Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Agustus 2018 Vol.

23 (2): 127136
ISSN 0853-4217 http://journal.ipb.ac.id/index.php/JIPI
EISSN 2443-3462 DOI: 10.18343/jipi.23.2.127

Alokasi dan Pemanfaatan Kompensasi Pembayaran Jasa Lingkungan Air


Kota Cirebon dan Kabupaten Kuningan

(Allocation and Use of Compensation of Payment for Environmental


Services Cirebon City and Kuningan Regency)
Tommi Febrian1*, Yusman Syaukat2, Meti Ekayani2

(Diterima Februari 2018/Disetujui Juli 2018)

ABSTRAK
Beberapa tahun terakhir terdapat penurunan debit mata air Cipaniis, yang mengindikasikan menurunnya kondisi
ekologi berupa tutupan lahan di kawasan resapan sekitar mata air. Dana kompensasi yang diberikan oleh Kota
Cirebon kepada Kabupaten Kuningan dalam rangka kerja sama pembayaran jasa lingkungan (payment for
environmental services) yang dilakukan sejak tahun 2004 belum memberikan manfaat yang signifikan bagi Kota
Cirebon, masyarakat sekitar, dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi alokasi dan penggunaan
dana kompensasi serta manfaatnya pada PDAM Kota Cirebon, masyarakat, dan lingkungan. Analisis kesenjangan
digunakan untuk mengevaluasi alokasi dan penggunaan dana kompensasi, serta analisis deskriptif untuk melihat
manfaat dana kompensasi pada PDAM Kota Cirebon, masyarakat, dan lingkungan. Pada tahun 2016 dana kompensasi
yang dibayarkan adalah sebesar Rp2,95 miliar, di mana hanya sebesar 16,2% yang dialokasikan untuk kegiatan
konservasi, 1,53% untuk desa sekitar mata air dan sisanya sebesar 82,3% untuk Pemerintah Daerah Kabupaten
Kuningan. Dana kompensasi pembayaran jasa lingkungan belum dimanfaatkan dengan tepat sesuai dengan
kesepakatan, sehingga manfaat yang diterima oleh PDAM Kota Cirebon, masyarakat, dan lingkungan masih sangat
rendah.

Kata kunci: analisis kesenjangan, dana kompensasi, pembayaran jasa lingkungan

ABSTRACT
In recent years there has been a decrease in Cipaniis springs, indicating the declining ecological conditions of
the area surrounding the spring. The compensation fund provided by Kota Cirebon to Kuningan Regency in the
framework of payment for environmental services cooperation since 2004 has not provided significant benefits for
Cirebon City, the surrounding community, and the environment. This study aims to evaluate the allocation and use
of compensation funds and its benefits to the city of Cirebon, society, and the environment. Gap analysis is used to
evaluate the allocation and use of compensation funds, as well as descriptive analysis on see the benefits of
compensation funds for PDAM of Cirebon City, communities, and the environment. In 2016 the compensation fund
paid is IDR 2.9 billion, of which only 16.23% is allocated for conservation activities, 1.53% for the villages around the
springs and the remaining 82.3% for the Regional Government of Kuningan Regency. The compensation fund for the
payment of environmental services has not been utilized properly, so the benefits received by PDAM of Cirebon City,
society, and environment are still very low.

Keywords: compensation fund, gap analysis, payment for environmental services

PENDAHULUAN dan memastikan kondisi jasa lingkungannya (Wunder


2005). Skema pembayaran jasa lingkungan dilakukan
Pembayaran jasa lingkungan (payment for envi- dalam kerangka konservasi sumber daya alam melalui
ronmental services) merupakan transaksi sukarela alokasi dan pemanfaatan dana kompensasi dalam
antara penyedia (provider) dan pemanfaat (user) di kegiatan restorasi dan rehabilitasi suatu kawasan
mana pemanfaat jasa lingkungan memberikan konservasi. Di Indonesia, skema pembayaran jasa
kompensasi atas jasa yang dimanfaatkan jika dan lingkungan sudah diterapkan di beberapa daerah
hanya jika penyedia jasa lingkungan dapat menjaga dengan jenis jasa lingkungan yang beragam seperti
biodiversitas, penyerapan dan penyimpanan karbon,
1 Sekolah Pascasarjana, Fakultas Ekonomi Manajemen, ekowisaa, perlindungan daerah aliran sungai, serta
Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Dramaga, Bogor sumber daya air. Penerapan skema pembayaran jasa
16680. lingkungan untuk sumber daya air sudah diterapkan
2 Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, antara Kota Cirebon dan Kabupaten Kuningan sejak
Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor, tahun 2004 meskipun pemanfaatan air oleh Kota
Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680. Cirebon sudah dilakukan sejak tahun 1937. Mata air
* Penulis korespondensi: E-mail: tommifebrians@gmail.com Cipaniis di Kecamatan Pasawahan, Kabupaten
JIPI, Vol. 23 (2): 127136 128

