Anda di halaman 1dari 58

PERENCANAAN DAN

PENGANGGARAN
Kebijakan Umum Perencanaan dan Penganggaran

1. Kesehatan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional, sehingga perencanaan


anggaran bidang kesehatan merupakan bagian tak terpisahkan dari perencanaan
pembangunan nasional yang mengacu kepada Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN). Sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SPPN, sistem tersebut
merupakan satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana
pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara pemerintahan di pusat dan daerah dengan melibatkan masyarakat.
2. Tujuan : Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Keberhasilan pembangunan
kesehatan sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan dan penganggaran.
3. Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya guna mendukung tercapainya tujuan nasional Bangsa Indonesia. Oleh
karena itu pembangunan kesehatan harus dilaksanakan secara menyeluruh, terarah, terpadu
dan berkesinambungan.
• Pembangunan Kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang, supaya terwujud derajat kesehatan warga masyarakat yang setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan SDM (Sumber Daya Manusia) yang produktif secara sosial dan ekonomis.
• Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah
yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna danberdaya guna untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
• Pembiayaan pembangunan kesehatan di Indonesia bersumber dari:
• 1. Pemerintah Pusat: minimal 5% APBN di luar gaji.
• 2. Pemerintah Daerah (Provinsi & Kab./Kota): min. 10% APBD di luar gaji.

• 3. Swasta/Masyarakat: Community Social Responsibilty (CSR), melalui sistem jaminan sosial nasional

dan/atau asuransi kesehatan komersial, dan mekanisme lainnya.


• Undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan  penggunaan pembiayaan dari Pemerintah dan
Pemerintah Daerah diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan publik minimal dua 2/3 (dua pertiga) dari
anggaran kesehatan dalam APBN dan APBD, terutama bagi penduduk miskin, kelompok lanjut usia, dan
anak terlantar.
• Faktor- faktor yang mempengaruhi pembiayaan kesehatan di suatu daerah, antara lain:
• 1. Kemampuan perencanaan
• 2. Komitmen daerah
• 3. Kemampuan advokasi
• 4. Keseimbangan alokasi antara mata anggaran
• 5. Skala prioritas masalah kesehatan
• 6. Pendapatan daerah
• 7. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
• 8. Dana Perimbangan
• 9. Lain-lain pendapatan yang sah.
• Dalam rencana strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 arah kebijakan
pembangunan kesehatan nasional adalah meningkatkan pelayanan kesehatan menuju
cakupan kesehatan semesta dengan penguatan pelayanan kesehatan dasar (primary health
care) dan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif, didukung oleh inovasi dan
pemanfaatan teknologi.
• Arah kebijakan nasional tersebut dicapai melalui lima strategi, yaitu
a. Meningkatkan kesehatan ibu, anak dan kesehatan reproduksi
b. Percepatan perbaikan gizi masyarakat untuk pencegahan dan penanggulangan
permasalahan gizi ganda
c. Peningkatan pengendalian penyakit
d. Pembudayaan perilaku hidup sehat melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
e. Penguatan Sistem Kesehatan
PERENCANAAN PUSKESMAS

• Perencanaan adalah suatu proses kegiatan yang berurutan dan harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara
efektif dan efisien.
• Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) adalah proses penyusunan rencana kegiatan tingkat Puskesmas untuk tahun
yang akan datang, dilakukan secara sistematis untuk mengatasi masalah atau sebagian masalah kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
• PTP Terpadu adalah suatu pendekatan perencanaan tingkat Puskesmas yang mana komponen perencanaan terpadu
dipakai sebagai dasar analisa semua program kesehatan dasar Puskesmas dan penentuan kampung prioritas
serta penentuan kegiatan terpilih untuk dimasukkan ke dalam Rencana UsulanKegiatan (RUK) Puskesmas.
PUSKESMAS MEMILIKI BERBAGAI SUMBER PEMBIAYAAN DALAM PELAKSANAAN
KEGIATANNYA. MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009, UPAYA KESEHATAN
DIBIAYAI DARI SUMBER ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA (APBN) DAN
ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD) YANG ADA DI BERBAGAI SEKTOR

• Dana Dekonsentrasi,
• Dana Bagi Hasil (DBH),

• Dana Alokasi Khusus (DAK),

• Dana Alokasi Umum (DAU). Kemudian ada


• Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dan

• Pajak Rokok misalnya sudah diatur untuk sebagian dipergunakan untuk kesehatan.

