Anda di halaman 1dari 4

Oleh: Dr. Emerson Budiarman Masli, Sp.

B
pengobatan yang terus berlangsung seumur hidup pasien. Karenanya peningkatan
kesadaran dan deteksi dini akan mencegah komplikasi penyakit ini menjadi kronis.
Fistula adalah hubungan abnormal antara dua tempat yang berepitel. Fistula ani
adalah fistula yang menghubungkan antara kanalis anal ke kulit di sekitar anus
(ataupun ke organ lain seperti ke vagina). Pada permukaan kulit bisa terlihat satu
atau lebih lubang fistula, dan dari lubang fistula tersebut dapat keluar nanah ataupun
kotoran saat buang air besar.
Terdapat berbagai jenis fistula, mulai dari yang simple hingga fistula kompleks yang
bercabang cabang dan melibatkan otot sphincter ani (otot yang mengatur proses
defekasi).
Fistula ani sering terjadi pada laki laki berumur 20 40 tahun, berkisar 1-3 kasus
tiap 10.000 orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi tidak
semua abses menjadi fistula). Sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk
fistula.
Mayoritas penyakit supurativ anorektal terjadi karena infeksi dari kelenjar anus
(cyptoglandular). Kelenjar ini terdapat di dalam ruang intersphinteric. Diawali
kelenjar anus terinfeksi, sebuah abses kecil terbentuk di daerah intersfincter. Abses
ini kemudian membengkak dan fibrosis, termasuk di bagian luar kelenjar anus di
garis kripte. Ketidakmampuan abses untuk keluar dari kelenjar tersebut akan
mengakibatkan proses peradangan yangmeluas sampai perineum, anus atau
seluruhnya, yang akhirnya membentuk abses perianal dan kemudian menjadi fistula.
Fistula ani juga dapat terjadi pada pasien dengan kondisi inflamasi berkepanjangan
pada usus, seperti pada Irritable Bowel Syndrome (IBS), diverticulitis, colitis
ulseratif, dan penyakit crohn, kanker rectum, tuberculosis usus, HIV-AIDS, dan
infeksi lain pada daerah ano-rektal.
Sebagian besar fistula ani memerlukan operasi karena fistula ani jarang sembuh
spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan fistula termasuk cukup tinggi yaitu
sekitar 21% (satu dari lima pasien dengan fistula post operasi akan mengalami
kekambuhan).

Diagnosis
Pasien biasanya mengeluhkan beberapa gejala yaitu :
Nyeri, yang bertambah pada saat bergerak, defekasi, dan batuk.
Keluar darah atau nanah dari lubang fistula.
Iritasi atau ulkus di kulit di sekitar lubang fistula.

Gatal sekitar anus dan lubang fistula.


Benjolan (Massa fluktuan) bila masih berbentuk abses.
Demam, dan tanda tanda umum infeksi.
Pada pemeriksaan fisik pada daerah anus, dapat ditemukan satu atau lebih external
opening atau teraba fistula di bawah permukaan. Pada colok dubur terkadang dapat
diraba indurasi fistula dan internal opening.

Pemeriksaan Penunjang

Fistulografi: Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti dengan


anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray oblik untuk melihat jalur fistula.

Ultrasound endoanal / endorektal: Menggunakan transduser 7 atau 10 MHz ke


dalam kanalis ani untuk membantu melihat differensiasi muskulus intersfingter
dari lesi transfingter. Transduser water-filled ballon membantu evaluasi dinding
rectal dari beberapa ekstensi suprasfingter.
MRI: MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks, untuk memperbaiki
rekurensi.
CT- Scan: CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan penyakit crohn atau
irritable bowel syndrome yang memerlukan evaluasi perluasan daerah inflamasi.
Pada umumnya memerlukan administrasi kontras oral dan rektal.
Barium Enema: untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi penyakit inflamasi
usus.
Anal Manometri: evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter berguna pada pasien
tertentu seperti pada pasien dengan fistula karena trauma persalinan, atau pada
fistula kompleks berulang yang mengenai sphincter ani.

