2007
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.
Dasar Hukum
Penyusunan
Pedoman
Umum
Pelaksanaan
Kegiatan
Pembangunan Tanaman Pangan TA 2007 dilandasi dengan
peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
1. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2003, tentang Keuangan
Negara.
2. Undang-Undang
RI
Nomor
Perbendaharaan Negara.
Tahun
2004,
tentang
32
Tahun
2004,
tentang
39
Tahun
2001,
tentang
1.3.
b.
c.
Bab II
mengenai
pengorganisasian
pelaksanaan
program,
kegiatan dan anggaran pembangunan tanaman pangan,
Bab V
Bab VI
BAB II
KEBIJAKAN, PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN
TANAMAN PANGAN TAHUN ANGGARAN 2007
2.1. Strategi
Sejalan dengan penetapan sasaran revitalisasi pertanian di
atas, maka pelaksanaan pembangunan tanaman pangan dilakukan
dengan strategi sebagai berikut :
2.1.1.
Pengolahan
dan
Dukungan kebijakan
2.2.1. Harga
Kegiatan usahatani dari suatu komoditas dapat berjalan
apabila petani memperoleh insentif/keuntungan yang memadai.
Karena itu pemerintah perlu menjaga kestabilan harga dan pasar
hasil tanaman pangan sepanjang tahun melalui penetapan harga
pembelian oleh pemerintah, khususnya komoditas strategis seperti
padi, jagung dan kedelai. Pengawasan pemerintah sangat
diperlukan untuk menghindari ulah spekulasi pedagang yang dapat
memainkan harga. Selain itu perlu mengupayakan tumbuh dan
berkembangnya kemitraan antara petani dengan pedagang/
industri olahan/pengusaha lainnya. Dalam pengendalian harga
tersebut diperlukan koordinasi dengan instansi dan stakeholder
terkait, baik pada tingkat propinsi dan kabupaten/kota maupun
tingkat pusat. Untuk harga pembelian pemerintah, khususnya
padi, telah ditetapkan melalui INPRES nomor 13 tahun 2005
tentang Kebijakan Perberasan. Berdasarkan dinamika yang terjadi,
pemerintah akan melakukan peninjauan kembali terhadap INPRES
tersebut.
2.2.2. Subsidi
Untuk memberikan perlindungan kepada petani dalam
mengembangkan usahataninya perlu diupayakan berbagai bentuk
subsidi baik terhadap sarana produksi maupun harga/pemasaran
hasil. Subsidi yang akan diberlakukan oleh pemerintah untuk
membantu petani pada tahun 2007 adalah subsidi pupuk, bantuan
benih, dan uang muka pembelian alsintan. Subsidi penting lainnya
yang akan terus diupayakan guna mendukung berkembangnya
agribisnis tanaman pangan adalah subsidi harga, dan berbagai
skim kredit lunak. Agar implementasi kebijakan ini di lapangan
benar-benar dapat dinikmati oleh petani, maka sangat diperlukan
adanya koordinasi antar instansi terkait dalam pelaksanaan,
pengawasan serta penerapan hukum dan sanksi yang ketat bila
terjadi pelanggaran.
2.2.3. Bea masuk
Dalam era globalisasi dewasa ini persaingan pasar antar
komoditas tanaman pangan semakin ketat. Komoditas tanaman
impor sering membanjiri pasar dalam negeri dengan harga yang
lebih murah. Hal ini dapat menghancurkan pengembangan
agribisnis tanaman pangan dalam negeri. Produk impor lebih
10
murah dari produk dalam negeri, karena pemerintah negaranegara eksportir melindungi para petaninya secara baik dengan
berbagai cara, sehingga mampu menghasilkan kualitas yang baik
serta dengan kontinuitas pasokan yang terjamin. Oleh karena
sistem atau cara perlindungan yang diberikan terhadap petani
mulai dari aspek proses produksi sampai aspek pemasaran hasil
dan sistem perdagangannya perlu dikembangkan lebih lanjut.
Salah satu upaya untuk menghadapi persaingan tersebut di
atas, pemerintah Indonesia melindungi petaninya melalui
pemberlakuan bea masuk (tarif) impor. Pemberlakuan tarif impor
tersebut masih dimungkinkan dalam kerangka kebijakan World
Trade Organization (WTO). Untuk mengatasi penyelundupan
produk-produk tanaman pangan dilakukan koordinasi dalam
pengawasan pintu-pintu masuk penyelundupan barang-barang dari
luar negeri.
2.2.4. Karantina Tumbuhan
Indonesia kaya akan berbagai jenis sumber daya alam
hayati berupa anega ragam jenis tumbuhan, hewan, ikan yang
perlu dijaga dan dilindungi kelestariannya. Tanah air Indonesia
atau sebagian dari tanah air Indonesia masih bebas dari berbagai
hama dan penyakit organisme pengganggu tumbuhan, hewan/ikan
yang memiliki potensi untuk merusak kelestarian sekaligus
menurunkan produksi sumberdaya alam hayati tersebut di atas.
Oleh karena itu untuk mencegah masuknya organisme
pengganggu tumbuhan, hama dan penyakit hewan/ikan melalui
media pembawa (tumbuhan dan bagian-bagiannya, hewan, asal
bahan hewan, hasil bahan asal hewan, ikan dan/atau benda
lainnya) dari luar negeri atau dari area lain di dalam negeri, perlu
pengawasan dan penjagaan ketat oleh petugas karantina.