Kuningan merupakan sumber air baku utama PDAM (2006) yang mengusulkan besaran kompensasi sebe-
Kota Cirebon (Ramdan 2006). sar Rp2,1 miliar/tahun. Haryanto (2012) melakukan
Pada tahun 2004 disepakati kerja sama penge- penelitian serupa dengan besaran kompensasi ideal
lolaan mata air dan kawasan resapan air antara seharusnya adalah sebesar Rp6,56 miliar/tahun yang
pemerintah Kota Cirebon melalui PDAM Kota Cirebon sepenuhnya dialokasikan untuk kegiatan konservasi
sebagai pemanfaat sumber daya air dan pemerintah kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai sebagai
Kabupaten Kuningan sebagai penyedia mata air. Kerja kawasan konservasi yang menjadi kawasan mata air di
sama dilakukan dalam skema mekanisme pembayaran Kabupaten Kuningan. Kusumasari (2012) melakukan
jasa lingkungan (payment for environmental services) studi evaluasi pada efektivitas pembayaran jasa
yang ditetapkan melalui Perjanjian Kerja sama Peman- lingkungan di mana hasilnya menyatakan bahwa
faatan Air No. 44 Tahun 2004 tentang Pemanfaatan skema pembayaran jasa lingkungan yang dilakukan
Mata Air Cipaniis, berdasarkan Keputusan Bersama belum memberikan manfaat pada PDAM Kota Cirebon
Bupati Kuningan dan Walikota Cirebon No. 616/ yang ditunjukkan dari neraca keuangan PDAM Kota
Kep.59-Huk/2004 Tahun 2004 dan No. 32 Tahun 2004 Cirebon dan kapasitas produksi air minum yang terus
tentang Pemanfaatan Sumber Air dari Kabupaten menurun. Saat ini, terus terjadi penurunan debit mata
Kuningan tanggal 16 Desember 2004. Kerja sama air Cipaniis dengan laju penurunan tahunan sebesar
dilakukan untuk menjamin alokasi dan pemanfaatan air 2% (DPUPR Kab. Kuningan 2017). Hal ini meng-
Cipaniis lintas wilayah yang berkelanjutan untuk indikasikan bahwa dana kompensasi yang selama ini
melindungi dan melestarikan kawasan resapan air diterima dan jumlahnya terus meningkat, tidak dialoka-
untuk dapat meningkatkan akses masyarakat Kabu- sikan untuk kegiatan konservasi kawasan resapan
paten Kuningan dan Kota Cirebon pada pemenuhan mata air Cipaniis. Berbagai hal tersebut menunjukkan
kebutuhan sumber air bersih (Pemkot Cirebon 2009). ketidaksesuaian antara realisasi program yang dilaku-
Kompensasi yang diterima menjadi pendapatan kan dengan kesepakatan yang telah disepakati pada
daerah Kabupaten Kuningan dan perlu dialokasikan perjanjian kerja sama pemanfaatan mata air Cipaniis,
sepenuhnya dalam kegiatan konservasi di zona sehingga analisis kesenjangan mengenai realisasi dan
resapan mata air Cipaniis (DPJLHK 2013). kondisi yang seharusnya dilakukan sesuai dengan
Dalam perjanjian kerja sama, Pemerintah Kota kesepakatan perlu dilakukan. Analisis kesenjangan
Cirebon sebagai pemanfaat jasa lingkungan berhak dapat dilakukan untuk melihat sejauh mana tingkat
memanfaatkan mata air Cipaniis sesuai dengan izin alokasi dan pemanfaatan dana kompensasi yang
yang diberikan oleh Kabupaten Kuningan dan ber- selama ini telah dilakukan, dibandingkan dengan kese-
kewajiban membantu Kabupaten Kuningan dalam pakatan yang telah disepakati. Studi ini akan menun-
perlindungan dan pelestarian daerah resapan air atau jukkan tingkat kesesuaian realisasi dan kondisi ideal
catchment area. Adapun kewajiban Kabupaten dan menunjukkan aspek-aspek apa saja yang meme-
Kuningan sebagai penyedia jasa lingkungan adalah ngaruhi besaran dan nilai kesenjangan sehingga per-
menjaga dan melindungi sumber air mata air sehingga baikan dan fokus utama dalam meningkatkan efekti-
dapat menjamin kelancaran distribusi air, memanfa- vitas pelaksanaan program kerja sama dapat dilakukan
atkan dana kompensasi pembayaran jasa lingkungan pada setiap aspek yang mendasar.
untuk kepentingan konservasi sehingga dapat men- Sehingga pada penelitian ini, akan dilakukan eva-
jamin kelestarian sumber mata air, termasuk di dalam- luasi untuk melihat sejauh mana implementasi alokasi
nya pemberdayaan masyarakat (Ramdan 2006). Pada dan pemanfaatan dana kompensasi pembayaran jasa
tahun 2009, dilakukan pembaharuan perjanjian kerja lingkungan yang selama ini dilakukan dengan melihat
sama melalui Perjanjian Kerja sama No. 10 Tahun aspek-aspek yang berpengaruh sehingga dapat diten-
2009/690/Perj.I-Adm Perek/2009 tentang Kerja sama tukan aspek-aspek yang menyebabkan manfaat aloka-
Pengelolaan Sumber Mata Air Cipaniis Kecamatan si dan penggunaan dana kompensasi yang selama ini
Pasawahan Kuningan. Revisi perjanjian ini menen- diberikan belum memberikan manfaat yang sesuai
tukan bahwa Kota Cirebon bersedia memberi kompen- bagi PDAM Kota Cirebon, masyarakat, dan lingku-
sasi untuk pemeliharaan dan pelestarian sumber mata ngan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
air kepada Kabupaten Kuningan sebesar Rp80/m3 alokasi dan penggunaan dana kompensasi pemba-
serta mengurangi toleransi kebocoran dari sebelumnya yaran jasa lingkungan dengan menggunakan analisis
sebesar 25% menjadi 20% (Kusumasari 2012). kesenjangan (gap analysis), serta melihat bagaimana
Penelitian terkait skema pembayaran jasa ling- manfaat dana kompensasi bagi PDAM Kota Cirebon,
kungan yang dilakukan antara Kabupaten Kuningan masyarakat, dan lingkungan dengan analisis deskriptif.
dan Kota Cirebon sudah dilakukan di antaranya oleh
Sumarman (2006) yang menyatakan bahwa besaran
dana kompensasi yang diberikan saat sebesar Rp1,75 METODE PENELITIAN
miliar/tahun belum ideal. Menurutnya, dana kompen-
sasi ideal yang diberikan untuk kegiatan perlindungan Penelitian ini dilakukan di Desa Singkup dan Paniis,
kawasan mata air Cipaniis adalah sebesar Rp1,2 miliar Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, Jawa
apabila dikelola oleh Perum Perhutani dan Rp2,1 miliar Barat. Berdasarkan penelitian Sumarman (2006),
apabila dikelola oleh Dinas Kehutanan Kabupaten kedua desa tersebut merupakan penerima dana kom-
Kuningan. Penelitian serupa dilakukan oleh Ramdan pensasi dan termasuk dalam kawasan resapan mata
129 JIPI, Vol. 23 (2): 127136

