Modul1 Fixx
Modul1 Fixx
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tutupan Lahan
Penggunaan lahan berhubungan dengan kegiatan manusia pada sebidang lahan, sedangkan
penutup lahan adalah perwujudan fisik obyek-obyek yang menutupi lahan tanpa mempersoalkan
kegiatan manusia terhadap obyek-obyek tersebut. Satuan-satuan penutup lahan kadang-kadang juga
memiliki sifat penutup lahan alami (Lillesand/Kiefer, 1994).
Klasifikasi tutupan lahan dan klasifikasi penggunaan lahan adalah upaya pengelompokkan
berbagai jenis tutupan lahan atau penggunaan lahan kedalam suatu kesamaan sesuai dengan sistem
tertentu. Klasifikasi tutupan lahan dan klasifikasi penggunaan lahan digunakan sebagai pedoman atau
acuan dalam proses interpretasi citra penginderaan jauh untuk tujuan pembuatan peta tutupan lahan
maupun peta penggunaan lahan. Menurut USGS (United States Geological Survey) sistem klasifikasi
tutupan lahan dan penggunaan lahan adalah seperti berikut:
1
Level I
Urban or built-up land
Level II
1 Residential
1
1 Commercial and Service
2
1 Transportation, Communications
3
and utilities
1 Industrials and Commercial complexs
4
1 Mixed and commercial complexs
5
1 Mixed urban or built-up land
6
1 Other urban or built-up land
7
2
Agricultural Land
3
2 Other agricultural land
4
2
Level I
Rangeland
Level II
3 Herbaceous rangeland
1
3 Shrub-brushland rangeland
2
3 Mixed rangeland
3
Forest land
Water
Wetland
6 Forested wetland
1
6 Nonforested wetland
2
Barren Land
Tundra
Level I
Level II
8 Bare ground tundra
3
8 Wet tundra
4
8 Mixed tundra
5
9 Perennial snowfields
1
9 Glaciers
2
Tabel klasifikasi tutupan lahan dan penggunaan lahan diatas mencakup seluruh wilayah yang
ada di bumi ini. Namun untuk penggunaan disuatu wilayah tertentu hanya menggunakan sebagian saja
dari tabel diatas. Misalnya untuk wilayah Indonesia, tutupan dan penggunaan lahan yang umumnya
digunakan adalah sebagai berikut:
No
Tutupan/Penggunaan Lahan
1
2
3
4
5
6
7
8
Semak / Belukar
Danau / Waduk / Sungai
Hutan
Kebun
Permukiman
Rawa
Sawah
Tegalan / Ladang
landsat
merupakan
citra
yang
dihasilkan
dari
beberapa
spectrum
dengan
Saluran 4 dengan panjang gelombang 0,5 0,6 m pada daerah spektrum biru, baik untuk
mendeteksi muatan sedimen ditubuh perairan, gosong, endapan suspensi dan terumbu.
Saluran 5 dengan panjang gelombang 0,6 0,7 m pada daerah spektrumhijau, baik
Setiap warna dalam citra satelit memberikan makna tertentu ,Warna pada citramerupakan nilai
refleksi dari vegetasi, tubuh perairan dan atau tubuh batuan permukaan bumi.Oleh karena itu,
interpretasi geologi melalui citra landsat lebih didasarkan pada perbedaan nilai refleksi tersebut.
2.2.1 Citra Landsat 7
Landsat 7 merupakan satelit dengan orbit yang selaras dengan matahari dan melintas di
ekuator pada waktu lokal pukul 10:00. Satelit ini memiliki kemampuan meliput wilayah yang
sama setiap 16 hari. Citra landsat ETM (Enhanced Thematic Mapper) merupakan salah satu jenis
citra multispektral. Citra Landsat ETM merupakan citra penginderaan jauh yang sering
digunakan pada saat ini, citra ini mempunyai 7 Saluran yang terdiri dari spektrum tampak pada
saluran 1, 2, dan 3 spektrum infra merah dekat pada saluran 4, 5 dan 7 dan spektrum infra merah
termal pada saluran 6
Nama Gelombang
1
Biru
0 ,45 - 0, 52
2
Hijau
0 ,53 - 0, 61
3
Merah
0 ,63 - 0, 69
4
Inframerah dekat
0 ,78 - 0, 90
5
Inframerah gelombang pendek
1 ,55 - 1, 75
6
Inframerah tengah
10 ,4 - 12, 5
7
Inframerah gelombang pendek
2 ,09 - 2, 35
8
Pankromatik
0 ,52 - 0, 9
Citra landsat ETM ini juga memiliki karakteristik spasial yang ditandai dengan resolusi
spasial yang digunakan sensor untuk mendeteksi obyek. Resolusi spasial sendiri adalah daya
pilah sensor yang diperlukan untuk bisa membedakan obyek-obyek yang ada dipermukaan bumi.