• Dana Desa sebagian harus dipergunakan untuk kegiatan kesehatan di tingkat desa, utamanya untuk pemberdayaan
masyarakat.
• Corporate Social Responsibility (CSR) untuk membiayai kegiatan UKM.
FUNGSI PERENCANAAN TINGKAT PUSKESMAS TERPADU

1.Perencanaan dapat memberikan petunjuk untuk menyelenggarakan upaya kesehatan


secara efektif dan efisien demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.Perencanaan memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban.


3.Perencanaan dapat mempertimbangkan hambatan, dukungan dan potensi yang tersedia.
Siklus perencanaan kesehatan daerah terikat pada siklus perencanaan yang diatur
oleh Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2008, dan dapat dilihat pada skema dibawah ini:
JADWAL PENYUSUNAN PERENCANAAN KESEHATAN TAHUNAN
PADA DINAS KESEHATAN TERMASUK DI DALAMNYA
PUSKESMAS SEBAGAI UPTD ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
1. Menyusun Analisis Situasi (Desember-Januari)
• Analisis situasi adalah langkah paling awal dalam perencanaan kesehatan. Analisis situasi sudah harus mulai
dikerjakan sejak Bulan Desember.
2. Mengikuti Rapat Kerja Perencanaan I
• Kepala Puskesmas dan Perencana Puskesmas mengikuti Rapat Kerja Perencanaan I yang dilakukan di Bulan
Januari. Rapat kerja ini diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan dan melibatkan semua unit di bawahnya termasuk
puskesmas. Rapat kerja ini juga dapat dihadiri oleh Badan Perencanaan Daerah (Bappeda), provider swasta,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) kesehatan, maupun OP.

3. Perencanan Tahunan oleh Puskesmas (Januari – Pebruari)


• Rapat KeSetelah Rapat Kerja Perencanaan I, puskesmas diminta menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT)
masing-masing. Isi RKT tersebut paling tidak adalah sebagai berikut:
a.Target yang akan dicapai tahun depan;
b.Kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai target tersebut;
c.Jadwal pelaksanaan kegiatan tersebut;
d.Tambahan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut (dana, tenaga, sarana).

4. Rapat Kerja Perencanaan II


Sumber Pembiayaan dan Penganggaran Puskesmas

Kebijakan pembiayaan kesehatan diatur dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan yang juga dikutip dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional (SKN). Keduanya membedakan dengan jelas sumber pembiayaan untuk
program UKM dan UKP, yaitu sebagai berikut:
A. Ayat 114. Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan barang publik (public
good) yang menjadi tanggung jawab pemerintah, sedangkan untuk pelayanan kesehatan
perorangan pembiayaannya bersifat privat, kecuali pembiayaan untuk masyarakat miskin dan
tidak mampu menjadi tanggung jawab pemerintah.
B. Ayat 115. Pembiayaan pelayanan kesehatan perorangan diselenggarakan melalui jaminan
pemeliharaan kesehatan dengan mekanisme asuransi sosial yang pada waktunya diharapkan
akan mencapai Universal Health Coverage (UHC) sesuai dengan Undang-undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-undang Nomor 24
Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH ADALAH KESELURUHAN. KEGIATAN YANG MELIPUTI PERENCANAAN,
PENGANGGARAN, PELAKSANAAN, PENATAUSAHAAN, PELAPORAN, PERTANGGUNGJAWABAN, DAN PENGAWASAN
KEUANGAN DAERAH SESUAI DENGAN PASAL 1 ANGKA 2 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 12 TAHUN 2019 TENTANG
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2019 tentang


Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

• Kekuasaan Pengelolaan keuangan daerah, • penatausahaan keuangan daerah,


• azas umum dan • akuntansi keuangan daerah,
• struktur APBD, • pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,
• Penyusunan rancangan APBD,
• pembinaan dan pengawasan pengelolaan
• penetapan APBD, keuangan daerah,
• pelaksanaan APBD, • kerugian daerah, dan
• pengelolaan kas,
• pengelolaan keuangan BLUD.
4 LANGKAH POKOK DALAM PELAKSANAAN
PERENCANAAN DI PUSKESMAS

