Obat Anti Mania
Obat Anti Mania
PENDAHULUAN
Mania ditandai dengan aktivitas fisik yang berlebihan dan perasaan
gembira yang luar biasa yang secara keseluruhan tidak sebanding dengan
peristiwa positif yang terjadi.
TINJAUAN PUSTAKA
Mania merupakan gangguan mood atau perasaan ditandai dengan aktivitas
fisik yang berlebihan dan perasaan gembira yang luar biasa yang secara
keseluruhan tidak sebanding dengan peristiwa positif yang terjadi. Hal ini terjadi
dalam jangka waktu paling sedikit satu minggu hampir setiap hari terdapat
keadaan afek (mood, suasana perasaan) yang meningkat ekspresif atau iritabel.1,2
Sindroma mania disebabkan oleh tingginya kadar serotonin dalam celah
sinaps neuron, khususnya pada sistem limbik, yang berdampak terhadap
dopamine receptor supersensitivity. Lithium karbonat merupakan obat pilihan
utama untuk meredakan sindroma mania akut dan profilaksis terhadap serangan
sindroma mania yang kambuh pada gangguan afektif bipolar.2
Bentuk mania yang lebih ringan adalah hipomania. Mania seringkali
merupakan bagian dari kelainan bipolar (penyakit manik-depresif). Beberapa
orang yang tampaknya hanya menderita mania, mungkin sesungguhnya
mengalami episode depresi yang ringan atau singkat. Baik mania maupun
hipomania lebih jarang terjadi dibandingkan dengan depresi. Mania dan
hipomania agak sulit dikenali, kesedihan yang berat dan berkelanjutan akan
mendorong seseorang untuk berobat ke dokter, sedangkan kegembiraan jarang
mendorong seseorang untuk berobat ke dokter karena penderita mania tidak
menyadari adanya sesuatu yang salah dalam keadaan maupun perilaku
mentalnya.1
Tabel 1. Sediaan Obat Anti Mania dan Dosis Anjuran2
No
1
Nama Generik
Nama Dagang
Sediaan
Tab. 200 mg, 300 mg, 400
mg, 500 mg
Karbamazepin
Natrium
Tegretol (Novartis),
Tab. 200 mg
Bamgetol (Mersifarma)
Kaplet. 200 mg
Depakote (abbott)
Divalproex
Haloperidol
Asam Valproat
Haloperidol (Indofarma),
Haldol (Janssen),
Liq. 2 mg/ml
Serenace (Searle)
Amp. 5 mg/ml
Depakene
A. LITHIUM KARBONAT
Lithium karbonat adalah jenis garam lithium yang paling sering digunakan
untuk mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian lithium sitrat. Sejak
disahkan oleh Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 1970 untuk
mengatasi mania akut, lithium masih efektif dalam menstabilkan mood pasien
dengan gangguan bipolar. Efek samping
lithium hampir serupa dengan efek mengonsumsi banyak garam, yakni tekanan
darah tinggi, retensi air, dan konstipasi. Oleh karena itu, selama penggunan obat
ini harus dilakukan tes darah secara teratur untuk menentukan kadar lithium
mengingat dosis terapeutik lithium berdekatan dengan dosis toksik. Bagaimana
kerja lithium sebenarnya dalam mengatasi mania belum diketahui secara pasti,
diduga ion lithium menimbulkan efek menstabilkan mood dengan menghambat
inositol monophosphatase (IMPase) dengan
subsitusi
magnesium pada sisi aktif IMPase. IMPase merupakan enzim yang diyakini
sebagai penyebab beberapa gangguan bipolar.5,6
Pendapat lain mengatakan bahwa efek antimania lithium disebabkan oleh
kemampuannya
mengurangi
dopamine
receptor
supersensitivity
dengan
1. Indikasi
Mengatasi episode mania. Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu
setelah minum obat. Lithium juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi
intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat mania.5
2. Dosis
Dosis lithium tergantung pada kebutuhan medis pasien, umur, berat badan
dan fungsi ginjal. Dosis dari lithium berkisar antara 600-2400 mg per hari,
meskipun sebagian besar pasien akan stabil pada 600-1200 mg per hari. Untuk
tablet atau kapsul immediate release biasa diberikan 3 dan 4 kali sehari.
