Anda di halaman 1dari 11

Hukum secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu Hukum Publik dan Hukum Privat.

Hukum pidana merupakan hukum publik, artinya bahwa Hukum pidana mengatur hubungan
antara para individu dengan masyarakat serta hanya diterapkan bilamana masyarakat itu
benar-benar memerlukan.
Van Hamel antara lain menyatakan bahwa Hukum Pidana telah berkembang menjadi Hukum
Publik, dimana pelaksanaannya sepenuhnya berada di dalam tangan negara, dengan sedikit
pengecualian. Pengeualiannya adalah terhadap delik-delik aduan (klacht-delicht). Yang
memerlukan adanya suatu pengaduan (klacht) terlebih dahulu dari pihak yang dirugikan agar
negara dapat menerapkannya.
Maka Hukum Pidana pada saat sekarang melihat kepentingan khusus para individu bukanlah
masalah utama, dengan perkataan laintitik berat Hukum Pidana ialah kepentingan
umum/masyarakat. Hubungan antara si tersalah dengan korban bukanlah hubungan antara
yang dirugikan dengan yang merugikan sebagaimana dalam Hukum Perdata, namun
hubungan itu ialah antara orang yang bersalah dengan Pemerintah yang bertugas menjamin
kepentingan umum atau kepentingan masyarakat sebagaimana ciri dari Hukum Publik.
Contoh Hukum Privat (Hukum Sipil)

Hukum sipil dalam arti luas (Hukum perdata dan hukum dagang)

Hukum sipil dalam arti sempit (Hukum perdata saja)

Dalam bahasa asing diartikan :

a)

Hukum sipil : Privatatrecht atau Civilrecht

b)

Hukum perdata : Burgerlijkerecht

c)

Hukum dagang : Handelsrecht

Contoh hukum Hukum Publik

Hukum Tata Negara

Yaitu mengatur bentuk dan susunan suatu negara serta hubungan kekuasaan anatara
lat-alat perlengkapan negara satu sama lain dan hubungan pemerintah pusat dengan
daerah (pemda)

Hukum Administrasi Negara (Hukum Tata Usaha Negara),

mengatur cara menjalankan tugas (hak dan kewajiban) dari kekuasaan alat
perlengkapan negara;

Hukum Pidana,

mengatur perbuatan yang dilarang dan memberikan pidana kepada siapa saja yang
melanggar dan mengatur bagaimana cara mengajukan perkara ke muka pengadilan
(pidana dilmaksud disini termasuk hukum acaranya juga). Paul Schlten dan
Logemann menganggap hukum pidana bukan hukum publik.

Hukum Internasional (Perdata dan Publik)

Macam-macam Pembagian Hukum


1.Menurut sumbernya :

Hukum undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundangan.

Hukum adat, yaitu hukum yang terletak dalam peraturan-peraturan kebiasaan.

Hukum traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh Negara-negara suatu dalam
perjanjian Negara.

Hukum jurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena putusan hakim.

Hukum doktrin, yaitu hukum yang terbentuk dari pendapat seseorang atau beberapa
orang sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum.

2.Menurut bentuknya :

Hukum tertulis, yaitu hukum yang dicantumkan pada berbagai perundangan

Hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan), yaitu hukum yang masih hidup dalam
keyakinan masyarakat, tapi tidak tertulis, namun berlakunya ditaati seperti suatu
peraturan perundangan.

3.Menurut tempat berlakunya :

Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu Negara.

Hukum internasional, yaitu yang mengatur hubungan hubungan hukum dalam dunia
internasional.

4.Menurut waktu berlakunya :

Ius constitutum (hukum positif), yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi suatu
masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu.

Ius constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada masa yang akan
datang.

Hukum asasi (hukum alam), yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala
waktu dan untuk segala bangsa di dunia.

5. Menurut cara mempertahankannya :

Hukum material, yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur kepentingan
dan hubungan yang berwujud perintah-perintah dan larangan.