Pada era perdagangan bebas ini, karantina merupakan suatu
instrumen yang penting untuk memperlancar arus perdagangan,
baik ekspor maupun impor. Dengan adanya peraturan karantina
yang selaras dengan aturan sanitasi dan fitosanitari (sanitary and
phytosanitary/SPS regulation) diharapkan dapat meningkatkan
kualitas produk ekspor impor yang pada gilirannya juga dapat
meningkatkan taraf hidup petani. Dengan demikian dapat
dihindarkan terjadinya tuntutan terhadap produk Indonesia di luar
negeri akibat buruknya mutu. Demikian juga
11
derasnya arus masuk produk luar negeri yang tidak bermutu dapat
dicegah melalui pengawasan karantina.
Untuk
menjaga
masuknya
produk-produk
pertanian
tanaman (termasuk benih) yang tidak memenuhi persyaratan
keamanan hama dan penyakit serta lingkungan, maka perlu
pengawasan dan penjagaan ketat oleh petugas karantina.
Penjagaan dari aspek hama dan penyakit serta lingkungan
tersebut di atas meliputi keamanan jangka pendek sampai dampak
dalam jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu koordinasi
dengan pihak karantina setempat perlu dilakukan dan lebih
ditingkatkan.
2.2.5. Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Dalam rangka memantapkan daya dukung sumberdaya
lahan dan air (pelestarian ekologi dan ekosistem lahan sawah)
secara berkelanjutan, perlu dilakukan pengendalian terhadap
terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non-pertanian/nontanaman pangan melalui penerapan peraturan/undang-undang
yang konsisten dan keberpihakan kepada petani.
Disisi lain, dengan terjadinya alih fungsi lahan/komoditas
perlu diupayakan adanya peraturan mengenai penambahan baku
lahan/pencetakan sawah baru yang sebanding/sesuai, baik dari
segi kualitas lahan ataupun luas arealnya. Salah satu upaya yang
akan dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mendistribusikan
sekitar 8 juta ha lahan terlantar kepada masyarakat yang
sebagiannya akan ditanami tanaman pangan.
2.3.
12
2.4.
Pembangunan
Tanaman
Peningkatan
pertanian.
produksi
dan
produktivitas
(b)
Bimbingan/pengawasan/ pengendalian.
(c)
Perencanaan teknis.
(d)
(e)
Sekolah Lapang.
(f)
(g)
13
2)
Pengembangan
kepada petani
pemberian
bantuan
benih
4)
(a)
(b)
(c)
Mekanisasi
kegiatan
produksi
tanaman pangan primer (pra panen)
komoditas
Sesuai
dengan
kebijakan
Menteri
Pertanian
untuk
pengembangan alsintan tahun 2007, akan dilaksanakan kegiatan
Mekanisasi Kegiatan Produksi Komoditas Tanaman Pangan Primer
(pra panen) melalui fasilitasi bantuan uang muka untuk pengadaan
alsintan untuk kelompok tani/UPJA. Kebijakan ini akan
diimplementasikan melalui pola pemberian uang muka kredit
kepemilikan alsintan sebesar 25% dari harga alsintan (hand
tractor). Calon penerima bantuan dipilih atas dasar analisa atau
penilaian obyektif yang diprediksi mampu melunasi sisa kredit dan
mampu menggandakan hand tractor tersebut minimal 1 (satu) unit
pada tahun kelima.
14
5)
Pengendalian
Tumbuhan (OPT).
Organisme
Pengganggu
Upaya
yang
diarahkan
untuk
pencegahan
dan
penanggulangan hama penyakit tanaman yang disebabkan oleh
OPT dilakukan melalui: pembinaan, koordinasi dan monitoring
evaluasi; operasional UPTD-BPTPH; insentif petugas POPT;
operasional BBPOPT Jatisari; teknologi pengendalian hama terpadu
(PHT); pengelolaan data OPT; dan deteksi dini dan mitigasi
dampak anomali fenomena iklim serta pengendalian OPT.
6)
15
16
10)
17
12)
18
dilakukan peningkatan
pengetahuan, sikap dan keterampilan
melalui serangkaian pelatihan.
14) Kegiatan lain di luar kegiatan utama
Kegiatan-kegiatan penunjang lain yang tidak dapat
dikelompokkan dalam kegiatan pokok di atas namun sangat
menunjang dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas
tanaman pangan sesuai dengan program peningkatan ketahanan
pangan. Kegiatan ini antara lain : perencanaan melalui
musyawarah perencanaan pembangunan pertanian tingkat
kabupaten/kota dan tingkat propinsi, monitoring dan evaluasi
program dan kegiatan (Simonev) serta Sistem Akuntansi Instansi
(SAI), penyusunan road map pembangunan tanaman pangan,
pengembangan data dan statistik, pemberian insentif dan biaya
optimal petugas lapangan (POPT/PHP, PBT, petugas data dan
statistik dan Mantri Tani) dan kegiatan khusus yang dibiayai dari
PHLN.
19
BAB III
STRUKTUR KEGIATAN DAN ANGGARAN
3.1.
Struktur Kegiatan
Daftar
selengkapnya
satuan
kerja
yang
melaksanakan
pembangunan tanaman pangan dengan pembiayaan APBN
terdapat dalam Lampiran 2.
Dengan mengadopsi sistem penganggaran berbasis kinerja
dan pola anggaran terpadu (unified budget), maka struktur
anggaran tahun 2007 mengikuti struktur kegiatan yang ada di
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, BBPOPT, BBPPMBTPH, Dinas
tingkat propinsi, BPSBTPH dan BPTPH serta Dinas tingkat
kabupaten/kota.
Didalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tanaman
Pangan, struktur kegiatan
pada masing-masing satuan kerja
adalah seperti diuraikan berikut :
Tanaman
Pangan
20
produksi,
produktivitas
dan
mutu
produk
dan
pengembangan
konsumsi
dan
keamanan
3.1.2. Satuan
Kerja
Pembinaan
dan
Pengembangan
Tanaman Pangan pada Dinas yang membidangi
tanaman pangan di tingkat propinsi
Satuan Kerja Pembinaan dan Pengembangan Tanaman
Pangan Propinsi memayungi kegiatan-kegiatan, diantaranya:
1)
Pengembangan perbenihan/perbibitan
2)
3)
4)
Pembinaan
manajemen
pembangunan tanaman pangan (di seluruh kabupaten/kota)
5)
Pengembangan kelembagaan.
21
5) Pemantapan kelembagaan
6) Konsultasi, koordinasi, monitoring, pelaporan, pengendalian
dan evaluasi.
produksi,
produktivitas
dan
mutu
produk
22
3.2.
Struktur Anggaran
23
Pembiayaan
dengan
anggaran
dekonsentrasi
digunakan untuk memfasilitasi kegiatan yang bersifat non fisik
dan dilaksanakan oleh dinas yang membidangi tanaman
pangan tingkat propinsi, BPSBTPH dan BPTPH, sebagai pihak
yang diberi tugas oleh Gubernur yang mendapat pelimpahan
tugas dari pemerintah pusat. Anggaran dekonsentrasi untuk
tahun 2007 dilaksanakan oleh 91 satker (33 satker Dinas
propinsi, 29 satker BPSBTPH, 29 satker BPTPH). Kegiatankegiatannya antara lain :
a. Perencanaan : rapat, musyawarah, lokakarya, seminar,
semiloka,
pertemuan,
identifikasi,
analisis,
studi,
pemetaan, penjaringan umpan balik, pembenahan statistik
b. Pelatihan : latihan, kursus, sosialisasi, apresiasi, dan
magang
c.
d. Pengawasan : supervisi
e. Pengendalian : monitoring, evaluasi, pelaporan.
Kegiatan-kegiatan tersebut di atas terdapat dalam kegiatankegiatan induk antara lain pembinaan komoditas utama
tanaman pangan (7 komoditas utama dan komoditas unggulan
lokal), pembinaan sistem penyediaan sarana produksi (pupuk,
pestisida, alat mesin), pengembangan sistem perbenihan,
pembinaan manajemen pembangunan tanaman pangan (di
seluruh kabupaten/kota), pengembangan sistem pengawasan
mutu benih, pengembangan sistem perlindungan tanaman.
24
Kegiatan
untuk
pengembangan
produksi (pupuk organik)
penyediaan
sarana
3.3.
3.3.1. Tujuan :
a. Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan
terutama pada daerah-daerah yang tingkat produktivitasnya
masih rendah.
b. Mengembangkan usahatani tanaman pangan khususnya dalam
aspek ekonomi dan nilai tambah, sosial, dan teknologi untuk
peningkatan kesejahteraan petani.
c.
3.3.2.
a.
Sasaran :
25
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
di 32 propinsi
26
BAB IV
PELAKSANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN
4.1. Pengorganisasian
Pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran disesuaikan
dengan tugas dan fungsi masing-masing institusi. Untuk
pembangunan tanaman pangan, Direktur Jenderal Tanaman
Pangan membantu Menteri Pertanian/ Pengguna Anggaran dalam
melaksanakan tugas operasionalnya dibidang tanaman pangan
sebagai Kuasa Pengguna Anggaran/Barang di tingkat pusat. Untuk
pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran di daerah, Menteri
Pertanian selaku Pengguna Anggaran dapat mengalokasikan
sebagian APBN untuk pelaksanaan tugas dekonsentrasi dan tugas
pembantuan.
Dekonsentrasi
adalah
pelimpahan
wewenang
oleh
Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau
kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, sedangkan tugas
pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah
dan/atau desa, dari pemerintah propinsi kepada kabupaten/kota
dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa
untuk melaksanakan tugas tertentu.
Anggaran dekonsentrasi merupakan bagian dari APBN yang
pengelolaan dan tanggung jawab penggunaannya oleh Gubernur
sebagai wakil pemerintah di daerah melalui pelimpahan wewenang
oleh pemerintah. Besarnya jumlah anggaran ditentukan melalui
proses perencanaan dan pembahasan antara pemerintah dan DPR.
Sedangkan anggaran tugas pembantuan adalah anggaran yang
berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah yang mencakup
semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan
tugas pembantuan.
Pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran dilakukan
oleh satuan kerja. Satuan kerja yang pimpinannya ditetapkan
27
28
b. Tingkat Propinsi
1) Gubernur sebagai penanggung jawab program, kegiatan dan
anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan untuk
pembangunan
pertanian
di
daerahnya.
Gubernur
menyampaikan
laporan
pertanggungjawaban
kepada
Menteri Pertanian.
2) Kepala Dinas yang membidangi tanaman pangan bertindak
sebagai Kepala Satuan Kerja sekaligus sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA), serta bertanggung jawab
terhadap seluruh keberhasilan aktivitas program, kegiatan
dan anggaran pada satuan kerja yang dipimpinnya.
3) Untuk kelancaran operasional program, kegiatan dan
anggaran (tertib administrasi dan keuangan) sehari-hari,
masing-masing KPA dibantu dua orang bendahara
(Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan),
pejabat eselon III sebagai Pejabat Pembuat Komitmen serta
Kabag TU sebagai Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran.
