Anda di halaman 1dari 76

SPESIFIKASI UMUM

Nama
Pekerjaan

Lokasi
Pekerjaan

Uraian
Proyek

Pengadaan dan Peningkatan Akses Air Minum di


Desa Taro merupakan kegiatan pemenuhan
kebutuhan air minum dan air bersih masyarakat.
Data teknis Proyek sebagai berikut :

Nama Pekerjaan : Pembangunan SPAM di


Desa Pacung Kec. Tejakula Kab. Buleleng

Item Pekerjaan : Secara umum meliputi


Pekerjaan Sipil : pembangunan reservoar dan
bangunan bagi, serta pekerjaan pipa : suplai
dan
pemasangan
pipa
PVC,
dan
aksesorisnya.

Lokasi Pekerjaan penyediaan air minum, yaitu :


a. Sistem Pacung : menggunakan sumber mata
air dari reservoir di Banjar Dinas Pramboan
dan melayani kebutuhan Br. Dungdung,
Banjar Bene dan sekitarnya
Pekerjaan pokok yang harus diselesaikan adalah
pembangunan sarana penyediaan air baku yang
terdiri dari item item pekerjaan sebagai berikut :
1. Pekerjaan Beton (Bangunan Reservoar dan
bak bagi)
2. Pengadaan dan Pemasangan Jaringan pipa
Distribusi (termasuk aksesoris)

Pekerjaan
Persiapan

1. Kontraktor wajib menyediakan medan/tempat


kerja dan daerah kerja termasuk sewa tanah
yang diperlukan dan pembersihan medan kerja
dari tanaman/tumbuhan agar siap dilakukan
konstruksi.
2. Sebelum kegiatan fisik dimulai Kontraktor harus :
-

Melaksanakan uitzet, pengukuran dengan


pesawat ukur, untuk mendapatkan gambar
Mutual Chek awal (MC 0)

Memasang patok patok tetap, patok patok


bantu, bouwplank profil yang peil peilnya
diambil dari peil pokok

Memasang patok as bangunan dan batas


bangunan yang dikerjakan
1

3. Patok titik tetap bangunan harus dipasang di


tempat
yang
aman
tidak
terusik
oleh
pelaksanaan pekerjaan
4. Patok as, profil, bouwplank yang dipasang harus
kokoh tidak mudah berubah
5. Untuk kontrol peil sehubungan besarnya beda
tinggi maka harus dibuat bouwplank untuk peil
peil bantu
6. Setelah uitzet selesai dikerjakan, Kontraktor
harus segera meminta Direksi untuk mendapat
persetujuan.
7. Kontraktor harus membersihkan lapangan kerja
untuk jalur pipa dan bangunan rencana dari
semua tanaman atau benda lainnya, kecuali jika
terdapat bangunan permanen.
Gambar
Desain,
Gambar
Shop
Drawing dan
As-Built
Drawing

1. Pelaksanaan fisik konstruksi harus dikerjakan


sesuai dengan gambar rencana pelaksanaan
(gambar bestek) dan gambar detail yang telah
disetujui Pejabat Pembuat Komitmen.
2. Apabila terdapat ketidaksamaan antara gambar
desain dengan keadaan di lapangan, Kontraktor
harus memberitahukannya kepada Direksi untuk
penetuan lebih lanjut.
3. Kontraktor wajib menyiapkan gambar kerja (shop
drawing) yang dihasilkan dari pengukuran
lapangan terbaru yang disetujui oleh Direksi.
4. Shop drawing disiapkan dalam format A3 dan
harus mendapatkan persetujuan direksi sebelum
memulai pekerjaan.
5. Pekerjaan yang dilaksanakan tidak berdasarkan
gambar (shop drawing) yang disetujui oleh
Direksi menjadi tanggungan Kontraktor sendiri.
Terhadap hal ini Direksi berhak meminta
Kontraktor untuk membongkar tanpa adanya
biaya
tambahan.
Dalam
hal
Kontraktor
melaksanakan pekerjaan diluar ketentuan tanpa
persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen maka
hal fisik pekerjaan tidak dapat diperhitungkan
dalam pembayaran pekerjaan.

6. Gambar terbangun/As Built Drawing :


-

Setiap selesainya satu bagian pekerjaan,


Kontraktor wajib menyiapkan As Built Drawing
dalam format A3. Gambar ini harus
menyajikan
ionformasi
detail
dan
menggambarkan kondisi actual pelaksanaan
di lapangan.
As Built Drawing harus disetujui oleh Direksi
dan menjadi dasar dalam perhitungan
pembayaran.

Ukuran

1. Ukuran-ukuran dapat dilihat pada gambar


desain. Ukuran-ukuran yang belum tercantum
atau kurang jelas dapat ditanyakan pada Direksi.
2. Apabila
terdapat
ketidaksesuaian
antara
spesifikasi teknis dengan gambar rencana maka
spesifikasi teknis lebih mengikat.
3. Apabila terdapat ketidaksesuaian antara skala
gambar dengan angka ukuran yang tercantum
maka ukuran yang mengikat dengan urutan :
a. Ukuran tertulis
b. Ukuran skala gambar
4. Apabila ukuran dalam gambar pelaksanaan tidak
sesuai dengan keadaan di lapangan, Kontraktor
harus memberitahukan kepada Direksi untuk
mendapatkan penentuan selanjutnya.

Mulai
Pekerjaan
dan Serah
Terima Area
Kerja

Rencana
Kerja

1. Untuk
memulai
pelaksanaan
pekerjaan,
Kontraktor memperoleh Surat perintah Mulai
Kerja (SPMK) dan penyerahan areal pekerjaan
dari Pejabat Pembuat Komitmen.
2. Kontraktor wajib mengkoordinasikan kepada
pemerintah setempat dan masyarakat tentang
rencana kegiatan pelaksanaan pekerjaan.
1. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender
terhitung dari tanggal penunjukan/penetapan
pemenang pelelangan Kontraktor harus sudah
menyerahkan program/rencana kerja terperinci
termasuk metode pelaksanaan yang akan
diaplikasikan untuk pelaksanaan pekerjaan, dan
data personil yang akan ditugaskan.
2. Time Schedule secara detail yang dilengkapi
3

dengan :
-

Rencana pengerahan tenaga.

Rencana penggunaan peralatan.

Volume kegiatan bagian-bagian pekerjaan.

Rencana penggunaan material.

Gambar tahapan kegiatan pekerjaan dan lainlain.

Dilengkapi
pekerjaan.

dengan

rencana

kemajuan

Rencana kerja diatas dibuat oleh Kontraktor dan


dimintakan persetujuan kepada Direksi.
Apabila
diperlukan,
Kontraktor
wajib
mengadakan penyempurnaan atas rencana kerja
tersebut atau sehubungan dengan adanya
keterlambatan,
perubahan-perubahan
pelaksanaan, pekerjaan tambah-kurang yang
kemudian harus mendapat persetujuan Direksi.
Keterlambat 9
an Pekerjaan

1. Keterlambatan penyerahan pekerjaan terhitung


dari batas waktu pelaksanaan, Kontraktor
dikenakan denda sebesar 1/1.000 (1 permil) dari
Nilai Kontrak untuk setiap hari kelambatan.
2. Apabila jumlah denda kelambatan mencapai
batas maksimum yaitu 10% dari nilai kontrak,
maka hubungan kontrak akan diputuskan, dan
Pihak I berhak menunjuk Pihak II untuk
menyelesaikan pekerjaan selanjutnya.

Laporan
Kemajuan
Pekerjaan
(Bulanan)

10 1. Kontraktor wajib membuat Laporan Bulanan


dalam format A4 dan disetujui oleh Direksi.

Laporan
Kemajuan
Pekerjaan
(Harian)

11 1. Kontraktor wajib menyediakan laporan harian


yang menyatakan informasi progrees hari ini dan
rencana kerja keesokan harinya.

2. Laporan bulanan mencakup informasi tentang


progress pekerjaan yang sudah dilaksanakan
dalam bulan berjalan, rencana kerja bulan ke
depan, foto dokumentasi pekerjaan bulanan.
Laporan ini mencakup juga tabel penggunaan
material, tenaga kerja dan alat.

2. Laporan harian dibuat dalam format A4 dan


harus mendapat persetujuan Direksi.
3. laporan harian dibuat setiap hari untuk mencatat
4

hal-hal sebagai berikut:

Jam Kerja

Catatan jumlah tenaga kerja.

Catatan material/bahan meliputi : bahan


yang akan digunakan dan stock bahan yang
ada.

Jumlah alat yang digunakan.

Jenis kegiatan bagian konstruksi


dilaksanakan pada hari tersebut.

Hasil fisik pekerjaan yang dicapai.

Keadaan cuaca (cerah, hujan, dsb.).

yang

12 1. Kontraktor dapat menentukan sendiri jam kerja


bagi tenaga kerjanya dengan mengacu para
peraturan tenaga kerja yang berlaku.
2. Dalam hal Kontraktor akan bekerja di luar jam
kerja/lembur
maka
Kontraktor
harus
memberitahukan kepada Direksi pekerjaannya
secara tertulis sekurang-kurangnya 24 jam
sebelumnya untuk mendapatkan persetujuan.

Bahan/Mater
ial
Bangunan
untuk
Pelaksanaan
Pekerjaan

13 1. Mendatangkan material ke lokasi pekerjaan :


-

Sebelum mengadakan material kerja, maka


Kontraktor wajib mengajukan permohonan
tertulis kepada Direksi tentang jenis dan
spesifikasi material yang akan didatangkan.
Mateial yang digunakan harus memenuhi
persyaratan teknis dalam spesifikasi teknis.
Segala biaya yang timbul pada pengajuan
material
ini
menjadi
tanggung
jawab
Kontraktor.

Bahan-bahan yang setelah diperiksa Direksi


dapat
diterima/disetujui,
maka
bahan
tersebut masuk di gudang Job Site dan di
bawah pengawasan Direksi pekerjaan, tidak
boleh
ditarik
keluar
guna
pekerjaan
Kontraktor yang lain, kecuali atas persetujuan
tertulis atas Direksi.

Bahan-bahan yang didatangkan di lokasi


pekerjaan tetapi tidak memenuhi persyaratan
dan ditolak Direksi, harus dibawa keluar
lokasi pekerjaan dengan batas waktu paling
lama tiga hari terhitung dari keputusan
penolakan oleh Direksi. Biaya pengeluaran

bahan tersebut menjadi beban Kontraktor..


-

Penggantian tipe/spesifikasi material karena


sebab tertentu harus mendapat persetujuan
Direksi.

2. Pemeriksaan material dan kualitas pekerjaan.

Peralatan
Kerja
Kontraktor

Pemeriksaan
material
oleh
Direksi
didasarkan pada syarat-syarat bahan pada
Spesifikasi Teknis ini.

Apabila dipandang perlu, Direksi berhak


meminta
kepada
Kontraktor
untuk
memeriksakan kualitas material ke pihak
independen dengan tanggungan Kontraktor.

Direksi/Petugas Proyek berhak mengadakan


pemeriksaan berkala dan pemeriksaan ulang
terhadap bahan-bahan yang sudah disetujui.
Bila dari hasil pemeriksaan ulang ternyata
memang tidak memenuhi syarat, maka
material tersebut harus diganti tanpa adanya
biaya tambahan.

14 1. Kontraktor harus dan wajib menyediakan sendiri


semua
jenis
alat
peralatan
maupun
perlengkapan kerja yang diperlukan untuk
kegiatan pelaksanaan pekerjaan dan disetujui
oleh Direksi.
2. Alat peralatan dimaksud harus dalam keadaan
baik, siap dipakai. Kerusakan yang terjadi selama
pelaksanaan agar segera diperbaiki atau
dicarikan penggantinya.
3. Biaya mobilisasi semua
tanggungan Kontraktor.

peralatan

menjadi

4. Kontraktor
wajib
menyediakan
tambahan
peralatan jika peralatan yang ada dinilai tidak
mencukupi.
5. Keamanan alat selama pelaksanaan menjadi
tanggung jawab Kontraktor sendiri.
Pemeriksaan 15 1. Kontraktor wajib meminta persetujuan Direksi
Pekerjaan
untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan dan
pekerjaan tahaoan selanjutnya.
2. Direksi berhak
sewaktu-waktu

untuk memeriksa pekerjaan


tanpa
pemberitahuan
6

sebelumnya.
3. Hasil pemeriksaan ditulis pada laporan hasil
pemeriksaan yang ditandatangani oleh kedua
belah pihak yang memeriksa.
Pembayaran

16 1. Pembayaran dilakukan secara bulanan


dengan kemajuan pekerjaan minimal 7 %.

atau

2. Pembayaran dapat dilakukan setelah dilakukan


perhitungan atas pekerjaan yang telah selesai
dan disetujui oleh Direksi.
3. Pembayaran dilakukan dengan menerbitkan
Interim Payment Certificate yang disetujui
Direksi dan Pemilik Pekerjaan.
Pekerjaan
yang
Tidak Lancar

17 1. Bagi pekerjaan yang tidak lancar yang tidak


sesuai dengan rencana kerja, terlalu lambat atau
terhenti sama sekali, maka Direksi akan
memberikan
peringatan-peringatan/teguranteguran secara tertulis kepada Kontraktor.
2. Apabila Kontraktor ternyata dengan sengaja
tidak
mengindahkan
peringatan-peringatan
tersebut diatas dan telah cukup diberi peringatan
dan teguran-teguran tertulis 3 kali berturut-turut,
maka PPK bersangkutan
berhak melakukan
pemutusan kontrak secara sepihak.

Pekerjaan
Tambahan

18 1. Pekerjaan tambah dan kurang hanya boleh


dilakukan oleh Kontraktor atas perintah tertulis
dari Direksi.

Keselamatan 19 1. Keselamatan Kerja


Kerja
Kontraktor harus memperhatikan secara penuh
terhadap resiko terjadinya kecelakaan yang
mungkin terjadi selama proyek berlangsung dan
selalu memperhatikan keamanan sebagai faktor
utama
dalam
melaksanakan
pekerjaan.
Kontraktor harus mengikuti peraturan-peraturan
mengenai
pencegahan
kecelakaan
dan
keamanan yang berlaku. Untuk menjamin hak
tenaga
kerja,
maka
Kontraktor
wajib
mengasuransikan keselamatan kerja tenaganya
sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaan.
Papan Nama
Pekerjaan

20 1. Kontraktor
harus
membuat
papan
nama
pekerjaan ukuran 0.8 x 1.2 m dengan bentuk dan
format tulisan standar dipasang ditepi jalan atau
7

tempat yang mudah dilihat, atau sesuai petunjuk


direksi
2. Papan nama pekerjaan harus sudah dipasang
sebelum aktifitas di lapangan dimulai
3. Segala biaya untuk pengadaan dan pemasangan
papan nama menjadi tanggungan kontraktor
Direksi Keet,
Barak
Kerja dan
Gudang

21 1. Kontraktor sebelum memulai kegiatan fisik harus


sudah menyiapkan Direksi keet dengan ukuran 4
x 6 m2 dengan ketentuan minimal :
-

Konstruksi kayu

Atap seng gelombang

Lantai beton tumbuk 5 cm

Dinding papan atau kayu /tripleks

Jendela naco 2 buah

2. Kantor pelaksanan berukuran 3 x 4 m dengan


kondisi sebagaimana Direksi Keet.
3. Gudang
berukuran
secukupnya
dengan
persyaratan pada umumnya dan menjamin
keamanan dan kualitas terhadap bahan bahan
yang ditempatkan.
4. Barak kerja harus dapat menjamin keselamatan
dan keamanan pekerja, serta terjamin terhadap
kesehatan
5. Direksi keet, gudang dan barak kerja harus
berada dekat dengan lokasi pekerjaan, mudah
dijangkau, dan dapat mendukung kelancaran
pekerjaan di lapangan.
6. Segala biaya yang berhubungan dengan direksi
keet, barak dan gudang menjadi tanggungan
Kontraktor
7. Bila ditentukan lain, Kontraktor dapat melakukan
perjanjian sewa menyewa dengan pihak ketiga
untuk bangunan-bangunan
tersebut, dengan
ketentuan sesuai persyaratan dan disetujui oleh
Direksi.
Rambu
Rambu
Pengaman

22 1. Kontraktor wajib memasang ramburambu


pengaman untuk pekerjaan yang berada pada
kawasan lalu-lintas umum orang / kendaraan
untuk keselamatan umum.
2. Rambu-rambu tetap (2 buah) dipasang pada
8

ujung-ujung lokasi pekerjaan dengan memakai


standar rambu lalu lintas yang sesuai dilengkapi
tanda atau tulisan yang jelas, dimengerti dan
mudah dibaca khususnya pada malam hari.
3. Rambu-rambu tidak tetap dipasang pada daerah
yang ada galian yang masih menganga / belum
diurug. Bahan menggunakan papan/ kayu yang
tahan
terhadap
perubahan
cuaca,
serta
tanda/tulisan dapat dilihat dengan jelas.
Penyangga kaki menggunakan balok kayu
sehingga rambu dapat kokoh berdiri dan mudah
untuk dipindahkan.
4. Jumlah rambu tidak tetap disesuaikan kondisi
lapangan, minimal harus ada sebanyak 2 ( dua)
buah.
5. Galian yang menganga pada daerah bahu jalan
agar
diisi
pengaman
sehingga
tidak
membahayakan
pengguna
jalan.
Bahan
menggunakan papan kayu dipasang sejajar jalan
dengan penyangga usuk atau ketentuan lain
sesuai petunjuk direksi.
6. Segala biaya untuk pengadaan dan pemasangan
rambu menjadi tanggungan kontraktor.

