Anda di halaman 1dari 23

A.

Judul:

Meningkatkan keterampilan menulis melalui latihan

menulis surat pribadi dalam pembelajran Bahasa Indonesia pada


siswa kelas V SDK Tes Kabupaten TTU.
B. Mata Pelajaran dan Bidang Kajian
1. Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
2. Bidang Kajian : Masalah Belajar
C. Latar Belakang
Perbaikan proses belajar mengajar di sekolah dasar diterapkan dalam
berbagai bidang studi yang tercakup dalam GBPP kurikulum SD. Salah
satu mata pelajaran di SD adalah Bahasa Indonesia. Dalam rangka
pembinaan dan pengembangan bidang studi Bahasa Indonesia di SD,
sesuai dengan perkembangan SD maka keterampilan Bahasa Indonesia
yang sering menjadi kendala bagi SD dalam hal baca tulis.
Sebagai alat komunikasi, Bahasa Indonesia tidak dipisahkan dari
kehidupan manusia sehari-hari. Menurut Achmad dkk (1992) dalam
masyarakat modern, keterampilan manusia banyak berguna bagi banyak
jenis kegiatan manusia yang kita lakukan setiap hari, misalnya menulis
surat, laporan, pidato, ceramah, disertai menulis cerita, menulis buku, atau
menulis artikel dalam majalah dan surat kabar, pendeknya hamper setiap
hari kita sebagai anggota masyarakat modern terlibat dalam kegiatan
menulis.
Oleh sebab itu, keterampilan menulis disekolah sangatlah penting
mengingat fungsi bahasa sebagai alat komunikasi tersebut. Pada
hakekatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,
pembelajaran

Bahasa

Indonesia

diarahkan

untuk

meningkatkan

kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis.


Keterampilan berbahasa mencakup empat keterampilan pokok, yakni
keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat
keterampilan tersebut saling berhubungan (Faris, 1993). Berdasarkan
aktifitas menggunakannya, keterampilan berbicara dan keterampilan
menulis adalah kemampuan yang bersifat produktif, adapun keterampilan
menyimak dan membaca adalah kemampuan reseptif (Ellis dkk, 1989).
Pada hakekatnya empat keterampilan bahasa itu, sama-sama bersumber

dari kemampuan kebahasaan (language competence) dan kemampuan


komunikatif (comunication competence) (Syafeie, 1993).
Kemampuan bahasa tersebut merupakan target pembelajaran Bahasa
Indonesia di sekolah baik jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan
menengah.
Dalam konteks pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat SD
(Depdikbud, 1993) pada dasarnya tersebar pada komponen kebahasaan,
pemahaman dan penggunaan. Komponen kebahasaan berisi materi
menyimak/mendengarkan

dan

membaca,

sedangkan

komponen

penggunaan materi berbicara dan menulis.


Pembelajaran keterampilan menulis di SD merupakan bagian dari
pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu komponen pengguanaan. Dalam
pelaksanaan pembelajaran dikelas, pembelajaran keterampilan menulis
disajikan secara terpadu dengan keterampilan bahasa lain. Dan juga harus
mengguanakan suatu proses yaitu pra menulis (prewriting), pengedrafan
(drafing), perbaikan (reficing), pengeditan (editing) dan publikasi
(publishing) (Tomkins, 1994).
Melalui keterampilan tersebut siswa akan dapat mengembangkan
kreatifitasnya, menyampaikan pesan yang dapat diajarkan dipendidikan
dasar yaitu menulis jurnal, menulis surat, menulis biografi, menulis
ekspositori, menulis narasi, menulis puisi dan deskriptif. Pembelajaran
menulis surat dirasa penting, hal ini ditandai dimasukannya ke dalam butir
pembelajaran kelas IV sampai VI (Depdikbud).
Mengingat pentingnya pengajaran menulis, yang dikembangkan
tersebut diatas khususnya menulis sebagai fokus dalam penelitian ini,
maka peran guru sangat menentukan keberhasilan dalam proses belajar
mengajar disekolah.
Salah satu misi tugas utama

guru adalah sebagai directur

Learning(direktur pembelajaran). Sebagai direktur pembelajaran, guru


mempunyai peran sebagai motifasi siswa dalam belajar. Ini sangat penting,
karena temuan beberapa penelitian menunjukan bahwa motif berprestasi
mempunyai korelasi positif dan cukup berarti pada pencapaian prestasi
belajar (Nata Wijaya, 1992).
Sebagai direktur pembelajaran, guru harus memiliki pengetahuan
dan keterampilan sebagai berikut : 1) mengenal dan memahami setiap
2

