Anda di halaman 1dari 64

Perjalanan Himastron ITB

(1965 2005)

Editor:

Perjalanan Himastron ITB


1965 2005

Aldino Adry Baskoro (AS 99),


Achmad Setio Adinugroho (AS 00),
Muhammad Yusuf (AS 01)
Layout Naskah:
Ayu Damayanti (AS 99),
Achmad Setio Adinugroho (AS 00)
Desain Sampul & Layout Foto:
M. Lut Agung G. (AS 00),
Ayu Damayanti (AS 99)
Karikatur:
Kemaru dan Solomon
Copyright Himastron ITB 2005

Janji Himastron
Kami
Debu-debu alam semesta
Berkontraksi membentuk bintang-bintang
Dalam gugus Himastron ITB
Taat berotasi dan berrevolusi
Menurut perintah Dia
Pencipta jagat raya ini
Setia memelihara
Ikatan gravitasi gugus Himastron
Serta menjunjung tinggi
Kebersamaan dalam orbit
Di bawah panji bendera kami

VIVAT HIMASTRON
VIVAT HIMASTRON
VIVAT HIMASTRON

Dipersembahkan Untuk

Himastron ITB Tercinta

Daar Isi

Kata Pengantar
Sambutan Ketua Himastron ITB periode 2005 2006
I.

II.

vii
xi

Era de facto
Kenangan Manis Bersama HIMASTRON
Djoni N. Dawanas (H* 69)

Selintas Kenangan 6 Tahun di HIMASTRON


Moedji Raharto (H* 74)

HIMASTRON ITB dan ke HIMASTRONan:


Esensi masa lalu dan potensi untuk masa depan
Hakim L. Malasan (H* 80)

13

Meninjau Kembali Peran HIMASTRON


Iman Santosa (H* 85)

19

Happy Birthday HIMASTRON


Ika Bagus Pramudhito (H* 85)

23

Kisah Open House Astronomi


Baju Indradjaja (H* 88)

26

Himastron dan Sepakbola


Gabriel Iwan Prasetyono (H* 95)

Menumbuhkan Kepercayaan Pada Diri Sendiri


Aldino Adry Baskoro (H* 99)

42

Himastron ITB: Kecil-Kecil Cabe Rawit


Achmad Setio Adinugroho (H* 00)

48

Surat yang Tidak Dapat Dikirimkan


Dading Hadi Nugroho (H* 00)

56

Di Bawah Panji Bendera Kami:


Mengabdikan Astronomi Kepada Masyarakat
Hanindyo Kuncarayakti (H* 01)

63

Himastron, Luar Biasa!


Hanief Trihantoro Wasito

69

IV. Era AD dan ART Himastron ITB revisi 2004

Era de Jure : AD/ART HIMASTRON ITB

Warna
Ferry M. Simatupang (H* 91)

III. Era AD/ART Himastron ITB revisi 2001

28

33

Himastron: Dinamika Cluster Mahasiswa Astronomi


Edwards Tauqurrahman (H* 02)

76

Himastron ITB. MY SHINING STAR


Kapriasi Neng Rahayu (H* 03)

82

Himastron 2020
Alma Nuradnan Pramudita

85

Ketua Himastron ITB (Sejak 1965 hingga 2005)

91

Prestasi Yang Pernah Diraih

93

Lembar Aspirasi

95

Lembar-lembar Kenangan

97

viii

Kata Pengantar

40 tahun sudah Himastron ITB berdiri. Kalau umur ini kita samakan dengan
skala umur manusia, maka Himastron dapat dikatakan sudah matang sekali
terutama dalam membina dirinya sendiri. Memang pada kenyataannya
di dalam tubuh Himastron sendiri terjadi proses evolusi menjadi sebuah
organisasi yang dapat memenuhi kebutuhan para anggotanya. Selain itu
juga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat banyak yang haus akan ilmu
astronomi dengan program/metode pengajarannya sendiri.
Proses menjadi sebuah organisasi yang jempolan memang tidaklah
mudah. Apalagi dilatarbelakangi oleh dinamisnya keanggotaan termasuk
kepengurusan di dalam badan Himastron. Mulai dari anggota Himastron
yang masuk tiap angkatannya tidak lebih dari 5 orang, sampai kepada
anggota Himastron yang masuk per angkatan lebih dari 20 orang. Bahkan
terkadang ketika Himastron masih muda, tidak tiap tahun Himastron
menerima anggotanya yang baru. Program kerja yang dilaksanakan mulai
dari acara bakar-bakar yang bersifat internal hingga acara seminar yang
bersifat nasional tidak jarang dilakukan oleh Himastron. Dan meskipun
sedikitnya anggota Himastron, tidak mengurungkan niat anggotanya
untuk dapat pergi keluar kota, baik itu hanya sekedar refreshing ataupun
memang untuk mencari momen astronomis.
Perjalanan Himastron diawali sekitar tahun 1965. Ketika itu,
mahasiswa astronomi berkumpul untuk membicarakan pembentukan
suatu organisasi kemahasiswaan yang berbasiskan ilmu astronomi. Rapat
pertama kali untuk mendirikan organisasi ini adalah di suatu ruangan
yang akrab sekali dengan mahasiswa (bahkan sampai sekarang), yaitu
ruang baca Observatorium Bosscha. Pada awalnya rapat yang dihadiri
oleh prof. The Pik Sin ini sepakat memberikan nama organisasi dengan
nama HIMASTRO. Tapi kemudian disempurnakan menjadi HIMASTRON

Perjalanan Himastron

oleh Bapak Winardi Sutantyo karena nama HIMASTRON terdengar lebih


ilmiah seperti halnya protron, neutron, dsb.
Sekalipun dari segi penamaan dapat dikatakan sudah terungkap
namun dari segi penanggalan masihlah misterius. Informasi kenapa di
dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD dan ART)
Himastron ITB tertulis Himastron lahir tanggal 19 Oktober (meskipun
secara de facto) masih belum terungkap. Tulisan-tulisan dari buku ini juga
pada kenyataannya masih belum membantu.
Hal lain yang menjadi misteri sampai buku ini dikeluarkan adalah
tentang ketua dan kepengurusan Himastron ITB ketika Himastron masih
sangat hau. Kami, editor, mengalami kesulitan dalam mendapatkan
nama-nama Ketua Himastron yang benar antara tahun 1965 hingga 1981.
Akan tetapi yang jelas ada perbedaan tentang pemilihan Ketua Himastron
zaman dahulu dan sekarang. Zaman dahulu, terutama ketika Himastron
belum memiliki AD dan ART, pemilihan ketua masih bersifat turunan.
Seperti cerita yang dipaparkan oleh Bapak Moedji Raharto di dalam buku
ini yang menerima langsung jabatan ketua dari Bapak Suryadi Siregar.
Namun, setelah AD dan ART Himastron dibuat, di dalamnya terdapat
aturan yang menyebutkan bahwa Ketua Himastron dipilih melalu suatu
proses pemilu.
Terjadinya evolusi penamaan juga menjadi satu hal yang menarik
di dalam perjalanan ini. Adanya perubahan kata HIMASTRON (seluruh
huruf kapital) dengan Himastron (hanya huruf pertamanya saja yang
kapital) bukan berarti tanpa makna. Meskipun juga salah satu faktor
yang mempengaruhinya adalah ejaan dari Bahasa Indonesia itu sendiri.
Dalam kata pengantar ini, kami tidak akan menjabarkan mengapa terjadi
perubahan redaksional kata HIMASTRON menjadi Himastron, biarkanlah
nanti sejarah yang akan menjawabnya sendiri.
Meskipun Himastron ITB bukanlah suatu himpunan yang besar,
namun sebagian besar anggota Himastron baik yang dahulu maupun yang
sekarang merasa mendapatkan atmosfer yang berbeda dan bersahabat
setelah masuk menjadi anggota Himastron ITB. Rasa senang bercampur
bangga hadir di dalam dada ketika bisa menyumbangkan apapun yang
bisa kita berikan untuk Himastron tercinta. Memang tidak mudah melacak
jejak Himastron hingga 40 tahun ke belakang, akan tetapi kenangankenangan yang terukir manis di dalam lubuk hati para anggotanyalah
yang membuat sejarah Himastron tidaklah mustahil untuk di jelajahi
kembali.

Kata Pengantar

ix

Jika ditilik dari segi pengarsipan, ternyata pengarsipan Himastron


bisa dikatakan belumlah terlalu baik. Hal ini mengakibatkan meskipun
sejarah Himastron bisa ditelusuri berdasarkan kenangan yang ada namun
banyak sekali hal-hal kecil dan detil yang hilang.
Tulisan-tulisan di dalam buku ini dikelompokkan menjadi 4 bagian
yaitu berdasarkan urutan kejadian perubahan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Himastron ITB. Kenapa pengelompokan ini
yang dipilih? Sebenarnya editor sulit sekali menentukan pengelompokan
mana yang terbaik. Namun pengelompokan berdasarkan perkembangan
AD dan ART yang dipilih karena kami merasa bahwa AD dan ART sendiri
merupakan salah satu syarat utama eksisnya sebuah organisasi. Memang,
kalau dilihat sepertinya tidak ada hubungan antara isi tulisan dengan
ke-4 era/pengelompokanya. Meskipun begitu, penyusunan tulisan di
dalam buku ini memang didasarkan kepada urutan dari zaman sebelum
Himastron memiliki AD dan ART sampai kepada AD dan ART yang telah
direvisi terakhir kali pada tahun 2004.
Demikianlah sekilas tentang perjalanan Himastron ITB beserta
susahnya menggali kembali kenangan masa lalu. Semua kenangan itu
sangatlah berharga dan tidak dapat dibayarkan dalam nilai berapa pun
juga. Karena itulah buku ini sengaja dibuat. Berharap dapat memberikan
tidak hanya sebersit kenangan yang dapat membuat para pelaku sejarah
terharu dan tertawa juga sebagai bahan pelajaran kepada generasi
selanjutnya tentang suka dan duka yang pernah Himastron alami.
Akhir kata, kami tim pembuat buku Perjalanan Himastron ini
mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman Himastron yang
telah membantu dalam menyelesaikan buku ini. Buku ini memang jauh
dari kesempurnaan, karena itu kami berharap teman-teman Himastron
dapat membantu untuk dapat menyempurnakan buku ini. Memang sulit
sekali mengumpulkan bukti-bukti sejarah yang ada. Termasuk di dalamnya
sulit menghubungi para pelaku sejarah Himastron yang memang sudah
berkelana entah kemana. Pengalaman editor sendiri dalam membuat buku
ini cukup melelahkan mulai dari mencari, menghubungi, sampai kepada
menagih tulisan. Tapi kami yakin kalau semua itu dapat dilakukan jika
kita bersatu padu dalam semangat Himastron demi Himastron yang lebih
baik VIVAT HIMASTRON!
Selamat membaca

Perjalanan Himastron

Bandung, Oktober 2005


Tim Editor:
Aldino Adry Baskoro (Himastron 99)
Achmad Setio Adinugroho (Himastron 00)
Muhammad Yusuf (Himastron 01)

xii

Sambutan Ketua Himastron


ITB Periode 2005 2006

Perjalanan Himastron

Saya, sebagai Ketua Himastron ITB periode 2005-2006 mengucapkan


terima kasih yang terdalam kepada semua pihak yang turut andil
dalam proses penyusunan buku ini serta kerja keras dari teman-teman
anggota Himastron (baik anggota biasa maupun anggota kehormatan)
yang mempunyai ide brilliant dan kerja keras dalam mewujudkan buku
iniTerima kasihTerima kasih Terima kasih Mungkin seribu kata
terima kasih yang terucap tidak akan mampu membayar hasil jerih
payah teman-teman sekalian, namun saya tahuteman-teman Himastron
mempunyai berjuta cinta untuk Himastron walaupun tanpa tanda terima
kasih...seperti pahlawan tanpa tanda jasa
Selamat menikmati hasil utuh buku ini, kata demi katamilik Anda.

-Astronomy is useful because it raises us above ourselves; it is useful because


it is grand;it shows us how small is mans body, how great his mind. His
intellegence can embrace the whole of this dazzling immensity in which his body is
only an obscure point, and enjoys its silent harmony. Thus we aain self insight,
something which can not cost too dear, since this sight makes us greatHenri Poincare

Kutipan kalimat dari seorang matematikawan bangsa Perancis pada tahun


1903 ini mungkin sangat tepat mendeskripsikan tentang astronomi dan juga
manusia makhluk yang mempelajari astronomi dalam pengembaraan
untuk mengerti alam.
Berbicara mengenai astronomi khususnya di Indonesia, (masih) satusatunya institusi pendidikan perguruan tinggi yang mengemban amanah
dan tanggung jawab membumikan astronomi adalah di Departemen
Astronomi ITB. Suatu universitas (tentunya) tak lepas dari mahasiswa,
maka mahasiswa astronomi yang berhimpun dalam Himpunan Mahasiswa
Astronomi (HIMASTRON) ITB mencoba memenuhi tanggung jawabnya
dengan segala aktivitas kemahasiswaannya.
Tentunya setiap masa pasti selalu akan berubah, tiap masa juga
memiliki zaman dan ruhnya sendiri. Bagaimanapun jua, masa kini ada
karena adanya masa lalu. Masa lalu yang dapat dikenang, apakah itu sedih
ataupun bahagia, berhasil atau gagal, tawa ataupun tangis. Untuk itulah,
di-ejawantahkan-nya buku ini agar kenangan itu tetap abadi, tergoreskan
tinta pena yang akan dibaca berjuta penerus, menjadi kenangan untuk
masa lalu, dan menjadi pembelajaran untuk masa depan.

Vivat Himastron.!!!

With love,
Kapriasi Neng Rahayu
Ketua Himastron ITB periode 2005-2006

Era De Facto

Kenangan Manis
Bersama HIMASTRON
Djoni N. Dawanas
Ketua HIMASTRON Tahun 1971

Pertama kali saya bertemu dengan anggota HIMASTRON adalah pada hari
pertama saya memasuki kampus ITB, yaitu bulan Agustus 1969. Pagi itu
diadakan penerimaan mahasiswa baru ITB oleh Rektor ITB (pada waktu itu
dabat oleh Prof. Dr. Dodi Tisnaamidjaja) di pintu gerbang jalan Ganesha.
Setelah selesai upacara, semua mahasiswa baru dibawa ke lapangan Aula
Barat. Di sinilah dimulai acara penggojlokan oleh mahasiswa-mahasiwa
senior ITB dengan nama MAPRAM (MAsa PeRkenAlan Mahasiswa). Acara
MAPRAM pagi itu dilakukan terpusat untuk seluruh mahasiswa ITB.
Siang harinya mahasiswa baru dikumpulkan lagi dan semua mahasiswa
baru diharuskan pergi ke himpunannya masing-masing. Di sinilah mulai
merasakan sedihnya menjadi mahasiswa sendirian. Karena memang pada
tahun 1969 itu mahasiswa astronomi yang diterima hanya satu orang.
Teman-teman dari jurusan lain semuanya demput oleh senior-senior
mereka, tapi saya tidak ada satu pun mahasiswa senior astronomi yang
menjemput saya. Akhirnya saya mencoba mencari Himpunan Mahasiswa
Astronomi (HIMASTRON), di kampus ITB, tapi semua orang yang
saya tanya tidak ada yang tahu di mana itu HIMASTRON. Setelah lelah
mencari HIMASTRON sekitar jam tiga sore akhirnya saya memutuskan
untuk pulang ke tempat kost dan terus tidur. Kira-kira jam 5 sore, tiba-tiba
ada yang mengetuk pintu kamar saya. Setelah saya buka, di depan saya
berdiri seorang pria bertubuh subur, berkacamata dan dengan rambut
model ABRI. Beliau mengenalkan diri sebagai anggota HIMASTRON dan

Perjalanan Himastron

mengatakan bahwa mahasiswa baru astronomi MAPRAM-nya disatukan


dengan mahasiswa DIPIA (Departemen Ilmu Pasti dan Ilmu Alam yang
terdiri dari Fisika, Matematika, Astronomi dan Geosika dan Meteorologi)
dan tempatnya di HIMAFI yaitu di depan Departemen Fisika sekarang.
Saat itu juga saya ganti baju dan diantar oleh anggota HIMASTRON
tersebut ke tempat berlangsungnya acara MAPRAM himpunan. Pada harihari berikutnya saya bertemu lagi dengan beberapa anggota HIMASTRON
lainnya dan di sinilah saya tahu bahwa anggota HIMASTRON hanya ada
beberapa gelintir saja (di bawah 10 orang).
Oleh karena pada waktu itu anggota himpunan mahasiswa Fisika,
Matematika, Astronomi dan Geosika dan Meteorologi masih sedikit,
maka acara MAPRAM keempat himpunan ini selalu digabung. Yang paling
berkesan dari acara MAPRAM gabungan ini adalah acara pembubaran
MAPRAM yang selalu dilakukan dengan berkemah di pantai Pangandaran.
Perjalanan dari Bandung ke Pangandaran selalu menggunakan kereta api
yang digerakkan dengan bahan bakar batu bara sehingga begitu sampai di
Pangandaran, semua muka menjadi hitam.
Setelah kuliah berjalan, salah seorang anggota HIMASTRON
mengajak saya ke Observatorium Bosscha untuk bertemu dengan anggota
HIMASTRON lainnya. Di Observatorium Bosscha saya dikenalkan dengan
ketua HIMASTRON pada waktu itu yaitu pak Darsa dan juga anggota
HIMASTRON lainnya di antaranya pak Winardi dan pak Radiman (pada
waktu itu belum pada jadi Bapak), karena ketiga senior inilah yang pada
waktu itu menjadi mahasiswa penghuni Observatorium Bosscha. Kemudian
saya diajak keliling-keliling Bosscha dan saya diajak menginap di asrama
mahasiswa (pada waktu itu asrama mahasiswanya adalah rumah yang
ditempati pak Hakim sekarang). Hati saya agak ciut juga melihat ketiga
senior bekerja, mereka bekerja dan belajar siang malam tanpa mengenal
lelah dan tanpa mengenal waktu, sampai-sampai tidak ada waktu untuk
ngobrol. Pada waktu itu saya bertanya dalam hati, apakah saya mampu
belajar dan bekerja seperti mereka?
Di akhir semester, saya diajak oleh para senior HIMASTRON
berkunjung ke Planetarium Jakarta. Ternyata kunjungan ke Planetarium
ini merupakan tradisi HIMASTRON dalam menyambut junior-juniornya.
Tahun 1971, saya diangkat menjadi Ketua HIMASTRON. Walaupun
saya baru dua tahun menjadi mahasiswa astronomi, tetapi saya terima juga
amanah tersebut. Pada waktu itu setiap ketua himpunan mahasiswa ITB
otomatis menjadi anggota senat mahasiswa. Dengan demikian saya pun

Djoni N. D. -- Kenangan Manis Bersama HIMASTRON

selalu terlibat dengan kegiatan di Majelis Permusyawaratan Mahasiswa


(MPM). Setiap saya berada di MPM (di Student Center yang sudah dibongkar
sekarang) saya selalu sedih, karena bendera himpunan mahasiswa lain
selalu berkibar di ruang MPM, tetapi bendera HIMASTRON tidak ada.
Yang lebih menyedihkan lagi kalau ada kegiatan mahasiswa yang diadakan
oleh Dewan Mahasiswa, semua bendera himpunan dikibarkan dipinggir
lapangan basket, tetapi bendera HIMASTRON tidak pernah ada.
Dengan keberanian yang luar biasa dan dengan hati yang berdebardebar akhirnya saya memberanikan diri menghadap Pak Bambang Hidayat
yang pada waktu itu menjabat sebagai Ketua Jurusan Astronomi. Saya
ceritakan kesedihan saya melihat HIMASTRON tidak mempunyai bendera
dan saya meminta bantuan beliau untuk mendapatkan dana guna membuat
bendera HIMASTRON. Ternyata beliau memahami kegalauan saya, dan
beliau meminta saya untuk membuat anggaran biayanya serta membuat
model benderanya. Malam itu juga saya mencoba membuat anggaran dan
membuat gambar bendera HIMASTRON. Dua hari kemudian anggaran
untuk bendera beserta sketsa benderanya saya serahkan ke Pak Bambang.
Pada waktu bertemu dengan pak Bambang, beliau menanyakan arti dari
setiap warna yang ada di bendera tersebut, saya terangkan semuanya
dan juga saya terangkan alasan jumlah anggaran yang saya buat. Ahirnya
beliau menyetujuinya dan meminta saya untuk datang lagi seminggu
kemudian.
Setelah seminggu, saya datang lagi dan pak Bambang langsung
memberikan uang untuk pembuatan bendera. Besoknya saya pergi ke toko
kain untuk membeli bahan-bahan dan dilanjutkan ke tukang jahit untuk
dibuatkan sebuah bendera. Selama dua hari saya nongkrong di tukang
jahit untuk mengawasi pembuatan bendera tersebut. Akhirnya hari ketiga
jadilah bendera HIMASTRON seperti yang ada sampai sekarang. Dengan
demikian mulai saat itu bendera HIMASTRON selalu berkibar di pinggir
lapangan basket setiap ada kegiatan kemahasiswaan. Oleh karena itu saya
berpesan, tolong jaga baik-baik bendera HIMASTRON yang sekarang
sudah berumur 34 tahun.
Setelah selesai kegalauan saya dengan bendera, selanjutnya
saya juga merasa bosan membawa mahasiswa baru setiap tahun ke
Planetarium Jakarta. Ahirnya dengan keberanian yang sama, saya
temui lagi pak Bambang untuk meminta bantuan pencarian dana guna
membawa mahasiswa baru (pada waktu itu mahasiwa angkatan 71) pergi
study tour ke tempat lain. Ternyata bak gayung bersambut, pak Bambang

Perjalanan Himastron

juga mempunyai rencana untuk mengajak mahasiswa study tour. Setelah


dilakukan beberapa penjajakan selanjutnya ditetapkan bahwa objek study
tour adalah Jurusan Fisika Universitas Gajah Mada.
Untuk mempersiapkan segala sesuatunya, saya diutus oleh pak
Bambang ke Jogja. Walaupun pada waktu itu saya baru sekali ke Jogja
dan belum mengenal betul kota Jogjakarta, saya berangkat juga ke
Jogja sendirian. Dua minggu kemudian, berangkatlah kami mahasiswa
astronomi beserta pak Bambang (karena dosennya hanya ada satu). Tetapi
karena pada waktu itu mahasiswi astronomi hanya ada satu, maka akhirnya
kami mengajak mahasiswi jurusan Fisika, Matematika dan Geologi untuk
bergabung ikut study tour ke Jogja.
Banyak kegiatan besar yang dilakukan HIMASTRON pada waktu
itu, salah satunya adalah membantu jurusan mengadakan International
School for Young Astronomer: (ISYA) pada tahun 1972. Lagi-lagi karena
HIMASTRON kekurangan mahasiswi kami juga mengajak rekan-rekan
mahasiswi dari jurusan Fisika, Matematika bahkan dari UNPAD.
Kegiatan lain yang pernah dilakukan HIMASTRON adalah
mendirikan Himpunan Astronomi Amatir Indonesia (HAAI) bekerjasama
dengan Harian Pikiran Rakyat. Pada waktu itu anggotanya mencapai
sekitar 300 orang mulai dari siwa SMP sampai pensiunan. Selain kegiatan
ceramah astronomi dan mengadakan pengamatan di Observatorium
Bosscha, HAAI juga mengadakan kegiatan tur lapangan. Sayang sewaktu
saya tinggalkan ke Perancis untuk studi lanjutan, kegiatan HAAI jadi
terhenti, karena tidak ada yang meneruskan.
Masih banyak kegiatan-kegiatan HIMASTRON yang kami lakukan
pada waktu itu, tapi karena terbatasnya waktu untuk membuat tulisan ini,
maka saya akhiri dulu saja kenangan manis saya bersama HIMASTRON.

SELINTAS KENANGAN
6 TAHUN DI HIMASTRON
(Periode Mahasiswa 1974-1980)
Moedji Raharto
Ketua HIMASTRON Periode 1976-1977

Saya mencoba mengingat kenangan ketika masuk di ITB tahun 1974. Waktu
itu kemahasiswaan di ITB, OS bersifat gabungan bagi seluruh mahasiswa
baru ITB dan bersifat legal. Saya masih mempunyai azah OS walaupun
nilainya B. Sepuluh hari pertama yang paling berat mesti menggunakan
sepeda yang sering daili. Paling sering pentil ban sepeda dibuang, jadi
mesti menuntun sepeda di malam hari. Pada saat pulang, tugas Prama
bertambah dengan tugas harus mengantar Prami sampai ke tempat
tinggalnya. Suasana senang dan sedih pada waktu OS silih berganti. Saya
mendapat bagian ke jurusan Teknik Kimia. Sempat pula dimasukkan ke
kolam yang berada di dekat gedung BNI dalam kampus yang sekarang.
Kemudian berlanjut ikut OS dalam unit olah raga dan kesenian, saya pilih
atletik dan ECC (English Conversation Club) yang kemudian berubah nama
menjadi SEF (Student English Forum).
OS pada saat itu tak disambut meriah mahasiswa astronomi,
karena jumlahnya sangat sedikit dan mahasiswa senior konsentrasi
pada penelitian astronomi atau mengerjakan TA atau ada tugas lainnya
mengamati bintang ganda di teropong Zeiss. Bahkan saya mengenal
astronomi dan Bosscha lewat inisiatif sendiri dan kemudian kenal dengan
Mas Yulianto, mas Gatot Sudarminto, mas Iwan Tedjawidjaja; mbak Kiki
(Sri Redjeki).

