Pokok-pokok Kebijakan dan Strategi Pembangunan Daerah dalam rangka percepatan dan
pemantapan pelaksanaan pembangunan daerah tertinggal Kabupaten Alor tahun 2005-2009
Provinsi Nusa Tenggara Timur (Materi Expose Bupati Alor pada Kementerian Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Departemen/Lembaga terkait lainnya di Jakarta pada tanggal, 31 Mei
2005). Pemerintah Kabupaten Alor, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2005.hal 1
2
Ibid, Hal 1
II - 1
Sumber : Emergency and Humanitarian Action South East Asia Region : World Health Organization,
Earthquake Situation Report 18 November 2004, www. Updates_on_Earthquake_18nov04earthquake_sit_rep-Alor[1].
Alor adalah kelompok terakhir dari pulau-pulau di ujung timur jauh dalam
gugusan Kepulauan Solor-Alor. Jaraknya sekitar 65 kilometer dari Pulau Timor.
Negara Timor Leste dapat dengan mudah dilihat dari Pantai Kolana, Alor Timur.
Kepulauan Alor terdiri dari 15 buah pulau sebagian dihuni dan tidak dihuni. Pulau
berpenghuni terbanyak adalah Alor, diikuti oleh Pantar, Pura, Ternate, Tereweng,
Buaya, Kangge dan Kepa.
Sedangkan dari aspek Geofisika, Kabupaten Alor merupakan daerah yang rawan
gempa bumi karena terletak pada jalur Laut Banda yang merupakan area
pertemuan 3 (tiga) lempeng bumi.
2.2
Kabupaten Alor terdiri dari 2 pulau besar yaitu Pulau Alor dan Pulau Pantar serta
beberapa pulau kecil yang letaknya termasuk dalam Wilayah Jalur Gempa
Tektonik di Indonesia sehingga memiliki resiko terjadinya gempa tektonik secara
periodik. Wilayah Pulau Alor merupakan wilayah rawan gempa bumi yang
bersumber dari sistem patahan naik busur belakang Flores, membentang di
sebelah utara Pulau Alor berarah barat-timur. Sejarah mencatat bahwa wilayah ini
telah beberapa kali mengalami kejadian gempa bumi merusak. Tercatat dalam dua
II - 2
dekade terakhir adalah pada tahun 1987, kemudian tahun 1991 dimana gempa
yang terjadi cukup menghancurkan Kota Kalabahi dan terakhir gempa bulan
November tahun 2004.
Morfologi Pulau Alor berupa dataran terdiri dari daratan pantai, daratan alluvial,
dataran rombakan koral dan daratan rombakan batuan gunung api. Morfologi ini
tersusun oleh batuan lunak bersifat lepas, urai dan belum padu sehingga rentan
terhadap goncangan gempa bumi. Kota Kalabahi, Mailelang, Likuwantang,
Limbur, Lembah Adagai, Taramana, Koilela, Niakena, Kolana dan Bukapiting
terletak pada morfologi daratan pantai dan daratan aluvial. Sedangkan morfologi
bagian tengah Pulau Alor berupa perbukitan yang tersusun oleh endapan
rombakan gunung api berumur tersier dan kuarter. Batuan ini sebagian besar
lapuk, lepas, urai dan belum padu sehingga rentan terhadap goncangan gempa
bumi yang dapat memicu terjadinya longsoran. Berikut ini Peta Provinsi NTT
pada Gambar 2.2.
LEGEND
Berdasarkan posisi Alor dalam wilayah jalur gempa dan sejarah terjadinya gempa
di Alor seperti di atas, maka diprediksi oleh pakar gempa bahwa kemungkinan
terjadinya gempa tektonik di Alor secara periodik adalah pada setiap 5 atau 6
tahun kemudian.
II - 3
Lempeng Eurasia
Lempeng Pasifik
Pola tektonik di wilayah Nusa Tenggara Timur dikontrol oleh pola tektonik di
Samudera Hindia, seperti terlihat pada Gambar 2.3. Samudera Hindia berada di
atas lempeng samudera (Indian Australian Plate) yang bergerak ke utara dengan
kecepatan antara 6 8 cm per tahun. Pergerakan ini menyebabkan Lempeng India
Australia menabrak lempeng benua Eropa Asia (Eurasian Plate). Di bagian
barat tabrakan ini menghasilkan Pegunungan Himalaya. Sedangkan di bagian
timur menghasilkan penunjaman (subduction) yang ditandai dengan palung laut
yang disebut Java Trench, yang membentang dari Teluk Benggala, Laut
Andaman, di Selatan Pulau Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara, hingga Laut
Banda di Maluku.
