pentingnya peranan pupuk di dalam mendukung
ketahanan pangan nasional, serta memperhatikan kemampuan
daya beli petani yang lemah, disisi lain kebutuhan pupuk
bersubsidi terkesan selalu kurang di lapangan, maka perlu
dilakukan perbaikan mekanisme subsidi pupuk serta pengawasan
penyaluran pupuk.
7)

Penguatan kelembagaan ekonomi petani melalui


Lembaga yang Mandiri dan Mengakar di Masyarakat
(LM3).

Penguatan kelembagaan ditumbuhkembangkan berdasarkan


semangat untuk memajukan usaha dan mensejahterakan
masyarakat di perdesaan, baik untuk kegiatan produktif maupun
konsumtif.

Ditjen Tanaman Pangan

15

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

Tujuan dari penguatan kelembagaan LM3 ini adalah


mengembangkan usaha agribisnis yang berdaya saing di LM3 serta
meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar lokasi LM3.
Penguatan kelembagaan LM3 ini dapat dilakukan melalui
penerapan beberapa model pemberdayaan dan dalam proses
pembelajaran
masyarakat
secara
utuh
melalui
proses
pembelajaran kelompok, serta menginkubasi usaha agribisnis di
LM3 melalui fasilitasi bantuan permodalan.
8)

Peningkatan kegiatan eksebisi, perlombaan dan


penghargaan petani

Kegiatan ini dimaksudkan untuk penyebarluasan informasi,


promosi, dan pemasyarakatan tentang keberhasilan dan program
serta kegiatan pembangunan tanaman pangan kepada publik
melalui eksibisi terbuka untuk umum, lomba dan pemberian
penghargaan untuk petani yang berprestasi.
9)

Revitalisasi Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan


Kelompok Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (KUPJA)

Salah satu strategi pengembangan alat dan mesin pertanian


(alsintan) saat ini khususnya di bidang tanaman pangan adalah
melalui pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan
Kelompok Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (KUPJA), baik melalui
swasta
maupun
melalui
stimulan
dukungan
Pemerintah.
Pengembangan UPJA ini dipilih sebagai alternatif strategi dengan
pertimbangan bahwa kemampuan permodalan usahatani masih
lemah, pengelolaan usahatani yang kurang efisien, serta tingkat
pendidikan dan keterampilan petani relatif rendah.
Pengembangan alsintan melalui UPJA dan Kelompok UPJA
diharapkan dapat: (1) meningkatkan produktivitas dan efisiensi
sumberdaya lahan; (2) menekan kehilangan hasil panen dan pasca
panen; (3) meningkatkan nilai tambah hasil pertanian; dan (4)
mempercepat masa tanam.
Mengingat peran strategis UPJA dan KUPJA, maka agar
dapat dirasakan kiprahnya oleh petani perlu dilakukan revitalisasi
terhadap kelembagaan tersebut, sehingga kinerjanya dapat
semakin optimal, efektif dan efisien.

Ditjen Tanaman Pangan

16

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

10)

Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu


(PTT)

Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT)


adalah suatu pendekatan dalam budidaya tanaman yang
menekankan pada pengelolaan tanaman, lahan, air dan organisme
pengganggu tumbuhan secara terpadu yang bertujuan untuk
mempertahankan dan meningkatkan produktivitas tanaman secara
berkelanjutan dan efisiensi produksi dengan memperhatikan
sumber daya, dan kemampuan yang ada. PTT menekankan pada
prinsip partisipatori yang menempatkan pengalaman, keinginan,
dan kemampuan petani dalam menerapkan suatu teknologi.
Adapun komponen teknologi dalam PTT tersebut adalah
terkait dengan:
(a) Varietas benih bermutu dan bersertifikat.
(b) Pengelolaan tanah secara sempurna sesuai dengan
kondisi tanah.
(c) Penanaman tepat waktu serta cara tanam dengan tepat.
(d) Pengaturan tata air dengan baik.
(e) Penggunaan pupuk organik.
(f) Pengendalian OPT dengan Pengendalian Hama terpadu
(PHT).
(g) Penanganan panen dan pasca panen dengan baik.
11)

Pengembangan pertanian organik.

Pertanian organik adalah merupakan pengembangan


penerapan pupuk organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi tanah sehingga penggunaan pupuk anorganik menjadi lebih
efektif dan efisien.
Kebutuhan pupuk organik relatif tinggi untuk setiap
hektarnya,
sehingga
Pemerintah
akan
mengalokasikan
pengembangan penggunaan pupuk organik dengan memanfaatkan
bahan organik yang ada di lapangan yaitu bahan organik sisa
tanaman atau jerami.
Pemerintah akan membantu penyediaan pupuk organik
melalui pemberian bantuan mesin pengolah pupuk organik (MPPO)
dan bahan dekomposer, sehingga jerami yang ada di lapangan
dapat dijadikan pupuk organik pada waktu relatif singkat dan
segera dapat digunakan pada musim berikutnya.

Ditjen Tanaman Pangan

17

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

12)

Kegiatan Pengembangan Magang Sekolah Lapang.

Dalam rangka pengamanan produksi tanaman pangan dan


upaya meminimalisasi dampak negatif anomali fenomena iklim,
maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan petugas dalam mengelola dan menganalisis
faktor-faktor iklim/cuaca seperti curah hujan, suhu, kelembaban,
dan selanjutnya memanfaatkannya dalam kegiatan budidaya
tanaman sesuai dengan agroklimat daerah setempat. Demikian
juga untuk terlaksananya pengamanan produksi tanaman pangan
terhadap serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT),
peningkatan kemampuan petugas lapangan dan petani terhadap
pemahaman kaidah pengendalian hama terpadu (PHT) perlu
ditingkatkan.
Salah
satu
model
peningkatan
pengetahuan
dan
kemampuan petugas lapangan dan petani dalam mengelola dan
menganalisis faktor iklim/cuaca dan serangan organisme
penganggu tumbuhan (OPT) adalah melalui kegiatan magang
sekolah lapang (magang Sekolah Lapang Iklim dan magang
Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu) dapat dilakukan di
LPHP (Lembaga Penelitian Hama Penyakit)/ Perguruan Tinggi/
Lembaga Penelitian.
13) Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia (SDM).
Kesenjangan antara potensi hasil dengan aktual di lapangan
masih relatif tinggi. Salah satu faktor yang menyebabkan hal
tersebut adalah tingkat penerapan teknologi yang belum optimal.
Pada sisi lain kondisi ini secara tidak langsung juga memberikan
peluang untuk meningkatkan produksi maupun produktivitas
komoditas tanaman pangan. Untuk itu perlu diambil langkahlangkah guna peningkatan produksi dan produktivitas komoditas
tanaman pangan melalui penerapan teknologi.
Penerapan teknologi di tingkat lapang secara optimal perlu
terus diupayakan apabila produktivitas komoditas tanaman pangan
akan
ditingkatkan
mendekati
potensi
hasil.
Peningkatan
produktivitas tentunya akan mendorong peningkatan produksi
dengan asumsi faktor-faktor lain ikut mendukung. Faktor penting
yang perlu mendapat perhatian adalah sumberdaya manusia
(petugas, kelompok tani dan petani). Petugas dan petani yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan handal dapat menjadi
pendorong dalam penerapan teknologi. Oleh karena itu, perlu

Ditjen Tanaman Pangan

18

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

dilakukan peningkatan
pengetahuan, sikap dan keterampilan
melalui serangkaian pelatihan.
14) Kegiatan lain di luar kegiatan utama
Kegiatan-kegiatan penunjang lain yang tidak dapat
dikelompokkan dalam kegiatan pokok di atas namun sangat
menunjang dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas
tanaman pangan sesuai dengan program peningkatan ketahanan
pangan. Kegiatan ini antara lain : perencanaan melalui
musyawarah perencanaan pembangunan pertanian tingkat
kabupaten/kota dan tingkat propinsi, monitoring dan evaluasi
program dan kegiatan (Simonev) serta Sistem Akuntansi Instansi
(SAI), penyusunan road map pembangunan tanaman pangan,
pengembangan data dan statistik, pemberian insentif dan biaya
optimal petugas lapangan (POPT/PHP, PBT, petugas data dan
statistik dan Mantri Tani) dan kegiatan khusus yang dibiayai dari
PHLN.

Ditjen Tanaman Pangan

19

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

BAB III
STRUKTUR KEGIATAN DAN ANGGARAN

3.1.

Struktur Kegiatan

Kegiatan pembangunan tanaman pangan pada TA 2007


difasilitasi oleh 528 satuan kerja, terdiri dari :

1 (satu) satuan kerja pusat (Direktorat Jenderal Tanaman


Pangan)

2 (dua) satuan kerja UPT Pusat (Balai Besar Peramalan


Organisme
Pengganggu
Tanaman
dan
Balai
Besar
Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura)

91 (sembilan puluh satu) satuan kerja tingkat propinsi (33


Dinas yang membidangi tanaman pangan, 29 BPSBTPH, dan
29 BPTPH)

434 (empat ratus tiga puluh empat) satuan kerja tingkat


kabupaten/kota (Dinas yang membidangi tanaman pangan)

Daftar
selengkapnya
satuan
kerja
yang
melaksanakan
pembangunan tanaman pangan dengan pembiayaan APBN
terdapat dalam Lampiran 2.
Dengan mengadopsi sistem penganggaran berbasis kinerja
dan pola anggaran terpadu (unified budget), maka struktur
anggaran tahun 2007 mengikuti struktur kegiatan yang ada di
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, BBPOPT, BBPPMBTPH, Dinas
tingkat propinsi, BPSBTPH dan BPTPH serta Dinas tingkat
kabupaten/kota.
Didalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tanaman
Pangan, struktur kegiatan
pada masing-masing satuan kerja
adalah seperti diuraikan berikut :

3.1.1. Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan


Satuan Kerja Direktorat Jenderal
memayungi kegiatan-kegiatan, diantaranya:

Tanaman

Pangan

1) Peningkatan kualitas pelayanan publik

Ditjen Tanaman Pangan

20

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

2) Pengembangan penyediaan prasarana dan sarana pertanian


3) Pengembangan perbenihan/perbibitan
4) Pengembangan perlindungan tanaman
5) Peningkatan
pertanian

produksi,

produktivitas

dan

mutu

produk

6) Pembinaan dan pengembangan manajemen pembangunan


pertanian
7) Pembinaan
pangan.

dan

pengembangan

konsumsi

dan

keamanan

3.1.2. Satuan
Kerja
Pembinaan
dan
Pengembangan
Tanaman Pangan pada Dinas yang membidangi
tanaman pangan di tingkat propinsi
Satuan Kerja Pembinaan dan Pengembangan Tanaman
Pangan Propinsi memayungi kegiatan-kegiatan, diantaranya:
1)

Pengembangan perbenihan/perbibitan

2)

Peningkatan produksi, produktivitas


dan mutu produk pertanian

3)

Pembinaan sistem penyediaan sarana


produksi tanaman pangan (pupuk, pestisida dan alsin)

4)

Pembinaan
manajemen
pembangunan tanaman pangan (di seluruh kabupaten/kota)

5)

Pengembangan kelembagaan.

3.1.3. Satuan Kerja Balai Pengawasan Mutu dan Sertifikasi


Benih TPH
Satuan Kerja ini memayungi kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan pengembangan perbenihan sesuai fungsi
BPSBTPH di seluruh propinsi. Kegiatan-kegiatan pokoknya antara
lain :
1) Pengembangan perbenihan/perbibitan
2) Pengawasan mutu dan sertifikasi benih
3) Pembinaan industri/produsen dan penyalur benih
4) Pemasyarakatan benih bermutu dari varietas unggul

Ditjen Tanaman Pangan

21

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

5) Pemantapan kelembagaan
6) Konsultasi, koordinasi, monitoring, pelaporan, pengendalian
dan evaluasi.

3.1.4. Satuan Kerja Balai Proteksi Tanaman Pangan dan


Hortikultura
Satuan Kerja ini memayungi kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan pengamanan produksi sesuai fungsi BPTPH di
seluruh propinsi. Kegiatan-kegiatan pokoknya antara lain :
1) Pengembangan perlindungan tanaman
2) Pengawasan pestisida
3) Pengujian laboratorium
4) Kajian penerapan teknologi perlindungan tanaman
5) Pembinaan teknik perlindungan tanaman
6) Penguatan basis data (data base)
7) Penguatan kelembagaan BPTPH
8) Konsultasi, koordinasi, monitoring, pelaporan, pengendalian
dan evaluasi.