air Cipaniis. Pengambilan data dalam penelitian ini gai berikut: 1) Identitikasi komponen-komponen yang
dilakukan pada bulan MaretApril 2017. Pengambilan akan dianalisis seperti dapat dilihat pada Tabel 1; 2)
data pada penelitian ini dilakukan dengan metode Penentuan standar (standar formal dalam penelitian ini
survei untuk mengumpukan data variabel pada suatu adalah kesepakatan antara Kabupaten Kuningan dan
kelompok masyarakat melalui wawancara, observasi, Kota Cirebon dalam Perjanjian Kerja sama No. 44
dan studi pustaka (Siregar 2012). Sampling frame Tahun 2004 tentang Pemanfaatan Mata Air Cipaniis
responden berdasarkan pertimbangan mencakup as- serta peraturan daerah dan perundang-undangan
pek spesifik responden, adalah anggota kelompok tani terkait); dan 3) Pemberian skor (pemberian skor atau
seharusnya (berpotensi) menerima dana kompensasi bobot dilakukan untuk mengkuantifikasikan setiap
dan memiliki lahan di sekitar mata air Cipaniis dan realisasi kegiatan yang dilakukan pada setiap karak-
kegiatannya memengaruhi kondisi ekologi kawasan teristik kajian yang ditentukan pada penelitian ini).
resapan mata air Cipaniis. Responden dalam peneli- a. Perhitungan rata-rata skor untuk setiap realisasi
tian ini adalah petani di kedua desa tesebut. Pengam- kegiatan yang telah dilakukan.
bilan sampel dilakukan secara sengaja (purposive). X1+X2+⋯+Xn ∑X
Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan Xb = = (2)
n n
teknik pengambilan sampel penelitian sosial ekonomi
Keterangan:
yang dikembangkan Fauzi (2001):
𝑏 : Nilai rata-rata
𝑁𝑍 2 ×0.25 X : Variabel yang diukur
𝑛 = (𝑑2×(𝑁−1)+(𝑍 2×0.25)) (1)
N : Jumlah
Keterangan:
n : Jumlah sampel b. Perhitungan kesenjangan untuk setiap kriteria.
N : Jumlah populasi
Gi = β-α (3)
Z : Standar deviasi
D : Tingkat akurasi/presisi Keterangan:
Populasi petani sebanyak 312 dengan tingkat 𝑖 : Kesenjangan kriteria
akurasi sebear 10%. Banyaknya sampel yang diguna-  : Rataan expected services
kan untuk menganalisis manfaat kompensasi pada  : Rata-rata perceived services
masyarakat adalah sebanyak 67 responden. Sedang-
kan, untuk mengevaluasi alokasi dan pemanfaatan
c. Perhitungan rata-rata kesenjangan yang dilakukan
dana kompensasi dilakukan dengan responden kunci.
untuk mengetahui kesenjangan secara umum.
Responden kunci diperlukan untuk dapat menyediakan
data yang detail dan rinci pada suatu perlakuan G1+G2+⋯+Gm ∑G
Gb = = (4)
khusus, serta dapat membantu peneliti dalam mene- m m

mukan informan kunci lainnya atau membuka akses Keterangan:


pada responden yang akan diteliti (Burgess 1982). 𝑏 : Rata-rata kesenjangan
Penentuan responden kunci (key person) dilakukan G : Kesenjangan untuk setiap kriteria
dengan metode snowball sampling. Sebagai respon- 𝑚 : Jumlah kriteria
den kunci awal ditentukan PDAM Kota Cirebon.
Penentuan ini didasarkan bahwa PDAM Kota Cirebon d. Kriteria kesenjangan.
merupakan pihak yang memberikan dana kompensasi Nilai kesenjangan 0 menunjukkan tidak terdapat
pembayaran jasa lingkungan. kesenjangan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa
aspek tersebut sudah sesuai dan dapat dikatakan
Analisis Data sempurna. Nilai kesenjangan >50 menunjukkan reali-
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan sasi program yang dilakukan masih berada di bawah
analisis kesenjangan (gap analysis) dan deskriptif. standar yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan.
Analisis kesenjangan digunakan untuk mengevaluasi Nilai kesenjangan <50, menunjukkan realisasi program
alokasi dan penggunaan dana kompensasi pembaya- berjalan dengan baik sesuai atau lebih dari standar
ran jasa lingkungan dengan membandingkan realisasi yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan. Pada
alokasi dan pemanfaatan dana kompensasi yang kondisi ini, perlu pengawasan agar setiap aspek yang
dilakukan dengan kondisi ideal. Analisis deskriptif tetap dapat dilakukan seperti dalam kondisi saat ini.
digunakan untuk menganalisis manfaat alokasi dan Nilai kesenjangan 100, maka program aktual yang
penggunaan dana kompensasi yang diterima oleh dilakukan sama sekali tidak sesuai dengan standar
PDAM Kota Cirebon, masyarakat, dan lingkungan. yang ditetapkan sesuai kesepakatan.
Analisis kesenjangan dalam penelitian ini dilakukan
untuk mengevaluasi alokasi dan pemanfaatan dana
Analisis Kesenjangan (Gap Analysis)
kompensasi dalam skema pembayaran jasa lingkung-
Dalam model kesenjangan yang dikembangkan
an untuk dapat selanjutnya mengidentifikasi tindakan-
oleh Parasuraman et al. (1985), tahapan dalam mela-
tindakan yang perlu dilakukan agar skema pemba-
kukan analisis kesenjangan di antaranya adalah seba-
JIPI, Vol. 23 (2): 127136 130