siswa baik secara individu maupun kelompok, 2) memberikan informasi


yang diperlukan dalam pembelajaran, 3) memberikan kesempatan yang
memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristiknya, 4)
membantu setiap siswa dalam menghadapi dalam masalah-masalah pribadi
dalam pembelajaran, dan 5) menilai setiap langkah kegiatan yang ia
lakukan (Surya dan Nata Wijaya, 1992).
Figure guru adalah model yang dapat digunakan sebagai pengajaran
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD. Hal ini seperti
dikemukakan oleh Hastuti (1979) bahwa guru pada umumnya merupakan
model yang baik untuk pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia
sebagai bahasa kedua di Negara kita.
Dalam konteks sebagai bahasa kedua, Wilkin (1993) mengemukakan
manfaat yang lain pada bahasa kedua akan menduduki posisi yang sangat
penting pada kehidupan sehari-hari dalam berkomunikasi. Sedangkan
berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari melalui lisan atau tulisan.
Melalui tulisan dapat berbentuk surat.
Dalam penelitian ini difokuskan pada kemampuan menulis surat,
khususnya surat pribadi, sebagaiman dijelaskan dalam kutipan tersebut di
atas. Sedangkan tema-tema isi surat sisesuaikan dengan pokok bahasan
atau sub pokok bahasan dalam pelajaran Bahasa Indonesia kelas V
Sekolah Dasar.
Mengingat pentingnya Bahasa Indonesia, khususnya pengajaran
menulis

di

SD

maka

perlu

dilakukan

penelitian

meningkatkan

keterampilan menulis sebagai latihan menulis surat pribadi dalam


pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDK Tes Kabupaten
TTU.
D. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, yang
menjadi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
bagaimana meningkatkan keterampilan menulis melalui latihan
menulis surat pribadi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada
siswa kelas V SDK Tes Kabupaten TTU?
2. Pemecahan Masalah

Untuk mengatasi masalah diatas, peneliti mencoba menerapkan


pendekatan proses dalam pembelajaran menulis surat pribadi terhadap
siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar, khususnya dalam
pelajaran menulis. Hal tersebut harus diterapkan secara berkelanjutan
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga kemampuan menulis
siswa-siswa yang rendah dapat dibantu untuk pencapaian hasil belajar
yang optimal.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian tersebut maka penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis melalui latihan
menulis surat pribadi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada
siswa kelas V SDK Tes Kabupaten TTU.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis
dan praktis sebagai berikut:
1) Secara toritis, peneliti ini dapat memberikan manfaat tentang
penerapan pendekatan proses dalam latihan menulis surat pribadi
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
2) Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
guru dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam
pembelajaran

Bahasa

Indonesia

khususnya

dalam

rangka

meningkatkan kemampuan menulis surat pribadi pada siswa kelas


V SDK Tes Kabupaten TTU.
F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diambil dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
apakah melalui latihan menulis surat pribadi dapat meningkatkan
keterampilan menulis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
G. Kajian Pustaka
1. Hakikat Menulis
Menulis merupakan

wujud

keterampilan

berbahasa.

Wujud

keterampilan yang lain adalah menyimak, berbicara dan membaca.


Menulis merupakan keterampilan bahasa yang produktif. Dengan kata
lain menulis merupakan kecakapan seseorang yang menggunakan

bahas secara produktif dalam bentuk bahasa tulis. Ada beberapa ahli
yang memberikan pengertian menulis sebagai berikut:
Menulis didefinisi sebagai kegiatan menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan bahasa yang dapat di
pahami oleh seseorang, sehingga orang lain tidak dapat membaca
lambing-lambang grafik itu apabila mereka memahami bahasa dan
gambar yang digunakan (Tarigan, 1992:21).
Menulis adalah proses menuangkan atau memaparkan informasi
berupa pikiran, perasaan, atau kemauan dengan menggunakan wahana
bahasa tulis berdasarkan tataan tertentu sesuai dengan kaidah bahasa
yang digunakan oleh penulis ( Nurchasana & Widodo, 1994:2).
Widodo (1997) menambahkan bahwa menulis adalah kemampuan
seseorang untuk mengekspresikan ide, pikiran, pengetahuan, dan
pengalaman hidup dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif,
enak dibaca, dan dapat dipahami oleh pembaca.
Menurut Oka (1976:49) menulis adalah kemampuan menggunakan
Bahasa Indonesia secara tertulis dari hasil kegiatan kejiwaan,
menuturkan

pengalaman

baik

pengalaman

penulis

maupun

pengalaman orang lain dan memaparkan penghayatan penulis


terhadap lingkungan sekitarnya. Menulis tidak hanya ditekankan pada
penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, tetapi juga pada proses
kejiwaan yang sedang berlangsung.
Menurut Keraf (1981) menulis adalah kegiatan yang menggunakan
pengetahuan dasar kebahasaan ditambah beberapa komponen lainnya
yang berupa kemampuan menalar dalam pengetahuan yang baik
tentang objek garapannya. Menulis adalah kemampuan menggunakan
bahasa sastra tertulis untuk menyampaikan informasi tentang suatu
peristiwa sehingga terjadi komunikasi (Syafiie 1984:40) senada
dengan pendapat ini Ahmadi (1990) memberikan batasan arti menulis
sebagai suatu proses menyusun, mencatat dan mengkomunikasi
makna dalam tataran ganda, bersifat interaktif dan diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan tanda konvensional
yang dapat dibaca. Ditambahkan oleh Syafiie (1984) bahwa kegiatan