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN SIPIL


Uraian
Umum

1.1 Spesifikasi
teknis
ini
berisi
syarat-syarat
pelaksanaan masing-masing jenis pekerjaan
yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang
direncanakan dari segi bentuk, kuantitas dan
kualitas pekerjaan.
1.2 Pelaksanaan pekerjaan ini harus menggunakan
tata kerja dan mengikuti ketentuan-ketentuan
dari spesifikasi teknis yang telah ditetapkan,
sehingga sasaran/tujuan pembangunan dapat
dicapai
1.3 Jenis-jenis pekerjaan yang mengikat adalah yang
tercantum dalam daftar kuantitas dan harga
pekerjaan, sedang bila pada spesifikasi teknis ini
ada yang belum diberikan spesifikasi teknisnya
akan diberikan pada waktu aanwijzing.

Pekerjaan
Persiapan

2.1 Dasar Ukuran Tinggi dan Pengukuran


a. Pelaksana pekerjaan harus membuat peil
pokok/patok
utama
untuk
setiap
unit
pekerjaan yang memerlukan bouwplank.
b. Peil pokok tersebut harus diikat ketinggiannya
dengan peil yang sudah ada atau terhadap
tinggi peil setempat, dan hasil pengikatan peil
tersebut harus ditandai dengan cat.
c. Semua patok-patok/bouwplank harus terbuat
dari bahan yang kuat dan awet, dipasang
kokoh tidak diperbolehkan untuk bisa berubah
tempat ataupun tertimbun tanah dan
permukaan atasnya rata.
d. Bouwplank harus diikat ketinggiannya dengan
peil pokok, dan ditandai ketinggiannya
dengan cat.
e. Setelah pekerjaan pemasangan bouwplank
selesai,
pelaksana
pekerjaan
harus
menyediakan alat ukur lengkap dengan
perlengkapannya, seperti juru ukur, pekerjapekerja dan sebagainya yang diperlukan
untuk pemeriksaan.
f. Jika pemasangan peil/bouwplank salah, maka
harus dibetulkan
2.2 Pembersihan Tempat Pekerjaan
Sebelum memulai suatu pekerjaan yang ada,
10

pelaksana
pekerjaan
harus
membersihkan
lapangan pekerjaan dari segala macam tumbuhtumbuhan dan lain-lain rintangan yang terdapat
disekitar lokasi pekerjaan tersebut.
2.3 Ruang Kerja, Gudang dan Los Kerja
Pelaksana pekerjaan sebaiknya menyiapkan
ruang/kantor kerja, gudang dan los kerja yang
pantas di tempat pekerjaan, lengkap dengan
kunci dan perabotan yang diperlukan.
Dinding dan lantai gudang tidak lembab,
memenuhi syarat-syarat tehnis dan keamanan.
I. PEKERJAAN TANAH
Pekerjaan
Tanah

3.1 Umum
a. Pelaksana pekerjaan harus menyediakan
tenaga kerja, bahan perlengkapan, alat
pengangkutan
dan
piranti
lain
yang
diperlukan untuk pekerjaan tanah.
b. Semua penggalian, pengurugan dan cara
pengurugan harus sesuai dengan syaratsyarat.
3.2 Pembersihan Lapangan
a. Sebelum pelaksana pekerjaan mulai dengan
pekerjaan penggalian, penempatan bahan
urugan atau penimbunan bahan, semua
bagian lapangan yang akan dikerjakan atau
ditempati, harus dibersihkan dari semua
tumbuh-tumbuhan
dan
sampah
yang
kemudian dibuang ke tempat yang aman.
b. Semua pohon-pohon dan semak-semak yang
direncanakan tetap berada ditempatnya harus
dihindari dari kerusakan. Hasil pembersihan
harus dipindahkan dari lapangan pekerjaan.
3.3 Penggalian
A. Umum
a. Penggalian dilakukan pada bagian-bagian
yang lebih tinggi dari elevasi tanah yang
direncanakan untuk pondasi gedung, pondasi
reservoir, parit pipa dan saluran drainase.
Hasil-hasil galian diangkut ke tempat-tempat
dimana diperlukan pengurugan atau ke
tempat
lain
yang
aman
dan
tidak
mengganggu.
11

b. Pekerjaan penggalian tanah termasuk juga


pembuangan segala benda yang ditemukan
dalam
bentuk
apapun
yang
dapat
mengganggu
pelaksanaan
pekerjaan
pembangunan.
c. Galian
tanah
baru
dimulai
setelah
pemasangan patok/bouwplank atau patokpatok.
d. Penggalian harus sesuai dengan garis dan
elevasi yang tertera pada gambar.
e. Kemiringan pada galian harus pada sudut
kemiringan (talud) yang aman.
f. Pelaksana
pekerjaan
harus
menjaga
pengaruh-pengaruh luar ke dalam lubang
galian seperti air tanah, kelongsoran, hujan,
air permukaan, lumpur yang masuk dan
benda-benda lain yang tidak diinginkan. Biaya
untuk
pekerjaan
ini
harus
sudah
diperhitungkan dalam biaya pelaksanaan
pekerjaan.
g. Jika ada kerusakan-kerusakan akibat hal-hal
tersebut di atas, maka harus bertanggung
jawab penuh atas segala kerusakan tersebut
dan memperbaikinya kembali sampai seperti
keadaan semula.
h. Untuk galian-galian yang memotong saluransaluran di bawah tanah, baik itu berupa
saluran telekomunikasi, listrik, air dan
sebagainya, maka pelaksana pekerjaan harus
bertanggung jawab penuh untuk melapor
kepada instansi terkait atau memindahkan ke
tempat yang lain.
i. Pelaksana pekerjaan hendaknya menyiapkan
satu tempat untuk menampung kelebihan
tanah hasil galian.
j. Penyimpanan/pembuangan tanah galian tidak
boleh
mengganggu
kedudukan
patokpatok/bouwplank, atau bagian-bagian yang
tidak
diperbolehkan
tergantung
kedudukannya.
B. Kelebihan Galian yang diperintahkan
Bila diperlukan, lubang galian harus digali
12

lebih
dalam
sampai
kedalaman
yang
ditentukan. Setelah galian selesai, permukaan
tanah harus diratakan, dibasahi seperlunya
dan dipadatkan dengan baik.
C. Penggalian tanah untuk pondasi
a. Penggalian harus dilakukan sesuai dengan
lebar lantai kerja pondasi, dan penampang
lereng disebelah kiri-kanan galian dimiringkan
keluar arah pondasi dengan sudut kemiringan
yang aman sehingga tidak menimbulkan
keruntuhan, atau seperti yang terlihat pada
gambar.

b. Dasar galian harus mencapai tanah keras, dan


apabila galian ternyata tidak sesuai dengan
rencana
gambar
pondasi,
pelaksana
pekerjaan
harus
melaporkannya
pada
pengawas dan dimintakan keputusannya.
c. Kecuali dinyatakan lain dalam gambar, dasar
dari semua galian harus rata. Jika pada dasar
galian terdapat akar-akar kayu, kotorankotoran dan bagian-bagian tanah yang
berongga (tidak padat), maka bagian itu harus
dikeluarkan seluruhnya, dan lubang yang
terjadi harus diisi dengan pasir. Khusus untuk
pondasi reservoir, lubang yang terjadi harus
diisi dengan sirtu.
d. Setiap kelebihan galian di bawah permukaan
yang telah ditentukan harus diurug kembali
sampai permukaan semula dengan pasir (sirtu
untuk pondasi ground reservoir). Pasir
tersebut harus dibasahi seperlunya dan
dipadatkan dengan baik untuk mencegah
turunnya bangunan yang akan dikerjakan.
e. Penggalian lapisan 15 cm terakhir dari dasar
pondasi harus dilakukan dengan tangan
(mamual), tidak diperbolehkan menggunakan
alat-alat berat.
f. Air yang tergenang di lapangan atau pada
galian selama pelaksanaan pekerjaan dari
mata air, hujan atau kebocoran pipa-pipa
selama
pelaksanaan
pekerjaan
harus
13

dikeringkan atau dipompa keluar.


D. Galian Parit Pipa
a. Galian parit pemasangan pipa disebut : Galian
Parit Pipa.
b. Lebar dasar parit harus berukuran minimal
diameter luar pipa ditambah 300 mm dan
maksimal diameter luar pipa ditambah 500
mm, atau sesuai dengan yang tertera pada
gambar.
c. Dasar parit harus dibuat sama rata dengan
dasar pipa, sehingga dasar setiap bagian pipa
yang dipasang harus mengenai tanah
sepanjang jalur pipa.
E. Penggalian Batuan dan Batu Besar
Batu-batu besar yang dijumpai pada waktu
penggalian harus dikeluarkan atas biaya
pelaksanaan.
F. Pemompaan air tanah pada galian d
bawah muka air tanah
Penggalian tanah harus dikerjakan dalam
keadaan
kering.
Pelaksana
pekerjaan
bertanggung jawab untuk merencanakan
sistim pemompaan air tanah.
Pemompaan dikerjakan dengan syarat-syarat
sebagai berikut :
a. Sistim
yang
dipakai
tidak
boleh
mengakibatkan penaikan/penurunan tanah
(heaving) dasar galian secara berlebihan.
b. Jumlah dan kapasitas pompa harus diadakan
secukupnya.
c. Air yang dipompa harus dibuang, sehingga
tidak mengganggu galian atau sekitarnya.
d. Sistim pemompaan harus diperhitungkan
secara detail dalam menghadapi bahaya
longsor terhadap pekerjaan dan daerah yang
berdekatan pada waktu hujan besar.
e. Kecuali disediakan untuk hal darurat seperti
pada ad.d, maka cara pengeringan harus
bekerja terus menerus, sehingga pekerjaan
dari pondasi selesai seluruhnya.
f. Di dalam hal terjadi kerusakan total dari

14

sistim pengeringan, setelah dinding-dinding


dikerjakan
tapi
sebelum
bagian
atas
dikerjakan,
maka
tindakan
pencegahan
darurat harus diadakan untuk mengisi
struktur dengan air. Hal ini dimaksudkan
untuk mencegah tekanan air yang berlebihan
(uplift) terhadap struktur.
Urugan
Pasir dan
Penguruga
n Kembali

4.1 Urugan pasir dilakukan di bawah semua lantai


atau seperti yang terlihat pada gambar dengan
tebal sesuai dengan gambar, termasuk lantai
rabat.
4.2 Urugan pasir harus disiram air
ditumbuk/dipadatkan hingga padat.

kemudian

4.3 Bahan urugan pasir harus bersih.


4.4 Bahan urugan kembali dapat berupa bahan
terpilih dari bekas galian semula atau yang
didatangkan dari tempat lain yang bebas dari
bahan
organis
dan
benda
padat
yang
diameternya lebih besar dari 5 cm.
II. PEKERJAAN KONSTRUKSI BETON
Pekerjaan
Beton

1.1 Umum
a. Pelaksana pekerjaan harus melaksanakan
pekerjaan beton sesuai dengan persyaratan
yang ditentukan ini yang didasari dalam
Peraturan Beton 1971 (PBI 1971) dan harus
melaksanakan
pekerjaannya
dengan
ketepatannya dan kesesuaian yang tinggi
menurut RKS, gambar kerja dan instruksiinstruksi oleh pengawas/pendamping.
b. Semua pekerjaan-pekerjaan yang tidak sesuai
dengan persyaratan yang ada pada gambargambar rencana harus dibongkar dan diganti.
c. Semua material harus baru dengan kualitas
yang terbaik dari yang ditentukan.
1.2 Bahan
A. Portland Cement (PC)
Semua merk PC yang digunakan harus
Portland Cement merk Standard, yang telah
disetujui oleh badan yang berwenang dan
memenuhi persyaratan Portland Cement klas
I-2475 (PBI-1971 NI-2). Seluruh pekerjaan
sebaiknya menggunakan satu merk PC. PC
15

harus disimpan secara baik, dihindarkan dari


kelembaban sampai tiba saatnya untuk
dipakai. PC yang telah menggumpal atau
membatu tidak boleh digunakan. PC harus
disimpan sedemikian rupa, sehingga mudah
untuk diperiksa dan diambil contohnya.
B. Koral dan Pasir (agregat)
a. Agregat harus sesuai dengan syarat-syarat
PBI 1971, dimana kerikil untuk beton
berukuran 2-3 cm, bersih keras, padat (tidak
porous) dan cukup syarat kekerasannya.
Agregat halus (pasir) tidak boleh mengandung
lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap
berat kering), bersih, berbutir tajam dan
keras.
b. sebelum pengecoran dimulai, contoh-contoh
material harus sudah siap untuk diadakan
pengecekak atas keseuaian terhadap syarat.
c. Agregat kasar dan
disimpan terpisah.

halus

diangkat

dan

C. Campuran Beton
a. Adukan beton terdiri dari bahan semen, bahan
pembantu (admixture) bila diperlukan, pasir,
koral dan air. Kwalitas bahan tersebut harus
memenuhi
syarat
yang
ditentukan.
Perbandingan campuran beton rencana untuk
berbagai jenis pekerjaan beton/kuat tekan
beton harus ditentukan sesuai gambar yang
ada. Apabila campuran beton rencana sudah
ditentukan
perbandingannya
(misal:
1pc:2ps:3krl), maka percobaan kubus beton
dan uji kubus beton tidak perlu dilakukan.
b. Di dalam membuat campuran beton, jumlah
semen dan agregat akan diukur menurut
berat, kecuali dalam beberapa hal khusus,
pengukuran material dengan volume, akan
dipakai untuk bangunanbangunan struktur
yang kecil.
c. Semua volume dan berat agregat, semen, dan
air harus ditakar dengan seksama. Bilamana
proporsi-proporsi yang disyaratkan tidak
dilaksanakan, maka konstruksi beton yang
sudah dicor dapat diperintahkan untuk segera
16

disingkirkan.
D. Testing Beton dan Peralatannya
Pelaksana
pekerjaan
harus
membuat,
merawat dan mengadakan test-test kubus
beton pada laboratorium beton yang disetujui
Direksi atas biaya sendiri untuk mencapai
kekuatan tekan beton sesuai dengan yang
disyaratkan,
pada
beton
yang
belum
ditentukan proporsi campurannya. Untuk
beton yang telah ditentukan campurannya
test-test kubus beton tidak perlu dilakukan.
Kesesuaian
campuran
yang
harus
mendapatkan pengecekan. Test yang harus
dilakukan adalah pada waktu kubus beton
berumur 7 hari dan 28 hari. Setiap 5 m3 beton
yang dicor, maka harus dibuat satu seri benda
uji terdiri dari 2 buah yaitu untuk 7 hari dan
28 hari. Setiap benda uji harus diberi tanggal
pembuatan dan dari bagian mana beton
diambil. Jika digunakan beton ready-mix,
maka dari tiap truck dibuat 2 benda uji untuk
test 7 hari dan 28 hari.
E. Persiapan Pengecoran Beton
E.1.Umum
Sebelum pekerjaan beton dimulai,
sebelumnya pelaksana pekerjaan
membuat laporan tertulis kepada

maka
harus

pengawas/pendamping yang menyebutkan :