yaran jasa lingkungan dapat dilakukan dengan baik pada 1985. Desa Singkup memiliki luas wilayah
untuk dapat memberikan manfaat yang sesuai. sebesar 235.814 ha. Mata air Cipaniis berada di
perbatasan antara kedua desa ini, sehingga kedua
desa ini berhak menerima dana kompensasi
pembayaran jasa lingkungan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Mekanisme Eksisting Pembayaran Jasa
Kabupaten Kuningan memiliki jumlah mata air yang Lingkungan
cukup banyak dan terletak di dalam kawasan Taman Pemanfaatan mata air Cipaniis yang dilakukan oleh
Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Hingga saat ini, Kota Cirebon melalui PDAM Kota Cirebon dilaksa-
terdapat 523 titik mata air dengan debit rata-rata nakan dalam skema pembayaran jasa lingkungan
30.146 L/detik (TNGC 2016). Desa Singkup dan Paniis (payment for environmental services). Pembahasan
merupakan bagian dari Kecamatan Pasawahan, mengenai pelaksanaan mekanisme pembayaran jasa
Kabupaten Kuningan. Dengan luas wilayah sebesar lingkungan yang dilakukan Kabupaten Kuningan dan
351.154 ha, pemanfaaan lahan di Desa Paniis didomi- Kota Cirebon dapat dilihat pada Tabel 1. Dana kom-
nasi oleh pemukiman, sawah, hutan, dan perkebunan. pensasi yang dibayarkan oleh Kota Cirebon melalui
Luas lahan yang dimanfaatkan untuk lahan sawah PDAM Kota Cirebon disetorkan kepada Kabupaten
adalah sebesar 105 ha. Desa Singkup dengan luas Kuningan melalui Badan Pengelola Pendapatan
wilayah sebesar 235,8 ha didominasi oleh pemukiman. Daerah (Bappenda) Kabupaten Kuningan dan selanjut-
Pemanfaatan lahan desa untuk kebun/ladang adalah nya dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Kuningan
seluas 54 ha dan lahan sawah seluas 15 ha. Secara seperti dapat dilihat pada alur penerimaan dan
geografis, kedua desa ini berada dibawah lembah penyaluran dana kompenasai pada Gambar 1. Dana
kompensasi yang diterima pada tahun 2016 adalah
Gunung Ciremai dengan ketinggian 400450 mdpl.
sebesar Rp2,95 miliar dengan proporsi pembagian
Desa Singkup merupakan pemekaran dari Desa Paniis
dana dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1 Mekanisme eksisting pelaksanaan pembayaran jasa lingkungan
Pelaksanaan
Dasar peraturan 1. Perjanjian Kerjasama No. 44 Tahun 2004 tentang Pemanfaatan Mata Air Cipaniis.
2. Keputusan Bersama Bupati Kuningan dan Walikota Cirebon No. 16/Kep.59-Huk/2004 Tahun
2004 dan No. 32 Tahun 2004 tentang Pemanfaatan Sumber Air dari Kabupaten Kuningan pada
16 Desember 2004.
3. Perjanjian Kerjasama No. 10 Tahun 2009 tentang Kerjasama Pengelolaan Sumber Mata Air
Cipaniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan (revisi).
Peraturan 1. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber daya Air.
pendukung 2. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan dan Konservasi Alam No. SE.3/IV-
Set/2008 tentang Pemanfaatan Jasa Lingkungan Air di Kawasan Kawasan Suaka Alam (KSA),
Kawasan Pelestarian Alam (KPA) dan Taman Buru (TB).
3. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2017 tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup.
5. Peraturan Jawa Barat No. 5 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Hidup.
6. Peraturan Daerah No. 38 Tahun 2002 tentang Rencana Umum Tata Ruang Gunung Ciremai.
Jasa lingkungan Sumber daya air yang berasal dari mata air Cipaniis, Kabupaten Kuningan.
Aktor
Penyedia jasa Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan.
lingkungan
Pemanfaat jasa Pemerintah Daerah Kota Cirebon melalui PDAM Kota Cirebon.
lingkungan
Hak dan kewajiban
Penyedia jasa Menjamin alokasi air lintas wilayah dapat berjalan dengan lancar (kualitas, kuantitas, dan
ingkungan kontinuitas pemanfaatan air Cipaniis) melalui kegiatan restorasi dan penghijauan kawasan resapan
(provider) mata air Cipaniis. Kabupaten Kuningan menerima dana kompensasi yang dialokasikan sebagian
besar untuk kegiatan tersebut.
Pemanfaat jasa Kota Cirebon memperoleh kepastian atas pemanfaatan mata air Cipaniis (kualitas, kuantitas, dan
lingkungan (user) kontinuitas pemanfaatannya yang terjaga). Kota Cirebon berkewajiban memberikan kompensasi.

Kompensasi
Alat dan metode Dana kompensasi diperoleh dari formula perhitungan berdasarkan tarif air baku, tingkat produksi,
pembayaran serta tingkat kebocoran.
Besaran Rp2.944.453.247 pada tahun 2016.
kompensasi
131 JIPI, Vol. 23 (2): 127136

Gambar 1 Alur penerimaan dan penyaluran dana kompensasasi.

Evaluasi Alokasi dan Pemanfaatan Kompensasi sarkan kriteria yang dibangun oleh Parasuraman et al.
Menurut Jack et al. (2007), pemanfaatan dana kom- (1985), nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat
pensasi dalam skema pembayaran jasa lingkungan kesenjangan (gap) rendah menunjukkan bahwa pelak-
adalah untuk kegiatan restorasi dan rehabilitasi sanaan program sebenarnya sudah berjalan sesuai
kawasan yang berpengaruh pada kondisi ekologi suatu dengan ketentuan yang ditetapkan dalam perjanjian
jasa lingkungan. Dana kompensasi merupakan insentif kerja sama. Meskipun demikian, nilai gap pada aspek
partisipasi masyarakat dalam menjaga kondisi ekologi utama, adalah alokasi dan pemanfaatan dana kom-
dan kontinuitas pemanfaatan jasa lingkungan. Merujuk pensasi sangat tinggi terutama pada alokasi kegiatan
pada tesis ini, maka dana kompensasi yang dibayarkan konservasi pada tingkat kabupaten maupun desa.
oleh PDAM Kota Cirebon kepada Kabupaten Kuningan Tingginya gap antara nilai ideal dan realisasi menun-
tidak dilakukan sepenuhnya untuk kegiatan konser- jukkan pengelolaan dana kompensasi yang tidak
vasi. Desa Singkup dan Paniis menerima dana kom- efektif sehingga tentu dapat memengaruhi kinerja dan
pensasi masing-masing sebesar Rp15 juta dan Rp30 manfaat yang akan didapat. Meskipun nilai gap berada
juta pada tahun 2016. Seperti dapat dilihat pada Tabel di bawah kriteria yang ditetapkan, namun melihat
3, pemanfaatan dana kompensasi pembayaran jasa tingginya gap pada aspek penting tersebut, dapat
lingkungan yang dilakukan oleh desa dialokasikan diduga bahwa pelaksanaan kerja sama pemanfaatan
untuk biaya operasional desa. Kegiatan pembangunan mata air Cipaniis yang dilakukan dalam skema pem-
dan pekerjaan irigasi serta penghijauan tidak dilakukan bayaran jasa lingkungan antara Kabupaten Kuningan
menggunakan dana kompensasi yang diterima, dan Kota Cirebon belum berjalan dengan efektif
melainkan memanfaatkan bantuan dari pihak lain sehingga dapat berakibat pada kesesuaian manfaat
seperti PDAM Kota Cirebon, BPLHD, DPUPR, dan yang didapat dan diharapkan.
BTNGC. Pada tahun 2016, tidak ada realisasi pem- Alokasi dan pemanfaatan dana kompensasi yang
berian kompensasi yang diberikan oleh Pemerintah tidak sesuai merupakan isu utama dalam kerja sama
Kabupaten Kuningan kepada masyarakat. pembayaran jasa lingkungan. Seperti dapat dilihat
Seperti dapat dilihat pada Tabel 4 rata-rata tingkat pada Tabel 3 aspek proporsi pembagian dana kompen-
kesenjangan (gap) adalah sebesar 38,34%. Berda- sasi dan alokasi pemanfaatan yang sebagian besar
JIPI, Vol. 23 (2): 127136 132