3.1.5. Satuan Kerja Pembinaan Pengembangan Tanaman


Pangan pada Dinas yang membidangi tanaman
pangan tingkat kabupaten/kota
Satuan kerja ini kegiatan-kegiatan pokoknya antara lain:
1) Pengembangan penyediaan prasarana dan sarana pertanian
2) Pengembangan perbenihan/perbibitan
3) Pengembangan perlindungan tanaman
4) Peningkatan
pertanian

produksi,

produktivitas

dan

mutu

produk

5) Pembinaan dan pengembangan manajemen pembangunan


pertanian.

Ditjen Tanaman Pangan

22

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

3.1.6. Satuan Kerja Balai Besar Pengembangan Pengujian


Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
(BBPPMBTPH) Cimanggis DKI Jakarta
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
41/Permentan/OT.140/9/2006 tanggal 12 September 2006 telah
dibentuk UPT Pusat Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu
Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBPPMBTPH). Satuan
kerja ini melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan
pengembangan metode pengujian mutu benih. Untuk mendukung
secara teknis pelaksanaan program Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, khususnya dibidang perbenihan, kegiatan-kegiatan
pokoknya antara lain:
1) Pengembangan dan pemantapan kelembagaan
2) Pelaksanaan terapan penelitian pengujian mutu benih
3) Pengembangan data, sistem, peralatan dan personil
4) Monitoring, evaluasi dan pelaporan.

3.1.7. Satuan Kerja Balai Besar Peramalan Organisme


Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari.
Satuan kerja ini memayungi kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan pengembangan perlindungan tanaman
sesuai fungsi BBPOPT Jatisari. Kegiatan-kegiatan pokoknya antara
lain :
1) Pengembangan perlindungan tanaman
2) Pengamatan, peramalan OPT dan fenomena iklim
3) Penguatan kelembagaan jaringan PHP/LAH
4) Penguatan teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian
OPT
5) Peningkatan kemampuan SDM.

3.2.

Struktur Anggaran

Kegiatan pembangunan tanaman pangan di daerah


distimulasi oleh APBN yang dibagi ke dalam dua pola, pola
dekonsentrasi
dan
pola
tugas
pembantuan.
Dalam
pelaksanaannya, kedua pola penganggaran tersebut tetap
didasarkan kepada sistem penganggaran kinerja dengan ciri-ciri

Ditjen Tanaman Pangan

23

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

pokok kinerja antara lain : a) klasifikasi rincian belanja negara


menurut organisasi, fungsi, lokasi dan jenis belanja, yang
sebelumnya menurut sektor dan jenis belanja, b) perhatian lebih
ditekankan pada pengukuran hasil kinerja, bukan pengawasan,
c) setiap kegiatan harus dilihat dari sistem efisiensi dan
memaksimumkan keluaran (output), dan d) menghasilkan
informasi biaya dan hasil kerja yang dapat digunakan untuk
penyusunan target evaluasi pelaksanaan kinerja. Anggaran
berbasis kinerja memiliki komponen : 1) Rencana Kerja (program,
kegiatan, dan pengeluaran), 2) Anggaran, dan 3) Indikator Kinerja
(keluaran/output dan hasil/ outcome).
Struktur anggaran berdasarkan kegiatan dari kedua pola anggaran
diatas adalah sebagai berikut :
1.

Pembiayaan
dengan
anggaran
dekonsentrasi
digunakan untuk memfasilitasi kegiatan yang bersifat non fisik
dan dilaksanakan oleh dinas yang membidangi tanaman
pangan tingkat propinsi, BPSBTPH dan BPTPH, sebagai pihak
yang diberi tugas oleh Gubernur yang mendapat pelimpahan
tugas dari pemerintah pusat. Anggaran dekonsentrasi untuk
tahun 2007 dilaksanakan oleh 91 satker (33 satker Dinas
propinsi, 29 satker BPSBTPH, 29 satker BPTPH). Kegiatankegiatannya antara lain :
a. Perencanaan : rapat, musyawarah, lokakarya, seminar,
semiloka,
pertemuan,
identifikasi,
analisis,
studi,
pemetaan, penjaringan umpan balik, pembenahan statistik
b. Pelatihan : latihan, kursus, sosialisasi, apresiasi, dan
magang
c.

Pembinaan : advokasi, asistensi dan pendampingan

d. Pengawasan : supervisi
e. Pengendalian : monitoring, evaluasi, pelaporan.
Kegiatan-kegiatan tersebut di atas terdapat dalam kegiatankegiatan induk antara lain pembinaan komoditas utama
tanaman pangan (7 komoditas utama dan komoditas unggulan
lokal), pembinaan sistem penyediaan sarana produksi (pupuk,
pestisida, alat mesin), pengembangan sistem perbenihan,
pembinaan manajemen pembangunan tanaman pangan (di
seluruh kabupaten/kota), pengembangan sistem pengawasan
mutu benih, pengembangan sistem perlindungan tanaman.

Ditjen Tanaman Pangan

24

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

2. Pembiayaan dengan anggaran tugas pembantuan digunakan


untuk memfasilitasi kegiatan yang bersifat fisik dan
dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi tanaman pangan
tingkat propinsi dan tingkat kabupaten/kota, sebagai pihak
yang mendapat penugasan dari pemerintah pusat. Anggaran
tugas pembantuan untuk tahun 2007 dilaksanakan oleh 32
satker Dinas/BBI (propinsi) dan 434 satker Dinas kabupaten/
kota. Kegiatan-kegiatannya meliputi:
a. Kegiatan untuk pengembangan komoditas unggulan
melalui Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu
(PTT)
b. Kegiatan untuk pengembangan produksi benih
c.

Kegiatan
untuk
pengembangan
produksi (pupuk organik)

penyediaan

sarana

d. Kegiatan untuk peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia


melalui pelatihan (Sekolah Lapang, Pengelolaan Tanaman
dan Sumberdaya Terpadu, dll)
e. Kegiatan lain yang mendukung pelaksanaan kegiatan di
atas.

3.3.

Tujuan dan Sasaran Kegiatan

3.3.1. Tujuan :
a. Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan
terutama pada daerah-daerah yang tingkat produktivitasnya
masih rendah.
b. Mengembangkan usahatani tanaman pangan khususnya dalam
aspek ekonomi dan nilai tambah, sosial, dan teknologi untuk
peningkatan kesejahteraan petani.
c.

Menumbuhkan dan mengembangkan usaha kemitraan dibidang


tanaman pangan.

3.3.2.
a.

Sasaran :

Peningkatan produksi dan produktivitas padi di 33 propinsi


(300 kabupaten/kota); jagung di 32 propinsi (251
kabupaten/kota); serealia lain (gandum dan sorgum) di 10
propinsi (31 kabupaten/kota).

Ditjen Tanaman Pangan

25

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

b.

Peningkatan produksi dan produktivitas kedelai di 30 propinsi


(199 kabupaten/kota); kacang tanah di 20 propinsi (72
kabupaten/kota); kacang hijau di 4 propinsi (10 kabupaten/
kota); ubi kayu di 16 propinsi (61 kabupaten/kota); ubi jalar
13 propinsi (21 kabupaten/kota); talas di 2 propinsi (2
kabupaten/kota); garut di 2 propinsi (8 kabupaten/kota); dan
talas jepang di 1 propinsi (2 kabupaten/kota).

c.

Pengembangan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya


Terpadu (PTT) padi di 24 propinsi (129 kabupaten/kota); PTT
jagung di 17 propinsi (89 kabupaten/kota).

d.

Pelatihan PTT padi di 29 propinsi (155 kabupaten/kota);


pelatihan PTT jagung di 17 propinsi (89 kabupaten/kota);
pelatihan PTT kedelai di 20 propinsi (60 kabupaten/kota);
pelatihan kacang tanah di 10 kabupaten/kota; pelatihan
ubikayu di 16 kabupaten/kota; pelatihan ubi jalar di 4
kabupaten; pelatihan tanaman pangan alternatif di 5 propinsi
(9 kabupaten/kota); pelatihan gandum dan sorgum di 3
propinsi (20 kabupaten/ kota).

e.

Gerakan tanam dan panen di 26 propinsi (100 kabupaten/


kota).

f.

Pengembangan penggunaan pupuk organik


(300 kabupaten/kota).

g.

Pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan


Kelompok Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (KUPJA) di 33
propinsi (300 kabupaten/kota).

h.

Perbaikan mekanisme subsidi dan pengawasan pupuk di 33


propinsi (280 kabupaten/kota).

i.

Pengembangan alat dan mesin pertanian (alsintan) di 300


kabupaten/kota.

j.

Pelatihan tentang pestisida kepada para petani pengguna


pestisida dan petugas di 33 propinsi.

k.

Sekolah Lapang Iklim di 25 propinsi (150 kabupaten/kota),


Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) di 30
propinsi (282 kabupaten/kota), dan pelatihan bagi Pengendali
Organisme Penggangu Tumbuhan (POPT) di 30 propinsi (150
kabupaten/kota).

l.

Bantuan benih (padi, jagung dan kedelai) kepada petani di 434


kabupaten/kota.

Ditjen Tanaman Pangan

di 32 propinsi

26

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

BAB IV
PELAKSANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN

4.1. Pengorganisasian
Pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran disesuaikan
dengan tugas dan fungsi masing-masing institusi. Untuk
pembangunan tanaman pangan, Direktur Jenderal Tanaman
Pangan membantu Menteri Pertanian/ Pengguna Anggaran dalam
melaksanakan tugas operasionalnya dibidang tanaman pangan
sebagai Kuasa Pengguna Anggaran/Barang di tingkat pusat. Untuk
pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran di daerah, Menteri
Pertanian selaku Pengguna Anggaran dapat mengalokasikan
sebagian APBN untuk pelaksanaan tugas dekonsentrasi dan tugas
pembantuan.
Dekonsentrasi
adalah
pelimpahan
wewenang
oleh
Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau
kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, sedangkan tugas
pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah
dan/atau desa, dari pemerintah propinsi kepada kabupaten/kota
dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa
untuk melaksanakan tugas tertentu.
Anggaran dekonsentrasi merupakan bagian dari APBN yang
pengelolaan dan tanggung jawab penggunaannya oleh Gubernur
sebagai wakil pemerintah di daerah melalui pelimpahan wewenang
oleh pemerintah. Besarnya jumlah anggaran ditentukan melalui
proses perencanaan dan pembahasan antara pemerintah dan DPR.
Sedangkan anggaran tugas pembantuan adalah anggaran yang
berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah yang mencakup
semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan
tugas pembantuan.
Pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran dilakukan
oleh satuan kerja. Satuan kerja yang pimpinannya ditetapkan

Ditjen Tanaman Pangan

27

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dikelompokkan sebagai


berikut :
a) Satuan Kerja Pusat adalah Satuan kerja yang kewenangan
dan tanggung jawabnya melakukan kegiatan pengelolaan
anggaran dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
b) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah Satuan
kerja di propinsi yang melaksanakan tugas dekonsentrasi dan
satuan kerja di propinsi/kabupaten/kota yang melaksanakan
tugas pembantuan.
Penanggung jawab program, kegiatan dan anggaran
pembangunan tanaman pangan untuk masing-masing institusi dan
jenis anggarannya adalah sebagai berikut :
a. Tingkat Pusat
1) Menteri Pertanian sebagai Penanggung Jawab Program
Pembangunan Pertanian. Menteri Pertanian menyampaikan
laporan pertanggungjawaban kepada Presiden sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku pembina
program, kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman
pangan serta sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
dalam pengelolaan anggaran.
3) Direktur Jenderal Tanaman Pangan bertindak sebagai
koordinator pengembangan komoditas tanaman pangan dan
tugas-tugas pokok serta tugas-tugas pelayanan lainnya
yang terkait dengan unit kerjanya.
4) Direktur Jenderal Tanaman Pangan selaku pembina
program, kegiatan dan anggaran, dalam operasional
kegiatan dibantu oleh dua orang Bendahara (Bendahara
Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan), Pejabat Penguji
dan Perintah Pembayaran, pejabat eselon II dan III (khusus
UPT BPMPTPH) sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
5) Untuk UPT Pusat BBPOPT dan BBPPMBTPH, Kepala Balai
Besar selaku Kepala Satuan Kerja dan KPA. Dalam
menjalankan tugasnya Kepala Balai Besar dibantu oleh dua