(Lillesand/Kiefer, 1996)
Tabel Resolusi Spasial
No Saluran
2.2.2
IFOV
1 - 5, 7
30 m x 30 m
6
8
60 m x 60 m
15 x 15 m
Citra Landsat 8
Landsat 8 merupakan kelanjutan dari misi Landsat yang untuk pertama kali menjadi
satelit pengamat bumi sejak 1972 (Landsat 1). Landsat 1 yang awalnya bernama Earth Resources
Technology Satellite 1 diluncurkan 23 Juli 1972 dan mulai beroperasi sampai 6 Januari 1978.
Generasi penerusnya, Landsat 2 diluncurkan 22 Januari 1975 yang beroperasi sampai 22 Januari
1981. Landsat 3 diluncurkan 5 Maret 1978 berakhir 31 Maret 1983; Landsat 4 diluncurkan 16
Juli 1982, dihentikan 1993. Landsat 5 diluncurkan 1 Maret 1984 masih berfungsi sampai dengan
saat ini namun mengalami gangguan berat sejak November 2011, akibat gangguan ini, pada
tanggal 26 Desember 2012, USGS mengumumkan bahwa Landsat 5 akan dinonaktifkan. Berbeda
dengan 5 generasi pendahulunya, Landsat 6 yang telah diluncurkan 5 Oktober 1993 gagal
mencapai orbit. Sementara Landsat 7 yang diluncurkan April 15 Desember 1999, masih
berfungsi walau mengalami kerusakan sejak Mei 2003. (http://geomatika.its.ac.id, 2013)
Sebenarnya landsat 8 lebih cocok disebut sebagai satelit dengan misi melanjutkan landsat
7 dari pada disebut sebagai satelit baru dengan spesifikasi yang baru pula. Ini terlihat dari
karakteristiknya yang mirip dengan landsat 7, baik resolusinya (spasial, temporal, spektral),
metode koreksi, ketinggian terbang maupun karakteristik sensor yang dibawa. Hanya saja ada
beberapa tambahan yang menjadi titik penyempurnaan dari landsat 7 seperti jumlah band,
rentang spektrum gelombang elektromagnetik terendah yang dapat ditangkap sensor serta nilai
bit (rentang nilai Digital Number) dari tiap piksel citra. Seperti dipublikasikan oleh USGS, satelit
landsat 8 terbang dengan ketinggian 705 km dari permukaan bumi dan memiliki area scan seluas
170 km x 183 km (mirip dengan landsat versi sebelumnya). NASA sendiri menargetkan satelit
landsat versi terbarunya ini mengemban misi selama 5 tahun beroperasi (sensor OLI dirancang 5
tahun dan sensor TIRS 3 tahun). Tidak menutup kemungkinan umur produktif landsat 8 dapat
lebih panjang dari umur yang dicanangkan sebagaimana terjadi pada landsat 5 (TM) yang
awalnya ditargetkan hanya beroperasi 3 tahun namun ternyata sampai tahun 2012 masih bisa
berfungsi.