Tabel 2 Karakteristik dan aspek penilaian pada alokasi dan pemanfaatan dana kompensasi
Alokasi dan pemanfaatan dana kompensasi
Realisasi kompensasi Alokasi kompensasi ideal Kesenjangan
Pemanfaatan Proporsi Proporsi Proporsi
Besaran (Rp) Besaran (Rp) Besaran (Rp)
(%) (%) (%)
PemKab Kuningan 82,30 2.424.453.247 62,5 1.840.283.297 584.169.950 31,7
BPLHD 16,20 0.475.000.000 30,0 0.883.335.974 -408.335.974 -46,2
1. Program pelindungan
dan konservasi SDA 0.375.000.000
12,80 Tidak ada ketentuan alokasi program konservasi
2. Gerakan masal
penanaman pohon 0.100.000.000
3,40
Tingkat desa 00045.000.00
1,53 007,5 0.220.833.994 -175.833.994 -79,6
0
1. Penghijauan 0,00 - 004,5 0.132.500.396 -132.500.396 -100,0
2. Pembangunan dan
operasional desa 1,53 0.45.000.000 001,5 0.044.166.798 833.202 0- 01,9
3. Perbaikan dan
0,00 - 001,5 0.044.166.798 -44.166.798 -100,0
pembangunan Irigasi
Total kompensasi 2.944.453.247 Skor kesenjangan 31,4
Keterangan : *persentase kesenangan rendah <50% dan kesenjangan tinggi ≥50%

terserap untuk kegiatan Pemerintah Kabupaten melakukan kegiatan konservasi dan penjagaan ling-
Kuningan, sedangkan untuk kegiatan konservasi yang kungan dalam rangka kegiatan pembayaran jasa
jumlah dananya jauh lebih kecil. Kegiatan konservasi lingkungan. Dengan tidak adanya dana kompensasi
yang dilakukan oleh Kabupaten Kuningan terbagi atas yang diberikan kepada masyarakat, minat dan motivasi
beberapa kegiatan di antaranya program Perlindungan masyarakat untuk menjaga lingkungan tentu semakin
Mata Air dan Gerakan Masal Penanaman Pohon yang rendah. Hal ini memungkinkan efektivitas skema pem-
fokus dilakukan pada kawasan Taman Nasional Gunu- bayaran jasa lingkungan dan manfaat yang seharus-
ng Ciremai yang menjadi bagian utama kawasan nya diterima tidak tersalurkan dengan tepat baik pada
resapan mata air Paniis. Program konservasi lain yang alokasi dana kompensasi dalam kegiatan konservasi
dilakukan tidak berfokus pada kegiatan di kawasan maupun penyalurannya kepada masyarakat.
resapan mata air Paniis. Dana kompensasi yang
diterima jumlahnya masih lebih besar dialokasikan Manfaat Kompensasi pada PDAM Kota Cirebon
pada kegiatan operasional pemerintah Kabupaten Mata air Cipaniis merupakan sumber utama air
Kuningan. Padahal, kompensasi jasa lingkungan baku bagi PDAM Kota Cirebon. Saat ini, laju penu-
memiliki konsep yang serupa dengan Poluters Pay runan pemanfaatan mata air Cipaniis tercatat sebesar
Priciple, di mana pihak-pihak yang menghasilkan eks- 8,3% per tahun dan laju penurunan volume produksi air
ternalitas dalam kegiatannya harus mengeluarkan mencapai 7,7% per tahun. Apabila kondisi ini terus
kompensasi untuk merestorasi kondisi seperti sedia- berlangsung, bukan tidak mungkin PDAM Kota
kala. Aplikasi konsep ini pada pembayaran jasa ling- Cirebon akan kehilangan mata air Cipaniis sebagai
kungan di mana dana kompensasi yang diterima harus sumber air baku utamanya pada beberapa tahun
dikembalikan ke lingkungan dalam bentuk restorasi, mendatang. Apabila melihat tren perubahan persen-
rehabilitasi dan konserbasi kawasan yang terdampak, tase perbandingan besaran dana kompensasi pada
dan memberikan manfaat pada pemanfaatan barang keuntungan PDAM Kota Cirebon, cenderung menga-
dan jasa lingkungan. lami peningkatan sebesar 0,26% setiap tahunnya.
Pada tingkat desa, dana kompensasi yang diterima Seharusnya, peningkatan besaran kompensasi yang
mencapai Rp45 juta, adalah hanya sebesar 1,5% dari diberikan oleh PDAM Kota Cirebon dapat menjaga
total kompensasi yang diterima. Seluruh dana kom- konsistensi debit mata air Cipaniis sehingga PDAM
pensasi tersebut dialokasikan untuk kegiatan pem- Kota Cirebon dapat menerima air baku yang berasal
bangunan dan operasional desa. Tidak ada alokasi dari mata air Cipaniis dengan kuantitas yang tidak
dana kompensasi yang dimanfaatkan untuk kegiatan selalu mengalami penurunan debit atau minimal sama
penghijauan maupun perbaikan dan pembangunan jumlahnya setiap tahunnya. Melihat kondisi debit dan
sarana irigasi. Padahal dana kompensasi yang dite- kualitas mata air Cipaniis yang relatif baik dari tahun ke
rima seharusnya ditujukan sebagian besar untuk ke- tahun, meskipun terjadi penurunan, dapat dikatakan
giatan penghijauan di kawasan desa. Selain itu, dana bahwa manfaat yang diterima oleh PDAM Kota Cirebon
kompensasi yang dibayarkan selama ini tidak diberikan berupa kualitas air serta kepastian pemanfaatan mata
dalam bentuk uang tunai kepada masyarakat, melain- air Cipaniis. Hal ini menjadi manfaat yang secara
kan digunakan untuk pembangunan fasilitas umum langsung dirasakan oleh PDAM Kota Cirebon dari
desa. Padahal, dana kompensasi merupakan bentuk adanya kompensasi pembayaran jasa lingkungan yang
insentif yang diberikan kepada masyarakat yang selama ini dibayarkan.
133 JIPI, Vol. 23 (2): 127136

