Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS ITEM TEST DAN ANGKET

A. Analisis item test


Bila kita ingin mengetahui seberapa jauh baiknya suatu soal test yang
telah dibuat , selain harus valid dan reliable maka kita harus melakukan
analisis butir soal, karena bagusnya suatu set soal tes itu tergantung juga
dari butir-butir soal tersebut.Oleh karenanya perlu di analisis butir-butir soal
tersebut.
Ada tiga factor yang harus dilihat untuk menentukan apakah butir soal
tersebut baik atau tidak, yaitu :
a. Tingkat kesukaran
b. Indeks diskriminasi atau daya pembeda
c. Faktor pengecoh
Tingkat kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi
usahanya untuk memecahkan masalah sebalikkya soal yang terlalu sukar
menjadikan siswa putus asa atau tidak mempunyai semangat dalam
mencoba lagi karena merasa di luar jangkauannya.
Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa
dalam menjawabnya, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Persoalan
yang penting dalam melakukan analisis tingkat kesukaran soal adalah penentuan
proporsi dan kriteria soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar.
Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal
kategori mudah, sedang, dan sukar. Pertimbangan pertama adalah adanya
keseimbangan, yakni jumlah soal sama untuk ketiga kategori tersebut. Artinya, soal
mudah, sedang, dan sukar, jumlahnya seimbang. Misalnya tes objektif pilihan berganda
dalam pelajaran matematika disusun sebanyak 60 pertanyaan. Dari ke-60 pertanyaan
tersebut, soal kategori mudah sebanyak 20, kategori sedang 20, dan kategori sukar
20. Pertimbangan kedua proporsi jumlah soal untuk ketiga kategori tersebut didasarkan
atas kurva normal. Artinya, sebagian soal berada dalam kategori sedang, sebagian lagi
termasuk ke dalam kategori mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang.

Perbandingan antara soal mudah-sedang-sukar bisa dibuat 3-4-3, artinya 30 % soal


kategori mudah, 40 % kategori sedang, dan 30 % kategori sukar. Perbandingan lain
yang termasuk sejenis dengan proporsi di atas misalnya 3-5-2. Artinya, 30 % soal
kategori mudah, 50 % kategori sedang, dan 20 % kategori sukar.
Cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah
1. Mengurutkan daftar nilai hasil ulangan/ujian dari yang terbesar sampai
yang terkecil setiap kelas;
2. Daftar nilai pada poin (a) diatas dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu
kelompok pandai (uper group), kelompok kurang (lower group), dan
kelompok sedang (middle group).
3. Selanjutnya yang dianalisis adalah kelompok pandai atau kelompok
atas dan kelompok kurang atau kelompok bawah, sedangkan kelompok
menengah kita biarkan. Umumnya diambil kelompok atas dan bawah
masing-masing 27%- 27%, (untuk data yang besar yaitu lebih dari 100,
sedangkan yang kurang dari 100 diambil masing-masing 50%)
4. Tiap soal ditabulasikan kemudian dijumlahkan pada setiap kelompok
atas dan kelompok bawah;
5. Hitung taraf kesukaran dengan rumus:

1. TK: indeks tingkat kesukaran


2. BA: jumlah jawab benar tiap soal kel atas
3. BB: jumlah jawab benar tiap soal kel bawah
4. N : Jumlah testee kel atas dan kel bawah
6. Konsultasi ke tabel indeks tingkat kesukaran sbb:
Indeks tingkat kesukaran:
0,00 TK 0,30 = sukar
0,31 TK 0,70 = sedang
0,71TK 1,00 = mudah
Tingkat kesukaran butir tes dinyatakan dengan indeks berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00.
Indeks 0,00 berarti butir soal sangat sukar karena tidak seorangpun dapat menjawab dengan benar butir
tes tersebut. Sebaliknya jika indeksnya 1,00 berarti butir soal tersebut sangat mudah karena semua siswa
dapat menjawabnya dengan benar.