-

Jumlah volume beton yang dicor, dan


Time schedule pelaksanaan pengecoran

Jumlah alat-alat pengecoran misalnya :


fibrator/alat
penggetaryang
lain,
molen/pengaduk
yang
tersedia
di
lapangan,

Jumlah cetakan-cetakan kubus beton


yang
tersedia
di
lapangan,
bila
diperlukan

Jumlah tenaga
lapangan

Kebersihan Tempat pengecoran, dan


Kesiapan penulangan sesuai dengan
gambar

kerja

yang

ada

di

17

Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum


persyaratan tersebut di atas terpenuhi.
E.2.Pencegahan Korosi
Pipa, pipa listrik, angker dan bahan lain yang
terbuat dari besi yang ditanam dalam beton
harus
dipasang
cukup
kuat
sebelum
pelaksanaan pengecoran beton, kecuali jika
ada perintah lain. Jarak antara bahan tersebut
dengan
setiap
bagian
pembesian
sekurangkurangnya harus 5 cm. Cara yang
dibenarkan untuk mengikat bahan itu pada
kedudukan yang benar adalah dengan kawat
atau mengelas ke besi beton.
E.3.Sambungan Beton
Bidang-bidang beton lama yang akan
berhubungan erat dengan beton baru, dan
bila perlu juga bidang-bidang akhir dari beton
pada siar pelaksanaan, harus dikasarkan dulu,
kemudian bidang-bidang tersebut harus
dibersihkan dari segala kotoran dan bendabenda lepas, setelah itu harus dibasahi
dengan air sampai jenuh. Sesaat sebelum
beton
yang
baru
akan
dicor
semua
permukaan sambungan beton yang horizontal
harus dilapisi atau disapu dengan spesi mortal
dengan susunan yang sama seperti yang
terdapat dalam betonnya. Lapisan spesi
mortal tersebut harus disebar merata dan
harus dikerjakan benar sampai mengisi ke
dalam seluruh liku-liku permukaan beton lama
yang tidak rata, sedapat mungkiin harus
dipergunakan sapu kawat untuk menyisipkan
lapisan aduk tersebut ke dalam celah
permukaan beton lama.
E.4.Persiapan Pengecoran
Beton tidak boleh dicor, bila seluruh pekerjaan
bekisting/perancah, pekerjaan tulangan dan
pekerjaan instalasi yang tertanam selesai
dipasang dan persiapan seluruh permukaan
tempat pengecoran belum siap. Seluruh
permukaan bekisting dan bagian instalasi
yang akan ditanam di dalam beton yang
tertutup
dengan
kerak
beton
bekas
pengecoran yang lalu, harus dibersihkan
terhadap seluruh kerak beton tersebut,
18

sebelum beton disekelilingnya atau beton


yang berdekatan di cor.
E.5.Penyingkiran Air
Beton tidak boleh dicor sebelum semua
genangan air yang memasuki tempat
pengecoran tersebut dikeringkan dengan
sebaik-baiknya. Beton tidak boleh dicor di
dalam air tanpa persetujuan. Pelaksana
pekerjaan juga tidak dibenarkan membiarkan
air mengalir di atas beton sebelum beton
cukup umurnya dan mencapai pengerasan
awal.
F. Pembuatan Beton dan Peralatannya
a. Sebelum pembuatan adukan beton dimulai,
semua alat-alat pengaduk dan pengangkut
beton harus sudah bersih.
b. Pengadukan beton pada semua mutu beton,
harus dilaksanakan dengan mesin pengaduk,
untuk jumlah pengecoran lebih dari 1 m 3.
c. Selama pengadukan berlangsung, kekentalan
adukan beton harus diawasi terus menerus
oleh tenaga-tenaga pengawas dengan jalan
salah satunya pemeriksaan keras lembeknya
campuran dengan slump test pada setiap
campuran beton yang baru.
d. Pengadukan di tiap mesin pengaduk harus
terus menerus dan waktu pengadukan
tergantung dari kapasitas drum pengadukan,
banyaknya adukan yang diaduk, jenis dan
susunan butir dari agregat yang dipakai dan
slump dari betonnya, akan tetapi tidak kurang
dari 1,5 menit sesudah bahan termasuk air
berada di dalam molen, selama itu molen
harus terus berputar pada kecepatan yang
akan menghasilkan kekentalan adukan yang
merata pada akhir waktu pengadukan.
e. Setelah selesai pengadukan, adukan beton
harus memperlihatkan susunan dan warna
yang merata. Apabila karena sesuatu hal
adukan beton tidak memenuhi syarat
minimum, misalnya terlalu encer karena
kesalahan dalam pemberian jumlah air
pencampur atau sudah mengeras sebagian
atau yang tercampur dengan bahan-bahan
19

asing, maka adukan ini tidak boleh dipakai


dan
harus
disingkirkan
dari
tempat
pelaksanaan.
f. Dilarang
mencampur
kembali
dengan
menambah air ke dalam adukan beton yang
sebagian
telah
mengeras
di
dalam
molen/tempat pengaduk.
g. Mesin pengaduk/tempat mengaduk harus
betul-betul
kosong
sebelum
menerima
material-material dari adukan berikutnya.
Mesin pengaduk harus dibersihkan dan dicuci,
juga pada setiap akhir pekerjaan dan bila
beton
yang
akan
dibuat
berbeda
mutunya/campurannya.
G. Penolakan dari Beton
a. Pekerjaan yang tidak memenuhi syarat,
pelaksana
pekerjaan
harus
mengganti/membongkar dan memperbaiki
beton-beton yang tidak memenuhi syarat atas
biaya sendiri.
b. Syarat kekuatan beton
Kekuatan
beton
harus
sesuai
dengan
persyaratan dalam PBI-1987 Bab 4.5, 4.6, 4.7
dan 4.8. Atau sesuai dengan campuran yang
telah ditentukan.
c. Toleransi kesalahan pada pelaksanaan beton
Beton harus mempunyai ukuran-ukuran
dimensi lokasi dan bentuk yang tidak boleh
melampaui toleransi di bawah ini :
Posisi garis as dari penyelesaian bagian
struktur pada semua titik 0,5 cm posisi
yang seharusnya.
H. Pengangkutan dan Pengecoran
a. Sebelum
melaksanakan
pekerjaan
pengecoran beton, pelaksana pekerjaan harus
memberitahu
pengawas/pendamping
dan
mendapatkan persetujuannya. Jika tidak ada
persetujuan, maka pelaksana pekerjaan akan
diperintahkan untuk menyingkirkan beton
yang dicor atas biaya sendiri.
b. Sejak pengecoran dimulai, pekerjaan ini harus
20

dilanjutkan tanpa berhenti sampai mencapai


siar-siar
pelaksanaan
yang
ditetapkan
menurut gambar atau dengan petunjuk lain.
c. Adukan beton pada umumnya sudah harus
dicor dalam waktu 1 (satu) jam setelah
pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu
tersebut dapat diperpanjang sampai 2 jam,
apabila adukan beton digerakkan terus
menerus secara mekanis. Apabila diperlukan
jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka
harus dipakai bahan-bahan penghambat
pengikatan yang berupa bahan pembantu.
Beton harus dicor sedekat-dekatnya ke
tujuannya yang terakhir untuk mencegah
pemisahan bahan-bahan akibat pemindahan
adukan di dalam cetakan.
d. Pengangkutan adukan beton dari tempat
pengadukan ke tempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara-cara dengan mana
tidak terjadi pemisahan dan kehilangan
bahan-bahan. Cara pengangkutan adukan
beton harus lancar dan kontinyu sehingga
tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan
yang menyolok antara beton yang sudah dicor
dan yang belum dicor.
e. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melalui
pembesian atau ke dalam papan bekisting
yang dalam, yang dapat menyebabkan
terlepasnya koral dari adukan beton karena
berulang kali mengenai batang pembesian
atau tepi bekisting ketika adukan beton itu
dijatuhkan, beton juga tidak boleh dicor dalam
bekisting
sehingga
mengakibatkan
penimbunan
adukan
pada
permukaan
bekisting di atas beton yang dicor. Dalam hal
ini, harus disiapkan corong atau saluran
vertikal untuk pengecoran agar adukan beton
dapat mencapai tempatnya tanpa terlepas
satu sama lain. Bagaimanapun juga tinggi
jatuh dari adukan beton tidak boleh
melampaui 1,5 meter di bawah ujung corong.
f. Adukan beton harus dicor merata selama
proses pengecoran, setelah dicor pada
tempatnya adukan tidak boleh didorong atau
dipindahkan lebih dari 2 (dua) meter arah
mendatar. Adukan beton di dalam bekisting
21

harus dicor berupa lapisan horizontal yang


merata tidak boleh
g. lebih dari 60 70 cm dalamnya dan harus
diperhatikan agar terhindar tejadinya lapisan
adukan yang miring atau sambungan beton
yang miring, kecuali bila diperlukan untuk
bagian konstruksi miring.
I. Pemadatan dan Penggetaran
a. Pada waktu adukan beton dicor ke dalam
bekisting atau lubang galian, tempat tersebut
harus telah padat betul dan tetap, tidak ada
penurunan lagi. Adukan beton tersebut harus
memasuki semua sudut, melalui celah
pembesian, tidak terjadi sarang koral.
b. Perhatian khusus perlu diberikan untuk
pengecoran beton disekeliling waterstop.
c. Pelaksana pekerjaan harus menyediakan
vibrator atau alat penggetar lain dengan
cadangan yang cukup.
d. Dalam keadaan khusus dimana pemakaian
vibrator tidak praktis, dapat dianjurkan dan
menyetujui
pengecoran
tanpa
vibrator
(triller).
e. Pekerjaan pengecoran harus dipadatkan
sebaik-baiknya sehingga tidak terjadi cacat
beton seperti kropos, adanya kantong udara
dan sarang koral yang akan memperlemah
kekuatan beton.
f. Bagian dalam dinding beton harus digetarkan
dengan vibrator (triller) atau alat lain dan
pada waktu yang sama bekistingnya diketuk
sampai adukan beton betul-betul mengisi
penuh bekisting tersebut atau lubang galian
dan menutupi seluruh permukaan bekisting.
g. Lapisan beton berikutnya tidak boleh dicor,
bila lapisan sebelumnya tidak dikerjakan
secara seksama.
h. Dalam hal pemadatan beton dilakukan
dengan vibrator, harus diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
-

Slump dari beton tidak lebih dari 12,5 cm.

Jarum penggetar harus dimasukkan ke

22

dalam adukan secara vertikal dan dengan


persetujuan Direksi Proyek, dalam keadaan
keadaan khusus boleh miring sampai 45
derajat.
-

Selama penggetaran, jarum tidak boleh


digerakkan ke arah horizontal karena hal
ini akan memindahkan bahan-bahan.

Harus dijaga agar jarum tidak mengenai


cetakan atau bagian beton yang sudah
mulai mengeras. Karena itu jarum tidak
boleh dipasang lebih dari 5 cm dari
cetakan atau dari beton yang sudah
mengeras. Juga harus diusahakan agar
tulangan tidak terkena oleh jarum, agar
tulangan tidak terlepas dari betonnya dan
getaran-getaran
tidak
merambat
ke
bagian-bagian lain di mana

betonnya sudah mengeras.

Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih


tebal dari panjang jarum pada umumnya
tidak boleh lebih tebal dari 30 50 cm.
Berhubung dengan itu, maka pengecoran
bagian-bagian konstruksi yang sangat
tebal harus dilakukan lapis demi lapis,
sehingga tiap-tiap lapis dapat dipadatkan
dengan baik.

Jarum penggetar ditarik dari adukan beton


apabila adukan mulai nampak mengkilap
sekitar
jarum
(air
semen
mulai
memisahkan diri dari agregat), yang pada
umumnya tercapai setelah maksimum 30
detik. Penarikan jarum ini tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, agar rongga bekas
jarum dapat diisi penuh lagi dengan
adukan.

Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih


sedemikian rupa sehingga daerah-daerah
pengaruhnya saling menutupi.

J. Perlindungan
Beton

Cuaca

dan

Perawatan

a. Perlindungan cuaca panas


Adukan beton yang baru dicor harus diberi
pelindung terhadap panas matahari secepat
mungkin setelah pengecoran dan segera
23

setelah permukaan beton yang baru sudah


cukup mengeras.
b. Perlindungan musim hujan
Tidak diperbolehkan mengecor selama turun
hujan dan beton yang dicor harus dilindungi
dari curahan hujan. Penghentian beton yang
baru
dicor
harus
dilindungi
terhadap
pengikisan
aliran
air
hujan.
Sebelum
pengecoran berikutnya dikerjakan, maka
seluruh beton yang kena hujan atau aliran air
hujan harus diperiksa untuk diperbaiki dan
dibersihkan dulu terhadap beton-beton yang
tercampur/terkikis air hujan.
c. Perlindungan beban selama dalam proses
pengerasan lantai dan bagian konstruksi yang
lain, tidak diperkenankan mempergunakan
lantai
tersebut
sebagai
jalan
untuk
mengangkut bahan-bahan atau sebagai
tempat penimbunan bahan.
d. Tidak
diperbolehkan
merusak/melubangi
beton yang sudah jadi untuk keperluankeperluan apapun juga. Jika hal itu terpaksa
harus dilakukan.
e. Selama perawatan, bekisting kayu dibiarkan
tetap tinggal agar beton tetap basah untuk
mencegah retak pada sambungan beton lama
dan baru karena pengeringan beton yang
terlalu cepat.
f. Semua beton hendaknya selalu dalam
keadaan basah selama paling sedikit 7 hari
dengan cara membasahi dengan air.

K. Penyelesaian Permukaan Beton


a. Penyelesaian permukaan.
Semua permukaan atau permukaan yang
dicetak harus dikerjakan secara cermat sesuai
dengan bentuk, garis, kemiringan dan
potongan sebagaimana tercantum dalam
gambar atau ditentukan. Permukaan pelat
beton merupakan suatu permukaan yang
rapih, licin, merata dan keras. Dilarang
24

menaburkan semen kering dan pasir di atas


permukaan beton untuk menghisap air yang
berlebihan. Pelat lantai dan atas dinding
exposed: harus dirapihkan dengan sendok
aduk dari baja.
b. Perbaikan cacat permukaan harus dilakukan
segera setelah cetakan dilepaskan, semua
permukaan
exposed
(terbuka)
harus
diperiksa secara teliti, bagian yang tidak rata
harus segera digosok atau diisi secara baik
agar diperoleh suatu permukaan yang
seragam dan merata. Pekerjaan perbaikan
tersebut
harus
betul-betul
mengikuti
petunjuk. Semua perbaikan dan penggantian
sebagaimana
diuraikan
di
sini
harus
dilaksanakan oleh pelaksana pekerjaan atas
biaya sendiri. Beton yang menunjukkan
adanya rongga-rongga, lubang, keropok atau
cacat sejenis lainnya harus dibongkar dan
diganti. Semua perbaikan harus dilaksanakan
dan dibentuk sedemikian rupa dengan cara
yang dibenarkan dan tidak memperlemah
kekuatan beton. Semua perbaikan tersebut
harus dirawat sebagaimana diperlukan untuk
beton yang diperbaiki. Untuk struktur
reservoir dan yang berhubungan dengan air,
sebelum struktur diisi dengan air, tiap retakan
yang kiranya timbul harus diberi tanda dan
diperbaiki agar menjadi kedap dengan adukan
water profing.
L. Siar Pelaksanaan
a. Siar
pelaksanaan
harus
ditempatkan
sedemikian,
sehingga
tidak
banyak
mengurangi kekuatan konstruksi.
b. Pada pelat dan balok, siar-siar pelaksanaan
harus ditempatkan kira di tengah-tengah
bentang dimana terdapat gaya lintang yang
terkecil.
c. Siar mulai harus dibuat pada lokasi dan
dimensi yang tepat seperti pada gambar
rencana.
M. Beton Kedap Air
a. Semua beton rapat air diberi lapisan water
25

proofing, lapisan water proofing harus dari


bahan yang tidak beracun atau dapat menjadi
sebab tercemarnya air. Pemakaian merk dan
jenis
water
proofing
harus
dengan
persetujuan.
Cara
pemasangan
dan
pengangkeran water stop harus dilakukan
sedemikian
rupa
sehingga
kedudukan
waterstop tetap teguh dan tidak terliput beton
pada waktu pengecoran.
b. Pemberhentian pengecoran beton rapat air
harus diberi waterstop.
Pekerjaan
Pembesian

2.1 Umum
Pelaksana
pekerjaan
harus
menyiapkan,
membengkokkan dan memasang pembesian
sesuai dengan apa yang tercantum di dalam
gambar dan apa yang dijelaskan di dalam
spesifikasi.
Dalam
pekerjaan
pembesian
termasuk semua pemasangan kawat beton, kaki
ayam untuk penyanggah, beton dekking dan
segala hal yang perlu serta juga menghasilkan
beton sesuai dengan ketentuan.
Pelaksana
pekerjaan
bertanggung
jawab
sepenuhnya akan ketelitian ukuran, pada waktu
pemasangan pembesian.
2.2 Mutu Baja Tulangan
Besi beton yang dipakai adalah besi beton polos
atau besi beton ulir. Besi beton polos yang
dipakai adalah besi beton dengan tegangan leleh
2.400 kg/cm2 dan tertera di dalam gambar
dengan kode (U.24).
Besi beton ulir (High Strength Steel) yang dipakai
adalah besi beton dengan tegangan leleh 3.200
kg/cm2 dan tertera di dalam gambar dengan
kode (U.32). Besi beton yang tersebut diatas
haruslah memenuhi syarat PBI-1971-NI2.
Pelaksana pekerjaan harus bisa membuktikan
dan melaporkan bahwa besi beton yang dipakai
termasuk jenis mutu baja yang direncanakan.
Jika
nanti
terdapat
kesalahan/kekeliruan
mengenai jenis besi beton yang dipergunakan,
maka pelaksana pekerjaan harus bertanggung
jawab atas segalanya dan mengganti semua
26

tulangan baik yang sudah terpasang maupun


yang belum.
2.3 Pembengkokan Besi Beton
a. Pekerjaan
pembengkokan
besi
harus
dilaksanakan dengan teliti sesuai dengan
ukuran yang tertera pada gambar.
b. Besi beton tidak boleh dibengkokan atau
diluruskan sedemikian rupa, sehingga rusak
atau
cacat,
dan
tidak
diperbolehkan
membengkokan besi beton dengan cara
pemanasan. Pembengkokan dilakukan dengan
cara melingkari sebuah pasak dengan diamter
tidak kurang dari 5 kali diamter besi beton,
kecuali untuk besi beton yang lebih besar dari
25 mm, pasak yang digunakan harus tidak
kurang dari 8x diamter besi beton, kecuali bila
ditentukan lain.
c. Semua pembesian harus mempunyai hak
pada
kedua
ujungnya
bilamana
tidak
ditentukan lain.
2.4 Pemasangan Besi Tulangan
a. Pembersihan
Sebelum baja tulangan dipasang, besi beton
harus bebas dari sisa logam, karatan, lemak
dan lapisan yang dapat merusak atau
mengurangi daya lekat besi dan beton.
b. Pemasangan
Pembesian harus distel dengan cermat sesuai
dengan gambar dan diikat dengan kawat
beton. Semua tulangan harus dipasang
dengan
posisi
yang
tepat.
Sebelum
pengecoran, pemasangan tulangan harus
diperiksa terlebih dulu. Tulangan-tulangan
harus dipasang sedemikian rupa sehingga
selama pengecoran tidak berubah tempatnya.
c. Sambungan
batang
tulangan
dengan
menggunakan
las
tidak
diizinkan.
Sambungan-sambungan
tulangan
harus
dibuat overlap minimum 40 kali diameter
tulangan sesuai persyaratan yang tercantum
pada PBI 1971 Bab 8 dan ketentuanketentuan pada gambar. Harus dihindari
27

meletakkan sambungan tulangan pada tititiktitik yang menimbulkan tegangan maksimum.


