Model Pariwisata Klaten
Model Pariwisata Klaten
I.
PENDAHULUAN
Pariwisata
merupakan
fenomena
yang
melibatkan banyak kepentingan dan banyak bidang.
Selama ini, kegagalan perencanaan pariwisata kerap
disebabkan oleh cara pandang yang parsial terhadap
pariwisata. Dalam beberapa kasus, pembangunan
pariwisata tidak dapat maksimal karena hanya
mengutamakan satu sektor atau kepentingan tertentu,
dan mengabaikan sektor-sektor lainnya; padahal
sektor-sektor tersebut hanyalah sebagian elemen saja
dari lingkup kepariwisataan yang luas. Terkait dengan
hal ini, suatu cara pandang terhadap pariwisata
sebagai suatu sistem sangatlah diperlukan dalam
menganalisis dan merencanakan kepariwisataan di
suatu tempat.
Selain
untuk
efektivitas
dan
efisiensi
perencanaan pariwisata, pendekatan sistem memiliki
manfaat-manfaat lain. Pendekatan sistem dapat
digunakan untuk mengidentifikasi elemen-elemen
sediaan (supply), permintaan (demand), industri, dan
pemangku kepentingan dalam pariwisata beserta
hubungan saling mempengaruhi di antara elemenelemen tersebut. Hal ini dapat menjadi modal untuk
memetakan potensi, peluang, dan permasalahan
pengembangan pariwisata di suatu daerah. Selain itu,
dapat diketahui secara lebih spesifik sektor-sektor
yang mana saja yang memerlukan prioritas
pembangunan dan pengembangan. Dengan demikian,
pembangunan pariwisata dapat lebih terfokus dan
terarah sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
masing-masing daerah.
Meskipun demikian, pada kenyataannya, tidaklah
mudah mengurai dan memahami kompleksitas dari
suatu sistem pariwisata. Untuk menganalisis sistem
pariwisata secara lebih mudah tanpa bermaksud
mengesampingkan kompleksitasnya, suatu model
sistem pariwisata dapat digunakan. Pemodelan sistem
pariwisata untuk setiap daerah dapat berbeda,
tergantung karakteristik dan potensi masing-masing
daerah.
Tulisan ini merupakan upaya mengkaji elemenelemen dan sistem pariwisata di Kabupaten Klaten,
Jawa Tengah. Secara geografis, Kabupaten Klaten
Termasuk ke dalam
m permintaan adalaah
keragaman motivasi daan kemampu
uan wisatawaan
untuk melaakukan perjallanan;
sediaaan
Termasuk
ke
dalam
adalaah
pengembanngan-pengem
mbangan program daan
lingkungann fisik di destinasi pariiwisata untuuk
melayani kebutuhan wisatawan;
Pariwisata meliputi berrbagai dimeensi geografiis,
ENVIRO
ONMENTAL
DIME
ENSIONS
Economics, political, social,
technologic
cal, geographical
INPUTS
The influencce of
its environm
ment
over the
tourism systtem
OUTPUTS
T
THE
TOURISM
SY
YSTEM
THE ENV
VIRONMENT
OF THE
E TOURISM
SY
YSTEM
Gam
mbar 1. Salah Satu
S Model Paariwisata.
(Sumber: Z.
Z H. Liu dalaam A. V. Seaton, dkk. 19944)
Sistem tertutup
Persepsi
wisatawan
terhadap
pariwisata
Kabupaten Klaten berdampak langsung terhadap
pola kunjungan dan pola menginap wisatawan.
Dalam hal ini, daya tarik pariwisata di
Kabupaten Klaten dipandang masih kalah
bersaing terutama dengan Solo dan Yogyakarta,
sehingga wisatawan cenderung tidak tertarik
untuk memperpanjang waktu kunjungannya di
kabupaten ini.
V.