Sedangkan tablet controlled release diberikan dua kali sehari, interval 12 jam.
Pemberian dosis lithium harus dilakukan hati-hati dan individual, yakni
berdasarkan kadar dalam serum dan respon klinis.5
Pada mania akut, pasien biasanya memberikan respon optimal terhadap
lithium karbonat jika diberikan dosis 1800 mg per hari, dengan dosis terbagi.
Dosis ini secara normal akan menghasilkan kadar lithium serum yang diinginkan
berkisar antara 1 dan 1,5 mEq/l. Kontrol jangka panjang, kadar serum lithium
yang diinginkan adalah 0,6 -1,2 mEq/l. Dosis bervariasi per individu, tapi
biasanya berkisar 900 - 1200 mg per hari dalam dosis terbagi. Monitor serum
dilakukan setiap dua bulan. Pada pasien yang sangat sensitif biasanya
memperlihatkan tanda toksik pada kadar lithium serum dibawah 1,0 mEq/l.5
3. Efek Samping
Efek samping lithium seperti tremor, diare, nausea, dan sering kencing,
bergantung pada dosis yang dikonsumsi. Pada kadar lithium darah yang tinggi (>
2 mg), pasien akan mengalami ataksia, kebingungan, bahkan koma. Beberapa
pasien dapat mencapai kadar lithium darah normal (sekitar 1 mg) dengan
mengkonsumsi dua pil perhari sementara pada pasien lainnya perlu dua belas pil
per hari. Jika kita dapat mengukur kadar obat dalam darah pada semua jenis obat
serupa, kemungkinan kita dapat menemukan perbedaan individual. Ini dapat
menjelaskan mengapa beberapa pasien skizofrenia menunjukkan perbaikan
dengan pemberian 200 mg klorpromazin per hari sementara yang lainnya
memerlukan 2000 mg per hari.5
Gejala intoksikasi (kadar serum lithium > 1,5 mEq/L) dapat berupa :6
-
Penatalaksanaan
Berikan lithium setelah makan, berikan dosis yang
lebih kecil dan lebih sering, coba preparat lepas
lambat, turunkan dosis
Tremor
Turunkan
mg/hari),
dosis,
berikan
pertimbangkan
propanolol
menambah
(40-100
suatu
benzodiazepin
Poliuria, Diabetes Insipidus
Akne
terapi.
Hipotiroidisme
Inversi gelombang T
Disritmia jantung
Edema
4. Interaksi obat
Penggunaan diuretik bersama lithium harus dilakukan hati-hati. Hal ini
dikarenakan diuretik yang menginduksi pengeluaran natrium, bisa mengurangi
klirens renal lithium yang akan menyebabkan kadar lithium serum meningkat dan
risiko toksisitas juga meningkat. Begitu juga pada pemberian bersamaan dengan
beberapa obat lain seperti NSAID dan ACE inhibitor.5
Lithium sebaiknya tidak diberikan pada pasien jantung dan ginjal. Tapi
jika kondisi psikiatri pasien mengancam jiwa dan pasien tidak berespon dengan
obat lain, maka lithium bisa diberikan dengan pengawasan yang sangat ketat.