Satelit landsat 8 memiliki sensor Onboard Operational Land Imager (OLI) dan Thermal
Infrared Sensor (TIRS) dengan jumlah kanal sebanyak 11 buah. Diantara kanal-kanal tersebut, 9
kanal (band 1-9) berada pada OLI dan 2 lainnya (band 10 dan 11) pada TIRS. Sebagian besar
kanal memiliki spesifikasi mirip dengan landsat 7. Jenis kanal, panjang gelombang dan resolusi
spasial setiap band pada landsat 8 dibandingkan dengan landsat 7 seperti tertera pada tabel di
bawah ini :
SPESIFIKASI KANAL-KANAL SPEKTRAL SENSOR PENCITRA LDCM (LANDSAT-8)
(YANG DIPERLUKAN OLEH NASA/USGS)
Kanal
No
1
Kanal
Kisaran
spektral
(nm)
GSD
Penggunaan Data (resolusi
spasial)
Biru
433-453
Aerosol/coastal
zone
30 m
Radiance
(W/m2srm), SNR
(typical)
typical
40
130
Kanal
No
2
3
4
5
Kanal
Kisaran
spektral
(nm)
GSD
Penggunaan Data (resolusi
spasial)
Biru
450-515
Pigments/scatter
/coastal
Pigments/coastal
Pigments/coastal
Foliage/coastal
Hijau
Merah
Infra merah
dekat (NIR)
SWIR 2
7 SWIR 3
8
9
PAN
SWIR
525-600
630-680
845-885
1560-1660
2100-2300
Foliage
Minerals/litter/no
scatter
500-680
1360-1390
Image sharpening
Cirruscloud
detection
30 m
(Kanalkana
l wari- san
TM)
15 m
30 m
Radiance
(W/m2srm), SNR
(typical)
typical
40
130
30
22
14
100
90
90
4.0
1.7
100
100
23
6.0
80
130
OLI (LDCM)
Panjang gelombang
(m)
0.500 - 0.680
0.433 - 0.453
GSD (m)
15
30
2
3
4
0.450 - 0.515
0.525 - 0.600
0.630 - 0.680
30
30
30
0.845 - 0.885
30
1.360 - 1.390
30
6
1.560 - 1.660
30
7
2.100 - 2.300
30
Kemampuan pencitraan OLI tidak termasuk
thermal
No. Kanal
spectral
8 (PAN)
ETM+ (Landsat-7)
Panjang Gel
(m)
0.52 - 0.90
GSD
(m)
15
1
2
3
4
0.45 - 0.52
0.53 - 0.61
0.63 - 0.69
0.78 - 0.90
30
30
30
30
5
7
6 (TIR)
1.55 - 1.75
2.09 - 2.35
30
30
60
10.40 - 12.50
cara mengelompokkan fenomena berdasarkan satu kriteria yaitu nilai spektral. (Sekretariat FWI
Simpul Bogor, 2003)
Klasifikasi multispektral diawali dengan menentukan nilai piksel tiap objek sebagai sampel.
Selanjutnya nilai piksel dari tiap sampel tersebut digunakan sebagai masukkan dalam proses
klasifikasi. Perolehan informasi tutupan lahan diperoleh berdasarkan warna pada citra, analisis statik
dan analisis grafis. Analisis statik digunakan untuk memperhatikan nilai rata-rata, standar deviasi dan
varian dari tiap kelas sampel yang diambil guna menentukan perbedaan sampel. Analisis grafis
digunakan untuk melihat sebaran-sebaran piksel dalam suatu kelas.
2.3.1 Metode Klasifikasi Terbimbing (Supervised)
Pada metode supervised ini, analis terlebih dulu menetapkan beberapa training area
(daerah contoh) pada citra sebagai kelas lahan tertentu. Penetapan ini berdasarkan pengetahuan
analis terhadap wilayah dalam citra mengenai daerah-daerah tutupan lahan. Nilai-nilai piksel
dalam daerah contoh kemudian digunakan oleh komputer sebagai kunci untuk mengenali piksel
lain. Daerah yang memiliki nilai-nilai piksel sejenis akan dimasukan kedalam kelas lahan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Jadi dalam metode supervised ini analis mengidentifikasi kelas
informasi terlebih dulu yang kemudian digunakan untuk menentukan kelas spectral yang
mewakili kelas informasi tersebut. (Indriasari, 2009)
kelas. Misal class 1, class 2 dan class 3 masing-masing adalah sawah, perkebunan dan hutan
maka analis bisa mengelompokkan kelas-kelas tersebut menjadi satu kelas, yaitu kelas vegetasi.
Jadi pada metode unsupervised tidak sepenuhnya tanpa campur tangan manusia.