d. Beton Dekking
Bilamana tidak ditentukan lain dalam gambar,
maka penulangan harus dipasang dengan
tebal untuk beton dekking sebagai berikut :
- Semua dinding beton yang kena air = 4-5
cm
- Balok dan kolom yang tidak kena air = 3-4
cm
- Bidang yang kena udara dan semua bidang
interior = 2,5 cm
Atau seperti yang tertera didalam gambar.
Pekerjaan
Bekisting

3.1 Umum
Bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir
yang mempunyai bentuk, ukuran, batas-batas
seperti
yang
ditunjukkan
dalam
gambar
konstruksi
3.2 Bahan
Semua bahan untuk bekisting harus bahan baru,
dikeringkan secara baik dan bebas dari mata
kayu yang lepas, celah kotoran yang melekat
dan sejenis lainnya, bila bekisting yang sama
akan diguankan lagi, harus menghasilkan
permukaan yang serupa.
Tiang-tiang penahan bekisting harus dipilih dari
bahan yang kuat. diperbolehkan dipakai untuk
tiang-tiang penyangga sekur dan klem, tetapi
harus sekualitas dengan kayu dolken.
Untuk
bahan-bahan
yang
kurang/tidak
memenuhi syarat, tidak boleh dipakai dan harus
dipindahkan dari lokasi pekerjaan.
3.3 Pembuatan bekisting
a. Bekisting-bekisting tidak boleh bocor dan
cukup kaku dan tidak berpindahan tempat
atau melendut. Permukaan bekisting harus
halus
dan
rata,
tidak
boleh
ada
lekukan/lubang-lubang.
b. Tiang penyangga
Penyangga baik yang vertikal/miring harus
dibuat sebaik mungkin untuk memberikan
28

penunjang
yang
dibutuhkan
tanpa
menimbukan perpindahan tempat, kerusakan
dan overstress pada beberapa bagian
konstruksi.
Struktur
dari
tiang-tiang
penyangga harus ditempatkan pada posisi
sedemikian
rupa
sehingga
konstruksi
bekisting benarbenar kuat dan kaku untuk
menunjang berat sendiri dari beban-beban
lain
yang
berada
diatasnya
selama
pelaksanaan, bila perlu pelaksana pekerjaan
membuat perhitungan besar lendutan dan
kekuatan dari bekisting tersebut.
c. Khusus untuk bekisting kolom, balok-balok
tinggi dan dinding pada tepi bawahnya harus
dibuatkan bukaan pada dua sisi untuk
mengeluarkan kotoran-kotoran yang mungkin
terdapat pada dasar kolom/dinding tersebut.
d. Penanaman pipa dan lain-lain.
Pipa, saluran dan lainnya, serta perlengkapan
lain untuk membuat lubang, saluran dan lainlain harus dipasang kokoh dalam bekisting.
3.4 Pemeriksaan bekisting
Bekisting yang sudah selesai dibuat dan sudah
disiapkan untuk pengecoran beton, harus
diperiksa dahulu, beton tidak boleh dicor
sebelum bekisting memenuhi syarat. Untuk
menghindari kelambatan dalam mendapatkan
persetujuan.
3.5 Pembongkaran bekisting
a. Bekisting
harus
dibongkar
tanpa
ada
kerusakan pada beton. Pembongkaran harus
dilakukan dengan hati-hati.
b. Saat Pembongkaran Bekisting
Bekisting tidak boleh dibongkar sebelum
beton mencapai suatu kekuatan kubus
sekurang-kurangnya cukup untuk memikul 2 x
beban sendiri. Atau tidak boleh dibongkar
sebelum umur beton mencapai paling tidak
14
hari.
Pelaksana
pekerjaan
harus
memberitahu bilamana bermaksud akan
membongkar cetakan pada bagian-bagian
konstruksi yang utama. Bilamana akibat
pembongkaran cetakan, pada bagian-bagian
konstruksi akan bekerja beban-beban yang
29

lebih tinggi daripada beban rencana, maka


cetakan tidak boleh dibongkar selama keadan
kelebihan beban tersebut berlangsung.
Sambungan
Dilatasi

4.1 Umum
a. Pekerjaan yang diperlukan dalam pasal ini
meliputi bahan, perlengkapan dan peralatan
lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan
semua sambungan delatasi sebagaimana
tercantum dalam gambar atau ditentukan
dalam persyaratan ini.
b. Semua sambungan delatasi yang terendam
dalam air harus terdiri dari paling tidak
waterstop.
4.2 Waterstop
a. Bahan dan Pabrik
Bahan harus diperoleh dari suatu elastometric
polyvinylchloride compound atau bahan yang
memiliki
sifat
ekivalen.
Dilarang
menggunakan bahan asal yang tercecer
(sweeping).
Pelaksana pekerjaan harus menyerahkan
laporan pengujian terakhir dan sertifikat
waterstop yang menerangkan bahwa barangbarang yang akan dikirim ke tempat
pekerjaan memenuhi ketentuan standar yang
berlaku di Indonesia.
b. Contoh dan Pembuatan di Lapangan
Bagian dan sambungan yang dibuat di
lapangan harus sesuai dengan petunjuk
pabrik waterstop.
4.3 Pengangkeran Waterstop
a. Cara yang memadai harus dilakukan untuk
pengangkeran waterstop
dan pengisian
sambungan dalam beton. Cara pemasangan
waterstop dalam cetakan harus dilakukan
sedemikian rupa, sehingga waterstop jangan
sampai terlipat oleh beton pada waktu
pengecoran.

III. PEKERJAAN PASANGAN


Pasangan
Batu Kali

1.1 Bahan
a. Batu kali/belah
30

Batu yang dipakai harus bermutu baik, kuat,


bersih, bersudut (tidak bulat), tidak retak,
tidak porous. Batu kali yang dipakai adalah
batu sungai yang dibelah atau batu gunung
yang keras.
b. Pasir
Pasir pasangan yang dipakai harus berupa
pasir kasar, keras, bersih dan sebelum diaduk
dengan semen harus dalam keadaan kering.
Ciri utama butir keras tak bisa dihancurkan
dengan tangan. Pasir laut tidak dapat
dipergunakan.
c. Portland Cement
Sama merk dan kwalitasnya dengan PC yang
digunakan untuk konstruksi beton
d. Air
Air yang dipakai untuk adukan spesie harus
air tawar yang bebas dari larutan-larutan lain
yang membahayakan konstruksi. Air yang
dipergunakan mengikuti syarat PBI-1971 dan
sebaiknya air bersih .
1.2 Perbandingan Adukan dan Penggunaan Adukan
Bila tidak ditentukan lain atau tertuang dalam
gambar, campuran adukan adalah sebagai
berikut :
a. Untuk pasangan pondasi batu kali 1 PC : 4
pasir (campuran type 1)
b. Untuk pasangan batu kali biasa 1 PC : 4 pasir
(type 1)
c. Untuk pasangan batu kali kedap air 1 PC : 2
pasir (type 2)
d. Campuran mortar :
- Finishing Mortar 1 PC : 2 Pasir
- Plastering Mortar 1 PC : 2 Pasir (1,5 cm
tebal)
- Plastering Mortar 1 PC : 3 Pasir (1,5 cm
tebal)
e. Perbandingan ini berdasarkan perbandingan
volume semen dan pasir dengan volume air
31

secukupnya.
f. Dilarang memakai adukan yang sudah mulai
mengeras atau membubuhkannya kembali
untuk dipakai lagi.
1.3 Syarat Pemasangan Batu Kali
a. Pekerjaan-pekerjaan pasangan hendaknya
diselesaikan sesuai dengan bentuk serta
ukuran seperti yang dicantumkan pada
gambar-gambar. Apabila setelah pekerjaan
pasangan diselesaikan ternyata tidak sesuai
dengan bentuk dan ukuran yang diperlihatkan
dalam gambar-gambar, maka pasangan
tersebut dapat dibongkar dan diganti oleh
pelaksana pekerjaan.
b. Jika ada masalah-masalah lapangan yang
tidak sesuai dengan gambar bestek atau
syarat-syarat bestek, pelaksana pekerjaan
harus
melapor
terlebih
dahulu
pada
Pengawas. Tidak boleh diatasi sendiri tanpa
persetujuan Pengawas.
c. Variasi (perubahan) kedalaman pondasi, dapat
diterima jika ternyata keadaan pada suatu
tempat pekerjaan berbeda dengan keadaan
yang diharapkan semula, dan tambahan atau
pengurangan biayanya akan diperhitngkan
sebagai pekerajaan tambahan/kurang.
d. Batu-batu yang bulat akan diperbolehkan
hanya
dalam
jumlah
terbatas
yang
dikombinasikan
dengan
yang
bersudut
(angular) dan tidak boleh dipakai untuk
tembok-tembok yang tebalnya kurang dari 40
cm.
e. Pasangan pondasi batu kali harus disusun
dengan baik dan saling mengunci.
f. Penempatan batu-batu harus sedemikian rupa
untuk menghindari rongga-rongga yang
terlalu banyak diantara batu-batu tersebut.
g. Pemasangan batu dilakukan satu demi satu
dan tiap-tiap susunan batu harus mempunyai
antara dan tidak boleh bersinggungan, agar
spesi dapat masuk pada celah-celah batu dan
dapat membungkus setiap batu pasangan
32

dengan baik.
h. Batu-batu itu harus ditempatkan sedemikian
rupa
sehingga
mortar
betul-betul
mengadakan kontak sempurna dengan mortar
dalam semua sambungan.
i. Ukuran spesie dan dimensi tidak boleh
dirubah,
kecuali atas
perintah
Direksi
Pengawas. Jika terbukti ukuran spesie dan
dimensi tidak sesuai dengan apa yang
disyaratkan, maka pekerjaan tidak dapat
diterima.
j. Sambungan-sambungan harus disempurnakan
dengan mortar dan harus dikuatkan dengan
memasukan
pecahan-pecahan
batu
kedalamnya.
k. Mortar
pada
sambungan-sambungan
pasangan
pertama-tama
harus
diambil
sedalam 3 cm. Kemudian permukaan harus
dibersihkan seluruhnya dengan sikat kawat
dan diisi dengan mortar type 1 Pc : 2 PS,
kecuali kalau ditentukan lain.
l. Pemasangan batu tidak boleh dilakukan pada
waktu hujan yang bisa menghanyutkan
mortarnya.
m. Pemasangan batu tidak
dalam air, kecuali telah
n. mendapat persetujuan
pemasangan pasangan.

boleh

tertulis

dilakukan
dan

cara

o. Pada setiap persambungan harus dibuatkan


gigi-gigi dan bila dilanjutkan persambungan
itu harus terlebih dahulu dibersihkan dengan
sikat kawat dan disiram dengan air kemudian
dengan air semen.
p. Semua bidang pasangan batu kali yang disiar
hanya pada setiap alur spesi-nya saja yang
permukaannya tidak boleh menonjol dari
permukaan batu kalinya.
q. Sebelum disiar, alur-alur yang akan disiar
harus dikorek-kosek dahulu dan disiram
dengan air sampai basah.
r. Siar
batu
kali
tidak
diijinkan
saling
bertumpuan atau terjadi ronggarongga,
seluruhnya harus dibatasi atau diisi dengan
33

adukan.
s. Kecuali ditentukan lain, pekerjaan siaran
pasangan batu kali dengan adukan 1 PC : 2
pasir, dengan tebal tidak lebih dari 1,5 cm.
t. Pada waktu penyelesaian akhir, permukaan
batu-batu harus dibersihkan dari sisa-sisa
mortar.
1.4 Perawatan
a. Pasangan tak boleh kena air mengalir
sebelum mortar menjadi keras (kuat).
b. Semua pasangan hendaknya dirawat dan
dilindungi dari cuaca panas dengan membasi
dengan air.
c. Pasangan yang berada di uadara terbuka,
selama waktu-waktu hujan terus-menerus
diberi perlindungan dengan menutup bagian
atasnya.
1.5 Penyisipan Bagian-bagian Logam (Metal fixture)
ke dalam pasangan
a. Pada waktu pelaksanaan pasangan, pelaksana
pekerjaan dapat diminta untuk menyisipkan
perlengkapan yang terbuat dari besi, baja
atau bahan lain ke dalam pasangan batu
tersebut, seperti : baut-baut, sleves angker,
alat-alat
penarik
(lugs),
dan
lain
sebagainya.
b. Sebagian pasangan akan dipasang dengan
beton untuk memegang besi dan baja itu
pada posisinya.
c. Semua bagian yang disisipkan harus
dipasang mutlak benar pada posisinya seperti
terlihat
pada
gambar-gambar
dengan
menggunakan balok-balok penunjang yang
dipasang dengan teliti pada posisinya.
1.6 Blockout (ruangan yang disiapkan untuk diisi
kembali)
a. Blockouts pada pasangan batu (Masonry
Block outs) hendaknya dibuat dimana
bagian-bagian logam dan lain-lainnya akan
dipasang berikutnya .
b. Pada
tempat
blockouts
akan
permukaan pasangan batu pada

dibuat,
tempat34

tempat itu harus dikasarkan, dibersihkan dan


tetap dibasahkan paling sedikit selama 4
jam. , sesudah permukaan-permukaan itu
disetujui oleh Direksi Pengawas dan bahanbahan logam dan lain-lain sebagainya seperti
tersebut dalam spesifikasi telah dipasang
pada tempatnya, maka pelaksana pekerjaan
bila perlu harus memasang besi penguat
(kalau perlu) dan mortar semen type 1 PC : 2
PS.
c. Jika blockouts tersebut akan diisi dengan
beton, harus diperhatikan bahwa beton yang
baru dipasang itu harus kuat menempel pada
pasangan yang telah dipasang terlebih dahulu
dan bahwa rekatan yang sempurna terjadi
antara pasangan batu dan semua bagianbagian logam serta bagian-bagian lainnya di
dalam blockouts tersebut.
d. Biaya untuk semua pekerjaan itu hendaknya
sudah
diperhitungkan
dalam
biaya
pelaksanaan.
Pasangan
Batu
Bata/Batak
o

1.1 Bahan
a. Bata Merah
Batu bata yang dipakai harus matang
pembakarannya. Bila direndam dalam air
akan tetap utuh tidak pecah atau hancur.
Ukuran nominal batu bata adalah 6 x 12 x 24
cm mempunyai daya tekan ultimate sebesar
25 Kg/cM2.
b. Batako
Batako yang dipakai berupa batako yang
dicetak dengan mesin. Bahan mentahnya
tanah, tras, pasir dan kapur. Batako berlubang
dengan ukuran nominal adalah 20 x 20 x 40
c. Pasir
Pasir pasangan yang dipakai harus berupa
pasir kasar, keras, bersih dan sebelum diaduk
dengan semen harus dalam keadaan kering.
Ciri utama butir keras tak bisa dihancurkan
dengan tangan. Pasir laut tidak dapat
dipergunakan.
d. Portland Cement
Sama merk dan kwalitasnya dengan PC yang
35

digunakan untuk konstruksi beton.


e. Air
Air yang dipakai untuk adukan spesie harus
air tawar yang bebas dari larutan-larutan
yang membahayakan konstruksi. Air yang
dipergunakan mengikuti syarat PBI-1971 dan
sebaiknay air bersih.