menulis adalah kegiatan menuangkan ide dalam wujud bahasa sesuai


dengan kaidah pemakai bahasa.
Menurut Gie (1992:17) menulis sebagai pedoman mengarang,
memiliki pengertian keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam
mengungkapkan gagasan dalam menyampaikan melalui bahasa tulis
kepada pembaca untuk dapat dipahami.
2. Proses Menulis
Menulis merupakan suatu partisipasi aktif yang melibatkan berbagai
proses dalam mengelola suatu pesan agar mampu dipahami atau
diterima oleh pembaca. Menulis merupakan suatu proses berfikir yang
berkelanjutan, mencobakan dan mengulas kembali, (Murray dalam
Temple, 1988:123) menulis membutuhkan waktu satu durasi yang
relatif lama dan berkesinambungan. Ada saat seorang siswa sudah
mulai menulis, maka ia membutuhkan waktu yang cukup panjang dan
tidak terganggu. Menulis juga tidak menuntut kesadaran untuk tetap
memedomani kaidah-kaidah tulisan, kegiatan menulis berkembang
melalui berlatih secara terus menerus.
Siswa menentukan sendiri apa yang mereka tulis, merancang dan
mencoba-coba, sampai sampai akhirnya menjadi tulisan yang telah
direvisi dan disiapkan untuk dipublikasikan.
Kadang-kadang siswa mengalami kebingungan dalam menentukan
tulisan, apakah itu sudah sesuai dengan urutan dalam proses menulis
atau belum. Untuk itu perluh memahami urutan-urutan atau tahaptahap proses menulis segalanya yang digunakan oleh oleh penulis
professional.
Ada beberapa konsep proses menulis menurut Tomkins (1994), tahaptahap proses menulis tersebut adalah sebagai berikut: (1) pramenulis,
(2) penyusunan konsep, (3) revisi, (4) penyuntingan, dan (5)
pemanjangan.
Ellis (1998) membagi proses penulis tersebut menjadi, yaitu (1)
pramenulis, (2) penyusunan konsep, (3) revisi, (4) penyuntingan.
Tahap pemanjangan oleh Tomkins dijadikan satu tahap tersendiri
satu tahap linear dan bukan merupakan langka-langka yang terpisahpisah tetapi bersifat internasional dan transaksional secara simultan
sampai dihasilkan sebua tatanan wacana tulis hasil karya siswa.
6

Sementara itu, Fariss (1993) mengklasifikasi proses menulis itu


keempat tahapan, yaitu (1) pramenulis, (2) menulis, (3) kaji ulang
tulisan, dan (4) publikasi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, proses penulis yang dimaksud
dalam bahasan ini mencakup lima tahap proses menulis yang meliputi
(1) tahap pramenulis, (2) tahap penyusunan konsep, (3) tahap
3.

perbaikan, (4) tahap penyuntingan, dan (5) tahap pemajangan.


Kemampuan mengungkapkan isi gagasan
1. Gagasan Pokok
Dalam kegiatan pembelajaran menulis atau mengarang di sekolah,
tidak sedikit guru menggunakan istilah untuk menyebut gagasan
pokok. Bahkan para ahli bahasa pun menyebut isi gagasan pokok
menggunakan istilah yang berbeda. Dari berbagai istilah tersebut
apabila dipaparkan seperti berikut ini.
Ahmadi (1991:11) menyatakan bahwa kalimat utama (topic
sevence) adalah kalimat yang menyatakan pikiran utama yang
mengendalikan seluruh paragraph. Keraf (1980:70) menyebutkan
bahwa kalimat utama atau kalimat pokok adalah sarana dari isi
gagasan yang dikembangkan dalam alinea. Hardjodipuro (1987:15)
menyatakan bahwa kalimat topik menerapkan tempat peluangan
tujuan paragraf.
Soedjito dan Hasan (1991:12) menyatakan bahwa kalimat di dalam
paragraf yang mengungkapkan pikiran atau gagasan utama disebut
kalimat utama atau kalimat topik, atau kalimat tumpuan. Tarigan
(1986:18) menyatakan bahwa kalimat topik adalah perwujudan
pernyataan ide pokok paragraf dalam bentuk umum.
Dari bermacam-macam istilah yang digunakan tersebut diatas,
dapat disimpulkan secara garis besar isi gagasan pokok atau
gagasan utama atau kalimat pokok atau kalimat utama adalah
kalimat dalam paragraph yang mengungkapkan isi gagasan atau
pokok pikiran. Isi gagasan pokok merupakan inti sebuah paragraph
yang harus dikembangkan dalam pernyataan-pernyataan itu tetap
mendukung topik tersebut.
2. Gagasan Penjelas