Perjalanan Himastron

Pak Djoni dan pak Suryadi sedang sibuk dengan penyelesaian TA.
Saya berkenalan dengan pak Suhardja, pak Djoni, dan pak Suryadi kalau
sedang makan siang di rumah kediaman pak Hakim yang sekarang. Kami
bermain ping pong di dalam ruangan itu.
Malam umum diselenggarakan dan tanpa dipungut bayaran.
Memang kalau rezeki datang, ada saja yang mengirim kue kemudian
dibagi melalui permainan dengan tujuan untuk menghabiskan kue.
Aturannya, siapa yang kalah dalam main kartu berhak makan kue, yang
kalah dapat tugas mengocok kartu tapi kenyang.
Gambaran pada masa sekitar 30 tahun silam itu antara lain: dunia
mahasiswa tanpa internet, dunia mahasiswa masih tanpa kalkulator yang
canggih, masih meminjam buku dan slide rule, serta komputer dengan
ukuran raksasa dengan bahasa pemrograman Fortran. Hidup di zaman itu
tanpa mesin fotokopi, penggandaan pengumuman masih menggunakan
mesin stensil. Menulis artikel untuk koran mesti diketik menggunakan
mesin tik ber-kertas karbon (satu digunakan untuk arsip) dan dikirim
lewat pos dan harus bersabar hingga 2 pekan lamanya. Dulu merk mesin
tik terkenal bernama ROYAL.
Angkot Lembang Bandung dulu dinamakan Oplet, mobil dengan
mesin Chevrolet berbadan kayu. Motor Yamaha Bebek V75 susah naik ke
Lembang. Motor jenis ini tidak bisa ngebut.
Pusat perkantoran astronomi berlokasi di Observatorium Bosscha,
Lembang. Baru sekitar tahun 1986, pusat perkantoran menempati ruangan
yang kurang memadai di gedung yang sekarang. HIMASTRON belum
mempunyai tempat atau kantor di ITB. Alhasil, kantor pun berpindahpindah di rumah mahasiswa (sekarang menjadi rumah staf).
Dosen dan mahasiswa yang sedikit jumlahnya membuat suasana
akrab. Perkenalan dengan mahasiswa baru dilakukan di Lembang.
Makanan dimasak di rumah anggota untuk selanjutnya dibawa ke
Lembang. Staf bersama isteri sesekali menyempatkan hadir dalam acara
mahasiswa, walaupun sore hari. Acara syukuran sarjana juga masih bisa
diselenggarakan di rumah kost.
Berikut ini saya paparkan suka-duka menjabat sebagai ketua
HIMASTRON. Di zaman tahun 1976-an saya menjadi ketua menerima
estafet dari pak Suryadi. Proses pemilihan tidaklah terlalu serius yaitu
dengan bermusyawarahasal mau saja karena tidak ada pilihan lagi
karena mahasiswanya sedikit. Anggota termuda ditunjuk untuk bekerja.
Maka jadilah saya berposisi sebagai ketua sekaligus merangkap sebagai

Moedji R. -- Selintas Kenangan 6 Tahun di HIMASTRON

sekretaris. Program HIMASTRON (1976-1977) praktis tidak banyak. Yang


rutin dilakukan adalah berpartisipasi dalam lomba yang diselenggarakan
oleh unit dengan tujuan agar eksistensi mahasiswa astronomi bisa tetap
berkibar. Selain itu, sebagai ketua juga mesti menjabat sebagai Senator
Himpunan pada Lembaga Permusyawaratan Mahasiswa (LPM) yang salah
satu fungsinya adalah untuk memilih Ketua Dewan Mahasiswa ITB. Saat
itu saya ikut dalam Komisi keuangan LPM. Di LPM ITB, saya sezaman
dengan Al Hilal Hamdi dan Haa Rajasa. Sempat pula mengikuti latihan
wartawan pers Mahasiswa Berita-Berita ITB dan latihan Kepemimpinan
Dewan Mahasiswa. Saya sebagai mahasiswa menjadi aktif karena jabatan
rangkap di zaman Kemal Taruc, Dariatmo, Heri Ahmadi, dsb.
Acara OS Himpunan di tengah acara OS terpusat juga ada, namun
terbatas waktunya. Pengurusnya yang sedikit membuat OS di astronomi
menjadi paling enak di ITB. Hal ini disebabkan panitianya gampang lelah.
Walaupun demikian, dulu kami pernah menang dalam acara kabaret
dalam acara OS yaitu dengan gagasan memberi kritik penggunaan WC
ITB yang eksklusif. Gagasan yang tertuang dalam kabaret ini mendapat
penilaian tinggi.
Anggota Himastron kemudian berkembang: Pak Ninok, pak
Widagdo, Ibu Ida Naudur , pak Riyanto Gozali, Ibu Karlina, pak Cecep
dsb. Mahasiswa baru astronomi tiap angkatan lebih dari satu orang. Dan
babak mahasiswa yang tidak sendiri pun mulai berakhir.

Era De Jure:

(AD/ART HIMASTRON ITB)

14

Perjalanan Himastron

Kelahiran kembali (pasca-1978)

HIMASTRON ITB dan


keHIMASTRONan:

Esensi masa lalu dan potensi untuk masa depan

Hakim L. Malasan
Ketua HIMASTRON Periode 1983-1985

Prolog
Permintaan penyunting untuk mengisi buku Perjalanan HIMASTRON
sungguh saya rasakan berat walaupun menjadi suatu kegembiraan
tersendiri. Gembira karena dapat mengetengahkan suatu episode
penting sejarah HIMASTRON akan tetapi berat karena harus secara jujur
memaparkan masa-masa sulit menemukan kembali wajah organisasi
mahasiswa ini yang kadang harus dapat dilakukan sambil mengekang
emosi diri. Harus saya akui sejujurnya, bahwa untuk menyurutkan pikiran
20 tahun ke belakang bukan pekerjaan ringan. Untungnya saya masih
dibekali arsip-arsip pribadi. Tidak selalu pemaparan kesulitan-kesulitan
masa lalu dapat menjadi alat didik dan pembinaan yang optimum, malah
seringkali pemaparannya menjadi bias.
Kendati demikian saya akan mencoba melihat kembali secara
rasional dan logis serta menawarkan visi (dan misi) organisasi mahasiswa
satu-satunya di bumi pertiwi ini. Harapan saya makalah singkat ini dapat
menggugah kita sekalian akan pentingnya mencintai dan memiliki wadah
kita ini.

Secara defacto, HIMASTRON sebenarnya terbentuk pada masa Djoni N.


Dawanas, Suryadi Siregar, dan Suhardja D. Wiramihardja pertengahan
dekade 60-an. Dinamika organisasi kala itu masih didominasi oleh kontrol
lembaga sentral sehingga dapat dilihat bahwa kekompakan dibicarakan
dalam konteks yang global, yakni kekompakan ITB. Dengan jumlah
anggota yang sangat kecil, tentunya ragam kegiatan pun terbatas, tapi
dapat dicatat partisipasi anggota HIMASTRON dalam kegiatan-kegiatan
di pusat. Bendera HIMASTRON dirancang dan ditetapkan pada masa
kepemimpinan Djoni N. Dawanas.
Tidak banyak dokumen dan catatan yang dapat diselamatkan
setelah periode perombakan total dalam tubuh kemahasiswaan ITB di
tahun 1978. Himpunan yang besar atau lembaga kemahasiswaan pusat
di ITB sekalipun tidak dapat mempertahankan sistem kearsipannya
pada saat itu. Apalagi HIMASTRON yang praktis tidak memiliki home
base (sekretariat). Tapi patut dicatat di sini aktitas Leksono Dermawan
(AS75, yang aktif dalam pers semenjak mahasiswa, juga di grup apresiasi
musik klasik), Riyanto Gozali (AS75), Karlina Supelli (AS77), dan Agus
Burhan (AS77). Tokoh-tokoh ini sangat aktif di lembaga sentral, terutama
dalam masa-masa kritis. Yang terpatri dalam sejarah HIMASTRON adalah
gagasan dan rancangan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
yang dibuat pada tanggal 16 Oktober 1978.
Stagnasi yang mengikuti pembekuan Dewan Mahasiswa dan Senat
Mahasiswa ITB melanda hampir semua himpunan mahasiswa jurusan.
Krisis juga melanda sikap lembaga maupun mahasiswa ITB. Masih teringat
kala awal 80-an yang ada hanyalah papan pengumuman dan kotak pos
HIMASTRON di pelataran gedung FMIPA lama (dekat lapangan bola
dalam kampus yang sekarang menjadi gedung Labtek IX).
Tahun 1981, Erna Wilda (AS78) dan rekan-rekannya mencoba
memprakarsai kelahiran kembali HIMASTRON. Selama setahun berbagai
upaya dilakukan, akan tetapi dengan sulitnya memperoleh sekretariat,
ketertarikan, apalagi motivasi, anggota sangat sulit untuk diperoleh.
Mengapa demikian sulitnya memperoleh sekretariat? Menurut saya ada 2
aspek yang menjadi penyebab, yakni :
1. bahwa lembaga melihat jumlah anggota HIMASTRON yang sangat
sedikit, dan;
2. belum munculnya struktur organisasi HIMASTRON yang solid dan
dapat meyakinkan ITB (c.q. Pembantu Dekan bidang kemahasiswaan)

Hakim L. M. -- HIMASTRON ITB dan keHIMASTRONan

15

akan pentingnya menyediakan sebuah sekretariat di kampus.


Tahun 1982 ditandai dengan diterimanya 25 mahasiswa baru. Jumlah
ini besar dan mengejutkan kita. Yang menggembirakan adalah dengan
kuantitas mahasiswa astronomi yang banyak, diharapkan HIMASTRON
dapat lebih memunculkan identitasnya. Kalau dapat saya katakan bahwa
tahun 1982 merupakan era kebangkitan kembali HIMASTRON, karena
saat itulah kita senantiasa memperoleh kuorum dalam setiap pelaksanaan
rapat. Kebutuhan mendesak akan suatu wadah kemahasiswaan lebih
menjadi pendorong utama pembentukan kembali, dan bukan karena
desakan pihak lembaga ataupun pihak eksternal.

Organisasi HIMASTRON yang berlandaskan AD-ART dan


kegiatannya.
Begitulah, periode kepengurusan 1984-1985 merupakan titik awal
organisasi HIMASTRON yang formal karena dilandasi sepenuhnya
kepada eksistensi AD-ART nal.
Kendati organisasi HIMASTRON formal telah ada, bukan berarti
antusiasme akan kegiatan mengikutinya. Melalui Buletin Himastron (muncul
pertama kali pada tahun 1985), himbauan demi himbauan terus dilakukan
dan kala itu pengurus memperlakukan seluruh mahasiswa astronomi
sebagai anggotanya tanpa klasikasi. Kondisi kegiatan kemahasiswaan di
ITB sangatlah menyedihkan, karena masih harus menanggung hukuman
dari pemerintah dalam bentuk dihentikannya kucuran dana. Kala itu
memang pendanaan praktis nol dan hanya mengandalkan iuran anggota
yang kerap kali seret. Eksistensi HIMASTRON baru tidak saja dilakukan
ke dalam, yakni dengan Jurusan Astronomi (kala itu ketuanya Pak
Winardi Sutantyo), UPT Obsevatorium Bosscha, tetapi juga keluar, antara
lain dengan Pembantu Dekan III FMIPA (Ibu Hasiana Ibkar). Dengan
memanfaatkan momentum pembentukan forum ketua himpunan jurusan
pada tahun 1984, HIMASTRON untuk pertama kalinya berpartisipasi
keluar. Sambutan yang diberikan sangat menggembirakan, bahkan dalam
buletin perdana FKHJ, himpunan kita mendapat komentar khas.
Masa awal kepengurusan HIMASTRON modern saya akhiri pada
bulan April tahun 1985, dengan formalitas memorandum akhir jabatan.

16

Perjalanan Himastron

Epilog: Suatu rekapitulasi terhadap sumberdaya manusia dan


program kerja
Kesadaran yang harus ditumbuhkembangkan mungkin bertautan dengan
misi kegiatan kemahasiswaan. Bahwasanya kegiatan kurikuler dan kokurikuler merupakan integrasi proses pendidikan secara keseluruhan
sudah kita sadari. Sehingga dengan demikian mahasiswa melalui kegiatan
kokurikuler dapat mengembangkan daya, potensi, kerjasama, dan sikap
bertanggungjawab.
Beberapa pengamatan terhadap kendala sikap mental mahasiswa
diantaranya dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
1. Kurangnya sikap responsif
2. Apatis (tidak ada keinginan untuk melakukan perubahan)
3. Adanya persepsi kegiatan adalah student movement yang
berorientasi politis
4. Beban akademik tinggi dan kurang dapat membagi waktu
Oleh karenanya, orientasi apa yang diperlukan? Dapat kita lihat
bahwa penekanan kegiatan hendaknya pada:
1. Kegiatan penunjang akademik: responsi, diskusi buku
2. Kegiatan profesi dan pembinaan
3. Kegiatan pengabdian masyarakat
4. Kegiatan memupuk bakat dan minat yang saling menunjang.
Tentunya pelaksanaan kegiatan ini harus memiliki tolok ukur yang
meliputi:
1. Adanya perhatian dan keterlibatan penuh anggota
2. Tumbuhnya kesan dan citra baik dari pembina dan pimpinan
lembaga
3. Sedapat mungkin diperoleh kerjasama yang baik dengan masyarakat
4. Apabila kegiatan bersifat interdisipliner, hendaknya melibatkan
himpunan jurusan lainnya.
Saya melihat bahwa dengan telah dipenuhinya basic requirement
himpunan mahasiswa jurusan, maka sudah saatnya fokus ditujukan
kepada hal-hal sebagai berikut:

Hakim L. M. -- HIMASTRON ITB dan keHIMASTRONan

1.

17

Sumberdaya manusia (anggota)

Jika potensi yang ada meliputi: aspek kemampuan berorganisasi, rasa


memiliki, rasa bertanggungjawab, daya pikir dan nalar, kreasi, idealisme
serta minat dan bakat, maka masalah pokoknya adalah: kurangnya
pengembangan pengetahuan, keterampilan, apresiasi kerja dalam
organisasi. Untuk itu hendaknya kegiatan ditujukan kepada pengembangan
partisipasi dalam aktitas, wawasan, pengetahuan dan profesi.
Beberapa strategi yang dapat disusun meliputi:
Pelaksanaan rutin pelatihan-pelatihan
Peningkatan kesejahteraan anggota dan organisasi
Pengembangan daya tarik organisasi dan program
Perluasan wawasan (diskusi internal, seminar, studium generale, dsb.)
Pemberikan kesempatan pengembangan daya nalar dan daya cipta
2.

Sumberdaya material dan nansial

Inventarisasi sarana sik hendaknya dilakukan secara terprogram


dan sistematis meliputi : gedung sekretariat, kearsipan dan sarana
komunikasi (buletin). Di lain pihak, sumber-sumber nansial harus dicari
dan dikembangkan pemanfaatannya dengan memperhatikan kriteria:
potensial, aman dan tidak mengikat, serta wajar dan legal. Implementasinya
dapat berupa iuran anggota, unit usaha, subsidi lembaga, alumni/donatur
dan sponsor.
Langkah-langkah pengembangan dapat meliputi:
Mobilisasi sumberdaya internal: mahasiswa, lembaga
Mobilisasi sumberdaya eksternal: donatur/alumni, sponsor, unit
usaha
Alokasi dan perencanaan yang esien dan bertanggungjawab.
Sebagai penutup, chart di bawah memperlihatkan bagaimana suatu
kegiatan dapat dadwalkan bagi suatu masa depan suatu periode
kepengurusan organisasi:

Perjalanan Himastron

18

Kegiatan
I. Akademik
- Diskusi Buku
- Seminar
- Responsi

H-L

Pelaksana
H-L H-H

Sarana
Tempat
Waktu

II. Profesi
- Studi Kasus
III. Pembinaan
- Anggota Baru
- Pelatihan - pelatihan
IV. Komunikasi
- Penerbitan Buletin
V. Pengembangan Minat &
Bakat
Catatan:
H : Himpunan
H-L : Himpunan dan Lembaga (Departemen/KK, Fakultas/UKS, ITB)
H-H : Antar himpunan

20

Meninjau
Kembali Peran
HIMASTRON
Iman Santosa
Ketua HIMASTRON periode 1988-1989

Tahun 1986 di lapangan sepakbola ITB (persis di tengah kampus, tetapi


kini sudah hilang dan sebagai gantinya berdirilah gedung-gedung baru
di lapangan itu), saya dan teman-teman Jurusan Astronomi ITB Angkatan
85 terselip di tengah ribuan mahasiswa baru yang sedang mengikuti apel
OS KM ITB (Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa ITB). Jumlah mahasiswa
Astronomi 85 hanya 10 orang namun tidak semuanya mengikuti ritual
penerimaan anggota himpunan. Jadi jumlah kami semakin menciut dan
saya merasa minder berhadapan dengan massa himpunan lain yang
jumlahnya puluhan bahkan ratusan. Apalagi ketika harus meneriakkan
yel-yel ITB, himpunan lain terdengar gagah dengan suaranya yang
membahana menggaung di langit. Kami? Hanya terdengar seperti suara
liliput.
Zaman itu adalah zamannya kekuatan otot, yang ditunjukkan
dengan jumlah massa, masih begitu penting sebagai alat untuk
menegakkan eksistensi seseorang, atau sekelompok orang. Untunglah
saya tidak berlama-lama mengikuti pola pikir yang sempit ini. Ketika
masuk ke dalam Himpunan Mahasiswa Astronomi (HIMASTRON), saya
menemukan sebuah dunia kecil yang mengasyikkan. Kalau tidak salah
ingat, jumlah seluruh anggota HIMASTRON saat itu sekitar 60 mahasiswa.
Sangat kecil dibandingkan dengan himpunan lain di ITB. Namun dari

Perjalanan Himastron

jumlah yang kecil itu, saya menemukan banyak sekali individu dengan
karakter yang berbeda-beda tetapi kuat dan menarik. Sebaran karakter
yang beragam ternyata juga menghasilkan sebuah komunitas sosial yang
sangat bersahabat. Saya pun mengerti, ternyata tidak ada yang salah
dengan jumlah yang kecil sepanjang ada kebersamaan di dalamnya. Sejak
itulah perasaan minder saya sebagai warga himpunan terkecil di ITB
menghilang dan bahkan berubah menjadi perasaan bangga.
Pada tahun-tahun berikutnya ketika saya aktif di himpunan, saya
belajar banyak dari rekan-rekan maupun dari sistem yang dibangun secara
bersama-sama di dalam HIMASTRON. Di sini saya ingin menegaskan
bahwa banyak nilai positif yang kita dapatkan dengan menjadi anggota
himpunan. Meskipun demikian, sebagai organisasi, masih banyak hal
yang harus dibenahi di dalam HIMASTRON.

Reposisi HIMASTRON
Organisasi mahasiswa lahir sebagai respon atas kebutuhan mahasiswa.
Setidaknya ada dua hal yang mendorong mahasiswa berhimpun
membentuk organisasi. Pertama, kebutuhan mahasiswa untuk bekerja sama
menyelesaikan tugas-tugas akademik. Kedua, mahasiswa membutuhkan
media pembelajaran dalam proses transisi dari dunia kampus yang
minim konik menuju dunia nyata luar kampus. Ke arah mana organisasi
mahasiswa bergerak tentu sangat tergantung pada situasi zamannya.
Sejak sebelum merdeka hingga kini organisasi mahasiswa lebih banyak
bergerak di ruang publik di luar wilayah akademiknya. Khususnya sejak
pertengahan tahun 60-an, mahasiswa merepresentasikan diri sebagai
kelompok kritis terhadap kebakan pemerintah dan bergerak dalam ranah
moral. Maka demonstrasi mahasiswa menentang kenaikan BBM, atau
menuntut menteri bodoh mundur, atau menentang penggusuran paksa,
dan lain-lain, menjadi pemandangan rutin sehari-hari. Demikianlah arus
utama gerakan mahasiswa Indonesia.
Namun pada level mikro kegiatan mahasiswa bisa sangat beragam
dan di sinilah keberadaan himpunan mahasiswa jurusan memainkan
peranan yang sangat penting. Demikian pula HIMASTRON yang
menyediakan wadah yang sangat eksibel untuk memfasilitasi berbagai
bentuk kegiatan mahasiswa astronomi. Dari sejumlah kegiatan tersebut
yang paling potensial untuk dikembangkan adalah semua yang berkaitan

Iman S. -- Meninjau Kembali Peran HIMASTRON

21

dengan bidang studi astronomi.


Lima belas tahun yang lalu ketika saya masih menjadi mahasiswa,
kegiatan HIMASTRON sangat monoton, meskipun kehidupan sosialnya
sangat menarik. HIMASTRON rupanya terjebak pada rutinitas penerimaan
anggota baru dan perayaan ulang tahun himpunan. Respon terhadap
perkembangan astronomi sangat minim, untuk tidak mengatakan
nol sama sekali. Memang ada sejumlah kegiatan HIMASTRON yang
mendapat acungan jempol. Namun kegiatan itu lebih sebagai program
sesaat dan bukan bagian dari rencana jangka panjang. Sementara itu
dewasa ini, apresiasi masyarakat luas terhadap astronomi demikian besar.
Lihatlah setiap ada fenomena astronomi yang popular, semisal ketika Mars
berada pada posisi terdekatnya dengan Bumi, rasa ingin tahu masyarakat
demikian membuncah sampai menimbulkan anarki. Himpunan astronomi
amatir juga sudah mulai menjamur. Saya melihat tuntutan masyarakat
kepada para astronom untuk membagi ilmunya semakin mendesak.
HIMASTRON adalah kumpulan para calon astronom, atau mereka
yang bakal memiliki pengetahuan astronomi. Bagaimana HIMASTRON
menyikapi perkembangan ini? Dalam pandangan saya, meninjau ulang
posisi HIMASTRON dalam perkembangan peradaban dewasa ini adalah
sebuah keharusan.

Membangun Komunitas Profesi


Terdapat sejumlah peluang untuk bisa harmonis dengan perkembangan
zaman. Yang pasti HIMASTRON harus menghindari sikap reaktif dan mulai
merumuskan langkah untuk mengantisipasi perkembangan. Katakanlah
semacam rencana jangka panjang yang bisa menjangkau rentang waktu
10 sampai 15 tahun ke depan. Gagasan ini mungkin terdengar tidak
relevan dengan sifat himpunan yang cenderung cair. Bagi saya justru
sebaliknya. Mengapa himpunan tidak dibangun untuk sesuatu yang
lebih serius dan bermanfaat ketimbang tempat bermain? Pilihan menarik
adalah menjadikan HIMASTRON sebagai media untuk mengembangkan
embrio komunitas profesi. Himpunan sangat potensial menelurkan citacita kolektif mahasiswa, misalnya membangun masyarakat astronomi
Indonesia. Cita-cita itu bisa diturunkan terus-menerus kepada setiap
angkatan. Mahasiswa yang lulus mungkin ada yang tergerak untuk
mewujudkannya.

22

Perjalanan Himastron

Tentu saja cita-cita kolektif itu tidak harus tunggal. Ada banyak
alternatif untuk secara bersama-sama membangun profesi setelah lulus.
Peranan himpunan adalah mengumpulkan peluang karir dalam lingkup
astronomi, termasuk di dalamnya adalah semua bidang teknologi yang
terkait dengan astronomi. Kegiatan ini sangat menarik karena memberi
peluang kepada mahasiswa melakukan eksplorasi pengetahuan dan
teknologi untuk persiapan karir mereka. Dalam hal hubungan dengan
alumni merupakan isu penting. Sementara itu diskusi di dalam himpunan
sangat berpeluang membuka wilayah-wilayah baru yang mendekatkan
astronomi kepada masyarakat luas.
Peran HIMASTRON membangun komunitas profesi memberi
keuntungan ganda kepada para mahasiswa. Pertama, mahasiswa sudah
tahu apa yang akan dilakukannya setelah lulus. Kedua, dengan demikian
mahasiswa akan lebih tenang menyelesaikan kuliahnya. Membangun
komunitas profesi adalah kegiatan jangka panjang dan pada hakekatnya
merupakan interaksi yang intens antara HIMASTRON dengan dinamika
yang terjadi di masyarakat dan di dunia ilmu pengetahuan. Saya yakin jika
peran ini dikelola dengan baik bukan tidak mungkin akan lahir semacam
cetak biru astronomi Indonesia di masa depan yang lahir dari pemikiran
kreatif para anggota HIMASTRON.
Selamat Ulang Tahun ke-40

24

Happy Birthday HIMASTRON


Ika Bagus Pramudhito
Sie Buletin periode 1986-1987
Wakil Ketua periode 1987

Salut atas ide rekan-rekan membuat buku buku PERJALANAN


HIMASTRON (sekaligus terharu he...he...he...). Saya tidak tahu
bagaimana kondisi HIMASTRON saat ini atau lebih luas lagi bagaimana
Dep. ASTRONOMI. Tentu jauh lebih baik dibandingkan saat-saat saya
di sana dulu, apalagi dibandingkan pada zaman para senior & foundingfather kita. Melalui buku tsb diharapkan dapat menumbuhkan semangat
bagi generasi sekarang, juga sebagai album kenangan bagi para senior &
founding-father.
Wah jadi inget masa-masa lalu. Saat baru masuk terasa gersang,
karena seangkatan cowok semua hahaha Untung masih sering
ketemu AS-82, AS-83 dan AS-84 yang ada mahasiswinya. Kemudian
setahun kemudian datang juga mahasiswi-mahasiswi baru AS-86 dan AS87, dst.
Saya rasa waktu itu HIMASTRON belum ada markas tetap, setiap
meeting di lokasi tempat tinggal Ketuanya yaitu rekan Atman AS-83 (maaf
kalo salah sebut, koq saya udah pikun ya). Bahkan ospek-pun diadakan/
dipusatkan di sana ha...ha...ha... Baru kemudian tahun 1986 sempet 3 kali
pindah markas, karena ruangan yang kita pinjam di kampus selalu kena
gusur. (Ada yang punya photonya nggak ?) Nah, menjelang saat-saat
terakhir saya di sana kita selalu bergiliran piket terutama setiap nggak
ada kuliah. Supaya markas tetap ada tanda-tanda kehidupan dan nggak
digusur lagi.

