Anda di halaman 1dari 18

Praktikum Metrologi Industri

LITP FT - UNAND

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Praktikum Metrologi Industri merupakan salah satu praktikum yang diharapkan
dapat membantu mahasiswa mesin untuk memahami teori yang telah diberikan
pada waktu perkuliahan. Dalam arti antara praktikum dan teori salaing mendukung.
Praktikum ini diharapkan juga dapat memberikan penjelasan tentang teknik teknik
pengukuran geometri suatu produk, alat ukur, toleransi , dsb.

1.2

Tujuan
1. Pengenalan dan penggunaan alat ukur linier.
2. Membandingkan fungsi alat ukur yang satu dengan yang lainnya.
3. Membandingkan hasil pengukuran dari beberapa alat ukur linier.

1.3

Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan paraktikum ini adalah
praktikan mampu menggunakan beberapa alat ukur linier, melaksanakan
pengukuran secara langsung, dan membaca hasil pengukuran.

Kelompok XI

Praktikum Metrologi Industri

LITP FT - UNAND
BAB II
TEORI DASAR

2.1

Teori Dasar Pengukuran


Metrologi adalah ilmu yang mempelajari pengukuran besaran teknik. Metrologi
Industri adalah ilmu yang mempelajari pengukuran geometri suatu produk dengan
alat ukur tertentu untuk mendapatkan hasil yang mendekati harga sebenarnya.
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran yang belum diketahui dengan
besaran standar. Sedangkan besaran itu sendiri adalah sesuatu yg mempunai nilai
dan dapat diukur. Adapun Jenis jenis pengukuran, yaitu :
Pengukuran linier
Pengukuran kedataran
Pengukuran profil
Pengukuran ulir
Pengukuran roda gigi
Pengukuran posisi
Pengukuran kekasaran permukan
Macam macam alat ukur :
I. Berdasarkan sifat ada dua macam alat ukur, yaitu :
A. Sifat Dasar
1.

Alat Ukur Langsung


Dilengkapi dengan skala ukur dimana hasil pengukuran dapat langsung
dibaca.
Contoh : mistar ukur, jangka sorong, mikrometer, dll.

2. Alat Ukur Pembanding


Alat ukur yang digunakan sebagai pembaca selisih suatu dimensi
terhadap ukuran standar. Alat ukur ini mempunayi skala ukur yang telah
dikalibrasi.
Contoh : dial indikator, jam ukur tes, telescope gage, dll.
3. Alat Ukur Standar
Kelompok XI

Praktikum Metrologi Industri

LITP FT - UNAND

Alat ukur yang mampu menunjukkan atau memberikan harga ukuran


tertentu. Digunakan sebagai acuan bersama sama dengan alat ukur
pembanding untuk menetukan dimensi suatu objek ukur.
Contoh : blok ukur, meter standar, angle gage, dll.
4. Alat ukur kaliber batas
Alat ukur yang mapu menunjukkan apakah suatu dimensi berada di
dalam atau di luar daerah toleransi yang diizinkan.
Contoh : kaliber poros, kaliber lubang, dll.
Kaliber poros digunakan untuk menentukan toleransi lubang.
Kaliber lubang digunakan untuk menentukan toleransi poros.
5. Alat Ukur Bantu
Tidak termasuk sebagai alat ukur dalam arti yang sesungguhnya, akan
tetapi memiliki peranan penting dalam proses pengukuran geometri.
Contoh : meja rata, stand magnetic, batang lurus, blok-V, dll.
B. Sifat Turunan, dibagi 2 :
1. Alat Ukur Geometri Khusus
Alat ukur yang dibuat khusus untuk mengukur geometri yang khas
misalnya kekasaran permukaan, kebulatan, profil gigi suatu roda gigi,
dsb.
Contoh : kaster interferometer untuk mengkalibrasi blok ukur.
2. Alat Ukur Koordinat
Alat ukur yang memiliki sensor yang dapat digerakkan dalam ruang
koordinat. Sensor dibaca melalui 3 skala yang disusun seperti koordinat
kartesian ( x,y,z ).
Contoh : CMM ( Coordinate Measuring Machine )
II. Berdasarkan Prinsip Kerja
Alat ukur berdasarkan prinsip kerja dapat dibedakan atas :
1. Alat ukur mekanis
2. Alat ukur elektris
3. Alat ukur optis