Hukum formal, yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur tentang
bagaimana cara melaksanakan hukum material

6. Menurut sifatnya :

Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun mempunyai
paksaan mutlak.

Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak
yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri.

7.Menurut wujudnya :

Hukum obyektif, yaitu hukum dalam suatu Negara berlaku umum.

Hukum subyektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum obyektif dan berlaku pada
orang tertentu atau lebih. Disebut juga hak.

8.Menurut isinya :

Hukum privat, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan
yang lain dengan menitik beratkan pada kepentingan perseorangan.

Hukum publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara Negara dengan alat
kelengkapannya ata hubungan antara Negara dengan warganegara.

I
I
Kebenaran Ariya tentang Dukkha
(Dukkha Ariya Sacca)
Definisi
Kata dukkha yang berasal dari bahasa Pali, sukar sekali untuk diwakilkan
secara tepat oleh satu kata dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris
karena memiliki makna yang dalam. Secara etimologi berasal dari kata du
yang berarti sukar dan kata kha yang berarti dipikul, ditahan. Jadi kata dukha berarti sesuatu atau beban yang sukar untuk dipikul. Pada umumnya
dukkha dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai penderitaan, ketidakpuasan,
beban. Tiga Bentuk Dukkha
Dalam Dukkh Sutta; Samyutta 38.14 {S 4.259}, Y.A Sariputta menjelaskan
adanya tiga bentuk dukkha kepada Jambukhadika, Ada tiga bentuk dari
dukkha, sahabatKu, yaitu : dukkha-dukkh, viparinma-dukkh, sankhrdukkh. Inilah tiga bentuk dukkha.
dukkha-dukkh
adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang alami dan dirasakan tubuh dan
bathin, seperti sakit jantung, sakit kepala, perasaan sedih karena berpisah
dengan yang dicintai, kegagalan dalam usaha, sebagainya.
viparinma-dukkh
adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang tidak lepas dari adanya perubahan,
seperti kondisi perasaan bahagia, yang dirasakan cepat atau lambat akan
mengalami perubahan.
sankhr-dukkh
adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang berhubungan dengan Lima
Kelompok Kemelekatan (Panca Khanda), seperti perasaan susah karena tidak
dapat menikmati makanan enak yang dipicu karena adanya indera pengecap
yang merupakan salah satu dari Lima Kelompok Kemelekatan (Panca Khanda).
II
Kebenaran Ariya tentang Asal Mula Dukkha
(Dukkha Samudaya Ariya Sacca)
Guru Buddha bersabda, Sekarang, O, para bhikkhu, Kebenaran Ariya tentang
Asal Mula Dukkha, yaitu : Ketagihan (tanh) yang menyebabkan tumimbal lahir,
disertai dengan hawa nafsu untuk menemukan kesenangan di sana sini, yaitu
kamatanh : ketagihan akan kesenangan indria, bhavatanh : ketagihan akan
penjelmaan, vibhavtanh : ketagihan untuk memusnahkan diri.

Pada bagian ini Guru Buddha menjelaskan bahwa sumber dari dukkha atau
penderitaan adalah tanh, yaitu nafsu keinginan yang tidak ada habis-habisnya.
Tanha dapat diibaratkan seperti candu atau opium yang menimbulkan dampak
ketagihan bagi yang memakainya terus-menerus, dan semakin lama akan
merusak fisik maupun mental si pemakai. Tanha juga dapat diibaratkan seperti
air laut yang asin yang jika diminum untuk menghilangkan haus justru rasa haus
tersebut semakin bertambah.
Ada tiga bentuk tanh, yaitu :
1.Kmatanh : adalah ketagihan akan kesenangan indriya, ialah ketagihan
akan :
a. bentuk-bentuk (indah)
b. suara-suara (merdu)
c. wangi-wangian
d. rasa-rasa (nikmat)
e. sentuhan-sentuhan (lembut)
f. bentuk-bentuk pikiran
2.Bhavatanh : adalah ketagihan untuk lahir kembali sebagai manusia yang
berdasarkan pada kepercayaan yang mengatakan tentang adanya "atma (roh)
yang kekal dan terpisah" (attavada).
3.Vibhavatanh : adalah ketagihan untuk memusnahkan diri, yang berdasarkan
kepercayaan yang mengatakan bahwa setelah manusia meninggal maka
berakhirlah segala riwayat tiap-tiap manusia (ucchedavda).