Pemeriksaan kadar lithium serum dilakukan tiap hari dan kemudian dilakukan
pengaturan dosis. Lithium sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil karena
diduga bisa mendatangkan efek merugikan bagi janin. Lithium juga disekresikan
melalui air susu ibu, sehingga tidak dianjurkan diberikan pada wanita yang
menyusui. Penggunaan lithium pada anak usia dibawah 12 tahun sebaiknya tidak
dilakukan mengingat data keamanan dan keefektifan dari obat ini pada populasi
ini belum ada. Pemberian lithium pada orang tua harus dilakukan perngaturan
dosis.5
B. KARBAMAZEPIN
Karbamazepin adalah suatu obat iminodibenzyl yang secara struktural
mirip dengan imipramine (tofranil) dan disetujui digunakan di Amerika Serikat
sebagai anti epilepsi. Struktur molekul adalah serupa dengan struk trisiklik dari
imipramin (gambar 2).8
Karbamazepin sering digunakan sebagai terapi alternatif pengganti lithium
walaupun efeknya tidak sekuat lithium. Cara kerja karbamazepin belum diketahui
dengan pasti, dapat digunakan sebagai antimania akut dan terapi profilaksis. Efek
sampingnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan lithium.4
1. Indikasi
Karbamazepin pertama-tama digunakan untuk pengobatan trigeminal
neuralgia, kemudian ternyata bahwa obat ini efektif terhadap bangkitan parsial
kompleks dan bangkitan tonik-klonik (antikonvulsan) dan sebagai mood
modulator. Saat ini karbamazepin merupakan antiepilepsi utama di Amerika
Serikat
untuk
mengatasi
berbagai
bangkitan
kecuali
bangkitan
lena.
9
Epilepsi
Gangguan depresif
2. Dosis
Karbamazepin biasanya dimulai dengan dosis 200-400 mg per hari dalam
3 atau 4 dosis dan ditingkatkan menjadi 800-1000 mg per hari pada akhir minggu
pertama pengobatan. Bila kemajuan terapi tidak tercapai pada akhir minggu ke-2
pengobatan dan pasien tidak
karbamazepin dapat ditingkatkan sampai 1600 mg per hari.4 Dosis Anjuran untuk
karbamazepin adalah 400-600 mg per hari 2-3 kali pemberian.2
Dalam buku Farmakologi dan Terapi FK Universitas Indonesia
diterangkan bahwa dosis untuk anak di bawah 6 tahun adalah 100 mg per hari,
anak usia 6-12 tahun adalah 2 kali 100 mg per hari. Dosis awal untuk dewasa 2
kali 200 mg hari pertama, selanjutnya dosis ditingkatkan secara bertahap. Dosis
penunjang berkisar antara 800-1200 mg per hari untuk dewasa dan 20-30 mg per
KgBB untuk anak. Dengan dosis ini umumnya tercapai kadar terapi dalam serum
6-8 g/ml.9
3. Efek Samping
Seperempat dari jumlah pasien yang diobati mengalami efek samping. Gejala
intoksikasi akut karbamazepin dapat berupa stupor atau koma, kejang dan depresi
nafas. Karena potensinya untuk menimbulkan efek samping sangat luas, maka
pada pengobatan dengan karbamazepin dianjurkan pemeriksaan nilai basal dari
darah dan melakukan pemeriksaan ulangan selama pengobatan.9
Lebih jelas lagi efek samping penggunaan karbamazepin dapat dilihat pada
table berikut :
Tabel 3. Efek samping penggunaan karbamazepin4
Sangat Sering
- Ataksia
- Pandangan kabur
Sering
- Komplikasi
kardiovaskular
- Diplopia
- Gangguan
gastrointestinal
- Hiponatremi
- Kelelahan
- Nyeri kepala
Jarang
Sangat jarang
- Gangguan kognitif
- Agranulositosis
- Menggigil
- Anemia Aplastik
- Gangguan
genitourinaria
- Sindroma miripLupus
eritematosus
- Demam, hepatitis
- Reaksi
kulit
- Hipersensitivitas
- Peningkatan tekanan
(jika
berat,
pulmoner
intraokuler
karbamazepin
- Nausea
4. Interaksi Obat
Pemberian bersama lithium, obat anti psikotik, verapamil atau nifedipin
dapat mencetuskan efek merugikan sistem saraf pusat akibat karbamazepin.