Kelompok XI

Praktikum Metrologi Industri

LITP FT - UNAND

4. Alat ukur hidrolis


5. Alat ukur pneumatic atau aerodinamis.

Metode metode pengukuran :


1. Pengukuran Langsung
Proses pengukuran dengan memakai alat ukur langsung dan hasil pengukuran
dapat langsung dibaca.
2. Pengukuran Tak Langsung
Proses pengukuran yang dilaksanakan dengan memakai beberapa jenis alat ukur
berjenis pembanding atau komparator standar dan bantu. Hasil pengukuran
tidak dapat dibaca langsung.
3. Perbandingan dengan Bentuk Standar
Bentuk suatu produk ( misalnya profil ulir / roda gigi ) dapat dibandingkan
dengan suatu bentuk acuan yang ditetapkan atau dibakukan ( standar ) pada
layar alat ukur proyeksi.
4. Pemeriksaan dengan kaliber batas
Pengukuran yg mampu menunjukan apakah suatu dimensi berada di luar atau di
dalam daerah toleransi yang diizinkan.
5. Pengukuran geometri khusus
Pengkuran dengan menggunakan alat ukur geometri khusus dan alat ukur
koordinat misalnya mengatur kekasaran permukaan, kebulatan poros atau
lubang, geometri ulir, dan geometri roda gigi.
Syarat-syarat besaran standar :
1. Dapat didefenisikan secara fisik
2. Tidak berubah terhadap waktu
3. Dapat dijadikan sebagai pembanding
Ada tujuh macam besaran standar, yaitu :
1. Panjang

Kelompok XI

: meter (m)

Praktikum Metrologi Industri

LITP FT - UNAND

2. Massa

: kilogram (kg)

3.

: Ampere (A)

Kuat Arus

4. Intensitas Cahaya : candela (cd)


5.

jumlah zat

: mol

6.

suhu

: Kelvin (K)

7. Waktu

: second (s)

Selain besaran standar, terdapat juga beberapa besaran turunan, yaitu :


Luas Bidang

(m)

Volum ruang

(m)

Percepatan

(m/s)

Kecepatan

(m/s)

Gaya

(N)

Tekanan

(Pa)

Energi

(J)

Daya

(J/s)

Potensial Listrik

(V)

Tahanan Energi

(Ohm)

Kontruksi umum alat ukur :


1. Sensor
Yang berhubungan langsung dengan objek ukur/yang menghubungkan alat ukur
dengan benda ukur.
Macam-macam sensor :
1. Sensor Mekanik
2. Sensor Optik
3. Sensor Pneumatik
2. Peubah
Bagian dari alat ukur yang mengubah apa yang dibaca sensor menjadi besaran
terukur.

Kelompok XI

Praktikum Metrologi Industri

LITP FT - UNAND

Macam-macam peubah :
1. Peubah Mekanik
2. Peubah Optomekanik
3. Peubah Elektrik
4. Peubah Optoelektrik
5. Peubah Pneumatik
6. Peubah Optik
3. Penunjuk/Pencatat
Bagian dari alat ukur yang menampilkan harga ukur.
Macam-macam penunjuk :
1. Penunjuk Berskala
2. Penunjuk Angka (digital)
3. Penunjuk Pencatat
Jenis-jenis penunjuk berskala :
1. Skala Nonius
2. Skala Nonius dua dimensi
3. Skala Mikrometer
4. Skala Jarum Penunjuk
Sifat-sifat umum alat ukur, yaitu :
1. Rantai kalibrasi (Treability)
Kemampuan alat ukur untuk distandarkan oelh alat ukur yang lain/alat ukur
yang lebih standar denagan urutan tertentu.
Urutan rantai kalibrasi :
1. Kalibrasi alat ukur kerja dengan alat ukur standar kerja
2. Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan alat ukur standar industri
3. Kalibrasi alat ukur standar industri dengan alat ukur standar nasional
4. Kalibrasi alat ukur standar nasional dengan alat ukur standar internasional
2. Kepekaan (Sensitivity)
Kemampuan alat ukur untuk merasakan perbedaan yang relatif kecil.