Tidak jauh berbeda dengan istilah isi gagasan pokok, bahwa isi
gagasan penjelaspun banyak ahli bahasa yang menggunakan
beraneka macam istilah yang tidak sama. Dari berbagai istilah
tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut. Ahmadi (1991:15)
menyebutkan isi gagasan penjelas dengan menggunakan istilah
detail penunjang primer adalah detail yang menunjang kalimat
utama, sedangkan detail menunjang kalimat sekunder adalah yang
menunjang detail penunjang primer.
Lain halnya dengan tarigan (1986:19) menyebut isi gagasan
penjelas dengan istilah kalimat pengembang. Ia menyatakan bukan
hanya dimaksud sesaui dengan kalimat pengembang adalah urutan
kalimat sebagai perluasan ide pokok yang bersifat abstrak menurut
hakikat ide pokok.
Akhadiah arsyad, Ridwan (1989:156) menyebutnya dengan istilah
kalimat penunjang. Ia mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
kalimat penunjang adalah nkalimat yang menjelaskan pokok dalam
paragraph. Setiap gagasan penunjang dalam sebuah paragraph
dalam tulisan dituangkan kedalam suatu kalimat penunjang atau
lebih.
Lebih lanjut Soedjito dan Hasan (1991:12) menyebut isi gagasan
penjelas dengan memakai istilah kalimat penjelas. Mereka
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kalimat penjelas adalah
kalimat-kalimat yang mengungkapkan pikiran penjelas. Ditambah
dengan mereka bahwa dalam sebuah paragraph hanya terdapat satu
kalimat utama dan beberapa kalimat penjelas. Isi gagasan penjelas
dalam paragraph sangat penting. Isi gagasan penjelas sangat
berguna untuk meyakinkan pembaca terhadap isis gagasan pokok
yang disampaikan.tanpa isi gagasan penjelas, paragraph menjadi
tidak menarik untuk dibaca. Banyak pembaca yang memerlukan isi
gagasan untuk memenuhi tujuan mereka, sehingga mereka harus
membaca termasuk isi gagasan penjelas.
Dari berbagai pendapat tentang istilah yang digunakan oleh para
ahli gagasan diatas, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud dengan isis gagasan penjelas adalah urutan kalimat


yang mengungkapkan perluasan pemaparan isi gagasan pokok.
4. Kemampuan Mengguanakan Bahasa
1. Tata Bahasa
Di dalam komunikasi sehari-hari, manusia memerlukan bahasa
sebagai alatnya. Sebagai alat komunikasi, bahasa akan bermanfaat
sebaik-baiknya, bila akan dibaca oleh orang yang terlibat
lingkungan komunikasi tersebut. Penguasaan bahasa itu tidak
hanya mencakup kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu saja melainkan
juga mencakup beberapa aspek lainnya.
Aspek-aspek penguasaan bahasa meliputi: (1) kemampuan
menemukan ragam bahasa yang paling cocok untuk menyampaikan
gagasan, (2) penguasaan secara aktif sejumlah kosa kata, (3)
penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa secara aktif, dan (4)
tingkat penalaran yang dimiliki seseorang (Solichi, 1994:27).
Dengan penguasaan kosa kata dan kaidah-kaidah sintaksis saja
sudah dapat digunakan untuk berkomunikasi. Akan tetapi, apabila
hanya dengan penguasaan tersebut bahasa belum dapat digunakan
secara baik.
Oleh karena itu, perlu adanya syarat-syarat lain yang harus dimiliki
agar bahasa dapat disampaikan dengan lebih mudah untuk
ditangkap dan dipahami yakni penguasaan kemampuan menyusun
kalimat.
2. Kalimat
Menulis merupakan kegiatan kompleks yang melibatkan berbagai
kemampuan, baik kemampuan mengelola ide atau gagasan,
maupun kemampuan kebahasaan yang diwujudkan lewat rangkaian
kalimat. Dengan demikian persyaratan tata bahasanya dalam
menyusun kalimat yang baik harus dimiliki oleh seseorang penulis
atau pengarang.
Untuk mewujudkan rangkaian kalimat yang lebih baik harus
disertai dengan pemilihan dan penggunaan kata yang tepat dan
sesuai dengan situasi penulisan. Oleh karena itu, antara pemilihan

dan penggunaan kata dengan penyusunan kalimat merupakan suatu


mata rantai yang tidak dapat dipisahkan.
Kalimat adalah suatu unik pikiran terkecil dari suatu teks yang
mengungkapkan gagasan secara utuh. Keutuhan itu dapat dilihat
sesuai dari unsur ketatabahasaan. Perwujudan kalimat dalam
bahasa tulis dimulai dari huruf besar. Dari segi yang disampaikan,
kalimat diakhiri dengan tanda titik (.) pada kalimat berita, tanda
seru (!) pada kalimat perintah, dan tanda tanya (?) pada kalimat
pertanyaan (Moeliono, 1988).
Kalimat yang benar dan jelas akan dengan mudah dipahami secara
tepat. Agar dapat menyusun kalimat yang benar dan jelas,
Mccrimmon (1984), (Tolla, 1991:46) menetapakan ada empat
aspek keterampilan yang perhatikan dalam menyusun kalimat
efektif, yaitu (1) kesatuan, (2) ekonomis, (3) penekanan, dan (4)
variasi. Tidak jau berbeda (Reange & Syafiie, 1974) mengatakan
ada lima aspek keteramplian yang perlu diperhatikan dalam
menyusun kalimat efektif yaitu (1) kesatuan, (2) kepaduan, (3)
kehematan, (4) penekanan, dan (5) variasi. Senada dengan
pendapat diatas, (Soidjito,1986:30) memberikan empat criteria
yang perlu diperhatikan dalam menyusun kalimat efektif yaitu (1)
kesatuan, (2) kepaduan, (3) kelengkapan, dan (4) urutan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa criteria dalam menyusun kalimat efektif pada dasarnya ada
lima karakteristik, yaitu (1) kesatuan, (2) kepaduan, (3) kehematan
atau ekonomis (4) kelengkapan, dan (5) penekanan. Kelima criteria
atau aspek tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1. Kesatuan
Setiap kalimat efektif dinyatakan memenuhi syarat kesatuan
apabila dapat dengan jelas memperlihatkan kesatuan gagasan.
Kesatuan gagasan bukan berarti setiap kalimat itu hanya terdiri
dari satu gagsan, melainkan boleh lebih dari itu ada yang perlu
diperhatikan dalam persatuan gagasan yakni setiap gagasan
harus saling ada keterkaitan antara yang satu dengan yang lain
atau ada relevansi guna mendukung gagasan pokok. Dengan