Karbamazepin dapat menurunkan kadar kontrasepsi oral dalam darah, dan
menyebabkan perdarahan banyak. Karbamazepin tidak boleh digunakan bersama
monoamin oksidase inhibitor (MOAI) dan MOAI harus dihentikan sekurangkurangnya dua minggu sebelum terapi karbamzepin dimulai.9
Fenobarbital dan Fenitoin dapat meningkatkan kadar karbamazepin, dan
biotransformasi karbamazepin dapat dihambat oleh eritromisin. Konversi
primidon menjadi fenobarbital ditingkatkan oleh karbamazepin, sedangkan
pemberian karbamazepin bersama asam valproat akan menurunkan kadar asam
valproat.9
C. NATRIUM DIVALPROEX
Natrium divalproex adalah obat antikonvulsan, namun juga digunakan
dalam terapi mania dan untuk membantu mencegah sakit kepala migrain. Di
Amerika Serikat dijual dengan berbagai nama dagang seperti Depacon, Depakene,
Depakote dan Depakote sprinkle.10
Obat ini secara kimia dibentuk oleh gabungan antara natrium valproat dan
asam valproat dengan perbandingan 1 : 1. Pertama kali ditemukan pada tahun
1963 mempunyai efek sebagai antikonvulsan dan pada tahun 1978 diperbolehkan
digunakan di Amerika Serikat. Melalui penelitian yang dlakukan pada tahun 1995
ditemukan bahwa natrium divalproex juga efektif sebagai antimania.10
1. Indikasi
Obat ini efektif untuk penanganan epilepsi, baik bangkitan sederhana,
kompleks, absen, campuran dan tonik klonik (grand mall). Natrium divalproex ini
juga digunakan untuk penanganan gangguan bipolar episode manik pada dewasa,
dan mencegah sakit kepala migrain.10
Natrium divalproex juga merupakan alternatif terapi yang penting sebagai
pengganti lithium dalam penggunaan dengan tujuan pemeliharaan untuk kasuskasus gangguan bipolar (terutama pada pasien dengan siklus berulang), penderita
dengan riwayat disforia atau mania campuran, gangguan anxietas, atau penyakit
otak organik.4
2. Dosis
Sedian natrium divalproex tersedia dalam tablet 125 mg, 250 mg, 500 mg,
bentuk kapsul 125 mg dan bentuk sirup 250 mg per 5 ml. Untuk penanganan
mania, terapi diawali dengan dosis harian 750 mg. pada beberapa pasien dosis
harus ditingkatkan sampai 1000 mg per hari.10
3. Efek Samping
Tabel 4. Efek samping penggunaan natrium divalproex4,10
Sangat Sering
Sering
Jarang
- Kelelahan berat
pada
- Mudah lebam
berdarah
dan
- Jaundice
atau
berat - Kekakuan pergerakan
bola mata
10
4. Interaksi Obat
Natrium divalproex dimetabolisme di hati. Konsentrasi obat lain dalam tubuh
yang dimetabolisme di hati dapat sangat menurun atau sangat meningkat bila
dikombinasikan dengan natrium divalproex. Tingkat konsentrasi natrium
divalproex dapat meningkat apabila dikombinasikan dengan felbamat, isoniazid,
asam salisilat (aspirin), klaritomisin, eritromisin dan troleandomisin. Obat ini juga
meningkatkan kadar karbamazepin, fenitoin, lamotrigin, nimodipin, fenobarbital
dan zidovudin. Penggunaan dengan klonazepam mungkin dapat menimbulkan
bangkitan lena. Kolestiramin dan kolestipol dapat mengurangi absorsi dan
konsentrasi natrium divalproex dalam darah.10
D. HALOPERIDOL
Haloperidol adalah turunan butiropenon yang mempunyai aktivitas sebagai
antipsikotik dan efektif untuk pengelolaan hiperaktivitas, agitasi dan mania.
Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80% penderita yang diobati dengan
haloperidol.9
11
1. Indikasi
Haloperidol diindikasikan pada keadaan11
-
2. Dosis
Sedian haloperidol terdapat dalam bentuk tablet : 0,5 mg, 1,5 mg dan 5
mg, serta dalam bentuk likuor (injeksi) : 2 mg/ml dan 5 mg/ml. Besarnya dosis
tergantung kepada umur, keadaan fisik dan derajat kehebatan gejalanya.11
12
Dosis awal bila gejala sedang : 0,5 mg 2 mg pemberian 2-3 kali per hari.
Dosis awal bila gejala berat : 3 mg 5 mg pemberian 2-3 kali per hari.
Untuk anak 3 -12 tahun : 0,05 mg 0,15 mg per KgBB per hari terbagi dalam
2-3 dosis pemberian.11
Selanjutnya dosis secara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan dan
toleransi tubuh.11
3. Efek samping
Haloperidol menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insiden tinggi,
terutama pada penderita usia muda. Efek samping ekstrapiramidal akibat
penggunaan haloperidol memberikan gejala Parkinsonisme, akatisia, distonia juga
bisa terjadi opistotonus dan okulogirik krisis. Pengobatan dengan haloperidol
harus dimulai dengan hati-hati. Dapat terjadi depresi akibat reverse keadaan mania
atau sebagai efek samping yang sebenarnya. Perubahan hematologik ringan dan
selintas dapat terjadi, tetapi hanya leukopenia dan agranulositosis yang sering
dilaporkan. Frekuensi kejadian ikterus akibat haloperidol rendah. Haloperidol
sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil sampai obat ini terbukti tidak
teratogenik.1,9
Efek samping yang bisa ditimbulkan oleh haloperidol adalah tardif
diskinesia. Gejala ini muncul pada pasien dengan terapi jangka panjang atau
muncul setelah terapi dihentikan. Risiko lebih besar terjadi pada orang tua, pada
terapi dosis tinggi. Gambaran klinis yang terjadi adalah gerakan involunter dan
berirama, pergerakan lidah, wajah, rahang atau mulut. Kadang-kadang bisa
13
muncul gerakan involunter pada kaki. Pengobatan yang diberikan untuk gejala
tardif diskinesia antara lain adalah pemberian antiparkinson.9
Tabel 5. Terapi Obat Gangguan Ekstrapiramidal8
Nama Generik
Nama Dagang
Antikolinergik
Benztropine
Cogentin
Biperiden
Akineton
Procyclidine
Kemadrin
Trihexyfenydil
Artane, Tremin,
Pipanol
Parsidol
Ethopropazine
Indikasi
PO 0,5-2mg 3x sehari,
IM atau IV 1-2 mg
PO 2-6 mg 3x sehari, IM
atau IV 2 mg
PO 2,5-5mg 3x sehari 24x sehari
PO 2-5mg 3x sehari
Reaksi
distonia
akut,
parkinsonisme,
akinesia, akatisia
PO 50-100mg
sehari
PO 50-100mg
sehari, IV 60 mg
2-3x
Orphenadrine
Norflek,disipal
Antihistamin
Diphenhydrami
ne
Benadryl
Agonis Dopamin
Amantadin
Symmetrel
PO
100-200mg
sehari
Inderal
PO 20-40mg 3x sehari
Akatisia, tremor
Catapres
PO 0,1 mg 3x sehari
Akatisia
Klonopin
Aktivan
PO 1mg 2x sehari
PO 1 mg 3x sehari
Akatisia, reaksi
distonik akut
Antagonis
adrenergik
Propanolol
Antagonis
adrenergik
Clonidine
Benzodiazepin
Klonazepam
Lorazepam
2-3x
2x Parkinsonisme,
akinesia,
4. Interaksi Obat
Pemberian haloperidol dengan lithium akan mengurangi metabolisme
masing-masing obat, sehingga konsentrasi plasma kedua obat tidak akan
meningkat.
Pemberian
haloperidol
bersama
dengan
methyldopa
akan
14
antikonvulsan, alkohol, depresan sistem saraf pusat dan golongan opioid dapat
menimbulkan efek potensiasi. Amfetamin dapat menurunkan efek haloperido.