Klasifikasi
Selain fistula simple, Parks membagi fistula ani menjadi 4 type:
1. Intersphinteric fistula
Berawal dalam ruang di antara muskulus sfingter eksterna dan interna dan
bermuara berdekatan dengan lubang anus.
2. Transphinteric fistula
Berawal dalam ruang di antara muskulus sfingter eksterna dan interna,
kemudian melewati muskulus sfingter eksterna dan bermuara sepanjang satu
atau dua inchi di luar lubang anus, membentuk huruf U dalam tubuh,

dengan lubang eksternal berada di kedua belah lubang anus (fistula


horseshoe)

3. Suprasphinteric fistula
Berawal dari ruangan diantara m. sfingter eksterna, dan interna dan
membelah ke atas muskulus pubrektalis lalu turun di antara puborektal dan
m.levator ani lalu muncul satu atau dua inchi di luar anus.
4. Ekstrasphinteric fistula
Berawal dari rektum atau colon sigmoid dan memanjang ke bawah, melewati
muskulus levator ani dan berakhir di sekitar anus. Fistula ini biasa disebabkan
oleh abses appendiceal, abses diverticular, atau Crohns Disease.

Diagnosis Banding
Hidranitis supurativa: Merupakan radang kelenjar keringat apokrin yang
membentuk fistula multiple subkutan. Predileksi di perineum, perianal, ketiak dan
tidak meluas ke struktur yang lebih dalam.
Sinus pilonidalis: Terdapat di lipatan sakrokoksigeal, berasal dari rambut dorsal
tulang koksigeus/ ujung os sacrum. Gesekan rambut, peradangan dan infeksi
akut sampai abses dan terbentuk fistel setelah abses pecah.
Fistel proktitis: Fistel proktitis dapat terjadi pada morbus Crohn, tbc, amubiasis,
infeksi jamur, dan divertikulitis. Kadang disebabkan benda asing atau trauma.

Penatalaksanaan
Terapi Konservatif Medikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik serta
profilaksis antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren.
Terapi pembedahan:
Fistulotomi: Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit, dibiarkan
terbuka,sembuh per sekundam intentionem. Dianjurkan sedapat mungkin
dilakukan fistulotomi.

Fistulektomi:Jaringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya untuk


menyembuhkan fistula. Terapi terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya
terbuka.

Seton: benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. Terdapat dua macam
Seton, cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual untuk
memotong otot sphincter secara bertahap, dan loose Seton, dimana benang
Seton ditinggalkan supaya terbentuk granulasi dan benang akan ditolak oleh
tubuh dan terlepas sendiri setelah beberapa bulan.

Advancement Flap: Menutup


keberhasilannya tidak terlalu besar.

lubang

dengan

dinding

usus,

tetapi

Fibrin Glue: Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula Plug/AFP) ke dalam


saluran fistula yang merangsang jaringan alamiah dan diserap oleh tubuh.
Penggunaan fibrin glue memang tampak menarik karena sederhana, tidak sakit,
dan aman, namun keberhasilan jangka panjangnya tidak tinggi, hanya 16%.

Pasca Operasi
Pada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama setelah
operasi. Namun pada fistula kompleks mungkin membutuhkan rawat inap beberapa
hari.
Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit darah ataupun cairan dari luka
operasi untuk beberapa hari, terutama sewaktu buang air besar. Perawatan luka
pasca operasi meliputi sitz bath (merendam daerah pantat dengan cairan antiseptik),
dan penggantian balutan secara rutin. Obat obatan yang diberikan untuk rawat jalan
antara lain antibiotika, analgetik dan laksatif. Aktivitas sehari hari umumnya tidak
terganggu dan pasien dapat kembali bekerja setelah beberapa hari. Pasien dapat
kembali menyetir bila nyeri sudah berkurang. Pasien tidak dianjurkan berenang
sebelum luka sembuh, dan tidak disarankan untuk duduk diam berlama-lama.

http://www.medistra.com/index.php?option=com_content&view=article&id=176

Anda mungkin juga menyukai