1.2 Perbandingan Adukan dan Penggunaan Adukan


Bila tidak ditentukan lain, campuran adukan
dibuat sebagai berikut :
Adukan untuk pasangan batu bata bila tidak
ditentukan yang lain biasanya 1 PC : 4 pasir, dan
untuk pasangan bata mulai balok pondasi beton
samai 30 cm di atas lantai dasar yang
menggunakan adukan 1 PC : 2 PS. Pasangan
bata untuk kamar mandi, WC dan sebagainya
sampai ketinggian 1,50 meter di atas lantai
menggunakan adukan 1 PC : 2 PS. Untuk
pasangan bata lainnya dipakai adukan 1 PC : 4
PS kecuali bila dinyatakan lain. Seluruh dinding
luar bangunan yang tak terlindung overstek
mengguankan pasangan bata dengan adukan 1
PC : 4 PS kecuali bila dinyatakan lain. Seluruh
dinding luar bangunan yang tak terlindung
overstek mengguankan pasangan bata dengan
adukan 1 PC : 2 PS. Dilarang memakai adukan
yang
sudah
mulai
mengeras
atau
membubuhkannya kembali untuk dipakai lagi.
1.3 Syarat-syarat Pemasangan
a. Cara-cara pemasangan bata harus baik, benar
dan sesuai dengan peruntukannya.
b. Waktu
akan
dipasang,
mengandung banyak/jenuh air

bata

harus

c. Pada pemasangan dinding harus dipasang


water pass, dimana dinding harus betul-betul
vertikal dan horizontal dan didirikan menurut
masing-masing
ukuran,
ketebalan
dan
ketinggian yang disyaratkan seperti yang
ditunjukkan pada gambar.
d. Besi penulangan yang dipasang pada dinding

36

tembok bata pada arah tegak maupun datar


yang berhubungan dengan kolom atau balok
baja dipasang pada angkur yang
dilas/diikat pada besi beton/balok baja, dan
panjang angkur minimum 60 cm, kecuali
dinyatakan lain dalam gambar.
e. Bata dipasang dengan adukan pengikat
sambungan 10 mm dengan baik dan
sambungan yang menerus dan rata.
f. Siar-siar dibuat rapi setebal 1 cm dan dikorek
paling sedikit 0,5 cm sebagai persiapan untuk
plesteran dan untuk siar-siar tegak tidak
diperbolehkan bertemu dalam satu garis
lurus.
g. Tiap pemasangan batu bata tidak boleh
terlalu tinggi, dan untuk penghentiannya
harus dalam posisi miring dan pada tempattempat yang nantinya bersambung, harus
dipasang gigi-gigi.
h. Semua rangka kayu/kusen harus dipasang
terlebih dahulu untuk dapat melanjutkan
pekerjaan pasangan.
1.4 Perawatan
a. Dinding-dinding yang sudah terpasang harus
dilindungi dari pengaruh-pengaruh bahaya
luar.
b. Dinding tembok paling baik harus dibasahi
terus menerus selama paling sedikit 7 hari
setelah didirikan.
c. Jika pemasangan ternyata tidak sesuai
dengan gambar dan persyaratan yang telah
ditentukan, maka pelaksana pekerjaan harus
membuat lagi sampai betul dan biayanya
menjadi tanggungan pelaksana pekerjaan.
Kolom Praktis/Ring Balk Praktis
Setiap pertemuan tegak lurus dan bidang dinding
bata batu yang luasnya lebih dari 12 m2,
harus ditambahkan kolom praktis dan ring balk
praktis dengan ukuran 12 x 12 cm sesuai dengan
lebar bata dengan tulangan pokokk 4 10 mm
dan beugel 8 mm 15 cm. Semua bagian atas
dinding batu bata harus diakhiri dengan ring balk
praktis.
37

38

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN PIPA


Umum

1.1 Uraian dan syarat-syarat ini menjelaskan


mengenai
pengadaan
bahan
dan
pemasangan/pelaksanaan pekerjaan secara
lengkap dan sempurna mengenai perpipaan
dan perlengkapannya.
Pekerjaan ini meliputi :

Spesifikasi
Material

Pekerjaan perpipaan transmisi air yang


berfungsi untuk membawa air baku / air
bersih dari bangunan penangkap air ke
bangunan reservoir sampai ke titik awal
jaringan distribusi.

Pekerjaan perpipaan distribusi, adalah


suatu jaringan perpipaan yang berfungsi
mengalirkan air bersih dari unit akhir
transmisi
(pengolah/reservoir)
menuju
daerah pelayanan. Sistim jaringan distribusi
untuk daerah perdesaan mempergunakan
sistim cabang.

2.1 Syarat Material


a. Material pipa akan diadakan harus baru dan
tidak cacat.
b. Material yang ada harus memenuhi
persyaratan teknis yang ditentukan.
c. Material yang ditawarkan harus dilengkapi
dengan
brosur-brosur
dan
cara-cara
pemasangannya.
d. Apabila diperlukan, supplier harus bersedia
memberikan
petunjuk
pemasangan
terhadap material pipa yang dijual.
2.2 Jenis Pipa yang Digunakan
Pada pekerjaan ini, beberapa jenis material
pipa yang akan digunakan adalah sebagai
berikut:
a. Pipa Polyvinyl Chloride (PVC)
b. Pipa besi di galvanis (GIP)
c. Pipa Polyethylene (HDPE)

Cara
Pembayara
n

Cara pembayaran atau progres kemajuan fisik


yang dicapai berdasarkan aktivitas sebagai berikut
:

a. Pengangkutan ke lapangan 70 %
b. Pemasangan di lapangan
20 %
c. Uji coba
10 %
Terhadap item pekerjaan itu sendiri.
I. PIPA POLYETHYLENE (HDPE)
Umum

a. Pipa Polyethylene yang didefinisikan dalam


spesifikasi ini adalah untuk mendistribusikan
air minum (Potable Water).
b. Pipa akan digunakan dalam sistem yang
beroperasi pada tekanan pengukur hingga 6.3
Bar, 8 Bar, 10 Bar, 12.5 Bar, 16 Bar.
c. Temperatur air dan temperatur dalam tanah
pada kedalaman pipa akan berkisar 20oC
30oC pada sebagian besar lokasi.
d. Pipa Polyethylene (PE) adalah pipa yang dibuat
secara extrusi dari bahan polyethylene yang
terdiri dari antioksidan, stabilitas UV dan
pigmen.

Standard

Pipa HDPE dan akesorisnya berwarna hitam (pipa


untuk air) harus sesuai dengan standard
internasional yang ada dan kualitas minimum
sama
dengan
standard
spesifikasi
yang
dibutuhkan.
Standard Spesifikasi yang diterima :
SNI 06-4829-2005 (2005)
Pipa
untuk air minum

Polyethylene

ISO 4427 (1996)


Pipa
Polyethylene
untuk supply air minum
ISO 12162 (1995)
Material (bahan baku)
thermoplastic untuk pipa dan
fitting bertekanan.
Standar lainnya
mutunya
Material
Perpipaan

yang sama atau lebih

baik

3.1. Pengaturan Kerja


Semua pekerjaan harus dilakukan secara
cermat dan lengkap dengan mengikuti cara
terbaik (modern) serta sesuai dengan
spesifikasi
teknis.
Semua
pekerjaan
dikerjakan oleh tenaga ahli, dan bilamana
mungkin, semua bagian harus tepat sesuai
standard
dimensi
untuk
memudahkan
pemindahan dan perbaikan. Pekerjaan mesin

harus dilakukan oleh pekerja ahli dan


mengikuti cara terbaik dan praktis untuk
peralatan yang ada spesifikasi.
3.2. Syarat-Syarat Material Perpipaan
Produsen pipa PE 100 yang ditunjuk sebagai
supplier / sub kontraktor oleh rekanan harus
menyertakan syarat-syarat sebagai berikut :
a. Mendapatkan Sertifikat Food Grade dari
Lembaga
Independent
yang
diakui
kredibilitasnya untuk produk pipa yang
terbebas dari toxicology (tidak beracun)
untuk mengalirkan air siap minum yang
meliputi :
1. Material,

Bahan

baku

dan

compound
2. Sistem produksi
3. Peralatan Produksi
4. Produk (Pipa HDPE)
b. Certificate of Analysis yang dikeluarkan
oleh Produsen Polymer (Produsen bahan
baku PE 100) yang mencantumkan :
1

Tanggal Produksi

Jumlah

Melt Flow Rate (190oC/ 5 kg)


dengan rentang ukur 0,2 1,7 g /
10 min (sesuai SNI 06-4829-2005
5.2 (d)).

Polyethylene berdensitas tinggi


(HDPE) dengan tingkat kepadatan
0,95 0,96 g/m3 (sesuai SNI no.
06-4829-2005 5.2 ( c )).

Bahan baku sudah tercampur


karbon hitam sesuai B 184 (ASTM
D 1603) dan SNI 5.1.2 sebesar
2,3%.

Mengandung antioksidan sesuai B


162 (ASTM D 3895) nilai 38 min
dan
sesuai
cara
prosedur
pengujian
SNI
06-4828-2005
9.9.1.4.2.
Pengukuran
Waktu
Induksi Oksidasi.

raw

material

dalam

kg/ton.

c. Produsen pipa melampirkan Bill of Lading


dan Packing List bahan baku PE 100 sesuai
dengan yang tertera pada Certificate of
Analysis point b.
d. Dari data-data tersebut pada point b.
maka ada jaminan bahwa nilai kekuatan /
tegangan minimum yang diijinkan (MRS =
Minimum Required Strength) untuk PE 100
pada temperature 20oC selama 50 tahun
sebesar 10 Mpa (N/mm2) sesuai IS)
9080:2003 (E), didukung dengan lampiran
Bodycote Certificate dengan metode
pengetesan sesuai ISO 12162 : 1995 (E).
e. Produsen pipa harus melampirkan Milt
Certificate hasil dari Hidrostatic Test Long
Term, yaitu pengetesan pipa pada
temperature 20oC serta ditahan sampai
200 jam, tegangan induksi/ hoopstress
mencapai 12,4 Mpa dengan hasil tidak
bocor/ tidak pecah (No leakage/ No
Rupture).
f. Untuk
material
pipa
HDPE
yang
ditawarkan, rekanan harus melengkapi
dokumen penawarannya.
Brosur Asli
Certificate ISO Pabrik Pipa
Surat Dukungan Pabrik
Sedangkan untuk fitting dan accessories pipa
seperti gate-valve dan sebagainya, rekanan
cukup melengkapi brosur-brosur. Untuk
menjamin kesesuaian pipa dengan spesifikasi
teknis
yang
disyaratkan,
maka
akan
dilakukan pre-delivery inspection sebelum
pipa dikirim ke lokasi pekerjaan.
Tenaga ahli mengadakan peninjauan barang
terlebih dahulu sebelum barang dikirim dari
pabrik supplier atau dari pabrik subkontraktor, dan supplier atau sub-kontraktor
harus mengajukan dan menyiapkan fasilitas
untuk tenaga ahli tersebut atau wakilnya
yang ditunjuk untuk peninjauan tersebut.
Peninjauan atau persetujuan oleh tenaga ahli
untuk segala peralatan dan material tidak
akan lepas dari kewajiban supplier dalam
kontrak ini.

Ketentuan
Khusus
Untuk Pipa
HDPE

Material yang digunakan adalah memenuhi


Standard Industri ISO 4427 dan SNI 06-4829-2005
untuk air minum atau digunakan standard lain
yang sama atau lebih baik mutunya. Pipa HD PE
yang ditawarkan harus dapat memikul tekanan
kerja minimal sebesar 10 kg/cm2 (10 bar) baik
dalam standard SII ataupun standard yang
memenuhi persyaratan untuk pipa air minum.
Pipa HDPE yang harus diadakan adalah pipa HDPE
yang mempunyai hubungan diameter pipa dan
ketebalan pipa (SDR : Standard Dimension Ratio)
17, Class PE 100 yang mempunyai tekanan kerja
minimal 10 bar. Pipa HDPE 100 harus mempunyai
nilai kekuatan / tegangan minimum yang diijinkan
(MRS = Minimum Required Strength) untuk PE100
pada temperature 20oC selama 50 tahun sebesar
10 Mpa (N/mm2)

Tabel 4.a : Spesifikasi Pipa HDPE 100


SIFAT

UNIT

NILAI

Density

gr/cm3

0,95

Melt Flow Rate 5 kg190 oC

Gr/10 min

0,3

Tensile Strength at
yield point

MPa

26-28

Tensile Strength at
Break

MPa

35

Compound
Designation

PE 100

Tabel 4.b : Dimensi Pipa PDPE: SDR 17, Class


PE 100 PN 10 Bar
Diameter
Tebal
Massa per satuan
Luar
Dinding Min
panjang
(mm)
(mm)
(kg/m)
25
1.60
0.12
32

1.90

0.18

40

2.40

0.29

50

3.00

0.45

Penandaan
Pipa

63

3.80

0.71

75

4.50

1.00

90

5.40

1.44

110

6,60

2,14

125

7,40

2,74

140

8,30

3,44

160

9,50

4,48

180

10,70

5,67

200

11,90

7,00

225

13,40

8,88

250

14,80

10,88

280

16,60

13,67

Penandaan
pada
batang
kurangnya mencantumkan :
- Nama
dagang

Pemelihara
an Pipa

Pabrik

pipa,

pembuat

sekurangatau

Dimensi luar pipa

Tekanan kerja nominal

Jenis material yang digunakan

Seri Pipa

Tanggal produksi.

merek

Untuk
menjamin
kemudahan
dalam
hal
pemeliharaan
(After
Sale
Service)
maka
diutamakan yang mempunyai/memiliki Servis
centre di Lokasi Proyek/di Propinsi Bali dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Mempunyai sendiri mesin Butt Welding
untuk
mempermudah
pemeliharaan
sambungan pipa HDPE apabila terjadi
kerusakan di kemudian hari.
2. Mempunyai tenaga ahli dalam perpipaan
HDPE
dan
penyambungannya
yang
ditunjukkan dengan Sertifikat Welder yang
dikeluarkan oleh produsen HDPE.

Penyambun
gan Pipa

7. 1.

Umum

Penyambungan pipa dapat dilakukan dengan


cara pemanasan yaitu dengan menggunakan
Butt Fusion dan sambungan Electrofusion,

atau dengan Mechanical Joint.


Penyambungan dengan mengunakan Butt
Fusion dilakukan untuk pipa dengan diameter
mulai dari 63 mm dengan ketebalan
minimum 4,7 mm dengan SDR 13.6.
Penyambungan dengan Mechanical Joint
direkomendasikan
untuk
pipa
dengan
diameter 20 110 mm. Sedangkan dengan
penyambungan dengan Electrofusion dapat
digunakan untuk semua ukuran pipa.
Penyambungan butt-fusion adalah proses
termofusi yang melibatkan pemanasan
secara bersama di kedua ujung pipa yang
akan disambung sampai kondisi leleh
tercapai pada kedua ujungnya. Lalu kedua
ujung pipa digabung pada tekanan tertentu
untuk sambungan yang senyawa.
Hasil penyambungan pipa harus tahan
terhadap
gaya
tarik
dan
mempunyai
kekuatan yang sebanding dengan pipa.
Metode
penyambungan
jenis
ini
membutuhkan plat pemanas elektrik untuk
dapat mencapai suatu temperatur tertentu
yang digunakan untuk jenis pipa dari bahan
PE 80 dan PE 100 untuk ukuran 90 mm ke
atas dengan SDR yang sama.
7. 2.

Peralatan Penyambungan

Generator digunakan untuk mengalirkan


daya
listrik
kepada
plat
pemanas,
pemotong dan pompa hidrolik.
Mesin
butt-fusion
dilengkapi
dengan
pengencang
pipa,
pemotong
atau
penyayat, plat pemanas, pompa hidrolik
dan pengatur waktu.

Roda penyangga pipa

Tenda pengelasan

Alat pembersih, kain katun atau handuk


kertas (tissue).

Alat ukur sambungan

Thermometer digital
suhu plat pemanas

untuk

Pipa dan penutupnya

memeriksa

7. 3.

Papan landasan

Pemotong pipa

Thermometer temperatur udara

Spidol putih

Alat pencatat waktu

Metode Penyambungan

Pemeriksaan awal
Sebelum dimulainya pengelasan, dilakukan
pemeriksaan sebagai berikut :
Adanya bahan bakar yang cukup di
generator dan dalam keadaan benar-benar
berfungsi sebelum dihubungkan ke mesin.
Perlengkapan mesin dan pompa berfungsi
dengan baik.
Plat pemanas dalam keadaan bersih dan
lakukan pembersihan apabila sebelumnya
sudah digunakan.
Siapkan
tenda
untuk
memberikan
perlindungan selama pekerjaan dilakukan.
Perlengkapan mesin harus lengkap dan
tidak rusak.
Anda harus mengetahui langkah-langkah
penyambungan yang benar dan pipa yang
akan disambung.
Plat pemanas harus pada temperatur yang
benar (sambungkan plat pada sumber
listrik dan biarkan selama 20 menit pada
kondisi temperatur yang disarankan).
Periksa dan pastikan bahwa pipa-pipa dan
atau
fitting
yang
akan
disambung
mempunyai ukuran diameter, SDR dan
bahan yang sama.
Sambungan percobaan
Meskipun
pencucian
plat
pemanas
dapat
menghilangkan kotoran yang tertinggal, akan
tetapi partikel kecil daripada debu seringkali
masih ada. Untuk membersihkannya diperlukan
pembuatan sambungan percobaan pada tiap sesi
penyambungan, dimana ketika temperatur plat
mulai menurun atau dibawah 180C, atau pada
saat adanya perubahan ukuran pipa yang akan
disambung.

percobaan dapat dibuat dengan menggunakan


potongan pipa dengan ukuran, SDR dan bahan
yang sama. Hal ini bukan untuk membuat
sambungan. Prosedur tersebut dapat dihentikan
setelah proses pemanasan tercapai.
Prosedur Penyambungan
Tempatkan pipa pada penjepit (clamp)
dimana ujung pipa berhadapan dengan
plat pemotong dalam posisi lurus.
Luruskan dan ratakan
komponen dengan roller.

posisi

seluruh

Kencangkan
penjepit
(clamp)
untuk
memegang dan membulatkan kembali
pipa.
Tutup ujung pipa yang terbuka untuk
mencegah pendinginan plat oleh masuknya
udara ke bagian dalam pipa.
Nyalakan alat pemotong dan geserkan
penjepit pipa secara perlahan sehingga
ujung pipa tepat berhadapan dengannya
sampai terjadinya pemotongan permukaan
pipa yang kontinyu.
Jaga agar alat pemotong tetap menyala
sementara penjepit (clamp) dibuka untuk
menghindari
terjadinya
pemotongan
permukaan yang tidak rata.
Angkat alat pemotong perlahan dan
hindarkan
bersinggungan
dengan
permukaan pipa .
Bersihkan sisa potongan dari mesin dan
pipa dan dilarang menyentuh permukaan
yang sudah dipersiapkan.
Periksa bahwa kedua permukaan sudah
rata. Jika tidak, ulangi proses pemotongan.
Dekatkan kedua pipa dan periksa tidak
adanya celah antara permukaan potongan.
Maksimum selisih diameter yang diijinkan
adalah
- 1,0 mm untuk pipa ukuran 90
315 mm.

mm s/d

- 2,0 mm untuk pipa ukuran 316 mm s/d


800 mm.