10

demikian dapat dikatakan bahwa kalimat efektif adalah kalimat


yang memiliki keasatuan hubungan anatara satu kalimat
dengan kalimat lain. Artinya kalimat-kalimat yang digunakan
memperlihatkan suatu kesatuan dengan yang lain.
2. Kepaduan
Setiap kalimat efektif dinyatakan memenuhi syarat kepaduan
apabila antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain
saling berhubungan, berkaitan secara kelompok dan padu. Ada
hubungan antara unsur yang membentuk kalimat yaitu unsur
subjek, predikat, objek, dan keterangan.
3. Kehematan
Setiap kalimat efektif dinyatakan memenuhi syarat kehematan
apabila setiap kata yang digunakan untuk membangun kalimat
itu tidak mengandung unsur yang berlebihan. Kehematan
kalimat berkaitan erat dengan jumlah kata yang dapat
digunakan dan makna yang dapat disampaikan. Dalam
menyusun kalimat senantiasa menggunakan asas kehematan.
Artinya, kosa kata yang digunakan menyuusun kalimat
menggunakan kalimat yang jelas.
4. Kelengkapan
Kalimat efektif dinyatakan memenuhi syarat kelengkapan jika
berisi kalimat penjelasan cukup untuk menunjang kejelasan
kalimat topik atau kalimat uatama. Sebaliknya, kalimat efektif
dinyatakan tidak lengkap apabila hanya diperluas dengan
pengulangan-pengulangan yakni pengulangan kata-kata dalam
suatu kalimat (Akhadiah, Arsjad, Ridwan, 1989 :152).
Juga dimaksudkan sebagai teruraikannya kalimat topic dengan
kalimat-kalimat

penjelas.

Selanjutnya

dijelaskan

bahwa

kegagalan penulis dalam mengembangkan ide utama secara


penuh

akan

mengakibatkan

ketidak

lengkapkan

suatu

paragraph artinya pemakai bahasa tidak dapat memanfaatkan


unsur peragaan gerak.
Dalam ragam bahasa tertulis pemakaian bahasa dituntut
memiliki unsur penguasaan tata bahasa yang lengkap baik

11

bentuk kata, susunan kalimat, pemilihan atau penggunaan kata,


dan penggunaan penerapan ejaan dan tanda pemilihan atau
penggunaan kata, dan penggunaan penerapan ejaan dan tanda
baca. Dengan demikian, ragam bahasa tertulis merupakan hasil
penataan secara cermat oleh pemakainya sehingga ragam
bahasa tertulis itu mempunyai empat ragam criteria, yakni (1)
jelas (bertalian dengan makna), (2) tegas (bertalian dengan
unsur dramatika, seperti subjek, predikat dan objek.), (3) tepat
(bertalian dengan pilihan kata atau istilah), dan (4) lugas (tidak
berpanjang-panjang dan tidak bermajas).
Adapun ciri-ciri ragam bahasa lisan adalah sebagai berikut: (1)
pemakai bahasa menyampaikan atau menggunakan bahasa
sebagai alat komunikasi tanpa diwakili oleh media tertentu, (2)
pemakaian bahasa menuturkan bahasanya langsung kepada
orang yang diajak komunikasi, (3) tidak terlalu terikat dengan
aturan tata bahasa baku, Bahasa Indonesia, dan (4) diperjelas
dengan unsure gerakan tubuh/mimik.
Cirri-ciri ragam bahasa tulis adalah sebagai berikut (1)
pemakai bahasa dalam menyampaikan bahasa menggunakan
media tertentu seperti kertas, pena dan sebagainya, (2) pemakai
bahasa dituntut memiliki atau menguasai kaidah tentang
bahasa baku, Bahasa Indonesia seperti bentuk kata, susunan
kalimat, penggunaan ejaan dan tanda baca, (3) pemakai bahasa
tidak dapat menggunakan unsur gerak tubuh seperti gerak
tangan ekspresi wajah, nada suara, walaupun cirri perbedaan
kedua ragam bahasa seperti tersebut, akan tetapi kedua-duanya
dapat digunakan untuk alat komunikasi sebagai persamaannya.
5. Kemampuan Menggunakan Ejaan dan Tanda Baca
Dalam kegiatan tulis menulis, ejaan dan tanda baca merupakan salah
satu unsur yang memegang peranan yang sangat penting. Secara
praktis, ejaan dan tanda baca sangat berguna untuk membantu
pemahaman pembaca didalam mencerna informasi yang disampaikan
secara tertulis. Dengan penggunaan ejaan dan tanda baca secara tepat
dan cermat dapat mempermudah pembaca mencerna isi tulisan.
12