Perjalanan Himastron

Inget masa-masa kuliah gabungan dengan jurusan lain, kita selalu


termasuk golongan minoritas dalam hal jumlah. Tapi dalam hal prestasi
kita selalu berusaha mayoritas lho. Terbukti (kondisi paling ekstrim) saat
kuliah Fisika Modern yang diajar Bapak Sukardi, dengan peserta dari 3
jurusan (kalo nggak salah Fisika, Astronomi, Geosika & Meteorologi). Saat
itu entah karena sulit (atau kami semua yg bodoh), nilai lulus maksimum
cuma nilai C. Itu pun hanya 2 (dua) orang dan keduanya dari astronomi.
Satu lagi mbak siapa ya? (saya lupa namanya, kalo nggak salah AS-83)
Hihihi dapet C aja koq bangga ya. Bukan gitu, sebenarnya malu juga
sih cuma waktu itu lega aja. Nilai D nggak sampai 10 orang, dan sisanya
E (kalo nggak salah lebih dari 40 orang).
Nah, masih masalah minoritas di kelas gabungan. Kalau jurusan
lain ngasih pengumuman selalu di depan kelas. Kita juga nggak mau kalah,
walaupun sebenarnya bisik-bisik antar teman aja sudah bisa he...he...he...
Demikian juga dalam rangka unjuk gigi. Saat itu Dies atau Lustrum,
kebetulan kita sudah agak mapan (tidak kena gusur-gusur lagi) maka
dibentuklah panitia. Berbagai acara mulai dari lomba-lomba, candle-nite
party, sampai pengguntingan pita peluncuran balon berhadiah. Karena
anggaran terbatas, hadiahnya foto-foto tentang astronomi ... kasihaaan deh
yang dapet orang dari pelosok lagi (saya lupa desa apa, tapi dari jauh di
luar kota). Abis... balon gasnya terlalu jauh/tinggi terbangnya. Dari raut
mukanya nampak orang tersebut agak kecewa menerima sebingkai photo
set, akhirnya Ketua Himastron (rekan Andonala AS-84) merogoh kocek
untuk memberikan amplop sebagai tambahan hadiah.
Yang paling repot saat mulai melahirkan buletin HIMASTRON.
Pertama harus mendesain bagaimana bentuknya/formatnya sampai logo
dan cover depannya. Kedua, bagaimana merangsang tiap anggota untuk
rajin nulis, agar bisa terbit bulanan. Eh, bagaimana kondisinya sekarang,
apakah masih ada Buletin Himastron? Tentunya sudah jauh lebih bagus
ya. Dulu diketik manual sih (11 jari lagi ha...ha...ha...) ... maklum komputer
masih termasuk barang mewah & rental pun belum ada.
Yah sebenernya masih banyak lagi kenangan. Anyway, Happy Birthday
to HIMASTRON. Semoga the blue-ag makin berkibar tidak hanya di
kelamnya langit malam, tapi juga di dataran Ganesha. Bersinar seterang
bintang di langit.
Sebagai hadiah, saya nyanyikan ref. dari lagu Ku Ada di Sini -nya
Rio Febrian (karena ada kata-kata bintangnya hehehe) :

I. B. Pramudhito -- Happy Birthday HIMASTRON

25

Re :
tak perlu seribu bintang
yang bertaburan di langit sana
tuk temani malam-malammu
ku ada di sini
tak perlu seribu sahabat
dengan senyum sapa dan hangat cinta
cukup satu alasan indah
ku ada di sini
udah ya ntar Rio Febrian kalah top hahaha

Kisah Open House Astronomi


Baju Indradjaja
Panitia Open House Astronomi Tahun 1988

Tulisan ini merupakan sebuah usaha untuk mengingat kembali kejadian


beberapa tahun yang lalu.
Saat itu kami sedang melakukan brainstorming untuk mengisi acara
dalam rangka Dies Himastron XXIII (kalau tidak salah ingat). Sebuah ide
yang menarik adalah mengadakan open house astronomi, dalam artian
publik diperkenankan melihat wakil dari wajah Jurusan Astronomi ITB.
Kesulitan pertama yang terpikirkan adalah lokasi jurusan yang berada di
lantai IV gedung Labtek III. Nampaknya open house tidak akan berhasil
apabila publik diharapkan untuk naik empat lantai. Alternatif yang
diusahakan adalah open house diadakan di sebuah tempat yang mudah
diakses oleh publik: Student Center Barat.
Proses untuk mewujudkan open house pun dimulai. Panitia inti
hanya terdiri dari tiga orang: BI, YE, dan EEY (Baju Indradjaja, Yenny
Esari, dan Eka Efriarni Yusri ed). Rekan-rekan lain akan membantu
semampunya. Semua hal yang diperlukan segera dipersiapkan: peminjaman
ruang, materi pameran, dan penceramah. Materi pameran adalah buku,
jurnal, atau tulisan tentang astronomi, alat-alat peraga astronomi, dan
pemutaran video Cosmos. Penulis tidak sempat mengingat siapa saja
yang menjadi penceramah pada kegiatan tersebut, karena kesibukan lain
dan lamanya waktu yang sudah lewat. Video Cosmos diperoleh berkat
pinjaman seorang rekan, IW (Iman Wicaksono ed.), yang saat itu adalah
senior kami. Dari Planetarium Jakarta pun kami mendapat pinjaman lm,
yang judulnya tidak penulis ingat. Papan poster harus kami sewa dari
Jurusan Seni Rupa, yang diangkut dengan kendaraan bak terbuka.

Baju I. -- Kisah Open House

27

Mondar-mandir Jakarta-Bandung, terutama untuk urusan dengan


Planetarium, harus dilakukan. Promosi juga dilakukan melalui selebaran
yang dicetak gratis, berkat bantuan rekan penulis. Namun luas jangkauan
hanya sebatas kota Bandung. Hingga malam hari pun, penulis masih
beredar di kota Bandung untuk menempelkan selebaran tersebut. Tidak
terpikir untuk memanfaatkan media radio ataupun televisi, yang menurut
penulis akan sangat repot dan membutuhkan dana yang tidak sedikit. Saat
itu internet belum sepenuhnya menyentuh dunia mahasiswa, sehingga
promosi lewat internet tidak dilakukan.
Yang mendebarkan adalah saat-saat pembukaan, yang sesuai
harapan berjalan lancar. Panitia pun menempati posnya masing-masing.
Kalau tidak salah, openhouse berlangsung selama tiga hari. Saat malam
di antara hari-hari openhouse, penulis pun berjaga di ruang pameran,
karena tidak ada cara lain untuk mengamankannya. Untungnya tidak ada
satu pun barang yang hilang selama pameran. Sayangnya tidak dilakukan
sesuatu untuk menampung ide, saran, atau kritik yang diberikan oleh
pengunjung saat openhouse, kecuali sekedar karton untuk menuliskannya
di pintu keluar.
Satu yang diingat oleh penulis, bahwa ada pengunjung yang
berkomentar Saya melihat U.F.O..
Terima kasih.

Warna
Ferry M. Simatupang
Ketua Divisi Asteroid periode 1993-1994

Hmm, sudah berapa lama aku meninggalkan Himastron ya? Tentu saja
meninggalkan yang kumaksudkan itu adalah tidak lagi sebagai anggota biasa,
yaitu sejak aku tidak lagi menjadi mahasiswa. Dan itu berarti semenjak awal tahun
1997, lebih dari delapan tahun lalu. Cukup lama juga. Tapi tidak berarti aku jauh
dari Himastron (selanjutnya akan disingkat H*), karena kebetulan tempat kerjaku
bersebelahan dengan Sekretariat H* (you know what I mean).
Karena itu, tiap hari aku biasa melihat ke arah Sekretariat H*. Dan saat
melihat ke arah Sekre H* dari dapur Departemen Astronomi (saat menyeduh
kopi), aku kadang suka tersenyum sendiri. Dan kadang pikiranku melayanglayang, membanding-bandingkan apa yang sedang kulihat saat itu dengan saat
aku masih aktif di Himpunan. Dan satu kata yang selalu muncul di pikiranku
pada saat seperti itu adalah: warna.
------Pertama kali kontak dengan H* mungkin adalah saat-saat pertama
kali menginjakkan kaki ke kampus. Bagi mereka yang hampir tidak pernah
bepergian jauh seperti aku, bertemu orang yang ramah di tempat baru,
tentunya menjadi hal yang menyenangkan. Saat itu, sebagai angkatan
baru, beberapa perwakilan dari Himastron (angkatan 90) menyambut
kami dengan ramah. Pertemuan pertama ini kemudian dilanjutkan dengan
interaksi-interaksi berikutnya dengan H*. Sampai akhirnya sebagian besar
angkatanku mengikuti OS dan menjadi anggota H*.

Ferry M. S. -- Warna

29

Saat masih menjadi anggota muda, sampai sekitar tahun 1994,


Sekre H* berada di lokasi yang sekarang ini berdiri Labtek X. Di depan
himpunan, terhampar lapangan yang (secara sepihak) kita namakan
Lapangan Andromeda. Di lapangan ini, kita masih bisa main sepak
bola jika kebetulan bosen nongkrong seharian di Sekre. Dan di lapangan
inilah aku pernah juga membuktikan bahwa Bumi itu memang berputar.
(Sebenarnya sih, waktu itu kami sedang mengikuti pra-OS. Pada satu
kesempatan, nyak dan babe dengan senang hati meminta kami berguling
di Lapangan Andromeda. Dan saat itulah aku berhasil merasakan putaran
rotasi Bumi...)
Suasana di Sekre cukup menyenangkan, walau dengan keadaan
seadanya. Lantainya masih lantai semen kasar setengah jadi (yang
sepertinya tidak pernah berhasil dibersihkan). Karena itu, selama di dalam
Sekre, kita masih harus tetap memakai sepatu jika tidak ingin kaki menjadi
kotor. Sebenarnya sih, ada karpet yang menutupi separuh ruangan. Tapi
berhubung lingkungannya cukup banyak debunya, tiap hari tetap harus
dibersihkan jika tidak ingin debu tebal menumpuk. Karena itu biasanya
sepatu jadi malas dibuka.
Sekre punya perabot seadanya. Rak buku di salah satu pojok,
dengan sejumlah koleksi buku astronomi baik yang sifatnya text book,
maupun astronomi populer. Meja tempat belajar seadanya. Dan salah
satu perlengkapan yang penting adalah selembar kasur kapuk tempat
menghilangkan kantuk jika kebetulan abis begadang tadi malam. Masih
ada lagi meja karambol, yang berperan besar mengumpulkan anak-anak
H* (apalagi saat dies). Selain itu, masih ada kartu remi. Kartu remi ini
kadang dadikan alat penghilang suntuk saat malas ngerjain sesuatu
sementara masih harus menunggu jadwal kuliah. Sempat ada juga grup
yang belajar truf, karena kebetulan ada yang cukup jago dan bersedia
mengajarkannya.
Jadi, meski Sekre keadaanya hanya seadanya (benar-benar seadanya
jika dibandingkan dengan yang sekarang), tapi suasana di Sekre cukup
ramai dan meriah. Ada berbagai kegiatan: responsi, bikin PR bareng
(standarlah.. !), olah raga, sampai acara curhat tengah malam, tempat
berkumpul mereka yang belum berkesempatan malam mingguan.
Aku sendiri punya ikatan khusus dengan Sekre lama tsb, karena
pernah magang sekitar 1 bulan di H* (seingatku sih lebih dari 1 bulan,
mungkin 3 bulan, cuma tidak ingat pasti...). Magang itu dilakukan karena
belum dapat tempat kost baru, sementara di tempat lama aku harus sudah

30

Perjalanan Himastron

keluar. But thats another story


Dan ketika kita harus berpisah dengan Sekre lama, cukup sedih
juga. Memang Sekre baru yang berada di puncak Gedung Labtek III itu
jauh lebih bagus. Tapi banyak cerita (suka dan duka) yang tergurat di
dinding-dinding Sekre lama. Dan cerita-cerita itu seolah tercabik-cabik
saat dinding-dinding Sekre lama diruntuhkan. Sebagai kenang-kenangan,
kami membawa beberapa potong pecahan Sekre lama yang disimpan di
bawah Sekre baru. Tepatnya di pojok kiri-depan-bawah bangunan Sekre
baru. Sayangnya terakhir kuperiksa, pecahan Sekre lama itu tidak lagi di
tempat. Mungkin di buang karena kami lupa menorehkan catatan.
Di Sekre baru, suasana memang lebih enak. Dekat dengan
Departemen sehingga tidak perlu turun-naik tangga jika ada keperluan
dengan perpustakaan atau tata usaha departemen, atau jika ada kuliah
di Ruang Seminar. Apalagi saat internet pertama kali masuk himpunan.
Waktu itu Departemen Astronomi sempat menitipkan beberapa komputer
dari labkom untuk digunakan di Sekre, lengkap dengan koneksi
internetnya. Dengan demikian, tugas-tugas kuliah bisa dikerjakan kapan
saja di Sekre, tentu saja selama tidak ada yang menggunakan komputerkomputer tsb. Sekre menjadi ramai sampai malam (bahkan pagi), sesuatu
yang agak jarang dirasakan di Sekre lama. Dan saat-saat malam, ketika
kecapekan atau suntuk, biasanya ada diskusi-diskusi bebas. Apalagi saat
mendekati tengah malam. Karena itu, secara (tidak?) resmi, ada kegiatan
yang dinamakan diskusi tengah malam oleh KDTM (Kelompok Diskusi
Tengah Malam).
Kegiatan yang lebih bersifat keastronomian saat itu tidak seramai
sekarang. Tapi kita sudah punya forum untuk presentasi bagi yang akan
maju seminar atau sidang. Sedangkan kegiatan pengamatan hampir tidak
ada, karena tidak ada seorang pun anggota H* yang memiliki teleskop.
Teleskop hanya ada di Obs. Bosscha. Tapi teleskop yang sifatnya mobile
hampir tidak ada, sehingga kegiatan pengamatan di Bandung tidak
dimungkinkan (kecuali jika Teleskop Bamberg atau Bimasakti boleh
dipinjam ke Bandung :D).
Karena itu, kegiatan pengamatan selalu mengikuti kegiatan di Obs
Bosscha. Misalnya lewat malam umum, atau kegiatan-kegiatan khusus
saat ada even astronomi yang menarik (gerhana, dll).
Saat aktif di kepengurusan H*, yang paling berkesan bagiku adalah
saat memegang kendali Asteroid. Bersama-sama dengan teman-teman
seide, kami berusaha mengaktian kembali majalah intern H* tsb yang

Ferry M. S. -- Warna

31

telah beberapa waktu terhenti penerbitannya. Meski kita hanya komunitas


kecil, tapi kita punya rencana besar untuk Asteroid ini. Saat itu, jumlah kita
memang masih sedikit, lebih sedikit dibandingkan sekarang. Bayangkan
aja, satu angkatan hanya ada sekitar 10 orang. Lewat dari tahun pertama,
beberapa orang gugur. Dan ditambah masih juga ada yang non-himp,
sehingga satu angkatan yang akan menjadi anggota H* (pada zaman
itu) dan kelak menjadi pengurus H*, terhitung sedikit. Mungkin karena
kendala yang salah satunya seperti ini, maka dua orang angkatan 89
pernah berturut-turut menjadi ketua himpunan, baru kemudian diikuti
oleh yang dari angkatan 91.
Mengurus sebuah majalah intern memang menarik bagiku. Tapi itu
tidaklah berarti hal yang mudah. Yang kuingat, hanya 3 orang (angkatanku)
yang aktif (dalam struktur) bergerak mencoba menghidupkan dan
mengembangkan Asteroid. Aku sebagai ketua, Sungging (Emmanual
Sungging Mumpuni) yang menangani lay-out, dan Senja (Moch. Arief
Senja) yang membantu di bagian distribusi dan pemasaran. Namun
sebenarnya ketika turun ke lapangan, semuanya dikerjakan bersama
(dan tentu juga dibantu oleh rekan-rekan lainnya). Untuk urusan lay-out,
berhubung komputer masih cukup langka dan masing-masing kita juga
tidak ada yang punya komputer, maka untuk kerjaan itu, Sungging dan
aku biasanya kelayapan mencari pinjaman pemakaian komputer. Dan
dengan soware seadanya, kita sempat menerbitkan Asteroid beberapa
edisi. Kami sempat bermimpi besar untuk mengembangkan Asteroid
lebih lanjut. Menjadikan Asteroid tidak hanya menjadi majalah intern H*.
Sebagai langkah awal, Asteroid sempat disebar ke himpunan-himpunan
mahasiswa se-ITB untuk memperoleh feedback. Guna peningkatan kualitas
Asteroid.
Pada perkembangan berikutnya, pengurus mencari cara bagaimana
supaya Asteroid bisa konsisten dalam sebuah organisasi mengalir seperti
himpunan mahasiswa. Diusulkan supaya Asteroid memiliki organisasinya
sendiri, terlepas dari kepengurusan himpunan. Tapi Asteroid sendiri tetap
di bawah H*. Rencana itu baru setengah jadi ketika kita sampai pada titik
di mana penerbitan Asteroid tidak dimungkinkan lagi. Rintangan paling
besar adalah biaya. Setiap penerbitan membutuhkan biaya yang cukup
besar bagi kocek organisasi kecil seperti H*. Asteroid juga tidak berhasil
mencari sponsor atau mendapatkan suntikan dana dari sumber lain selain
H*. Akibatnya, dengan berat hati penerbitan Asteroid terpaksa dihentikan.
Sedih memang

Perjalanan Himastron

32

Saat-saat terakhir sebagai anggota biasa di H*, perkembangan


keadaan H* terlihat semakin baik. Baik dari segi kegiatan maupun
fasilitas. Kalaupun masih ada hal yang agak mengganjal di H* (yang
kurasakan sampai saat akhir status anggota biasaku di H*) adalah masalah
komunikasi. Banyak masalah yang seharusnya tidak terjadi, tetap terjadi
hanya karena kekurangan skill kita dalam berkomunikasi. Karena masalah
ini pula aku (dengan berat hati) sempat meninggalkan sebuah kegiatan
besar H*, sebagai protes karena merasa komunikasi antar anggota yang
begitu jelek. Beberapa kegiatan H* juga sempat batal gara-gara kurang
komunikasi. Mudah-mudahan masalah seperti ini tidak ada lagi di H* saat
ini.
------Warna. Satu kata itu kembali menari-nari dalam pikiranku saat kopi
seduhanku siap diminum. Mengapa warna? Mungkin karena aku sering
memperhatikan kegiatan dan aktivitas H* dari waktu ke waktu. Yang kuperhatikan,
tiap periode (pengurus, angkatan, dll) membawa warna yang unik pada H*.
Warna-warna baru bisa memperkuat, memberikan nuansa baru, atau malah amat
kontras dari komposisi warna yang telah ada. Tiap warna baru menambah dimensi
baru pada H*. Semuanya memperkaya bias pelangi H*. Dan sambil meninggalkan
dapur untuk melanjutkan pekerjaan, aku menoleh sekali lagi ke arah Sekre H*.
Aku kembali tersenyum. Karena aku kembali melihat bias warna-warni H* dalam
benakku

34

Himastron dan Sepakbola


Gabriel Iwan Prasetyono
Sekretaris Umum Himastron ITB periode 1998-1999

Himastron identik dengan sepakbola. Setidaknya itu kesan pertama saya


terhadap Himastron. Ya.. di pertengahan tahun 1995 hingga 1998, kekuatan
Himastron sangat diperhitungkan di kancah persepakbolaan ITB.
Tersebutlah seorang senior saya yang bernama lengkap Mochammad
Arief Senja (AS91). Dialah penggerak utama dari semuanya ini. Dia
memiliki keyakinan bahwa jika semua cowok Himastron dikumpulkan
dan dilatih akan tercipta sebuah tim sepakbola yang tangguh. Berangkat
dari keyakinan ini bergeraklah beliau mengumpulkan dan melatih temantemannya. Setelah dikumpulkan ternyata didapati tidak sedikit cowokcowok Himastron yang berbakat dalam olahraga.

Liga ITB dan Amisca Cup


Tahun-tahun 1993 dan 1994 adalah tahun-tahun yang sulit bagi tim
Himastron. Himastron dengan kostum kebanggaan berwarna ungu
(temen-temen masih dapat melihat fotonya berjajar dengan deretan piala
kita) menjadi bulan-bulanan tim lawan.
Pelan namun pasti tim Himastron semakin tangguh. Dengan
kostum baru berwarna biru, tim Himastron memasuki kancah Liga ITB
1995 dan berhasil menjadi seminalis sebelum akhirnya dikalahkan oleh
MTI (kalau tidak salah).

Perjalanan Himastron

Di mata seorang junior seperti saya, inilah kebanggaan riil yang


bisa saya rasakan menjadi seorang Himastroners. Pernah suatu ketika
pertandingan Himastron bentrok dengan jadwal kuliah Astrosika I. Entah
mendapat ide dari mana, ketua angkatan saya membuat sebuah surat yang
ditujukan kepada asisten kuliah saat itu, Bapak Budi Dermawan, bahwa
peserta kuliah Astrosika I tidak dapat menghadiri kuliah karena akan
menonton pertandingan Himastron. Kontan saja Pak Budi Dermawan
marah besar dan pada pertemuan berikutnya beliau ngambek tidak mau
mengajar.
Ada sebuah cerita ketika Himastron harus berhadapan dengan
HMIF di lapangan Sabuga. Teman saya satu angkatan dari HMIF bertanya
kepada saya Himastron mau dikasih berapa nih?. Karena saya yakin
bahwa Himastron akan menang, maka saya jawab Lihat aja nantee!.
Peluit tanda pertandingan ditiup dan dimulailah penderitaan anakanak HMIF. Gol demi gol lahir dari kaki anak-anak Himastron. Babak I
berakhir dengan skor 4 0 untuk Himastron dan saya tersenyum puas
kepada teman saya itu. Penderitaan HMIF tidak berhenti sampai di situ
karena gol demi gol masih menghujani gawang mereka di babak II. Ketika
skor menjadi 5 0 saya melihat panitia sibuk menuliskan angka 5 pada
selembar kertas untuk ditempelkan di papan skor. Rupanya mereka tidak
menyangka bahwa skor hari itu melebihi angka 4. Kesibukan panitia tidak
berhenti sampai di situ karena mereka harus mengulangi pekerjaan yang
sama sampai 3 kali. Ya.. pertandingan hari itu berakhir dengan skor 8 0
untuk Himastron. Sebuah kemenangan terbesar dalam sejarah sepakbola
Himastron. Itulah ganjarannya jika Anda meremehkan Himastron!
Karena jumlah cowok Himastron yang sedikit, maka saya berpikir
bahwa akan tiba saatnya bagi saya mengenakan kostum tim nasional
Himastron. Dan benar saja.. pada kesempatan Amisca Cup tahun 1996
saya sudah diturunkan sebagai starter. Pada pertandingan pertama kami
harus berhadapan dengan MTI, juara liga ITB tahun 1995. Kami menang
dengan skor 1-0 berkat gol penalti yang dicetak oleh Sugiono (AS93)
karena penjaga gawang MTI handsball di daerahnya sendiri. Aneh ya..
penjaga gawang kok bisa handsball. Ya.. dia memegang kembali bola
tendangan gawang yang sudah diperintahkan wasit untuk ditendang.
Dengan kemenangan itu kami pun berhak melangkah ke perempatnal
berhadapan dengan GEA (Gile Cing.. nih undian berat banget!) nalis liga
ITB tahun 1995.

Gabriel I. P. -- HIMASTRON dan Sepakbola

35

Pertandingan dengan GEA adalah pertandingan paling berkesan


yang pernah saya alami bersama timnas Himastron. Bagaimana tidak,
jika melihat reputasi GEA yang seperti itu. Anak-anak GEA berbadan
kekar-kekar dan terkenal kumal dan kasar, maklum anak lapangan.
Satu lagi... suporter GEA tidak pernah bisa menerima jika timnya kalah.
Masih terkenang di benak saya jalannya nal liga ITB 1995 di mana GEA
dikalahkan MTI. Setelah pertandingan usai, suporter GEA mengejar-ngejar
dan memukuli pemain MTI. Hiiiyyy... syerem. Apakah hal itu bakal terjadi
juga pada Himastron?
Karena kesibukan dari masing-masing pihak, pertandingan
perempatnal tersebut ditunda beberapa kali hingga berlangsung hanya
2 hari sebelum pertandingan seminal digelar. Maklum, jika ada satu saja
anggota tim Himastron yang berhalangan hadir karena harus kuliah, maka
Himastron tidak dapat bertanding.
Maju terus pantang mundur, sing penting sehat! Tiada lagi semboyan
yang dapat kami ungkapkan. Karena semua cowok harus memakai kostum
tim nasional, maka tinggallah cewek-cewek Himastron yang menjadi
suporter kami. Inilah aset berharga kami. Namun demikian kami tetap
was-was.. bagaimana jadinya suporter kami ketika kami sedang dipukuli
oleh suporter GEA?
Karena kami sadar bahwa kami adalah pihak yang lemah, maka
tidak ada pilihan strategi bagi kami selain bertahan. Dua kali 35 menit
yang penuh penderitaan karena kami berada dalam tekanan tidak cuma
sik tetapi juga mental. Caci-maki harus kami terima bukan cuma dari
pemain lawan tetapi juga dari para suporternya. Julukan-julukan kebun
binatang keluar dengan begitu lancar dari mulut mereka. Tetapi hawa
sejuk kami peroleh dari para suporter kami karena mereka pun lancar
mengeluarkan julukan-julukan kebun binatang bagi tim lawan (saluuut
dah buat cewek-cewek perkasa Himastron ). Dua kali 35 menit berakhir
dengan skor 0 0 dan kami pun harus menjalani adu penalti. Sampai
penendang ke-5 kedua tim mampu melesakkan bola ke gawang lawan
masing-masing. Penendang ke-6 dari Himastron adalah Nandi Gunarsa
(AS 90) sang penjaga gawang. Nandi berhasil menunaikan tugasnya
dengan baik. Penendang ke-6 dari pihak GEA juga sang penjaga gawang.
Dan dia gagal! Meluncurlah kami ke seminal Eiiit tunggu dulu
apakah drama berikutnya akan terjadi? Ternyata pria-pria GEA adalah
pria-pria gentlemen. Mereka ternyata tidak mengejar-ngejar kami (setelah
pertandingan usai kami langsung berlindung di balik para suporter kami

36

Perjalanan Himastron

:-p). Rupa-rupanya mereka takut terhadap suporter-suporter kami yang


masih terus saja berteriak-teriak mencaci maki mereka. Heheheh... rasain
luh!.
Andai saja kami pemain timnas Indonesia, istirahat 2 hari tentu
sudah cukup bagi kami. Tetapi bilur-bilur luka ini belum sembuh ketika
di seminal kami harus menghadapi HMT (seminalis liga ITB 1995 dan
akhirnya juara turnamen ini) yang sudah istirahat selama 1 minggu. Kaki
ini sudah tidak mau dipaksa lagi untuk berlari. Di lapangan pun kami
merasa ajal kami sudah dekat saking capeknya. Kami pun kalah dengan
skor 2 0. Tetapi kami pulang dengan kepala tegak, karena kami telah
berjuang sampai... hampir mati. Satu hal yang perlu dicatat pada turnamen
Amisca Cup saat itu bahwa kami mencapai seminal dengan semua gol
berasal dari titik penalti :-D.
Itulah prestasi-prestasi yang dicapai oleh footballers Himastron.
Setelah Amisca Cup 1996 Himastron tidak lagi dapat mencapai prestasi
tinggi. Selain mulai ditinggalkan oleh para pemain handalnya juga karena
lawan mulai melakukan perhitungan jika berhadapan dengan kami
sampai akhirnya PS-ITB dan Amisca tidak lagi mampu mengadakan liga
ITB dan Amisca-Cup. Konon kabarnya biaya sewa lapangan Sabuga sangat
mahal.