Beberapa algoritma yang bisa digunakan untuk menyelesaikan metode unsupervised ini
diantaranya adalah K-Means dan ISODATA.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum penginderaan jauh terapan tentang
klasifikasi unsupervised dan supervised ini antara lain :
1. Alat
- 1 PC Acer Aspire 4732
- 1 PC Lenovo
- Printer
2. Bahan
- Citra Landsat 7 +ETM tahun 1999 daerah Sulawesi Selatan
- Citra Landsat 8 tahun 2013 daerah Sulawesi Selatan
- Software Er Mapper 7
- Software Envi 4.6.1
3.2 Waktu dan Lokasi
Waktu dan Lokasi data praktikum adalah :
Waktu
: Tahun 1999 (Landsat 7+ ETM) dan Tahun 2013 (Landsat 8)
Lokasi
: Sulawesi Selatan
10
Komposit Band
(Layer Stacking)
Klasifikasi
Klasifikasi
Unsupervised
Supervised
Perhitungan
Luas Tutupan Lahan
Tutupan Lahan Sulawesi
Selatan
11
Calculate Statistics
Citra
Klasifikasi ISOCLASS
Unsupervised
Reclass
Tidak
Ya
Citra Terklasifikasi
Unsupervised
12
Pembuatan Training
Area (Poligon)
Tidak
Ya
Calculate Statistics
Klasifikasi Supervised
13
2. Setelah itu pada menu Basic Tools Layer Stacking, akan muncul kotak dialog
Layer Stacking Parameter. Pilih Input File untuk memasukkan semua data citra.
Setelah itu memilih Reorder Files untuk mengurutkan file sesuai bandnya. Akan
muncul juga sistem proyeksi peta yang digunakan serta resolusi spasial citra. Lalu
memasukkan nama file untuk data citra yang baru.
14
3. Setelah dipilih ok, maka program akan memproses penggabungan citra atau create
layer file
4. Setelah berhasil load data citra dengan band yang sesuai Landsat 7 (321) dan Landsat
8 (654), dan simpan dengan format .ers untuk diproses di Er Mapper
3.4.2
Klasifikasi Unsupervised
Tahapan dalam klasifikasi tak terbimbing ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan jumlah kelas, ulangan, dan jumlah band yang digunakan. Pada menu
Proccess pilih Classification kemudian pilih ISOClass Unsupervised Classification.
Kemudian muncul dialog box berikut :
15
Langkah selanjutnya adalah menyimpan citra hasil dari pembagian kelas (reclass)
16
Menampilkan kembali Edit Class/ Region Details untuk merubah nama serta
warna kelas berdasarkan citra landsat asli
Sorot Class Display pada layer kemudian klik tombol Load Dataset
untuk
3.4.3
Klasifikasi Supervised
17
Prosedur yang perlu dilakukan pada metode ini adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan Training Area.
- Membuka file yang akan dibuat training area. Training area dibuat dengan
memilih Edit/Create Region pada menu Edit. Kemudian akan muncul dialog
box berikut :
Kli
k
OK
pada dialog box tersebut. Lalu akan muncul Annotation Tool seperti pada
gambar berikut :
18
.Tombol Save
yang aktif.
Tombol Save As
file baru.
2. Memulai proses klasifikasi terbimbing
19
Setelah training area dibuat dan disimpan, dapat dimulai proses klasifikasi.
Tahap selanjutnya masuk pada menu Procces > Calculate Statistics, masukan
citra yang telah detraining areanya.
Klik Setup untuk menampilkan region yang kita buat. Disini dapat memilh
kelas yang akan dihilangkan atau ditambahkan seperti pada gambar berikut :
Klik Close untuk kembali ke dialog box awal.
Pilih Classification Type
Klik OK untuk memulai proses klasifikasi.