Ditjen Tanaman Pangan

28

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

orang Bendahara (Bendahara Pengeluaran dan Bendahara


Penerimaan), KTU/Kabag Umum sebagai Pejabat Penguji
dan Perintah Pembayaran, dan Kabid/Pejabat eselon III
sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

b. Tingkat Propinsi
1) Gubernur sebagai penanggung jawab program, kegiatan dan
anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan untuk
pembangunan
pertanian
di
daerahnya.
Gubernur
menyampaikan
laporan
pertanggungjawaban
kepada
Menteri Pertanian.
2) Kepala Dinas yang membidangi tanaman pangan bertindak
sebagai Kepala Satuan Kerja sekaligus sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA), serta bertanggung jawab
terhadap seluruh keberhasilan aktivitas program, kegiatan
dan anggaran pada satuan kerja yang dipimpinnya.
3) Untuk kelancaran operasional program, kegiatan dan
anggaran (tertib administrasi dan keuangan) sehari-hari,
masing-masing KPA dibantu dua orang bendahara
(Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan),
pejabat eselon III sebagai Pejabat Pembuat Komitmen serta
Kabag TU sebagai Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran.
4) Untuk Satuan Kerja UPTD (BPSBTPH dan BPTPH), Kepala
Satuan Kerja dipegang oleh Kepala UPTD sekaligus sebagai
Kuasa Pengguna Anggaran, yang dalam menjalankan
tugasnya dibantu oleh dua orang Bendahara (Bendahara
Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan), dan Kasubag TU
sebagai Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran, dan
dapat ditunjuk pejabat eselon IV sebagai PPK.
5) Kepala
Satker
selaku
KPA
menyampaikan
laporan
pelaksanaan kegiatan kepada Gubernur untuk anggaran
dekonsentrasi dan tugas pembantuan propinsi.

c. Tingkat Kabupaten/Kota

Ditjen Tanaman Pangan

29

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

1) Bupati/Walikota
sebagai
penanggungjawab
program,
kegiatan
dan
anggaran
tugas
pembantuan
untuk
pembangunan pertanian di daerahnya. Bupati/Walikota
menyampaikan
laporan
pertanggungjawaban
kepada
Menteri Pertanian.
2) Kepala Dinas yang membidangi tanaman pangan bertindak
sebagai Kepala Satuan Kerja sekaligus sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA), serta bertanggungjawab
terhadap seluruh keberhasilan program, kegiatan dan
anggaran pada satuan kerja yang dipimpinnya.
3) Untuk kelancaran operasional program, kegiatan dan
anggaran (tertib administrasi dan keuangan) sehari-hari,
masing-masing Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dibantu
oleh dua orang Bendahara (Bendahara Pengeluaran dan
Bendahara Penerimaan), pejabat eselon III sebagai Pejabat
Pembuat Komitmen serta Kabag TU sebagai Pejabat Penguji
dan Perintah Pembayaran.
4) Kepala Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) menyampaikan laporan kepada Bupati/Walikota untuk
anggaran tugas pembantuan kabupaten/kota dengan
tembusan kepada Dinas tingkat propinsi yang membidangi
tanaman pangan.

4.2. Pengelolaan Anggaran


Pengelolaan anggaran harus menggunakan prinsip-prinsip
ekonomis, efisien dan efektif serta mentaati peraturan perundangundangan yang berlaku. Untuk mengelola anggaran dekonsentrasi
dan/atau
tugas
pembantuan,
Gubernur/Bupati/Walikota
menetapkan Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagai pelaksana
kegiatan dan menetapkan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA),
Bendahara Pengeluaran, Bendahara Penerimaan, Pejabat Pembuat
Komitmen, serta Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran.
Rincian tugas dan wewenang aparat pengelola anggaran
diuraikan sebagai berikut:
a. Tugas Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

Ditjen Tanaman Pangan

30

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

1) Menguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak


pihak penagih.
2) Meneliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/
kelengkapan
sehubungan
dengan
ikatan/perjanjian
pengadaan barang/jasa.
3) Meneliti tersedianya pagu anggaran yang bersangkutan.
4) Membebankan
pengeluaran
sesuai
pengeluaran yang bersangkutan.

mata

anggaran

5) Bertanggungjawab atas kebenaran material dan akibat yang


timbul dari penggunaan surat bukti dimaksud.
6) Mengangkat staf pembantu sesuai dengan kebutuhan.
7) Membuat laporan keuangan sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku.
8) Kuasa Pengguna Anggaran dalam melaksanakan tugasnya
dapat menunjuk Pejabat yang diberi kewenangan untuk
melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
anggaran belanja/pejabat pembuat komitmen.
9) Mengeluarkan dan menandatangani Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku.
10) Keputusan/tindakan dalam rangka pelaksanaan pengadaan
barang/jasa
seperti
pengangkatan
pejabat/panitia
pengadaan dan pemeriksaan barang/jasa, keputusan
penetapan penyediaan barang jasa, kontrak/perjanjian/SPK
dengan nilai di atas seratus juta rupiah (Rp. 100.000.000,-)
ditandatangani oleh KPA.

b. Tugas Pejabat
(PPPP)

Pengujian

dan

Perintah

Pembayaran

1) Menguji secara rinci keabsahan dokumen pendukung Surat


Permintaan Pembayaran (SPP) sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

Ditjen Tanaman Pangan

31

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

2) Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk


memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui
batas pagu anggaran.
3) Menguji kebenaran atas hak tagih yang menyangkut antara
lain :

Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran


(nama orang/perusahaan, alamat, nomor rekening dan
nama bank).

Nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan


kelayakannya dengan prestasi kerja yang dicapai sesuai
spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak).

Jadwal waktu pembayaran (kesesuaian dengan


jadwal penarikan dana yang tercantum dalam DIPA
dan/atau
ketepatannya
terhadap
jadwal
waktu
pembayaran).

4)

Menguji pencapaian tujuan/sasaran


kegiatan sesuai indikator kinerja yang tercantum dalam
DIPA berkenaan dengan spesifikasi teknis yang telah
ditetapkan.

5) Menguji kemungkinan adanya pemborosan dan in-efisiensi.


6) Menguji apakah surat-surat serta data dukung telah
memenuhi persyaratan baik dari segi ketelitian, ketepatan
penjumlahan, pengurangan maupun perkalian.
7)

Menandatangani dan menerbitkan


Surat Perintah Membayar (SPM) serta menyampaikan SPM
ke KPPN setempat.

c. Tugas Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)


1)

Membuat
keputusan-keputusan
dan
mengambil
tindakan-tindakan yang dapat mengakibatkan timbulnya
pengeluaran uang atau tagihan atas beban APBN di unit
kerjanya sesuai kewenangan yang diberikan berupa:

Keputusan/tindakan dalam rangka pelaksanaan


kegiatan yang terkait.

Ditjen Tanaman Pangan

32

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

Keputusan/tindakan

yang

terkait

dengan

pengelolaan
keuangan
seperti
penunjukan
Staf
Administrasi Pembuat Komitmen, penetapan pembiayaan
kendaraan dinas operasional, penerbitan surat perintah
perjalanan dan lainnya.

Keputusan/tindakan dalam rangka pelaksanaan


pengadaan barang/jasa seperti pengangkatan pejabat/
panitia pengadaan dan pemeriksaan barang/jasa,
keputusan
penetapan
penyediaan
barang
jasa,
kontrak/perjanjian/SPK dengan nilai sampai dengan
seratus
juta
rupiah
(Rp.
100.000.000,-)
surat
keputusannya bisa ditandatangani oleh PPK.

2) Bertindak sebagai atasan langsung PUMK.

d. Tugas Bendahara Pengeluaran


1)

Menerima,
menyimpan,
membayarkan,
menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang
untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan
APBN pada satuan kerjanya.

2)

Meneliti kelengkapan perintah pembayaran


diterbitkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran.

yang

3)

Menguji
kebenaran
perhitungan
tercantum dalam perintah pembayaran.

yang

4)

Menguji
bersangkutan.

5)

Wajib menolak perintah bayar dari Kuasa Pengguna


Anggaran, apabila persyaratan tersebut diatas tidak
terpenuhi.

6)

Bertanggungjawab secara pribadi atas pembayaran


yang dilaksanakannya.

ketersediaan

pagu

tagihan
anggaran

yang

e. Tugas Bendahara Penerimaan

Ditjen Tanaman Pangan

33

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

1)

Menerima, menyimpan, menyetorkan, membukukan,


menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang
pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada
satuan kerjanya.

2)

Melakukan penagihan-penagihan atas Penerimaan


Negara Bukan Pajak (PNBP) baik yang bersifat umum
maupun fungsional.

3)

Melakukan monitoring seluruh Penerimaan Negara


Bukan Pajak (PNBP) baik yang bersifat umum maupun
fungsional yang diterima/disetor oleh petugas lain (Pembuat
daftar gaji/bendahara pengeluaran/petugas penyetor) yang
ada pada satuan kerja/unit pelaksana teknis yang
bersangkutan.

KPA dan Bendaharawan Pengeluaran


anggaran
pelaksanaan
kegiatan
harus
mempersiapkan dan menetapkan :

dalam pencairan
memperhatikan,

1) Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)


2) Pedoman Umum
3) Petunjuk Operasional Pelaksanaan (POK)
4) Keputusan penetapan para pelaksana anggaran
5) Membuat
specimen
bank
Perbendaharaan Negara (KPPN)

ke

Kantor

Pelayanan

6) Mengurus Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ke Kantor


Pelayanan Pajak
7) Menyiapkan dan menyelenggarakan Buku Pengawasan
Pelaksanaan Anggaran per Mata Anggaran Kegiatan (MAK)
8) Menyiapkan dan meyelenggarakan Buku Pengawasan Uang
yang harus dipertanggungjawabkan
9) Menyiapkan Buku Bank
10) Menyiapkan Buku Pungutan Pajak
11) Dan lainnya

Ditjen Tanaman Pangan

34

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

Jika pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh anggaran


dekonsentrasi/tugas
pembantuan
dapat
menghasilkan
penerimaan, maka merupakan penerimaan APBN dan penerimaan
tersebut harus disetor ke Kas Umum Negara sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Semua barang yang diperoleh
dari pelaksanaan kegiatan yang dibiayai oleh anggaran
dekonsentrasi/tugas pembantuan menjadi milik negara disetorkan
ke rekening Kas Umum Negara. Sisa/saldo anggaran lebih (SAL),
merupakan penerimaan APBN dan disetorkan ke rekening Kas
Umum Negara.
4.3. Ketentuan Pidana, Sanksi Administratif, dan Ganti Rugi
1) Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota yang
terbukti melakukan penyimpangan kebijakan yang telah
ditetapkan dalam undang-undang tentang APBN diancam
pidana penjara dan denda sesuai dengan ketentuan
undang-undang.
2) Pimpinan Unit Organisasi Kementerian Negara/Lembaga/
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terbukti melakukan
penyimpangan kegiatan anggaran yang telah ditetapkan
dalam undang-undang tentang APBN diancam dengan
pidana penjara dan denda sesuai dengan ketentuan
undang-undang.
3) Presiden memberi sanksi administrasi sesuai dengan
ketentuan undang-undang kepada pegawai negeri serta
pihak-pihak
yang
tidak
memenuhi
kewajibannya
sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tersebut.

Ditjen Tanaman Pangan

35

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

BAB V
TATA HUBUNGAN KERJA OPERASIONAL ANGGARAN
BERBASIS KINERJA

Dalam mendukung pelaksanaan sistem anggaran berbasis


kinerja, perlu dipahami bahwa tata hubungan kerja dalam
pelaksanaan pembangunan tanaman pangan baik di pusat maupun
daerah perlu ditingkatkan. Hal ini mengingat tugas dan tanggung
jawab pimpinan instansi sebagai penanggung jawab operasional
kegiatan cukup kompleks, sehingga membutuhkan kerja keras
serta selektif terhadap kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan.
Untuk mendukung pemantapan pelaksanaan kegiatan
tersebut perlu adanya koordinasi dan peningkatan jaringan kerja
melalui hubungan hierarki, koordinasi dan teknis fungsional.
5.1.

Hubungan Hierarki

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mempunyai hubungan


hierarki dengan propinsi dan kabupaten/kota sebagai pelaksana
kegiatan pembangunan pertanian di daerah sesuai dengan azas
tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Untuk itu,
pemanfaatan anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan oleh
satuan kerja yang menerima pelimpahan atau penugasan dikelola,
dipertanggung jawabkan dan dilaporkan berdasarkan ketentuan
yang berlaku. Hubungan hierarki tersebut terwujud dalam sistem
perencanaan, pengendalian dan pelaporan.
5.2.