Sebaliknya, penggunaan ejaan dan tanda baca yang tidak tepat dan
tidak cermat, akan membawa pengaruh terhadap pembaca dalam
menafsirkan apa yang tertulis. Atas dasar keterangan itu dapat
disimpulkan bahwa penggunaan ejaan dan tanda baca merupakan
syarat mutlak bagi penulis dalam membuat karya tulis. Keterangan
lebih lanjut tentang ejaan dan tanda baca, para ahli memberikan
penjelasan sebagai berikut:
Menurut Badudu (1984 :31) ejaan adalah pelambangan fonem dengan
huruf. Dalam setiap ejaan suatu bahasa, ditetapkan bagaimana fonemfonem dalam bahasa itu dilambangkan. Lambang fonem itu
dinamakan huruf.
Menurut Keraf (1984 :47) ejaan adalah keseluruhan peraturan
bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dan
bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya,
penggabungannya dalam suatu bahasa).
Pengertian ejaan dikemukakan oleh Syafiie (1984) bahwa ejaan
adalah bunyi-bunyi ujaran dengan menggunakan kaidah-kaidah
penulisan yang baku yang digunakan sesuai dengan aturan yang
ditentukan dalam suatu bahasa.
Mnurut Kridalaksana (1984:43) bahwa ejaan adalah penggambaran
bunyi bahasa dengan kaidah tulis menulis yang distandarisasikan yang
lazimnya mempunyai tiga aspek, yakni aspek fonologis yang
menyangkut perlambangan fonem dengan huruf dan penyusunan
abjat, aspek morfologis yang menyangkut perlambangan ujaran tanda
baca. Dengan demikian, ketentuan yang mengatur perlambangan
fonem dengan huruf, penyesuaian huruf-huruf asing dengan huruf
yang ada dalam Bahasa Indonesia dengan pengakroniman dan
penyusunan dengan abjad termasuk dalam aspek fonologis. Ketentuan
yang

mengatur

penggabungan

pembentukan

kata,

pemenggalan

kata
kata,

dengan

pengimbuhan,

penulisan

kata,

dan

penyesuaian kosa kata asing kedalam Bahasa Indonesia termasuk


aspek morfologis. Dipihak lain, penulisan dan pelafalan frasa, klausa,
serta kalimat termasuk aspek sintaksis. Satuan-satuan sintaksis itu
dalam pelafalannya mengandung unsur supra sugmental, seperti
13

intonasi, tekanan, dan jedah yang dalam ragam tulis perlu


dilambangkan dengan tanda baca, misalnya tanda titik (.), tanda, (,)
tanda seru (!), tanda tanya (?) (Mustakin, 1992:1-2).
Basuki (1990:48) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ejaan
adalah merupakan keseluruhan peraturan pengambaran lambanglambang bunyi ujar satu bahasa dan hubungan lambang satu dengan
lambang lainnya, baik dalam penggabungan ataupun dalam pemisahan
dari lambang-lambang tersebut.
Selanjutnya pedoman umum

ejaan

Bahasa

Indonesia

yang

disempurnakan atau yang lazim disebut EYD dinyatakan dalam ejaan


yang disempurnakan adalah sistem ejaan Bahasa Indonesia yang
sebagian sama dengan sistem ejaan yang termuat dalam surat
keputusan Presiden No 57 tanggal 16 Agustus 1972 yang sampai saat
ini menjadi ejaan resmi Bahasa Indonesia.
Atas dasar penjelasan para ahli tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa ejaan pada dasarnya mencakup penulisan huruf, penulisan kata,
termasuk singkatan, akronim, angka, dan lambang bilangan, serta
penggunaan tanda baca. Disamping itu, pelafalan dan peraturan dalam
penyerapan unsur asing termasuk dalam ejaan.
Dalam sistem ejaan yang disempurnakan ini, secara garis besar diatur
tentang pemakaian ejaan yang meliputi (1) pemakaian huruf, (2)
penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur srepan, dan
(5) pemakaian tanda baca. Sedangkan pemakaian komponen tanda
baca dalam pedoman umum.
Tanda baca yang disempurnakan meliputi: (1) tanda titik (.), (2) tanda
koma (,), (3) tanda titk koma (;), (4) titik dua (:) (5) tanda hubung (-),
(6) tanda pisah (--), (7) tanda elips (...), (8) tanda tanya (?), (9) tanda
seru (!), (10) tanda kurung (()), (11) tanda petik (...), (12) tanda
kurung siku ([]), (13) tanda petik tunggal (...), (14) tanda garis
miring (/), (15) tanda ulang (...2), dan (16) tanda pengikat atau
apostrof () (pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan 1980;Kamus besar Bahasa Indonesia, 1990).
Berdasarkan penjelasan mengenai ejaan dan tanda baca seperti yang
diuraikan diatas, tidak semua akan dijadikan dasar penyelidikan