CLUSTER DELES
CLUSTER JANTI
CLUSTER
JATINOM
CLUSTER
WONOSARI
CLUSTER CEPER
CLUSTER BAYAT
CLUSTER
PRAMBANAN
CLUSTER KLATEN
CLUSTER RAWA
JOMBOR
A. Investasi
Investasi yang dimaksud di sini adalah investasi
dalam hal penyediaan fasilitas dan infrastruktur
(terutama
akomodasi,
transportasi,
dan
telekomunikasi), baik yang bersifat umum maupun
yang khusus untuk pariwisata. Pelaku investasi dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu pemerintah, swasta, dan
masyarakat. Kondisi umum investasi pariwisata di
Kabupaten Klaten:
11
B. Kelembagaan
Kondisi umum kelembagaan dalam pariwisata di
Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut:
12
Gambar 10.
Diagram Sistem Kepariwisataan di
Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah
14
Pengembangan
zonasi/rencana
spasial
pengembangan pariwisata dengan memerhatikan
pola perjalanan wisatawan dan posisi jalur jalan
utama Yogyakarta-Solo sebagai pusat pergerakan
wisatawan.
REFERENSI
Anderson, Virginia dan Lauren Johnson. Systems Thinking Basics: From
Concepts to Causal Loops. Massachusetts: Pegasus Communication,
Inc., 1997.
Badan Perencana Daerah Kabupaten Klaten. Laporan Kemajuan Rencana
Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) Kabupaten Klaten. Klaten:
Pemerintah Kabupaten Klaten, 2002.
Carson, Dean dan Jim Macbeth, ed. Regional Tourism Cases: Innovation
in Regional Tourism. Australia: Common Ground Publishing Pty.
Ltd., 2005.
Cornelissen, Scarlett. The Global Tourism System: Governance,
Development, and Lessons from South Africa. Aldershot: Ashgate
Publishing Ltd., 2005. Edisi Google Books.
Gunawan, Myra P. Rancangan Naskah Akademik Undang-undang
Kepariwisataan. 2006.
Gunn, Clare A. dan Turgut Var. Tourism Planning: Basics, Concepts,
Cases, Edisi ke-4. London: Routledge, 2002.
Hall, C. Michael dan Stephen J. Page. The Contribution of Neil Leiper to
Tourism Studies. 2010. Diakses 12 Desember 2010.
http://academia.edu.documents.s3.amazonaws.com/807221/leiper_2r
ev.pdf
Page, Stephen J. dan Connell, Joanne. Tourism: A Modern Sysnthesis.
London: Thomson Learning, 2006.
www.pariwisataklaten.com.
------. www.metrotvnews.com. Diakses 10 Desember 2010.
VIII. KESIMPULAN
Pariwisata merupakan fenomena yang kompleks,
melibatkan banyak sektor dan dimensi. Oleh
karenanya, pariwisata perlu dipandang sebagai suatu
sistem. Terdapat beberapa cara memandang pariwisata
sebagai sistem. Pertama, pariwisata merupakan suatu
kesatuan dari berbagai elemen yang saling berkaitan.
Kedua, pariwisata dapat dipandang juga sebagai suatu
sistem yang luas yang mencakup sistem-sistem yang
lebih spesifik lagi subsistem dan supersistem. Atau,
ketiga, pariwisata dipandang sebagai subsistem dari
lingkungan yang lebih luas, di mana input dari
lingkungan tersebut akan mempengaruhi pariwisata,
dan sebaliknya, output dari pariwisata akan
berpengaruh pula terhadap lingkungan tempatnya
berada.
Pemodelan sistem pariwisata di Kabupaten
Klaten, Propinsi Jawa Tengah, merupakan upaya
untuk menganalisis kepariwisataan di daerah tersebut
sesuai dengan cara pandang yang kedua. Dari analisis
tersebut, terlihat bahwa Kabupaten Klaten hingga
sejauh ini belum dapat berdiri sendiri sebagai suatu
destinasi unggulan. Pariwisata di wilayah ini masih
sangat bergantung kepada daerah sekitarnya, terutama
D.I. Yogyakarta, dan cenderung mengandalkan satu
objek wisata, yaitu Candi Prambanan, sebagai daya
tarik utama.
Pemosisian Kabupaten sebagai daerah antara atau
kota satelit bagi D.I. Yogyakarta dan Solo tidaklah
selalu berkonotasi negatif. Sebaliknya, kondisi ini
dapat memunculkan beberapa peluang bagi
pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Klaten.
15