III
Kebenaran Ariya tentang Terhentinya Dukkha
(Dukkha Nirodha Ariya Sacca)
Guru Buddha bersabda, Sekarang, O, para bhikkhu, Kebenaran Ariya tentang Terhentinya
Dukkha, yaitu : terhentinya semua hawa nafsu tanpa sisa, melepaskannya, bebas, terpisah
sama sekali dari ketagihan tersebut.
Pada bagian ini Guru Buddha menjelaskan bahwa dukkha bisa dihentikan yaitu dengan cara
menyingkirkan tanh sebagai penyebab dukkha. Ketika tanh telah disingkirkan, maka kita
akan terbebas dari semua penderitaan (bathin). Keadaan ini dinamakan Nibbana.
Dalam Itivuttaka 44; Khuddaka Nikaya, Guru Buddha menjelaskan bahwa terdapat 2
elemen/jenis Nibbana, yaitu :
Sa-upadisesa-Nibbana
Nibbana masih bersisa. Yang dimaksud dengan bersisa di sini adalah masih
adanya Lima Khanda. Ketika Petapa Gotama mencapai Penerangan Sempurna
dan menjadi Buddha, Beliau dikatakan telah dapat mencapai Sa-upadisesaNibbana tetapi masih memiliki Lima Khanda (jasmani, kesadaran, bentuk pikiran,

pencerapan dan perasaan). Sa-upadisesa-Nibbana juga dapat dikatakan sebagai


kondisi batin (state of mind) yang murni, tenang, dan seimbang.
An-upadisesa-Nibbana
Nibbana tanpa sisa. Setelah meninggal dunia, seorang Arahat akan mencapai
anupadisesa-nibbana, ialah Nibbana tanpa sisa atau juga dinamakan PariNibbana, dimana tidak ada lagi Lima Khanda (jasmani, kesadaran, bentuk
pikiran, pencerapan dan perasaan), tidak ada lagi sisa-sisa dan sebab-sebab dari
suatu bentuk kemunculan. Sang Arahat telah beralih ke dalam keadaan yang
tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Hal ini dapat diumpamakan dengan
padamnya api dari sebuah pelita, kemanakah api itu pergi ? Hanya satu jawaban
yang tepat, yaitu tidak tahu. Ketika Guru Buddha mangkat/wafat, Beliau
dikatakan telah mencapai anupadisesa-nibbana.