Hubungan Koordinasi

Ditjen Tanaman Pangan

36

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

Dalam
pelaksanaan
kegiatan
pembangunan
yang
berdasarkan sistem anggaran berbasis kinerja dibutuhkan sinergi
perencanaan program dengan pembiayaan. Sebagai wujud
pelaksanaan kegiatan tersebut, dilakukan melalui hubungan
koordinasi antara Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan UPT
Pusat dengan Dinas propinsi dan kabupaten/kota yang menangani
tanaman pangan dan UPTD (BPSBTPH dan BPTPH).
Koordinasi dilakukan terutama untuk mempertemukan
tujuan dan sasaran pembangunan nasional dengan tujuan dan
sasaran pembangunan masing-masing daerah, sehingga didapat
kesepakatan tentang tujuan dan sasaran pembangunan yang ingin
dicapai bersama, khususnya pembangunan yang dibiayai dari
APBN. Dengan koordinasi ini, diharapkan masing-masing daerah
juga dapat berkontribusi melalui APBD yang dimiliki.
Koordinasi juga diperlukan antara UPT Pusat dengan UPT
Daerah, terutama untuk keseragaman peraturan perundangundangan yang digunakan dalam memberikan jasa pelayanan
kepada masyarakat, dan juga dalam aspek penyelesaian masalah
(arbitrase) bila terjadi suatu perselisihan, khususnya perselisihan
antar daerah.
5.3.

Hubungan Teknis Fungsional

Hubungan teknis fungsional dalam pelaksanaan program,


kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan yang
berazaskan dekonsentrasi/tugas pembantuan bertujuan untuk
dapat memenuhi standar teknis di bidang tanaman pangan.
Dengan demikian produk/jasa yang dihasilkan dibidang tanaman
pangan dapat diproduksi secara efektif, efisien, dan berdaya saing.
Wujud dari hubungan teknis fungsional tersebut, dilaksanakan
melalui pembinaan teknis kegiatan di lapangan seperti teknis
penyiapan sarana produksi, teknis perbenihan/perbibitan, teknis
perlindungan tanaman, teknis usahatani, panen dan pasca panen,
dan teknis pelatihan bagi aparat pertanian dan pelaku usahatani.

Ditjen Tanaman Pangan

37

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

BAB VI
PENGENDALIAN, PENGAWASAN, EVALUASI
DAN PELAPORAN

6.1.

Pengendalian Program, Kegiatan dan Anggaran

Mengingat tuntutan agar pengelola dan penerima manfaat


kegiatan dan anggaran, dapat bekerjasama melaksanakan tugas
secara transparan, akuntabel, terbuka, efektif dan efisien, serta
untuk mengatasi dan mencari pemecahan terhadap kendala
maupun permasalahan yang mungkin muncul, maka pengendalian
kegiatan dan anggaran perlu dilakukan dengan tujuan sebagai
berikut :
a)

Mengetahui
sejauhmana
perkembangan
pelaksanaan
kegiatan dan anggaran serta ketepatan penggunaan anggaran
dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.

b)

Mengantisipasi secara dini permasalahan dan kendala yang


dihadapi sehingga dapat dicari solusi pemecahannya.

c)

Mencegah dan mengurangi terjadinya penyalahgunaan


anggaran yang tidak sesuai dengan tujuan dan sasaran yang
ingin dicapai.

d)

Memanfaatkan tahapan pelaksanaan kegiatan untuk


dijadikan bahan masukan dalam penyempurnaan dan evaluasi
kegiatan.

Unsur-unsur
yaitu :
a.

yang

bertugas

melaksanakan

pengendalian

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.


Bentuk pengendalian yang dilakukan adalah:
1)

Memberikan bimbingan pelaksanaan kegiatan teknis


melalui penerbitan Pedoman Umum sebagai acuan/
rambu-rambu operasional kegiatan.

2)

Melakukan
sosialisasi
pelaksanaan kegiatan.

Ditjen Tanaman Pangan

Pedoman

Umum

sebelum

38

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

b.

3)

Memberikan bimbingan penyusunan prosedur tata kerja


pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran.

4)

Memberikan
pelatihan,
workshop
atau
kursus
perencanaan
program
dan
penyusunan
anggaran
pembangunan tanaman pangan untuk meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia.

5)

Melakukan supervisi (orientasi, monitoring maupun


evaluasi) ke daerah baik dalam bentuk pembinaan,
bimbingan, arahan serta sejenisnya, sehingga kontrol
yang diberikan dapat mendukung keberhasilan kegiatan
di daerah.

6)

Melakukan evaluasi tahunan untuk mengetahui kinerja


keseluruhan sebagai dasar perencanaan program dan
anggaran tahun 2008.

Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota

Tanaman

Pangan

Propinsi

dan

Bentuk pengendalian yang dilakukan adalah:


1) Memberikan bimbingan terhadap bawahannya dalam hal
administrasi dan teknis pelaksanaan kegiatan di lapangan.
2) Menyusun
prosedur
tatakerja
antara
propinsi
dan
kabupaten/kota dengan cara meningkatkan koordinasi dan
jaringan kerja.
3) Membentuk Tim Pengendali internal pelaksanaan kegiatan.

6.2.

Pengawasan Program, Kegiatan dan Anggaran

Pada sistem penganggaran berbasis kinerja, kegiatan


pengawasan fungsional pembangunan tanaman pangan masih
tetap dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Departemen
Pertanian. Sedangkan pengawasan melekat dilakukan Pejabat di
lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Pengawasan ini
dapat dilakukan setiap saat selama proses manajemen
berlangsung.
Pengawasan fungsional terhadap program, kegiatan dan
anggaran pembangunan tanaman pangan juga dilakukan secara

Ditjen Tanaman Pangan

39

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

eksternal oleh aparatur pengawasan seperti BPK, BPKP dan


Bawasda. Pengawasan yang dilakukan berupa pemeriksaan reguler
yaitu pemeriksaan setempat yang dilaksanakan secara reguler
terhadap
obyek
pemeriksaan
lingkup
tanaman
pangan
berdasarkan program kerja pengawasan tahunan. Pengawasan
yang dilakukan berupa pemeriksaan, pegujian, pengusutan dan
penilaian terhadap pengelolaan program, kegiatan dan anggaran
kinerja.
Obyek pemeriksaan diprioritaskan terhadap obyek yang
anggarannya
relatif
besar, mempunyai
aspek
pelayanan
masyarakat, bantuan/pinjaman luar negeri serta mempunyai
peranan strategis terhadap keberhasilan pembangunan tanaman
pangan. Sistem dan upaya pengawasan terus dikembangkan dan
disempurnakan melalui berbagai langkah yang efektif agar dapat
mengamankan kebijakan pembangunan tanaman pangan secara
berdayaguna dan berhasilguna.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:
a. Pemeriksaan kinerja aparat pengelola kegiatan, yaitu
pemeriksaan apakah sumberdaya dan dana sudah digunakan
sesuai
dengan
sasaran
yang
ingin
dicapai
serta
pelaksanaannya tidak bertentangan dengan peraturan yang
berlaku.
b. Pemeriksaan yang mengarah kepada pelaksanaan wewenang
sesuai tugas pokok dan fungsi, yaitu apakah kegiatan yang
dilaksanakan sudah sesuai atau tidak, sehingga akan dapat
memberikan rekomendasi terhadap penyempurnaan pada
kegiatan yang akan datang.
c.

Pemeriksaan akuntabilitas kinerja dimana instansi pelaksana


kegiatan mempertanggung jawabkan wewenang dan tugas
pokok dan fungsi instansi tersebut.

d. Pemeriksaan khusus dilaksanakan sewaktu-waktu melalui


pengujian dan pendalaman untuk memperoleh kejelasan suatu
informasi yang bersumber dari laporan masyarakat atau
pengembangan dari pemeriksaan reguler yang dipandang perlu
terhadap
adanya
dugaan
terjadinya
tindak
pidana/
penyalahgunaan wewenang.

Ditjen Tanaman Pangan

40

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

6.3.

Monitoring dan Evaluasi

Evaluasi pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran


dilakukan dengan pendekatan indikator kinerja menggunakan alat
ukur kerangka kerja logis (masukan, keluaran, hasil, manfaat dan
dampak). Indikator kinerja ini digunakan untuk meyakinkan
apakah kinerja organisasi menunjukkan kemajuan dalam rangka
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Indikator kinerja ditetapkan untuk:
a. Memperjelas status jenis, kuantitas dan waktu suatu kegiatan
dilaksanakan.
b. Membangun
konsensus
untuk
menghindari
kesalahan
interpretasi selama pelaksanaan kegiatan, termasuk dalam
menilai kinerja instansi yang melaksanakannya.
c. Membangun dasar bagi pengukuran, analisis dan evaluasi
kinerja suatu instansi/organisasi
Penilaian kinerja pelaksanaan pembangunan tanaman
pangan
diukur
dengan
menggunakan
indikator
kinerja.
Pengukuran efisiensi secara ekonomis dilakukan dengan cara
menilai penggunaan masukan yang paling ekonomis untuk
mencapai keluaran tertentu. Efisiensi (dayaguna) diukur dengan
cara membandingkan antara keluaran yang dihasilkan dengan
masukan
yang
telah
dikeluarkan,
sedangkan
efektivitas
(hasilguna) dilakukan dengan mengukur sejauhmana hasil telah
dicapai. Ukuran efisiensi dan efektivitas secara skematis dapat
dilihat pada Bagan berikut:

Ditjen Tanaman Pangan

41

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

Bagan

Pengukuran
Efisiensi
dan
Pembangunan Tanaman Pangan

Efektivitas

Kinerja

Pengukuran Efisiensi dan


Efektivitas

NILAI MASUKAN
(Rp)

AMASUKAN
U

EKONOMI
S
(HEMAT)

PROSE
S

KELUARA
N

HASIL

EFISIENSI
(DAYA GUNA)

TUJUAN

EFEKTIVITAS
(HASILGUNA
)A)

EFISIENSI
PEMBIAYAAN

Evaluasi dapat dilakukan pada saat awal kegiatan (ex-ante),


sedang pelaksanaan kegiatan (on-going) dan evaluasi akhir (expost). Evaluasi awal dan evaluasi saat pelaksanaan kegiatan
sedang berjalan dapat dilakukan bersamaan dengan monitoring
pelaksanaan
kegiatan.
Materi
evaluasi
mencakup
aspek
administrasi, aspek teknis dan anggaran. Evaluasi dilakukan di
masing-masing Satker Propinsi, Kabupaten/Kota, UPTD sesuai
dengan fungsi dan tanggung jawab masing-masing. Masingmasing penanggung jawab kegiatan juga harus melakukan
evaluasi terhadap kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
Evaluasi program, kegiatan dan anggaran secara menyeluruh
dilakukan oleh Tim.

6.4.

Pelaporan

Berdasarkan pasal 7 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor


106 Tahun 2000, tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Keuangan
dalam
Pelaksanaan
Dekonsentrasi
dan
Tugas
Pembantuan,
Gubernur
menyampaikan
laporan
pertanggungjawaban kegiatan dan keuangan pembangunan

Ditjen Tanaman Pangan

42

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

pertanian kepada Menteri Pertanian. Selanjutnya Peraturan


Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan
Anggaran Instansi Pemerintah menyebutkan laporan kinerja
dievaluasi dan dilaporkan kepada Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran (Menteri Pertanian/Direktur Jenderal Tanaman
Pangan) dan menjadi masukan serta bahan pertimbangan untuk
analisis dan evaluasi alokasi anggaran tahun 2008.
Pelaporan hasil pelaksanaan program, kegiatan dan
anggaran ini, merupakan penyampaian informasi serangkaian
kegiatan yang dilakukan sejak dari persiapan kegiatan sampai
akhir pelaksanaan. Melalui laporan ini juga akan dapat dilihat
sejauh mana tingkat keberhasilannya.
Sesuai dengan pelaksanaan monitoring, evaluasi
pelaporan,
aparat
pelaksana
kegiatan
di
propinsi
kabupaten/kota wajib membuat laporan ke pusat.

dan
dan

Mekanisme pelaporan pelaksanaan anggaran dekonsentrasi


dan tugas pembantuan propinsi dilakukan secara berjenjang dari
Dinas pertanian propinsi menyampaikan laporan kepada Gubernur
dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, yang selanjutnya
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menyampaikan laporan
kepada Menteri Pertanian melalui Sekretariat Jenderal Departemen
Pertanian.
Mekanisme
pelaporan
pelaksanaan
anggaran
tugas
pembantuan kabupaten/kota dilakukan secara berjenjang yaitu
dari Dinas pertanian kabupaten/kota menyampaikan laporan
kepada Bupati/Walikota dan Dinas pertanian propinsi dengan
tembusan kepada Gubernur. Setelah menerima laporan dari
kabupaten/kota, Dinas pertanian propinsi merekapitulasi dan
menyampaikan laporan kepada Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, yang selanjutnya menyampaikan laporan ke Menteri
Pertanian melalui Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian.
Laporan
yang
disampaikan,
baik
untuk
anggaran
dekonsentrasi, tugas pembantuan propinsi maupun tugas
pembantuan kabupaten/kota, meliputi laporan kinerja dan laporan
sesuai Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dilakukan setiap
bulan, triwulan dan semesteran.