Jika ketidaksesuaian tersebut lebih besar


dari batas tadi maka pipa harus diluruskan
dan dipotong lagi.
Buka dan kemudian tutup clamp dan
perhatikan tekanan tarik yang dibutuhkan
untuk menggerakkan pipa bersama-sama
secara hidrolik.
Tekanan tarik adalah ukuran tekanan
minimal yang dibutuhkan untuk mengatasi
gaya gesek akibat tarikan kerja mesin dan
berat pipa/fitting yang sedang disambung.
Catatan: Tekanan tarik
(kPa) harus
diperkirakan
secara
tepat
sebelum
pembuatan
sambungan
dan
harus
ditambahkan tekanan ram dasar yang
ditunjukkan pada mesin.
(Apabila yang digunakan mesin adalah
otomatis, maka pekerjaan ini akan
terlaksana secara otomatis)
Pindahkan
lempengan
pemanas
dari
tempat pelindungnya. Periksa bahwa plat
tersebut bersih dan baik suhunya.
Tempatkan alat pemanas pada mesin dan
tutup klem supaya bagian permukaan yang
akan disambung menyentuh lempengan.
Gunakan
sistem
hidrolik
dengan
menggunakan tekanan yang ditentukan
sebelumnya.
Jaga tekanan yang dipakai sampai pipa
mulai meleleh dan lelehannya merata 1 6
mm terbentuk tiap ujungnya. Lihat tabel PE
butt welding SNI 06-4829-2005 untuk pipa
PE.
Setelah lelehan awal muncul, tekanan pada
sistem hidrolik harus dilepas supaya
pencatat tekanan tercatat nol dan tekanan
tarik sedemikian sampai pertumbuhan
lelehan
terkontrol
selama
waktu
pemanasan. Periksa bahwa pipa tidak
bergeser posisinya di klem dan ujung pipa
harus terus di jaga agar tetap kontak
dengan plat pemanas.
Setelah pemanasan selesai, buka klem dan
pindahkan plat pemanas, pastikan bahwa
plat tidak menyentuh permukaan yang

meleleh.
Segera tutup klem (dengan 8 10 detik
dari pemindahan plat) dan rekatkan
permukaan yang sudah meleleh bersama
pada tekanan yang sudah ditentukan
sebelumnya.
Jaga tekanan yang dibutuhkan untuk waktu
pendinginan
minimal
sampai
yang
diindikasikan pada tabel
Setelah itu pipa yang disambung dapat
dipindahkan dari mesin tetapi tidak boleh
dipindahkan untuk periode berikutnya
sama pada waktu pendinginan di atas.
Periksa sambungan untuk kebersihan dan
keseragamannya dan cek bahwa lelehan
sesuai dengan batasan yang ditentukan.
7. 4.

Parameter Butt Fusion

Parameter ini harus digunakan sebagai


pembimbing ke butt fusion dari pipa
polyethylene yang menggunakan SNI 064829-2005 sebagai bahan dasarnya.

II.

PIPA POLYVINYL - CHLORIDE (PVC)

Standard &
Spesifikasi

Pipa PVC yang dibuat di Indonesia berdasarkan SII


0344/82 atau SNI 06-0084-1987 sehingga semua
pipa yang dihasilkan oleh pabrik di Indonesia
mempunyai dimensi yang sama. Bahan utama
untuk pembuatan pipa PVC adalah Polyvinyl Chloride tanpa campuran zat pemplastisan dengan
kandungan PVC murni sebesar 95%, tidak larut
dalam air dan keseragaman bahan pada seluruh
pipa mutlak diperlukan.
Pada umumnya pipa jenis PVC yang beredar di
pasaran mempunyai standart adalah :
-

SII (standart ibdustri Indonesia)

SNI (Standart Nasional Indonesia)

JIS (japan standart Industri)

BS (British Standart)

ISO (International Standart Org)

Beberapa contoh kekuatan pipa dengan initial S


(dng SII 0344/82) terhadap tekanan adalah :
-

S-6.3 pada air dng temperatur normal


maksimum
tekanan
20
kg/cm2
Pada
temperature 25 35 maksimum tekanan 16
kg/cm2 dstnya

S-8 16 kg/cm2 dan 12 kg/cm2

S-10 12 kg/cm2 dan10 kg/cm2 (pada lokasi


berbukit)

S-12,5 10 kg/cm2 dan 8 kg/cm2 (pada lokasi


relatif datar)

S-16 8 kg/cm2 dan 6 kg/cm

Penggunaan standard dan spesifikasi pipa PVC


didalam praktek adalah seperti daftar/table berikut.
SPESIFIKASI PIPA PVC
Ketebalan Dinding Pipa PVC (mm); berdasar SII
0344/82 dan ISO 4065 *

** Tekanan Kerja pada temperatur air: 0 - 25 oC); 25


35oC)
Untuk penyaluran air minum, sistim perpipaan
menggunakan pipa sesuai dengan tekanan air yang
akan diterima. Kelas pipa ditunjukan dengan kode S
seperti diatas.
Beberapa standard pipa yang ada dipasaran; tidak
semua cocok untuk disambungkan satu dengan
yang lain karena itu harus hati-hati dalam
pembelian
pipa,
untuk
itu
diupayakan
menggunakan pipa yang mempunyai standard yang
sama untuk memudahkan pemasangan dan
pembelian.
Pipa PVC dengan Standard DIN 8061/8062/1953
dapat disambungkan dengan pipa PVC Standard SII
0344/82 karena diameter luarnya sama.
Keuntungan pemakaian pipa PVC adalah anti karat,
dinding pipa licin sehingga kehilangan tekanannya
kecil, penyambungan mudah dilakukan dan
pengangkutan mudah karena terbuat dari bahan
yang ringan, namun cara pemasangannya harus
ditanam karena tidak tahan terkena sinar matahari
sehingga mudah retak.
Penyambun
gan Pipa
PVC

2.1 Umum
a. Pada bagian luar setiap pipa dan
penyambung harus diberi tanda yang
mencakup diameter nominal dalam mm,

tebal dinding nominal dalam mm, tingkat


kelas, cap pabrik dan nomor produksi setiap
pipa
lengkung
(bend)
harus
juga
mencantumkan besarnya sudut lengkung.
Pemberian
tersebut
harus
tidak
mengganggu kekuatan pipa.
b. Penyambungan
pipa-pipa
dilaksanakan
sesuai dengan petunjuk penyambungan
pipa dari pabrik pembuat pipa dan atau
berdasarkan
petunjuk-petunjuk
pendamping.
c. Penyambungan pipa PVC yang akan
dilaksanakan adalah dengan TS-Joint atau
perekat (untuk < 2) dan Rubber ringjoint /gelang karet (untuk > 2).
2.2 Sambungan pipa
(lem/perekat)

PVC

dengan

TS

Joint

a. Bahan-bahan penghubung termasuk cairan


pembersih dan pelumas, yang dilengkapi
pabrik
pembuatnya
harus
disediakan
dengan jumlah yang cukup dan ditambah
20% sebagai cadangan.
b. Bersihkan socket dan sphigot dengan bahan
pembersih (cleaner). Kemudian oleskan
satu lapis lem secara merata dengan
menggunakan kwas bersih pada permukaan
socket dan sphigot. Baik bahan pembersih
maupun lem yang dipergunakan pada
pekerjaan ini harus sesuai dengan petunjuk
pabrik.
c. Oleskan bahan perekat yang sudah sesuai
pada permukaan pipa secara membujur dan
jangan secara melintang.
d. Masukkan segera sphigot kedalam socket
sampai sedalam socket itu, tahan posisi itu
selama beberapa waktu yang cukup.
e. Bersihkan mulut socket dari sisa bahan
perekat yang mungkin ada. Sesudah 2-3
menit, sambungan itu sudah menjadi kuat.
f. Uji coba tekanan, baru dapat dilakukan
setelah 24 jam kemudian.
g. Defleksi yang diizinkan untuk sambungan
dengan lem ini, besarnya ditentukan sesuai
dengan petunjuk pabrik .

2.3 Sambungan pipa PVC dengan Rubber Joint


a. gelang/Cincin/ring karet penutup harus
tahan terhadap serangan mikroorgaisme
dan terhadap semua zat yang terkandung
dalam air dan tanah pada keadaaan
normal. Cincin/ring penutup yang terdiri
dari karet-karet asli atau karet sintetis
harus sesuai dengan SII-03440-82 atau
standar lainnya yang sama dan diakui.
Cincin-cincin karet ini tersedia dalam
jumlah yang cukup dan ditambah 5%
sebagai cadangan.
b. Bersihkan socket, alur, ring karet dan ujung
sphigot dengan bahan pembersih (cleaner).
Bagian yang bersphigot harus miring 15
derajat dari sumbu pipa dan masuk
kedalam dari pipa yang harus ditandai.
Pada saat itu ring karet ditekan hingga
berbentuk hati dan masukkan kedalam
alurnya.
c. Oleskan minyak pelumas (lubrikan) secara
merata kira-kira setengah dari panjangnya
sphigot.
d. Setelah kedua pipa benar-benar sejajar
dikedua
bidangnya,
dorong
sphigot
kedalam socket dengan gerakan memutar
yang ringan.
e. Dorong sphigot sampai kedalam tanda yang
sudah ditentukan sebelumnya.
f. Defleksi yang diizinkan untuk sambungan
dengan rubbering ini, besarnya ditentukan
sesuai dengan petunjuk pabrik dan atau
petunjuk-petunjuk langsung dari pabrik.

III.

PIPA BESI DI GALVANIS (GIP)

Standard
dan
Spesifikasi
Material

Bahan GIP adalah pipa baja strip dengan kadar


Phospor (P) dan Belerang (S) masing-masing tidak
lebih dari 0,050%, bahan pelapis Seng (Zn) yang
erkadar minimal 98,5%. Pipa GIP yang diproduksi di
Indonesia dengan SII 0161-81 terdiri dari 3 jenis
menurut beratnya adalah Ringan, Medium, dan
Berat.
Untuk penyaluran air minum, sistim perpipaan
minimal menggunakan pipa medium. Spesifikasi

pipa GIP dengan Klasifikasi medium dan beratnya


dapat dilihat seperti table berikut :

Mengingat bahwa ada 3 jenis pipa GIP ini, dan


beberapa jenis PVC dengan berbagai standard baik
nasional maupun internasional, para perencana dan
pelaksana harus berhati-hati dalam pemilihan dan
pemeriksaan
bahan
pipa
yang
digunakan
sehubungan diameter, dan ketebalan dinding pipa.
Penyambun
gan Pipa
GIP

2.1 Umum
a. Pada bagian luar setiap pipa dan
penyambung harus diberi tanda yang
mencakup diameter nominal dalam mm,
tebal dinding nominal dalam mm, tingkat
kelas, cap pabrik dan nomor produksi setiap
pipa
lengkung
(bend)
harus
juga
mencantumkan besarnya sudut lengkung.
Pemberian
tersebut
harus
tidak
mengganggu kekuatan pipa.
b. Penyambungan
pipa-pipa
dilaksanakan
sesuai dengan petunjuk penyambungan
pipa dari pabrik pembuat pipa dan atau
berdasarkan
petunjuk-petunjuk
pendamping.
c. Penyambungan pipa GIP yang akan
dilaksanakan adalah dengan ulir (untuk <
3) dan flens atau las untuk > 3.
2.2 Sambungan pipa GI dengan Sambungan Flens
a. Setelah
Flens
pipa
sudah
bersih
permukaannya, kemudian dipasang dan
dibuat dengan putaran secukupnya.
b. Baut-baut harus diputar dengan kunci-kunci
yang sesuai sehingga dapat menjamin

kesamarataan baut-baut pipa dengan


kedudukan flens pipa, sehingga terdapat
tekanan
yang
sama
pada
seluruh
permukaan dari flens.
c. Sebelum baut dipasang, semua baut dan
mur harus diberi gemuk dengan sempurna.
2.3 Sambungan pipa GI dengan Ulir
a. Bersihkan bagian ulir luar dari ujung pipa
dan bagian ulir dalam dari soket dengan
sikat baja.
b. Balut bagian ulir luar tersebut dengan
mempergunakan sale tape yang biasa
digunakan untuk sambungan pipa ulir.
c. Masukan pipa tersebut secara hati-hati
kedalam soket dengan cara memutar
pipa/soket tersebut. Proses pemasukan pipa
dengan soket tersebut dilakukan setelah
posisi pipa-pipa dan soket tersebut benarbenar sejajar.
d. Defleksi/lendutan pipa maksimum yang
diperbolehkan
disesuaikan
dengan
ketentuan pabrik pembuatnya .
2.4 Sambungan pipa GI dengan Las
Sebelum pipa dilas, bagian yang akan dilas
harus dibersihkan dari segala benda atau
bahan asing. Las busur listrik digunakan
untuk pengelasan, memakai batang-batang
sebagai pencegah panas yang berlebihan
pada pengisi. Kawat las yang dipergunakan
adalah jenis JIS Z.3211 atau semutu. Kawat
las yang lembab tidak dapat dipakai untuk
kawat yang mengandung zat cair yang
rendah. Mesin las yang dapat dipakai harus
sesuai. Semprotan air dapat diberikan pada
bahan
pengisi
untuk
mencegah
mengelupas akibat pengelasan. Setelah
dilas, bagian luar pipa dilapisi dengan
lapisan pelindung (coating) seperti petunjuk
dari pabrik pembuatnya.
Pengecatan

a. Semua pipa baja atau GI yang terbuka


terhadap udara, harus diberi dua lapisan
cat dasar setelah dipermukaan pipa terlebih
dahulu dibersihkan dan sudah kering.
b. Semua sambungan pipa baja atau GI yang
pengelasannya dilaksanakan di lapangan,

maka setelah selesai di las bagian lapisan


dalam dan luar harus diperbaiki kembali.
Bagian pipa yang sudah diperbaiki tersebut,
harus dilapisi kembali dengan ter ataupun
cat dasar meni merah seperti sebagaimana
keadaan semula.
IV.

PEMASANGAN PIPA

Umum

1.1 Persyaratan Umum


a. Pelaksana pekerjaan harus melaksanakan
dan menyelesaikan pekerjaan pemasangan
pipa sesuai dengan yang disyaratkan dalam
spesifikasi ini.
b. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak tercakup
dalam
spesifikasi
dapat
dilaksanakan
berdasarkan ketentuan-ketentuan praktis
yang berlaku di Indonesia dan sesuai
dengan petunjuk-petunjuk Direksi Proyek.
1.2 Pemeriksaan Trase/Jalur Pipa
g. Trase jalan pemasangan pipa harus sesuai
dengan gambar.
1.3 Patok dan Tanda-tanda
a. Kewajiban pelaksana pekerjaan
Pelaksana pekerjaan berkewajiban dan
bertanggung jawab agar pipa yang sudah
dipasang baik valve/katup dan saluransaluran lainnya yang diperlukan berada
pada jalur yang ditentukan, baik kedalaman
maupun kemiringannya.
b. Penyimpangan-penyimpangan oleh karena
bangunan lain.
Bilamana ada rintangan yang tidak terlihat
di
dalam
rencana
dan
ternyata
menghalangi pekerjaan dan mengakibatkan
perobahanperobahan pelaksanaan, dimana
perubahan tersebut mengakibatkan volume
pekerjaan, maka pekerjaan tersebut dapat
dilaksanakan
tetapi
perlu
diadakan
perubahan pada Kontrak dan menjadikan
pekerjaan tambah/kurang.
c. Pekerjaan Penggalian harus dilakukan
dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga
pekerjaan galian pada jalur yang tepat. Bila
terdapat
kerusakan-kerusakan
pada

bangunan bawah tanah yang ada sebagai


akibat penggalian, pelaksana pekerjaan
harus memperbaikinya kembali sesuai
dengan keadaan semula.
Penggalian

2.1 Penggalian dan Persiapan Parit Pipa


A. Umum
a. Galian tanah dilaksanakan untuk :
-

Semua
pemasangan
pipa
dan
peralatannya serta bangunan pelengkap
yang termasuk dalam pekerjaan ini.