II
PembagianKamma
Kammadibagidalamempatgolonganbesaryaitu:
1. Menurutjangkawaktunya(PakakalaCatuka)golongandariKammainidapatdibagidalam
empatjenis:
i. DitthaDhammavedaniyaKamma:Kammayangmasakataumembuahkanhasil
dalamkehidupansekarangini.Disebabkanolehkehendakimpuls(kehendakyangmudah
digerakkandengandoronganhati)ataudalambahasaPalinyadisebutJavanaCetanayang
baikmaupunyangburuk.JavanaCetanamimenimbulkanKammayangberbuahdalam
kehidupaninijuga.DitthaDhammavedaniyakammaterbagiduamacam,yaitu:
a) ParipakkaDitthaDhammavedaniyaKammaadalahKammayangmemberikanhasil/akibat
dalamwaktu7(tujuh)haridenganpasti.
b)AparipakkaDitthaDhammavedaniyaKammaadalahKammayangmemberikanhasil/akibat
setelahlewat7(tujuh)hari.
c) UppajjavedaniyaKamma:Kammayangmasakataumemberikanhasildalamkehidupan
yangakandatang,dalamkehidupanke2(dua).
d) AparaparavedaniyaKamma:Kammayangmasakataumemberikanhasil/akibatdalam
kehidupanberikutnyaberturutturut,yaitudalamkehidupanyangke3(tiga)danseterusnya.
e) AhosiKamma:Kammayanglelahhahis.
Menurutsifatbekerjanya(Kiccacatukka)golongandariKammainidapatdibagidalam4
(empat)jenis,yaitu:
i. JanakaKammaadalahKammayangmenyebabkantimbulnyasyaratsyaratuntuk
terlahimyakembalisuatumakhluk.KammainimenimbulkanNamaKhandha(kelompok
batin)danKammarupa(materi/jasmani).KammainidisebutJanakaKamma,yaituAkusala
Kamma12danLokiyakusalaKamma17,KammavacarakusalaKamma8,

RupavacarakusalaKamma5,danArupavacarakusalaKamma4.JanakaKammainiadalah
bertugasmelahirkanmakhlukmakhlukdidalam31alamkehidupan.
ii. UpatthambhakaKammaAdalahHukumkekuatanyangmendorongterpeliharanyasatu
akibatdaripadasebab(kamma)yangtelahtimbul.KammainiadalahmembantuJanaka
Kamma,yaitu:
a) MembantuJanakaKammayangbelummempunyaiwaktumenimbulkan
hasil/akibat,memberikanwaktumenimbulkanhasil/akibat.
b) MembantuJanakaKammayangsedangmempunyaiwaktumenimbulkan
hasil/akibat,memberikankekuatanuntukmenimbulkanhasil/akibatsecarasempurna.
UpatthambhakaKammayangmembantuJanakaKammayangsedangmempunyaiwaktu
menimbulkanhasil/akibat,memberikankekuatanuntukmenimbulkanhasil/akibatsecara
sempurna,dibagimenjadi10bagian:
(1) Kusalayangtimbulsewaktumenghadapikematian,membantukepadaKusala
JanakaKammadalamkehidupanyanglampau,yangsedangmempunyaiwaklu
memberikanhasil/akibat,memberikankekuatanuntukmenimbulkanhasil/akibatsecara
sempurna.

(2) Kusalayangtimbulsewaktumenghadapikematian,membantuKusalaJanakaKammadalam
kehidupansekaranginiyangsedangmempunyaiwaktumemberikanhasil/akibat,memberikan
kekuatansempurna.
(2) Kusalayangtimbulsewaktumenghadapikematian,membantuKusalaJanakaKammadalam
kehidupansekaranginiyangsedangmempunyaiwaktumemberikanhasil/akibat,memberikan
kekuatansempurna.
(4) Akusalayangtimbulsewaktumenghadapikematian,membantuAKusalaJanakaKammadalam
kehidupansekaranginiyangsedangmenimbulkanhasil/akibatsecarasempurna.
(5) Kusalayangtimbuldalamwaktusekarang,membantukepadaKusalaJanakaKammadalam
kehidupanlampauyangsedangmempunyaiwaktumemberikanhasil/akibat.mamberikankekuatan
untukmenimbulkanhasil/akihal.secarasempurna.
(6) Kusalayangtimbuldalamwaktusekarang.membantuKusalaJanakaKammadalamkehidupan
sekaranginiyangsedangmempunyaiwaktumemberikanhasil/akibat,memberikankekuatanuntuk
menimbulkanhasil/akibatsecaralangsung.
(7) Akusalayangtimbuldalamwaktusekarang,membantuKusalaJanakaKammadalamkehidupan
lampauyangsedangmempunyaiwaktumemberikanhasil/akibat,memberikankekuatan
menimbulkanhasil/akibatsecarasempurna.
(8) Akusalayangtimbuldalamwaktusekarang,membantuAkusalaJanakaKammadalam
kehidupansekaranginiyangsedangmempunyaiwaktumemberikanhasil/akibat,memberikan
kekuatanuntukmenimbulkanhasil/akibatsecarasempurna.
(9) Kusalayangtimbuldalamkeehidupanlampau.membantuKusalaJanakaKammadalam
kehidupansekarangmiyangsedangmempunyaiwaktumemberikanhasil/akibat,memberikan
kekuatanuntukmenimbuikanhasil/akibatsecarasempurna.
(10) Akusalayangtimbuldalamkehidupanlampau.membantuAKusalaJanakaKammadalam
kehidupansekaranginisedangmempunyaiwaktumemberikanhasil/akibat,memberikankekuatan
untukmenimbulkanhasil/akibatsecarasempurna.