1. Analisis situasi dan perumusan masalah,


2. Penyusunan rencana,
3. Penyusunan anggaran, dan
4. Penyusunan dokumen Rencana Kerja (Renja).
TAHAPAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan daerah;
1. Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) dan Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara (PPAS)
2. Penyiapan Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran- SKPD (RKA-SKPD)
3. Penyusunan RKA-SKPD
4. Penyiapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang APBD
5. Pembahasan Rancangan Peratuean Daerah Tentang APBD dan Penyusunan Rancangan Peraturan Kepala
Daerah tentang Penjabran APBD
6. Evaluasi dan Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan Rancangan Peraturan Kepala
Daerah tentang Penjabaran APBD
7. Penyusunan dan Penetapan Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang APBD (DPRD tidak mengambil
keputusan bersama)
8. Perubahan APBD
•  
PROSES PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH DIATUR DALAM
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH

1. Penyusunan dan Pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran- SKPD (DPA-SKPD) dan Anggaran Kas
2. Pembuatan Surat Penyediaan Dana (SPD)
3. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran-Uang Persediaan (SPP- UP) dan Penerbitan Surat Perintah Membayar-Uang Persediaan (SPM-
UP)
4. Penerbitan dan Pencairan Surat Perintah Pencairan Dana-Uang Persediaan (SP2D-UP)
5. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran-Ganti Uang Persediaan (SPP-GU) dan Penerbitan Surat Perintah Membayar-Ganti Uang
Persediaan (SPM-GU)
6. Penerbitan dan Pencairan Surat Perintah Pencairan Dana-Ganti Uang Persediaan (SP2D-GU)
7. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran-Tambahan Uang Persediaan (SPP-TU) dan Penerbitan Surat Perintah Membayar- Tambahan
Uang Persediaan (SPM-TU)
8. Penerbitan dan Pencairan Surat Perintah Pencairan Dana- Tambahan Uang Persediaan (SP2D-TU)
9. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran-Langsung (SPP-LS) dan Penerbitan Surat Perintah Membayar-Langsung (SPM-LS) Gaji dan
Tunjangan
10. Penerbitan dan Pencairan Surat Perintah Pencairan Dana- Langsung (SP2D-LS) Gaji dan Tunjangan
11. Pengajuan SPP-LS dan Penerbitan SPM-LS Barang dan Jasa
12. Penerbitan dan Pencairan SP2D-LS Barang dan Jasa
13.Pengajuan SPP-LS dan Penerbitan SPM-LS BArang dan Jasa Non Pihak Ketiga, Belanja
PPKD dan Pengeluaran Pembiayaan
14.Penerbitan dan Pencairan SP2D-LS Barang dan Jasa Non Pihak Ketiga, Belanja Pejabat
Pengelola Keuangan daerah (PPKD) dan Pengeluaran Pembiayaan
15.Pelaksanaan Belanja
16.Pembuatan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) Pengeluaran
17.Penatausahaan Penerimaan-Pendapatan Daerah melalui Bendahara Penerimaan
18.Penatausahaan Penerimaan-Pendapatan Daerah melalui Bendahara Penerimaan Pembantu
19.Penatausahaan Penerimaan-Pendapatan Daerah melalui Bank Kas Daerah
20.Penatausahaan Penerimaan-Pendapatan Daerah melalui Bank lain
21.Penatausahaan Bendahara Penerimaan
22.Penatausahaan Bendahara Penerimaan Pembantu
DALAM PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2006
TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH, TAHAPAN AKUTANSI DAN
PELAPORAN KEUANGAN DAERAH;

 Akuntansi SKPD  Akuntansi Kas PPKD


 Akuntansi Pendapatan  Realisasi Penggunaan Silpa
 Akuntansi Penerimaan  Penutupan Dn Pelaporan Akuntansi
 Akuntansi Pengeluaran
PPKD
 Akuntansi Persediaan
 Prosedur Pembalik
 Akuntansi Aset Tetap
 Konsolidasi Laporan Keuangan
 Akuntansi Penghapusan Piutang
 Akuntansi PPKD
 Akuntansi Dana BLUD
 Investasi Jangka Panjang  Konsolidasi Laporan Keuangan
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN USULAN KEGIATAN
(PMK 43 TAHUN 2019 PMK 44 TAHUN 2016 ).

