Anda di halaman 1dari 34

ABORTUS

Benhardy
C111 05 055
Hidayatullah
1102090111
Liem Meysie K. Harlimton C111 10 006

PEMBIMBING,
dr. Muh. Husni Cangara, Ph.D, DFM
KONSULEN,
dr. Cahyono Kaelan, Ph.D, Sp.PA(K), DFM, Sp.S

Pendahuluan
Di seluruh dunia, setiap
tahun:
210 ibu hamil
130 juta
80 juta lahir
melahirkan
mati atau
bayi sehat
aborsi
Kasus abortus dapat terjadi dimana saja, baik di
negara yang sudah maju maupun di negara
berkembang.
Abortus dapat terjadi secara spontan atau
World Health Organization. 2008. Unsafe Abortion. Global and regional estimates of the
disengaja.
incidence of unsafe abortion and associated mortality in 2003. Fifth edition.

KASUS FORENSIK PADA TEMUAN


MAYAT BAYI
a. Bunuh bayi
Pelaku : Ibu kandung
Korban : Anak kandung
Alasan : Takut ketahuan telah
melahirkan anak
Waktu : Pada waktu melahirkan atau
beberapa
saat setelah
melahirkan.
Hoediyanto, A Hariadi. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Surabaya: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

KASUS FORENSIK PADA TEMUAN


MAYAT BAYI
b. Abortus
Istilah
abortus
dipakai
untuk
menunjukkan
pengeluaran
hasil
kehamilan sebelum janin dapat hidup di
luar kandungan. Abortus dapat terjadi
secara spontan dan dapat pula terjadi
karena dibuat ataupun sengaja.

Hoediyanto, A Hariadi. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.


Surabaya: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

KASUS FORENSIK PADA TEMUAN


MAYAT BAYI
c. Penelantaran
Dapat dilihat dari postur tubuh anak,
apakah termasuk gizi cukup atau gizi
kurang.
Serta apakah anak tersebut
terawat atau tidak
d. Bunuh anak sendiri
e. Lahir mati kemudian dibuang
f. Penganiayaan
Hoediyanto, A Hariadi. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Surabaya: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.

Pemeriksaan yang dapat


dilakukan
Pemeriksaan umur bayi
Pemeriksaan lahir hidup atau
mati
Pemeriksaan tanda perawatan
Sebab kematian

Hoediyanto, A Hariadi. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.

ABORTUS
Abortus dapat terjadi secara spontan,
dapat pula terjadi karena dibuat atau
sengaja. Dari aspek kedokteran forensik
yang diartikan dengan
pengeluaran
hasil konsepsi pada setiap stadium
perkembangannya
sebelum
masa
kehamilan yang lengkap tercapai

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


1997. Pengguguran Kandungan. In: Ilmu Kedokteran Forensik.

ABORTUS
Abortus
spontanea
Abortus
Abortus
provocatus

Abortus
provocatus
medisinalis
Abortus
provocatus
kriminalis

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


1997. Pengguguran Kandungan. In: Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta:
Penerbit UI. p 159-69

Abortus Provokatus Kriminalis


Pelaku abortus provokatus kriminalis
adalah salah satu dari tiga pelaku dibawah
ini :
Wanita bersangkutan
Dokter atau tenaga medis lain ( demi
keuntungan atau demi rasa simpati )
Orang lain yang bukan tenaga medis
yang karena suatu alasan tidak
menghendaki kehamilan seorang wanita.
Hoediyanto, A Hariadi. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.

Metode-metode abortus
kriminalis
1.

Kekerasan mekanik:
Umum
Latihan olahraga
berlebihan
Naik kuda berlebihan
Mendaki gunung,
berenang, naik turun tangga
Tekanan atau trauma pada
abdomen

Lokal
Memasukkan alat-alat yang
dapat menusuk ke dalam
vagina
Alat untuk menusuk atau
menyemprotkan cairan ke
dalam uterus
Alat untuk memasang IUD
Alat yang dapat dilalui arus
listrik

Kekerasan kimiawi atau obat-obatan


atau bahan bahan yang bekerja pada
uterus.
Hoediyanto, A Hariadi. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal; Knight
2.