14

terhadap data tugas menulis atau mengarang yang di kerjakan oleh


siswa. Hal itu disebabkan tidak semua komponen tersebut seutuhnya
digunakan oleh siswa dalam kegiatan menulis dan mengarang. Jadi
komponen yang muncul dalam hasil akan dibahas. Penelitian ini
hanyalah komponen yang muncul dalam hasil tulisan atau karangan
siswa.
Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada komponen kemampuan
menggunakan kalimat. Komponen kemampuan menggunakan kalimat
meliputi (1) kesatuan, (2) kepadua (3) kelengkapan, dan (4) urutan.
6. Ciri dan Bagian-Bagian Surat Pribadi
1. Ciri-ciri surat pribadi
Menggunakan kata-kata sederhana
Menggambarkan suasana santai dan akrab
Menunjukan kesopanan berbahasa
2. Bagian-bagian surat pribadi
Tempat dan tanggal surat
Nama dan alamat tujuan
Tubuh surat
Salam penutup
Nama dan tanda tangan
H. Metode penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK).
Menurut Wardhani IGAK dan Wihardir Kuswaya Penelitian Tindakan
Kelas adalah penelian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya
sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai
guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Karakteristik
PTK (Penelitian Tindakan Kelas) adalah sebagai berikut.
1. Penelitian berawal dari kekerisauan guru akan kinerjanya
2. Metode utama adalah refleksi diri, bersifat agak longgar, tetapi
mengikuti kaidah-kaidah penelitian
3. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran
4. Tujuannya : memperbaiki pembelajaran
Guru dianggap paling tepat melakukan PTK karena: (1) guru mempunyai
otonomi untuk menilai kinerjanya, (2) guru merupakan orang yang paling
akrab dengan kelasnya, (3) interaksi guru siswa berlangsung secara baik,
(4) ketrlibatan guru dalam berbagai klegiatan inovatif yang bersifat

15

pengembangan mempersyaratkan guru mampu melakukan penelitian


dikelasnya.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDK Tes Kabupaten TTU. Alasan
pemilihan sekolah adalah: (1) masih banyak siswa yang mengalami
kesulitan khususnya keterampilan menulis surat pribadi dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia, (2) kurangnya penerapan pendekatan
proses dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, (3) adanya dukungan dari
Kepalah Sekolah dan Guru setempat untuk melaksanakan kegiatan
penelitian di sekolah yang bersangkutan.
3. Subyek penelitian
33 orang I=21p=12. Sasaran utama penelitian adalah guru dan siswa.
Guru sebagai sarana utama sebab guru selaku subyek yang menerapkan
pendekatan siswa kelas V SDK Tes Kabupaten TTU untuk
meningkatkan kemampuan menulis surat pribadi dengan melalui
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan dan penelitian proses dan hasil
pembelajaran. Siswa sebagai sasaran utama sebab siswa selaku obyek
dalam pembelajaran menulis surat pribadi melalui latihan dengan
bimbingan guru untuk meningkatkan kemampuan menulis.
4. Prosedur penelitian
Untuk melihat gambaran pelaksanaan dalam proses pembelajaran di
kelas maka dapat dilihat pada bagan desain penelitian di bawah ini.
Rancangan dan model pene;litian tindakan kelas
Tabel 3.1 : Rancangan dan model penelitoian (PTK)

Perencanaan

Alternative
Pemecahan
(Rencana
Tindakan)

Pelaksanaa
n
Tindakan

Analisis Data
I

Observasi I

Tindakan
Refleksi

16

Tindakan

Bahan
Tindakan

Alternatif
Pemecahan
(Rencana
Tindakan)

Reflekasi II

Analisis
Data II

Pelaksanaan
Tindakan

Observasi II

Bahan
Tindakan

Dengan mengacu pada bagan di atas, maka produser pelaksanan penelitian


tindakan ini, meliputi : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi
dan evaluasi, (4) refleksi dalam setiap siklus.

Secara rinci pada kegiatan masing-masing tahap ini diuraikan sebagai berikut :
1. Perencanaan
a. Membuat skenario pembelajaran menulis dengan dengan
menerapkan

pendekatan

proses

dalam

pembelajaran

menulis surat pribadi peneliti bersama beberapa guru kelas


yang menjadi observer berdiskusi, mengeksplorasi teori
yang relevan, dan mengidentifikasi masalah pembelajaran,
serta menetapkan alternatif

tindakan untuk mengatasi

masalah yang dihadapi dalam pembelajaran menulis.


b. Mengembangkan format pengamatan pembelajaran untuk
pembelajaran dengan pendekatan proses.
c. Mengembangkan alat evaluasi tentang materi yang belum
tuntas
2. Pelaksanaan tindakan

17

Dalam tahap ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan


mengacu pada perencanan yang telah dibuat yaitu:
a. Tahap awal pembelajaran
1. Guru mengucapkan salam
2. Guru mengkondisikan siswa kearah pembelajaran
b. Tahap inti pembelajaran
3. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok ( tiap
kelompok terdiri dari 4 orang)
4. Guru
mengkondisikan
siswa

supaya

duduk

berkelompok
5. Siswa menyimak penjelasan guru tentang tugas yang
harus disesuaikan dalam kelompoknya.
6. Guru memberikan contoh surat pribadi kepada masingmasing kelompok
7. Siswa menulis surat pribadi sesuai dengan contoh yang
ada
8. Guru melakukan evaluasi
c. Tahap akir pembelajaran
1. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari
2. Melakukan tindak lanjut
3. Observasi
Pada tahap ini, kegiatannya adalah melaksanakan proses observasi
terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dibuat. Observer bertugas mengamati kinerja
guru dan aktivitas siswa selama proses belajar berlangsung dan
mengacu pada lembar observasi. Proses observasi dilakukan sejak
awal hingga akir penelitian di kelas. Yang diobservasi adalah sikap
siswa pasa awaktu KBM berlangsung.
Bagaimana sikap siswa waktu menulis, apakah asyik menulis atau
hanya

diam

saja.