Ditjen Tanaman Pangan

43

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

Format pelaporan dan waktu penyampaian laporan kinerja


dan laporan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) akan ditetapkan lebih
lanjut oleh Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian.
Laporan insidentil, yaitu laporan yang disampaikan jika
terjadi sesuatu yang bersifat insidentil (mendesak), misalnya bila
ada permasalahan yang dihadapi baik dalam aspek adminsitrasi
dan keuangan maupun teknis pelaksanaan kegiatan juga bisa
disampaikan ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Gubernur
selaku
penerima
pelimpahan
anggaran
dekonsentrasi dan penugasan pelaksanaan anggaran tugas
pembantuan, dan Bupati/Walikota selaku penerima penugasan
pelaksanaan anggaran tugas pembantuan menyampaikan laporan
pertanggungjawaban akhir seluruh pelaksanaan kegiatan yang
dibiayai dari anggaran dimaksud kepada Menteri Pertanian.
Kinerja penyampaian penyampaian laporan akan dijadikan
salah satu dasar penentuan anggaran tahun 2008 sebagai
penerapan azas reward and punishment.

Ditjen Tanaman Pangan

44

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

BAB VII
PENUTUP

Pedoman Umum ini disusun dengan tujuan agar


pelaksanaan kegiatan pembangunan tanaman pangan dapat
berjalan dengan baik sesuai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan, dan dari aspek keuangan negara dapat memenuhi
kaidah pelaksanaan anggaran berbasis kinerja.
Keberhasilan pelaksanaan program kegiatan dan anggaran
berbasis kinerja sangat tergantung pada itikad baik aparatur
negara, kepercayaan masyarakat serta motivasi peningkatan
kualitas kinerja pemerintah. Untuk itu perlu terus ditingkatkan
keterpaduan pelaksanaan pembangunan tanaman pangan melalui
pemantapan sistem dan metoda perencanaan, peningkatan
kualitas sumberdaya manusia, penataan kelembagaan dan
peningkatan koordinasi antar instansi terkait.
Pedoman Umum ini merupakan acuan bagi semua pihak
terkait dalam melaksanakan program dan kegiatan pembangunan
tanaman pangan. Pedoman Umum ini akan dilengkapi dengan
Pedoman Umum teknis pelaksanaan masing-masing kegiatan.
Sebagai tindak lanjut diterbitkannya seluruh Pedoman Umum
dimaksud,
kepada
daerah
diberikan
keleluasaan
untuk
menjabarkannya lebih lanjut ke dalam Petunjuk Pelaksanaan dan
Petunjuk Teknis sesuai dengan keragaman kondisi setempat.
Keberhasilan pembangunan tanaman pangan sangat tergantung
kepada komitmen semua pihak terkait dalam melaksanakan
kegiatan pembangunan tanaman pangan secara terpadu.

Ditjen Tanaman Pangan

45

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

LAMPIRAN

Ditjen Tanaman Pangan

46

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

Lampiran 1.
Pengertian dan Definisi
Beberapa pengertian dan definisi pada Pedoman Umum
Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA 2007
adalah sebagai berikut:

Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu


atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa
unit organisasi dalam satu atau beberapa instansi untuk
mencapai sasaran dan tujuan kebijakan serta memperoleh
alokasi anggaran.

Ketahanan Pangan diartikan sebagai kondisi terpenuhinya


pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah dan mutunya,
aman, merata, dan terjangkau. Pemenuhan kebutuhan pangan
sejauh mungkin dipenuhi dari produksi dalam negeri dengan
mengandalkan keunggulan sumberdaya, kelembagaan, dan
budaya dari masing-masing daerah yang beragam.

Program Peningkatan Ketahanan Pangan adalah suatu


bentuk instrumen kebijakan yang berisikan kegiatan untuk
terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin
dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah dan
mutunya, aman, merata, dan terjangkau.

Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh


satu atau beberapa Satuan Kerja sebagai bagian dari
pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri
dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang
berupa personil (sumberdaya manusia), barang, modal,
termasuk peralatan dan teknologi, dana atau kombinasi dari
beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai
masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam
bentuk barang/jasa.

Sub Kegiatan adalah bagian dari kegiatan yang menunjang


usaha pencapaian sasaran dan tujuan kegiatan tersebut.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah


rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang
disetujui oleh DPR yang masa berlakunya dari tanggal 1
Januari sampai 31 Desember tahun berjalan.

Ditjen Tanaman Pangan

47

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

Penganggaran Terpadu adalah penyusunan rencana


keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk
seluruh
jenis
belanja
guna
melaksanakan
kegiatan
pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian
efisiensi alokasi dana.

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan


tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,
dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional


(RPJPN) merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya
pemerintahan Negara Republik Indonesia yang tercantum
dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945, dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan
nasional (dokumen perencanaan untuk periode 20 tahun).

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional


(RPJMN) merupakan penjabaran dari misi, visi, dan program
Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP
Nasional, yang memuat strategi pembangunan nasional,
kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas
Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan,
serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran
perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan
fiskal dalam rencana kerja yang berupa regulasi dan kerangka
pendanaan yang bersifat indikatif.

Rencana
Strategis
Kementerian
Negara/Lembaga
(Renstra-KL) adalah dokumen perencanaan yang bersifat
indikatif yang memuat program-program pembangunan baik
yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
kurun waktu 5 (lima) tahun.

Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah dokumen


perencanaan tahunan yang memuat kerangka makro dan
program-program pembangunan baik yang dilaksanakan
langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan
mendorong partisipasi masyarakat untuk kurun waktu 1 (satu)
tahun. RKP ini merupakan penjabaran dari RPJM Nasional,
memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi
makro yang mencakup gambaran perekonomian secara
menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program

Ditjen Tanaman Pangan

48

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

Kementerian/Lembaga,
lintas
Kementerian/Lembaga,
kewilayahan dalam bentuk regulasi dan kerangka pendanaan
yang bersifat indikatif. RKP merupakan pedoman dalam
penyusunan RAPBN, disusun berdasarkan Renja-KL (Rencana
Kerja Kementerian Negara/Lembaga) sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya dengan berpedoman pada Renstra-KL
(Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga).

Rencana
Kerja
dan
Anggaran
Kementerian
Negara/Lembaga (RKA-KL) adalah dokumen perencanaan
dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu
Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan penjabaran
dari rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Kerja Strategis
Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan dalam satu
tahun anggaran serta anggaran yang diperlukan untuk
melaksanakannya.

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) adalah


dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Menteri/
Pimpinan Lembaga atau Satuan Kerja yang disahkan oleh
Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri
Keuangan dan berfungsi sebagai dokumen pelaksanaan
pembiayaan kegiatan.

Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) adalah dokumen


yang merupakan bagian tidak terpisah dari DIPA dan RKA-KL
yang memuat kegiatan secara rinci serta harga satuannya dan
dijadikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan dalam kurun
waktu satu tahun anggaran.

Belanja Pegawai adalah kompensasi dalam bentuk uang


maupun barang yang diberikan kepada pegawai pemerintah
yang bertugas di dalam maupun di luar negeri sebagai imbalan
atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan
yang berkaitan dengan pembentukan modal. Belanja ini antara
lain digunakan untuk gaji dan tunjangan, honorarium, vakasi,
lembur dan kontribusi sosial.

Belanja Barang adalah pembelian barang dan jasa yang habis


pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan
maupun yang tidak dipasarkan. Belanja ini antara lain
digunakan untuk pengadaan barang dan jasa, pemeliharaan,
dan perjalanan.

Ditjen Tanaman Pangan

49

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

Belanja Modal yaitu pengeluaran yang dilakukan dalam


rangka pembentukan modal. Dalam belanja ini termasuk untuk
tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan,
maupun dalam bentuk fisik lainnya, seperti buku dan
sebagainya.

Beban Bunga adalah pembayaran yang dilakukan atas


kewajiban penggunaan pokok utang (principal outstanding),
baik utang dalam negeri maupun utang luar negeri yang
dihitung berdasarkan posisi pinjaman.

Subsidi yaitu alokasi anggaran yang diberikan kepada


perusahaan/lembaga
yang
memproduksi,
menjual,
mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa untuk
memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga
harga jualnya dapat terjangkau oleh masyarakat. Belanja ini
antara lain digunakan untuk penyaluran subsidi kepada
perusahaan negara dan perusahaan swasta.

Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang


diberikan
kepada
masyarakat
guna
melindungi
dari
kemugkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat
langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau
lembaga kemasyarakatan.

Hibah yaitu transfer dana yang sifatnya tidak wajib kepada


negara lain atau kepada lembaga internasional. Belanja ini
antara lain digunakan untuk hibah kepada pemerintah luar
negeri dan organisasi internasional.

Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang


hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan
anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur.

Indikator
Kinerja
diartikan
sebagai
ukuran
kuantitatif/kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian
suatu sasaran/tujuan yang telah ditetapkan. Indikator kinerja
merupakan sesuatu yang dapat diukur sebagai dasar untuk
menilai kinerja, baik dalam tahap perencanaan (ex-ante),
tahap pelaksanaan (on-going), maupun tahap setelah kegiatan
selesai (ex-post). Indikator kinerja juga digunakan untuk
meyakinkan apakah kinerja organisasi menunjukkan kemajuan
dalam rangka menuju tujuan/sasaran yang telah ditetapkan.
Tanpa indikator kinerja, maka akan sulit menilai kinerja

Ditjen Tanaman Pangan

50

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

kebijaksanaan/program/kegiatan
bermuara pada kinerja organisasi.

yang

pada

akhirnya

Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu


program atas keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan.

Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan


berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu
program.

Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan


oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung percapaian
sasaran dan tujuan program dan kebijakan.

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah


Pusat kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah.

Anggaran Dekonsentrasi adalah anggaran yang berasal dari


APBN yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil
Pemerintah
yang
mencakup
semua
penerimaan
dan
pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak
termasuk anggaran yang dialokasikan untuk instansi vertikal
pusat di daerah. Pemberian anggaran dekonsentrasi tidak
terlepas
dari
kewajibannya
untuk
melaporkan
dan
mempertanggung
jawabkan
pelaksanaannya
kepada
Menteri/Pimpinan lembaga terkait.

Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah Pusat


kepada Daerah dan/atau desa atau sebutan lain dengan
kewajiban melaporkan dan mempertanggung jawabkan
pelaksanaannya kepada yang menugaskan dalam hal ini
Menteri/Pimpinan Lembaga terkait.

Anggaran Tugas Pembantuan adalah anggaran yang berasal


dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah yang mencakup
semua
penerimaan
dan
pengeluaran
dalam
rangka
pelaksanaan Tugas Pembantuan.

Pagu Terikat/Belanja Mengikat adalah jumlah anggaran


yang tidak dapat dikurangi, antara lain untuk belanja yang
sudah ditentukan seperti pagu pembayaran gaji dan tunjangan
(belanja pegawai), serta pagu biaya langganan daya dan jasa.

Pengguna
Anggaran/Kuasa
Pengguna
Anggaran
(PA/KPA) adalah pejabat pemegang kewenangan dalam
penggunaan anggaran satuan kerja yang dialokasikan dalam
APBN. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran adalah

Ditjen Tanaman Pangan

51

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

Menteri/Pimpinan Lembaga atau kuasanya yang bertanggung


jawab atas pengelolaan anggaran pada Kementerian
Negara/Lembaga yang bersangkutan.

Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk


menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara/daerah
dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada kantor/satuan
kerja Kementerian Negara/Lembaga/ Pemerintah Daerah.

Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk


menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja
negara/daerah dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD pada
kantor/satuan
kerja
Kementerian
Negara/Lembaga/
Pemerintah Daerah.

Pinjaman Luar Negeri (PLN) adalah sumber pembiayaan


negara dalam bentuk devisa, barang, dan jasa yang diterima
dari badan/lembaga negara asing, pemerintah negara asing,
badan/lembaga keuangan internasional, atau pasar keuangan
internasional yang harus dibayar kembali dengan persyaratan
yang telah disepakati, termasuk penjaminan pembayaran yang
dapat menimbulkan kewajiban pembayaran dikemudian hari.

Hibah Luar Negeri (HLN) adalah penerimaan negara yang


diperoleh dari luar negeri baik dalam bentuk devisa atau
devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang
dan/atau jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang dapat
dinilai dengan uang yang tidak perlu dibayar kembali.

Kementerian Negara adalah organisasi dalam Pemerintahan


RI yang dipimpin oleh Menteri untuk melaksanakan tugas
pemerintahan dalam bidang tertentu.

Unit Organisasi adalah bagian dari suatu Kementerian


Negara/Lembaga
yang
bertanggung
jawab
terhadap
pengkoordinasian dan/atau pelaksanaan suatu program.