Pada Gambar 2.4 dibawah ini terlihat pola tektonik Samudra Hindia. Untuk di
Nusa Tenggara merupakan penunjaman dan menghasilkan rangkaian busur pulau
depan (Flores Island) yang arahnya terlihat pada Gambar 2.4, serta sesar aktif
(The Great Sumatera Fault) yang membelah Pulau Sumatera.
II - 4
Sedangkan Gambar 2.5 berikut ini menunjukkan sebaran palung dan gunung api
di Indonesia. Hal ini menggambarkan bahwa Indonesia berada dalam zona aktif
tektonik. Sehingga wilayah Nusa Tenggara berada di kawasan yang selalu
terancam gempa tektonik, oleh karena itu seluruh aspek perencanaannya harus
antisipatif terhadap ancaman tersebut.
II - 5
2.3
Di Kabupaten Alor terdapat aneka ragam bahasa lokal (19 etnolinguistik) dan
kesenian tradisional, upacara adat dan kearifan lokal. Secara linguistik Alor
memang bermacam-macam. Sebuah survay terkini yang dilakukan oleh penelitipeneliti dari Universitas Leiden Belanda, menunjukan bahwa di Kepulauan Alor
terdapat kira-kira 14 bahasa daerah. Kebanyakan dari bahasa-bahasa tersebut
berhubungan dengan bahasa-bahasa Papua, kecuali bahasa yang dipakai oleh
beberapa komunitas nelayan di daerah pesisir yang umumnya diakui sebagai
bahasa Alor, bahasa yang memiliki hubungan dengan bahasa Lamaholot, salah
satu bahasa dalam rumpun bahasa Austronesia yang dipakai di Flores timur.
2.3.1
Agama
Pada tahun 2003, jumlah penduduk Kabupaten Alor adalah 168.965 jiwa. 3 ,
Dari jumlah tersebut, mayoritas penduduk yakni sekitar 75 persen memeluk
agama Kristen Protestan, dan selebihnya menganut Islam, Katolik, Hindu
dan Budha. Meskipun demikian, sebagian dari mereka juga menganut
3
II - 6
SDLB
MI
Sub
Jumlah
MTs
13
13
18
Alor Selatan
17
17
20
27
Alor Timur
18
18
27
34
Teluk Mutiara
17
27
28
10
Pantar Barat
25
28
Pantar
Jumlah
22
39
194
SMA SMK
MA
Sub
Jumlah
SD
SMP
Sub
Jumlah
TK/RA
30
42
18
24
19
22
3
6
29
21
216
29
32
41
64
32
36
12
299
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Alor, 16 Juni 2005 dan Survey Pendidikan, Depdiknas 2004
II - 7
Jumlah
2.4
KONDISI EKONOMI
Sebagian besar mata pencaharian penduduk ialah dari pertanian dan perikanan
skala kecil. Selain itu masih ada penduduk yang hidup dari ladang atau kebun
secara berpindah-pindah dengan cara membabat hutan belukar. Dengan jumlah
populasi penduduk sekitar 168.965 orang, penduduk Alor sebagian besar bermata
pencaharian sebagai petani dan nelayan.
Konfigurasi wilayah daratan Kabupaten Alor yang bergunung dan berbukit
memberikan iklim yang variatif bagi pengembangan aneka komiditi pertanian,
tanaman pangan, perkebunan, kehutanan dan peternakan sedangkan sebagai
wilayah kepulauan dengan perairan yang luas dan kaya berbagai jenis ikan dan
hasil laut non ikan serta taman laut yang indah. Adapun potensi wilayah dan
keanekaan komoditi adalah sebagai berikut:
Kehutanan dan perkebunan: seedlack asam, kenari, sirih hutan, kayu manis,
mahoni, cendana, kemiri, kelapa, cengkeh, vanili, kopi, kakao dan lada.
Dinas Pendidikan Kabupaten Alor, 16 Juni 2005 dan Survey Pendidikan, Depdiknas 2004
Ibid, hal 99
9
BPS Kabupaten Alor, Alor Dalam Angka Tahun 2002
8
II - 8
Perikanan dan Kelautan: berbagai jenis ikan seperti kerapu, cucut, kakap, teri,
tenggiri, tuna, tongkol dll. serta non ikan antara lain mutiara, rumput laut,
teripang, ubur-ubur serta berbagai jenis kerang dan taman laut.
Lambat
mendapat
II - 9
Industri dan kerajinan rakyat: kerajinan tenun ikat, tenun songket, meubel
bambu, anyaman bambu dan daun lontar, batu bata dan gerabah.