4) Untuk Satuan Kerja UPTD (BPSBTPH dan BPTPH), Kepala
Satuan Kerja dipegang oleh Kepala UPTD sekaligus sebagai
Kuasa Pengguna Anggaran, yang dalam menjalankan
tugasnya dibantu oleh dua orang Bendahara (Bendahara
Pengeluaran dan Bendahara Penerimaan), dan Kasubag TU
sebagai Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran, dan
dapat ditunjuk pejabat eselon IV sebagai PPK.
5) Kepala
Satker
selaku
KPA
menyampaikan
laporan
pelaksanaan kegiatan kepada Gubernur untuk anggaran
dekonsentrasi dan tugas pembantuan propinsi.
c. Tingkat Kabupaten/Kota
29
1) Bupati/Walikota
sebagai
penanggungjawab
program,
kegiatan
dan
anggaran
tugas
pembantuan
untuk
pembangunan pertanian di daerahnya. Bupati/Walikota
menyampaikan
laporan
pertanggungjawaban
kepada
Menteri Pertanian.
2) Kepala Dinas yang membidangi tanaman pangan bertindak
sebagai Kepala Satuan Kerja sekaligus sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA), serta bertanggungjawab
terhadap seluruh keberhasilan program, kegiatan dan
anggaran pada satuan kerja yang dipimpinnya.
3) Untuk kelancaran operasional program, kegiatan dan
anggaran (tertib administrasi dan keuangan) sehari-hari,
masing-masing Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dibantu
oleh dua orang Bendahara (Bendahara Pengeluaran dan
Bendahara Penerimaan), pejabat eselon III sebagai Pejabat
Pembuat Komitmen serta Kabag TU sebagai Pejabat Penguji
dan Perintah Pembayaran.
4) Kepala Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) menyampaikan laporan kepada Bupati/Walikota untuk
anggaran tugas pembantuan kabupaten/kota dengan
tembusan kepada Dinas tingkat propinsi yang membidangi
tanaman pangan.
30
mata
anggaran
b. Tugas Pejabat
(PPPP)
Pengujian
dan
Perintah
Pembayaran
31
4)
Membuat
keputusan-keputusan
dan
mengambil
tindakan-tindakan yang dapat mengakibatkan timbulnya
pengeluaran uang atau tagihan atas beban APBN di unit
kerjanya sesuai kewenangan yang diberikan berupa:
32
Keputusan/tindakan
yang
terkait
dengan
pengelolaan
keuangan
seperti
penunjukan
Staf
Administrasi Pembuat Komitmen, penetapan pembiayaan
kendaraan dinas operasional, penerbitan surat perintah
perjalanan dan lainnya.
Menerima,
menyimpan,
membayarkan,
menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang
untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan
APBN pada satuan kerjanya.
2)
yang
3)
Menguji
kebenaran
perhitungan
tercantum dalam perintah pembayaran.
yang
4)
Menguji
bersangkutan.
5)
6)
ketersediaan
pagu
tagihan
anggaran
yang
33
1)
2)
3)
dalam pencairan
memperhatikan,
ke
Kantor
Pelayanan
34
35
BAB V
TATA HUBUNGAN KERJA OPERASIONAL ANGGARAN
BERBASIS KINERJA
Hubungan Hierarki
Hubungan Koordinasi
36
Dalam
pelaksanaan
kegiatan
pembangunan
yang
berdasarkan sistem anggaran berbasis kinerja dibutuhkan sinergi
perencanaan program dengan pembiayaan. Sebagai wujud
pelaksanaan kegiatan tersebut, dilakukan melalui hubungan
koordinasi antara Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan UPT
Pusat dengan Dinas propinsi dan kabupaten/kota yang menangani
tanaman pangan dan UPTD (BPSBTPH dan BPTPH).
Koordinasi dilakukan terutama untuk mempertemukan
tujuan dan sasaran pembangunan nasional dengan tujuan dan
sasaran pembangunan masing-masing daerah, sehingga didapat
kesepakatan tentang tujuan dan sasaran pembangunan yang ingin
dicapai bersama, khususnya pembangunan yang dibiayai dari
APBN. Dengan koordinasi ini, diharapkan masing-masing daerah
juga dapat berkontribusi melalui APBD yang dimiliki.
Koordinasi juga diperlukan antara UPT Pusat dengan UPT
Daerah, terutama untuk keseragaman peraturan perundangundangan yang digunakan dalam memberikan jasa pelayanan
kepada masyarakat, dan juga dalam aspek penyelesaian masalah
(arbitrase) bila terjadi suatu perselisihan, khususnya perselisihan
antar daerah.
5.3.
37
BAB VI
PENGENDALIAN, PENGAWASAN, EVALUASI
DAN PELAPORAN
6.1.
Mengetahui
sejauhmana
perkembangan
pelaksanaan
kegiatan dan anggaran serta ketepatan penggunaan anggaran
dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.
b)
c)
d)
Unsur-unsur
yaitu :
a.
yang
bertugas
melaksanakan
pengendalian
2)
Melakukan
sosialisasi
pelaksanaan kegiatan.
Pedoman
Umum
sebelum
38
b.
3)
4)
Memberikan
pelatihan,
workshop
atau
kursus
perencanaan
program
dan
penyusunan
anggaran
pembangunan tanaman pangan untuk meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia.
5)
6)
Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota
Tanaman
Pangan
Propinsi
dan
6.2.
39
40
6.3.