Satuan Kerja (Satker) adalah bagian dari suatu unit


organisasi
pada
Kementerian
Negara/Lembaga
yang
melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu
program.

Satuan Kerja Pada Instansi Pemerintah adalah organisasi


dalam pemerintah yang dibentuk untuk melaksanakan tugas

Ditjen Tanaman Pangan

52

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

tertentu
dibidangnya
masing-masing
atau
bertugas
melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari satu program.

Satuan
Kerja
Perangkat
Daerah
(SKPD)
adalah
organisasi/lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggung
jawab kepada Gubernur/Bupati/Walikota dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri dari sekretariat
daerah, dinas daerah dan lembaga teknis daerah, kecamatan,
dan satuan polisi pamong praja sesuai dengan kebutuhan
daerah.

Kelompok Tani adalah kumpulan petani/peternak/ pekebun


yang dibentuk atas kebutuhan bersama yang mempunyai
struktur organisasi dan mempunyai basis tujuan yang
bersama.

GAPOKTAN (Gabungan Kelompok tani), adalah gabungan dari


kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas
kebutuhan bersama yang mempunyai struktur organisasi dan
mempunyai basis tujuan yang bersama.

Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan oleh masyarakat


dan atau pemerintah untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat pelaku usaha pertanian sehingga dapat mandiri
dalam mencapai tujuan yang dikehendaki sesuai dengan
kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya.

Perguruan Tinggi/Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)


adalah suatu organisasi yang mempunyai pengalaman dalam
pengembangan SDM petani melalui capacity building,
pembinaan, pendampingan serta membangun kelembagaan
ekonomi di tingkat petani.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah seluruh


penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari
penerimaan perpajakan.

Ditjen Tanaman Pangan

53

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

Lampiran 2.
Daftar Satuan Kerja di Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota
TA 2007
N
o
1

Lokasi Satker
DKI Jakarta

Nama Satker
1
2
3
4

Jawa Barat

5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

Jawa Tengah

35
36
37

Ditjen Tanaman Pangan

Kode
KPPN

Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi DKI


Jakata
Balai Proteksi Tanaman Provinsi DKI Jakarta
Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu
Benih TPH Cimanggis Provinsi DKI Jakarta
Balai Pengujian Mutu dan Hasil Pertanian
dan Hasil Hutan Provinsi DKI Jakarta
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
Jabar
Balai Proteksi TPH Provinsi Jawa Barat
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Jawa Barat
Balai Besar Peramalan Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karawang Jabar
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Bogor
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Sukabumi
Dinas Pertanian Kab Cianjur
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
Kab Bekasi
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab
Karawang
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Perkebunan Kab Purwakarta
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Subang
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
Kab Bandung
Dinas Pertanian Kab Sumedang
Dinas Pertanian TPH dan Perkebunan Kab
Garut
Dinas Pertanian Kab Tasikmalaya
Dinas Pertanian Kab Ciamis
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab
Cirebon
Dinas Pertanian Kab Kuningan
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Indramayu
Dinas Pertanian Kab Majalengka
Dinas Pertanian Kota Bandung
Dinas Agraria Kota Bogor
Dinas Pertanian Kota Sukabumi
Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon
Dinas Pertanian Kota Bekasi
Dinas Pertanian Kota Depok
Dinas Pertanian Kota Tasikmalaya
Dinas Pertanian Kota Cimahi
Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan,
Perkebunan dan Kehutanan Kota Banjar
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
Jateng
Balai Proteksi TPH Provinsi Jateng
Balai pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH

139
139
139
139
022
022
022
086
023
128
128
171
086
021
021
095
087
096
025
025
024
147
024
147
095
023
128
024
171
023
025
022
025
026
026
028

54

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69

DI Yogyakarta

70
71
72
73
74
75
76
77
78
79

Ditjen Tanaman Pangan

Provinsi Jateng
Dinas Pertanian Kab Semarang
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Kendal
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab
Demak
Dinas Pertanian TP dan Kehutanan dan
Perkebunan Kab Grobogan
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Pekalongan
Dinas Pertanian Kab Batang
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
Kab Tegal
Dinas Pertanian, Kehutanan dan Konservasi
Tanah Kab Brebes
Dinas Pertanian dan Ternak Kab Pati
Dinas Pertanian Kab Kudus
Dinas Pertanian Kab Pemalang
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Jepara
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Rembang
Dinas Pertanian Kab Blora
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Banyumas
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Cilacap
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab
Purbalingga
Dinas Pertanian Kab Banjarnegara
Dinas Pertanian Kab Magelang
Dinas Pertanian Kab Temanggung
Dinas Pertanian Kab Wonosobo
Dinas Pertanian Kab Purworejo
Dinas Pertanian Kab Kebumen
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab
Klaten
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kelautan
Kab Boyolali
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab
Sragen
Dinas Pertanian Kab Sukoharjo
Dinas Pertanian Kab Karanganyar
Dinas Pertanian Kab Wonogiri
Dinas Pertanian Kota Semarang
Dinas Pertanian Kota Salatiga
Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan
Kota Pekalongan
Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tegal
Dinas Pertanian Kota Magelang
Dinas Pertanian Kota Surakarta
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi DI Yogyakarta
Balai Proteksi TPH Provinsi DI Yogyakarta
Dinas Pertanian Provinsi DI Yogyakarta
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Bantul
Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan
Kab Sleman
Dinas Pertanian TP dan perkebunan Kab
Gunung Kidul
Dinas Pertanian dan Kelautan Kab
Kulonprogo

026
026
129
163
072
072
118
118
097
129
118
129
097
163
029
130
029
164
115
115
164
027
027
148
148
162
028
162
028
026
026
027
118
115
028
030
030
030
030
030
176

55

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

80
5

Jawa Timur

81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116

Nanggroe Aceh

Ditjen Tanaman Pangan

117
118
119
120
121
122

Dinas Pertanian dan Kehewanan Kota


Yogyakarta
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur
Balai pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Jatim
Balai Proteksi TPH Provinsi Jawa Timur
Dinas Pertanian Kab Gresik
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab
Mojokerto
Dinas Pertanian Kab Sidoarjo
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Jombang
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Sampang
Dinas Pertanian Kab Pamekasan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Sumenep
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Bangkalan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Bondowoso
Dinas Pertanian Kab Situbondo
Dinas Pertanian TPH Kab Banyuwangi
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Jember
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab Malang
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Pasuruan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan,
Kehutanan dan Perkebunan Kab Probolinggo
Dinas Pertanian Kab Lumajang
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Kediri
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Tulungagung
Dinas Pertanian Kab Nganjuk
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab
Trenggalek
Dinas Pertanian Kab Blitar
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Madiun
Dinas Pertanian dan TPH Kab Ngawi
Dinas Pertanian Kab Magetan
Dinas Pertanian Kab Ponorogo
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab
Pacitan
Dinas Pertanian Kab Bojonegoro
Dinas Pertanian Kab Tuban
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab
Lamongan
Dinas Pertanian Kota Surabaya
Dinas Pertanian Kota Mojokerto
Dinas Pertanian Kota Malang
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
Kota Pasuruan
Dinas Pertanian Kota Probolinggo
Dinas Pertanian Kota Blitar
Dinas Pertanian Kota Kediri
Dinas Pertanian Kota Madiun
Dinas Pertanian Kota Batu
Dinas Pertanian TPH Provinsi NAD

030
135
135
135
031
098
165
098
036
036
036
036
035
035
100
131
032
032
035
131
034
150
034
034
150
033
033
033
033
099
073
166
073
031
098
032
032
035
150
034
033
032

56

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

Darussalam
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
7

Sumatera Utara

145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160

Ditjen Tanaman Pangan

Balai pengawasan dan Sertifikasi Benih


Provinsi NAD
Balai Proteksi TPH Provinsi NAD
Dinas Pertanian Tpanaman Pangan Kab Aceh
Besar
Dinas Pertanaian Tanaman Pangan Kab Aceh
Pidie
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Aceh
Utara
Dinas Pertanian Kab Aceh Timur
Dinas Pertanian Kab Aceh Selatan
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Aceh
Barat
Dinas Pertanian TPH Kab Aceh Tengah
Dinas Pertanian TPH Kab Aceh Tenggara
Dinas Pertanian TPH Kab Simeulue
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Aceh
Singkil
Dinas Pertanian TPH Kab Bireun
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Perkebunan Kab Aceh Barat Daya
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Gayo
Luwes
Dinas Pertanian Kab Aceh Jaya
Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan
Kelautan Kab Nagan Raya
Dinas Pertanian Kab Tamiang
Dinas Pertanian TP, Peternakan dan
Perikanan Kab Bener Meriah
Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan
Kelautan Kota Banda Aceh
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Sabang
Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan
Kehutanan Kota langsa
Dinas Pertanian Kota Lhokseumawe
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Sumut
Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Sumut
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
Sumut
Dinas Pertanian dan Hortikultura Kab Deli
Serdang
Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan
Perkebunan Kab Karo
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Langkat
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Tapanuli Tengah
Dinas Pertanian Kab Simalungun
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kab Labuhan Batu
Dinas Pertanian Kab Dairi
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kab Tapanuli Utara
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kab Tapanuli Selatan
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Asahan
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Nias
Dinas Pertanian dan Ketahahan Pangan kab

175
175
001
001
089
002
074
003
122
105
003
074
089
074
105
003
003
122
001
001
002
089
002
004
004
124
119
004
106
005
075
119
125
006
076
007
125

57

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

161
162
163
164
165
166
167
168
169

Sumatera Barat

170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191

Riau

192
193
194
195
196
197
198
199
200

Ditjen Tanaman Pangan

Samosir
Dinas Pertanian Kab Mandailing Natal
Dinas Pertanian, Kehutanan Kab Nias
Selatan
Kantor Pertanian Kota Pakpak Barat
Dinas Pertanian Kehutanan Kab Humbang
Hasundutan
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab Toba
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Serdang Bedagai
Dinas Pertanian Kota Medan
Dinas Pertanian Kota Tebing Tinggi
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kota Binjai
Kantor Pertanian Kota Pematang Siantar
Kantor Pertanian Kota Tanjung Balai
Kantor Pertanian Kota Sibolga
Kantor Pertanian Kota Padang Sidempuan
Balai Pengawasan dan Sertifiksi benih TPH
Provinsi Sumbar
Balai Proteksi TPH Provinsi Sumbar
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Perkebunan Prov Sumbar
Dinas Tanaman pngan, Perkebunan dan
Kehutanan Kab Agam
Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kab
Pasaman
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Limapuluh Kota
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Solok
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Padang Pariaman
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Pesisir
Selatan
Dinas Pertanian Kab Tanah Datar
Dinas Pertanian TPH Kab Sawah Lunto
Sijunjung
Dinas Pertanian Kab Kepulauan Mentawai
Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan
Kab Dharmas Raya
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Solok
Selatan
Dinas Pertanian Ketahahan Pangan dan
Peternakan Kab Pasaman Barat
Dinas Pertanian Kota Bukit Tinggi
Dinas Pertanian Kota Padang Panjang
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota
Solok
Dinas Pertanian Kota Sawahlunto
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Padang
Dinas Pertanian Kota Payakumbuh
Dinas Pertanian Kota Pariaman
Balai Proteksi TPH Provinsi Riau
Balai pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Riau
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
Riau
Dinas Pertanian Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Irigasi Kab Kampar
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab

006
007
119
125
004
124
004
124
004
005
076
106
006
011
010
010
011
091
011
090
010
142
011
077
010
077
090
091
011
011
090
077
010
011
010
008
008
008
008
120

58

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

201
202
203
204
205
206
207

10

Jambi

208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221

11

Sumatera Selatan

222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236

Ditjen Tanaman Pangan

Bengkalis
Dinas Pertanian Kab Indragiri Hulu
Dinas Pertanian TPH, Peternakan dan
Perikanan Kab Indragiri Hilir
Dinas Pertanian TPH Kab Pelalawan
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab
Rokan Hulu
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Rokan
Hilir
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab Siak
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Kuantan Sengingi
Dinas Pertanian Kota Pekanbaru
Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Dumai
Dinas Pertaniann Tanaman Pangan Provinsi
Jambi
Balai pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Jambi
Balai Proteksi TOH Provinsi Jambi
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Batanghari
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Tanjung
Jabung Barat
Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan
Kab Bungo
Dinas Pertanian Kab Surolangun
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab Kerinci
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Merangin
Dinas Pertanian TPH dan Peternakan Kab
Tanjung Jabung Timur
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab
Tebo
Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan
Kab Muaro Jambi
Dinas Pertanian Kota Jambi
Dinas Pertanian TPH Provinsi Sumsel
Balai Pengawasan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Sumsel
Balai Proteksi TPH Provinsi Sumsel
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Musi
Banyu Asin
Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perikanan
dan Peternakan Kab OKU
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Muara
Enim
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Lahat
Dinas Pertanian Kab Musi Rawas
Dinas Pertanian Kab Ogan Komering Ilir
Dinas Pertanian dan peternakan Kab
Banyuasin
Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan,
ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab OKU
Timur
Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan Kab
OKU Selatan
Dinas Pertanian Tanaman pangan,
Hortikultura dan Ketahanan Pangan Kab
Ogan Ilir
Dinas Pertanian Kota Palembang