Pembeian dengan epinefrin akan menimbulkan hipotensi berat.11
E. ASAM VALPROAT
Valproat (depakene) juga disebut asam valproat karena obat ini dengan
cepat diubah menjadi bentuk asam di dalam lambung. Pertama kali diperkenalkan
sebagai obat anti epileptik yang efektif di tahun 1963. Di samping itu valproat dan
karbamazepin telah terbukti efektif dalam terapi gangguan bipolar.8
1. Indikasi
Indikasi pemberian asam valproat adalah :
-
Epilepsi
Gangguan bipolar
Gangguan skizoafektif
15
2. Dosis
Asam valproat tersedia dalam bentuk kapsul 250 mg dan bentuk sirup 250
per 5 ml. Dosis hari pertama adalah 250 mg diberikan bersama makanan. Dosis
dapat dinaikkan sampai 250 mg per oral 3 kali per hari selama 3 sampai 6 hari.
Kadar plasma teraputik untuk mengendalikan kejang adalah 50 dan 100 mg per ml
bila obat ditoleransi dengan baik. Dosis anak yang disarankan berkisar antara 2030 mg per KgBB per hari.8,9
3. Efek Samping Obat
Toksisitas asam valproat berupa gangguan saluran cerna, sistem saraf, hati,
ruam kulit dan allopesia. Gangguan saluran cerna berupa anoreksia, mual dan
muntah terjadi pada 16% kasus. Efek terhadap sistem saraf pusat berupa kantuk,
ataksia, dan tremor, menghilang dengan penurunan dosis. Gangguan pada hati
berupa peninggian aktivitas enzim-enzim hati, dan sesekali terjadi nekrosis hati
yang sering berakibat fatal. Kira-kira 60 kasus kematian telah dilaporkan akibat
penggunaan obat ini.9 Efek samping pada penggunaan asam valproat dapat dilihat
lebih rinci pada tabel berikut :
Tabel 6. Efek samping penggunaan asam valproat4
Sering
- Allopesia
- Gangguan
gastrointestinal
- Sedasi
- Tremor
- Peningkatan
atau
penurunan berat badan
Jarang
-
Pankreatitis akut
Anemia
Ataksia
Penekanan
sumsum
tulang
Pembesaran payudara
Koma
Dermatitis
Diplopia dan pusing
Disarthria
Edema ekstremitas
Encephalopathi dengan
demam
Enuresis
16
Jarang
-
Hepatotolsisitas
Hipofibrinogenemia
Hiponatremia
Inkoordinasi
Leukopenia
Makrositosis
Nistagmus
Pembesaran kelenjar
parotis
Photosensitivitas
Pruritus
Limfositosis relatif
Amenorrhea sekunder
Sindroma
Stevens-
Eosinophilia
Erythema multiforme
Galactorrhea
Hallusinasi
Sakit kepala
Johnson
- Thrombositopenia
- Abnormalitas
fungsi
tiroid
4. Interaksi Obat
Asam valproat akan meningkatkan kadar fenobarbital 40% karena terjadi
penghambatan hidroksi fenobarbital. Sedangkan interaksinya dengan fenitoin
terjadi melalui mekanisme yang lebih kompleks. Fenitoin total dalam plasma akan
turun, karena biotransformasinya yang meningkat dan pergeseran fenitoin dari
ikatan protein plasma, sedangkan fenitoin bebas dalam darah mungkin tidak
dipengaruhi.9
17
B. Saran
a. Diperlukan pengawasan ketat pada penggunaan obat anti mania,
khususnya lithium karbonat mengingat efek samping yang akan terjadi.
b. Tenaga kesehatan meningkatkan kompetensinya mengenai obat-obat
penanganan mania, sehingga penatalaksanaan mania dan penanganan efek
sampingnya dapat dilaksanakan dengan baik
18
DAFTAR PUSTAKA