c) MembantuNamaRupa(batinjasmani)yangdilahirkanJanakaKammamenjadimajudan
bertahanlama.
UpathambhakaKammayangmembantuNamaRupa(batinjasmani)yangdilahirkan
JanakaKammamenjadimajubertahanlama,dibagimenjadi7bagian,yaitu:

(1) Kusalayangpernahdibuatdalamkehidupanlampau.membantuNamaRupa(batinjasmani)
yangdilahirkanKusalaJanakaKammamemberikankemajuandanbertahanlama.(2) Kusalayang
pernahdiperbuatdalamkehidupansekarangini,membantuNamaRupa(batinjasmani)yang
dilahirkanKusalaJanakaKammamemberikankemajuandanhertahanlama.
(3) Akusalayangpernahperbuatdalamkehidupanlampau,membantuNamaRupayangdilahirkan
AKusalaJanakaKammamemherikankemajuandanbertahanlama.
(4) Akusalayangtimbuldalamkehidupansekarangini,membantuNamaRupayangdihasilkan
AKusalaJanakaKammamemberikemajuandanbertahanlama.
(5) KusalayangpernahdiperbuatdalamkehidupanJampau,membantukepadaNamaRupayang
dilahirkanAkusalaJanakaK.ammamemberikemajuandanbertahanlama.
(6) Kusalayangpernahdiperbuatdalamkehidupansekarangini,membantukepadaNamaRupa
yangdilahirkanKusalaJanakaKammamemherikankemajuandanberlahanlama.
(7) Akusalayangpernahdiperhuatdalamkehidupansekarangini,membanluNamaRupayang
dilahirkanKusalaJanakaKammamemherikankemajuandanbertahanlama.

iii. UpapilakaKamma:hukumyangmenekan,mengolah,menyelaraskansatuakibatdari
padasebab.UpapilakaKammaadalahKammayangmenekan.yaitu:
a) MenekanJanakaKammayangmempunyaikeadaanbertentangan
b) MenekanNamaRupayangdilahirkanJanakaKamma.
iv. UpaghatakaKamma;Hukumyangmeniadakankekuatandanakibatdarisatusebabyangtelah
terjadidansebaliknyamenyuburkanberkembangnyaKarmabaru.JadiUpaghatakaKammaadalah
KammayangmemotongKammalainnyadanhasildariKammalainnyasecaramenyeluruh.
PemotongandariUpaghatakaKammaada2macam,yaitu:
a) UpaghatakaKammamemotongJanakaKammasupayatidakadawaktumenimbulkan
hasil/akihatuntukselamanya(KammantaraUpaghataka)
b) UpaghataKammamemotongNamaRupayangdilahirkanJanakaKammasampairusak.
(kammanibbattakhandhasantanaUpaghataka)

III
Tilakkhana atau tiga corak umum adalah tiga keadaan yang mencengkeram segala sesuatu
dalam semesta alam ini. Tidak ada suatu bentuk apapun yang bebas dari ketiga corak tersebut.
Oleh karena itu, Tilakkhana merupakan corak yang universal.
Adapun ketiga corak umum itu terdiri dari:
1. Anicca-lakkhana: corak berubah-ubah.
2. Dukkha-lakkhana: corak penderitaan
3. Anatta-lakkhana: corak tanpa aku.