Semua bagian-bagian bangunan yang


masuk ke dalam tanah.

b. Pekerjaan galian dan pemaritan hendaknya


dilakukan dengan cara-cara yang layak,
aman dan tepat untuk menghindari
kemungkinan-kemungkinan
timbulnya
bahaya.
c. Pekerjaan
penggalian
dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga memungkinkan
pipa dapat dipasang dengan posisi yang
baik dan aman sesuai gambar yang ada.
Penggalian sebaiknya bertahap sesuai
dengan perkiraan jumlah pipa yang dapat
di pasang untuk setiap harinya.
d. Pekerjaan penggalian tanah untuk parit
pemasangan pipa harus segera diikuti
dengan pelaksanaan pemasangan pipa dan
perlengkapannya, serta diikuti pula dengan
penimbunan/pengurugan kembali dengan
segera.
e. Parit galian harus dijaga tidak longsor dan
keselamatan pekerja dapat terjamin.
B. Lebar dan Kedalaman Parit Galian
a. Tempat galian, lebar dan kedalaman
minimum untuk pemasangan pipa berikut
perlengkapannya
serta
bangunanbangunan yang nyata-nyata termasuk
dalam pekerjaan ini harus dibuat sesuai
dengan gambar pelaksanaan (gambar
situasi, profil memanjang, profil melintang
dan potongan), atau bila tidak digunakan
akan dipakai ketentuan-ketentuan minimal
dalamnya galian untuk pemasangan pipa
menurut buku petunjuk pemasangan pipa

dan peralatannya dari pabrik pipa yang


bersangkutan.
b. Patokan/pedoman yang dipakai untuk
dalamnya galian adalah diukur dari atas
pipa sampai permukaan jalan/tanah asal,
ditambah diameter luar pipa dan tebal
lapian pasir dibawah pipa.
c. Parit pipa harus digali dengan kedalaman
yang
dikehendaki
sehingga
terdapat
pembebanan yang merata dan menerus
pada dasar galian (yang tidak terganggu
untuk 2 sambungan pipa).
d. Kedalaman
galian
hendaknya
selalu
diperiksa untuk mendapatkan kedalam jalur
pipa yang tepat.
e. Bila tidak dinyatakan lain, lebar parit galian
disesuaikan dengan besarnya pipa yang
akan dipasang dan lebar galian tersebut
harus menjamin pekerjaan penyambungan
pipa dengan baik sehingga kebocorankebocoran pada sambungan pipa dapat
dihindarkan.
f. Bila perlu lebar galian diperbesar untuk
memudahkan
penempatan
alat-alat
penyangga dan sebagainya.
g. Parit
dan
tempat
sambungan
atau
peralatan pipa hendaknya digali hingga
didapatkan suatu lebar yang cukup untuk
ruang
bekerja,
pemasangan,
penyambungan, dan penanaman.
h. Bila pada bagian galian parit pipa terdapat
galian-galian berlumpur atau penggalian
terlalu dalam maka dapat diurug dengan
pasir ataupun di urug dengan bahan-bahan
lainnya yang aman terhadap pipa, sehingga
untuk peletakan pipa harus bebas dari
lumpur.
i. Urugan tersebut kemudian dipadatkan
dengan alat pemadatan atau dengan
tangan untuk memperoleh permukaan yang
rata pada tempat pemasangan pipa.
j. Batu-batu besar pada penggalian parit pipa,
harus dipindahkan atau dihindari.
C. Galian Pada Tanah Jelek

a. Apabila ternyata
penggalian terjadi

didalam

pelaksanaan

b. kelongsoran-kelongsoran dan keruntuhankeruntuhan


terus
menerus
yang
mengganggu, haruslah diberi penguat (dari
turap kayu atau lainnya) agar terjamin
keselamatan dan keamanan pekerjaan,
effisien kerja.
c. Penguat hendaknya direncanakan dan
dibuat untuk menahan semua beban dan
muatan yang mungkin timbul akibat
pergerakan tanah atau tekanan. Konstruksi
penguat ini hendaknya kaku hingga tidak
terjadi perubahan bentuk dan posisi dalam
keadaan apapun.
d. Bila pada bagian bawah parit galian
ternyata tidak stabil atau dijumpai lapisanlapisan bekas sampah ataupun humus,
lapisan tersebut harus dibuang.
D. Pengamanan Jalur Pipa
a. Pada tempat-tempat parit pipa yang digali
dan ternyata mudah longsor dapat diberi
turap-turap pengaman.
b. Setiap galian hendaknya dijaga tetap kering
sampai konstruksi yang harus dibangun
atau pipa yang harus dipasang selesai
dilaksanakan.
c. Apabila juga ternyata bahwa didalam galian
dijumpai air yang mengganggu, maka
pelaksana pekerjaan harus menyediakan
pompa
atau
peralatan
lain
untuk
pengeringan.
d. Air permukaan hendaknya dipintaskan atau
dengan cara-cara lain dicegah tidak
memasuki
daerah
pemaritan
sejuah
mungkin tanpa mengakibatkan kerusakankeruakan pada tanah milik sekitarnya.
E. Penimbunan Tanah Galian
Semua tanah bekas galian harus ditimbun
sedemikian
rupa
sehingga
tidak
mengganggu bagi pejalan kaki maupun
kendaraan yang lewat.
Bila diperlukan, pelaksana pekerjaan untuk
mengangkut tanah lebih bekas galian

tersebut ketempat lain.


F. Pemasangan Pipa
F.1. Penyimpanan dan Pengangkutan
a. Pipa, perlengkapan pipa dan bangunan
pelengkapnya yang akan dipasang harus
disimpan di gudang penyimpanan pipa atau
tempat yang aman, terutama untuk pipa
PVC harus terbebas dari sinar matahari.
b. Cara-cara pengangkutan, penyambungan
dari pipa-pipa dan ketentuan-ketentuan
teknis cara pemasangan harus sesuai
petunjuk atau sesuai dengan buku petunjuk
pemasangan pipa dan pengangkutan dari
pabrik pipa yang bersangkutan .
c. Sebelum dan sesudah dipasang, pipa-pipa
dan perlengkapan pipa, harus dijaga bersih
dan diperiksa lagi atas kerusakan dan
retakretak.
F.2. Menurunkan
Galian

Pipa

Kedalam

Parit

a. Pipa yang akan dipasang diturunkan


kedalam parit galian dengan bantuan alatalat khusus yang disediakan oleh Kontraktor
atau pelaksana pekerjaan.
Semua pipa, alat-alat bantu valve dan
perlengkapan lainnya harus dengan hatihati diturunkan kedalam parit galian satu
persatu dari kerusakan.
b. Bila terjadi kerusakan pada pipa dan
perlengkapannya
akibat
kelalaian
Kontraktor atau pelaksana pekerjaan,
Kontraktor atau pelaksana pekerjaan harus
mengganti pipa-pipa yang rusak atau
memperbaiki (bila masih dapat diperbaiki)
kembali seperti semula dengan persetujuan
Direksi Proyek.
F.3. Pemeriksaan Sebelum Pemasangan
a. Semua pipa dan perlengkapan pipa yang
akan dipasang serta alat-alat bantu untuk
pemasangan tersebut harus diperiksa
dengan
cermat
dan hati-hati
untuk
menghindari bahwa yang terpasang tidak
cacat
sesaat
sebelum
pipapipa/perlengkapan pipa tersebut diturunkan

pada lokasi yang sebenarnya.


b. Bila ada ujung pipa terdapat bengkokanbengkokan hal tersebut harus dihindarkan,
atau ujung pipa yang bengkok harus
dipotong sesuai dengan petunjuk-petunjuk.
F.4. Pembersihan Pipa dan Alat Bantu
Semua pipa yang akan dipasang harus bebas
dari segala macam jenis kotoran. Bagian luar
dan dalam ujung pipa yang akan dipasang
harus dicuci terlebih dahulu sampai bersih,
bebas dari minyak dan gemuk sehingga
diperoleh sambungan pipa yang stabil dan
baik.
F.5. Pemasangan Pipa
a. Pada pipa-pipa yang sudah dipasang harus
dicegah jangan sampai kemasukan segala
macam jenis kotoran umpamanya bekas
puing-puing, alat-alat, bekas pakaian dan
lain-lain kotoran yang dapat mengganggu
kebersihan dan kelancaran aliran air di
dalam pipa.
b. Setiap pipa yang sudah dimasukkan
kedalam parit galian harus langsung
dipasang dan disetel sambungannya dan
kemudian diurug dengan bahan-bahan
yang aman atau sesuai gambar, serta
dipadatkan dengan sempurna.
c. Semua ujung pipa yang terakhir yang pada
saat pemasangannya
berhenti, harus
ditutup sehingga kotoran ataupun air
buangan tidak masuk kedalam pipa.
d. Tikungan/belokan (vertikal/horizontal) tanpa
elbow/bend dilaksanakan sedemikian rupa
sehingga sudut sambungan antara dua pipa
tidak boleh lebih besar dari yang diizinkan
oleh pabrik pipa yang bersangkutan .
e. Perubahan
arah
perletakan
pipa
(belokan/tikungan),
harus
dilaksanakan
dengan penyambung bend/elbow yang
sesuai, begitu pula untuk percabangan
harus dengan tee atau tee cross (sesuai
kebutuhannya).
f. Membengkokkan lebih besar dari sudut

yang dipersyaratkan atau merubah bentuk


pipa
dengan
cara
apapun
tidak
diperbolehkan (secara mekanis maupun
dengan cara pemanasan).
g. Peil dari perletakan pipa serta dalamnya
terhadap muka jalan/tanah asal harus
diperiksa dengan teliti sesuai gambar.
h. Pada waktu pemasangan pipa harus
diperhatikan
benar-benar
mengenai
kedudukan pipa agar pipa yang dipasang
betul-betul lurus serta pada peil yang benar
dan dasar pipa harus terletak rata, tidak
boleh
ada
benda
keras
yang
memungkinkan rusaknya pipa dikemudian
hari.
i. Pada waktu pemasangan pipa, parit galian
untuk perletakan pipa harus kering, tidak
boleh ada air sama sekali dan bagian dalam
pipa harus bersih. Penyambungan pipa
hanya dilakukan dalam keadaan kering.
j. Di sekeliling pipa harus diberi pasir urug
sesuai dengan gambar atau bila tidak
dinyatakan lain diberi lapisan pasir urug
sedemikian rupa sehingga terdapat pasir
setebal 15 cm di bawah, disamping dan
diatas pipa, kecuali untuk pipa-pipa yang
memotong jalan harus diurug segera
dengan pasir pasang penuh, dan tanah
bekas galiannya harus disingkirkan agar
segera dapat dilalui kendaraankendaraan,
dan khusus untuk jalan-jalan protokol (lalu
lintas padat dan kendaraan-kendaraan
berat) harus dilindungi dengan pelat baja.
k. Semua pemasangan fitting penyambungan
pipa
seperti
tee,
elbow/bend,
dan
sebagainya harus diberi anker (trust block)
dari beton (beton campuran 1 : 2 : 3).
l. Setiap pekerjaan pemasangan pipa yang
dihentikan pada waktu diluar jam-jam kerja,
ujung-ujung pipa yang terakhir harus
ditutup
rapat
air
untuk
mencegah
masuknya kotoran/benda-benda asing/air
kotor ke dalam pipa.
m. Material yang digunakan untuk tutup ujung
pipa tersebut harus bersih dan bebas dari
minyak/oli/ter/aspal
atau
bahan-bahan

minyak pelumas lainnya.


F.6. Pemotongan Pipa
Apabila
benar-benar
diperlukan,
pemotongan pipa dapat dilakukan harus
dilaksanakan
dengan
alat
yang
sesuai/khusus untuk jenis atau bahan pipa
yang dipasang, agar benar-benar terjamin
penyambungannya
yang
baik
sesuai
dengan syarat-syarat teknis/petunjuk dari
pabrik pipa yang bersangkutan.
F.7. Penyingkiran Sarana Yang Ada
Segala sarana yang perlu disingkirkan
akibat penggalian pekerjaan pemasangan
pipa, harus diperbaiki dan dikembalikan
seperti keadaan dan kondisi semula.
Penguruga
n

3.1 Umum
a. Pengurugan kembali bekas galian harus
dilakukan tidak langsung kebagian pipa
atau struktur.
b. Urugan baru dapat dilaksanakan, setelah
pemasangan pipa selesai diperiksa dan
disetujui.
c. Bahan urugan tidak boleh mengandung
benda-benda organis, seperti rumputrumputan, akar-akar pohon dan lain
sebagainya dan tidak merupakan bahan
yang melar (non expansive), serta tidak
mengandung benda keras/batu dengan
diameter lebih besar dari 2 cm.
d. Semua pasir yang digunakan sebagai bahan
urugan
harus
pasir
alam
yang
komposisisnya baik, tidak bergumpalgumpal, bebas dari bara, abu, sampah atau
bahan lainnya.
e. Pada pasir urug tidak boleh terdapat lebih
dari 10% (berat) tanah liat.
f. Urugan pasir ini harus dipadatkan dengan
cara memberi air pada tiap lapisan pasir
urug.
g. Urugan
tanah
untuk
pipa
tiap-tiap
pekerjaan harus diadakan selapis demi
selapis yang tiap-tiap lapis didapatkan dan

tanah urug yang digunakan harus bersih


dari kotoran-kotoran organik dan lainlain
sebagainya. Tiap lapis urugan maksimum
30 cm.
h. Semua galian parit dibawah pipa harus
diurug dengan pasir dari bagian bawah
parit sampai sumbu pipa, urugan pasir ini
kemudian dipadatkan. Tebal urugan pasir
sesuai dengan gambar rencana.
i. Pengurugan pasir untuk dasar pipa baru
dinyatakan selesai setelah disetujui yaitu
bila peil pipa sudah tepat pada tempatnya.
j. Pada
bagian
samping
dan
atas
pipa/sambungan pipa/fitting harus diurug
dengan pasir urug yang dipadatkan lapis
demi lapis, setiap lapis urugan pasir tidak
lebih dari 10 cm dan tebal urugan pasir
sesuai dengan gambar.
k. Pengurugan lapisan tanah dilakukan lapis
demi lapis sampai kepermukaan yang
direncanakan. Ketebalan tiap lapis tidak
lebih dari 30 cm. Urugan tanah untuk
pemasangan
pipa
baru
dilaksanakan
setelah pengurugan pasir sekeliling pipa
yang dipasang telah selesai disetujui
Direksi Proyek.
l. Pengurugan tidak boleh dilakukan pada
tempat-tempat
sambungan
pipa,
sambungan fitting dan tempat-tempat lain
yang ditentukan Direksi Proyek sebelum
pengujian pemasangan dinyatakan disetujui
Direksi Proyek.
m. Bila sebelum pengujian pipa, ada bagianbagian
yang
harus
diurug
untuk
kepentingan lalu lintas ataupun untuk
keperluan lain, Kontraktor atau pelaksana
pekerjaan harus melaksanakan sesuai
dengan petunjuk Direksi Proyek.
Perbaikan
Kembali

Pelaksana
pekerjaan
berkewajiban
serta
bertanggung jawab untuk perbaikan kembali
seperti
keadaan/konstruksi
semula
(sebelum
pemasanan pipa) dengan konstruksi dan kwalitas
yang minimal harus sama, untuk semua bangunan
dan konstruksi lainnya yang rusak oleh akibat
pelaksanaan pekerjaan pemasangan pipa, antara
lain :

Jalan aspal harus kembali beraspal

Jalan batu harus kembali berbatu

Trotoir beton harus kembali berbeton

Bidang tanah berumput/tanaman-tanaman


yang
rusak
harus
kembali
berumput/tanaman-tanaman seperti semula.

Dan
lain-lain
yang
pelaksanaan pekerjaan.

dijumpai

selama

Biaya yang timbul akibat perbaikan ini adalah


sudah termasuk kedalam biaya pelaksanaan.
Setelah pemasangan pipa, sisa-sisa tanah/material
bekas galian/urugan harus diangkut dan dibuang ke
tempat lain yang aman sehingga bersih/ rapi.
Perbaikan
Jalan Aspal

5.1 Umum
a. Konstruksi jalan dan perkerasan yang
terkena penggalian pipa, diperbaiki kembali
seperti
semula.
Ukuran
konstruksi
perbaikan jalan dan perkerasannya dibuat
sama dengan ukuran jalan yang ada.
b. Material hasil bongkaran dari konstruksi
jalan (base dan subbase) tidak boleh
dipergunakan kembali untuk perbaikan
konstruksi jalan.
5.2 Spesifikasi Bahan Timbunan
Jika seandainya setelah pemasangan pipa
masih diperlukan timbunan tanah untuk
subgrade, maka penimbunan ini harus
dilaksanakan dengan syarat-syarat :
a. Penimbunan dilakukan lapis demi lapis
dengan tebal 15 cm dan dipadatkan dengan
alat pemadat.
b. Material yang digunakan untuk penimbunan
haruslah dari material yang baik memenuhi
klasifikasi bahan menurut AASHTO dan
dipadatkan minimum 95% dari kepadatan
maksimum.
5.3 Spesifikasi Bahan Perkerasan
A. Umum
Pekerjaan
pengaspalan
dengan
cara
penetrasi ini terdiri dari penyebaran bahan
batu yang dipadatkan tebal 5 10 cm dan
dipenetrir dengan bahan aspal 60/70 AC.