FMIPA Cup 1997


Rasanya belum puas kalau kami belum bisa menjadi juara. Kami sadar
bahwa untuk menjadi juara di tingkat ITB adalah pekerjaan yang sangat
berat. Jika saja ada satu turnamen tingkat fakultas, rasa-rasanya kami bisa
menjadi juara. Itulah alasan Himastron untuk mengadakan turnamen
sepakbola tingkat fakultas.
Enam tim himpunan di FMIPA kami undang (HIMATIKA, HIMAFI,
HMGF, Amisca, HMF dan Nympheae). Berhubung dana yang terbatas,
kami tidak dapat mengadakan satu kejuaraan dengan sistem kompetisi.
FMIPA Cup berlangsung dengan sistem gugur. Tapi bagaimana ini..
kita khan cuma bertujuh? Akhirnya disepakati untuk mengundang tim
tamu KMSR dengan pertimbangan bahwa mereka adalah satu-satunya
himpunan yang mewakili 1 fakultas. Turnamen ini didukung penuh oleh
kepala UPT Olahraga saat itu: Bapak Suhardja D. Wiramihardja yang
selain jebolan Himastron juga merupakan dosen wali saya :p. Selain

Gabriel I. P. -- HIMASTRON dan Sepakbola

37

menyumbang sejumlah uang, Pak Hardja juga berkenan memberikan


potongan harga sewa lapangan (koneksi nih ye.. :p).
Undian mewajibkan Himastron melakukan pertandingan
pertama melawan HIMAFI dan ternyata Himastron KALAH 2
- 3! Huahahah1000. Inilah peristiwa paling konyol dalam sejarah
persepakbolaan Himastron. Pingin juara tapi malah kalah di pertandingan
pertama! Jika para footballer yang bertanding saat itu dikumpulkan saat
ini dan disuruh mengenang saat-saat itu maka akan tercipta satu koor
tawa (karena sudah tidak sanggup lagi menangis) yang akan berlangsung
selama berjam-jam.
Yah apa boleh buat pada pertandingan-pertandingan
selanjutnya kami hanya bertindak sebagai pencatat papan skor untuk
tim lain (hiks..hiks). Itulah turnamen FMIPA Cup yang pertama dan yang
terakhir sampai saat ini yang duarai oleh KMSR sebuah tim dari fakultas
lain (semakin lengkaplah kekonyolan turnamen ini!).

Tur
Footballers juga mengadakan tur sebab event kejuaraan di dalam ITB
sangat sedikit. Tur-tur ini tidak hanya berlangsung di Bandung saja.
Kami pernah bertanding di Cililin, Cipanas, Kuningan bahkan sampai
Bungbulang sebuah kota kecamatan terpencil di selatan Garut. Khusus
untuk tour ini kami tidak peduli hasilnya. Yang penting bagi kami adalah
sehat dan senang karena selain main bola juga sekalian jalan-jalan.
Pada sebuah tur ke Kuningan, ketika kami sedang dalam perjalanan
ke rumah Safaat Bahrun (AS92, budak Kuningan yang mengundang kami),
kami melihat sebuah mobil pick-up dengan seperangkat sound-system
ditumpangi sekelompok anak muda berkeliling-keliling kota. Di atas
pick-up itu berkibarlah 2 bendera besar. Dengar punya dengar ternyata
mobil tersebut sedang mengumumkan akan adanya sebuah pertandingan
sepakbola akbar. Lihat punya lihat Wheeeladalah! Ternyata salah satu
bendera besar yang berkibar di atas pick-up tersebut adalah bendera
Himastron! Silakan bayangkan bagaimana perasaan kami saat itu!
Saat tur ke Bungbulang, salah satu mobil yang kami tumpangi
mogok di tengah kebun teh di pedalaman Garut. Saat itu lepas magrib dan
listrik ternyata belum masuk desa itu. Suasana begitu gelap, dan langit
begitu cerah. Dasar anak Himastron... kesempatan saat itu tidak kami siasiakan untuk berdiskusi mengenai langit. Barangkali inilah kesempatan

38

Perjalanan Himastron

pertama bagi sebagian besar anak-anak berada di bawah langit cerah jauh
dari pengaruh cahaya kota. Untuk pertama kalinya saya melihat sosok
Bima-Sakti (benar-benar sosok Bima-Sakti, bukan hanya Milky Way!) di
situ.
Jika kami bertanding di pelosok, maka dapat dipastikan 100% bahwa
penonton-penonton wanita akan mendukung kami. Yah.. itulah
kenikmatan lain dari tur-tur ke luar kota.. kami jadi pujaan kaum hawa
di situ. Ketika gawang kami terancam (dan seringkali memang terancam)
maka terdengarlah jeritan-jeritan histeris (yang terdengar sangat mesra di
telinga kami :p) dari mulut mereka. Sesaat kami menjadi seperti selebritis.
Wajar kalau mereka histeris, sebab selain kami ini anak-anak ITB, kulit
kami lebih terawat daripada kulit tim tuan rumah hahahah... Dan bukan
alasan itu pula jika kami selalu kalah besar jika harus bertanding di pelosok
:p. Sesaat kami lupa pada suporter-suporter kami yang ada di Bandung
sebab transportasi yang terbatas membuat kami tidak bisa mengangkut
mereka :p.

Dampak
Ternyata keberhasilan footballers memberikan dampak yang luar biasa
pada cabang olahraga lain. Kekompakan kami di lapangan sepakbola
terbawa juga sampai ke lapangan bola voli. Kami berhasil menjadi nalis
HMS Cup! Kekompakan ini juga menular ke para suporter kami, para
cewek perkasa Himastron. Mereka berhasil meraih juara III kejuaraan
bola voli Kartini Cup. Sesaat mereka boleh berbangga karena piala juara
III Kartini Cup mereka lebih besar daripada piala juara II HMS Cup kami
heheheh...

Bukom Footballers
Footballers mempunyai bukom, yakni bagian belakang bukom resmi
huahahah Di sana kami menulis uraian tentang pertandingan yang
baru saja kami lewati, tentang strategi mendatang, tentang calon lawan
kami, bahkan juga tentang pertandingan-pertandingan yang sama sekali
tidak ada sangkut pautnya dengan footballers. Porsi terbanyak tulisan di
bukom itu adalah tentang Liverpool. Dasar Si Boyke (Boyke Ramdhani,

Gabriel I. P. -- HIMASTRON dan Sepakbola

39

footballers angkatan 94, hooligan Liverpool)! Jika tiba saatnya Piala Eropa
dan Piala Dunia datang (1996 dan 1998), bukom footballers menjadi ajang
caci-maki antara pendukung Jerman vs pendukung Inggris. Sebenarnya
pendukung Jerman cuma satu yaitu Senja, dan pendukung Inggris
cuma satu yaitu Boyke, tapi mereka sanggup menghabiskan berlembarlembar bukom footballers untuk saling mencacimaki. Mengaku sebagai
pendukung mati Jerman dan Inggris, tetapi ketika saling mencacimaki
mereka menggunakan bahasa Sunda! Huh!

Penutup
Kapan kumpul lagi yeuh!
Formasi terbaik yang pernah dimiliki Himastron (seminalis Liga ITB
1995):

Era
AD/ART Himastron ITB
Revisi 2001

43

Perjalanan Himastron

Masa Pengembalian Kepercayaan Diri

Menumbuhkan Kepercayaan
Pada Diri Sendiri
Aldino Adry Baskoro
Ketua Himastron ITB Periode 2001-2002

Gerbang Pembuka
Mendengar kata Himastron mengingatkan saya pada masa-masa awal di
mana saya berusaha menjadi mahasiswa dan manusia. Masa-masa awal
di TPB merupakan Tahap Paling Berat menurut saya karena pada saat
itu saya berada pada kondisi bertransformasi dari bocah yang pendiam
menjadi yang pendiam. Masa-masa kritis ini untungnya dapat terlalui
dengan seringnya berinteraksi dengan lingkungan ITB termasuk dengan
Himastron ITB melalui kaderisasinya. Himastron ITB merupakan salah
satu komponen dalam hidup saya yang membangunkan saya dari
tidurnya. Memang kalau mengandalkan ingatan akan sulit menceritakan
hal-hal yang terjadi saat kepengurusan berada pada masa angkatan
saya (Angkatan 99) berkuasa. Catatan-catatan pribadi penulis tentang
organisasi kecil ini sangat membantu dalam penyusunan manuskrip ini.
Ketertarikan penulis untuk menulis pengalaman-pengalaman di H* dalam
sebuah buku pribadi terilhami dari sebuah buku catatan pribadi yang
ditulis oleh almarhum seorang wartawan, Ahmad Wahib, yang berjudul
Pergolakkan Pemikiran Islam. Yang menarik adalah saat di H* (panggilan
sayang untuk Himastron ITB) inilah saya mulai dikenal sebagai seorang
pujangga kecil karena puisi-puisi saya yang banyak terserak di bukom
H*. Inspirasi dan bahasa jiwa sering mampir ketika saya berkontemplasi
di terowongan angin ini (baca: sekre H*).

Saya masih ingat ketika hearing pemilihan ketua H* dulu, visi dan misi
yang saya kemukakan tidaklah terlalu hebat. Membuat Himastron menjadi
organisasi yang tidak dilecehkan bahkan oleh pengurusnya sendiri.
Menurut saya hal ini penting karena kalau kita tidak mempercayai dan
menghargai diri sendiri sebagai organisasi, kita tidak akan pernah ada
kemauan untuk mengembangkan diri. Dan anehnya, saya yang malah
mendapat durian runtuh itu yaitu mengemban amanat menjadi ketua.
Kepengurusan 2001-2002 sempat molor beberapa bulan dikarenakan
sebelumnya angkatan 99 tidak ada yang maju sebagai calon ketua
sehingga dibentuklah presidium sebagai solusi agar tidak ada vaccum of
power. Salah satu tugas dari presidium adalah membuat AD-ART baru dan
mengesahkannya.
Boleh dikatakan, kepengurusan periode 2001-2002 merupakan uji
coba dari Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Himastron ITB
2001. Kondisi internal diperbaiki dan hubungan dengan lembaga lain
antara lain Departemen Astronomi maupun himpunan lain mulai dalin
kembali. Perbaikan kondisi internal meliputi menyamankan suasana rapat,
memperbaiki sistem pengarsipan, melakukan pembersihan sekretariat
secara teratur, dan meningkatkan kas H*. Dulu, kebanyakan anggota pengurus
H* pada masa itu, ketika mendengar kata rapat, persepsi yang terbayang
di kepala adalah sesuatu yang sangat membosankan karena suasana yang
serius. Rapat-rapat H* kemudian dirombak dengan suasana yang santai
dan serius, terkadang bercanda namun tidak melupakan inti pembahasan.
Pimpinan rapat pada setiap pertemuan di-rolling (bergantian), agar setiap
anggota pengurus merasakan bagaimana nikmatnya menjadi pimpinan
rapat ini. Hal ini juga berlaku apabila H* membuat suatu kegiatan baik itu
syukuran wisuda, pengamatan langit malam, maupun kegiatan lainnya.
Tujuannya sama, agar setiap anggota, khususnya pengurus, merasakan
bagaimana pengalaman menjadi pucuk pimpinan.
Hubungan dengan pihak departemen diperbaiki dengan melakukan
sosialisasi badan kepengurusan di awal masa jabatan. Kepanitian
syukuran wisuda yang diambil alih oleh pengurus menjadi momen
bagi departemen untuk melihat H* baru. Salah seorang dosen pernah
mengatakan kepada saya: Himastron jangan hanya mengurusi urusan
internal saja dong, sudah saatnya keluar! Dan pernyataan ini coba kami
jawab dengan memberanikan diri menerima tawaran dari Pembinaan

Aldino A. B. -- Menumbuhkan Kepercayaan Pada Diri Sendiri

44

Anak Salman ITB untuk melakukan pengamatan langit malam di daerah


Cipatujah, Tasikmalaya, Jawa Barat. Seluruh konsep acara dari plan A
sampai plan AZ, benar-benar dipikirkan secara bersama-sama dan keluar
dari kepala anak-anak H* sendiri. Sebagai catatan, saat itu, kegiatan yang
sifatnya pengabdian masyarakat lebih sering dilakukan oleh Himpunan
Astronomi Amatir Bandung (HAAB) yang notabenenya banyak menyerap
anggota H* sebagai pekerjanya. Hal ini tentu saja kurang baik sehingga
Divisi Ekstern, bersama Ketua H*, pada permulaan tugasnya melakukan
pembicaraan terhadap pentolan HAAB tentang pengaturan pemberdayaan
anggota H* di HAAB dan pemisahan alamat sekretariat.
Media komunikasi H* bertambah dengan mulai di-launching-nya
homepage H* versi 1 yang dapat diakses pada www.as.itb.ac.id/himastron.
Selain itu dalam jagad maya, H* mendapat fasilitas berupa alamat email
yang diperoleh dari departemen dengan alamat himastron@as.itb.
ac.id (tanpa students lho!). Media email ini terbilang efektif karena kita
bisa menjalin hubungan dengan pihak luar termasuk juga memberikan
masukan-masukan kepada masyarakat baik yang ingin menjadi mahasiswa
astronomi maupun yang menanyakan tentang konsep-konsep astronomi.
Di bidang eksternal, hubungan dengan Kabinet KM-ITB boleh
dikatakan kurang karena Ketua H* jarang mampir ke sekretariat kabinet.
Namun, hubungan dengan himpunan departemen lain cukup baik melalui
forum komunikasi antara ketua himpunan departemen (FKHD = Forum
Komunikasi Ketua Himpunan Departemen). Bahkan H* pernah menjadi
koordinator bulanan yaitu bulan Juli 2002 dengan tempat pelaksanaan rapat
di sekretariat H*. Banyak ketua himpunan yang berkomentar positif ketika
melihat sekretariat himpunan kita yang eksotis dan romantis ini. Eksotis
karena letaknya yang paling tinggi sehingga pemandangan ITB dari atas
maupun langit biru dapat terlihat, romantis karena jika kita beruntung,
kita dapat meneropong menggunakan binokular untuk melihat perilaku
burung-burung yang sedang bercengkrama. Hal lainnya adalah H* mulai
melakukan hubungan dengan pihak dari luar negeri yaitu dengan Anglo
Australian Observatory (AAO) via David Malin. H* diberikan secara gratis
beberapa citra astronomi beresolusi tinggi (tepatnya 34 citra) yang dapat
dimanfaatkan bagi pembuatan poster maupun dicetak dalam kertas
foto. Produk ini diperbolehkan dual di Indonesia yang tentunya sangat
bermanfaat bagi H* untuk menambah kasnya. Kerjasama ini dilakukan
dalam bentuk penandatanganan nota kesepahaman antara tiga belah
pihak yaitu Ketua H*, Ketua Departemen Astronomi yaitu oleh Bapak

45

Perjalanan Himastron

Tauq Hidayat, dan David Malin mewakili pihak AAO .


Jika boleh saya katakan masa presidium adalah masa perancangan
dari pondasi, maka masa kepengurusan 2001-2002 adalah masa
perintisan dan peletakkan pondasi. Salah satu perintisan yang pernah
dilakukan adalah Astrofotogra dengan Denny Mandey sebagai motor
penggeraknya. H* mulai mencoba melakukan pengamatan-pengamatan
secara rutin di Observatorium Bosscha dengan target mendapatkan citra
objek-objek langit baik planet, bulan, maupun bintang. Dua buah benda
yang sangat legendaries bagi H* menurut saya adalah Teleskop Takahashi
dan Kamera Digital Sony Cyber Shoot. Teleskop ini sudah seringkali
menemani perjalanan Himastron baik dalam mempopulerkan astronomi
kepada khalayak maupun digunakan untuk pengamatan-pengamatan
intern organisasi. Teleskop ini pulalah yang menjadi idola dan jagoan
pada saat kegiatan astrofotogra diadakan. Penjagaan ketat oleh Bapak
Hakim L. Malasan tentang penggunaan teropong ini mengajarkan kami
bagaimana menghargai alat. Tidak hanya sekedar bisa memakai tetapi
juga harus bisa menjaga dan merawatnya. Tak jarang jantung kami dipacu
dengan cepat manakala sehabis menggunakan teropong ini dan kami telah
merasa mengembalikannya seperti semula, ternyata masih dipanggil oleh
pak Hakim. Sungguh suatu pengalaman yang menarik dan penuh dengan
pelajaran.

Meneropong Masa Depan


Louis Pasteur, penemu antibiotika penicillin, pernah mengatakan
Chance Favours The Prepared Mind, artinya kesempatan berpihak pada
mereka yang siap. Pernyataan ini sangat relevan dan jika kita hubungkan
dengan H*, kita akan melihat di mana pernyataan ini berlaku. Saya akan
mengambil contoh dari salah satu misi H* yaitu mensosialisasikan ilmu
astronomi. Ada yang beranggapan antara kuliah dan kegiatan mahasiswa
keduanya tidak pas. Pernyataan ini tidak sepenuhnya tepat. Di H*,
sosialisasi ilmu astronomi melalui kegiatan-kegiatan pengamatan baik di
Bandung maupun di luar Bandung, dapat dilakukan apabila anggotanya
memiliki kemampuan dasar tentang ilmu-ilmu astronomi. Bayangkan jika
para anggota H* yang masih berkuliah tidak belajar dengan tekun. Ketika
harus menyampaikan ilmu ini ke publik, kita tidak akan bisa bercerita
banyak. Pendalaman materi astronomi di kuliah dapat diaplikasikan di
H*.

Aldino A. B. -- Menumbuhkan Kepercayaan Pada Diri Sendiri

46

Kesempatan untuk bisa mensosialisasikan ilmu ini datangnya bisa


sewaktu-waktu. Berdasarkan pengalaman, institusi berbasis pendidikan
mulai dari SD sampai PT-lah yang sering mengundang H* untuk mengisi
materi astronomi. Tentunya dengan persiapan yang matang dari para
himastroners, kita bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul
dari kesempatan-kesempatan yang datang ini.
Saya akan membagi H* masa depan menjadi dua bagian yaitu dari
sudut ilmiah dan dari sudut popularisasi ilmu astronomi di Indonesia.
Keduanya menurut penulis sangat penting karena sisi ilmiah tidak bisa
kita lepaskan karena kita belajar di sebuah institusi ilmiah bermerk gajah
duduk (baca: ITB)walau kini lambang gajahnya semakin mengecil
sedangkan dari sisi popularisasi astronomi, tidak bisa kita pungkiri bahwa
masyarakat Indonesia masih banyak yang mempertanyakan apa guna
ilmu ini bagi mereka.

Sisi Ilmiah
H* harus berani merutinkan kajian-kajian bertemakan astronomi dengan
pemateri dari anggotanya sendiri, minimal sebulan sekali. Pengamatanpengamatan yang sifatnya riset harus dikembangkan. Kita harus berani
penulis mengistilahkanMenghimastronkan Bosscha dan Mem-Bosschakan Himastron. Kegiatan-kegiatan pengamatan yang sifatnya ilmiah
seharusnya dapat dilaksanakan secara teratur dan berkesinambunan.
Targetnya adalah H* mampu membuat jurnal-jurnal ilmiah yang
dipublikasikan secara internasional. Tak menutup kemungkinan H*
akan diundang ke berbagai negara untuk mempresentasikan hasil
pengamatannya. Kegiatan ini tentu saja sangat didukung oleh pihak
departemen. Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah pengadaan
teropong bintang di H*. Teropong ini sangat berguna apabila ada anggotaanggota H* yang bermalam di sekretariat H*. Apabila cuaca cerah, maka
dengan adanya teropong yang bersemayam di sekre H*, anggota akan
lebih mudah mempraktekkan skill penggunaan alat astronomi pengintip
ini.

Popularisasi keilmuan Astronomi.


Pengalaman penulis ketika nimbrung di sebuah pelatihan tentang Migas
di Hotel Hya Bandung sekitar awal tahun 2005-an menjadikan mimpi

47

Perjalanan Himastron

tersendiri bagi penulis. Training yang dilakukan bersifat eksklusif karena


pesertanya hanya empat orang dengan ruangan ber-AC yang sangat
nyaman. Kedepannya penulis sangat mengharapkan H* bisa melakukan
hal yang serupa. Serupa yang dimaksud tentunya bukan tema tetapi
lebih ke suasananya yang eksklusif. Presentasi yang kita lakukan,
tentunya tentang astronomi, ditujukan bagi masyarakat kelas atas yang
haus akan ilmu pengetahuan. Tentunya mereka akan berani membayar
mahal untuk kegiatan semacam ini. Kesempatan ini semakin terbuka
dengan diadakannya Olimpiade Astronomi Nasional sebagai bagian dari
Olimpiade Sains Nasional. Banyak daerahtermasuk pula daerah-daerah
kaya yang concern pada pendidikanyang memerlukan pelatih bidang
astronomi. Ini peluang bagi kita.
Mungkin ada yang berpendapat: Kok kita jadi doyan duit dan
menjadi eksklusif? Tidak, bukan ini tujuannya. Dari dana-dana besar
yang kita peroleh maka kita dapat melakukan subsidi silang. Artinya
H* bisa melakukan road show, misalnya ke 10 kota besar (atau kurang
banyak?) di Indonesia, saat masa liburan akhir semester genap. Kita bisa
menjangkau ke sekolah-sekolah atau ke institusi-institusi yang kurang
mampu. Dengan demikian fungsi mahasiswa sebagai guardian of knowledge
dapat kita lakukan. Kita turut mencerdaskan bangsa ini dengan ilmu yang
kita punyai. Dengan semakin tersosialisasinya ilmu langit ini diharapkan
masyarakat kita mengentahui posisi penting keilmuan astronomi bagi
kehidupannya yang tentunya tidak hanya berada di tataran praktis saja.
Curiosity atau rasa keingintahuanlah yang menyebabkan manusia bisa
berkembang.

Gerbang Penutup
Walaupun saat ini organisasi mahasiswa di ITB termasuk juga Himastron
ITB sedang mengalami tekanansaya menamakannya NKK/BKK jilid
IIdi mana kaderisasi himpunan dilarang oleh pihak rektorat, saya
mengharapkan kaderisasi Himastron ITB tetap berjalan dengan berstrategi
dan berkomunikasi. Kita mempunyai stakeholder yang besar di masyarakat
walaupun secara power sangat lemah untuk mempengaruhi kebakan
institusi ITB. Tri Dharma Perguruan Tinggi seharusnya dilaksanakan
tidak dengan timpang dalam arti hanya menonjolkan di satu sisi saja. Dan
Himastron ITB mempunyai peran dalam pengabdian pada masyarakat.
Tetaplah berjuang dan tetaplah mengabdi untuk masyarakat.

49

Himastron ITB:
Kecil-Kecil Cabe
Rawit

Achmad Setio Adinugroho


Ketua Himastron Periode 2002-2003

Perjalanan Himpunan Mahasiswa Astronomi (Himastron) ITB memang


unik. Sebagai sebuah organisasi kemahasiswaan yang berusaha bergerak
secara profesional memang dibutuhkan perjuangan yang tidak mudah.
Sebagai sebuah organisasi kemahasiswaan yang non-prot dan tidak
memiliki keterikatan yang sangat erat bagi tiap anggota kepada organisasi
Himastron ITB itu sendiri, tentu saja perjuangan untuk menjadikan
Himastron ITB menjadi sebuah organisasi yang profesional akan tersendatsendat. Namun, beberapa hal penting untuk menuju ke arah sana (baca:
organisasi profesional) sudah mulai terwujudkan. Himastron ITB yang saat
ini sudah memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sendiri
yang telah direvisi sebanyak 3 kali, memiliki atribut-atribut penunjang
kiprah Himastron ITB sebagai sebuah organisasi sampai kepada Janji
Himastron yang harus diucapkan dan merupakan syarat bagi siapa pun
yang ingin masuk ke alam Himastron ITB untuk menjadi anggota.
Sesuai dengan judul yang saya cantumkan di atas, Himastron ITB
adalah sebuah organisasi kecil yang sebenarnya membawa misi yang
penting bagi perkembangan suatu cabang ilmu pengetahuan, yaitu
Astronomi. Meskipun kecil, Himastron juga dinamis (karena itu saya
mengandaikannya dengan pedasnya cabe rawit), apalagi kalau dilihat dari
sejarahnya. Kecil yang saya maksudkan di sini adalah dari segi keanggotaan.

