Anda di halaman 1dari 2

Nama : Lovian A.

Sinambela
Npm : 150510120130
Kelas : Biofertilisasi A

Penggunaan Pupuk Hayati di Kawasan Asia


Aplikasi agens hayati seperti pupuk dan pestisida hayati pada pertanian diyakini sebagai
alternatif utama terhadap bahan agrokimia. Praktek Pertanian yang Baik (Good Agricultre
Practices/GAP), keberlanjutan pertanian, keamanan pangan dan kelestarian lingkungan bisa lebih
terjamin, biaya produksi lebih murah. Namun, aplikasinya secara global maupun di Asia masih
lamban, terhadang banyak kendala. Satu lokakarya internasional yang diselenggarakan FFTC
bersama Dewan Riset Pertanian Pilipina (PCARRD) beberapa waktu lalu di Los Banos, Pilipina
mencoba mengamati status pupuk dan pestisda hayati di seputar Asia-Pasifik, penerimaan petani,
serta masalah yang dihadapi. Dan bagaimana caranya agar petani, khususnya petani kecil, lebih
bersemangat menerima dan menggunakan pupuk dan pestisida hayati.
Pertemuan tersebut telah memberi pemahaman yang lebih baik tentang kemanjuran dan
keamanan teknologi agens hayati bagi pertanian skala kecil dan memberi gambaran jelas tentang
status dan prospek agens hayati sebagai strategi yang menjanjikan bagi produksi tanaman yang
ramah lingkungan dan berkelanjutan. Sementara itu kebanyakan petani kecil di kawasan Asia
masih meneruskan ketergantungan pada pupuk dan pestisida anorganik. Pangsa alternatif hayati
di pasar perlindungan tanaman baru 1-2%, itupun didominasi oleh produk rekayasa genetik Bt.
Padahal, peluang mengembangkan teknologi agens hayati dan aplikasinya di Asia sangat besar
karena cukup efektif dan efisien biaya, mudah diproduksi secara masal, sesuai untuk GAP,
pangan aman dan ramah lingkungan. Beberapa negara Asia-Pasifik sudah melakukan langkah
terobosan cukup berarti dalam pengembangan teknologi agens hayati, di antaranya Jepang,
Korea dan Taiwan. Upaya itu dilengkapi dengan kegiatan promosi untuk mendorong penerimaan
dan penggunaan oleh petani kecil. Namun, secara umum kemajuan peranan teknologi agens
hayati kelihatannya masih lamban.

Di Jepang, Federasi Koperasi Pertanian Tokachi (TFAC) memproduksi dan


mendistribusikan jenis-jenis pupuk hayati rhizobium, ada untuk tanaman kedelai dan kacangkacangan lain, untuk inokulasi benih leguminosa dan untuk pelapis benih rerumputan
leguminosa.

Di

Hokaido,

80%

petani

menggunakan

pupuk

hayati

ini.

Di Korea Selatan, pangsa pestisida hayati di pasar pestisida (2007) sudah mencapai 2,8% (US$
35 juta). Pestisida hayati andalan yang luas digunakan petani adalah campuran kuning telur
dengan minyak makan (egg yolk and cooking oil mixture/EYCO) untuk melawan berbagai hama
dan menyehatkan tanaman.

Anda mungkin juga menyukai