Indikator-indikator

yang

terdapat

pada

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, aspek guru


dan aspek siswa serta evaluasi pembelajaran.
4. Refleksi
Refleksi merupakan pengkajian hasil data yang telah diperoleh saat
observasi oleh peneliti. Refleksi berguna untuk memberikan makna
terhadap proses dan hasil (perubahan) yang telah dilakukan. Hasil
refleksi yang ada dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat

18

perencanaan tindakan dalam siklus selanjutnya, yang berkelanjutan


sampai pembelajaran dinyatakan berhasil.
Observer bersama peneliti melakukan

refleksi

diakhir

pembelajaran dengan merenungkan kembali secara insentif


kejadian atau peristiwa yang menyebabkan sesuatu yang
diharapkan. Refleksi merupakan kegiatan yang sangat penting
untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan
hasil pembelajaran yang telah dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Mengecek kelengkapan data, pengumpulan data yang terjaring
selama proses tindakan
b. Mendiskusikan dan pengumpulan adata antara guru, peneliti
dan kepalah sekolah (pembimbing) berupa hasil nilai siswa,
hasil pengamatan, catatan lapangan dan lain-lain.
c. Penyusunan rencana tindakan berikutnya yang dirumuskan
kedalam skenario pembelajaran dengan berdasarkan analisa
data

dari

proses

dalam

tindakan

sebelumnya

untuk

memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan pada


siklus I untuk menyusun tindakan yang akan dilaksakan pada
siklus II.
5. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Tes
Tes dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang pemahaman
siswa dalam penerapan pendekatan proses. Tes dilakukan pada
akhir setiap tindakan.
b. Pengamatan / Obsrvasi
Pengamatan dilaksanakan oleh orang yang terlibat aktif dalam
pelaksanaan tindakan, yaitu guru yang mengajar kelas V dan
sejawat. Pada pengamatan ini digunakan lembar observasi untuk
mencatat hal-hal yang dianggap penting untuk mengetahui sejau
mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan sesuai
dengan yang dikehendaki.
6. Teknik analisis data
Data-data yang terkumpul akan dianalisis secara deskriptif berdasarkan
hasil refeksi dengan berpatokan pada kriteria ketuntasan minimal

19

( KKM) Bahasa Indonesia di SDK Tes Kabupaten TTU yakni 80.


Kriteria ketuntasan yang dipakai sebagai indikator adalah:
a. Daya serap (tingkat pemahaman) siswa terdapat materi (%):
1) > 80
= sangat tinggi
2) 70 79
= tinggi
3) 60 -69
= cukup
4) 50 -59
= rendah
5) > 49
= sangat rendah
( sumber : KKM SD Negeri Bakan Kabupaten
TTU)
b. Cara menentukan ketuntasan kelas atau daya serap adalah :
A
x 100
Daya serap = B
Dimana: A: Jumlah siswa yang nilainya diatas KKM
B: Jumlah seluruh siswa dalam kelas

20

DAFTAR PUSTAKA

Akhadia, S. S. Ridwan dan M. G. Arsyad. 1989. Pembinaan Kemampuan


Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.
Akhadia M. K. Sabarti. 1991. Pengajaran Membaca dan Menulis di Sekolah
Dasar. Jakarta : Depdikbud.
Badudu, J. S. 1980. Pedik-Pedik Bahasa Indonesia. Jakarta : Angkasa
__________.1982. Inilah Bahasa Indoensia Yang Benar. Jakarta : Gramedia.
Depdikbud. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indoensia. Jakarta : Balai Pustaka.
__________. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
__________. 1992. Petunjuk Teknis Pengajaran Menulis Kelas III, IV, V dan
VI di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdikbud.
Keraf, Gorys. 1982. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores : Nusa Indah.
Kridalaksana, H. 1982. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia.
Oka, I Gusti Ngurah dan Basuki. 1990. Retorikat : Kiat Bertutur. Malang : YA3
Malang.
Suwardi Heru. 2010. Pembelajaran Bahasa Indonesia Tulis di Sekolah Dasar.
Kupang : FKIP Nusa Cendana Kupang.
Tarigan, Djago dan Sulistyaningsih, L. S. 1979. Analisis Kesalahan Berbahasa.
Jakarta : Depdikbud.
______. 2001. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Tarigan, H. G. 1992. Menulis Sebagai Keterampilan Bahasa. Bandung :
Angkasa.

21

Wardhani IGAK dan Wihardit Kuswaya. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta : Universitas Terbuka.

PROPOSAL PENELITIAN
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS MELALUI
LATIHAN MENULIS SURAT PRIBADI DALAM PEMBELAJRAN
BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS V
SDK TES KABUPATEN TTU
(Penelitian Tindakan Kelas)

OLEH :
YOHANES COLO
NIM. 1301142658

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PGSD


BERBASIS SKGJ PPKHB KABUPATEN TTU
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PEDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
22

2015

23

Anda mungkin juga menyukai