B, Saukko P. Knights Forensic Pathology

Jenis obat yang digunakan untuk


menginduksi abortus

Emmenagogum ( Obat pelancar haid)


Contoh : Chaulopylin, borax, Apiol
Purgativa atau Emetica ( merangsang
kontraksi GI tract)
Contoh : Colocynth, Castrol Oil : Magnesium
Sulfat

Ecbolica ( menimbulkan kontraksi uterus


secara langsung )
Contoh : apiol, ergot, ergometrine

Hoediyanto, A Hariadi. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.

Abortus Provocatus
Medicinalis

Tindakan aborsi yang dilakukan oleh


dokter atas indikasi medis yang bila
tidak dilakukan akan membahayakan
jiwa ibu.
Dilakukan tenaga medis yang
berwenang yaitu dokter ahli kebidanan
dan penyakit kandungan.
Diatur dalam UU no. 23 tahun 1992

Hoediyanto, A Hariadi. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal ;


Shepherd R. Simpsons Forensic Medicine, 11th ed

Syarat dalam mengambil tindakan abortus :


1. Dilakukan tenaga kesehatan yang
berwenang
2. Pertimbangan tim ahli
3. Persetujuan tertulis dari penderita, atau
suami atau keluarga terdekat.
4. Dilakukan di sarana kesehatan memadai
5. Prosedur tidak dirahasiakan
6. Dokumen medik harus lengkap

Hoediyanto, A Hariadi. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal ;


Shepherd R. Simpsons Forensic Medicine, 11th ed

Cara yang dipakai dalam melakukan


abortus medicinalis :
1. Vaginal
2. Abdominal

Hoediyanto, A Hariadi. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal ;


Shepherd R. Simpsons Forensic Medicine, 11th ed

Indikasi medik yang dapat


dipertimbangkan :
1. Faktor kehamilannya sendiri
2. Penyakit di luar kehamilan
3. Penyakit sistemik ibu

Hoediyanto, A Hariadi. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal ;


Shepherd R. Simpsons Forensic Medicine, 11th ed

Komplikasi Abortus

Emboli Udara

Prahlow, Joseph dan Roger Byard. 2012. Miscellaneous. In: Atlas of Forensic
Pathology

Komplikasi Abortus

Emboli Cairan Amnion

ahlow, Joseph dan Roger Byard. 2012. Miscellaneous. In: Atlas of Forensic Pathology

Komplikasi Abortus

Keracunan obat
Pemeriksaan toksikologi, histologi, methb dalam penegakan diagnosis

Infeksi / Sepsis
Akibat melakukan tindakan aborsi
menggunakan instrumen yang tidak
steril, tempat melakukan aborsi tidak
bersih/steril

n Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997. Ilmu Kedokteran Fo

PEMERIKSAAN PADA JANIN DAN IBU


Subjek dari abortus adalah ibu hamil dan fetus.
Dengan adanya abortus atau kecurigaan
abortus, dokter harus menentukan bahwa
wanita yang bersangkutan:
Hamil
Abortus telah terjadi dan efeknya
Hubungan antara kemungkinan intervensi,
bila ada, dengan abortus
Komplikasi yang muncul setelah intervensi
Buris L. 1993. Abortion. In: Forensic Medicine

Pemeriksaan pada ibu :


Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada pelaku baik pada yang
melakukan tindakan abortus tersebut atau pada
wanita yang telah digugurkan kandungannya.
- kapan terjadi ?
- dimana dilakukan ?
- dilakukan sendiri atau dibantu orang lain ?
- apakah keinginan untuk menggugurkan
kandungannya atas keinginan sendiri atau
paksaan?
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997.Ilmu
Kedokteran Forensik.

PEMERIKSAAN PADA JANIN DAN IBU


Pemeriksaan pada ibu :

Tanda kehamilan:

Payudara
Genitalia
Pigmentasi
Serviks dan uterus

Usaha pengehentian kehamilan

Tanda kekerasan
Toksikologik
IUFD
mikroskopik
Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997.Ilmu

Kedokteran Forensik;
Buris L. 1993. Abortion. In: Forensic Medicine

PEMERIKSAAN PADA JANIN DAN IBU


Pemeriksaan pada ibu : (otopsi)
Bila didapatkan cairan dalam rongga perut, lakukan
pemeriksaan toksikologik.
Uterus : pembesaran, krepitasi, luka, atau perforasi.
Tes emboli udara pada vena kava inferior dan jantung
Alat-alat genitalia : pucat, kongesti atau adanya
memar.
Ambil darah dari jantung (segera setelah tes emboli)
untuk pemeriksaan toksikologi
Ambil urin untuk tes kehamilan/ toksikologi
Mikroskopik
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997.Ilmu
Kedokteran Forensik.

