2. PES DAS Cidanau Provinsi Banten, pemanfaat jasa lingkungan adalah PT Krakatau Tirta
Industri dan penyedia adalah masyarakat pemilik/pengguna lahan di hulu DAS
Cidanau.seluas 50 ha. Mekanisme pembayaran melalui perjanjian pembayaran jasa
lingkungan antara PT Krakatau Tirta Industri dan Forum komunikasi DAS Cidanau (FKDC).
Pembayaran sebesar Rp 175 juta (2005-2006), Rp 200 juta 92007-2009), Rp 200 juta (20102014). Tujuan pembayaran adalah konservasi DAS untuk kelestarian hasil air (Rahadian et.
al., 2010).
3. Inisiasi kesediaan PDAM PT Tirta Montala melakukan pembayaran biaya perlindungan (cost
sharing) Sub DAS Montala seluas 2.300 ha (DAS Krueng Aceh) kepada masyarakat yang
tergabung di dalam Forum Perlindungan Krueng Montala (FORPELA). PDAM PT Tirta
Montala memberikan dana biaya perlindungan DAS dari penebangan liar dan perambahan
sebesar 50 juta/tahun/Rp 22.000/ha/thn. Tujuan pembayaran untuk perlindungan Sub
DAS kelestarian hasil air, tetapi belum dibangun kesepakatan bagaimana mengukur output/
monitoring jasa lingkungan yang dihasilkan. Demikian juga belum dibangun secara jelas
mekanisme pembayaran dilakukan (Bahruni, et.al., 2010).
4. Inisiasi Yayasan Leuser Indonesia (YLI) memberikan bantuan dana untuk pengembangan
agroforestry di lahan pertanian yang kurang produktif milik masyarakat di Kabupaten Aceh
Tengah. Kontribusi ini mendekati skema Purchasing of Development Rights to Land
(Purchasing Landuse Right) sebesar Rp 6.200.000/ha selama 3 tahun pembangunan
agroforestry (2.066.000/ha/thn). Negosiasi belum ada tentang kesepakatan yang jelas tentang
tujuan pembayaran, jangka waktu kontrak/ kesepakatan, ukuran hasil jasa lingkungan dan
mekanisme monitoringnya, hak dan kewajiban para pihak. Demikian juga inisiasi
pembayaran oleh Dinas Kehutanan melalui program block grant RHL melalui pengembangan
hutan rakyat, kebun bibit desa di Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh (Bahruni, et.al.,
2010).
5. Kerjasama pemanfaatan air secara lestari di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
(TNGGP), antara Balai Besar TNGGP dan PDAM PT Tirta Bumi Wibawa (PDAM-TBW)
Kota Sukabumi. Kesepakatan PDAM-TBW hanya diperbolehkan memanfaatan maksimal
15% debit air sungai Cipelang , sisanya untuk keperluan masyarakat sekitar. PDAM-TBW
berkontribusi (tidak ada informasi besar kontribusi) untuk kegiatan pelestarian kawasan
TNGGP. Negosiasi belum ada tentang ukuran output dan monitoringnya hasil dari kontribusi
itu (http://www.gedepangrango.org/kerjasama-pemanfaatan-air-secara-lestari-di-tnggp).
IV. KESIMPULAN
1. Perlu membangun komunikasi, dialog dengan para pihak, untuk membangun kesadaran
kebutuhan dan kepentingan / keperdulian bersama perlunya tindakan kolektif (pengelolaan
kolaboratif) jasa lingkungan kawasan konservasi.
2. Pengembangan pola pengelolaan jasa lingkungan tata air kawasan konservasi yang
melibatkan kerjasama para pihak dapat dilakukan dengan dua pilihan. Pilihan ini sangat
tergantung pada landasan nilai, norma,motivasi, kepentingan para pihak di dalam
pemanfaatan jasa lingkungan tata air kawasan konservasi di setiap wilayah. Kedua
pendekatan ini adalah :
V. DAFTAR PUSTAKA