Perjalanan Himastron

Ketika akhir kepengurusan periode 2002-2003, anggota biasa Himastron


berjumlah 52 anggota. Sedangkan anggota kehormatan hiamstron ITB yang
tercatat sekitar 160 anggota. Jumlah ini tergolong kecil jika dibandingkan
dengan organisasi kemahasiswaan lainnya (dalam konteks ini saya hanya
akan membandingkan dengan himpunan mahasiswa di ITB). Namun,
sekali pun begitu, permasalahan yang dihadapi di dalam tubuh Himastron
ITB dapat dikatakan tidak jauh berbeda dengan permasalahan yang ada
di dalam himpunan lain. Malahan kalau boleh saya bilang, lebih rumit
dibandingkan dengan himpunan lain. Sebagai contoh, jika himpunan
lain pada ribut tentang siapakah yang pantas menjadi ketua himpunan
dari calon-calon yang ada, Himastron ITB malah kebingungan bagaimana
caranya supaya calon anggota Himastron mau mendaar sebagai calon
ketua. Contoh lain, tidak seperti himpunan lain yang apabila ada pengurus
yang mangkir dari kerjaannya kondisi kepengurusannya masih stabil, di
dalam Himastron ITB jika ada yang hilang satu pengurus, kepengurusan
tidak dapat terjamin akan stabil. Malahan kalau tidak diusahakan
dipertahankan bisa amburadul!
Dalam kesempatan ini, saya tidak akan berbicara terlalu banyak
tentang apa yang terjadi saat Himastron ITB masih muda, melainkan saya
akan berbicara tentang keadaan Himastron ITB ketika saya memilih untuk
aktif dalam organisasi ini.

Kepengurusan periode 2002-2003


Sebenarnya keadaan/kehidupan Himastron ITB ketika kepengurusan
periode 2002-2003 tidak jauh berbeda dengan keadaan ketika kepengurusan
sebelumnya. Kegiatan-kegiatan yang diadakan juga masih serupa karena
kita ingin mempertahankan hal-hal positif dari kegiatan-kegiatan tersebut.
Lagipula sangat tidak baksana jika kegiatan-kegiatan pada kepengurusan
sebelumnya tidak ada satu pun yang diadopsi atau diteruskan. Kegiatan
seperti home tournament, astrovision, observasi malam, sampai kepada acara
keakraban seperti oleh raga bareng dan bakar-bakar tetap dipertahankan.
Namun, ada juga hal baru yang kita lakukan seperti membuat
penjelasan AD-ART Himastron ITB revisi 2001 pada awal kepengurusan
2002-2003 terbentuk (akan tetapi disahkannya baru setahun kemudian di
dalam Rapat Anggota). Selain itu juga kita mencoba menyempurnakan
homepage Himastron versi 2 (kalau tidak salah), namun homepage ini tidak
sukses dan jujur saja penampilannya sangat tidak memuaskan. Yang jelas

Achmad S. -- Himastron ITB: Kecil-kecil Cabe Rawit

50

berbeda sekali dengan yang sekarang ini (sangat memuaskan) meskipun


yang membuat desainnya adalah orang yang sama yaitu Fikry Maulana
(H* 00).
Buletin satu-satunya yang dimiliki oleh Himastron, yaitu Matahari
Sore dicoba digagas kembali oleh salah satu anggota Himastron yang juga
mantan ketua Himastron periode 2001-2002 yaitu Aldino Adry Baskoro
(H* 99). Beliau juga yang menjadi redakturnya, editornya, sekaligus
layout-ernya. Namun, logo dari matahari sore (sebenarnya karena buletin
ini pernah terbit dahulu kala, maka buletin pada periode ini diberi nama
Matahari Sore Reformasi) dibuat oleh sdri. Maria Umar Masniari (H*
97). Meskipun format yang disajikan masih berupa kertas A4 dengan
format landscape dan di steples namun buletin ini terus bertahan hingga 5
edisi. Kendala yang muncul didalam pembuatan ini masih sangat klasik,
susah mencari teman-teman Himastron yang mau mengisi artikel di dalam
buletin tersebut. Kemudian untuk pendistribusiannya sendiri masih
bersifat internal terutama untuk teman-teman angkatan 2002 yang pada
saat itu masih menjalani proses kaderisasi dan anggota kehormatan. Satusatunya organisasi luar yang kami kirim setiap terbit buletin ini adalah
Kabinet Mahasiswa ITB. Sekedar agar KM tidak melupakan ke-eksist-an
kami himpunan kecil yang berada di lokasi terpencil ini.
Ketika periode ini juga, Himastron berhasil menambah satu unit
lemari 4 tingkat. Kami sempat dibuat repot oleh lemari ini. Bagaimana
tidak, lemari ini ternyata tidak kokoh! Dasar dari tiap tingkat tidak kuat
menahan beratnya buku-buku. Maklumlah, dana yang tersedia juga sangat
terbatas, sehingga lemari yang diperoleh pun sangat pas-pasan. Karena itu
kami harus menjadi tukang kayu untuk merenovasi lemari itu dengan cara
menambah pembatas yang membagi 2 lemari tersebut dan juga berfungsi
untuk menopang masing-masing tingkat. Memang, anggota Himastron
sudah seharusnya dituntut untuk dapat mengerjakan segala sesuatunya
sendiri. Himastron memang kuat-kuat!
Berbicara tentang sistem administrasi di Himastron, dalam periode
ini kami membuat administrasi yang berbeda khususnya dalam soal
pengelolaan dana. Dalam Himastron, dana menjadi suatu hal yang sangat
sensitif (rasanya di mana saja juga begitu ya?!). Himastron tidak memiliki
dana yang berlimpah, karena itu dalam periode ini kami mencoba
membuat suatu kontrol keluar masuknya dana. Untuk dana masuk
masih menggunakan sistem biasa yang dicatat di dalam sebuah buku
yang dipegang oleh bendahara. Namun, untuk dana yang keluar dari

51

Perjalanan Himastron

Himastron kami membuat suatu lembaran acc yang kami sebut lembar
acc. Jika pengurus ingin mengambil dana yang telah dialokasikan harus
menggunakan lembar ini. Tujuan adalah supaya ada bukti bahwa dana
Himastron dikeluarkan untuk siapa dan untuk keperluan apa. Dan tentu
saja jika ada sisa dari dana yang diambil tersebut haruslah dikembalikan
kepada bendahara. Perhitungan sekali ya!
Permasalahan dana memang mendapatkan perhatian yang sangat
intensif dalam kepengurusan ini. Untuk mengontrol dana yang keluarmasuk ini tiap bulannya ketua, sekretaris umum, dan bendahara melakukan
rapat kontrol keuangan. Sehingga APBH (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Himastron) dapat berubah sesuai dengan kondisi Himastron tiap
bulannya.
Himastron boleh berbangga hati ketika berhasil menyelenggarakan
suatu acara terbesar yang pernah diselenggarakan oleh Himastron
ITB. Bagaimana tidak, saya rasa juga memang untuk pertama kalinya
Himastron ITB menutup seluruh lapangan basket dan voli untuk keperluan
acara tersebut (kesan ini saya dapat dari salah satu anggota kehormatan
Himastron ITB).
Sebelumnya ketika penyelenggaraan Space Week (SW) ini masih
berupa ide dari ketua divisi ekstern saat itu yaitu Dewi Pramesti (H*
01) yang akrab dipanggil bona, tidak sedikit anggota Himastron yang
geleng-geleng kepala menyatakan bahwa Himastron tidak mungkin
dapat menyelenggarakan SW. Terlalu berat dan terlalu besar!, kirakira begitulah alasan sederhananya. Tapi toh, setelah kita mengadakan
rapat untuk seluruh anggota biasa Himastron ITB, di mana sdri. bona
mempresentasikan kegiatan ini, kita semua sepakat untuk mengadakan
acara ini. Memang kenyataan yang terjadi anggota Himastron hampir
seluruhnya tewas setelah acara ini berakhir, namun tewas-nya itu
dalam keadaan tersenyum puas!
Jika dilihat dari penyelenggaraan acaranya sendiri dapat dikatakan
cukup sukses. Bagaimana tidak, kas Himastron sendiri bertambah sekitar
10 juta rupiah. Saya rasa pada saat itu untuk pertama kalinya Himastron
menerima tambahan kas dengan jumlah yang sangat besar. Akan tetapi jika
dilihat dari segi acara tampaknya memang persiapannya sangat kurang.
Hal fatal yang terjadi adalah meskipun kita dapat berbangga hati dapat
menutup seluruh lapangan basket dan voli, kehadiran penonton sangat
minim. Bahkan kalau dilihat-lihat sepertinya perbandingan antara panitia
dengan penonton masih lebih banyak panitia.

Achmad S. -- Himastron ITB: Kecil-kecil Cabe Rawit

52

Perkembangan acara besar ini di dalam rumah Himastron


sendiri menunjukkan peningkatan dari segi penyelenggaraan acaranya.
Tahun berikutnya ketika acara ini diselenggarakan kembali untuk yang
kedua kalinya tampak bahwa penyelenggaraan rangkaian acara sudah
lebih matang. Namun, jika dilihat dari segi meraup keuntungan justru
mengalami pemunduran.

DPM Himastron ITB Periode 2003-2004


Dalam kesempatan ini pula saya ingin sedikit menulis tentang kondisi
DPM ketika saya dipilih oleh angkatan untuk menjadi anggota DPM
Himastron ITB.
Misi DPM periode 2003-2004 adalah membuat DPM menjadi salah
satu struktur organisasi Himastron yang terlihat. Maklumlah, selama
ini DPM dianggap tidak ada kerjanya. Memang hal ini disebabkan karena
pengertian kita tentang DPM sendiri adalah sebuah badan pengawas
kepengurusan dengan kata lain juga kerja DPM bersifat pasif. Untuk
menampik imej seperti itu, saya beserta anggota DPM lainnya yaitu
sdr. Aldino (H* 99) mencoba untuk mengembalikan fungsi DPM yang
tidak hanya menjadi pengawas kepengurusan saja. Sebenarnya tugas
dan wewenang DPM sudah tercantum di dalam AD-ART Himastron
ITB. Namun, banyak dari tugas tersebut yang terlupakan. Salah satunya
adalah membuat kebakan bersama dengan pengurus. Melihat hal ini
belum pernah dilakukan, maka kami mencoba untuk memulainya dengan
bersama pengurus dengan cara membuat suatu peraturan pengurus
tentang pelaksanaan Rapat Anggota. Dari peraturan ini, keluarlah suatu
konsep baru penyelenggaraan Rapat Anggota, yaitu adanya Pertemuan
Pra Rapat Anggota yang bertugas membahas segala macam berkenaan
dengan pelaksanaan Rapat Anggota.
Selain itu juga kami melihat Rapat Anggota yang sepertinya tidak
berbeda dengan rapat-rapat Himastron yang lain dan juga terlihat imej
anggota tentang rapat anggota yang tidak menggembirakan. Karena itu
kami berusaha membuat imej Rapat Anggota menjadi rapat khusus yang
berbeda dengan rapat-rapat Himastron yang lain. Kami harus kerja keras
menyebarkan undangan-undangan, mempersiapkan konsep pelaksanaan
acaranya, adanya susunan acara yang jelas, tata tertib RA yang untuk
pertama kalinya disusun per bab, serta sampai kepada penyediaan

53

Perjalanan Himastron

konsumsi yang cukup untuk membuat para anggota nyaman ketika


pelaksanaan rapat anggota berlangsung.
DPM juga berencana untuk membuat suatu kotak yang bertujuan
untuk menampung aspirasi dari para anggota khususnya anggota
kehormatan dan anggota muda. Berkaitan dengan itu pula kami ingin juga
mengeluarkan semacam surat yang isinya mengajak anggota kehormatan
untuk ikut memberikan saran. Namun rencana ini tidak terlaksana karena
setelah ditinjau lebih lanjut ternyata memang DPM sendiri tidak punya
kewenangan untuk aktif mencari masukan dari anggota, melainkan hanya
bersifat pasif saja seperti yang tertera dalam AD-ART Himastron ITB.

Perkembangan Himastron
Dalam kesempatan ini, saya ingin memaparkan bagaimana perkembangan
Himastron dari masa ke masa dilihat dari sudut pandang pengelolaan
dan penyelenggaraan dana Himastron dimulai dari kepengurusan setelah
terjadi peristiwa presidium.
Himastron sepertinya memang belum bisa mandiri dalam soal
pengelolaan dana. Hampir tiap akhir dari kepengurusan dompet kas
Himastron semakin saja tipis. Kita boleh bangga terhadap perkembangan
Himastron menuju organisasi yang kuat dan pro, akan tetapi tidak
dapat dipungkiri bahwa Himastron juga lebih jago menguras ketimbang
menambah dana dalam kas Himastron. Memang, Himastron sendiri
adalah organisasi yang non prot, akan tetapi non prot bukan berarti
organisasi ini tidak dapat menghasilkan dana. Terkadang juga, jika
Himastron mendapatkan suatu proyek (seringnya sih, memberikan materi
astronomi) dana yang masuk ke kas Himastron sebenarnya tidak benarbenar masuk ke dalam kas Himastron. Dana tersebut diberikan kepada
orang-orang yang berjasa dalam proyek tersebut. Saya pikir hal ini sudah
salah besar! Seharusnya, meskipun orang-orang yang berjasa tersebut,
misal hanya 5 orang, tetap saja orang-orang tersebut membawa nama
Himastron. Sehingga dana yang diterima pun seharusnya masuk ke dalam
kas Himastron!
Seharusnya ditekankan juga oleh para anggota Himastron bahwa
menjadi anggota Himastron tidak untuk menjadi kaya! Saya masih ingat
pada waktu ITB berencana mencanangkan semacam sertikat/penilaian
ekstrakurikuler yang dikeluarkan oleh unit dan atau himpunan banyak

Achmad S. -- Himastron ITB: Kecil-kecil Cabe Rawit

54

sekali teman-teman Himastron yang tidak setuju. Berbagai macam alasan


dikeluarkan, salah satunya adalah ada kekhawatiran orang-orang akan
aktif di himpunan dikarenakan ingin mendapatkan sertikat tersebut
(tidak ikhlas lagi). Namun, nyatanya ketika kita mendapatkan proyek
dan hasilnya dibagi-bagi kepada orang yang berjasa tersebut kita malah
bergembira-ria. Kalau begitu apa bedanya dengan sertikat/penilaian
tersebut?
Seharusnya Himastron bisa mengelola dana sedemikian rupa
sehingga anggotanya tidak money oriented. Semangat kerja kalau ada
imbalan. Kalau sudah begini apes sekali Himastron. Kas yang sudah
seharusnya menjadi hak Himastron untuk kesejahteraan seluruh anggota
malah dibagi-bagi untuk sebagian anggota saja!
Sudah saatnya bagi Himastron untuk memikirkan secara serius dari
mana Himastron akan memperoleh dana untuk mengembangkan dirinya.
Sebisa mungkin memang Himastron mendapatkan kucuran dana yang
tetap. Sehingga tinggal dipikirkan pengembangannya organisasinya saja.
Dalam kesempatan yang tinggal sedikit ini pula saya ingin
menggarisbawahi sistem kekuasaan yang berjalan di dalam Himastron
ITB. Berdasarkan AD-ART Himastron ITB revisi 2004, sudah jelas bahwa
struktur organisasi Himastron yang juga menggambarkan struktur
kekuasaan dapat digambarkan sebagai gambar yang berada di sebelah
kiri.

55

Perjalanan Himastron

Akan tetapi kadang kala yang terjadi adalah seperti pada gambar yang
sebelah kanan. Betul sekali, peranan swasta di dalam struktur kekuasaan
Himastron sangatlah kuat! Berbagai kegiatan yang dibuat oleh pengurus,
meskipun dibuat untuk seluruh anggota biasa, namun swasta jarang
sekali hadir di dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Susah sekali memang
mengajak swasta! Dari struktur yang sebelah kanan juga ternyata pada
kenyataannya anggota yang terletak di struktur paling bawah adalah
anggota muda atau anggota biasa yang masih muda. Padahal seharusnya
swasta juga termasuk ke dalam anggota ini.
Himastron ITB memang sebuah organisasi yang unik. Meskipun
kekeluargaan yang terjalin sangatlah kuat namun konik pun sering tidak
terkendali. Meskipun begitu, hal positif yang perlu dicatat dari kekeluargaan
vs konik ini adalah bahwa konik yang terjadi adalah konik di dalam
organisasi dan bukan konik antar individu. Perdebatan sering kali terjadi
di dalam rapat-rapat sampai suasana tidak mengenakkan, namun seusai
rapat kita pun kembali akrab seperti layaknya sebuah keluarga. Benarbenar bisa memisahkan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan
organisasi!

Penutup
Demikian saja yang dapat saya sampaikan seputar organisasi kecil yang juga
pedas-nya minta ampun dan nikmat-nya bikin ketagihan! Sebenarnya
masih banyak yang ingin saya sampaikan tentang kegiatan-kegiatan serta
konsep-konsep baru yang ada selama saya aktif di Himastron. Akan tetapi
space yang diberikan sangatlah terbatas. Mungkin dalam kesempatan lain
tulisan ini akan saya sambung. Terima kasih kepada Himastron dan
VIVAT HIMASTRON ITB!!

57

Surat yang Tidak


Dapat Dikirimkan

Dading H. Nugroho
Sta Divisi Hubungan Antar Anggota (Hutaro) Periode 2001-2002
Bendahara Umum Periode 2002-2003

Kepada
Temanku, Sahabatku, dan Saudaraku
Himastron
Di kehidupan dunia
Bagaimana kabar dirimu dan teman-teman kita di perjalanan dunia ini?
Untuk kesekian kalinya saya menulis surat yang mungkin tidak akan
dapat dikirimkan kepada dirimu, karena saya merasa tulisan ini begitu
dingin dan tidak berirama dan tidak dapat mewakili apa yang seharusnya
dapat saya sampaikan pada saat kita bertemu dan berbicara langsung.
Saya ingin menuliskan rangkaian memori yang ada dalam pikiran dan
perasaan saya.
Rangkaian memori tersebut bermula pada saat pertemuan pertama
kita. Saat itu adalah saat di mana seorang remaja mencoba menempuh
kehidupan yang jauh dari tempat kelahirannya. Saat suasana lingkungan
sedang sangat panas, seseorang mengajak saya untuk menemui sekumpulan
mahasiswa yang sedang duduk dan mengobrol di dekat pohon yang
sangat kita kenal (terima kasih karena sampai sekarang masih bersedia
menemani saya untuk mengagumi pohon tersebut). Setelah mendekat,
saya lihat seorang gadis yang sangat menarik. Saat itulah pertama kali

Perjalanan Himastron

pandangan mata kita bertemu dan senyuman pertamamu kepada saya.


Kesan pertama kali yang hinggap di pikiran saya adalah kekaguman
dan keheranan. Saya belum pernah melihat seorang gadis yang seperti
dirimu. Gadis yang cantik dan menyenangkan jika dipandang. Pesonamu
sepertinya kumpulan dari pesona gadis Jawa, Sunda, Jakarta, Asia Timur,
India, Arab, Kaukasus, dan lain-lain.
Dirimu saat itu memakai baju putih yang sopan, beberapa orang
duduk di sekitarmu memakai jaket berwarna biru. Yang membuat saya
heran adalah banyaknya ikatan yang ada pada tubuhmu. Dari pandangan
saya ikatan-ikatan tersebut sepertinya tidak berpengaruh pada dirimu,
tampak sekali pada pada apa yang ditunjukkan oleh bahasa tubuhmu.
Pertemuan saat itu terasa singkat sekali dan saya harus melanjutkan
perjalanan saya karena waktu tidak mau menunggu, dia terus berjalan
sampai dia akan diperintahkan untuk berhenti. Waktu terus berjalan
sehingga saya harus melanjutkan perjalanan saya meskipun ada bagian diri
saya yang menginginkan saya untuk berhenti lebih lama. Setelah meminta
izin, saya beranjak pergi dan pencipta dirimu dan diri saya menakdirkan
pandangan kita bertemu lagi. Kucoba untuk tersenyum dengan wajar.
Saya berharap ini adalah awal yang baik dari sesuatu yang menakjubkan
di masa mendatang.
Harapan saya ternyata menjadi kenyataan. Beberapa hari kemudian
kita bertemu lagi. Kualitas pertemuan kali ini berbeda dengan pertemuan
sebelumnya (yang saya rasakan pada pertemuan-pertemuan selanjutnya
sampai saat saya menulis surat ini). Saya semakin merasa dekat denganmu
setelah mengetahui informasi mengenai dirimu, terutama karakteristik
dirimu dan cerita hidupmu, namamu saja sepertinya hanya ada satu saja
di dunia. Dirimu mempunyai kepribadian yang menyenangkan, saya lebih
banyak melihat orang yang senang apabila berada di dekatmu daripada
yang merasa sedih. Cerita kehidupanmu dikenang oleh banyak orang dan
diceritakan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan berjalannya
waktu seiring dengan semakin banyaknya pertemuan kita kecantikan
dirimu semakin terlihat dan membuat saya ingin lebih mengenal dirimu.
Kucoba mengumpulkan keberanian untuk bertanya kepadamu
mengenai ikatan itu, Maaf, mungkin kita masih belum mengenal dengan
baik tetapi Saya sangat ingin tahu tentang ikatan warna putih pada
tubuhmu. Dirimu menjawab dengan suara lembut yang menenteramkan
hati dan pikiran saya, Dirimu akan tahu dan paham pada saat yang tepat
nanti, tetapi akan kuobati rasa ingin tahumu. Ikatan ini adalah pengikat

Dading H. N. -- Surat Yang Tidak Dapat Dikirimkan

58

dan penghubung antara Saya dan orang lain yang bersedia menyatu dan
berhubungan dengan Saya.
Ternyata dalam rute perjalanan saya, kita ditakdirkan beberapa kali
bertemu lagi sampai pada pertemuan yang saya anggap sangat spesial
dan sakral. Pada pertemuan tersebut saya dan beberapa teman saya
mengucapkan janji kepadamu. Pada saat mata saya tertutup saya merasa
ada yang mengikatkan sebuah ikatan ke tubuh saya. Dalam kegelapan
malam yang dingin, kuraba-raba ikatan yang sudah terikat. Ikatannya
tidak terlalu keras dan saya tidak mengenali bahan yang digunakan. Yang
kurasakan hanya kalembutan bahan tersebut. Sapaan hangat dan lembut
mentari pagi hadir menggantikan dinginnya malam, sekaligus membantu
saya untuk menjawab rasa ingin tahu saya tentang ikatan tersebut. Warna
ikatan tersebut sangat putih bersih dan tubuh saya tidak merasakan
kehadiran ikatan tersebut. Saya mengawali hari ini dengan senyumanmu
dan perasaan haru dan bahagia yang memenuhi sekitar saya dan temanteman saya yang lain. Saya sangat bersyukur sekali saat itu.
Jalan kita sekarang lebih dekat dan saya merasa ada beban
tambahan lagi yang berasal dari ikatan tersebut. Hal itu sudah merupakan
konsekuensi apabila kita mengambil keputusan untuk memohon dan
menerima sebuah ikatan di tubuh kita. Perjalanan yang kau tempuh
ternyata melibatkan puluhan orang lain. Saya akhirnya dapat mengenal
mereka dan kita bisa berjalan bersama-sama.
Perjalanan yang tidak akan saya lupakan, saya dapat melihat
wajahmu dalam berbagai keadaan. Sinar bahagia tampak memancar dari
wajahmu ketika dirimu menyambut orang-orang yang bersedia untuk
diikat olehmu. Kebahagianmu juga tampak pada aktitas yang kamu
ikuti, mulai dari acara makan bersama (dari makanan kecil atau gorengan
sampai makan kolektif atau ayam bakar), nonton TV bersama, olahraga
bersama, sampai acara seminar yang agak kaku. Meskipun ada kelelahan
yang tampak tetapi langsung dapat ditutupi dengan senyumanmu. Hal
yang paling sering kaulakukan adalah dialog atau berdiskusi dengan
seorang teman saya atau beberapa teman saya dari hal yang bersifat
pribadi sampai hal yang menyangkut orang banyak. Saya masih ingat lari
pagi hari minggu bersama dengan teman-teman yang lain berteriak-teriak
(meskipun saya agak kurang dapat memahami arti sebenarnya pada saat
itu), long march dan camping di sekitar gunung Tangkuban Perahu (apakah
masih ingat pemandangan langit malam pada saat Garden Party 2002?
Pemandangan langit malam terindah yang pernah kita lihat dan apabila

59

Perjalanan Himastron

pencipta alam semesta menginkan saya untuk melihat yang lebih baik lagi
kamu akan saya ajak), atau bertanding olahraga melawan pria-pria HMM,
IMG, GEA, dan lain-lain (sayang kita jarang menang). LKO di beberapa
rumah teman kita (terutama di Cihanjuang karena LKO pertama kali dan
yang melaksanakannya adalah sahabat-sahabatmu yang terbaik pada
zamannya dan pertanyaan wajib dari seorang teman kita Apa rencana
Anda sesudah kuliah?).
Pesonamu dirimu tidak kalah menarik dibanding gadis-gadis
yang lain misalnya HMP Pangriptaloka, HMTL, Nymphea, HMF ArsPreparandi dan lain-lain. Karena masing masing diri kalian memiliki ciri
khas tersendiri sehingga tidak perlu misalkan kalian disandingkan dan
dibandingkan. Tetapi apabila dirimu berkumpul dengan teman-temanmu
yang lain pesona dirimu masih dapat saya rasakan meskipun temantemanmu juga terkenal wah. Belum teman-teman laki-lakimu misalkan
IMG yang wajahnya garang, HMT yang ingin selalu menonjolkan dirinya,
HMS yang sering bermain api, dan masih banyak yang lain. Pada suatu saat
dirimu sendiri yang berkumpul, berdiri berdampingan dengan mereka di
lapangan basket, atau kadang-kadang pada beberapa kesempatan kita
bersama-sama berinteraksi dengan mereka.
Sudah merupakan sesuatu yang lazim di kehidupan bahwa
kebahagiaan akan hidup berdampingan dengan kesedihan. Hal tesebut juga
terjadi pada dirimu. Mendung kesedihan tampak menyelimuti wajahmu
ketika ada teman-teman saya yang juga mempunyai ikatan dengan dirimu
memutuskan untuk pergi. Ada yang pergi dengan tetap mempertahankan
ikatan di tubuhnya dan juga ada yang pergi dengan memutuskan ikatan
tersebut. Selain itu singgungan-singgungan yang terjadi di antara kami
pun dapat mengganggu kebahagiaanmu.
Pada suatu hari, kutemukan dirimu di belakang rumahmu dengan
wajah yang murung. Saya bertanya mengenai apa yang menyebabkan
kegalauan di hatimu. Dirimu menjawab, Sahabat-sahabatku mengatakan
bahwa ada yang salah dengan diriku sehingga Aku tidak boleh melanjutkan
perjalananku dulu, Aku harus diam di sini dulu. Diriku terdiam dan saya
merasa menjadi seseorang yang tidak mengenal dirimu dengan baik (saat
itu mungkin sedikit saya pahami kalau hal itu terjadi, karena kita baru
saja berkenalan dan ikatan itu juga baru saja menempel di tubuhku. Tetapi
kalau itu terjadi pada saat yang seharusnya tidak terjadi, saya tidak dapat
memberikan jawaban selain kesiapan untuk bertanggung jawab).