Tabel 3 Karakteristik dan aspek penilaian


Aspek kesenjangan
Kondisi ideal Realisasi Kesesuaian (%)
Aspek Sub-aspek
Pelaksanaan kerja sama
Mekanisme dilakukan Kerja sama dilakukan 0
Perjanjian kerja sesuai skema PES dalam kerangka pes
sama, perda dengan dukungan dan didukung perda,
Kerja sama pendukung, dan pemerintah dan namun keterlibatan 66,7
sinergi antar lembaga sinergi antar lembaga lembaga lain rendah
- Dilakukan Mandatory
Voluntary berdsasarkan 100,0
perjanjian kerja sama
Jenis jasa Pemanfaatan air Pemanfaatan air 0
lingkungan, kuantitas, sebesar 20% debit dengan jumlah
Well-defined dan kontinuitas maksimum dengan maksimum yang
resources pemanfaatan dapat diterima pipa 33,4
sepanjang tahun penyaluran dengan
laju penurunan debit
mata air
Air yang Air yang 0
Penyedia, pemanfaat, dimanfaatkan oleh dimanfaatkan oleh
keberadaan mata air, Kota Cirebon (buyer) Kota Cirebon (buyer)
Provider dan buyer dan kawasan berasal dari mata air berasal dari mata air 75,0
resapan Cipaniis Kabupaten Cipaniis Kabupaten
Kuningan (provider) Kuningan (provider)
- Adanya kompensasi Kompensasi ada dan
Kompensasi pembayaran jasa dibayarkan 100,0
lingkungan
Keterlibatan lembaga Adanya peran Tidak ada
Kelembagaan daerah dalam instansi daerah serta stakeholder terlibat,
mekanisme PES stakeholder instansi daerah 0.0
hanya beberapa
Rata-rata tingkat kesesuaian (a) 053,8
Harapan ketercapaian (b) 100,0
Skor kesenjangan* (b-a) 046,2
Kompensasi pembayaran jasa lingkungan
Pemberian kompensasi, tujuan pemberian, Besaran kompensasi 062,5
penentu besaran, mekanisme penentuan ditentukan kedua Pembayaran
besaran, pembayaran, kelancaran belah pihak kompensasi dan
pembayaran, pengelolaan dana, dan berdasarkan kondisi besarannya
keterlibatan stakeholder mata air. ditentukan kedua
Pembayaran oleh belah pihak,
Kota Cirebon ke pembayaran sering
Kabupaten Kuningan bermasalah
setiap tahun.
Rata-rata tingkat kesesuaian (c) 062,5
Harapan ketercapaian (d) 100,0
Skor kesenjangan* (d-c) 037,5
Keterangan: *persentase kesenangan rendah <50%, kesenjangan tinggi ≥50%.

Tabel 4 Hasil analisis kesenjangan Manfaat Kompensasi pada Masyarakat


Masyarakat yang berada di sekitar kawasan kon-
Ketercapaian Kesenjangan servasi perlu didorong untuk meningkatkan motivasi
Aspek dan peran serta kesadaran masyarakat (Sadono
(%) (gap)
2008), termasuk di dalamnya partisipasi masyarakat
Pelaksanaan kerja dalam menjaga kawasan konservasi. Menurut Ahmad
53,15 46,15
sama (2006), kegiatan konservasi terutama pada skema
Kompensasi pembayaran jasa lingkungan dilakukan secara berke-
pembayaran jasa 62,50 37,50
lanjutan serta adil dan bermanfaat bagi masyarakat di
lingkungan
Alokasi dan
sekitar kawasan konservasi. Peran masyarakat sekitar
pemanfaatan dana 20,00 31,37 kawasan konservasi sangat bergantung dengan kebe-
kompensasi radaan sumber daya alam yang ada di lingkungannnya
Rata-rata kesenjangan 38,34 sebagai sumber penghidupannya. Masyarakat yang
sebelumnya dapat hidup dari kegiatan eksploitasi di
JIPI, Vol. 23 (2): 127136 134