41
Bagan
Pengukuran
Efisiensi
dan
Pembangunan Tanaman Pangan
Efektivitas
Kinerja
NILAI MASUKAN
(Rp)
AMASUKAN
U
EKONOMI
S
(HEMAT)
PROSE
S
KELUARA
N
HASIL
EFISIENSI
(DAYA GUNA)
TUJUAN
EFEKTIVITAS
(HASILGUNA
)A)
EFISIENSI
PEMBIAYAAN
6.4.
Pelaporan
42
dan
dan
43
44
BAB VII
PENUTUP
45
LAMPIRAN
46
Lampiran 1.
Pengertian dan Definisi
Beberapa pengertian dan definisi pada Pedoman Umum
Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan Tanaman Pangan TA 2007
adalah sebagai berikut:
47
Rencana
Strategis
Kementerian
Negara/Lembaga
(Renstra-KL) adalah dokumen perencanaan yang bersifat
indikatif yang memuat program-program pembangunan baik
yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang
ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
kurun waktu 5 (lima) tahun.
48
Kementerian/Lembaga,
lintas
Kementerian/Lembaga,
kewilayahan dalam bentuk regulasi dan kerangka pendanaan
yang bersifat indikatif. RKP merupakan pedoman dalam
penyusunan RAPBN, disusun berdasarkan Renja-KL (Rencana
Kerja Kementerian Negara/Lembaga) sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya dengan berpedoman pada Renstra-KL
(Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga).
Rencana
Kerja
dan
Anggaran
Kementerian
Negara/Lembaga (RKA-KL) adalah dokumen perencanaan
dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu
Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan penjabaran
dari rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Kerja Strategis
Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan dalam satu
tahun anggaran serta anggaran yang diperlukan untuk
melaksanakannya.
49
Indikator
Kinerja
diartikan
sebagai
ukuran
kuantitatif/kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian
suatu sasaran/tujuan yang telah ditetapkan. Indikator kinerja
merupakan sesuatu yang dapat diukur sebagai dasar untuk
menilai kinerja, baik dalam tahap perencanaan (ex-ante),
tahap pelaksanaan (on-going), maupun tahap setelah kegiatan
selesai (ex-post). Indikator kinerja juga digunakan untuk
meyakinkan apakah kinerja organisasi menunjukkan kemajuan
dalam rangka menuju tujuan/sasaran yang telah ditetapkan.
Tanpa indikator kinerja, maka akan sulit menilai kinerja
50
kebijaksanaan/program/kegiatan
bermuara pada kinerja organisasi.
yang
pada
akhirnya
Pengguna
Anggaran/Kuasa
Pengguna
Anggaran
(PA/KPA) adalah pejabat pemegang kewenangan dalam
penggunaan anggaran satuan kerja yang dialokasikan dalam
APBN. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran adalah
51
52
tertentu
dibidangnya
masing-masing
atau
bertugas
melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari satu program.
Satuan
Kerja
Perangkat
Daerah
(SKPD)
adalah
organisasi/lembaga pada pemerintah daerah yang bertanggung
jawab kepada Gubernur/Bupati/Walikota dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri dari sekretariat
daerah, dinas daerah dan lembaga teknis daerah, kecamatan,
dan satuan polisi pamong praja sesuai dengan kebutuhan
daerah.
53
Lampiran 2.
Daftar Satuan Kerja di Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota
TA 2007
N
o
1
Lokasi Satker
DKI Jakarta
Nama Satker
1
2
3
4
Jawa Barat
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Jawa Tengah
35
36
37
Kode
KPPN
139
139
139
139
022
022
022
086
023
128
128
171
086
021
021
095
087
096
025
025
024
147
024
147
095
023
128
024
171
023
025
022
025
026
026
028
54
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
DI Yogyakarta
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
Provinsi Jateng
Dinas Pertanian Kab Semarang
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Kendal
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab
Demak
Dinas Pertanian TP dan Kehutanan dan
Perkebunan Kab Grobogan
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Pekalongan
Dinas Pertanian Kab Batang
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
Kab Tegal
Dinas Pertanian, Kehutanan dan Konservasi
Tanah Kab Brebes
Dinas Pertanian dan Ternak Kab Pati
Dinas Pertanian Kab Kudus
Dinas Pertanian Kab Pemalang
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Jepara
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Rembang
Dinas Pertanian Kab Blora
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Banyumas
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Cilacap
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab
Purbalingga
Dinas Pertanian Kab Banjarnegara
Dinas Pertanian Kab Magelang
Dinas Pertanian Kab Temanggung
Dinas Pertanian Kab Wonosobo
Dinas Pertanian Kab Purworejo
Dinas Pertanian Kab Kebumen
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab
Klaten
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kelautan
Kab Boyolali
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab
Sragen
Dinas Pertanian Kab Sukoharjo
Dinas Pertanian Kab Karanganyar
Dinas Pertanian Kab Wonogiri
Dinas Pertanian Kota Semarang
Dinas Pertanian Kota Salatiga
Dinas Pertanian, Peternakan dan Kelautan
Kota Pekalongan
Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tegal
Dinas Pertanian Kota Magelang
Dinas Pertanian Kota Surakarta
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi DI Yogyakarta
Balai Proteksi TPH Provinsi DI Yogyakarta
Dinas Pertanian Provinsi DI Yogyakarta
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Bantul
Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan
Kab Sleman
Dinas Pertanian TP dan perkebunan Kab
Gunung Kidul
Dinas Pertanian dan Kelautan Kab
Kulonprogo
026
026
129
163
072
072
118
118
097
129
118
129
097
163
029
130
029
164
115
115
164
027
027
148
148
162
028
162
028
026
026
027
118
115
028
030
030
030
030
030
176