a. Kepala Puskesmas membentuk tim penyusun perencanaan tingkat puskesmas yang


anggotanya terdiri dari Staf Puskesmas.
b. Kepala Puskesmas menjelaskan tentang pedoman perencanaan tingkat puskesmas
kepada tim agar dapat memahami pedoman tersebut demi keberhasilan penyusunan
perencanaaan tingkat puskesmas.
c. Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan.
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

a) Perencanaan ialah suatu proses pemikiran secara menyeluruh, rasional dan terpadu dalam menentukan tindakan kegiatan apa saja yang dilakukan pada masa yang
akan datang dalam rangka pencapaian tujuan/ sasaran.
b) Dalam konsep perencanaan Pembangunan Nasional, Proses perencanaan terdiri atas (1) perencanaan teknokrat; (2) perencanaan partisipatif; (3) perencanaan top-
down; (4) perencanaan bottom up .
c) Dalam konteks pembangunan kesehatan Perencanaan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di
masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok dan menyusun langkah-langkah praktis untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Suatu perencanaan akan menjadi efektif jika dalam perumusan masalah didasarkan pada fakta dan data pendukungnya.
d) Hakikat perencanaan adalah pemecahan masalah (problem solving). Suatu proses yang terdiri dari langkah-langkah yang sistimatis dan berkesinambungan.
Langkah – langkah tersebut adalah analisis keadaan dan masalah, perumusan masalah secara spesifik, penentuan prioritas masalah, penentuan tujuan, penentuan
alternatif untuk mencapai tujuan, menguraikan alternative dan menyusun rencana sumberdaya menjadi rencana operasional.
e) Prinsip perencanaan adalah 5 W dan 1 H
• What : Apa yang terjadi?
• Who : Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu?
• Why : Mengapa hal itu bisa terjadi?
• When : Kapan peristiwa itu terjadi?
• Where : Di mana peristiwa itu terjadi?
• How : Bagaimana peristiwa itu terjadi?
PERENCANAAN IALAH SUATU PROSES PEMIKIRAN SECARA MENYELURUH, RASIONAL DAN
TERPADU DALAM MENENTUKAN TINDAKAN KEGIATAN APA SAJA YANG DILAKUKAN PADA
MASA YANG AKAN DATANG DALAM RANGKA PENCAPAIAN TUJUAN/ SASARAN.

1) Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional  Ahli-ahli teori perencanaan publik mengemukakan beberapa proses
perencanaan

(1) perencanaan teknokrat;

(2) perencanaan partisipatif;

(3) perencanaan top-down;

(4) perencanaan bottom up (Wrihatnolo dan Dwidjowijoto, 1996).


PERENCANAAN TEKNOKRAT

• Menurut Suzetta (2007) adalah proses perencanaan yang dirancang berdasarkan data dan hasil
pengamatan kebutuhan masyarakat dari pengamat professional untuk menghasilkan perspektif
akademis pembangunan. Pengamat ini bisa pejabat pemerintah, bisa non-pemerintah, atau dari
perguruan tinggi.
• Menurut penjelasan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, “perencanaan teknokrat dilaksanakan dengan menggunakan metoda dan
kerangka pikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu”.
PERENCANAAN PARTISIPATIF

• Menurut Sumarsono (2010), perencanaan partisipatif adalah metode perencanaan pembangunan


dengan cara melibatkan warga masyarakat yang diposisikan sebagai subyek
• Menurut penjelasan UU. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional: “perencanaan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang
berkepentingan terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan
aspirasi dan menciptakan rasa memiliki”. Dalam UU No. 25 Tahun 2004, dijelaskan pula
“partisipasi masyarakat” adalah keikutsertaan untuk mengakomodasi kepentingan mereka
dalam proses penyusunan rencana pembangunan.
PERENCANAAN PARTISIPATIF