Contoh:

Tes pilihan ganda diberikan kepada 20 siswa kelas XI SMA.Jumlah soal


sebanyak 10.Setelah diperiksa hasilnya diurutkan dari skor data terbesar
sampai terkecil.Siswa yang termasuk kategori kelompok atas diambil 50%
dari 20, yakni sebanyak 10 orang diambil dari no urut 1 sampai 10.
Sedangkan siswa kategori kelompok bawah diambil 50% dari 20 yakni
sebanyak 10 orang diambil dari no urut 11 sampai 20.
Setelah hasil jawaban siswa diperiksa maka hasilnya sebagai berikut
Siswa

Kelom

Nilai Soal

Skor

pok
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
8

2
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
8

3
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
8

4
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
6

5
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
5

6
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
9

7
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9

8
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
8

9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10

10
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
8

1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
3

0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
7

1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
4

0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1

0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1

0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
7

1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
6

1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
9

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10

0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
2

0.

0.7

0.6

0.4

0.3

0.8

0.7

0.8

0.5

KRITE

5
s

mu

se

seda

se

mu

mu

mu

mud

seda

RIA

da

da

ng

da

da

da

da

ah

ng

ng

ng

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
JUMLA
H
BA
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
JUMLA
H
BB
TK

Atas
(BA)

Bawa
h
(BB)

a
n

7
8
10
8
7
7
7
9
8
8

5
5
6
6
6
5
3
3
6
6

Dari data yang telah di analisis maka terdapat 5 soal yang berkatagori
sedang dan 5 soal yang berkategori mudah
Untuk soal yang berkategori baik ( sedang) sebaiknya dicatat dalam bank
soal dan sewaktu-waktu dapat digunakan kembali.
Untuk soal yang berkategori terlalu sukar maka soal itu bisa kemungkinan:
Dibuang dan tidak digunakan lagi
Diteliti ulang sehingga dapat dicari factor peyebabnya, setelah

diperbaiki kemudian digunakan lagi dalam tes hasil belajar berikutnya


Butir soal yang terlalu sukar itu bisa jadi bisa dimanfaatkan sewaktu
menggunakan tes yang sifatnya sangat ketat.

Daya Pembeda
Menganalisis daya pembeda artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupan
tes tersebut dalam membedakan siswa yang termasuk ke dalam kategori lemah/rendah
dan kategori kuat/tinggi prestasinya. Artinya, bila soal tersebut diberikan kepada anak
yang mampu, hasilnya rendah. Tetapi bila diberikan kepada anak yang lemah, hasilnya
lebih tinggi. Atau bila diberikan kepada kedua kategori siswa tersebut, hasilnya sama
saja. Dengan demikian, tes yang tidak memiliki daya pembeda tidak akan menghasilkan
gambaran hasil yang sesuai dengan kemampuan siswa yang sebenarnya. Sungguh
aneh bila anak pandai tidak lulus, tetapi anak tidak pandai lulus dengan baik tanpa
dilakukan manipulasi oleh si penilai atau di luar faktor kebetulan.
Dalam literatur lain disebutkan bahwa salah satu ciri butir yang baik adalah yang
mampu membedakan antara kelompok atas (yang mampu) dan kelompok bawah
(kurang mampu). Karena itu butir tes harus diketahui daya bedanya. Siswa yang
termasuk kelompok tinggi adalah siswa yang mempunyai rata-rata skor paling baik.
Siswa yang termasuk kelompok rendah adalah siswa yang mempunyai rata-rata skor
yang rendah. Kelompok siswa yang pandai sering disebut dengan istilah kelompok
Upper, dan kelompok siswa yang kurang pandai sering disebut dengan istilah Lower.
Tingkat daya pembeda butir-butir tes dinyatakan dalam skala indeks -1,00 sampai
dengan 1,00.
-1,00
Pengertiannya adalah :

1,00

Indeks -1,00 berarti butir tes terbalik, siswa kurang pandai dalam kelompok Lower
dapat menjawab butir tes dengan sempurna, dan kelompok yang paling pandai

dalam Upper tidak ada satupun yang mampu menjawab dengan benar.
Indeks 0,00 berarti butir tes tidak dapat membedakan siswa yang pandai dengan
yang kurang pandai. Atau kemampuan kelompok pandai (Upper) sama dengan

kemampuan kelompok kurang pandai (Lower).