55
80
5
Jawa Timur
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
Nanggroe Aceh
117
118
119
120
121
122
030
135
135
135
031
098
165
098
036
036
036
036
035
035
100
131
032
032
035
131
034
150
034
034
150
033
033
033
033
099
073
166
073
031
098
032
032
035
150
034
033
032
56
Darussalam
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
7
Sumatera Utara
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
175
175
001
001
089
002
074
003
122
105
003
074
089
074
105
003
003
122
001
001
002
089
002
004
004
124
119
004
106
005
075
119
125
006
076
007
125
57
161
162
163
164
165
166
167
168
169
Sumatera Barat
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
Riau
192
193
194
195
196
197
198
199
200
Samosir
Dinas Pertanian Kab Mandailing Natal
Dinas Pertanian, Kehutanan Kab Nias
Selatan
Kantor Pertanian Kota Pakpak Barat
Dinas Pertanian Kehutanan Kab Humbang
Hasundutan
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab Toba
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Serdang Bedagai
Dinas Pertanian Kota Medan
Dinas Pertanian Kota Tebing Tinggi
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kota Binjai
Kantor Pertanian Kota Pematang Siantar
Kantor Pertanian Kota Tanjung Balai
Kantor Pertanian Kota Sibolga
Kantor Pertanian Kota Padang Sidempuan
Balai Pengawasan dan Sertifiksi benih TPH
Provinsi Sumbar
Balai Proteksi TPH Provinsi Sumbar
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Perkebunan Prov Sumbar
Dinas Tanaman pngan, Perkebunan dan
Kehutanan Kab Agam
Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kab
Pasaman
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Limapuluh Kota
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Solok
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Padang Pariaman
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Pesisir
Selatan
Dinas Pertanian Kab Tanah Datar
Dinas Pertanian TPH Kab Sawah Lunto
Sijunjung
Dinas Pertanian Kab Kepulauan Mentawai
Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan
Kab Dharmas Raya
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Solok
Selatan
Dinas Pertanian Ketahahan Pangan dan
Peternakan Kab Pasaman Barat
Dinas Pertanian Kota Bukit Tinggi
Dinas Pertanian Kota Padang Panjang
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota
Solok
Dinas Pertanian Kota Sawahlunto
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Padang
Dinas Pertanian Kota Payakumbuh
Dinas Pertanian Kota Pariaman
Balai Proteksi TPH Provinsi Riau
Balai pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Riau
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
Riau
Dinas Pertanian Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Irigasi Kab Kampar
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
006
007
119
125
004
124
004
124
004
005
076
106
006
011
010
010
011
091
011
090
010
142
011
077
010
077
090
091
011
011
090
077
010
011
010
008
008
008
008
120
58
201
202
203
204
205
206
207
10
Jambi
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
11
Sumatera Selatan
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
Bengkalis
Dinas Pertanian Kab Indragiri Hulu
Dinas Pertanian TPH, Peternakan dan
Perikanan Kab Indragiri Hilir
Dinas Pertanian TPH Kab Pelalawan
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab
Rokan Hulu
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Rokan
Hilir
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab Siak
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Kuantan Sengingi
Dinas Pertanian Kota Pekanbaru
Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Dumai
Dinas Pertaniann Tanaman Pangan Provinsi
Jambi
Balai pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Jambi
Balai Proteksi TOH Provinsi Jambi
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Batanghari
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Tanjung
Jabung Barat
Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan
Kab Bungo
Dinas Pertanian Kab Surolangun
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab Kerinci
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Merangin
Dinas Pertanian TPH dan Peternakan Kab
Tanjung Jabung Timur
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab
Tebo
Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan
Kab Muaro Jambi
Dinas Pertanian Kota Jambi
Dinas Pertanian TPH Provinsi Sumsel
Balai Pengawasan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Sumsel
Balai Proteksi TPH Provinsi Sumsel
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Musi
Banyu Asin
Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perikanan
dan Peternakan Kab OKU
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Muara
Enim
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab Lahat
Dinas Pertanian Kab Musi Rawas
Dinas Pertanian Kab Ogan Komering Ilir
Dinas Pertanian dan peternakan Kab
Banyuasin
Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan,
ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab OKU
Timur
Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan Kab
OKU Selatan
Dinas Pertanian Tanaman pangan,
Hortikultura dan Ketahanan Pangan Kab
Ogan Ilir
Dinas Pertanian Kota Palembang
092
092
008
008
120
008
092
008
120
012
012
012
012
143
078
159
013
159
143
078
012
012
014
014
014
160
109
144
144
070
014
160
109
109
014
014
59
237
238
239
12
Lampung
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
13
Kalimantan Barat
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
266
14
Kalimantan Tengah
267
268
269
270
271
272
273
274
275
014
144
070
017
017
017
017
126
116
145
116
017
126
116
017
126
042
042
042
093