• Menurut Sumarsono (2010), perencanaan partisipatif adalah metode perencanaan pembangunan


dengan cara melibatkan warga masyarakat yang diposisikan sebagai subyek
• Menurut penjelasan UU. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional: “perencanaan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang
berkepentingan terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan
aspirasi dan menciptakan rasa memiliki”. Dalam UU No. 25 Tahun 2004, dijelaskan pula
“partisipasi masyarakat” adalah keikutsertaan untuk mengakomodasi kepentingan mereka
dalam proses penyusunan rencana pembangunan.
• Top Down
Menurut Suzetta (1997) adalah proses perencanaan yang dirancang oleh lembaga/departemen/daerah
menyusun rencana pembangunan sesuai dengan
wewenang dan fungsinya.
• Bottom Up
Menurut (www.actano.com) adalah planning approach starting at the lowest hierarchical level and
working upward (pendekatan perencanaan yang dimulai dari tingkatan hirarkis paling rendah menuju
ke atas).
• menurut penjelasan UU 25 Tahun 2004, pendekatan atas-bawah (top down) dan bawah-atas (bottom up) dalam
perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses diselaraskan melalui
musyawarah yang dilaksanakan di tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa.
TUJUAN PERENCANAAN MENURUT STEPHEN ROBBINS
DAN MARY COULTER DALAM WIKIPEDIA ADALAH

(1) memberikan pengarahan yang baik;


(2) mengurangi ketidakpastian;
(3) meminimalisir pemborosan;
(4) menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi
selanjutnya yaitu proses pengontrolan dan evaluasi.
MANFAAT DAN FUNGSI PERENCANAAN

MANFAAT PERENCANAAN :
1. Dengan adanya perencanaan, maka pelaksanaan kegiatan dapat diusahakan dengan efektif dan
efisien.
2. Dapat mengatakan bahwa tujuan yang telah ditetapkan tersebut, dapat dicapai dan dapat dilakukan
koreksi atas penyimpangan- penyimpangan yang timbul seawal mungkin.
3. Dapat mengidentifikasi hambatan-hambatan yang timbul dengan mengatasi hambatan dan ancaman
4. Dapat menghindari adanya kegiatan pertumbuhan dan perubahan yang tidak terarah dan terkontrol.
FUNGSI PERENCANAAN :
• suatu proses pengambilan keputusan sehubungan dengan hasil yang diinginkan, dengan penggunaan sumber daya
dan pembentukan suatu sistem komunikasi yang memungkinkan pelaporan dan pengendalian hasil akhir serta
perbandingan hasil-hasil tersebut dengan rencana yang dibuat.
LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN
SECARA SISTIMATIS

1. analisis keadaan dan masalah,


2. perumusan masalah secara spesifik,
3. penentuan prioritas masalah,
4. penentuan tujuan,
5. penentuan alternative untuk mencapai tujuan,
6. menguraikan alternative dan
7. menyusun rencana sumberdaya menjadi rencana operasional.
• Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Daerah adalah perencanaan program kesehatan yang
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam konteks kewilayahan (areawide health
planning), sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinkes sebagai pembina kesehatan wilayah (UU-
23/2014).
• BERBASIS WILAYAH
• KOMPREHENSIF
• BOTTOM UP
• BERBASIS KINERJA
• ITERATIF (BERULANG) SAMPAI DIDAPAT PAGU ANGGARAN DEFINITIF
• KETERPADUAN (INTEGRASI) RENCANA DAN ANGGARAN  integrasi sasaran penduduk dan wilayah,
integrasi jadwal dan integrasi sumberdaya

• EVIDENCE BASED  DHA


LANGKAH PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
DAERAH :
1. Analisis situasi dan perumusan masalah
2. Penyusunan rencana
 Penentuan target/tujuan
 Penentuan kegiatan
 Integrasi kegiatan antara program
 Penyusunan Rencana Operasional
3. Penyusunan anggaran
 Penyusunan angaran: estimasi kebutuhan anggaran
 Integrasi anggaran
 Konversi anggaran sesuai Kode MA baku (Lampiran
Permendagri-54)
4. Penyusunan dokumen Rencana kerja (Renja)
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PIS PK
KONSEP DASAR

PERENCANAAN PENGANGGARAN

ANALISI
S
1. CAK
PENDATAA
N 1. PROGRAM
PIS- 2. IKS DAN
PK 3. INTERVENS KEGIATAN
DATA/ I PROGRAM 2. URAIAN
INFORMAS AKSI
I 4. DUKMAN KEGIATAN
5. LAIN-LAIN

APBD
PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA URAIAN
KEGIATAN
PROGRAM INDONESIA SEHAT MELALUI
PENDEKATAN KELUARGA
MANAJEMEN
PENDEKATAN KELUARGA DI PUSKESMAS