kawasan resapan menjadi terbatas. Kegiatan penge- dilakukan untuk melindungi dan menjaga serta
lolaan lahan yang dilakukan masyarakat Desa Paniis memelihara kawasan sekitar mata air dan daerah
dan Singkup, sedikit banyak berpengaruh pada kondisi resapan mata air melalui kegiatan penanaman rutin
mata air Cipaniis. Kegiatan restorasi tidak hanya sehingga pemanfaatan jasa lingkungan dapat dilaku-
memulihkan fungsi ekologis melainkan juga harus kan secara kontinu untuk meningkatkan cadangan
mendukung perekonomian dan sosial budaya masya- sumber daya air melalui rehabilitasi dan perlindungan
rakat yang hidup di sekitar bentang lansekap yang catchment area di sekitar mata air. Pada tahun 2016,
direstorarsi. Kompensasi pada jasa lingkungan teruta- Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan mengalo-
ma hutan, seharusnya dapat menurunkan tingkat kasikan sebanyak 16,2% dari total keseluruhan dana
kemiskinan dan tentu meningkatkan kesejahteraan kompensasi untuk kegiatan konservasi atau sebesar
masyarakat sekitarnya. Dalam konsep pembayaran Rp475 juta yang dialokasikan dalam program Perlin-
jasa lingkungan, kompensasi merupakan bentuk dungan Mata Air (Permata). Sebagian besar kawasan
insentif ekonomi yang diberikan kepada penyedia jasa resapan mata air Cipaniis berada di wilayah kawasan
lingkungan untuk dapat menjamin pemanfaatan jasa Taman Nasional Gunung Ciremai (Rismundar 2016).
lingkungan yang berkelanjutan. Pemberian kompen- Keterlibatan TNGC dalam kerja sama pemanfaatan
sasi adalah bentuk insentif kepada masyarakat untuk mata air antara Kabupaten Kuningan dan Kota Cirebon
melakukan kegiatan penghijauan di lahan miliknya sangat terbatas. Menurut Istiqomah (2012), dana kom-
serta sebagai insentif atas kerugian yang dirasakan pensasi yang seharusnya diimplementasikan untuk
akibat pemanfaatan mata air Cipaniis. kegiatan konservasi dalam kawasan belum dapat
Dana kompensasi dalam skema pembayaran jasa dialokasikan karena TNGC belum mendapatkan surat
lingkungan harus dapat dirasakan oleh masyarakat edaran yang menjadi landasan awal pemanfaatan jasa
dan memotivasi masyarakat untuk dapat menjaga lingkungan air. Surat edaran yang dikeluarkan oleh
kondisi alam sekitarnya. Distribusi dana kompensasi Dirjen Pengelolaan Hutan dan Konservasi Alam ber-
dapat dilakukan secara langsung kepada rumah tang- laku secara nasional karena belum ada perintah
ga masyarakat maupun melalui organisasi atau komu- Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup yang
nitas kemasyarakatan untuk selanjutnya disalurkan mengatur pemanfaatan air. Pemanfaatan dana kom-
baik dalam kegiatan kemasyarakatan maupun secara pensasi yang tidak sesuai, baik pada tingkat kabupaten
langsung. Hal yang terpenting adalah masyarakat maupun desa memengaruhi kondisi ekologi kawasan
terdampak perlu merasakan kehadiran kompensasi catchment area mata air Cipaniis. Pada saat ini, debit
atas dampak yang dirasakan akibat pemanfaatan mata maksimum mata air Cipaniis adalah sebesar 934
air Cipaniis. Melihat berbagai permasalahan langsung L/detik dengan debit maksimum sebesar 1.415 L/detik
di lapang berupa dana kompensasi yang diterima oleh dan debit rata-rata tahunan sebesar 1.179 L/detik
pihak desa hanya mencapai 1,5% dari total dana kom- (DPUPR Kab. Kuningan 2017). Debit mata air Cipaniis
pensasi pembayaran jasa lingkungan yang diterima mengalami penurunan setiap tahunnya sebesar
oleh Kabupaten Kuningan dapat disimpulkan tidak adil 2,05%. Meskipun demikian, apabila dibandingkan
(unfair). Masyarakat sebagai roda penggerak dan dengan mata air lain kondisi kualitas air dan penurunan
pelaksana konservasi merupakan bagian penting debit mata air Cipaniis terbilang jauh lebih kecil.
dalam konsep pembayaran jasa lingkungan (payment Penurunan debit mata air Cipaniis sebesar 2,05% lebih
for environmental services). Selain sebagian besar kecil dibandingkan dengan mata air lain yang berada di
dana kompensasi perlu dialokasikan untuk kegiatan Mandirancan lebih signifikan mencapai 815% setiap
konservasi, sebagian lainnya perlu dialokasikan untuk tahunnya (DPUPR Kab. Kuningan 2017). Namun
masyarakat sebagai bentuk insentif kepada masya- apabila, kondisi ini terus berlanjut tanpa adanya usaha
rakat yang terdampak pemanfaatan jasa lingkungan perbaikan dan pemeliharaan kawasan resapan mata
yang dikerjasamakan. Secara umum dapat dikatakan air Cipaniis, bukan tidak mungkin mata air Cipaniis
bahwa alokasi kompensasi kepada masyarakat belum akan mengalami kekeringan seperti yang terjadi pada
sesuai, karena petani yang merasakan dampaknya beberapa mata air lain yang berada di wilayah yang
belum terkompensasi sesuai dengan Pagiola (2008), di sama dengan mata air Cipaniis.
mana dana kompensasi diberikan untuk masyarakat
terdampak sehingga kerugian yang dirasakan dapat
terkompensasi. KESIMPULAN
Manfaat Kompensasi pada Lingkungan
Alokasi dan pemanfaatan dana kompensasi yang
Sesuai dengan konsep dasar payment for envi-
dilakukan dalam kerja sama antara Kabupaten
ronmental services (Wunder 2008), kompensasi
Kuningan dan Kota Cirebon belum tepat. Pada tahun
merupakan bentuk insentif yang dialokasikan untuk
2016, kompensasi yang diberikan adalah sebesar
menjaga kualitas, kuantitas, dan kontinuitas peman-
Rp2,94 miliar, di mana sebagian besar diserap oleh
faatan jasa lingkungan. Pemanfaatan kompensasi oleh
pemerintah kabupaten (82,3%), sedangkan hanya se-
Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan melalui Ba-
bagian kecil yang dialokasikan dalam kegiatan konser-
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)
vasi (16,2%) dan disalurkan bagi desa-desa penerima
Kabupaten Kuningan dilakukan melalui program Per-
(1,53%). Padahal dana kompensasi pembayaran jasa
lindungan Mata Air (Permata). Program Permata
lingkungan seharusnya dialokasikan dalam kegiatan
135 JIPI, Vol. 23 (2): 127136

konservasi, penghijauan, dan restorasi kawasan http://www.ekowisata.org/kuningan-%E2%80%93-