092
092
008
008
120
008
092
008
120
012
012
012
012
143
078
159
013
159
143
078
012
012
014
014
014
160
109
144
144
070
014
160
109
109
014
014

59

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

237
238
239
12

Lampung

240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251

13

Kalimantan Barat

252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266

14

Kalimantan Tengah

267
268
269
270
271
272
273
274
275

Ditjen Tanaman Pangan

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan,


Kehutanan dan perkebunan Kota Prabumulih
Dinas Pertanian Tanaman Pangan,
Peternakan dan Perikanan Kota Pagar Alam
Dinas Tanaman Pangan, Kehutanan dan
Perkebunan Kota Lubuk Linggau
Dinas Pertanian dan Ketahahan Pangan
Provinsi Lampung
Balai pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Lampung
Balai Proteksi TPH Provinsi Lampung
Dinas Tanaman pangan dan Hortikultura Kab
Lampung Selatan
Dinas Pertanian Kab Lampung Tengah
Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan
Kb Lampung Utara
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura kab
Lampung Barat
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Tulangbawang
Dinas Pertanian Kab Tanggamus
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kab Lampung Timur
Dinas Pertanian Kab Way Kanan
Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bandar
Lampung
Dinas Pertanian Kota Metro
Unit Pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Kalbar
Dinas Pertanian Provinsi Kalbar
Unit Proteksi TPH Provinsi Kalbar
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Sambas
Dinas Pertanian Kab Sanggau
Dinas Pertanian Kab Sintang
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Pontianak
Dinas Pertanian Kota Pontianak
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Kapuas Hulu
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Ketapang
Dinas Pertanian Kab Bengkayang
Dinas Pertanian Kab Landak
Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan
Kab Melawi
Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan
Kab Sekadau
Dinas Agribisnis Kota Singkawang
Dinas Pertanian Provinsi Kalteng
Balai pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Kalteng
Balai Proteksi TPH Provinsi kalteng
Dinas Pertanian TPH Kab Kapuas
Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan
Kab Barito Utara
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab Barito
Selatan
Dinas Pertanian Kota Waringin Timur
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Kotawaringin Barat

014
144
070
017
017
017
017
126
116
145
116
017
126
116
017
126
042
042
042
093
167
079
042
042
117
094
093
167
079
167
093
043
043
043
043
080
080
044
102

60

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

276
277
278
279
280
281
282
283
15

Kalimantan Selatan

284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300

16

Kalimantan Timur

301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316

Ditjen Tanaman Pangan

Dinas Pertanian Kab Katingan


Dinas Pertanian Kab Seruyan
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Sukamara
Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan
Kab Lamandau
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Gunung
Mas
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Pulang
Pisau
Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan
Kab Murung Raya
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab
Barito Timur
Dinas Pertanian Kota Palangkaraya
Dinas Pertanian Provinsi Kalsel
Balai pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Kalsel
Balai proteksi TPH Provinsi Kalsel
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Banjar
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Tanah
Laut
Dinas Pertanian tanaman Pangan Kab Tapin
Dinas Pertanian TPH Kab Hulu Sungai
Selatan
Dinas Pertanian Kab Hulu Sungai Tengah
Dinas Pertanian Kab Barito Kuala
Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan dan
perkebunan Kab Tabalong
Dinas Pertanian Kab Kotabaru
Dinas Pertanian TPH Kab Hulu Sungai Utara
Dinas Pertanian, Kehutanan, Perikanan,
Peternakan dan Transmigrasi Kab Tanah
Bumbu
Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan
Kab Balangan
Dinas Pertanian Kota Banjarmasin
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota
Banjarbaru
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Kaltim
Balai proteksi TPH Provinsi Kaltim
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
Kaltim
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Kutai
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Pasir
Dinas Pertanian Kab Bulungan
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Berau
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Nunukan
Dinas Pertanian Kab Malinau
Dinas Pertanian Kab Kutai Barat
Dinas Pertanian Kab Kutai Timur
Dinas Pertanian Kab Panajem Paser Utara
Dinas Pertania n Kab Kutai Kartanegara
Dinas Pertanian Kota Samarinda
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kota
balikpapan
Dinas Pertanian Kota Bontang

044
044
102
102
043
043
080
080
043
045
045
045
045
168
045
110
110
045
151
081
151
081
151
045
045
046
046
046
046
047
048
153
152
048
046
046
047
046
046
047
046

61

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

17

Sulawesi Utara

317
318
319
320
321
322
323
324
325

18

Sulawesi Tengah

326
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340

19

Sulawesi Selatan

341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
359
360

Ditjen Tanaman Pangan

Dinas Pertanian dan peternakan Provinsi


Sulut
Balai pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Sulut
Balai Proteksi TPH Provinsi Sulut
Dinas Pertanian TPH Kab Minahasa
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Bolaang Mongondow
Dinas Pertanian Kab Sangihe
Dinas Pertanian, Kehutanan dan ketahanan
pangan Kab Kepulauan Talaud
Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan
Kehewanan Kab Minahasa Selatan
Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan
dan Perikanan Kab Tomohon
Dinas Pertanian Kab Minahasa Utara
Dinas Agribisnis Kota manado
Dinas Agribisnis dan Kehutanan Kota Bitung
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan
Provinsi Sulteng
Balai pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Sulteng
Balai Proteksi TPH Provinsi Sulteng
Dinas Pertanian Kab Poso
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Peternakan Kab Donggala
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
peternakan Kab Toli Toli
Dinas Pertanian Kab Banggai
Dinas Pertanian TPH, Perkebunan dan
Peternakan Kab Buol
Dinas Pertanian Kab Morowali
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Banggai
Kepulauan
Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan
Pangan Kab Parigi Mautong
Dinas Pertanian, Perkebunan dan kehutanan
Kab Tojo Una-Una
Dinas Pertanian dan kehutanan Kota Palu
Dinas Pertanian TPH Provinsi Sulsel
Balai Proteksi TPH Provinsi Sulsel
Balai pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Sulsel
Dinas Pertanian dan peternakan Kab Pinrang
Dinas Pertanian TPH Kab Gowa
Dinas Pertanian Kab Wajo
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Bone
Dinas Pertanian dan Pangan Kab Tanatoraja
Dinas Pertanian TPH Kab Maros
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Luwu
Dinas Pertanian TPH Kab Sinjai
Dinas TPH Kab Bulukumba
Dinas Pertanian Kab Bantaeng
Dinas Pertanian Daerah Kab Jeneponto
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Selayar
Dinas Pertanian Rakyat Kab Takalar
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab Barru
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Sidenreng Rappang
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

049
049
049
158
083
179
049
049
179
049
179
051
051
051
052
051
082
053
082
052
053
051
052
051
054
054
054
057
054
055
055
170
054
058
177
056
056
056
155
054
057
057
054

62

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

361

20

Sulawesi Tenggara

362
363
364
365
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
378

21

Maluku

379
380
381
382
383
384
385
386
387
388
389

22

Bali

390
391
392
393
394
395
396
397
398
399
400

Ditjen Tanaman Pangan

peternakan Kab Pankajene Kepulauan


Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kab
Soppeng
Dinas Pertanian Kab Enrekang
Dinas Pertanian Kab Luwu Utara
Dinas Pertanian Kab Luwu Timur
Dinas Pertanian Kota Makasar
Dinas Pertanian Kota Pare Pare
Dinas Pertanian Kota Palopo
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
peternakan Provinsi Sultara
Balai pengawasan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Sultara
Balai Proteksi TPH Provinsi Sultara
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Buton
Dinas Pertanian Kab Muna
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
peternakan Kab Kolaka
Dinas Pertanian Kab Konawe Selatan
Dinas Pertanian Kab Bombana
Dinas Pertanian, Kehutanan, Kanlaut Dan LH
Kab Wakatobi
Dinas Pertanian Kab Kolaka Utara
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Konawe Selatan
Dinas Pertanian Kota Kendari
Dinas Kemakmuran Kota Bau-bau
Balai Pengawasan Sertifikasi Benih dan TPH
Provinsi Maluku
Dinas Pertanian Provinsi Maluku
Balai Proteksi TPH Provinsi Maluku
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Maluku
Tenggara
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Maluku
Tenggara Barat
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Pulau
Buru
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Kepulauan
Aru
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Seram
Bagian Barat
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Seram
Bagian Timur
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Ambon
Balai Pengawasan & Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Bali
Balai Proteksi Tanaman Pangan &
Hortikultura Provinsi Bali
Dinas Pertanian Provinsi Bali
Dinas Petanian dan Peternakan Kab Buleleng
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kelautan
Kab Jembrana
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab
Klungkung
Dinas Pertanian Kab Gianyar
Dinas Pertanian TPH Kab Karang Anyer
Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan
Kab Bangli
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten
Badung

055
057
058
058
054
057
058
060
060
060
103
157
156
060
060
103
156
060
060
103
061
061
061
084
104
061
084
173
173
061
037
037
037
132
132
154
073
154
037

63

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

401
23

Nusa Tenggara
Barat

402
403
404
405
406
407
408
409
410
412
413

24

Nusa Tenggara
Timur

414
415
416
417
418
419
420
421
422
423
424
425
426
427
428
429
430
431
432
433
434

25

Papua

435
436
437
438
439
440
441
442

Ditjen Tanaman Pangan

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab


Tabanan
Dinas Pertanian Kota Denpasar
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Balai Proteksi TPH Provinsi NTB
Dinas Pertanian Provinsi NTB
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Peternakan Kab Lombok Barat
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Lombok
Tengah
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Lombok
Timur
Dinas Pertanian Kab Bima
Dinas Pertanian Kab Sumbawa
Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kab
Dompu
Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan
dan Tanaman Pangan Kab Sumbawa Barat
Dinas Pertanian Kota Mataram
Dinas Pertanian Kota Bima
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Balai Proteksi TPH Provinsi NTT
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi NTT
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Kupang
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab Belu
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab Timor
Tengah Utara
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kab Timor Tengah Selatan
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Alor
Dinas Pertanian Kab Sikka
Dinas Pertanian dan TPH Kab Flores Timur
Dinas Pertanian Kab Ende
Dinas Pertanian dan Tanaman pangan Kab
Ngada
Dinas Pertanian Kab Manggarai
Dinas Pertanian TPH Kab Sumba Timur
Dinas Pertanian TPH Kab Sumba Barat
Dinas Pertanian dan TPH Kab Lambata
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
Kab Rote Ndao
Dinas Pertanian Kab Manggarai Barat
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kota
Kupang
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi Papua
Balai Sertifikasi Benih TPH Provinsi Papua
Balai Proteksi TPH Provinsi Papua
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kab Jayapura
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Biak
Numfor
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kab Merauke
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kab Jayawijaya
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab

037
037
038
038
038
038
038
169
071
101
071
101
038
071
039
039
039
039
172
172
039
039
040
174
040
111
111
041
041
174
039
111
039
064
064
064
063
064
068
113
085

64

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
455
456
26

Bengkulu

457
458
459
460
461
462
463
464
465
466
467
468

27

Maluku Utara

469
470
471
472
473
474
475
476
477
478
479
480

28

Banten

481
482

Ditjen Tanaman Pangan

Paniau
Dinas Pertanian Kab Nabire
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Puncak
Jaya
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Mimika
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kab Mappi
Dinas Pertanian Kab Asmat
Dinas Pertanian Kab Boeven Digul
Dinas Pertanian Kab Sarmi
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Keeron
Dinas Pertanian Kab Tolikara
Dinas Pertanian Kab Pegunungan Bintan
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab
Waropen
Dinas Pertanian Kab Yahukimo
Dinas Pertanian Kab Supriori
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kab Yappen Waropen
Dinas Pertanian Daerah Kota Jayapura
Balai Pengawasan Perbenihan Provinsi
Bengkulu
Balai Proteksi TPH Provinsi Bengkulu
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Provinsi Bengkulu
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Bengkulu Utara
Dinas Pertnaian Kab Bengkulu Selatan
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab
Rejang Lebong
Dinas Pertanian, Kehutanan, dan
Transmigrasi Kab Seluma
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Kaur
Dinas Pertanian Kelautan dan Perikanan Kab
Muko-muko
Dinas Pertanian dan Perikanan Kab Lebong
Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan,
Peternakan dan Perikanan Kab Kepahiang
Dinas Pertanian Kota Bengkulu
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Maluku Utara
Balai Proteksi TPH Provinsi Maluku Utara
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Daerah Provinsi Maluku Utara
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Halmahera Tengah
Dinas Pertanian Kab Halmahera Utara
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Halmahera Selatan
Dinas Pertanian Ketahahan Pangan Kab Sula
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab
Halmahera Timur
Dinas Pertanian Kab Halmahera Barat
Dinas Pertanian Kota Ternate
Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tidore
Kep.
Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Banten
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH

085
113
141
068
068
068
063
063
113
113
138
113
064
138
063
016
016
016
181
121
146
121
121
181
146
146
016
062
062
062
062
112
062
062
112
062
062
062
020
020

65

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

483
484
485
486
487

29

Bangka Belitung

488
489
490
491
492
493
494
495
496
497

30

Gorontalo

498
499
500
501
502
503
504
505

31

Kepulauan Riau

506
507
508
509
510
511

32

Iraian Jaya Barat

512
513
514
515
516
517
518
519

Ditjen Tanaman Pangan

Provinsi Banten
Dinas Pertanian Dan Peternakan Provinsi
Banten
Dinas Pertanian Kab Serang
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Pandeglang
Dinas Pertanian Kab Lebak
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Tangerang
Dinas Peternakan Kota Tangerang
Kantor Koperasi dan Pertanian Kota Cilegon
Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi
Bangka Belitung
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Belitung
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Bangka

020
020
020
161
127
127
020
015
107
015

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Bangka


Barat
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Bangka
Tengah
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Bangka
Selatan
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Bangka
Timur
Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan
Pangan Kota Pangkal Pinang
Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan
Pangan Provinsi Gorontalo
Balai Proteksi TPH Provinsi Gorontalo
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Gorontalo
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab
Gorontalo
Dinas Pertanian dan Ketahahan Pangan Kab
Boalemo
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab
Pohuwatu
Dinas Pertanian Kota Gorontalo
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Ketahanan
Pangan Kab Bone Bolango
Dinas Pertanian dan Pertambangan Provinsi
Kepulauan Riau
Dinas Pertanian Kab Kepulauan Riou
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Karimun
Dinas Pertanian Kab Natuna
Dinas Sumberdaya Alam Kab Lingga
Dinas Sumberdaya Alam dan Pemberdayaan
Masyarakat Kota Tanjung Pinang
Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi
Irian Jaya Barat
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab
Monokwari
Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab
Sorong
Dinas Pertanian Kab Fak Fak
Dinas Pertanian Kab Sorong Selatan
Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan
Kab Raja Ampar
Dinas Pertanian Kab Teluk Bintuni
Dinas Pertanian, Kehutanan dan Lingkungan

015
015
015
107
015
050
050
050
050
180
180
050
050
008
009
137
009
009
009
065
065
066
067
066
066
065
065

66

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

520
33

Sulawesi Barat

521
522
523
524
525
526
527

Hidup Kab Teluk Wondama


Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab
Kaimana
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Sorong
Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi
Sulawesi Barat
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Majene
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Mamuju
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Mamuju
Utara
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
PolewaliMandar
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab
Mamasa

067
066
059
059
178
178
059
059

Lampiran 3.

Ditjen Tanaman Pangan

67

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

Agenda Penyusunan Perencanaan Pembangunan Pertanian


TA 2007
Mengacu kepada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan
Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja
Pemerintah dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2004
tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga Pemerintah, maka agenda perencanaan tahunan
pembangunan pertanian sebagaimana tabel berikut.

No

Kegiatan

Waktu

1.

Pedum, Juklak, Juknis (t-1)

Desember

2.

Sosialisasi, Asistensi rencana Operasional (t-1 & 1)

Desember-Januari

3.

Pembinaan, Pengendalian (t)

Maret-Desember

4.

Musrenbangtan tingkat Kab/Kota

Pertengahan Pebruari

5.

Musrenbangtan tingkat Propinsi

Akhir Pebruari

6.

Penetapan Pagu Indikatif (t+1)

Maret

7.

Musrenbangtan Nasional (t+1)

Pertengahan Maret

8.

Musyawarah Regional Perencanaan Anggaran (t+1)

Awal April

9.

Penyusunan RKA-KL (t+1)

Mei-Juni

10.

Penelaahan RKA-KL di DJA (t+1)

Juni-Juli

11.

Penyiapan Bahan Nota Keuangan (t+1)

Juni-Juli

12.

Penetapan pagu sementara Satuan 1 dan 2 (t+1)

Juli

13.

Nota Keuangan dan RUU APBN (t+1)

Agustus

14.

Penetapan Satuan-3 RAPBN (t+1)

September

15.

Penetapan Pagu Definitif (t+1)

Oktober

16.

Penetapan Perpres Rincian RAPBN (t+1)

Oktober

17.

Penetapan Satuan-3 RAPBN (t+1)

Oktober-November

18.

Penelaahan DIPA-SRAA di DJA (t+1)

November-Desember

19.

Penerbitan DIPA-SRAA (t+1)

Akhir Desember

Lampiran 4.

Ditjen Tanaman Pangan

68

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

Agenda Pertemuan Nasional


Tanaman Pangan TA 2007

No.
1

3
4

5
6

7
8

10

11

12

13

14

Kegiatan
Koordinasi/Sinkronisasi
Pelaksanaan
Pembangunan
Tanaman Pangan TA
2007
Koordinasi Penyusunan
ASEM Tahun 2006 dan
ARAM I Tahun 2007
Produksi Tanaman
Pangan.
Koordinasi LM3
Usahatani Kabi Tahun
2007
Koordinasi Penyusunan
Rancangan Program
dan Rencana Kerja
Tanaman Pangan TA.
2008.
Koordinasi Percepatan
Pelaksanaan PTT
Kedelai Tahun 2007
Sinkronisasi
Perbenihan Tanaman
Pangan 2007
Rapat Teknis
Perlindungan Tanaman
Penyusunan Program/
Perencanaan
Perlindungan Tanaman
Pangan
Apresiasi Sistem
Perbenihan Kacangkacangan dan Umbiumbian
Koordinasi Penyusunan
Anggaran Kegiatan dan
Anggaran
Pembangunan
Tanaman Pangan 2008
Koordinasi Evaluasi
dan Pelaporan
Pembangunan
Tanaman Pangan TA
2007
Komisi Perlindungan
Tanaman (KPT) untuk
14 Propinsi Sentra
Produksi
Koordinasi Penyusunan
Rancangan Program
dan Kegiatan Serealia
Pertemuan Koordinasi
Perencanaan Kabi
Tahun 2007

Ditjen Tanaman Pangan

Koordinasi

Waktu
Pelaksanaan
(Tentative)

Tempat
Pelaksanaan
(Tentative)

Pebruari

Surabaya

Pebruari

Jabar

Pebruari

Jatim

Maret

Batam

Maret

Jateng

Maret

NTB

Maret

Sumbar

Maret

Jabar

April

NTB

April

Denpasar

April

Makasar

April /Oktober

Jabar

Mei

Sumbar

Mei

Jawa Barat

Pembangunan

Peserta
Diperta Propinsi,
BBPPMBTPH Cimanggis,
BBPOPT Jatisari, Instansi
terkait
Bagian Statistik Diperta,
BPS Propinsi dan Pusat,
Pusdatin, Instansi terkait

Diperta Propinsi, Instansi


terkait
Diperta Propinsi,
BBPPMBTPH Cimanggis,
BBPOPT Jatisari, Instansi
terkait
Diperta Propinsi, Instansi
terkait
BPSBTPH/Diperta/Balai
Benih
Diperta dan BPTPH
BPTPH

Petugas Balai Benih


Palawija/Dinas

Diperta Propinsi,
BBPPMBTPH Cimanggis,
BBPOPT Jatisari

Diperta Propinsi,
BBPPMBTPH Cimanggis,
BBPOPT Jatisari.
Anggota KPT dan
Instansi terkait

Kasubdin Produksi dan


Kasubdin Program selirih
Indonesia
Diperta Propinsi, Instansi
terkait

69

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

15

16

17

18

19
20

21
22

23
24
25

26

27

28
29

30

31

Sinkronisasi
Pengawasan Pupuk
dan Pestisida 2007
Workshop Sistem
Perlindungan
Tanaman, Pedoman
Pelaporan, Teknologi
Pengendalian,
Revitalisasi
Perlindungan Tanaman
Pangan
Koordinasi Penyusunan
ATAP Tahun 2006 dan
ARAM II Tahun 2007
Produksi Tanaman
Pangan
Koordinasi Pengelolaan
Alsin dan UPJA Tahun
2007
Sinkronisasi Teknis
Petugas BPSB
Peningkatan
Kemampuan
Penangkar Benih
Tanaman Pangan
Perencanaan Sarana
Produksi Tahun 2008
Koordinasi Produsen
Benih Sumber dan
Benih Sebar Tanaman
Pangan
Sinkronisasi Petugas
Balai Benih
Apresiasi Teknologi
Produksi Benih
Serealia
Koordinasi
Perencanaan Teknis
Upaya Peningkatan
Produksi Serealia
Pertemuan Masyarakat
Perlindungan
Tumbuhan dan Hewan
Indonesia (MPTHI)
Koordinasi
Pemantapan Program
Kegiatan dan Rencana
Kerja Pembangunan
Tanaman Pangan TA
2008
Pertemuan Teknologi
Kabi Tahun 2007
Peningkatan
Kemampuan
Manajerial Kepala
UPTD BPSBTPH
Koordinasi Penyusunan
Sasaran Produksi Padi
dan Palawija 2007
PeningkatanKemampu
an Manajerial Kepala
UPTD Balai Benih

Ditjen Tanaman Pangan

Diperta Propinsi, Instansi


terkait

Mei

Kep. Riau

Mei

Jabar

Juni

Sumbar
(Padang)

Juni

Sumbar

Diperta Propinsi, Instansi


terkait

Juni

Bali

Petugas Pengawas Benih

Juni

Jabar

Penangkar Benih

Juli

Kalbar

Diperta Propinsi, Instansi


terkait

Juli

Sulsel

Produsen benih, BUMN

Juli

Sumsel

Juli

Jabar

Juli

Kalbar

Petugas Balai
Benih/Petugas Benih
Dinas
Kasubdin Produksi
seluruh Indonesia

Juli

Sulsel

Instansi terkait

Instansi terkait

Bagian Statistik Diperta,


BPS Propinsi dan Pusat,
Pusdatin, Instansi terkait

Balai Benih/Diperta

Diperta Propinsi,
BBPPMBTPH Cimanggis,
BBPOPT Jatisari, Instansi
terkait

Agustus

Makasar

Agustus

Jatim

Diperta Propinsi, Instansi


terkait

Agustus

Jabar

BPSBTPH

September

Sumsel

September

Jabar

Bagian Statistik Diperta,


BPS Propinsi dan Pusat,
Pusdatin, Instansi terkait
Petugas Balai Benih

70

Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA. 2007

32

Monitoring dan
Evaluasi Pelaksanaan
Program dan Kegiatan
Budidaya Serealia

Kasubdin seluruh
Indonesia

September

DI Yogya

Koordinasi
Pemantapan dan
Penyempurnaan RKAKL TA. 2008
Koordinasi Penyusunan
ARAM III Tahun 2007

September

Semarang

Oktober

Kalbar

35

Pertemuan Koordinasi
Perlindungan Tanaman

Oktober

Sulut

36

Evaluasi Pelaksanaan
Pembangunan
Tanaman pangan
Tahun 2007 dan
finalisasi SRAA/DIPA
Tahun 2008

Nopember

Medan

37

Pertemuan Evaluasi
Kabi Tahun 2007

Nopember

DI Yogya

Diperta Propinsi, Instansi


terkait

38

Evaluasi dan
Pengawasan Sarana
Produksi Tahun 2007

Nopember

Jateng

Diperta Propinsi, Instansi


terkait

39

Evaluasi Pelaksanaan
Benih Berbantuan
2007

Nopember

Kalbar

Diperta/BPSBTPH

40

Evaluasi Tenaga POPT


Kontrak dalam
Pengawasan Pestisida
dan Pupuk

Nopember

Jabar

BPTPH

33

34

Ditjen Tanaman Pangan

Diperta Propinsi,
BBPPMBTPH Cimanggis,
BBPOPT Jatisari.
Bagian Statistik Diperta,
BPS Propinsi dan Pusat,
Pusdatin, Instansi terkait
Diperta, BPTPH
Diperta Propinsi,
BBPPMBTPH Cimanggis,
BBPOPT Jatisari.

71

Anda mungkin juga menyukai