Dading H. N. -- Surat Yang Tidak Dapat Dikirimkan

60

Bagaikan makhluk hidup yang merasakan hujan pertama kali


sesudah kemarau yang panjang, sebuah senyum yang khas mulai tampak
pada wajahmu dan dirimu berkata, Saya percaya pada sahabat Saya
dan besok pasti Saya sudah dapat melanjutkan perjalanan Saya lagi.
Kegalauan itu tetap masih ada , teringat kepada diri saya ketika merasa
sedih ada yang mengucapkan kata-kata yang menenangkan kepada saya.
Hal yang sama saya lakukan kepadamu, kuucapkan beberapa potong lirik
lagu kepadamu.
.
Hush, lay down your trouble mind
The day has vanished and le us behind
And the wind, whispering so lullabies
Will soothe, so close your weary eyes

Sleep, angels will watch over you


And soon beautiful dreams will come true
Can you feel spirits embracing your soul
So dream while secrets of darkness unfold
.
Kuucapkan pada diri saya dan kepada dirimu bahwa akan
kulakukan hal yang dapat membuatmu tersenyum dan bahagia dan akan
kujauhi hal-hal yang dapat membuatmu sedih. Dirimu pun tersenyum
dan entah mengapa saya tidak dapat menafsirkan arti dari senyummu.
Sampai akhirnya saya sadar akan arti senyummu jauh sesudah hari itu
berlalu. Sekali lagi saya mohon maaf, saya merasa belum dapat menjadi
teman dan sahabat yang baik.
Pada kesempatan lain saya membuat janji untuk bertemu denganmu
dan membicarakan sesuatu yang sangat penting (setidaknya bagi diri
saya). Saat itu musim kemarau akan digantikan oleh musim penghujan.
Saya menceritakan apa yang terjadi pada diri saya beberapa bulan terakhir
dengan penekanan bahwa saya telah melanggar janji yang pernah saya
ucapkan kepada dirimu. Pada saat saya bercerita kulihat dirimu lebih
banyak diam dan pandanganmu yang tajam seakan ingin mengungkapkan
apa yang ada dalam diri saya. Saya mencoba bercerita dari sudut pandang
saya (di mana sudut pandang saya tidak bertentangan dengan aturan
yang ada). Saya mohon maaf karena tidak bisa memegang janji tersebut,

61

Perjalanan Himastron

dan Saya siap untuk menerima apapun konsekuensi dari perbuatan Saya,
kata saya pada dirimu. Tetapi tidak ada reaksi dari dirimu.
Kulihat dirimu hanya diam dan segera saja kesunyian mengisi
ruang yang ada antara kita sementara waktu sepertinya tidak berjalan.
Hal itu semakin membuatku bingung dan khawatir. Beberapa saat
kemudian dirimu berpaling dan kemudian berpamitan. Saya ucapkan
sekali lagi kepada diri saya, Katanya sudah siap menanggung resiko?
Benar saya harus dapat melalui ujian ini. Kulihat ikatan di tubuhku masih
ada tetapi warnanya tidak seputih waktu dulu. Saya menjadi malu jika
bertemu denganmu. Dirimu masih menerima diriku dengan senyuman
dan perilaku hangat meskipun dengan apa yang telah terjadi. Menurutku,
hal itu dapat menimbulkan kemarahan dari dirimu. Oleh karena itu saya
mengurangi frekuensi untuk bertemu denganmu, karena menurut teori
seorang teman kita (teori Iduy), frekuensi bertemu adalah salah satu
faktor utama dalam hubungan dua orang. Sabarlah, tunggulah sampai
Kamu dapat memperbaiki kesalahanmu dan memberikan yang jauh lebih
baik kepada dirinya.
Pengatur kehidupan kita sepertinya memberikan tambahan ujian.
Setelah kualitas hubungan kita yang menurun, dirimu sepertinya malah
semakin bersinar dan kita tidak dapat berbagi kebahagiaan itu. Aktitas
yang kamu ikuti semakin banyak baik dari segi jumlah dan variasinya.
Mengenai kualitas, saya sangat bangga mempunyai sahabat-sahabat yang
hebat dapat menemani perjalananmu. Apalagi kesedihan yang ada (saya
tidak tahu persis hanya informasi dari beberapa sahabat saya yang lain),
saya tidak dapat berada di sampingmu untuk berbagi kesedihan itu.
Sesaat sebelum saya memasuki pintu gerbang yang baru dalam
perjalanan saya, saya mencoba untuk berpamitan dengan lebih baik.
Saya khawatir dalam perjalanan saya selanjutnya tidak akan bertemu lagi
denganmu, sehingga saya mencoba untuk berpamitan dengan lebih baik.
Saya menginginkan suasana yang beda, sehingga saya mengajak kamu
ke bagian yang indah dan netral di antara rumah kita masing masing.
Dengan berjalan saya mencoba untuk mengobrol denganmu meskipun
pertama-tama sepertinya sangat kaku sekali sampai akhirnya suasana
mencair meskipun tidak akan bisa seperti waktu dulu.
Mendekati akhir pembicaraan, saya mengatakan maksud saya
kepadamu, Saya harus melanjutkan perjalanan Saya, dan mungkin
perjalanan Saya sesudah hari ini dapat berdekatan dengan perjalananmu
bahkan bisa bertemu lagi pada suatu tempat di depan sana, atau sebaliknya

Dading H. N. -- Surat Yang Tidak Dapat Dikirimkan

62

jalan yang harus kutempuh akan sangat jauh dengan jalanmu. Saya juga
mohon maaf atas segla kesalahan saya kepadamu. Langkahmu pun
terhenti dan dirimu berkata, Selamat jalan, Saya sudah terbiasa dengan
keadaan seperti ini, Saya mohon kamu tidak akan melupakan Saya dan
Saya sangat mengharapkan doamu supaya Saya terus menjalani kehidupan
Saya selalu berada petunjuk dari pencipta kita semua.
Saya tidak langsung menjawab. Ingatan tentang Kamu tidak akan
hilang dalam memori Saya (mudah-mudahan, sampai saat saya menulis
surat ini saya masih dapat memegang kata-kata saya itu), dirimu pernah
menjadi bagian yang penting dalam kehidupan Saya, begitu banyak yang
sudah saya lalui dan sangat berkesan bagi Saya. Mengenai doa, tanpa
permohonanmu-pun Saya akan berusaha untuk selalu mendoakanmu,
tetapai Saya ingat ada seorang manusia terbaik yang pernah ada di dunia
mengatakan sesuatu pada sahabatnya. Saya tidak hafal persis redaksinya
tetapi intinya adalah apabila ada seorang saudara mendoakan saudaranya
tanpa diketahui oleh saudaranya itu, maka malaikat akan ikut mendoakan
saudaranya itu. Kemungkinan doa malaikat (yang bersih dari dosa)
diterima lebih besar daripada doa Saya (seorang manusia lemah yang
sering berbuat salah)., kata diri saya dalam hati.
Saya menjawab perkataanmu dengan senyuman dan ajakan untuk
pulang ke rumahmu. Saya akhirnya memasuki pintu gerbang yang baru,
dan saya bersyukur ternyata kadang-kadang saya bisa melihatmu di
perjalananmu. Jalur perjalanan saya yang baru masih memungkinkan kita
untuk bertemu dan mengobrol, atau hanya saling memandang dengan
pandangan yang wajar.
Demikian teman, sahabat dan saudara saya Himastron tercinta, saya
berterima kasih atas pertemanannya, persahabatan, dan persaudaraannya.
Saya masih berpikir surat saya ini belum terlalu cukup, kamu layak
mendapatkan lebih dari ini. Semoga pencipta alam semesta dan segala
isinya selalu bersama kita. Amin.

Di bawah panji bendera kami:


mengabdikan astronomi
kepada masyarakat

Hanindyo Kuncarayakti
Ketua Divisi Astronomi Plus 2002-2003
Ketua Divisi Keprofesian, Riset, dan Teknologi Antariksa 2003-2004

Kata astronomi merupakan kata kunci dalam nama Himpunan


Mahasiswa Astronomi ITB. Sejak awal berstatus sebagai mahasiswa
Departemen Astronomi ITB, saya sudah menyadari bahwa H* tidak mainmain dalam bidang tersebut. Saya teringat, pada awal tahun ajaran 20012002, kakak-kakak H* menyelenggarakan sebuah talk show dengan tema
black hole (belakangan baru saya mengenal istilah gaulnya: black show) di
kampus. Saya yang kala itu masih anak bawang pun ikut diberdayakan,
salah satu yang terpatri pada ingatan adalah mengangkut beberapa galon
air cerdas ke sekre di lantai 4! Walaupun saat itu saya tidak dapat
memetik sedikitpun pelajaran astronomis karena intelegensia saya nggak
nyampe ke materi talk show, secara tidak sadar otak saya rupanya mulai
terpicu bahwa kegiatan-kegiatan H* tentu tidak akan jauh berbeda sifatnya
dengan black show tersebut. Pasti akan ngastronomis, lah! Dengan
demikian, di dalam pengaruh alam bawah sadar saya yang sudah mupeng
terhadap hal-hal astronomis, semakin bersemangatlah saya untuk turut
bergabung sebagai anggota H*. Mau ngospek saya dulu? Hayuk ajah!
Jadilah saya dan teman-teman seperjuangan menjalani hari-hari Minggu
kami berlari keliling kampus dengan bernyanyi,

Hanindyo K. -- Dibawah panji bendera kami

64

..
Astro! Astro! Duaribu satu!
Segar ceria dan lucu-lucu!
..
(dengan nada lagu Menanam Jagung, Cangkul! Cangkul! Cangkul yang
dalam! Menanam jagung di kebun kita!)
Singkat kata, saya dan kawan-kawan akhirnya tiba di Ciceunang,
dalam rangkaian acara Garden Party 2002. Kami, angkatan 2001, dengan
kostum TPB power rangers jingga-kuning-pink dan name-tag yang
ukurannya sekian parsec kali sekian parsec, menghadapi saat-saat terakhir
kami sebagai anggota muda H*. Berbagai ujian sik dan mental telah
kami lalui, saat menuju dan berada di lokasi. Malam itu, setelah kenyang
dikerjai dan diomeli (salah satunya Woi! Siapa yang nyuruh tidur?
ketika kami tertidur pulas setibanya di tenda), kami duduk melingkar di
kompleks tenda Peserta. Para Panitia dan Swasta tak tampak, sehingga
kami bebas bercengkerama membicarakan banyak hal. Pembicaraan
beralih topik kepada langit ketika kami menyadari bahwa nun jauh di
atas kami, bersinar ribuan titik cahaya. Bintang-bintang langit malam
bulan April menyinarkan cahayanya dengan bebas di atas Ciceunang
yang gelap gulita. Tak tampak sedikitpun awan menggantung. Ketiadaan
awan, lingkungan yang gelap gulita, dan Jalur Bima Sakti yang ditingkahi
gemerlap bintang-bintang menghadirkan suasana magis pada langit
malam itu. Setelah terkagum-kagum selama beberapa saat, kamipun
berusaha mengenali satu per satu bintang dan rasi yang tampil malam itu.
Alpha-Beta Centauri, Crux, Scorpius, Leo, Virgo, Ursa Major
Langit malam itu merupakan salah satu kenangan indah yang saya
dapatkan dari Ciceunang, di samping ketika melewati saat-saat pertama
dalam ribaan jaket H*. Walaupun (konon) terancam tidak dilantik, kami
akhirnya turun gunung sebagai anggota biasa H* setelah mengucap janji
H* di hadapan Panitia pada pagi harinya.
Tahun pertama terlibat dalam kepengurusan H*, saya langsung
ketiban sampur menjadi ketua divisi. Kala itu divisi tersebut belum bernama,
hanya konteks kerjanya dalam bidang keprofesian. Setelah bingung
mencari inspirasi untuk nama divisi, saya dan rekan staf divisi akhirnya
sepakat dengan nama Divisi Astronomi Plus. Divisi yang mengurusi
astronomi di H* maksudnya? Tentu. Lalu plus itu apa?
Pada awalnya, kata tersebut ditambahkan karena judul Divisi

65

Perjalanan Himastron

Astronomi terdengar terlalu plain. Plus akhirnya ditambahkan, dan


didedikasikan kepada hal-hal lain yang belum diketahui dan berkaitan
dengan kerja Divisi, yang kami rasa baru akan ditemui dalam jalannya
kepengurusan nantinya. Ternyata, penambahan plus ini berbuntut tidak
mengenakkan bagi kami para staf divisi, karena disalahartikan oleh
kawan-kawan H*ers sebagai plus transportasi, plus dokumentasi, plus
titip beli makan, dan plus-plus lainnya.
Walaupun menyandang beban plus yang teramat berat (dalam
pandangan hiperbolik kami), divisi kami berhasil menyelenggarakan
program-program kerja dan kegiatan yang lumayan banyak. Mulai dari
menyuplai informasi astronomi terkini kepada khalayak H* dan ITB,
mengadakan observasi langit malam, hingga ditanggap oleh beberapa
institusi di luar H* untuk memberikan pemahaman maupun pengamatan
astronomi. Terasa sekali oleh saya iklim keastronomian di H*. Diskusidiskusi berbau astronomi sering sekali terdengar, dan saat ituyang
paling membahagiakan sayateleskop melimpah di H* (walaupun
seluruhnya tidak ada yang milik H*). Teleskop-teleskop tersebut dengan
segera menjadi mainan-mainan baru saya, dan dengan karakter masingmasing yang berbeda, setiap teleskop adalah satu buah instrumen yang
unik.
Di samping menggunakan teleskop yang siap siaga di sekre H*,
dalam beberapa kesempatan kami juga meminjam teleskop-teleskop milik
dosen maupun Observatorium Bosscha. Ketersediaan teleskop, menurut
saya, adalah sebuah katalis yang penting bagi perkembangan iklim
astronomis di H*. Mereka membantu H*ers muda yang masih hau
seperti saya dan rekan seangkatan kala itudalam melatih keterampilan,
dan membangkitkan impresi bahwa astronomi adalah suatu hal yang
mengasyikkan. H* menjadi tempat pelarian yang nyaman bagi saya dari
kuliah-kuliah tingkat dua yang didominasi mata kuliah sika dan terasa
tidak astronomis.
Walaupun H* sarat dengan nuansa astronomis, tentu banyak
juga kegiatan non-astronomis yang saya alami waktu itu. Bakar-bakar,
wisudaan, rapat, kaderisasi, hingga ngeband membawakan lagu-lagu indie
moo bersama Goerita Malamyang bernaung di bawah bendera H*.
Kegiatan perayaan World Space Week 2003 yang sempat meminta partisipasi
seluruh anggota aktif H* untuk turut berjungkir-balik, malam umum
bulanan dan peringatan 80 tahun Observatorium Bosscha, serta fenomena
oposisi planet Mars yang menghebohkan masyarakat umum (akibatnya

Hanindyo K. -- Dibawah panji bendera kami

66

beberapa di antara kami harus rela begadang membanting tulang selama


beberapa hari untuk melayani ribuan pengunjung di Bosscha) turut
menambah daar kenangan dari masa itu. Dalam masa itu pula saya
memahami bahwa H*, dan insan-insan astronom muda yang terkandung
di dalamnya, tidak boleh bersikap eksklusif. Astronomi tidak boleh kita
miliki sendiri, tetapi harus disebarkan kepada umum.
Pada masa kepengurusan kedua yang saya alami, lagi-lagi saya
dipercayai untuk memegang divisi yang bersifat keprofesian astronomis.
Karena sudah terlanjur jatuh hati, sayapun menerimanya dengan senang
hati. Tidak ingin kecolongan lagi dengan kata plus, nama divisi akhirnya
berevolusi menjadi serangkaian kata nan mentereng, Divisi Keprofesian,
Riset, dan Teknologi Antariksa.
Pada saat-saat awal kepengurusan ini, saya sebenarnya merasa
sedikit jenuh. Lingkup kerja divisi yang dapat dikatakan mirip dengan
tahun sebelumnya membuat aktivitas di divisi serasa bagai mengulang
kuliah. Walaupun demikian, di antara program-program kerja standar
dan non-standar kami, terdapat sebuah kegiatan yang selalu menjadi
kebanggaan saya pribadi hingga saat ini: ITB Fair 2004.
ITB Fair 2004 adalah sebuah kegiatan yang digagas oleh Kabinet
KM-ITB, dengan tema utama keprofesian di ITB. Sebagai representasi
mahasiswa departemen, HMD-HMD di ITB diminta untuk memamerkan
karya-karya terbaik mereka pada stand-stand yang ditempatkan di (dahulu)
Boulevard. Seminggu sebelum hari-H pameran, diadakan karnaval becak
hias dari masing-masing HMD. Becak-becak tersebut dihias sesuai dengan
ciri khas HMD, dan diarak berkeliling lingkungan sekitar kempus dengan
didampingi massa HMD. Karnaval ini dimaksudkan sebagai sarana
sosialisasi kegiatan ITB Fair kepada masyarakat.
Malam sebelum karnaval, becak yang dipinjamkan oleh Panitia
tiba di dasar labtek III. Para H*ers yang ada di sekre lantai 4 segera turun
dan mulai bekerja menghias becak tersebut. Setelah sibuk menggarap
becak plus sakit perut karena menertawai ide-ide hiasan gila yang sempat
muncul, akhirnya becak kami selesai didandani. Malam itu kami puas
dengan hasil kerja kami: sebuah becak penuh dihiasi balon warna-warni
serta styrofoam berbentuk astronot dan alien! Esok paginya, dengan ceria
kami membawa becak kami yang cantik menuju tempat pemberangkatan di
Boulevard. Beberapa saat kemudian, berangkatlah kami berpawai bersama
rekan-rekan mahasiswa yang lain. Hari itu sangat cerah dan kami sangat
menikmati jalannya karnaval. Sekitar tengah hari, rombongan becak tiba

67

Perjalanan Himastron

kembali di kampus setelah berkeliling Dago dan Gasibu. Setelah peserta


dibubarkan, kami H*ers kembali pulang ke sekre dengan langkah ringan
meskipun tubuh kami lelah, berkat apresiasi Panitia yang begitu berterima
kasih atas antusiasme kami. Dan memang begitulah kenyataannya,
tanpa mengurangi rasa hormat saya terhadap HMD lain, saat karnaval
berlangsung kontingen H* memang berada dalam semangat tinggi, paling
banyak jumlah personelnya dan paling heboh! Tentu saja kami bangga
dapat membuktikan ungkapan, H*, himpunan kecil bermassa besar.
Seminggu kemudian, saat pameran ITBF berlangsung di kampus,
H* kembali unjuk gigi. Berkat pendekatan persuasiflobi-lobi yang agak
maksa maksudnya yang tak kenal lelah kepada Panitia, H* akhirnya
mendapatkan satu tempat tambahan, di samping stand berukuran 3 x 2
meter yang disiapkan oleh panitia. Tempat tambahan tersebut adalah ekskantin Kokesma, dan di dalam ruangan berukuran sekitar 10 x 10 meter
tersebut, kami memamerkan poster multimedia sepanjang 30+ meter, hasil
kerja saat SpaceWeek 2003 yang bagi kami adalah sebuah masterpiece H*.
Meskipun terdengar beberapa ungkapan kecemburuan dari HMD lain
jelas saja, mereka hanya mendapatkan sebuah stand 3 x 2 , kami juga
mendapatkan banyak sekali pujian dan apresiasi dari pengunjung pameran
yang membludak saat itu. Sekali lagi, H*, himpunan dengan jumlah massa
paling sedikit di seantero ITB, mendominasi penyelenggaraan acara.
Tahun keempat saya di ITB, tidak berlalu begitu saja tanpa kegiatankegiatan di H*. Walaupun sudah tidak menjabat sebagai pengurus, dalam
beberapa kesempatan saya masih turut berpartisipasi. Salah satunya
bahkan bertaraf internasional, yakni APRIM 2005 yang diselenggarakan
di Nusa Dua, Bali. Suatu hal yang sangat positif bahwa H* dapat turut
berperan serta di sini.
Suasana kekeluargaan yang erat di H* sejak dulu selalu menjadi
perekat yang kuat. Dalam berkegiatan, hampir tidak tampak perbedaan
angkatan atau pengurus dengan non-pengurus, dan setiap anggota bahumembahu membantu mensukseskan kegiatan H*. Bagi banyak anggotanya,
H* bukan sekedar bangunan kayu yang aneh di puncak labtek III. Bukan
pula sekedar himpunan yang tertinggi (letaknya) di kampus ITB. Tapi ia
adalah rumah kami, tempat kami belajar, menempa diri, dan berkarya.
Tempat kami mulai memberanikan diri menyelami rahasia angkasa
mahaluas.
Dan sebagai konsekuensinya, kamipun bertanggungjawab untuk
menyampaikan rahasia yang telah terkuak, ilmu pengetahuan, kepada

Hanindyo K. -- Dibawah panji bendera kami

68

khalayak ramai. Mencerna keprofesian astronomi menjadi sesuatu yang


dapat diabdikan kepada masyarakat, merupakan cita-cita luhur H* yang
akan selalu membekas pada jiwa setiap anggotanya dari epoch ke epoch .

Himastron, Luar Biasa!


Hanief Trihantoro Wasito
Ketua Divisi Workshop dan Litbang Periode 2003-2004
Sekretaris Umum Periode 2003-2004

Himastron? Waktu pertama kali diminta untuk menulis tentang Himastron


(H*), saya belum terbayang apa yang akan saya tulis. Terutama karena
saya tidak biasa menulis. Tetapi demi kecintaan saya terhadap H*, pikiran
saya yang lain berkata Kenapa tidak...? dengan penuh semangat.
Himastron bisa dibilang adalah organisasi pertama yang saya ikuti
dengan serius. Ya, saya memang pernah ikut organisasi, tapi tidak ada yang
berkesan dan membekas begitu dalam di memori saya. Jadi, ketika tiba di
ITB untuk pertama kalinya, saya belum punya gambaran mengenai apa
yang dilakukan seorang mahasiswa di kampusnya, terutama yang berkaitan
dengan keorganisasian. Dan saat itu H* sudah membantu mahasiswa baru
seperti saya dengan diperkenalkan sebagai wadah mahasiswa astronomi
untuk berorganisasi. Hal ini menjadikan saya tertarik dan ingin tahu lebih
dalam lagi tentang Himastron.
Proses masuk Himastron harus melewati serangkaian kegiatan
dalam Interaksi (ospeknya H*), dan saya tidak ingat pernah mempunyai
motivasi yang begitu tinggi yang membuat saya sangat bersemangat
mengikuti interaksi. Pikiran saya waktu itu masih cenderung negatif
terhadap ospek, maka Interaksi H* saya ikuti dengan biasa-biasa saja.
Ternyata, sistem kaderisasi H* jauh berbeda dengan apa yang pernah saya
dengar dan ketahui selama ini. Di H*, peserta interaksi selalu diperlakukan
sebagaimana seorang manusia biasa. Tidak ada benturan dan kekerasan

Hanief T. W. -- Himastron, Luar Biasa!