POLA KEPEMIMPINAN
P1 P2 P3

PENGAWASAN,
PENYUSUNAN RUK IMPLEMENTASI PENGENDALIAN &
KUNJUNGAN INPUT DATA PADA
PERSIAPAN FORM TERCETAK
SECARA EVIDANCE INTERVENSI PENILAIAN
BASED
RUMAH ATAU PENDEKATAN
PERMASALAHAN KINERJA
YG SDH DISEPAKATI PUSKESMAS,
ELEKTRONIK KELUARGA DENGAN SBG PRIORITAS PERUBAHAN IKS
(APLIKASI) TETAP MELIHAT
MASALAH PADA LEVEL
DATA2 PROGRAM
KELUARGA SAMPAI
LEVEL PUSKESMAS

Sosialisasi, Kunjungan Rumah Tabulasi & analisis Triangulasi & Analisis Lokmin bulanan dan atau
pengorganisasian Promkes tribulanan
dan integrasi Intervensi Awal 33
program P1 : Perencanaan P2: Pengerakan Pelaksanaan P3: Pengawasan Pengendalian dan Penilaian
URAIAN KIEGIATAN

PENGAWASAN,
PENYUSUNAN RUK IMPLEMENTASI PENGENDALIAN &
PERSIAPAN KUNJUNGAN INPUT DATA PADA SECARA EVIDANCE INTERVENSI PENILAIAN
FORM TERCETAK BASED
RUMAH PERMASALAHAN KINERJA
ATAU PENDEKATAN YG SDH DISEPAKATI PUSKESMAS,
ELEKTRONIK KELUARGA DENGAN SBG PRIORITAS PERUBAHAN IKS
(APLIKASI) TETAP MELIHAT MASALAH PADA LEVEL
DATA2 PROGRAM
KELUARGA SAMPAI
LEVEL PUSKESMAS

1. PROGRAM DAN KEGIATAN


2. URAIAN KEGIATAN
(KUNJUNGAN RUMAH, RAPAT, PROKESGA, HONOR, DLL)

URAIAN JENIS BELANJA 34


PRINSIP KEGIATAN

• INTEGRASI PROGRAM
• MEWUJUDKAN TOTAL COVERAGE
• PENDEKATAN WILAYAH
PENGANGGARAN PIS-PK
DALAM APBD
KEDUDUKAN PUSKESMAS (ORGANISASI)

DINKE
S
KADINK
ES
SETDI
N
SES
&KASUBAG

BID BID BID BID


KABID KABID&KA
&KASIE SIE

PUSKESMAS
KAPUSK
KEDUDUKAN PUSKESMAS
DALAM SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH
KADINKES
PA

BIDANG BIDANG

KPA/PPTK/BP KPA/PPTK/BP

PUSK BLU PUSK NON BLU PUSK NON BLU


(KPA/PPTK/BP) (KPA/PPTK/BP) (BPP)
 Puskesmas BLUD (sebagai KPA) menyusun rencana kerja dan anggaran
(RKA) tersendiri ada perlakuan tersendiri sesuai perundangan ttg BLUD
 Puskesmas non BLUD dapat ditetapkan sebagai KPA sehingga menyusun
RKA sendiri dan melaksanakan DPA
 Puskesmas non BLUD sebagai bagian dari satuan kerja dinkes dibawah
KPA bidang/setdinkes menyusun RKA yang merupakan bagian dari
bidang dan melaksanakan DPA bagian dari dinas
40
PROSES PERENCANAAN &
PENGANGGARAN
MEI-2023 JUNI –JULI 2023

RPJMD KUA & PPAS


RKPD

MULAI
DISINI
DES-2023 OKT-NOP 2023 AGUST-SEPT 2023

PERDA APBD &


PERKADA TTG
RAPBD RKA-SKPD
PENJABARAN APBD

JAN-DES 2023 SEP-OKT 2023


JANUARI 2023
APBD-P
PELAKSANAAN PROG&KEG 40
DPA-SKPD
ALIR RKA PUSKESMAS

RKA YG
PUSKESMAS
BUAT
PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN
ANGGARAN (RKA)
1. Setiap puskesmas agar dapat memenuhi kebutuhan kegiatan diharapkan
menyusun RKA sendiri-sendiri dengan alur sesuai ketentuan
2. RKA puskesmas BLUD atau puskesmas yang ditetapkan sebagai satker
akan menjadi RKA tersendiri sedang puskesmas lainnya akan digabung
dengan RKA dinas kesehatan
3. Besaran pagu alokasi untuk penyusunan RKA berdasarkan alokasi tahun
sebelumnya apabila belum mendapat informasi pagu
4. Alokasi anggaran dalam menyusun anggaran berasal dari semua sumber
pembiayaan yang masuk ke puskesmas
JENIS RENCANA KERJA DAN ANGGARAN