Kelompok XI

Praktikum Metrologi Industri

LITP FT - UNAND

3. Keterlambatan Reaksi (Possesivity)


Keterlambatan reaksi dari jarun penunjuk untuk memberikan hasil pengukuran
karena isyarat akibat suatu perubahan kecil yang dideteksi sensor tidak sampai
kebagain penunjuk.
4. Kemudahan Baca (Readibility)
Kemampuan alat ukur untuk memberikan angka yang jelas dan berarti.
5. Histerisis
Penyimpangan yang timbul sewaktu pengukuran kontinu dari dua arah yang
berlawanan.
6. Kestabilan Nol (Zero Stability)
Kemampuan jarum penunjuk untuk kembali ke posisi nol
7. Pengambangan (Floating)
Ketidakpastian jarum penunjuk untuk memberikan hasil pengukuran. Perubahan
kecil dari harga ukur tidak memberikan perubahan pada jarum penunjuk, tetapi
posisinya berubah-ubah.
8. Pergeseran (Shifting)
Ketidakcepatan jarum penunjuk untuk memberikan nilai yang sebenarnya.
Sumber-sumber kesalahan atau penyimpangan dari proses pengukuran :
1. Dari alat ukur
2. Dari benda ukur
3. Dari Pengukur
4. Pengaruh Lingkungan
5. Posisi Pengukuran
Karakteristik alat ukur :
1. Kecermatan
Skala terkecil yang terdapat pada alat ukur.
2. Ketelitian
Keampuan alat ukur untuk memberikan nilai yang mendekati nilai sebenarnya.

Kelompok XI

Praktikum Metrologi Industri

LITP FT - UNAND

3. Ketepatan
Kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil yang sama dari pengukuran
yang berulang dan identik.
TOLERANSI
Toleransi adalah batas penyimpangan yang diizinkan dalam pembuatan suatu
produk.Contoh : O 20 G8

IT8

Artinya diameter lubang = 20 mm


IT8

= 25i

I = D + 0,001 D
IT8 = 25i
= 25 (1,24)
= 31 m = 0,031 mm
Maka 20 G8 = 20
Batas ukuran maksimum = 20,0465
Batas ukuran minimum = 20,031
Beberapa nilai toleransi standar untuk kualitas 5 s/d 16
IT5
7i

IT6
10i

IT7
16i

IT8
25i

IT9
40i

IT12
160i

IT13
250i

IT14
400i

IT15
640i

IT16
100i

Kelompok XI

IT10
64i

IT11
100i

Praktikum Metrologi Industri

2.2

LITP FT - UNAND

Teori Dasar Alat Ukur


Mistar Ingsut/Jangka Sorong
Ada beberapa jenis alat ukur linier langsung :
2. Mistar Ukur
3. Mistar Ingsut 150 mm dan 100 mm
4. Mistar Ingsut ketinggian
5. Mikrometer dimensi luar
6. Mikrometer dimensi dalam jenis rahang
7. Mikrometer kedalaman
Mistar ingsut adalah alat ukur dimensi linier/panjang yang memiliki dua skala
nonius dan skala utama.
Skala utama adalah skala panjang dan skala nonius adalah skala yang dapat digesergeser.
Beberapa fungsi mistar ingsut :
1. Mengukur ketinggian
2. Membuat garis gores
3. Alat ukur pembanding
4. Alat ukur kemiringan
5. Mengukur jarak senter
a. untuk mengukur jarak antara senter
b. untuk mengukur jarak dari senter ke tepi
6. Pembanding kedalaman
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan mistar ingsut :
1. Peluncur harus dapat meluncur pada batang ukur dengan baik tanpa bergoyang
2. Periksa kedudukan nol serta kesejajaran dari permukaan kedua rahang
3. Benda ukur sedapat mungkin jangan diukur hanya dengan menggunakan ujung
dari rahang ukur

Kelompok XI

Praktikum Metrologi Industri

LITP FT - UNAND

Mikrometer
Mikrometer adalah alat ukur yang prinsip kerjanya adalah informasi gerak
melingkar skala yang diputar jadi gerak transversal yaitu sensornya. Satu
lingkaran skala dari beberapa skala dengan ketelitian tertentu.
Mikrometer digunakan untuk mengukur :
1. Ketebalan dinding atas
2. Ketebalan alas dari suatu produk

Mikrometer Kedalaman (Depth Micrometer)


Mikrometer kedalaman adalah mikrometer yang digunakan untuk mengukur
kedalaman suatu lubang dalam suatu proses pengukuran.
Mikrometer kedalaman digunakan untuk :
1. Mengukur kedalaman suatu lubang atau permukaan bertingkat
2. Batang ukur dapat diganti untuk mengubah kapasitas ukur