Indeks 1,00 berarti butir tes secara sempurna dapat membedakan siswa
berdasarkan tingkat kemampuannya.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis daya pembeda butir tes

adalah sebagai berikut :


1. Mengurutkan jawaban siswa mulai dari yang tertinggi sampai dengan yang
terendah.
2. Membagi kelompok Atas dan kelompok Bawah
3. Memberi skor 1 untuk setiap jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang
salah pada tes pilihan ganda. Sedangkan pada tes essay diberikan skor sesuai
pada rentangan yang ditentukan.
4. Menghitung daya beda dengan rumus yang telah ditentukan yaitu
B
B
D= A B =P A PB
J A JB
Keterangan :
D = diskriminasi / daya beda
J = Jumlah peserta tes
J A = banyaknya peserta kelompok atas
J B = banyaknya peserta kelompok bawah
B A = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu
dengan benar
B B = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
PA

dengan benar
= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan

benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar
5. Kriteria daya pembeda
Negative : soal sebaiknya dibuang
1.0 0.20 soal jelek
0.20 0.40 soal cukup

0.40 0.70 soal baik


0.70 1.00 soal baik sekali
Contoh soal
Diambil dari data pada table di atas
Setelah hasil jawaban siswa diperiksa maka hasilnya sebagai berikut
Siswa

Kelo

Nilai Soal

Sk

mpo

or

k
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
8

2
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
8

3
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
8

4
1
0
1
0
1
0
0
1
1
1
6

5
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0
5

6
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
9

7
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
9

8
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
8

9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10

10
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
8

BB

1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
3

0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
7

1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
4

0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1

0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1

0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
7

1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
6

1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
9

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10

0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
2

D
KRITE

0.5
baik

0.1
jel

0.4
cu

0.5
bai

0.4
cuku

0.2
jel

0.3
cuku

-0.1
dibu

0
jelek

0.6
baik

ek

ku

ek

ang

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J

Atas

BA
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T

RIA

Baw
ah

7
8
10
8
7
7
7
9
8
8
5
5
6
6
6
5
3
3
6
6

Sebagai tindak lanjut atas hasil penganalisisan mengenai daya beda item tes
hasil belajar tersebut adalah :
1. Butir soal yang telah memiliki daya beda yang baik (cukup, baik, baik
sekali) hendaknya dicatat dalam buku bank soal tes hasil belajar
2. Butir soal yang daya pembedanya masih rendah (Jelek), ada dua
kemungkinan tindak lanjut, yaitu :

a. Ditelusuri untuk kemudian diperbaiki , setelah itu dapat diajukan


lagi dalam tes hasil belajar yang akan dating , kemudian dianalisis
kembali apakah daya pembedanya meningkat atau tidak
b. Dibuang , dan untuk tes hasil belajar berikutnya tidak dipakai lagi
3. Khusus untuk butir soal yang mempunyai daya beda negative,
sebaiknya pada tes hasil belajar berikutnya tidak digunakan lagi
Teknik Analisis Fungsi Distraktor
Distraktor adalah pengecoh, jawaban-jawaban yang mengecoh. Ini bertujuan
menarik untuk menjawabnya padahal itu salah. Sebagai tindak lanjut atas
hasil penganalisaan terhadap fungsi distraktor tersebut maka distraktor yang
sudah menjalankan fungsinya dengan baik dapat dipakai lagi pada tesnya.
Tujuan utama pemasangan distraktor pada setiap butir itu adalah, agar dari
sekian banyak testee yang mengikuti tes hasil belajar ada yang tertarik atau
terangsang untuk memilihnya, sebab mereka menyangka bahwa distraktor
yang mereka pilih itu merupakan jawaban yang betul.
Suatu kemungkinan dapat terjadi, yaitu bahwa dari keseluruhan alternative
yang dipasang pada butir item tertentu, sama sekali tidak dipilih oleh testee.
Dengan kata lain, testee menyatakan blangko. Pernyataan blangko ini
sering dikenal dengan istilah oniet dan biasa diberi lambing dengan huruf O.
Distraktor telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik apabila distraktor
tersebut sekurang-kurangnya telah dipilih oleh 5% dari seluruh peserta
.Misalnya tes hasil belajar diikuti oleh 100 testee. Distraktor yang dipasang
pada item tersebut dapat dinyatakan berfungsi bila minimal 5 orang testee
sudah terkecoh untuk memilih distraktor tesebut.
Contoh untuk soal essay terlampir pada program exel
B. Analisis Angket
Angket atau kuesioner adalah instrumen penelitian yang berupa
daftar pertanyaan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah
responden (sumber yang diambil datanya melalui angket). Angket atau
kuesioner dapat disebut sebagai wawancara tertulis, karena isi kuesioner

merupakan satu rangkaian pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada


responden dan diisi sendiri oleh responden.
Angket merupakan alat untuk mengumpulkan data yang diperlukan
dalam memecahkan masalah penelitian. Masalah tersebut harus
dirumuskan dengan jelas dan dianalisis menjadi sub masalah yang
dijdikan pegangan dalam mengemukakan hipotesis. Oleh karena itu
dalam membuat angket kita hendaknya memerhatikan hal-hal berikut ini.
a. Memakai bahasa yang sederhana, karena yang dihadapi adalah orangorang yang berbeda karakteristik dan pengetahuan, sehingga hindari
istilah teknis, serta pilih kata-kata yang mengandung arti sama bagi
semua orang.
b. Memakai kalimat yang pendek, karena kalimat majemuk, panjang, dan
berbelit-belit akan mempersulit pemahaman responden.
c. Menghindari pertanyaan yang menyangkut harga diri dan bersifat
pribadi.
d. Menyusun angket dengan sesingkat-singkatnya, sehingga tidak
memakan waktu yang lama.
e. Dalam daftar pertanyaan hindari kata-kata yang menyinggung
perasaan responden atau usaha untuk memberikan pemahaman
kepada responden terhadap angket yang kita buat.
Validitas Angket
Validitas angket berkenaan dengan pertanyaan, apakah jawaban yang
diberikan itu benar. Hal-hal yang dapat kita lakukan agar angket itu valid
antara lain sebagai berikut.
a) Pertanyaan harus mudah dipahami dan tidak menimbulkan tafsiran
yang berbeda-beda.
b) Pertanyaan harus berkenaan dengan topik permasalahan.
c) Pertanyaan harus menarik dan mendorong responden untuk
menjawabnya.
d) Jawaban responden diusahakan dapat konsisten dari awal hingga akhir.

e) Jawaban yang diberikan dalam alternatif pilihan jawaban harus


beragam (variatif) untuk menghindari kebosanan.
Contoh Angket
Angket sikap terhadap pembelajaran matematika
Petunjuk mengerjakan angket
Pernyataan dibawah ini menunjukkan keadaansekolah siswa selama
terutama dalam proses belajar matematika di sekolah.Dalam menjawab
setiap butir pernyataan, jawab dengan member tanda (V)
Pilihlah
SS : Berarti anda sangat setuju dengan pernyataan
S : Berarti anda setuju dengan pernyataan
TS : Berarti anda tidak setuju dengan pernyataan
STS : berarti anda Sangat tidak setuju dengan pernyataan

No

Pernyataan

Skala Penilaian
SS S TS ST
S

Saya senang belajar matematika karena


matematika membantu saya dalam mata

pelajaran lain
Saya merasa rugi bila tidak masuk dalam

pembelajaran matematika
Saya bersemangat belajar matematika karena

guru yang mengajarkannya menyenangkan


Saya tidak mengerti matematika karena

matematika begitu banyak rumus


Saya merasa matematika tidak begitu diperlukan

setelah saya tamat sekolah nanti


Saya tidak mengerti pelajaran matematika
sehingga saya malas mengerjakan tugas tugas

yang dikerikan oleh guru


Guru saya dalam mengajarkan matematika sering
menggunakan media pembelajaran seperti Cart

atau LCD
Guru saya sebelum sering menyampaikan

kegunaan belajar matematika dalam kehidupan


9

sehari hari
Guru saya lebih sering menggunakan metoda

10

ceramah sehingga membosankan


Guru saya dalam mengajar hanya tertuju pada
siswa yang pandai saja sehingga saya kurang

11

diperhatikan
Guru saya sering cepat dalam menerangkan

12

pelajaran
Guru saya sering lambat dalam menerangkan

13

pelajaran
Saya tidak berani bertanya pada guru bila saya

14

tidak mengerti dengan yang diterangkan guru


Dalam mengerjakan soal matematika saya sering

15

bingung dalam memakai rumus


Saya senang berdiskusi dengan teman untuk

16

mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru


Belajar matematika dapat menimbulkan sikap

17
18

disiplin pada diri saya


Saya merasa tegang balajar matematika
Saya selalu takut menghadapi ulangan
matematika karena walaupun saya sudah belajar
sebelumnya di bandingkan dengan dengan mata

19

pelajaran lain
Saya berusaha mengerjakan tugas tugas yang

20

diberikan oleh guru semampu saya


Jika saya tidak mengerti dengan pelajaran
matematika saya tidak segan menanyakan
dengan teman saya

Anda mungkin juga menyukai