• RKA SKPD 1 : UNTUK MENYUSUN PENDAPATAN SATKER


• RKA SKPD 2.1 : UNTUK KEBUTUHAN BELANJA TIDAK LANGSUNG
• RKA SKPD 2.2 : UNTUK REKAPITULASI BELANJA LANGSUNG
• RKA SKPD 2.2.1: UNTUK BELANJA LANGSUNG SETIAP KEGIATAN YG
DI PROGRAMKAN

1. PUSKESMAS BLUD MENYUSUN RKA SKPD1, SKPD


2.1, SKPD 2.2, SKPD 2.2.1
2. PUSKESMAS NON BLUD HANYA MENYUSUN RKA
SKPD 2.2.1
LANGKAH-LANGKAH

1. PENETAPAN PROGRAM DAN KEGIATAN


1. MENGGUNAKAN NOMENKLATUR YANG SUDAH ADA ( LAMPIRAN A. VII
PERMENGADRI 59 TAHUN 2007)
2. ATAU MENYUSUN PROGRAM DAN KEGIATAN BARU SESUAI KEBUTUHAN
OBYEKTIF DAN NYATA DI DAERAH
3. CONTOH PROGRAM BARU : BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN DAN
KEGIATAN DUKUNGAN OPERASIONAL PELAYANAN KESEHATAN
2. PENETAPAN KODE REKENING BELANJA SESUAI URAIAN KEGIATAN YANG
DIBUTUHKAN
RAMBU-RAMBU PEMILIHAN JENIS BELANJA

1. APBD (sesuai aturan, status Puskesmas BLUD/Non BLUD)


2. Dana Kapitasi JKN
• Belanja langsung
• Belanja pegawai
• Belanja barang dan jasa
• Belanja modal

3. Dana alokasi khusus non fisik


• Belanja langsung
• Belanja pegawai
• Belanja barang dan jasa
KODE REKENING PENDAPATAN
47

4         Pendapatan Daerah
4 2       Dana Perimbangan
4 2 3     Dana Alokasi Khusus
4 2 3 xx   Dak Non Fisik
4 2 3 xx xx Bantuan Operasional Kesehatan

4 2 3 xx xx Jampersal

4 2 3 xx xx Akreditasi
KODE REKENING BELANJA
48

5         BELANJA DAERAH

5 2       BELANJA LANGSUNG
          PROGRAM/KEGIATAN
5 2 1  xx xx  Belanja Pegawai
5 2 2  xx xx  Belanja Barang/Jasa
5 2 3 xx xx Belanja Modal
PROGRAM DAN KEGIATAN
49

LAMPIRAN. A.VII PERMENDAGRI 59 TAHUN 2007 TTG PROGRAM DAN KEGIATAN


(Pemerintah daerah dapat mengembangkan program dan kegiatan beserta kode rekeningnya sesuai
kebutuhan obyektif, nyata dan sesuai karakterisistik daerah)

1 02 KESEHATAN
1 02 06 33 BANTUAN OPERASIONAL
KESEHATAN
1 02 06 33 01 Dukungan operasional YANKES
1 02 06 33 02 Jampersal
1 02 06 33 03 Akreditasi Puskesmas
organisasi

Bid kesehatan kegiatan


Urusan wajib program
CONTOH KODE REKENING BELANJA
50

5         BELANJA DAERAH
5 2 1  02 02  Belanja Pegawai
5 2 2  15  03 Belanja transport perjalan

obyek
Rincian obyek
KODE REKENING BELANJA PEGAWAI
51

5 2 1     BELANJA PEGAWAI
5 2 1 01   Honorarium PNS
5 2 1 01 01 Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan
Honorarium Tim Pengadaan Barang
5 2 1 01 02
dan Jasa
5 2 1 01 03 Dst…………………………………
           
5 2 1 02   Honorarium Non PNS
Honorarium Tenaga
5 2 1 02 01
Ahli/Instruktur/Narasumber
Honorarium Pegawai Honorer/tidak
5 2 1 02 02
tetap
5 2 1 02 03 Dst…………………………………
KODE REKENING BELANJA BARANG DAN JASA
52