167
079
042
042
117
094
093
167
079
167
093
043
043
043
043
080
080
044
102
60
276
277
278
279
280
281
282
283
15
Kalimantan Selatan
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
16
Kalimantan Timur
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
044
044
102
102
043
043
080
080
043
045
045
045
045
168
045
110
110
045
151
081
151
081
151
045
045
046
046
046
046
047
048
153
152
048
046
046
047
046
046
047
046
61
17
Sulawesi Utara
317
318
319
320
321
322
323
324
325
18
Sulawesi Tengah
326
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
19
Sulawesi Selatan
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
359
360
049
049
049
158
083
179
049
049
179
049
179
051
051
051
052
051
082
053
082
052
053
051
052
051
054
054
054
057
054
055
055
170
054
058
177
056
056
056
155
054
057
057
054
62
361
20
Sulawesi Tenggara
362
363
364
365
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
378
21
Maluku
379
380
381
382
383
384
385
386
387
388
389
22
Bali
390
391
392
393
394
395
396
397
398
399
400
055
057
058
058
054
057
058
060
060
060
103
157
156
060
060
103
156
060
060
103
061
061
061
084
104
061
084
173
173
061
037
037
037
132
132
154
073
154
037
63
401
23
Nusa Tenggara
Barat
402
403
404
405
406
407
408
409
410
412
413
24
Nusa Tenggara
Timur
414
415
416
417
418
419
420
421
422
423
424
425
426
427
428
429
430
431
432
433
434
25
Papua
435
436
437
438
439
440
441
442
037
037
038
038
038
038
038
169
071
101
071
101
038
071
039
039
039
039
172
172
039
039
040
174
040
111
111
041
041
174
039
111
039
064
064
064
063
064
068
113
085
64
443
444
445
446
447
448
449
450
451
452
453
454
455
456
26
Bengkulu
457
458
459
460
461
462
463
464
465
466
467
468
27
Maluku Utara
469
470
471
472
473
474
475
476
477
478
479
480
28
Banten
481
482
Paniau
Dinas Pertanian Kab Nabire
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Puncak
Jaya
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Mimika
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kab Mappi
Dinas Pertanian Kab Asmat
Dinas Pertanian Kab Boeven Digul
Dinas Pertanian Kab Sarmi
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Keeron
Dinas Pertanian Kab Tolikara
Dinas Pertanian Kab Pegunungan Bintan
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab
Waropen
Dinas Pertanian Kab Yahukimo
Dinas Pertanian Kab Supriori
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kab Yappen Waropen
Dinas Pertanian Daerah Kota Jayapura
Balai Pengawasan Perbenihan Provinsi
Bengkulu
Balai Proteksi TPH Provinsi Bengkulu
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Provinsi Bengkulu
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Bengkulu Utara
Dinas Pertnaian Kab Bengkulu Selatan
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab
Rejang Lebong
Dinas Pertanian, Kehutanan, dan
Transmigrasi Kab Seluma
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab Kaur
Dinas Pertanian Kelautan dan Perikanan Kab
Muko-muko
Dinas Pertanian dan Perikanan Kab Lebong
Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan,
Peternakan dan Perikanan Kab Kepahiang
Dinas Pertanian Kota Bengkulu
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
Provinsi Maluku Utara
Balai Proteksi TPH Provinsi Maluku Utara
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Daerah Provinsi Maluku Utara
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab
Halmahera Tengah
Dinas Pertanian Kab Halmahera Utara
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Halmahera Selatan
Dinas Pertanian Ketahahan Pangan Kab Sula
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab
Halmahera Timur
Dinas Pertanian Kab Halmahera Barat
Dinas Pertanian Kota Ternate
Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Tidore
Kep.
Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Banten
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih TPH
085
113
141
068
068
068
063
063
113
113
138
113
064
138
063
016
016
016
181
121
146
121
121
181
146
146
016
062
062
062
062
112
062
062
112
062
062
062
020
020
65
483
484
485
486
487
29
Bangka Belitung
488
489
490
491
492
493
494
495
496
497
30
Gorontalo
498
499
500
501
502
503
504
505
31
Kepulauan Riau
506
507
508
509
510
511
32
512
513
514
515
516
517
518
519
Provinsi Banten
Dinas Pertanian Dan Peternakan Provinsi
Banten
Dinas Pertanian Kab Serang
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Pandeglang
Dinas Pertanian Kab Lebak
Dinas Pertanian dan Peternakan Kab
Tangerang
Dinas Peternakan Kota Tangerang
Kantor Koperasi dan Pertanian Kota Cilegon
Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi
Bangka Belitung
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Belitung
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Bangka
020
020
020
161
127
127
020
015
107
015
015
015
015
107
015
050
050
050
050
180
180
050
050
008
009
137
009
009
009
065
065
066
067
066
066
065
065
66
520
33
Sulawesi Barat
521
522
523
524
525
526
527
067
066
059
059
178
178
059
059
Lampiran 3.
67
No
Kegiatan
Waktu
1.
Desember
2.
Desember-Januari
3.
Maret-Desember
4.
Pertengahan Pebruari
5.
Akhir Pebruari
6.
Maret
7.
Pertengahan Maret
8.
Awal April
9.
Mei-Juni
10.
Juni-Juli
11.
Juni-Juli
12.
Juli
13.
Agustus
14.
September
15.
Oktober
16.
Oktober
17.
Oktober-November
18.
November-Desember
19.
Akhir Desember
Lampiran 4.
68
No.
1
3
4
5
6
7
8
10
11
12
13
14
Kegiatan
Koordinasi/Sinkronisasi
Pelaksanaan
Pembangunan
Tanaman Pangan TA
2007
Koordinasi Penyusunan
ASEM Tahun 2006 dan
ARAM I Tahun 2007
Produksi Tanaman
Pangan.
Koordinasi LM3
Usahatani Kabi Tahun
2007
Koordinasi Penyusunan
Rancangan Program
dan Rencana Kerja
Tanaman Pangan TA.
2008.