1. Anicca-lakkhana
Anicca-lakkhana atau corak yang selalu berubah-ubah adalah corak yang khas dari
keadaan Viparinama dan Annathabava. Viparinama berarti metafisika, yaitu suatu
perubahan yang radikal di alam semesta, yang merupakan perubahan yang disebut
dari bentuk yang ada ke keadaan yang tiada. Sedangkan Annathabava berarti
perubahan yang mengikuti suatu keadaan sedikit demi sedikit.
2. Dukkha-lakkhana
Dukkha-lakkhana adalah corak yang menjelaskan mengenai penderitaan, yang tidak
menyenangkan, nyata, dan selalu ada dalam kehidupan sehari-hari di dunia ini.
Kehidupan dari semua mahluk yang tampak maupun tak tampak, yang besar maupun
kecil, sebenarnya merupakan dukkha yang nyata. Terdapat 12 macam dukkha, yaitu:
1. Jati-dukkha: penderitaan dari kelahiran.
2. Jara-dukkha: penderitaan dari ketuaan.
3. Byadhi-dukkha: penderitaan dari kesakitan.
4. Marana-dukkha: penderitaan dari kematian.
5. Soka-dukkha: penderitaan dari kesedihan.
6. Parideva-dukkha: penderitaan dari ratap tangis.
7. Kayika-dukkha: penderitaan dari jasmani.
8. Domanassa-dukkha: penderitaan dari batin.
9. Upayasa-dukkha: penderitaan dari putus asa.
10. Appiyehisampayoga-dukkha: penderitaan karena berkumpul dengan
orangyang tidak disenangi atau dengan musuh.
11. Piyehivippayoga-dukkha: penderitaan karena berpisah dengan sesuatu /
seseorang yang dicinta.
12. Yampicchannaladhi-dukkha: penderitaan karena tidak tercapai apa yang dicitacitakan.
3. Anatta-lakkhana
Anatta-lakkhana adalah corak yang menimbulkan pengertian bahwa bentuk-bentuk
materi dan batin itu sebagai sesuatu yang "tanpa aku yang kekal".
Sang Buddha mengatakan bahwa apa yang kita anggap sebagai sesuatu yang abadi
dalam diri kita adalah merupakan kombinasi dari kumpulan unsur fisik dan mental
(pancakkhanda), yang terdiri dari jasmani (rupakkhanda), perasaan (vedanakkhanda),
persepsi (sannakkhanda), pikiran (samkharakkhanda), dan kesadaran
(vinnanakkhanda). Semua unsur ini bekerja bersama dalam sebuah perubahan secara
terus menerus yang tidak pernah sama antara satu momen dengan momen lainnya.

Dalam Anatta-lakkhana Sutta, Sang Buddha bersabda, "Jasmani, o para Bhikkhu,


bukanlah Sang Aku. Perasaan bukanlah Sang Aku. Persepsi bukanlah Sang Aku.
Pikiran bukanlah Sang Aku. Demikian juga kesadaran. Dengan memahami hal
tersebut, O para Bhikkhu, sang murid tidak lagi terikat pada jasmani, atau pada
perasaan, atau pada persepsi, atau pada pikiran, atau pada kesadaran. Dengan tidak
terikat pada semua unsur itu, ia menjadi terbebaskan dari hawa nafsu. Pengertian
mengenai kekebasan berkembang dalam dirinya. Dan kemudian ia tahu bahwa apa
yang telah ia lakukan adalah apa yang harus dilalukan, ia hidup dalam kehidupan suci,
ia tidak lagi akan menjadi ini atau itu, dan alur kelahirannya telah terputuskan."

Anda mungkin juga menyukai