Kelompok XI

10

Praktikum Metrologi Industri

LITP FT - UNAND
BAB III
METODOLOGI

3.1

Alat-alat yang diperlukan


1. Benda ukur
Poros bertingkat
Poros bertingkat dengan lubang bertingkat
2. Alat ukur
Mistar ingsut 150 mm dan 200 mm
Mistar ingsut ketinggian
Mikrometer dimensi luar
Mikrometer dimensi dalam jenis rahang
Mikrometer kedalaman

3.2

Persiapan Praktikum
1. Bersihkan objek ukur dari vaseline dengan tissue atau wash bensin
2. Siapkan alat ukur yang sudah dibersihkan
3. Catatlah temperataur ruangan pengukuran
4. Pahami pemakaian alat ukur
5. Pahami gambar teknik yang diberikan dan lakukan pengukuran menurut
ketentuan gambar teknik

3.3

Prosedur Praktikum
1. Pengukuran diameter dalam dan kedalaman lubang
Pengukuran diameter dalam dilakukan dengan menggunakan jangka sorong dan
mikrometer.
2. Pengukuran diameter luar
Pengukuran dilakukan pada objek ukur seperti pada gambar di bawah.
Pengukuran dilakukan pada dua posisi yang berbeda yaitu posisi 1 & 2

Kelompok XI

11

Praktikum Metrologi Industri

LITP FT - UNAND
BAB IV
DATA dan PERHITUNGAN

4.1 Data
Tabel 1 Hasil Pengukuran Diameter Dalam dan Kedalaman Lubang
Alat Ukur

Kecermatan
0,05 mm
0,01 mm
0,01 mm

Mistar Ingsut I
Mikrometer Kedalaman
Mikrometer Dalam Jenis Rahang
Suhu Ruangan
Diameter

Mistar Ingsut

Mikrometer

36,06

36,07

36,10
36,12
36,08

36,09
36,10
36,10

Pengukuran
A
Rata-rata
Standar Deviasi

B
Rata-rata
Standar Deviasi

C
Rata-rata
Standar Deviasi

D
Rata-rata

Kelompok XI

36,075
0,052

36,09
0,014

31,10

31,25

31,18
31,22
31,18

31,24
31,25
31,26

31,17
0,0503

31,25
0,0082

21,54

21,72

21,38
21,42
21,50

21,76
21,60
21,72

21,46
0,07

21,70
0,04

14,88

15,24

15,00
14,96
15,60

15,14
15,10
15,16

15,11

15,16

12

Praktikum Metrologi Industri


Standar Deviasi

LITP FT - UNAND
0,19

0,033

Tabel 2 Hasil Pengukuran Diameter Luar


Alat Ukur
Mikrometer Luar
Mikrometer Luar
Mistar Ingsut
Suhu Ruangan
Diameter

Kecermatan

Range Pengukuran

0,01
0,01
0,05

(mm)
0-25
25-50
0-150
28 C

Posisi Pengukuran 1

Posisi Pengukuran 2

Pengukuran
Mikrometer

Mistar Ingsut

Mikrometer

Mistar Ingsut

9,44

9,42

9,69

9,50

9,43
9,41
9,42

9,46
9,52
9,54

9,88
9,48
9,48

9,56
9,48
9,50

Rata-rata

9,425

9,48

9,575

Standar Deviasi

0,0129

0,025

0,2035

0,0345

20,05

20,10

20,06

20,10

20,05
19,95
19,97

20,14
20,20
20,04

20,04
20,02
20,00

20,04
20,12
20,00

Rata-rata

20,005

20,12

20,03

20,065

Standar Deviasi

0,05

0,014

0,03

0,06

27,98

28,04

28,04

28,00

27,96
27,96
28,07

28,02
28,02
28,04

27,98
27,98
28,03

28,04
28,00
28,02

Rata-rata

27,99

28,03

28,0075

28,015

Standar Deviasi

0,562

0,0015

0,032

0,019

9,51

4.2 Perhitungan
Pada contoh perhitungan kami hanya menampilkan beberapa buah sampel :

Kelompok XI

13

Praktikum Metrologi Industri

LITP FT - UNAND

Data 7
a.Mikrometer
= i/n
= 20,05 + 20,05 + 19,95 + 19,97 / 4
= 20,005 mm
SD = ( Y )/ n 1
= (20,05-20,005) + (20,05-20,005) + (19,95-20,005) + (19,97-20,005)/ 3
= 0,05
b.