70

sik dari panitia maupun nonpanitia alias swasta. Hal ini yang saya suka
dari Himastron, apalagi kalau membandingkannya dengan himpunan
mahasiswa lain di ITB yang kabarnya cukup keras (apalagi swastanya),
maka ospek H* terdengar tidak ada apa-apanya. Namun tentu saja tidak
kalah dari segi pembekalan materinya yang saya nilai cukup membantu
dalam kehidupan nantinya dalam H*. Akhirnya, setelah mengikuti proses
yang panjang dan saat pelantikan yang penuh kontroversi (tidak habis
pikir saya di mana letak kontroversinya), masuklah saya ke dalam dimensi
ruang dan waktu yang berbeda: H*.
Entah mulainya bagaimana, tetapi saya ingat kerjaan saya dan
teman-teman seangkatan di H* untuk pertama kalinya adalah membuat
acara angkatan. Acara yang kami pilih waktu itu adalah Talk Show
Tabrakan Asteroid, Kiamat 2019? yang diselenggarakan di ITB untuk
kalangan internal kampus dan masyarakat umum. Menurut saya, acara
tersebut cukup sukses, walaupun kami yang menjadi panitianya baru
menjadi mahasiswa selama satu tahun, dan di H* masih beberapa bulan
saja. Konon, angkatan 2000 dahulu juga melakukan hal yang sama, proyek
angkatan. Ternyata, hal ini termasuk dalam salah satu bentuk kaderisasi
H* untuk anggota barunya. Dan saya merasa kaderisasi seperti ini cukup
mengena bagi masing-masing individu yang aktif di dalamnya. Saya
menjadi salah satu lulusannya, dan saya bangga untuk itu!
Banyak kegiatan yang diselenggarakan H* selama saya berada di
dalamnya. Dari kegiatan internal H* sendiri, seputar ITB, Bandung, Jawa
Barat, hingga yang berbau internasional. Kegiatan internal sudah semakin
variatif dengan menyentuh berbagai bidang, akademik, sosial, olahraga,
astronomi itu sendiri, dan tidak lupa bagian senang-senang. Semuanya
dilaksanakan dari, oleh, dan untuk kebersamaan anggota, mulai dari
persiapannya, saat acara berlangsung, hingga pasca acara. Acara bakarbakar merupakan salah satu kegiatan senang-senang Himastron. Acara ini
banyak disponsori oleh anggota H* dan diselipkan acara perayaan seperti
ulang tahun dan wisudaan. Acara yang sebenarnya dapat memberikan
kekuatan bagi Himastron karena selalu mengusung tema yang sama,
yaitu kebersamaan.
Kegiatan astronomi belakangan ini sudah lebih menarik minat
masyarakat, ditandai dengan banyaknya Himastron menerima tawaran
kerja sama astrocamp dari berbagai pihak yang mayoritasnya berasal dari
sekolah-sekolah di Bandung. Namun, penyelenggaraan kegiatan-kegiatan
astronomi tersebut masih memiliki satu kekurangan, yaitu inisiatif dari

71

Perjalanan Himastron

pihak H*. Semoga dengan pemahaman dan minat masyarakat terhadap


ilmu astronomi yang semakin meningkat dapat membuat Himastron lebih
aktif lagi dalam menawarkan kerja sama dengan pihak luar dan akhirnya
berimplikasi positif terhadap Himastron dan anggotanya.
Kegiatan besar Himastron dimulai pada bulan Oktober 2003 dengan
nama Space Week 2003 (dan diikuti dengan Space Week 2004 pada Oktober
2004). Kegiatan-kegiatan ini mengikuti perayaan space week internasional
yang diperingati setiap bulan Oktober. Acara ini dipersiapkan selama
lebih dari tiga bulan dengan panitianya adalah seluruh Anggota Biasa.
Benar-benar sebuah acara kolosal untuk ukuran Himastron. Keterlibatan
seluruh anggota sangat terasa dan ikut menggali kreatitas semua orang
hingga SW 2003 menghasilkan salah satu karya besar Himastron: poster
multimedia astronomi sepanjang tidak kurang dari 30 meter! Poster yang
berkisah tentang perjalanan menembus ruang angkasa tersebut sudah
mengisi beberapa acara selain SW 2003 dan juga SW 2004. Dua kata untuk
Himastron, luar biasa! Himastron juga melakukan pembenahan internal,
yaitu perubahan AD dan ART yang diselesaikan bulan Februari 2005.
Hal ini dilakukan karena Himastron memang sedang mencari bentuk
terbaiknya. Semoga apa yang telah dicapai sampai saat ini sudah dan
dapat menjadikan Himastron yang lebih baik lagi.
Untuk pertama kalinya di H*, saya mengikuti proses pergantian
dan pemilihan pimpinan H*, Ketua Himastron (Keton = K*). Metode
pemilihan seorang K* adalah dengan pemilu. Setiap tahun, angkatan
muda menjadi panitia pelaksana pemilu dan kandidat-kandidatnya
berasal dari angkatan-angkatan sebelumnya. Biasanya yang terlibat dalam
pemilu adalah dua angkatan termuda, dan keduanya akan membentuk
kepengurusan bersama K* yang terpilih untuk memegang kendali
jalannya roda kehidupan Himastron ITB selama satu tahun. Perjalanan
H* dalam pergantian Keton (K*) melalui proses pemilu hampir mirip
dari tahun ke tahun, paling tidak selama saya masih di sini, yaitu ada
kasus kontroversialnya. Mulai dari yang disebabkan panitia, kandidat K*,
hingga orang-orang nonpanitia. Kasus-kasus yang pernah terjadi tersebut
sebenarnya menunjukkan bahwa H* memiliki keinginan yang harus
dipenuhi dalam hal pemilu, yaitu banyak yang mengajukan diri sebagai
kandidat.
Setiap setelah seorang K* terpilih, maka saya bertanya-tanya pada
bagian mana saya akan diletakkan oleh K* dalam susunan kepengurusannya.
Sebenarnya, saya tidak mempunyai minat yang menjadikan saya berharap

Hanief T. W. -- Himastron, Luar Biasa!

72

untuk masuk di bidang tertentu, jadi di manapun saya diberi kepercayaan


maka di situ saya akan berusaha sebaik mungkin. Setiap anggota H* akan
menjadi pengurus sebanyak dua kali, yaitu satu kali menjadi angkatan
termuda dalam kepengurusan, satu kali menjadi angkatan tertua. Ketika
menjadi yang termuda berarti akan belajar tentang bagaimana menjadi
pengurus dan mengenai H* itu sendiri, karena baru menjadi anggota
H* selama kurang dari satu tahun. Sedangkan ketika menjadi yang lebih
tua, harus siap membimbing dan menuntun serta menjadi panutan
bagi pengurus angkatan mudanya, agar nantinya mereka siap menjadi
pengurus inti. Karena itu, dalam perjalanannya, tidak semua yang berada
di kepengurusan berpengalaman dalam berorganisasi di H*. Tetapi dengan
saling membantu antar anggota pengurus maupun dengan anggota H*
yang lain, satu periode kepengurusan pasti dapat dilalui relatif lancar
setelah, tentu saja, melewati banyak rintangan yang menghadang.
Kegiatan demi kegiatan saya lalui dalam kepengurusan. Bahkan
saya sempat memimpin panitia acara akhir kaderisasi alias pelantikan,
yang disebut Garden Party. Di sini, kemampuan kepemimpinan saya diuji.
Dengan latar belakang saya pada bidang kaderisasi yang minim, acara GP
saat itu terlaksana dengan cukup baik, karena bukan hanya ketua saja yang
bekerja, melainkan juga didukung oleh elemen kepanitiaan lainnya. Di
lain waktu, berbeda orang lagi yang menjadi ketua, dan saya mendukung
dari belakangnya. Inilah salah satu tradisi yang saya nilai sangat baik
untuk diteruskan di H*. Yaitu membagi-bagi kepada semua anggota
pengurus untuk mencicipi peran sebagai ketua sebuah kepanitiaan. Jadi,
ketika sebuah kepanitiaan dibentuk, maka jabatan ketua panitianya selalu
dirotasi, agar semua orang pernah merasakan suka dukanya menjadi
seorang ketua. Saya suka dengan gaya kaderisasi seperti ini, karena semua
orang jadi mengerti apa yang dirasakan ketika menjadi seorang ketua dan
juga menjadi anggota tim. Singkatnya, pernah memimpin dan dipimpin.
Dan ketika tiba saatnya untuk menjadi, misalnya, (kandidat) Ketua H*,
sudah ada sedikit bekal untuk itu.
Menjalani kehidupan sebagai anggota H* (baik pengurus maupun
bukan) tentu saja pernah mengalami berbagai permasalahan yang muncul
bergantian. Dari permasalahan keorganisasian, hingga yang melibatkan
hati dan emosi. Menurut saya, hubungan antar anggota yang erat karena
jumlahnya tidak terlalu banyak menjadikan H* sebagai organisasi yang
berbasis kekeluargaan. Semua permasalahan yang muncul relatif lebih
mudah diselesaikan. Namun sebaliknya, hal ini dapat mengakibatkan

73

Perjalanan Himastron

resiko konik yang terjadi berkembang terlalu besar karena keakraban


yang sudah terjalin. Seseorang bisa saja memilih untuk keluar dari H*
daripada terus kontak dengan orang lain yang bermasalah dengan dirinya.
Atau ketika seseorang menghukum dirinya sendiri karena merasa telah
melakukan kesalahan terhadap H*, maka dia memilih mengasingkan
diri dari H*. Hal ini tidak baik bagi H* karena keterbatasan sumber daya
manusianya, sehingga ketika satu hilang, ketimpangannya akan sangat
terasa. Bagaimanapun, jika suatu permasalahan dapat diselesaikan,
cara menghadapi masalah dan segala upaya yang dilakukan untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut dapat membuat semua anggota H*
menjadi semakin dewasa.
Satu hal unik lain dari H* adalah buku komunikasi alias bukom.
Buku ini digunakan untuk berkomunikasi antar anggotanya secara tidak
langsung. Banyak hal yang terpahat di dalamnya, dari yang lucu-lucu,
curahan hati, debat dan adu argumentasi, sindir-sindiran ataupun yang
sekedar pemberitahuan dan informasi tentang segala sesuatu. Isi bukom
bahkan memunculkan karya baru berupa grup musik Juwita Malam
(belakangan menjadi Goerita Malam atau Goerilem) yang menyanyikan
lagu-lagu klasik, yang sudah dikenal di kalangan kampus. Menarik bagi
saya ketika masuk H*, menemukan sebuah sarana komunikasi yang begitu
sederhana, namun manfaat dan pengaruhnya begitu besar dalam menjaga
keutuhan H* dan komunikasi antar anggotanya.
Begitulah kira-kira kehidupan yang saya alami selama berada
di H*, suka dan duka selalu ada dan menemani. Bagi saya, H* adalah
rumah kedua tempat tinggal, juga tempat untuk kuliah kehidupan
sebelum terjun langsung di masyarakat. Banyak hal yang saya sukai dari
Himastron. Seperti inilah organisasi yang pernah saya impikan. Tidak
akan pernah lupa bagaimana Himastron memberikan begitu banyak hal
untuk mendewasakan saya. Terima kasih Himastron.
Terakhir, semoga tulisan dan buku ini bermanfaat bagi kita semua
di Himastron, dulu, kini, dan di masa yang akan datang.
VIVAT HIMASTRON !
VIVAT HIMASTRON !
VIVAT HIMASTRON !

Era
AD dan ART Himastron ITB
Revisi 2004

77

Himastron: Dinamika Cluster


Mahasiswa Astronomi
Edwards Tauqurrahman
Ketua Divisi Kaderisasi periode 2004-2005

Perkenalan Pertama
Aku pertama kali mengenal Himastron dari abang yang kuliah di Kimia
ITB. Saat itu pengumuman SPMB baru keluar, dan aku diajakin makan
martabak telor di RM Pondok Kapau, Simpang Dago. Sambil makan
abangku itu cerita-cerita tentang kampus yang sebentar lagi akan resmi
jadi kampusku. Salah satu topik bahasan ya tentang Himpunan, terutama
OS nya.
Pastinya abangku itu ga tau jelas gimana OS di Himastron, dia cuma
ngasih tau kalau di astronomi itu ada himpunan bernama Himastron aja.
Dia cerita tentang OS di Amisca, cerita tentang perlakuan selama OS,
tentang para swasta dan beragam cerita seram lainnya. Tapi ceritanya
itu justru membuat aku bersemangat untuk segera kuliah dan ikut OS.
Aku merasa cukup terbiasa dengan cerita itu, karena waktu SMA pernah
dilatih keras di Pramuka Saka Bhayangkara Polres Agam.
Ikut OSKM, semangat ikutan OS himpunan bertambah. OSKM
nya aja asyik kok, nggak kaya berita di TV atau koran. Apalagi mentor
umum dikelompokku saat itu (ketua HMFT Andri L. Pratamargana)
sangat mendorong untuk beraktivitas di kampus, termasuk himpunan.
Dan ketika ada info dari ketua angkatan 2002 bahwa interaksi Himastron
akan segera dimulai, dengan semangat aku berteriak hidup OS!! sampai
teman-teman 2002 yang lain pada heran.

Perjalanan Himastron

Kemudian hari-hari berlalu. TPB kulewati dengan kuliah yang


diselingi interaksi (sebuah nama yang cantik untuk OS) Himastron,
ikutan Perintis-nya Gamais ITB, dan demonstrasi anti kenaikan BBM
bersama KAMMI Bandung. Kelak, aktivitas di Kammi dan Gamais
perlahan-lahan dikurangi (tapi tidak sampai kutinggalkan) karena aku
lebih memilih prioritas di Himastron dan Kabinet KM ITB.

Saat Berjuang
Masa interaksi diakhiri dengan Garden Party yang asyik plus nyebelin
(karena disuruh muter-muter kebon teh dengan beban berat dipunggung
konon ini gara-gara panitianya nyasar...). Eh, sebenarnya lebih banyak
asyiknya sih. Selain cara penyampaian materi yang lumayan OK dan
nggak membosankan seperti saat interaksi, juga ada banyak kejadian lucu
seperti panitia yang jatuh saat di perjalanan atau panitia yang dibuat panik
karena kami (peserta) ngeyel....
Dan selanjutnya aktivitas di Himastron dimulai. Space Week,
Astrocamp, panitia Pemilu, pemotretan, observasi malam, dan tentunya jadi
bagian dari pengurus di sini selama 2 tahun. Kegiatan pertama yang aku
ikuti adalah bakar-bakar. Sepertinya menyenangkan, tapi karena waktu
itu masih baru, aku belum merasa terbiasa aja dan hanya bisa menikmati
enaknya ayam bakar itu. Bakar-bakar selanjutnya aku sudah enjoy.
Biasalah, kalo kita beraktivitas di sebuah organisasi akan ada banyak
hal yang didapat. Di Himastron, beberapa keahlian bidang astronomi
berkembang seperti teleskop, pemotretan, sampai keahlian-keahlian
teoritis seperti bidang kosmologi dan astrosika. Aku merasakan sekali
hal ini, dan kurasa beberapa teman juga merasakannya. Yah, harus diakui
memang bahwa tidak semua orang merasakan, karena tidak meratanya
kesempatan yang didapat anggota untuk pengembangan keahlian ini. Di
masa depan semoga kesempatan itu bisa lebih merata.
Di bidang lain juga cukup banyak. Aku pernah mendapat kesempatan
mewakili Himastron untuk ikut studi banding KM ITB ke kampus-kampus
di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Tentunya sebuah pengalaman berharga.
Trus, juga pernah ikutan Diklat Aktivis Terpusat KM ITB tahun 2004 dan
2005. Pengalaman ini jelas menambah pengetahuan kemahasiswaan dan
kebangsaan. Di sini juga didapat pelajaran mengenal manusia. Dengan
beragam karakter.

Edwards T. -- Himastron: Dinamika Cluster Mahasiswa Astronomi

78

Atau...pengalaman-pengalaman nggak penting juga banyak. Selama


di Himastron aku lihat beberapa teman yang merasakan jatuh cinta
hahaha....Atau setidaknya merasakan pahitnya dadikan bahan gosip.
Sebagai pengurus, wajar aku memiliki banyak impian, dan ada
diantaranya yang terwujud dan yang tidak. Pertama kali jadi pengurus
mungkin masih banyak belajar dan lebih cenderung mengikuti irama,
tapi beberapa bulan sesudahnya banyak keinginan-keinginan muncul.
Kurangnya keterlibatan Himastron di dunia kemahasiswaan ITB dan
aktivitas keprofesian Himastron yang amatiran sempat membuat
gundah. Wah, nggak boleh begini terus nih.... Kucoba lakukan apa yang
aku bisa seperti memberi laporan hasil studi banding dan DAT, membawa
info kampus dari kabinet KM ITB, mengampanyekan OSKM, mengkritik
divisi eksternal yang tampak melupakan kampus, mengusulkan ide
riset kecil-kecilan, memberi dukungan pada usaha pembuatan karya
ilmiah mahasiswa, diskusi ilmiah santai di sekre dan sebagainya. Apakah
saat ini (saat aku mulai bermetamorfosis menjadi swasta) Himastron
sudah sesuai dengan keinginan-keinginan itu, kurasa masih butuh proses.
Setidaknya sudah terlihat ada kecenderungan ke arah sana.

Retired
Ahh....kadang sempat timbul banyak perasaan sesal karena masih begitu
banyak PR tersisa saat aku harus segera beralih dari pengurus menjadi
swasta. Tapi apalah gunanya, lebih baik biarkanlah generasi-generasi
nanti meneruskan perjuangan ini. Daun yang berguguran akan digantikan
tunas-tunas baru. Sekarang adalah jatah mereka untuk merangkai impianimpian seperti yang pernah kulakukan. Aku dan teman-teman lain
yang sudah bukan berstatus pengurus hanya perlu membantu mereka
merangkai mimpi, kalau diperlukan.
Maka pergilah ketidakpuasan. Pergilah kekecewaan. Enyahlah sakit
hati. Pergilah bersama datangnya rasa bangga dan bahagia saat melihat
penerus-penerus Himastron ini bergerak.
Aku tak mau bilang bahwa apa yang sudah kulakukan di sini sudah
begitu banyak. Aku tahu kalau aku bukanlah apa-apa, dan bisa jadi bahwa
aku bukanlah orang yang dibutuhkan di sini. Yang pernah kulakukan
semoga berasal dari sebuah cita yang murni.
Berbagi Impian

79

Perjalanan Himastron

Himastron masa depan haruslah bisa menjadi himpunannya mahasiswa


astronomi yang berdedikasi tinggi terhadap ilmu yang digeluti. Saat ini
ITB sedang digerakkan kearah perguruan tinggi riset. ITB harus bisa
menghasilkan teknokrat dan ilmuwan kontributif dan berjiwa ilmiah.
Himastron tentu tak boleh ketinggalan.
Kalau aku berpendapat, saat ini anggota Himastron cenderung
bergerak seperti layaknya astronom amatir dan bukan sebagai mahasiswa
astronomi yang notabene akan menjadi seorang astronom profesional.
Himastron hanya mengadakan astrocamp, pengamatan langit malam,
ceramah astronomi dan kegiatan lain yang juga dilakukan oleh Himpunan
Astronom Amatir Jakarta (HAAJ). Himastron belum melakukan
pengamatan ilmiah, telaah ilmiah dan pengolahan data mandiri padahal
ada banyak peluang bagi Himastron untuk melakukan itu.
Memang ada kegiatan pemotretan, tapi sepanjang pengamatanku
masih sangat kurang. Selama aku jadi pengurus anggota tim pemotretan
aktif cuma 4 orang, dan selama itu sama sekali tidak pernah menghasilkan
foto-foto astronomi yang bagus. Aku juga sangat mengkhawatirkan masa
depan tim ini karena tidak ada kader muda (saat ini 2003 dan 2004) yang
benar-benar berminat. Keempat orang anggota tim itu terdiri dari 1 orang
Himastron 2001 yang sekarang jadi pengangguran (sudah tamat kuliah)
dan 3 lainnya adalah Himastron 2002 yang sebentar lagi juga udah pada
tamat.
Balik lagi ke yang tadi, Himastron punya banyak kesempatan untuk
lebih banyak bergerak dibidang keilmuan astronomi. Kegiatan keprofesian
di Himastron hendaknya lebih banyak ditekankan pada kegiatan ilmiah
ketimbang kegiatan yang bersifat pengenalan astronomi untuk umum.
Kegiatan pengabdian masyarakat semacam astrocamp dan pengamatan
umum lebih baik dilaksanakan sebagai kegiatan rutin tambahan saja,
atau sebagai mesin uang karena kegiatan semacam ini memiliki nilai
jual tinggi. Kegiatan keprofesian utama ya, mengerjakan proyek riset
sekalipun kecil-kecilan. Misalnya menyusun sebuah paper (setidaknya
paper tingkat Himastron), melakukan penelaahan terhadap beberapa
jurnal (dilemari buku Himastron ada banyak jurnal tak terbaca tuh), dan
membuat sebuah proposal pengamatan. Observatorium Bosscha harusnya
bisa dimanfaatkan Himastron untuk belajar banyak, bukan sekedar untuk
latihan ceramah saja.
Aku optimis Himastron mampu melakukan sebuah pengamatan

Edwards T. -- Himastron: Dinamika Cluster Mahasiswa Astronomi

80

spektroskopi dan fotometri. Kenapa harus pesimis kalau kita bisa


memanfaatkan observatorium Bosscha dan kita memiliki dosen-dosen
yang siap membantu?
Kegiatan keprofesian seperti ini menurutku lebih baik. Himastron
bisa mengirimkan wakil untuk mengikuti Pimnas, lomba paper dan lomba
penelitian ilmiah mahasiswa dan bahkan tak menutup kemungkinan
Himastron mengirimkan wakil untuk berbicara di plennary sekelas APRIM
(Asian Pacic Regional IAU Meeting). Dan selain itu tentunya kegiatan ini
memberi banyak dukungan ke perkuliahan dan membantu mencetak
alumni yang berdedikasi pada bidang ilmunya.
Selain semua yang diatas itu, sedikit banyak Himastron juga
harus terlibat di kemahasiswaan. Himastron harus bisa menumbuhkan
sense kebangsaan anggotanya dan menyokong semangat pergerakan
mahasiswa. Apa gunanya memiliki dedikasi pada bidang ilmu kalau tak
memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar? Masyarakat hanya
akan berpandangan negatif!
Dan satu lagi, hubungan antar anggota Himastron tingkatin tuh!
Dua tahun jadi pengurus, rasanya hubungan ini sedikit renggang jika
dibandingkan cerita-cerita para fosil alias leluhur Himastron. Seorang
teman pada pertengahan 2005 ini pernah bertanya kenapa banyak orang
yang tampak malas berkegiatan di Himastron, salah satu jawabnya
adalah hubungan yang jelek ini. Awal tahun 2004 juga pernah ada yang
mempermasalahkan kenapa Himastron 2002 hanya sedikit yang aktif, saat
itu kujawab: selain faktor aktitas diluar seperti di unit lain, juga ada yang
bilang merasa dipandang dengan sinis oleh beberapa oknum yang lebih
dulu berada di Himastron. Ya gimana orang bisa enjoy coba?!?!
Kepengurusan terakhir bahkan tidak ada kegiatan yang benarbenar menggugah semangat kekeluargaan! Bakar-bakar, nonton lm,
foto bareng, kopi sore kurasakan hampa karena penekanan pada aspek
kekeluargaannya kecil. Home Tournament juga nggak ada dan Home
Tournament kepengurusan sebelumnya sedikit yang ikutan.

Akhirul Kalam
Ada begitu banyak kenangan. Suka dan duka, senang dan sedih, manis
dan pahit, cinta dan benci, gembira dan kecewa.....
Juga begitu banyak impian. Terlaksana ataupun tidak.

Perjalanan Himastron

81

Hidup adalah dinamika. Hidup dalam sebuah organisasi tak luput


dari dinamika itu. Aku senang telah pernah merasakan hidup di sini walau
cukup banyak hal tak menyenangkan terjadi. Yaanggak perlu disimpan
dihatilah. Namanya juga dunia.
Semoga generasi penerus mampu melanjutkan dinamika ini.
Dan ini sedikit dari Coldplay: The Hardest Part
And the hardest part
Was leing go not taking part
Was the hardest part
And the strangest thing
Was waiting for that bell to ring
It was the strangest start
I could feel it go down
It is sweet I could taste in my mouth
Silver lining the clouds
Oh and I
I wish that I could work it out
Selamat Ulang Tahun....
Vivat Himastron!!!

83

Himastron ITB.
MY SHINING STAR
Kapriasi Neng Rahayu
Ketua Himastron Periode 2005-2006

Salah satu langkah terbesar dalam tahap hidup adalah menentukan


pilihan, yang saya maksudkan di sini adalah menentukan perguruan
tinggi mana yang akan anda pilih dari sekian banyak tawaran, tentu saja
dengan kualitas dan kriteria tertentu. Anda tidak lagi disuguhi orang
tua mengenai pilihan yang akan anda jalani. Dan salah satu langkah
hidup terbesar saya adalah memilih kuliah di siniya..di Astronomi ITB
pada tahun 2003. Hmm.yup, dengan itu semua, saat menginjakkan kaki
pertama kali di Institut berlambangkan gajah duduk ini, saya ingin
merasakan menjadi seorang true student mahasiswa yang sebenarnya
merasakan bagaimana dinamisnya kehidupan kampus.
Saat masih lucu-lucunya dan berada di tingkat TPB (Tahap Paling
Bahagia) , tentu saja saya selaku mahasiswi Astronomi tertarik dengan
kegiatan Himpunan Mahasiswa Astronomi (HIMASTRON) ITB. Apa aja
sih yang dilakukan para astronomers itu?
Dan saya beruntung sekali, di tahun 2003, diadakan Space Week
di bulan Oktober, dan acaranya keren bow!! Mahasiswa/i Astronomi
yang berjumlah minim (dibandingkan Departemen lain di ITB) dapat
menghasilkan sesuatu yang besar. Tidak salah memang suatu pernyataan
; 1 orang anak HIMASTRON (H*) ~ 10 orang anak Elektro.
Sampai juga masa di mana setiap anak baru merasakan bagaimana
nikmatnya kaderisasi yang berupa Ospek Himpunan (atau di H* disebut
interaksi). Membayangkan kata Oshimp, akan terbayang kekerasan,

Perjalanan Himastron

dimarahi, berlari, teriakan dari senior-senior, tugas, dsb. Tetapi yang saya
rasakan di H* (Himastron ITB ed.) berbedaMemanusiakan manusia,
Mengajari tanpa menggurui, dan Bertindak dengan tujuan yang (tidak
hanya) benar (tetapi juga) baik.
Hingga 6 bulan menjalani kaderisasi awal H*, ada banyak kejadian
yang tak kan dapat terulang dan dilupakan. Mulai dari harus membacakan
puisi di depan mahasiswa lain yang sedang melaksanakan Oshimp,
mengerjakan tugas dan menulis esai dengan hati, menjaga kebugaran
(berlari-red), salam ganesha, yel-yel, kebersamaan, kekompakan angkatan,
kedisiplinan, berani mengungkapkan pendapat, presentasi materi
Astronomi, membuka pola pikir mengenai makna kemahasiswaan, Garden
Party, Long March (LM) dan out bond (yang memang benar-benar membuat
tulang keluar), medan LM yang berat (karena hujan) dan harus terus
berjalan dari pagi hingga sore membawa ransel yang beratnya membuat
pundak harus menjalani perawatan pat ekstra danhingga
akhirnya penantian yang ditunggu kunjung tibayuppelantikan sebagai
anggota biasa H* ITB di bawah gemerlapnya sinar bintang dan rasa haru
saat mengucapkan janji HIMASTRON. Tetapi tetap saja perjuangan tidak
berhenti. Welcome to the worldAnda baru saja hadir di dunia. Tetapi
kenangan yang saya dapatkan tidak akan dapat lekang dimakan waktu..
hingga akan menjadi sejarah kepada anak-cucu kelak.
Setiap hal pasti memerlukan proses, hingga saat menjadi pengurus
H* ITB, benar-benar merasakan bahwa saya sedang menjadi salah
satu pengendara sebuah kapal yang akan menentukan keselamatan
dan kenyamanan para penumpang. Menjadi salah satu bagian dari
kepengurusan adalah seperti melebur dalam satu tubuh yang terdiri dari
banyak jiwa dan pemikiran.. harus menyelaraskan antara kepentingan
pribadi dan kepentingan organisasi bersama-sama membangun ilmu
astronomi dan turun membumikannya dari langit kepada makhluk
cerdas yang hidup di salah satu debu alam semesta (Bumi), serta membuka
pola pikir bahwa di luar sana masih terdapat milyaran galaksi selain di
Galaksi Bima Sakti.
Salah satu hal yang membuat saya betah di H* adalah rasa kekerabatan
dan tidak ada istilah senioritas. Semua melebur menjadi satu H*-ers. Ada
kalanya kepengurusan berjalan baik, tapi tentu saja tak dapat luput dari
terjangan ombak dan badai. Dan saat itulah, kekuatan sebagai pengurus
diuji. Tetapi saya yakin, bahwa semakin besar hal berat yang dihadapi
akan semakin menempa diri menjadi kuat.