resapan. Hal tersebut didukung dengan hasil analisis cirebon-kemesraan-hulu/.
kesenjangan yang menunjukkan nilai kesenjangan
[DPUPR] Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
sebesar 54,55%. Nilai kesenjangan tinggi tersebut
Ruang Kabupaten Kuningan. 2017. Laporan Hasil
menunjukkan tingginya alokasi dan pemanfaatan dana
Perhitungan Lapang Debit Air Kawasan Pasawahan
kompensasi yang tidak sesuai dan tidak tepat sehingga
2017. tidak dipublikasikan.
manfaat yang diterima tidak sesuai dengan harapan.
Kesenjangan tertinggi terjadi pada aspek alokasi dan Fauzi, Akhmad. 2001. Prinsip-Prinsip Penenlitian
pemanfaatan dana kompensasi (80%). Sosial Ekonomi : Panduan Singkat. Jurusan Sosial
Alokasi yang tidak tepat dan pemanfaatan dana Ekonomi Perikanan dan Kelautan. Bogor (ID): IPB
kompensasi yang tidak sesuai, mengakibatkan man- Press.
faat yang diterima oleh PDAM Kota Cirebon, berupa
Haryanto, Agus. 2012. Model Pembayaran Jasa
kualitas, kuantitas, dan kontinuitas pemanfaatan air
Lingkungan Air (Payment for Environmental
terus berkurang. Selain itu, masyarakat terdampak
Services): Studi Kasus Taman Nasional Gunung
tidak menerima dana kompensasi atas kerugian yang
Ciremai Provinsi Jawa Barat. [Tesis]. Sumedang
diakibatkan oleh pemanfaatan mata air Cipaniis. Perlu
(ID): Universitas Padjajaran.
adanya keterlibatan dan koordinasi berbagai pemang-
ku kepentingan yang terlibat dalam kerja sama pem- Istiqomah, Asti. 2013. Institutional Analysis and
bayaran jasa lingkungan dalam penyelenggaraan kerja Estimation of Transaction Cost in Payment for
sama pemanfaatan air dalam bentuk dukungan regu- Water Services at Paniis Kuningan Regency, West
lasi, pengawasan, dan evaluasi. Berbagai pemangku Java. International Journal of Humanities and
kepentingan yang dapat dilibatkan di antaranya adalah Applied Sciences. 2(4): 22774386.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Peker-
jaan Umum dan Penataan Ruang, PDAM Kabupaten Jack BK, Carolyn K, dan Kathrine RES. 2007.
Kuningan, serta yang terpenting adalah dilibatkannya Designing Payments for Ecoystem Services:
Balai Taman Nasional Gunung Ciremai baik dalam Lessons From Previous Experience With Inentive-
kegiatan perumusan kegiatan maupun pengelolaan Based Mechanism. In Proceedings of the National
dan pemanfaatan dana kompensasi pembayaran jasa Academy of Sciences (PNAS) of the United States
lingkungan. Keterlibatan Balai Taman Nasional Gunu- of America. 105(28): 94659470.
ng Ciremai sebagai pengelola kawasan resapan Kabupaten Kuningan. 2002. Peraturan Daerah Nomor
diperlukan sebagai pihak yang paling berkepentingan 38 Tahun 2002 tentang Rencana Umum Tata
dalam kegiatan konservasi kawasan resapan mata air Ruang Gunung Ciremai.
Cipaniis.
Kabupaten Kuningan. 2004. Keputusan Bersama
Bupati Kuningan dan Walikota Cirebon Nomor
DAFTAR PUSTAKA 16/Kep.59-Huk/2004 Tahun 2004 dan Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemanfaatan Sumber Air dari
Ahmad M. 2006. Konservasi Harus Bermanfaat Bagi Kabupaten Kuningan pada 16 Desember 2004.
Masyarakat Lokal [internet]. [diunduh 2017 Mei 24]. Kota Cirebon. 2004. Perjanjian Kerjasama Nomor 44
Tersedia pada: http://www.wwf.or.id/?2906 Tahun 2004 tentang Pemanfaatan Mata Air
[Bappenda] Badan Pengelola Pendapatan Daerah Cipaniis.
Kabupaten Kuningan. 2017. Laporan Penerimaan Kota Cirebon. 2009. Perjanjian Kerjasama Nomor 10
Pendapatan Daerah Kabupaten Kuningan. Tahun 2009 tentang Pengelolaan Sumber Mata Air
Kabupaten Kuningan (ID): Bappenda. Cipaniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten
[BPPSPAM] Balai Pendukung Pengembangan Sistem Kuningan.
Air Minum. 2016. Kinerja PDAM, Laporan Hasil Kusumasari. 2012. Evaluasi Efektivitas Pembayaran
Evaluasi Kinerja PDAM. Jakarta (ID): BPPSPAM. Jasa Lingkungan antara Kota Cirebon dan
Burgess, R.G. 1982. Field Research: a Sourcebook Kabupaten Kuningan. [Tesis]. Bogor (ID): Institut
and Field Manual. London (UK): Unwin Hyman. Pertanian Bogor.
https://doi.org/10.4324/9780203379998 Pagiola S. 2008. Payments for Environmental Services
Desa Paniis (2017). Profil Desa Paniis 2016. Tidak in Costa Rica. Journal of Ecological Economics.
diterbitkan. 65(2008): 712724.
https://doi.org/10.1016/j.ecolecon.2007.07.033
Desa Singkup (2017). Profil Desa Singkup 2016. Tidak
diterbitkan. Parasuraman A, Valarie A, Zeithaml, dan Leonard LB.
1985. A Conceptual Model of Service Quality and
[DPJLHK] Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Its Implications for the Future Research. Journal of
Hutan Konservasi. 2013. Kuningan-Cirebon, The Marketing. 49(4): 4150.
Kemesraan Hulu-Hilir [internet]. [diunduh 2016 Jul https://doi.org/10.2307/1251430
6]. Tersedia pada:
JIPI, Vol. 23 (2): 127136 136

PDAM Kota Cirebon. 2016. [internet]. [diunduh 2017 Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota. 9(1):
Jun 8]. Tersedia pada: 5364. https://doi.org/10.14710/pwk.v9i1.6526
http://www.pdamkotacirebon.co.id/statis-5-
sejarahperusahaan.html2017. Siregar, Sofyan. 2012. Statistika Deskriptif untuk
Penelitian dilengkapi Perhitungan Manual dan
Pemerintah Kota Cirebon. 2009. [internet]. [diunduh SPSS Versi 17. Jakarta (ID): Rajawali Press.
2016 Jun 16]. Tersedia pada:
http://cirebonkota.go.id. Sumarman. 2006. Kajian Kompensasi Air Baku untuk
Air Bersih dari Pemerintah Kota Cirebon ke
Ramdan H. 2004. Pengelolaan Sumber Air Minum Pemerintah Kabupaten Kuningan. [Tesis].
Lintas Wilayah dari Gunung Ciremai Provinsi Jawa Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Barat. Jurnal Penelitian Kehutanan Wana Mukti.
[TNGC] Taman Nasional Gunung Ciremai. 2016.
2(2): 2845.
Potensi Mata Air. [internet]. [diunduh 2016 Mei 30].
Ramdan H. 2006. Pengelolaan Sumber Air Minum Tersedia pada: http://www.tngciremai.com/mata-
Lintas Wilayah di Kawasan Gunung Ciremai air.
Provinsi Jawa Barat. [Disertasi]. Bogor (ID): Institut
Wunder, Sven. 2005. Payment for Environmental
Pertanian Bogor.
Services: Some Nuts and Bolts. Bogor ( ID): Center
Rismunandar. 2016. Strategi Kebijakan Pemanfaatan for International Forestry Research (CIFOR).
Jasa Lingkungan Air Secara Berkelanjutan di
Wunder, Sven. 2008. Payments for Environmental
Taman Nasional Gunung Ciremai Kuningan.
Services and Poor: Concepts and Preliminary
[Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Evidence. Journal of Environment and
Sadono Y. 2008. Peran Serta Masyarakat dalam Development Economics. 13(3): 279297.
Pengelolaan Taman Nasional Gunung Merbabu di https://doi.org/10.1017/S1355770X08004282
Desa Jeruk Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.

Anda mungkin juga menyukai