Koordinasi Percepatan
Pelaksanaan PTT
Kedelai Tahun 2007
Sinkronisasi
Perbenihan Tanaman
Pangan 2007
Rapat Teknis
Perlindungan Tanaman
Penyusunan Program/
Perencanaan
Perlindungan Tanaman
Pangan
Apresiasi Sistem
Perbenihan Kacangkacangan dan Umbiumbian
Koordinasi Penyusunan
Anggaran Kegiatan dan
Anggaran
Pembangunan
Tanaman Pangan 2008
Koordinasi Evaluasi
dan Pelaporan
Pembangunan
Tanaman Pangan TA
2007
Komisi Perlindungan
Tanaman (KPT) untuk
14 Propinsi Sentra
Produksi
Koordinasi Penyusunan
Rancangan Program
dan Kegiatan Serealia
Pertemuan Koordinasi
Perencanaan Kabi
Tahun 2007
Koordinasi
Waktu
Pelaksanaan
(Tentative)
Tempat
Pelaksanaan
(Tentative)
Pebruari
Surabaya
Pebruari
Jabar
Pebruari
Jatim
Maret
Batam
Maret
Jateng
Maret
NTB
Maret
Sumbar
Maret
Jabar
April
NTB
April
Denpasar
April
Makasar
April /Oktober
Jabar
Mei
Sumbar
Mei
Jawa Barat
Pembangunan
Peserta
Diperta Propinsi,
BBPPMBTPH Cimanggis,
BBPOPT Jatisari, Instansi
terkait
Bagian Statistik Diperta,
BPS Propinsi dan Pusat,
Pusdatin, Instansi terkait
Diperta Propinsi,
BBPPMBTPH Cimanggis,
BBPOPT Jatisari
Diperta Propinsi,
BBPPMBTPH Cimanggis,
BBPOPT Jatisari.
Anggota KPT dan
Instansi terkait
69
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Sinkronisasi
Pengawasan Pupuk
dan Pestisida 2007
Workshop Sistem
Perlindungan
Tanaman, Pedoman
Pelaporan, Teknologi
Pengendalian,
Revitalisasi
Perlindungan Tanaman
Pangan
Koordinasi Penyusunan
ATAP Tahun 2006 dan
ARAM II Tahun 2007
Produksi Tanaman
Pangan
Koordinasi Pengelolaan
Alsin dan UPJA Tahun
2007
Sinkronisasi Teknis
Petugas BPSB
Peningkatan
Kemampuan
Penangkar Benih
Tanaman Pangan
Perencanaan Sarana
Produksi Tahun 2008
Koordinasi Produsen
Benih Sumber dan
Benih Sebar Tanaman
Pangan
Sinkronisasi Petugas
Balai Benih
Apresiasi Teknologi
Produksi Benih
Serealia
Koordinasi
Perencanaan Teknis
Upaya Peningkatan
Produksi Serealia
Pertemuan Masyarakat
Perlindungan
Tumbuhan dan Hewan
Indonesia (MPTHI)
Koordinasi
Pemantapan Program
Kegiatan dan Rencana
Kerja Pembangunan
Tanaman Pangan TA
2008
Pertemuan Teknologi
Kabi Tahun 2007
Peningkatan
Kemampuan
Manajerial Kepala
UPTD BPSBTPH
Koordinasi Penyusunan
Sasaran Produksi Padi
dan Palawija 2007
PeningkatanKemampu
an Manajerial Kepala
UPTD Balai Benih
Mei
Kep. Riau
Mei
Jabar
Juni
Sumbar
(Padang)
Juni
Sumbar
Juni
Bali
Juni
Jabar
Penangkar Benih
Juli
Kalbar
Juli
Sulsel
Juli
Sumsel
Juli
Jabar
Juli
Kalbar
Petugas Balai
Benih/Petugas Benih
Dinas
Kasubdin Produksi
seluruh Indonesia
Juli
Sulsel
Instansi terkait
Instansi terkait
Balai Benih/Diperta
Diperta Propinsi,
BBPPMBTPH Cimanggis,
BBPOPT Jatisari, Instansi
terkait
Agustus
Makasar
Agustus
Jatim
Agustus
Jabar
BPSBTPH
September
Sumsel
September
Jabar
70
32
Monitoring dan
Evaluasi Pelaksanaan
Program dan Kegiatan
Budidaya Serealia
Kasubdin seluruh
Indonesia
September
DI Yogya
Koordinasi
Pemantapan dan
Penyempurnaan RKAKL TA. 2008
Koordinasi Penyusunan
ARAM III Tahun 2007
September
Semarang
Oktober
Kalbar
35
Pertemuan Koordinasi
Perlindungan Tanaman
Oktober
Sulut
36
Evaluasi Pelaksanaan
Pembangunan
Tanaman pangan
Tahun 2007 dan
finalisasi SRAA/DIPA
Tahun 2008
Nopember
Medan
37
Pertemuan Evaluasi
Kabi Tahun 2007
Nopember
DI Yogya
38
Evaluasi dan
Pengawasan Sarana
Produksi Tahun 2007
Nopember
Jateng
39
Evaluasi Pelaksanaan
Benih Berbantuan
2007
Nopember
Kalbar
Diperta/BPSBTPH
40
Nopember
Jabar
BPTPH
33
34
Diperta Propinsi,
BBPPMBTPH Cimanggis,
BBPOPT Jatisari.
Bagian Statistik Diperta,
BPS Propinsi dan Pusat,
Pusdatin, Instansi terkait
Diperta, BPTPH
Diperta Propinsi,
BBPPMBTPH Cimanggis,
BBPOPT Jatisari.
71