Kapriasi N. R -- Himastron ITB ... My Shining Star

84

Dalam masa kepengurusan setahun yang saya jalani, saya merasakan


bahwa pengurus bukan hanya harus melaksanakan proker, tentu saja
ada suka-duka, evaluasi (yang harusnya dapat dipelajari ke depannya
agar kesalahan sama tidak terulang dua kali atau berkali-kali) dan juga
team workkarena inti bekerja di organisasi bahwa bukanlah anda dapat
menyelesaikan pekerjaan sendiri dan menyendiri.
Dan salah satu hal yang paling dapat menjadi sorotan adalah
pemilihan ketua Himastron yang notabene (katanya sih) selalu saja
ada hambatan. Dan ternyata saat saya menjadi salah satu kandidat
yang mencalonkan diri menjadi Keton juga masih terdapat rintangan
seperti itu. Intinya adalah bahwa setiap orang pasti memiliki potensi
tersendiri dan unik yang tidak dimiliki orang lain. Harus berani maju saat
yang lainnya mundur, jangan takut dengan proses karena hal itu akan
melatih diri melampaui limit dan bukan pembantaian tetapi mengeksplorasi siapa diri anda sebenarnya.
Himastron dari masa ke masa Terlalu banyak masa yang dapat
dikenang..dari awal berdirinya HIMASTRON ITB hingga saat nanti di
mana generasi muda dan tunas baru selalu bermunculan dan memliki
zamannya sendiri, hingga saat saya sendiri pun hanya dapat mengenang
karena waktu yang telah terlewati.
Dari yang saya ketahui, bahwa tiap zaman kepengurusan
memiliki ciri khas tersendiri dan keunikan masing-masing. Di zaman
yang sempat saya cicipi dan ketahui ada masa perbaikan intern H*,
masa perjuangan H*, masa populernya H*, masa gemilang, masa pasif
dan masa-masa yang lain. Tetapi yang dapat diambil pembelajarannya
adalah bahwa harus melakukan yang terbaik karena Himastron akan
selalu menjadi my shining star. Hidup cuma sekaliJangan mau menjadi
orang biasa? Kenapa tidak!

Himastron 2020
Alma Nuradnan Pramudita
Sekretaris Umum Periode 2005-2006

Himastron, sejak berdirinya pada tahun 1965 hingga sekarang, telah


mengalami berbagai perubahan. Faktor pemicunya beragam, baik dari
dalam Himastron maupun dari luar. Akan sangat menarik tentunya
membayangkan bagaimana Himastron di masa depan.

Himastron: Kilas Balik


Akan sangat baik jika cerita sepak terjang Himastron dimulai dari sejak
berdirinya. Sayang sekali, rujukan tentang hal tersebut belum didapat. Jadi,
walaupun ada yang dirasa kurang, cerita ini akan dimulai dari Himastron
saat ini. Um, lebih tepatnya, Himastron sejak dua tahun terakhir.

Tahun 2003
Himastron merupakan organisasi mahasiswa berbasis keprofesian. Sejak
awal memang keprofesianlah yang melatari didirikannya organisasi ini.
Berkenaan dengan itu, berbagai program telah dilaksanakan. Program yang
paling menyita tenaga para anggota Himastron saat itu yaitu SpaceWeek
2003: October Sky. Ini merupakan sesuatu yang luar biasa. Bagaimana
tidak, Himastronlah satu-satunya penyelenggara kegiatan tersebut yang
merupakan organisasi mahasiswa. Merupakan sebuah kehormatan besar
bagi Himastron dipercaya mengadakan SpaceWeek.
Satu hal yang akan sulit dilupakan para anggota Himastron yaitu

Alma N. P -- Himastron 2020

86

bahwa mereka mengemban misi memasyarakatkan astronomi. Memang


bangga rasanya menjadi satu-satunya himpunan mahasiswa astronomi
di Asia Tenggara. Namun, di lain pihak, hal tersebut mengindikasikan
bahwa belum banyak yang mau belajar astronomi. Tidak mengherankan
Himastron pasti mempunyai program yang tujuannya memasyarakatkan
astronomi. Selain SpaceWeek, ada juga Observasi Malam, seminar,
AstroCamp, dan sebagainya, yang diadakan secara berkala.

Tahun 2004
Satu hal yang unik dari organisasi mahasiswa yaitu singkatnya masa
kepengurusan, dibandingkan dengan organisasi lain. Bagaimana tidak, tiap
tahun, umumnya, terjadi pergantian ketua. Hal ini merupakan tantangan
bagi organisasi mahasiswa. Mereka dituntut untuk menjalankan programprogramnya dalam rentang waktu setahun.
Berbagai program rutin dalankan. Kembali, SpaceWeek diadakan
oleh Himastron pada tahun ini, walaupun dalam skala yang lebih kecil.
Ada hal yang menggembirakan. Diam-diam, Indonesia mampu
meraih prestasi luar biasa di ajang olimpiade astronomi internasional.
Wah, ada apa ini? Bidang kajian yang tidak lazim mampu membawa nama
Indonesia. Didukung salah satunya oleh hal ini, ramai khalayak mulai
melirik astronomi.
Himastron tidak sendirian. Masih banyak organisasi atau instansi
lain di sekitarnya. Himpunan mahasiswa lain bertebaran di sekelilingnya,
begitu juga unit kegiatan mahasiswa. Ada juga sekolah-sekolah atau
lembaga pendidikan lain di luar kampus ITB. Dan tak lupa, yang paling
dekat dengan Himastron, Departemen Astronomi ITB.
Manis sekali hubungan antara Himastron dengan Departemen
Astronomi ITB. Entah apakah hubungan manis ini sudah terjalin sejak
dulu atau belum, yang pasti sejak beberapa tahun terakhir, nampaknya
hubungan mereka berdua harmonis. Ini merupakan salah satu kenikmatan
bagi Himastron. Saat segelintir departemen bersikap menekan terhadap
himpunan mahasiswa, Departemen Astronomi ITB malah bersikap
baik. Ini merupakan sesuatu yang berat, karena menuntut Himastron
untuk senantiasa bertindak profesional serta menjaga kepercayaan dari
Departemen Astronomi ITB. Amanah yang berat, namun mengasyikkan.
Dunia kemahasiswaan dalam kampus mulai memanas. Muncul

87

Perjalanan Himastron

pertanyaan mengenai perlunya lembaga kemahasiswaan terpusat.


Himastron, di akhir masa kepengurusan Badan Pengurus periode 20032004, ikut turun membicarakan masalah ini.

Tahun 2005
Ketua Himastron baru, setelah sedikit masalah dalam mekanisme
pemilihannya, telah diangkat. Kepengurusan baru sudah dibentuk.
Kembali, berbagai program rutin kembali dalankan. Namun, ada yang
berbeda kali ini, karena SpaceWeek tidak diadakan oleh pengurus.
Masa kepengurusannya direncanakan lebih pendek daripada masa
kepengurusan periode sebelumnya.
Yang kentara sekali pada periode ini yaitu program pemasyarakatan
astronomi. Hingga pertengahan masa kepengurusan saja, beberapa kota
telah dikunjungi. Yang mengundang mulai dari sekolah hingga perusahaan
kelas atas. Wah, lagi-lagi memang berat, tapi mengasyikkan.
Tahun ini, ada program lima-tahunan yang luar biasa. Di Bali,
diadakan Asian-Pacic Regional IAU Meeting 2005. Walaupun pada
awalnya terdapat kebingungan mengenai partisipasi Himastron, akhirnya
lega juga, Himastron jadi berangkat. Dan meskipun dengan berbagai
masalah internal, Himastron mendapat ucapan terima kasih dari panitia
atas bantuan kerjasamanya. Wah, senang sekali. Hal ini sekaligus
mempererat hubungan Himastron dengan komunitas astronomi lain,
terutama Departemen Astronomi ITB. Sekaligus, peluang kerjasama yang
lebih intensif dalam skala global mulai nampak.
Ada sebuah pengalaman menarik dari APRIM 2005. Di acara
tersebut, berdatangan berbagai orang dari berbagai negara dan kalangan,
termasuk pelajar. Menakjubkan, pada tingkat sekolah menengah, siswa
mancanegara sudah mengadakan riset ilmiah. Belum seberapa memang,
namun cukup menggelitik. Saat mereka telah melakukan riset, Himastron
masih berkutat dengan urusan pemasyarakatan astronomi populer.
Memang, kondisi astronomi di Indonesia belum seperti yang diharapkan.
Namun, setidaknya mulai muncul pemikiran baru bahwa Himastron
pun harus memiliki program riset ilmiah. Masa kalah dari siswa sekolah
menengah.
Dunia kemahasiswaan kembali bergejolak. Seiring dengan dimulainya
masa tugas rektor yang baru, banyak kebakan dirasa memberatkan
mahasiswa, terutama himpunan mahasiswa departemen. Peran lembaga

Alma N. P -- Himastron 2020

88

kemahasiswaan terpusat kembali dikritisi, hingga akhirnya Kongres KMITB menyelenggarakan Lokakarya Kemahasiswaan. Berbagai elemen
kampus duduk bersama, lengkap dengan ego dan kepentingan masingmasing elemen kampus. Merupakan masalah yang pelik hal ini. Belum
usai masalah ini, masalah kasus drop out kembali mencuat. Hm, benarbenar tahun yang panas, namun mengasyikkan juga.
Ada beberapa hal baik dari adanya hujan masalah ini. Berbagai
forum diskusi yang melibatkan berbagai elemen kampus mulai dilakukan.
Berbagai kalangan duduk bersama. Arogansi himpunan, yang memang
kentara sekali di ITB, mulai berkurang. Di Himastron sendiri, timbul
kesadaran bahwa ada yang terlupakan. Di tengah maraknya aktivitas
keprofesian, seolah-olah tetangga-tetangga sekampus terlupakan, selain
Departemen Astronomi ITB tentu. Himastron segera ikut dalam berbagai
forum kampus dan kegiatan yang diadakan Kabinet KM-ITB. Bahkan,
dari beberapa obrolan, mulai tercetus ide untuk menyelenggarakan acara
keprofesian bersama himpunan mahasiswa departemen lain. Hal ini
merupakan tantangan lain bagi Himastron.

Himastron di Tahun 2020


Kecenderungan Global dan Nasional
Menuju tahun 2020, berbagai hal terjadi di Bumi, mulai dari isu terorisme,
demokrasi, ekonomi, dan sebagainya. Himastron, yang notabene
merupakan kumpulan manusia Bumi, tentu tak luput dari pengaruh
berbagai peristiwa di dunia.
Dominasi dunia saat ini ada di tangan negara Amerika Serikat. Tak
dapat dipungkiri, kekuatan mereka memang luar biasa. Militer, ekonomi,
kekuatan diplomasi, ada di tangan mereka. Namun, kekuasaan meraka
berdiri di atas penjajahan berbagai negara di Dunia Ketiga. Seiring dengan
aktivitas anti-terorisme, sentimen anti Amerika mulai merebak. Beberapa
negara, baik yang sudah lama berdiri maupun yang masih belia, mulai
mengambil posisinya.
Berbagai kebakan lembaga moneter internasional tidak
menyelesaikan masalah. Berbagai masalah baru malah terjadi. Mulai
muncul keraguan terhadap sistem ekonomi yang disarankan oleh negaranegara Barat.
Pemerintah mulai menjual aset negara yang berupa badan usaha.

89

Perjalanan Himastron

Harga BBM mulai dilepaskan mengikuti harga pasar internasional. Hal ini
berimbas pada naiknya harga-harga produk lain.
Ancaman disintegrasi menguat. Rasa nasionalisme dan patriotisme
muncul kembali sebagai pengikat antarindividu. Padahal, di belahan
Bumi lain, Barat mulai meninggalkan nasionalisme, ide lama yang mereka
cetuskan. Uni Eropa terbentuk. Mata uang Euro beredar. Entah mengapa
Dunia Ketiga justru meminatinya.
Hm, undang-undang yang mengatur hak cipta telah disahkan.
Kontrol mulai dilakukan terhadap peredaran banyak produk. Anehnya,
masih bertebaran barang-barang bajakan yang oleh undang-undang
dinyatakan sebagai barang ilegal.
Di sisi lain, sains mencapai kemajuan. Beruntunglah manusia
dengan ditemukannya relativitas, ketidakpastian, dan mekanika kuantum.
Penemuan bidang-bidang mutakhir ini seolah-olah senantiasa memberi
hal baru di ilmu kealaman. Di sisi lain, dunia astronomi digembirakan
dengan dikirimnya berbagai wahana penjelajah.

Tahun 2020
Berbagai potensi dimiliki Himastron. Hubungan dengan pihak luar telah
terjalin. Jika Himastron mampu mempertahankan dan meningkatkan
hubungan ini, keuntungan akan diperoleh. Di masa depan akan sangat
lazim bagi anggota Himastron untuk bertukar informasi dengan rekan dari
belahan Bumi lain, atau bahkan dengan awak misi luar angkasa. Dengan
kecenderungan perkembangan sains dan teknologi seperti sekarang,
nampaknya hal tersebut sangat mungkin. Untuk melancarkan hubungan
ini, tahun 2020, Himastron harus sudah mempunyai fasilitas riset dan
komunikasi mutakhir.
Himastron merupakan organisasi keprofesian. Astronomilah ruang
geraknya. Selama ini, tercitra bahwa kegiatan keprofesian Himastron
utamanya pada pemasyarakatan astronomi. Baik memang, namun
kasihan anggotanya. Rasanya perlu bagi Himastron untuk segera memberi
perhatian khusus pada aktivitas riset. Di masa depan, tahun 2020,
Himastron harus sudah dapat menyumbang karya dalam jurnal ilmiah.
Bagaimana ya sikap rektorat terhadap aktivitas mahasiswa kelak?
Salah satu yang disorot yaitu apa yang mahasiswa sebut kaderisasi.
Namun, pada dasarnya OSPEKlah yang mereka maksud. Himastron
harus berbenah. Kaderisasi bukan hanya OSPEK. Minim sekali kegiatan

Alma N. P -- Himastron 2020

90

pelatihan bagi anggota selama ini. Tahun 2020, Himastron harus sudah
secara aktif mengadakan berbagai-bagai pelatihan bagi anggotanya.
Kasihan mereka jika hanya berkutat pada pemasyarakatan astronomi.
Bagaimana dengan dinamika politik dan ekonomi? AFTA,
rencananya, dalankan tahun 2020. Hm, rasa-rasanya, dunia astronomi
tidak akan terlalu terpengaruh oleh hal-hal macam ini. Sejak awal,
sedikitnya orang yang berkecimpung di astronomi telah mengeratkan
hubungan global komunitas astronomi. Lagipula, sekali lagi perlu
diperhatikan bahwa Himastron merupakan organisasi keprofesian, bukan
sosial, ekonomi, apalagi politik. Lisensi, hak cipta, perdagangan bebas,
tidak terlalu berdampak pada Himastron. Perkembangan teknologi
informasilah yang berdampak besar. Di lain pihak, perdagangan bebas,
AFTA, lisensi, demokrasi, dan berjibun turunan lain dari Kapitalisme,
tidak akan bertahan lama di Bumi.
Omong-omong, bagaimana ya kelak minat masyarakat terhadap
astronomi? Wah, tidak mudah meramalkan hal ini. Banyak kajian lain
selain astronomi. Masing-masing telah mengambil peran praktis dalam
kehidupan. Tidak demikian halnya dengan astronomi modern. Tidak
ada terapan praktis astronomi modern dalam keseharian. Astronom
modern merupakan orang-orang yang semata-mata ingin tahu tentang
dunianya. Justru astronomilah yang membutuhkan sokongan bidang ilmu
lain. Mungkin di sinilah keunikan astronomi. Dia memberi sumbangan
minim pada kehidupan praktis, namun memaksa bidang ilmu lain
mengembangkan diri untuk mengejar tuntutan yang dibutuhkan di
astronomi. Boleh jadi inilah salah satu sebab minimnya astronom di
Indonesia. Tidak masalah hal ini, karena kajian astronomi melibatkan
komunitas astronomi dalam skala global. Tidak ada sekat negara dalam
belajar astronomi. Jadi, sulit untuk meramalkan minat masyarakat belajar
astronomi di tahun 2020.
Yah, semoga kehidupan yang lebih baik segera terwujud di Bumi, paling
lambat tahun 2020.

Ketua Himastron ITB


(sejak 1965 hingga 2005)

Periode
?

Ketua
Darsa Sukartadiredja

1971 - ?

Djoni N. Dawanas

? - 1976

Suryadi Siregar

1976 - 1977

Moedji Raharto

Ninok Leksono Darmawan

Riyanto Gozali

1982 - 1983

Erna Wilda (almarhum)

1983 - 1984

Hakim L. Malasan

1984 - 1985

Hakim L. Malasan / Gregorius Hadiyanto

1985 - 1986

Gregorius Hadiyanto

1986 - 1987

Atman Poerwokoesoemo

1987 - 1988

Andonala Taher

1988 - 1989

Iman Santosa

1989 - 1990

Jasinta Dini Maria Dewi

1990 - 1991

Miranda Dewayani

1991 - 1992

April Imam Santoso

1992 - 1993

Agus Rishada

1993 - 1994

Achmad Saefulhajat

1994 - 1995

Yasir Arafat

1995 - 1996

Tauq

1996 - 1997

Dian Vita Ellyati

1997 - 1998

Nur Hasan Murtiaji

1998 -1999

Rivan Syamsurizal Biya / R. Kusumah Dahlan

1999 - 2000

Faizal Riza

2000 - 2001

Adjie Wibowo

2001

Presidium :
Maria Masniari
Muchamad Zaid Wahyudi
Rukman Nugraha

Periode

Ketua

2001 - 2002

Aldino Adry Baskoro

2002 - 2003

Achmad Setio Adinugroho

2003 - 2004

Muhammad Yusuf

2004 - 2005

Anton William

2005 - 2006

Kapriasi Neng Rahayu

Prestasi Yang Pernah Diraih

Tahun

Prestasi

Nama Kegiatan

Penyelenggara

1985

Juara I

SEF ITB

1988

Juara II

1988

Juara I
Putri

1989

Juara I
Putri

1990

Juara I
Putri

1995

Juara IV

1995
1996

Juara II
putra
Juara III

The 8th English


Quiz Contest
The 9th English
Quiz Contest
Kejuaraan Bola
Basket Ganesha
Cup
Kejuaraan Bola
Basket Ganesha
Cup
Kejuaraan Bola
Basket Ganesha
Cup
Kompetisi Liga
Sepakbola antar
Himpunan se-ITB
VIII
HMS Cup

1998

Juara III

Turnamen Bola
Voli Putra antar
Himpunan se-ITB
Kartini Cup

SEF ITB
UBG ITB
UBG ITB
UBG ITB
???

HMS ITB
HMS ITB
UBV ITB

Tahun

Prestasi

Nama Kegiatan

Penyelenggara

2001

Juara IV

Lomba Kebersihan
antar Himpunan/
Unit se-ITB
Peringatan Hari
Bumi

Himabio ITB
Nhymphaea

2002

Juara I
Divisi B
Putra

Turamen Ganesha
Baskeball Season

UBG ITB

Lembar Aspirasi
Dalam kesempatan ini kami juga ingin memberikan kesempatan
untuk rekan-rekan anggota Himastron ITB untuk dapat memberikan
masukan, kritik, ataupun saran baik terhadap buku ini maupun
terhadap Himastron ITB. Demi Himastron ITB yang lebih Baik!

Nama:
_______________________

E-mail:
_______________________

Angkatan:
_______________________

Alamat:
_______________________

Telp/HP:

_______________________

_______________________

_______________________

Masukan, Kritik, Saran


_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________

Perjalanan Himastron

_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
_____________________________________________________
Kirimkan Ke:
Sekretariat Himastron ITB
Jl Ganesha 10 Labtek III Lt. 4
Institut Teknologi Bandung 40132

Perjalanan Himastron
Sekretariat Himastron telah beberapa kali berpindah tempat. Pada awalnya bertempat di Kantor Mahasiswa di Obs. Bosscha, Lembang sampai
yang sekarang berdiri kokoh di lantai 4, Labtek III kampus ITB. Namun
ada yang tidak berubah. Papan nama Himastron dan rak buku ternyata
selalu setia menemani. Berbagai dialektika, romantika, suka-duka, perdebatan, pertemanan, dan aktivitas rutin organisasi seperti rapat-rapat mewarnai roda kehidupan di sekretariat ini. Dan bangunan ini menjadi saksi
bagaimana semangat diestafetkan dari generasi ke generasi...

Garden Party
Prosesi pelantikan calon anggota
Himastron merupakan sesuatu
yang dinantikan oleh para peserta.
Prosesi yang dinamakan sebagai
Garden Party ini diharapkan tidak
hanya sebatas pesta kebun saja
tetapi juga merupakan awal bagi
para anggota baru untuk berkiprah
di dalam wadah Himastron ITB
dengan memegang teguh Janji
Himastron.

Perjalanan Himastron

Perjalanan Himastron

Spaceweek 2003

merupakan kegiatan
besar yang berhasil
dilakukan oleh
Himastron. Rangkaian
acara yang dilakukan
antara lain: AstroFair,
Pameran, TalkShow,
RocketShow, Nonton
FIlm, Pengamatan
Matahari dan Langit
Malam.
Talk Show, Tabrakan
Asteroid, Kiamat
2019?
BSC-A ITB,
Oktober 2002

Himastron ITB juga berpartisipasi


dalam penyelenggaraan acara
internasional, the 9th Asian Pasic Regional IAU Meeting 2005,
yang diadakan di Bali. Selain itu,
workshop pengenalan astronomi
juga dilakukan di beberapa SMU
di Bali bekerjasama dengan Planetarium Jakarta, Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ),
dan Departemen Astronomi ITB.

Observasi Matahari
Bagaskara atau Matahari
adalah bintang terdekat
dari Bumi kita. Pengamatan
Matahari dengan
menggunakan teleskop
ber-lter menjadi hal yang
menarik untuk dilakukan,
terutama untuk mengamati
keberadaan sunspot.
Berbagai observasi Matahari
dari berbagai masa telah
dilakukan antara lain di
SMU Al Muttaqien, SMU 4
Denpasar, Jam Matahari di
Kota Baru Parahyangan, dan
tempat-tempat lainnya.

Perjalanan Himastron

Pengamatan Langit Malam

Astronomi identik dengan bendabenda langit malam. Sebagai


calon astronom muda tentunya
pengamatan langit malam atau
dikenal juga dengan observasi
malam menjadi kegiatan yang
lazim dilakukan para awak kapal
Himastron. Selain untuk mengasah
kemampuan menggunakan alat
pengintip
sebangsa
teropong
bintang, pengamatan tanpa alat
alias dengan menggunakan mata
telanjang pun tak lupa dilakukan.
Pengenalan
pola-pola
langit
menjadikan malam sepertinya siasia kalau hanya digunakan untuk
tidur saja.

Perjalanan Himastron

Himastron kuat-kuat! Jargon


ini tak salah karena dengan
personil anggota yang sedikit,
para Himastroners dituntut untuk
multitalent. Berbagai cabang
olahraga harus bisa dilakukan
sebagai salah satu cara
untuk menunjukkan eksistensi
Himpunan.
Tim
sepakbola
Himastron pun pernah menjadi
tim sepakbola yang disegani di
kancah persepakbolaan di ITB.
Demikian juga tim bola basket
putrinya. Tetap semangat!

Perjalanan Himastron

Bendera Himastron
dengan konstelasi
Crux-nya menjadi
alat pemersatu
dan kebanggaan
tersendiri bagi
para himastroners.
Berbagai kegiatan
yang dilakukan
mulai dari sosialisasi
ilmu astronomi di
berbagai daerah,
ospek, LKO (Latihan
Kepemimpinan dan
Organisasi), sampai
di acara sekelas
internasional, APRIM
IX--The 9th Asian
Pasic Regional IAU
Meeting--, tak lupa
membawa bendera
ini. Kibaran panji
bendera kami ini
semoga tidak lekang
oleh waktu.

Perjalanan Himastron

Acara Keakraban
Selain kegiatan-kegiatan yang berbau astronomi, Himastron juga
melakukan berbagai kegiatan non astronomi. Acara keakraban selalu
diadakan secara rutin di tiap kepengurusan bertajuk Kopi Sore yang
biasanya dilanjutkan dengan acara Bakar-Bakar. Tidak hanya jagung,
ayam dan ikan pun ikut dibakar yang nantinya disantap bersama-sama
lengkap dengan sambalnya. Suasana yang hangat pun tercipta dari
himpunan dengan kuantitas anggota paling sedikit di ITB ini.

Dies Natalis
Himastron
ITB ke-37
bertempat di
Sekretariat
Himastron ITB,
Oktober 2002

AstroCamp,
bertempat di
Observatoriium
Bosscha,
Lembang,
Juni-Juli 2004

Latihan
Kepemimpinan
dan
Organisasi2003
bertempat di
Dago Pakar

Perjalanan Himastron

Wisudaan merupakan sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh para mahasiswa


tak terkecuali bagi para Himastroners. Dari berbagai masa, syukuran
wisuda selalu dilaksanakan dengan berbagai atraksi yang menarik dengan

tujuan satu: Melepas sang wisudawan/wati dengan acara yang semoga


menjadi kenangan yang tak terlupakan. Selamat bagi mereka yang telah
diwisuda!

Perjalanan Himastron

Momen Kenangan
Semangat kebersamaan dan
kekeluargaan merupakan ciri dari
Himastron. Selalu ada senyum
yang terkembang bila kamera
terpasang. Momen indah pun
terekam selaras dengan waktu
yang terhenti saat shuter kamera
beraksi. Suatu momen yang tidak
akan terulang.

Anda mungkin juga menyukai