Pertambangan dan energi: batu berwarna, pasir besi, emas, timah, intan, gips
dll.
II - 10
Tabel 2.2
Data Komoditi Antar Pulau Per Kilogram (Berizin)
Kabupaten Alor Tahun Anggaran 1994/1995 2004
Jumlah
Perjenis
Komoditi
(Kg)
Kemiri
Asam
Seedlack
Mente
Kopra
Pinang Iris
Kemiri Kulit
Kenari
Cengkeh
Vanilli
Kayu M3
Pinang
Buah
Batu Hitam
Tahun Anggaran
1994/1995
2.199.705
767.800
235.575
86.720
20.850
2.130
300
-
1999/2000
678.040
423.405
56.415
93.320
245.545
2.300
250
-
2000
953.882
230.440
81.330
219.245
348.500
10.090
7.700
1.295
9.490
300
30
2001
2.860.969
1.235.019
44.360
185.459
559.530
7.885
9.675
21.475
4.221
-
2002
2.173.958
810.932
74.870
409.902
100.656
26.603
5.450
8.770
2.778
72
2003
2.533.985
651.860
123.731
604.507
93.767
18.500
2.152
31.335
8.465
25.693.206
2004
3.063.630
665.225
149.801
902.315
45.105
41.475
2.110
11.837
8.340
-
2.800
2.278.900
980
1.863.000
3.950.620
2.772
6.388.125
25.205
4.066.795
20.300
4.669.963
124.435
4.680.662
Sumber : Pokok-Pokok Kebijakan dan Strategi Pembangunan Daerah Kabupaten Alor-Nusa Tenggara Timur
Tahun 2005-2009, Pemerintah Kabupaten Alor, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 2005
II - 11
2.5
KONDISI INFRASTUKTUR
2.6
KONDISI PEMERINTAHAN
II - 12
2.7
II - 13
rendah, bencana banjir juga sering terjadi khususnya di wilayah utara Kota
Kalabahi, sebelah utara Maritaing dan sekitar Moru. Sedangkan kawasan kritis
akibat erosi pantai maupun gerakan tanah berada di sekitar DAS Lembur dan
Adwer. Potensi kawasan bencana dapat dilihat pada Gambar 2.10 diatas.
Identifikasi kawasan rawan bencana dalam RUTR Kabupaten Alor 1991 ini masih
bersifat umum belum mendetail serta belum memiliki kebijakan dan strategi
pembangunan serta langkah-langkah untuk mengantisipasi adanya kawasan
bencana tersebut.
Dalam upaya penataan ruang wilayah perbatasan, dengan penekanan pada muatan
pertahanan nasional dan hukum laut internasional, pada tahun 2003 Departemen
Pekerjaan Umum (waktu itu bernama Departemen Permukiman dan Prasarana
Wilayah) menyusun RTR Kawasan Perbatasan Negara Laut Kabupaten Alor.
Kedudukan RTR Kawasan Perbatasan Nagara Laut Kabupaten Alor adalah dalam
kerangka penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), yang
memuat penetapan dan arahan pengelolaan kawasan tertentu/perbatasan.
Pada dasarnya RTR Perbatasan Nagara Laut Kabupaten Alor berisikan strategi
operasionalisasi RTRWN, termasuk strategi pertahanan nasional berkaitan dengan
perbatasan dengan negara Timor Leste. Rencana pola pemanfaatan ruang
berdasarkan RTR Perbatasan Negara Laut Kabupaten Alor dapat dilihat pada
Gambar 2.11.
Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Perbatasan Negara Laut, NTT (Kabupaten Alor dengan Timur Leste),
Departemen PU, 2003
II - 14
Alokasi pemanfaatan ruang dalam RTR Perbatasan Negara Laut Kabupaten Alor
Tahun 2003 adalah untuk :
Kawasan lindung, yang terdiri dari hutan lindung, hutan wisata, sempadan
sungai, sempadan pantai, kawasan sekitar mata air, kawasan pantai berhutan
bakau, dan DAS yang meliputi luasan sebesar 184.053,13 ha atau 64,25% dari
total luas wilayah Kabupaten Alor.
Kawasan budidaya, yang terdiri dari kawasan hutan produksi terbatas,
kawasan hutan produksi tetap, kawasan tanaman pangan, lahan kering dan
perkebunan, kawasan permukiman, dan kawasan budidaya lainnya dengan
luas sebesar 102.550,87 ha atau 35,75% dari luas Kabupaten Alor.
II - 15