20
3. Memberi nama dan warna region. (Tahapan ini sama halnya dengan metode
Unsupervised Classification)
Pada menu Edit pilih Edit Class/Region Color and Name. Kemudian muncul
dialog box berikut :
21
Sorot Class Display pada layer kemudian klik tombol Load Dataset
3.4.4
3. Maka akan muncul luas dari kelima kelas serta luas daerah keseluruhan
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Klasifikasi Unsupervised
4.1.1 Landsat 7
Tampilan citra yang diperoleh dari proses klasifikasi citra Landsat 7 adalah
sebagai berikut :
Landsat 8
Setelah melakukan proses klasifikasi unsupervised untuk citra landsat 8,
23
24
Pada klasifikasi ini dibagi menjadi 6 kelas yaitu Perairan (laut, danau, sungai, dan
tubuh air), Lahan (lahan habis pakai panen), Pemukiman, Hutan, Tambak dan
Mangrove. Pada proses klasifikasi ini, awan termasuk dalam klasifikasi permukiman,
dikarenakan awan tidak bisa diklasifikasikan sendiri.Warna merah yang berada di laut
merupakan awan yang terdefinisikan sebagai permukiman. Hal tersebut dikarenakan
keterbatasan dalam proses cloud masking.
4.2.2
Landsat 8
Setelah melakukan proses klasifikasi supervised untuk citra landsat 8,
25
Nama Kelas
Hutan
Warna
2.
Vegetasi
mendominasi
Vegetasi merupakan area terluas yang
didominasi oleh semak belukar, lahan
pertanian, dan perkebunan. Dimana kelas
ini
3.
Perairan
terdapat
disekitar
hutan
dan
permukiman.
Pada kelas perairan ini yang termasuk di
dalamnya adalah laut, danau, sungai,
serta
tubuh
air
lainnya.
Hal
ini
4.
Lahan Kosong
5.
Permukiman
kelas
permukiman
ini
27
Nama Kelas
Perairan
Warna
tubuh
air
lainnya.
Hal
ini
Lahan Terbuka
(lahan
habis
pakai panen)
3.
Pemukiman
kelas
ini
karena
banyak
4.
Hutan
5.
Mangrove
28
Berikut ini perbandingan antara citra landsat 8 asli (komposit band 654) dengan
hasil klasifikasi unsupervised :
Klasifikasi Supervised
1. Landsat 7
Pada klasfikasi Supervised menggunakan landsat7, pertama kali proses
klasifikasi membagi menjadi 15 kelas. Setelah itu dibagi lagi (reclass) 6 kelas
yaitu Perairan (laut, danau, sungai, dan tubuh air), Lahan (lahan kosong),
Pemukiman,
Hutan,
Tambak
dan
Mangrove,
agar
lebih
mudah
29
Nama Kelas
Perairan
Warna
tubuh
air
lainnya.
Hal
ini
Lahan Terbuka
dalam.
Pada kelas lahan terbuka ini merupakan
(lahan kosong)
3.
Pemukiman
pemilihan
kelas
ini
karena
4.
Hutan
5.
Mangrove
30
No
6.
Nama Kelas
Tambak
Warna
31
Nama Kelas
LAHAN
Warna
2.
HUTAN
dekat permukiman
Kelas ini memiliki luasan paling besar, dan
3.
JALAN
4.
PEMUKIMAN
5.
LAUT
6.
DANGKAL
LAUT
garis pantai
Laut atau laut dalam terletak pada lepas
7.
SUNGAI
8.
AWAN
kelok
tajam,
ini
yang
9.
DANAU
sebenarnya
Danau memiliki bentuk bulat, salah satu
pertimbangan
adalah
dengan
32
Klasfikasi Unsupervised
Klasifikasi Supervised
Landsat 7
Perairan = 145446,480 ha
Landsat 8
Perairan = 1570385,700 ha
Pemukiman = 856369,080 ha
Pemukiman = 984273,120 ha
Hutan = 1431645,390 ha
Hutan = 1224849,410 ha
Vegetasi =119573.550 ha
Mangrove=203571,180 ha
Perairan = 3069579.42 ha
Perairan = 1792633,590 ha
Lahan Terbuka/kosong
Lahan Terbuka/kosong
=369136.8 ha
=362762,370 ha
Pemukiman = 477628.83 ha
Pemukiman = 1869919,740 ha
Hutan = 752393.52 ha
Hutan = 747011,390 ha
Mangrove =131826.87 ha
Jalan = 158903,550 ha
Tambak=119573.550 ha
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk klasifikasi unsupervised, luas tutupan lahan
dari landsat 7 (tahun 1999) ke landsat 8 (tahun 2013) mengalami perubahan. Perubahan
luas secara keseluruhan yaitu sebesar 11091, 65 ha. Perubahan yang terjadi antara lain :
- Tidak ada lagi tutupan lahan vegetasi
- Bertambahnya luas tutupan lahan perairan, lahan terbuka, dan pemukiman
- Berkurangnya luas tutupan lahan hutan
- Adanya tutupan lahan mangrove
Dari perubahan yang terjadi dapat dianalisis bahwa dari tahun 1999 sampai 2013
daerah Sulawesi Selatan mengalami pengurangan hutan yang cukup banyak yaitu seluas
206795,981 ha. Berkurangnya luas hutan ini dikarenakan perubahan lahan dari hutan
menjadi pemukiman dan lahan terbuka (lahan habis pakai panen). Seiring perubahan
jaman tentu rencana tata ruang dan wilayah akan beradaptasi dengan keadaan yang terjadi.