Mistar Ingsut
= i/n
= 20,10 + 20,14 + 20,20 + 20,04 / 4
= 20,12 mm
SD = ( Y )/ n 1
= (20,10-20,12) + (20,14-20,12) + (20,20-20,12) + (20,04-20,12)/ 3
= 0,014

Data 8
a.Mikrometer
= i/n
= 20,06 + 20,04 + 20,02 + 20,00 / 4
= 20,03 mm
SD = ( Y )/ n 1
= (20,06-20,03) + (20,04-20,03) + (20,02-20,03) + (20,00-20,03)/ 3
= 0,03

Kelompok XI

14

Praktikum Metrologi Industri


b.

LITP FT - UNAND

Mistar Ingsut
= i/n
= 20,10 + 20,04 + 20,12 + 20,00 / 4
= 20,065 mm
SD = ( Y )/ n 1
= (20,10-20,065) + (20,04-20,065) + (20,12-20,065) + (20,00-20,065)/ 3
= 0,06

4.4 Analisa dan Pembahasan


Dari praktikum yang telah kami lakukan, kami memperoleh beberapa data
dari beberapa pengukuran linier. Data-data tersebut diperoleh dari pengukuran yang
dilakuakan beberapa alat ukur sesuai dengan fungsi alat ukur tersebut.
Pengukuran yang kami lakukan pada dua buah spesimen yang berbeda.
Pengukuran pertama dilakukan untuk mengukur diameter dalam dan kedalaman
lubang dengan menggunakan mistar ingsur dan mikrometer sedangkan pengukuran
kedua dilakukan untuk mengukur diameter luar juga dengan menggunakan mistar
ingsut dan mikrometer.

Kelompok XI

15

Praktikum Metrologi Industri

LITP FT - UNAND

Pada pengukuran diameter dalam terdapat empat buah bagian yang harus
diukur, sedangkan untuk pengukuran diameter luar terdapat tiga bagian yang harus
diukur dengan posisi yang berbeda.
Dari beberapa data yang kami peroleh, ada kalanya terdapat perbedaan
nilai yang relatif tinggi antara mistar ingsut dan mikrometer pada benda ukur yang
sama. Hal ini dapat disebabkan karena penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
selama peroses pengukuran. Penyimpangan-penyimpangan tersebut dapat terjadi
karena kesalahan posisi pengukuran, misalnya sensor pada alat ukur tidak tepat
berada pada diameter benda ukur. Bisa juga terjadi penyimpangan dari pengukur itu
sendiri dalam pembacaan harga ukur pada alat ukur.

BAB V
KESIMPULAN dan SARAN
5.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang kami peroleh dari praktikum yang telah kami
lakukan :
Tiap-tiap alat ukur linier mempunyai fungsi yang berbeda-beda antara
yang satu

dengan yang lain.

Kecermatan pada masing2 alat ukur linier berbeda-beda

Kelompok XI

16

Praktikum Metrologi Industri

LITP FT - UNAND

Mistar ingsut memiliki kecermatan yang lebih rendah jika dibandingkan


dengan mikrometer.
Untuk mengukur kedalaman lubang biasanya digunakan mistar ingsut
Tiap2 alat pengukuran linier mempunyai teknik yang berbeda-beda dalam
melakukan pengukuran terhadap benda ukur.
5.2 Saran
Adapun beberapa saran agar diperoleh hasil yang lebih baik, yaitu :
Pahami dan mengethui fungsi dan cara menggunakan tiap-tiap alat ukur
linier.
Lebih hati-hati dalam melakukan proses pengukuran terhadap benda ukur
Posisi pengukuran diusahakan tepat terhadap diameter benda ukur

DAFTAR PUSTAKA
Malik, Adam, Iskandar. Diktat Praktikum Metrologi Industri . Fakultas Teknik
Universitas Andalas. Padang
Rochim Taufiq. Spesifikasi, Metrologi, dan Kontrol Kualitas Geometrik. FTI ITB.
Bandung.

Kelompok XI

17

Praktikum Metrologi Industri

Kelompok XI

LITP FT - UNAND

18

Anda mungkin juga menyukai