Ruang kosong diisi dengan batu kunci


sedemikian rupa, sehingga didapat suatu
kesatuan lapisan padat, Penyiraman aspal
60/70 (seal-coat) dengan batu split disebar
merata dan digilas padat, sebagai lapisan
penutup.
B. Bahan Batu
Bahan batu pecah yang digunakan harus
berbentuk kubus (tidak boleh pipih), bersih
dari bahan zat-zat organis, tanah dan air.
Selain itu batu harus keras, tidak porous.
Bahan batu pecah yang digunakan dibagi
dalam tiga macam ialah yang disebut :
- Batu pokok (fraksi I ukuran 3 5 cm)
- Batu kunci (fraksi II ukuran 1- 2 cm)
- Batu split (fraksi III ukuran < 1 cm)
Batu pokok merupakan batu pecah utama
yang memberikan kekuatan pokok untuk
lapisan penetrasi.
Batu kunci merupakan batu pecah pengunci
yang mengisi ruang kosong antara batu
pokok dan memberikan stabilitas lapisan.
Batu split merupakan batu pecah dengan
diameter kecil (< 1 cm) yang digunakan
untuk taburan terakhir, mengisi ruangruang kosong yang tinggal dan mengikat
kelebihan aspal atau keluarnya aspal.
C. Bahan Aspal
Bahan aspal yang lazim digunakan ialah AC
60/70 (pada umumnya) penggunaan bahan
aspal lain dapat dipakai, setelah ada
persetujuan.
D. Spesifikasi Bahan Sub-base Course
Material yang digunakanuntuk subbase
adalah sandy gravel (sirtu). Semua material
untuk subbase harus bersih, bebas dari
kotoran dan bahan-bahan organis. Susunan
bahan subbase harus memenuhi susunan
gradasi sebagai berikut :

E. Spesifikasi Bahan Base Course


Material yang digunakan adalah Crushed
Sandy Gravel (crushed sirtu) dengan
gradasi dibawah ini :

Jika mengalami kesulitan dalam mendapat


Curshed Sirtu, material subbase dapat
diganti dengan Crushed Gravel dengan
gradiasi dibawah ini :

V.PENGETESAN PIPA
Pengetesan
Pipa

1.1 Umum
c. Pipa yang telah dipasang harus di test/diuji
pada setiap sambungannya untuk diketahui
apakah
penyambungan
pipa
sudah
dilakukan dengan sempurna.
d. Pengetesan
pipa
dilaksanakan
harus
dengan sepengetahuan dan disaksikan oleh
Konsultan dan Direksi. Pengetesan ulang
harus dilaksanakan kembali bila hasil
pengetesan belum mendapat persetujuan
Direksi royek.
e. Bila tidak ditentukan lain, maka semuai
biaya yang timbul akibat pekerjaan
pengetesan ini menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
f. Pada prinsipnya pengetesan dilakukan
dengan cara bagian demi bagian dari
panjang pipa dengan panjang pipa untuk
tiap kali pengetesan tidak lebih dari 500 m.
g. Pengetesan pipa harus dilakukan dengan
tekanan minimal 10 (sepuluh) atmosfir atau
2 kali tekanan kerja pipa, dan apabila
selama 1 (satu) jam tekanan tidak berubah
atau turun, test dinyatakan berhasil dan
dapat diterima.
h. Pengetesan untuk jenis pipa PVC dengan
sambungan solvent cement baru boleh

dilakukan paling cepat 24 jam setelah


penyambungan yang terakhir (pada bagian
pipa yang di test)
i. Pengetesan dapat dilaksanakan
cara cara sebagai berikut :

Hydrostatic Pressure Test

Leakage Test

dengan

j. Segala biaya untuk pengujian ini menjadi


tanggung jawab Kontraktor.
1.2 Hydrostatic Pressure Test
a. Umum
1. Setelah pipa dipasang dan sebagian telah
diurug,
pada
pipa
tersebut
harus
dilakukan pengujian tekanan hidrostatis
(hydrostatic pressure test).
2. Semua peralatan yang diperlukan untuk
pengujian ini disediakan oleh Kontraktor.
Cara cara pelaksanaan pengujian harus
mendapat persetujuan Konsultan dan
Direksi.
b. Pelaksanaan Pengujian
1. Sebelum dilaksanakan pengujian, semua
udara harus dikeluarkan dari dalam pipa
dengan cara mengisi pipa dengan air
sampai penuh. Bila pada jalur pipa yang
diuji tidak terdapat valve pembuangan
udara (air valve), Kontraktor dapat
memasang kran pembuang udara pada
tempat yang disetujui Konsultan dan
Direksi.
2. Setelah udara habis terbuang dari dalam
pipa, kran pembuang udara ditutup rapat
rapat dan kemudian pengujian dapat
dilakukan.
3. Saat saat dilaksanakan pengujian,
semua kran kran harus dalam keadaan
tertutup.
4. Pada Setelah periode stabilisasi dari
bagian pipa yang akan diuji selesai, maka
Pengujian Tekanan hingga tekanan
satu setengah kali dari tekanan kerja pipa,
dilakukan dengan bantuan pompa piston.

Penambahan
tekanan
hendaknya
dilakukan secara perlahan-lahan dan
merata. Manometer dipasang pada ujung
bagian pipa yang diuji dan mempunyai
sambungan stop cock . Pengujian
tekanan pipa akan dilakukan dalam
periode minimum 3 (tiga) jam untuk pipa
berdiameter sampai dengan 150 mm dan
6 (enam) jam untuk diameter lebih dari
150 mm.
Seluruh biaya pengujian ini dibebankan
pada kontraktor dan sudah termasuk
dalam harga penawaran pipa.
c. Hasil Pengujian
Pada waktu pengujian, semua sambungan
pipa, fittings maupun perlengkapan
lainnya harus diuji/ditest pada galian parit
yang terbuka (belum diurug). Bila
kelihatan ada kebocoran-kebocoran pada
sambungan-sambungan tersebut maka
sambungan tersebut harus diperbaiki
sehingga tidak terdapat kebocoran pada
tempat sambungan tersebut.
Bila ada pipa-pipa, sambungan pipa,
fittings dan perlengkapan pipa lainnya
yang retak ataupun rusak pada waktu
pengujian
tersebut,
maka
pipa,
sambungan pipa, fitting dan perlengkapan
tersebut harus diganti dengan yang baru
dan pengetesan pipa harus diulang
kembali.
1.3 Leakage Test
a. Umum
1. Pengujian kebocoran harus dilaksanakan
setelah pengujian tekanan hidrostatis
selesai dilaksanakan dan berhasil baik.
2. Semua
peralatan-peralatan
yang
diperlukan untuk melaksanakan pengujian
kebocoran harus disiapkan.
3. Lamanya pengujian untuk tiap kali
pengujian adalah 2 jam dan selama
pengujian,
pipa-pipa
harus
tetap
menunjukkan tekanan normal 10 kg/cm2.
4. Bila hasil pengujian tidak memenuhi
persyaratan yang ditetapkan seperti

diatas,
pelaksana
pekerjaan
harus
memperbaiki kebocoran- kebocoran pada
sambungan-sambungan pipa sampai hasil
pengujian
kebocoran
memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan.
Pengurasan 2
Pipa

Kontraktor harus mencuci semua pipa yang


sudah selesai dipasang. Air yang dipakai untuk
mencuci pipa tersebut adalah air bersih (potable)
yang disetujui Konsultan dan Direksi.

Pengurasan dilaksanakan mulai dari hulu pipa


yang sudah dipasang dan dibuang ke saluran
saluran drainage, secara berangsur angsur
segala kotoran kotoran yang ada didalam pipa
dibersihkan.
Desinfeksi

a. Setelah semua pipa terpasang dan dikuras,


semua pipa-pipa tersebut seluruhnya
sebaiknya didesinfeksi oleh pelaksana
pekerjaan.
b. Desinfeksi didalam pipa dilakukan dengan
mengisi air yang dicampur dengan chloor
sebanyak 10 mg/liter kedalam pipa.
c. Setelah 24 jam, sisa chloor harus diperiksa
dan bila dari hasil pemeriksaan tersebut
ternyata sisa chloor lebih dari 5 mg/liter
berarti pekerjaan desinfeksi tersebut sudah
memenuhi persyaratan.
d. Bila dari hasil pemeriksaan tersebut
menunjukkan sisa chloor kurang dari 5
mg/liter, maka chloor harus ditambah dan
dicampur dan selanjutnya ditunggu selama
24 jam lagi dan pemeriksaan dilakukan
kembal. Demikian seterusnya sampai sisa
chloor lebih dari 5 mg/liter.

VI.

AKSESORIS PIPA

Accessories
(Kelengkap
an Pipa)

Pemasangan accessories yaitu katup-katup,


katup-katup udara, wash out, fitting-fiting, dan
lain-lain akan menerima perhatian sama seperti
pada pemasangan pipa, terutama mengenai

pembersihan, dudukan, cara penyambungan dan


instruksi-instruksi pabrik pembuatnya. Katupkatup yang terletak di bawah tanah untuk pipa
yang letaknya horizontal, maka katup-katup
didudukan beton agar jangan terjadi retak pada
pipa akibat berat katup itu sendiri.
Katup-katup harus dilengkapi dengan spindle,
rumah katup dan tutup rumah katup sesuai
dengan tipikal gambar detail. Rumah katup dan
tutup rumah katup akan terpasang hingga dapat
berfungsi baik, bebas dari kotoran-kotoran dan
gangguan terhadap mekanismenya. Setiap katup
yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya
setelah pemasangan akan diperbaiki atas biaya
Pemborong.
a. Air Valve

Semua valves
ukuran.

harus

punya

spesifikasi

Semua valves harus dilengkapi nama


pabrik, tekanan kerja, ukuran/diameter,
dan arah aliran pada setiap badan valves.

Valve terbuat dari ductile iron atau cast


iron klass tinggi, cakram dengan dudukan
nikle atau stainless . Cakram alternatif
dengan lapisan plastic atau karet yang
menutup
penuh
semua
permukaan.
Tangkai valves harus dari stainless steel.
Komponen yang lain bisa dari gunmetal,
aluminium, kuningan atau nikle tembaga
dengan campuran 5% dari seng.

Dududukan valves harus bisa kokoh


sempurna dicelah bagian badan valve atau
kokoh sempurna pada bagian tembereng
lingkaran, atau dengan cara lain terletak
sempurna pada badan valve dan aman
terikat pada posisinya. Semua bagian,
baut, mur, dan ring (washer) untuk
pengikat sempurna dibagian dalam valve
harus terbuat dari stainless steel type 304.

Valve ukuran diameter 40 mm dan lebih


kecil harus dari kuningan, kecuali untuk
pemutarnya (hand wheel) bisa memakai
cast iron atau besi tempa dan dilengkapi
dengan baut penutup.

Semua valve direncanakan untuk tekanan

kerja tidak kurang dari 16 bar, jika tidak


ada ketentuan lain.

Supplier harus menyerahkan shop drawing


(gambar rencana kerja) ke tenaga ahli
yang ditunjuk untuk persetujuan. Shop
drawing meliputi :
-

Daftar dan rencana material

Detail joint
adaptor)

Nama pabrik pembuat

Ukuran, detail, material,


untuk setiap bagian.

(dan

bila

diperlukan

ketebalan

b.Check Valve

Ceck Valve harus mampu menahan


tekanan akibat aliran balik dalam pipa
(water hammer) minimal 16 bar. Type
check valve adalah Swing Check Valve
dan
Double Disk Check Valve untuk
diameter 750 mm.

Setiap check valve harus terbuat dari cast


iron atau ductile iron dengan dilengkapi
dudukan karet, cakram (disc), tangkai
valve, dan mekanisme operasi, dan harus
sesuai untuk semua pemakaian peralatan
seperti pada standards for check valve ,
dengan connected flange ANSI B 16.1
atau International Standard yang lain yang
lebih tinggi kwalitasnya.

Mekanisme pengoperasian untuk operasi


manual harus bisa terkunci sendiri tanpa
bisa mengubah posisi cakram yang telah
diset akibat tekanan air atau getaran.

Permukaan luar seluruh bagian valve dari


besi harus dilindungi oleh polyamide cured
epoxy resin yang sesuai dan aman untuk
digunakan pada air minum.

c. Gate Valve

Gate valve harus bisa menutup rapat tanpa


ada celah sesuai dengan BS 5150, BS 5163
atau AWWA C 500.

Gate valve adalah tipe non-rising stem dan


harus dilengkapi dengan alat pengatur

(hand whells, operating nuts) sesuai


spesifikasi. Operator harus bisa melihat
pada
arah
mana
untuk
mengatur
posisi/membuka valve.

Gate-Valves terbuat dari material sebagai


berikut:

Kandungan besi bagian dalam harus


dilindungi/dilapisi
cat
dengan
polyamidecurd epoxy resin, yang aman
dan sesuai untuk air minum.

Semua valves diameter 50 mm dan yang


lebih besar memakai hubungan flens.
Valves dan stop cocks untuk pipa diameter
40 mm kebawah memakai hubungan ulir.
Kontraktor harus mengajukan accessories
pipa kepada konsultan pengawas dan
Direksi
untuk
mendapat
persetujuan
sebelum memesan atau mengadakan
barang tersebut.

Perlintasan
Pipa

Perlintasan pipa meliputi perlintasan pipa dengan


jalan raya dan sungai serta jalan kereta api apabila
ada, seperti yang terlihat dalam gambar.
Pelaksana pekerjaan hendaknya mendapatkan
izin-izin
yang
diperlukan
untuk
membuat
bangunan
perlintasan
dari
instansi
yang
berwenang.

Perlintasan
Kali/Sungai

Untuk pipa-pipa yang melintasi kali/sungai, bila


mengizinkan,
pipaipa
digantungkan
pada
jembatan yang ada dengan konstruksi yang
sederhana, yaitu dengan memakai gantungan dari
besi plat yang dikuatkan pada gelagar jembatan.
Pipa yang digunakan untuk perlintasan pipa
adalah pipa baja atau pipa GI.

Apabila tidak memungkinkan digantung pada


jembatan yang ada, harus diadakan jembatan pipa
tersendiri.
Jembatan
Pipa

4.1 Umum
a. Jembatan pipa direncanakan seperti terlihat
pada gambar rencana.
b. Semua tenaga, alat-alat dan perlengkapanperlengkapan lainnya yang diperlukan
untuk melaksanakan pekerjaan ini harus

disiapkan.
c. Pelaksana pekerjaan harus memeriksa
kembali semua ukuran yang ada di dalam
gambar sesuai dengan hasil survey yang
dilakukan sendiri di lapangan.
d. Data
hasil
penyelidikan
tanah
bila
diperlukan untuk pemasangan jembatan
pipa harus ada.
e. Ring support (klem pengamanan pipa)
harus betul-betul dipasang pada setiap
bantalan pier sebagaimana terlihat pada
gambar.
f. Klem pengaman pipa harus dibuat dari satu
jenis baja sesuai dengan standard yang
ditentukan. Setelah semua klem pengaman
pipa dipasang pada posisi yang dikehendaki
kemudian dilas pada sekeliling pipa dan
dicat.
g. Pelaksanan
pekerjaan
harus
mempersiapkan kayu-kayu ataupun batangbatang kelapa melintasi sungai dengan
lebar
seperlunya
untuk
perancah
pelaksanaan
pemasangan
pipa,
penyambungan pengelasan dan untuk
pengecatan pipa.
h. Perancah tersebut dibuat harus dalam
keadaan
kuat,
sehingga
terjamin
pelaksanaan
yang
aman
waktu
pemasangan
pipa
ataupun
waktu
pelaksanaan pemancangan pondasi tiang
pancang (bila ada).
i. Bila pemasangan pipa digantung pada
jembatan yang ada, ataupun digantung
pada bangunan-bangunan lain yang ada,
persetujuan dari pemilik atau instansi yang
berwenang mengenai rencana pelaksanaan
penggantungan pipa pada bangunanbangunan tersebut harus didapatkan.
4.2 Shop Drawing dan Rencana Pelaksanaan
Dari hasil survey lapangan dan pengecekan
kembali
segala
ukuran-ukuran,
gambargambar yang ada perlu disesuaikan.
Sebelum
melaksanakan
pemasangan
jembatan pipa, gambar yang menunjukkan
semua ukuran-ukuran, detail pipa, pondasi

abutment, tiang pancang dan perhitunganperhitungan yang diperlukan harus ada.


Ditetapkan Oleh :
Kuasa Pengguna Anggaran / Kuasa
Pengguna
Barang pada Bidang Cipta Karya
Dinas PU Provinsi Bali

Dewa Ayu Puspa Dewi, ST. MUM


Pembina
Nip. 19670201 199703 2 004

Anda mungkin juga menyukai