PEMERIKSAAN PADA JANIN DAN IBU


1. Pemeriksaan pada janin :
a. Umur bayi :

Berdasarkan panjang badan ( Rumus


Haase )
Berdasarkan pertumbuhan bagian bagian
tubuh
Berdasarkan inti penulangan

Hoediyanto, A Hariadi. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.

Berdasarkan panjang badan ( Rumus


Haase )
UMUR

PANJANG BADAN (CM)

(BULAN)

(PUNCAK KEPALA-TUMIT)

1 x 1=1

2x2=4

3x3=9

4 x 4 = 16

5 x 5 = 25

6 x 5 = 30

7 x 5 = 35

8 x 5 = 40

9 x 5 = 45

10

10 x 5 = 50

Hoediyanto, A Hariadi. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.

Berdasarkan pertumbuhan pada


bagian tubuh
Umur
(Bulan)

Ciri-ciri pertumbuhan

Hidung, telinga, jari mulai terbentuk


2
( belum sempurna),kepala
menempel ke dada
Daun telinga jelas, kelopak mata
masih melekat,leher mulai
3
terbentuk, belum ada deferensiasi
genetalia
Genetalia externa terbentuk dan
dapat dikenali, kulit merah dan tipis
4
sekali
Kulit lebih tebal, tumbuh bulu lanugo
5
Kelopak mata terpisah, terbentuk
6
Hoediyanto, A Hariadi. Ilmu alis
Kedokteran
Forensik
dan bulu
mata, dan
kulitMedikolegal.
keriput
7
Pertumbuhan lengkap dan sempurna

Berdasarkan inti
penulangan :

Calcaneus
: 5- 6 bulan
Talus
: 7 bulan
Femur
: 8-9 bulan
Tibia
: 9-10 bulan

Hoediyanto, A Hariadi. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.

Tanda-tanda mati dalam


rahim

Maserasi

http://library.med.utah.edu/WebPath/PEDHTML/PE
D153.html

DiMaio V, DiMaio D. 2001. Stillborn Infants. In: Forensic


Pathology 2nd Edition

Tanda-tanda mati dalam


rahim

Dada belum mengembang (diafragma


setinggi iga 3-4)
Uji apung paru
Mikroskopik

Pernah bernafas : alveoli berbentuk kuboid


Belum pernah
: alveoli berbentuk gepeng

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997.Ilmu


Kedokteran Forensik.

b. Penilaian terhadap placenta

- Apakah plasenta masih utuh atau


tidak?
- Apakah plasenta ditemukan
bersama bayi?
Setelah
itu
dapat
dilakukan
pencocokan golongan darah pada
bayi dan pada plasenta.
Hoediyanto, A Hariadi. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.

Kitab UU Hukum Pidana

Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain
untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.

Pasal 347
1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau
mematikan kandungan seorang wanita tanpa
persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama dua belas tahun.

2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita


tersebut diancam dengan pidana penjara paling
Soerodibroto, R Soenarto. Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan
lama lima belas
tahun.
Kitab Undang-Undang
Hukum
Acara Pidana Indonesia

Kitab UU Hukum Pidana


Pasal 348
1. Barang siapa dengan sengaja
menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang wanita dengan
persetujuannya, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun
enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan
matinya wanita tersebut, diancam
dengan pidana penjara paling lama
Soerodibroto, R Soenarto. Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan
tujuh tahun.
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Indonesia

Kitab UU Hukum Pidana

Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat
membantu melakukan kejahatan berdasarkan
pasal 346, ataupun melakukan atau
membantu melakukan salah satu kejahatan
yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348,
maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu
dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat
dicabut hak untuk menjalankan pencarian
dalam mana kejahatan dilakukan.

Soerodibroto, R Soenarto. Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan


Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Indonesia

UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


PASAL 75
1.
Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a) indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan,
baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit
genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b) kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan.
3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri
dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
kompeten dan berwenang.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan
perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Pemerintah

Waluyadi. Ilmu Kedokteran Kehakiman. Dalam Perspektif Peradilan dan Aspek Hukum

Anda mungkin juga menyukai