Untuk luas perairan yang bertambah disinyalir akibat dari naiknya permukaan air laut, hal
itu sejalan dengan munculnya area mangrove yang dibuat di sekitar pesisir atau pantai
Sulawesi Selatan.
Sedangkan untuk klasifikasi supervised, luas tutupan lahan dari landsat 7 (tahun
1999) ke landsat 8 (tahun 2013) juga mengalami perubahan. Besar perubahan luas sama
dengan klasisfikasi unsupervised yaitu secara keseluruhan sebesar 11091, 65 ha.
Perubahan yang terjadi antara lain :
- Tidak ada lagi mangrove dan tambak
- Bertambahnya luas tutupan lahan pemukiman
- Berkurangnya luas tutupan lahan hutan, perairan, dan lahan terbuka
- Adanya tutupan lahan jalan
33
Dari perubahan yang terjadi dapat dianalisis bahwa dari tahun 1999 sampai 2013
daerah Sulawesi Selatan mengalami penambahan lahan pemukiman yang cukup banyak
yaitu seluas 1392290,910 ha. Berkurangnya luas hutan ini dikarenakan perubahan lahan
dari hutan dan lahan terbuka menjadi pemukiman. Seiring perubahan jaman tentu rencana
tata ruang dan wilayah akan beradaptasi dengan keadaan yang terjadi. Untuk luas perairan
berbeda dengan klasifikasi unsupervised, luas perairan mengalami pengurangan. Perairan
di sini mencakup laut, danau, dan sungai.
Perbedaan hasil klasifikasi dapat disebabkan beberapa hal diantaranya perbedaan
interpretasi dalam mengklasifikasikan objek tutupan lahan, cukup banyaknya awan, dan
kurangnya informasi yang tepat tentang tutupan lahan daerah Sulawesi Selatan.
34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan :
1. Proses klasifikasi unsupervised dan supervised dapat digunakan untuk mengetahui
jenis tutupan lahan. Perbedaannya terletak pada proses mendapatkan kelas tutupan
lahan. Yaitu klasifikasi supervised harus membuat batasan area tutupan lahan
sedangkan klasifikasi unsupervised dipilihkan oleh program.
2. Perubahan luas tutupan lahan daerah Sulawesi Selatan dari tahun 1999 2013
dengan menggunakan klasifikasi unsupervised sebesar 6393003 ha. Dengan
perubahan yang terjadi :
- Tidak ada lagi tutupan lahan vegetasi
- Bertambahnya luas tutupan lahan perairan, lahan terbuka, dan pemukiman
- Berkurangnya luas tutupan lahan hutan
- Adanya tutupan lahan mangrove
3. Perubahan luas tutupan lahan daerah Sulawesi Selatan dari tahun 1999 2013
dengan menggunakan klasifikasi supervised sebesar 6393003 ha. Dengan perubahan
yang terjadi :
- Tidak ada lagi mangrove dan tambak
- Bertambahnya luas tutupan lahan pemukiman
- Berkurangnya luas tutupan lahan hutan, peraiaran, dan lahan terbuka
- Adanya tutupan lahan jalan
5.2 Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan saran yang diberikan antara lain :
1. Dalam proses mendownload citra harap lebih diperhatikan tentang informasi
informasi citra tersebut
2. Dalam proses klasifikasi diharapkan mempunyai referensi lain tentang tutupan lahan
daerah tersebut
3. Lebih teliti saat melakukan proses klasifikasi supervised
35