5 2 2     BELANJA BARANG DAN JASA


Belanja Sewa
5 2 2 07  
Rumah/Gedung/Gudang/Parkir

5 2 2 07 01 Belanja sewa rumah jabatan/rumah dinas


5 2 2 07 02 Belanja sewa gedung/ kantor/tempat
5 2 2 07 03 Dst…………………………………
           
5 2 2 08   Belanja Sewa Sarana Mobilitas

5 2 2 08 01 Belanja sewa Sarana Mobilitas Darat

5 2 2 08 02 Belanja sewa Sarana Mobilitas Air


5 2 2 08 03 Dst…………………………………
BELANJA BARANG DAN JASA
53
5 2 2 11   Belanja Makanan dan Minuman
Belanja makanan dan minuman harian
5 2 2 11 01
pegawai
5 2 2 11 02 Belanja makanan dan minuman rapat
5 2 2 11 03 Dst………………………………
5 2 2 15   Belanja Perjalanan Dinas
5 2 2 15 01 Belanja perjalanan dinas dalam daerah
5 2 2 15 02 Belanja perjalanan dinas luar daerah

5 2 2 15 03 Dst………………………………..
BELANJA BARANG DAN JASA
54

5 2 2 06   Belanja cetak dan penggandaan

5 2 2 06 01 Belanja cetak

5 2 2 06 02 Belanja penggandaan
5 2 2 06 03 Dst………………………………
5 2 2 22   Dst…………..
Disini dibuka peluang untuk
5 2 2 22 01 belanja barang dan jasa
lainnya yg belum tertampung

5 2 2 22 02
PASAL 52 PERMNDAGRI N0 59 TAHUN 2007

• Belanja barang/jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa belanja barang pakai
habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor,
cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa
alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman, pakaian
dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan
dinas, perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai, pemeliharaan, jasa
dan lain-lain pengadaan barang/jasa, dan belanja
konsultansi,
lainnya yang sejenis.
BELANJA MODAL
56

5 2 3 Belanja modal

5 2 3 19 Belanja modal alat-alat kedokteran

5 2 3 19 01 Belanja modal alat kedokteran umum


5 2 3 19 02 Belanja modal alat kedokteran gigi
PANDUAN LATIHAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PUSKESMAS
 
Waktu : 90 menit
a. Fasilitator membagi peserta menjadi 6 kelompok (5 orang/ kelompok).
b. Fasilitator menjelaskan penugasan yang harus dikerjakan oleh masing- masing kelompok yaitu menyusun perencanaan
Puskesmas selama 30 menit:
1. Susunlah RUK Upaya Kesehatan Wajib, menggunakan format matriks RUK. Gunakan hasil analisis data dan
informasi Puskesmas, serta hasil langkah-langkah pemecahan masalah
2. Identifikasi Upaya Kesehatan Pengembangan yang akan dilaksanakan di Puskesmas saudara. Hasil analisis data,
dapat membantu dalam menentukan Upaya Kesehatan Pengembangan, atau berdasar hasil SMD dll.
3. Susunlah RUK Upaya Kesehatan Pengembangan menggunakan matriks
4. Gabunglah RUK Upaya kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan sebagai Rencana Tahunan
Puskesmas.
5. Implementasikan rangkaian kegiatan poin 1 – 4 menjadi Rencana Kerja Anggaran Puskesmas
c. Pelatih memberi kesempatan kepada 3 perwakilan kelompok (dipilih secara acak) untuk mempresentasikan hasil latihan
kasus tersebut selama 10 menit/ kelompok
d. Setelah selesai presentasi, Pelatih memberi kesempatan kepada peserta lain untuk menanggapi/ melakukan tanya jawab
secara langsung terhadap hasil presentasi kelompok yang sedang mempresentasikan hasilnya selama 10 menit.
e. Pelatih memberi masukan/ klarifikasi langsung terhadap hal-hal yang masih dirasa kurang tepat setelah presentasi dan
tanya jawab selesai selama 10 menit
f. Pelatih membuat rangkuman secara keseluruhan atas hasil presentasi seluruh perwakilan kelompk dan sekaligus
menutup sesi pembelajaran tersebut dengan waktu yang masih tersisa yaitu selama 10 menit.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai