Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah
Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah
PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Sejak diterbitkannya Undang-undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, terjadi reformasi dalam pengelolaan keuangan Negara. Hal ini
ditindaklanjuti dengan adanya reformasi dalam pengelolaan keuangan daerah
dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Diantara proses dan prosedur yang dilakukan perubahan adalah prosedur
pencairan anggaran belanja daerah. Pada modul ini dibahas hal-hal yang terkait
dengan pencairan anggaran daerah diantaranya adalah pejabat pengelola
keuangan daerah, mekanisme pengeluaran daerah, mekanisme pengeluaran
dengan Uang Persediaan, mekanisme Pengeluaran dengan pembayaran
langsung, aspek perpajakan dalam belanja daerah, dan mekanisme penerbitan
SP2D
2. Prasyarat Kompetensi
Sebelum mempelajari modul ini, peserta diklat harus memiliki prasyarat
pengetahuan tentang reformasi pengelolaan keuangan daerah, perencanaan dan
penganggaran daerah. Hal ini diperlukan mengingat mekanisme pencairan
anggaran daerah harus didasari dengan pengetahuan yang baik tentang
mekanisme baru dalam pengelolaan anggaran belanja daerah.
3. Standar Komptensi dan Kompetensi Dasar
Standar kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta diklat setelah
mempelajari modul ini antara lain :
a. Mampu melaksanakan tugas sebagai pengelola keuangan daerah pada
SKPD
b. Mempu melaksanakan tugas dalam rangka belanja daerah
Setelah mempelajari modul ini, kompetensi dasar yang diharapkan dimiliki oleh
peserta diklat adalah
a. Peserta mampu memahami pejabat pengelola keuangan daerah dalam
mekanisme belanja daerah
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah
4. Relevansi Modul
Siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dimulai dari perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, pemeriksaan dan pertanggungjawaban. Dalam
tahap pelaksanaan terdiri dari pelaksanaan pendapatan daerah dan pengeluaran
daerah.
Modul ini membahas tentang pencairan anggaran belanja daerah yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam tahap pelaksanaan anggaran.
KEGIATAN BELAJAR 1 :
PELAKSANAAN APBD
Indikator
1.
2.
3.
Pemerintahan Daerah)
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas
dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan
dengan peraturan daerah (Pasal 1 PP No. 58 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah).
b) Dana Perimbangan.
c) Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban
daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh Daerah. Belanja daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi,
program dan kegiatan, serta jenis belanja. Klasifikasi belanja menurut organisasi
disesuaikan dengan susunan organisasi pemerintahan daerah.
Klasifikasi
belanja
berdasarkan
urusan
pemerintahan
diklasifikasikan
pelayanan umum;
2)
3)
ekonomi;
4)
lingkungan hidup;
5)
6)
kesehatan;
7)
8)
agama;
9)
pendidikan; serta
d) bunga;
e) subsidi;
f)
hibah;
g) bantuan sosial;
h) belanja bagi hasil dan bantuan keuangan; dan
i)
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
yang
bersangkutan
Pembiayaan daerah
maupun
pada
tahun-tahun
anggaran
berikutnya.
2.
3.
4.
5.
6.
Keuangan
Daerah
sebagaimana
telah
diubah
dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55 tahun 2008 tentang Tata Cara
Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara
serta Penyampaiannya.
1.b. Latihan
1. Jelaskan pengertian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah !
2. Belanja daerah dilaksanakan berdasarkan klasifikasi-klasifikasi, sebutkan
dan jelaskan yang dimaksud dengan klasifikasi organisasi !
3. Belanja daerah dilaksanakan berdasarkan klasifikasi-klasifikasi, sebutkan
dan jelaskan yang dimaksud dengan klasifikasi fungsi !
4. Belanja daerah dilaksanakan berdasarkan klasifikasi-klasifikasi, sebutkan
dan jelaskan yang dimaksud dengan klasifikasi jenis belanja !
5. Sebutkan dasar hukum dalam pelaksanaan APBD!
1.c. Rangkuman
1. Di dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
ditegaskan bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan negara adalah sebagai
bagian dari kekuasaan pemerintahan dan kekuasaan pengelolaan keuangan
negara dari presiden sebagian diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota
selaku kepala pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah dan
mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Implikasi ketentuan ini gubernur/bupati/walikota bertanggungjawab
atas
pengelolaan
keuangan
daerah
sebagai
bagian
dari
kekuasaan
pemerintahan daerah.
antara
yang
memerintahkan,
menguji,
dan
yang
menerima/mengeluarkan uang.
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD,
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. (Pasal 1 UU No. 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Pasal 1 UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah)
4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan
peraturan daerah (Pasal 1 PP No. 58 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah).
5. struktur APBD terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah dan
pembiayaan daerah. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang
melalui Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar,
yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu
dibayar kembali oleh Daerah. Belanja daerah meliputi semua pengeluaran
dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang
merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah.
c. piutang daerah
d. pembiayaan daerah.
7. Semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi
ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun
anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah
adalah pengertian dari :
a. pengeluaran daerah,
b. belanja daerah,
c. hutang daerah
d. pembiayaan daerah.
8. Klasifikasi belanja berdasarkan urusan pemerintahan adalah
a. Klasifikasi organisasi
b. Klasifikasi fungsi
c. Klasifikasi jenis belanja
d. Klasifikasi program
9. Klasifikasi belanja menurut jenis belanja sebagaimana tersebut dibawah ini
kecuali :
a. belanja pegawai;
b. belanja barang dan jasa;
c. belanja tidak terduga.
d. Belanja lain-lain
10. Semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya adalah pengertian dari :
a. Penerimaan pembiayaan;
b. Pengeluaran pembiayaan;
c. Pembiayaan daerah
d. Pinjaman Daerah
10
Rumus penilaian:
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%
Jumlah soal
Kriteria tingkat penguasaan materi:
90%
80%
89% = baik
70%
79% = sedang
69% = kurang
Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% keatas, berarti
Anda telah menguasai materi dengan baik. Akan tetapi, apabila hasilnya masih
dibawah 80%, Anda diminta untuk mempelajari kembali materi pelajaran ini.
11
KEGIATAN BELAJAR 2 :
PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN
DAERAH
Indikator
1.
2.
Menjelaskan
belanja daerah
kekuasaan
pengelolaan
keuangan
daerah
mempunyai
kewenangan:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
12
b.
c.
g. memimpin TAPD;
h. menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD;
i.
j.
13
petunjuk
teknis
pelaksanaan
sistem
penerimaan
dan
menetapkan SPD;
j.
14
melakukan
pembayaran
berdasarkan
permintaan
pejabat
pengguna
mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang
15
dipimpinnya;
j.
pengguna
anggaran/pengguna
barang
dan
kuasa
pengguna
jawab
atas
pelaksanaan
tugasnya
kepada
pengguna
anggaran/kuasa
pengguna
barang
bertanggung
jawab
atas
16
2.b. Latihan
1. Dalam pengelolaan APBD, Kepala Darah adalah Pemegang Kekuasaan
Pengelolaan Keuangan Daerah, sebutkan tugas dan wewenangnya!
2. Jelaskan kedudukan sekretaris daerah dalam Pelaksanaan APBD!
3. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menjabat sekaligus sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran, jelaskan tugas dan wewenang KPA!
4. KPA dapat menunjuk Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD, jelaskan
kewenangan yang dapat dilimpahkan oleh KPA!
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah
17
2.c. Rangkuman
1. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala
daerah
yang
karena
jabatannya
mempunyai
kewenangan
melaksanakan
tugas-tugas
dapat
melimpahkan
sebagian
anggaran/kuasa
pengguna
barang.
Pelimpahan
sebagian
jawab
atas
pelaksanaan
tugasnya
kepada
pengguna
18
2.
3.
4.
5.
19
7.
8.
9.
20
80%
89% = baik
70%
79% = sedang
69% = kurang
Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% keatas, berarti
Anda telah menguasai materi dengan baik. Akan tetapi, apabila hasilnya masih
dibawah 80%, Anda diminta untuk mempelajari kembali materi pelajaran ini.
21
KEGIATAN BELAJAR 3 :
BELANJA DAERAH
Indikator
1.
2.
3.
22
6. Transparan
merupakan
prinsip
keterbukaan
yang
memungkinkan
masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluasIuasnya tentang keuangan daerah.
7. Bertanggung jawab merupakan perwujudan kewajiban seseorang untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya
dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
8. Keadilan
adalah
keseimbangan
distribusi
kewenangan
dan
terarah
dan
program/kegiatan,
terkendali
sesuai
sesuai
dengan
fungsi
rencana,
setiap
departemen/lembaga/pemerintah daerah.
3. Mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri.
Prinsip-prinsip pembayaran atas beban APBD diatur dalam Permendagri
No. 13 tahun 2006 pada Pasal 132 sampai dengan 136. Prinsip-prinsip tersebut
antara lain sebagai berikut :
1. Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan bukti
yang lengkap dan sah.
Bukti tersebut harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang
dan bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah
23
penggunaan bukti.
2. Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak dapat dilakukan
sebelum rancangan peraturan daerah tentang APBD ditetapkan dan
ditempatkan dalam lembaran daerah.
Pengeluaran kas tersebut tidak termasuk untuk belanja yang bersifat
mengikat dan belanja yang bersifat wajib yang ditetapkan dalam peraturan
kepala daerah.
3. Pemberian
subsidi,
hibah,
bantuan
sosial,
dan
bantuan
keuangan
dan
bantuan
keuangan
subsidi,
hibah,
bantuan
sosial,
dan
wajib
menyampaikan
laporan
pertanggungjawaban
bencana
sosial,
termasuk
pengembalian
atas
kelebihan
instansi/lembaga
penerima
dana
tanggap
darurat
24
Menteri Keuangan sebagai bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
11. Untuk
kelancaran
pelaksanaan
tugas
SKPD,
kepada
pengguna
Oleh karena itu dalam pasal 13 Keppres No. 42 tahun 2002 diatur
untuk
berbagai
peristiwa
dan
pecan
olah
raga
pada
departemen/lembaga/pemerintah daerah.
4. Pengeluaran lain-lain untuk kegiatan/keperluan yang sejenis serupa dengan
yang tersebut di atas.
3.a.5. Pengertian Daftar Pelaksanaan Anggaran SKPD
Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPASKPD merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap SKPD
yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna anggaran. (Pasal 1
PP No. 58 tahun 2005). Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 13 tahun 2006, Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya
disingkat DPA-SKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan
pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh
pengguna anggaran.
3.a.6. Format DPA-SKPD
Format DPA-SKPD sesuai dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007
terdiri dari lima bagian yaitu :
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah
25
No.
1.
Kode
DPA-SKPD
Nama Formulir
Ringkasan Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Satuan Kerja Perangkat Daerah
2.
DPA-SKPD 1
3.
DPA-SKPD 2.1
Tidak
Langsung
Satuan
Kerja
Perangkat Daerah
4.
DPA-SKPD 2.2
Rekapitulasi
Program
Belanja
dan
Langsung
Kegiatan
Satuan
menurut
Kerja
Perangkat Daerah
5.
DPA-SKPD 2.2.1
26
27
penerbitan
SPD,
kuasa
BUD menyiapkan
draft
SPD
untuk
3.b. Latihan
1. Jelaskan yang dimaksud dengan azas-azas umum dalam belanja daerah!
2. Hal-hal apa saja yang dilarang dalam belanja daerah!
3. Jelaskan prinsip-prinsip umum belanja daerah!
4. Jelaskan yang dimaksud dengan anggaran kas!
5. Dalam pelaksanaan anggaran terdapat dokumen DPA-SKPA, jelaskan
dokumen isi dari DPA-SKPD
3.c. Rangkuman
1. Keuangan daerah agar dapat mencapai tujuan dan sasaran harus dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien,
ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas
keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat
2. Belanja daerah merupakan bagian dari belanja Negara secara umum, oleh
karena itu dalam pelaksanaannya harus mengikuti prinsip-prinsip yang
berlaku dalam belanja Negara diantaranya adalah Hemat, tidak mewah,
efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan; Efektif,
terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan, sesuai
fungsi setiap departemen/lembaga/pemerintah daerah; Mengutamakan
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah
28
dengan
bukti-bukti
administrasi
yang
dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan
perundang-undangan.
c. Pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu
dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.
d. Pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau
penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.
2. Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan bukti
yang lengkap dan sah.
29
untuk
berbagai
peristiwa
dan
pekan
olah
raga
pada
departemen/lembaga/pemerintah daerah.
d. Pemberian hadiah bagi siswa sekolah lanjutan pertama yang berprestasi.
6. Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Program dan
Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah dituangkan dalam DPA SKPD
pada form :
a. DPA SKPD 2.2.1.
b. DPA-SKPD 2.2.
c. DPA-SKPD 2.1.
d. DPA-SKPD 1.2.
7. Ketentuan mengenai Penyusunan DPA-SKPD antara lain adalah sebagai
berikut kecuali:
a. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) paling lama 3 (tiga) hari
kerja
setelah
memberitahukan
peraturan
kepada
daerah
semua
tentang
kepala
APBD
SKPD
agar
ditetapkan,
menyusun
rancangan DPA-SKPD.
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah
30
31
modul ini. Untuk mengukur tingkat penguasaan materi modul ini, hitunglah hasil
penilaian dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus penilaian:
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%
Jumlah soal
Kriteria tingkat penguasaan materi:
90%
80%
89% = baik
70%
79% = sedang
69% = kurang
Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% keatas, berarti
Anda telah menguasai materi dengan baik. Akan tetapi, apabila hasilnya masih
dibawah 80%, Anda diminta untuk mempelajari kembali materi pelajaran ini.
32
KEGIATAN BELAJAR 4:
PROSEDUR PEMBAYARAN
UANG PERSEDIAAN
Indikator
1.
Menjelaskan
pengertian
pembayaran
dengan
mekanisme
uang
persediaan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
33
34
secara
keseluruhan
pada
satu
waktu,
mungkin
dalam
35
pembayaran
minimal
Rp.90.000.000,-.
Apabila
jumlah
36
Gambar 1
Alur Proses Pembayaran Uang Persediaan
Pengguna
ANggaran
dari
PPKD
diserahkan
kepada
Bendahara
37
mempersiapkan
dokumen-dokumen
yang
diperlukan
sebagai
lampiran dalam pengajuan SPP UP, selain dari dokumen SPP UP itu sendiri.
Lampiran tersebut antara lain:
1) surat pengantar SPP-UP;
2) ringkasan SPP-UP;
3) rincian SPP-UP;
4) salinan SPD;
5) draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak
dipergunakan untuk keperluan selain uang persediaan saat pengajuan
SP2D kepada kuasa BUD; dan
6) lampiran lain yang diperlukan.
Bendahara Pengeluaran SKPD dapat melimpahkan sebagian uang persediaan
yang dikelolanya kepada bendahara pengeluaran pembantu SKPD untuk
kelancaran pelaksanaan kegiatan. Pelimpahan tersebut dilakukan berdasarkan
persetujuan pengguna anggaran.
4a.2.2. Prosedur Pengajuan SPP-GU
Pada saat uang persediaan telah terpakai bendahara pengeluaran dapat
mengajukan SPP Ganti Uang Persediaan (GU) dengan besaran sejumlah SPJ
penggunaan uang persediaan yang telah disahkan pada periode waktu tertentu.
SPP-GU tersebut dapat disampaikan untuk satu kegiatan tertentu atau beberapa
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah
38
mempersiapkan
dokumen-dokumen
yang
diperlukan
sebagai
lampiran dalam pengajuan SPP GU, selain dari dokumen SPP GU itu sendiri.
Dokumen yang dilampirkan dalam SPP-GU terdiri dari:
1) surat pengantar SPP-GU;
2) ringkasan SPP-GU;
3) rincian SPP-GU;
4) surat pengesahan laporan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran
atas penggunaan dana SPP-UP/GU/TU sebelumnya;
5) salinan SPD;
6) draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak
dipergunakan untuk keperluan selain ganti uang persediaan saat pengajuan
SP2D kepada kuasa BUD; dan
7) lampiran lain yang diperlukan.
4.a.2.3. Prosedur Pengajuan SPP_TU
Apabila terdapat kebutuhan belanja yang sifatnya mendesak, yang harus dikelola
oleh bendahara pengeluaran, dan uang persediaan tidak mencukupi karena
sudah direncanakan untuk kegiatan yang lain, maka bendahara pengeluaran
dapat mengajukan SPP-TU. Batas jumlah pengajuan SPP-TU harus mendapat
persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincian kebutuhan dan waktu
penggunaan. Jumlah dana yang dimintakan dalam
39
40
Gambar 2
Alur Proses Pembayaran Langsung
2)
41
2)
ringkasan SPP-LS;
3)
rincian SPP-LS;
4)
5)
gaji susulan;
6)
kekurangan gaji;
7)
gaji terusan;
8)
9)
SK CPNS;
10) SK PNS;
11) SK kenaikan pangkat;
12) SK jabatan;
13) kenaikan gaji berkala;
14) surat pernyataan pelantikan;
15) surat pernyataan masih menduduki jabatan;
16) surat pernyataan melaksanakan tugas;
17) daftar keluarga (KP4);
18) fotokopi surat nikah;
19) fotokopi akte kelahiran;
20) surat keterangan pemberhentian pembayaran (SKPP) gaji;
21) daftar potongan sewa rumah dinas;
22) surat keterangan masih sekolah/kuliah;
23) surat pindah;
24) surat kematian;
25) SSP PPh Pasal 21; dan
26) peraturan perundang-undangan mengenai penghasilan pimpinan dan
anggota DPRD serta gaji dan tunjangan kepala daerah/wakil kepala
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah
42
daerah.
Kelengkapan lampiran dokumen SPP-LS pembayaran gaji dan tunjangan
sebagaimana tersebut diatas digunakan sesuai dengan peruntukannya.
2)
2)
ringkasan SPP-LS;
3)
rincian SPP-LS;
4)
salinan SPD;
5)
6)
SSP disertai faktur pajak (PPN dan PPh) yang telah ditandatangani
wajib pajak dan wajib pungut;
7)
8)
9)
acara
pemeriksaan
yang
ditandatangani
oleh
pihak
43
15) surat
angkutan
atau
konosemen
apabila
pengadaan
barang
jamsostek
(potongan
sesuai
dengan
ketentuan
yang
untuk
pekerjaan
konsultan
yang
perhitungan
harganya
sesuai
pentahapan
waktu
pekerjaan
dan
bukti
uraian
tersebut
diatas
digunakan
sesuai
dengan
peruntukannya.
Dokumen SPP-LS pengadaan barang dan jasa disampaikan oleh PPTK kepada
bendahara pengeluaran. Dalam hal kelengkapan dokumen yang diajukan tidak
lengkap, bendahara pengeluaran mengembalikan dokumen SPP-LS pengadaan
barang dan jasa kepada PPTK untuk dilengkapi.
Apabila dokumen yang diajukan PPTK sudah sesuai dengan persyaratan,
bendahara pengeluaran mengajukan SPP-LS kepada pengguna anggaran
setelah ditandatangani oleh PPTK guna memperoleh persetujuan pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD.
PPK-SKPD setelah menerima SPP-LS beserta dokumen pendukung melakukan
verifikasi terhadap kelengkapan dan keabsahan dokumen. Apabila SPP-LS dan
dokumen pendukung yang diajukan oleh Bendahara tidak lengkap maka PPKSKPD menerbitkan surat pengembalian dokumen yang telah diotoriasi oleh
pengguna anggaran kepada bendahara untuk dilengkapi dan selanjutnya dapat
diajukan kembali. Apabila dokumen telah lengkap dan benar, PPK-SKPD
menerbitkan konsep SPM untuk ditandatangai oleh Pengguna Anggaran.
44
4.b. Latihan
1. Jelaskan pengertian Uang Persediaan dan jelaskan karakteristik uang
persediaan!
2. Dalam proses pembayaran, Bendahara Pengeluaran menyiapkan dokumen
SPP, sebutkan dan jelaskan jenis-jenis dokumen SPP dalam mekanisme
uang persediaan!
3. Jelaskan alasan diperbolehkannya Bendahara Pengeluaran mengajukan
permintaan tambahan uang persediaan!
4. Jelaskan mekanisme pembayaran langsung!
5. Jelaskan syarat-syarat pembayaran langsung!
4.c. Rangkuman
1. Definisi Uang Persediaan yang selanjutnya disebut UP adalah uang muka
kerja dengan jumlah tertentu yang bersifat daur ulang (revolving), diberikan
kepada
bendahara
operasional
kantor
pengeluaran
sehari-hari
hanya
yang
untuk
tidak
membiayai
dapat
kegiatan
dilakukan
dengan
pembayaran langsung.
2. Prosedur
pembayaran
dilakukan
dengan
melakukan
permintaan
SPP
beserta
kelengkapannya
kepada
PPK-SKPD
untuk
diverifikasi berdasarkan DPA dan SPD yang telah diterima dari Pengguna
Anggaran.
4. Bendahara pengeluaran mengajukan SPP Uang Persediaan (UP) setiap
awal tahun anggaran setelah dikeluarkannya SK Kepala Daerah tentang
besaran UP. SPP-UP dipergunakan untuk mengisi uang persediaan tiap-tiap
SKPD. Pengajuan UP hanya dilakukan sekali dalam setahun tanpa
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah
45
Pengeluaran
SKPD
dapat
melimpahkan
sebagian
uang
46
dibawah ini :
a. Uang muka kerja;
b. revolving;
c. sudah membebani anggaran
d. berjumlah tertentu
3. Uang persediaan yang telah digunakan untuk pembayaran belanja dapat
diminta penggantian sejumlah belanja yang telah dilakukan dengan batasan
minimal belanja yang telah ditetapkan adalah karakteristik UP dibawah ini :
a. Uang muka kerja;
b. revolving;
c. sudah membebani anggaran
d. berjumlah tertentu
4. Dokumen permintaan pembayaran berupa SPP UP adalah perwujudan dari
karakteristik UP dibawah ini :
a. Uang muka kerja;
b. revolving;
c. sudah membebani anggaran
d. berjumlah tertentu
5. Dokumen permintaan pembayaran berupa SPP GUP adalah perwujudan dari
karakteristik UP dibawah ini :
a. Uang muka kerja;
b. revolving;
c. sudah membebani anggaran
d. berjumlah tertentu
6. Permintaan untuk keperluan yang mendesak dalam satu periode UP dapat
dilakukan dengan pengajuan permintaan berupa :
a. SPP UP;
b. SPP GU;
c. SPP TU
d. SPP LS
7. Mekanisme pembayaran untuk keperluan belanja daerah melalui transfer dari
rekening kas daerah ke rekening pihak ketiga setelah memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan adalah mekanisme pembayaran dengan cara :
a. Uang Persediaan;
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah
47
80%
89% = baik
70%
79% = sedang
48
69% = kurang
Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% keatas, berarti
Anda telah menguasai materi dengan baik. Akan tetapi, apabila hasilnya masih
dibawah 80%, Anda diminta untuk mempelajari kembali materi pelajaran ini.
49
KEGIATAN BELAJAR 5:
PERSYARATAN
ADMINISTRATIF DOKUMEN
BELANJA DAERAH
Indikator
1. Menjelaskan dokumen yang manjadi syarat dalam pembayaran
belanja daerah
2. Menjelaskan syarat-syarat dokumen yang sah sebagai lampiran
dalam pembayaran belanja daerah.
Kuitansi
Kuitansi digunakan untuk semua jenis pembayaran. Kuitansi dianggap
sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan jasa sampai dengan
lima juta rupiah. Kuitansi sekurang-kurangnya memuat :
a.
Nama wajib bayar yang tertulis dalam kuitansi harus atas nama jabatan.
Contoh : Sudah terima dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran
b.
Nama yang berhak menerima yang tertulis dalam kuitansi adalah nama
dan jabatan orang yang menerima pembayaran sehubungan dengan
pelaksanaan
kegiatan/pekerjaan
dan
ditandatangani
oleh
yang
50
maka harus didukung dengan Surat Kuasa dari orang yang berhak
kepada yang dikuasakan di atas kertas bermaterai Rp.6.000,c.
Uraian
pembayaran
memuat
uraian
mengenai
obyek
kegiatan/
Jumlah yang dibayarkan harus sama antara yang tertulis dengan angka
dan huruf.
f.
g.
i.
Dalam
Sanksi
dalam
hal
yang
menerima
perintah
tidak
memenuhi
kewajibannya
g. Diberi materai tempel Rp.6.000.3.
Surat perjanjian/Kontrak
51
bersangkutan
d. Penggunaan barang dan jasa produksi dalam negeri secara tegas dan
terinci dalam lampiran kontrak.
e. Rumusan mengenai penyesuaian harga kontrak (price adjusment).
f.
4.
5.
6.
52
masa berlaku jaminan uang muka, mengacu kepada Kitab Undangundang Hukum Perdata Pasal 1831 dan 1832, dan
53
5.b. Latihan
1. Dalam pengajuan pembayaran, salah satu syarat adalah kuitansi, sebutkan
syarat sah kuitansi !
2. Jelaskan perbedaan antara SPK dan Surat Perjanjian/Kontrak!
3. Jelaskan perbedaan antara surat jaminan pelaksanaan dan surat jaminan
pemeliharaan!
4. Jelaskan syarat minimal data yang harus dimuat dalam Berita Acara
Pembayaran!
5. Jelaskan syarat minimal data yang harus dimuat dalam Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan!
5.c. Rangkuman
1. Kuitansi digunakan sebagai lampiran untuk semua jenis pembayaran.
Kuitansi dianggap sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan
jasa sampai dengan lima juta rupiah.
2. Surat Perintah Kerja(SPK) digunakan untuk pengadaan barang dan jasa
dengan nilai kontrak diatas lima juta rupiah sampai dengan lima puluh juta
rupiah.
3. Surat Perjanjian/Kontrak digunakan untuk pengadaan barang dan jasa
dengan nilai diatas limapuluh juta rupiah.
4. Dokumen yang menjadi lampiran dalam pembayaran antara lain berita acara
penyelesaian
pekerjaan,
Berita
Acara
Pembayaran,
Surat
Jaminan
54
a. Hanya kuitansi
b. Surat perintah kerja
c. Kontrak
d. MOU
3. Pernyataan yang paling benar terkait dengan dokumen yang menjadi dasar
pembayaran adalah
a. Kuitansi dianggap sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan
jasa sampai dengan sepuluh juta rupiah
b. Kuitansi dapat dijadikan dasar untuk pengadaan barang dan jasa sampai
dengan sepuluh juta rupiah
c. Kuitansi dianggap sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan
jasa sampai dengan lima juta rupiah
d. Kuitansi dianggap sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan
jasa sampai dengan sepuluh juta rupiah
4. Pernyataan yang paling benar terkait dengan syarat-syarat kuitansi adalah
a. Nama yang berhak menerima yang tertulis dalam kuitansi adalah nama
orang yang menerima pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan
kegiatan/pekerjaan dan ditandatangani oleh yang bersangkutan.
b. Tanda tangan lunas oleh Pemegang Kas.
c. Uraian pembayaran memuat uraian mengenai obyek kegiatan/ pekerjaan
yang dilaksanakan.
d. NPWP
pihak
rekanan
tidak
harus
dicantumkan
dalam
kuitansi
pembayaran
5. Surat Perintah Kerja(SPK) digunakan untuk pengadaan barang dan jasa
dengan nilai pekerjaan
a. Sampai dengan limah puluh juta
b. diatas sepuluh juta rupiah sampai dengan lima puluh juta rupiah
c. diatas lima puluh juta rupiah.
d. diatas lima juta rupiah sampai dengan lima puluh juta rupiah
6. Pernyataan yang paling benar terkait dengan syarat-syarat minimal dalam
SPK adalah
a. SPK ditandatangani oleh yang memberi perintah
b. Pokok/bidang, ruang lingkup dan spesifikasi teknis pekerjaan yang
disepakati oleh kedua belah pihak.
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah
55
bersangkutan
d. Penggunaan barang dan jasa produksi dalam negeri secara tegas dan
terinci dalam lampiran kontrak.
9. Pernyataan yang tepat tentang Berita Acara Penyerahan Barang/Pekerjaan
sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut kecuali
a. Prestasi fisik pekerjaan yang akan diserahkan.
b. Hari dan tanggal pembuatan berita acara.
c. Dasar pembuatan berita acara pemeliharaan
d. Pernyataan besarnya pembayaran yang berhak diterima oleh rekanan.
10. Pernyataan yang tepat tentang Berita Acara Pembayaran sekurangkurangnya memuat hal-hal sebagai berikut kecuali
a. Hari dan tanggal pembuatan berita acara.
b. Dasar pembuatan berita acara pelaksanaan pekerjaan.
c. Harga kontrak.
d. Perhitungan pembayaran
56
Rumus penilaian:
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%
Jumlah soal
Kriteria tingkat penguasaan materi:
90%
80%
89% = baik
70%
79% = sedang
69% = kurang
Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% keatas, berarti
Anda telah menguasai materi dengan baik. Akan tetapi, apabila hasilnya masih
dibawah 80%, Anda diminta untuk mempelajari kembali materi pelajaran ini.
57
KEGIATAN BELAJAR 6:
ASPEK PERPAJAKAN PADA
BELANJA DAERAH
Indikator
1. Menjelaskan peran bendahara sebagai wajib pungut dan wajib potong
2. Menerangkan objek dan tarif PPh pasal 21
3. Menerangkan objek dan tarif PPh pasal 22
4. Menerangkan objek dan tarif PPh pasal 4(2) dan PPh pasal 23
5. Menerangkan objek dan tarif PPN
58
Apabila
institusi
pemerintah
karena
sebab
tertentu
dibubarkan
maka
59
Dalam menghitung PPh Pasal 21, bagi pegawai tetap dan pegawai tidak tetap
kecuali pembayaran yang tidak dihitung atas dasar banyaknya hari dan
pembayaran kepada tenaga ahli, diberikan pengurangan berupa Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP). Besarnya PTKP untuk pegawai tetap mulai tahun
pajak 2009 adalah sebagai berikut:
1. Rp.15.840.000 untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi
2. Rp. 1.320.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin
3. Rp.15.840.000 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung
dengan penghasilan suami
4. Rp. 1.320.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang
menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap
keluarga
Terhadap pegawai tidak tetap kecuali yang tidak dihitung atas dasar banyaknya
hari dan tenaga ahli, diberikan pengurangan sebesar Rp.150.000 sehari tetapi
tidak lebih dari Rp. 1.320.000 sebulan. Sedangkan terhadap penghasilan yang
tidak dihitung atas dasar banyaknya hari dan penghasilan tenaga ahli tidak
diberikan pengurangan PTKP.
Pembayaran Honorarium yang dibayarkan tidak dihitung berdasarkan banyaknya
hari menggunakan tarif sebagaimana dalam Undang-undang PPh pasal 17
dihitung berdasarkan jumlah bruto.
6.a.3. PPN dan PPnBM
Bendaharawan wajib memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) atas pengadaan Barang Kena Pajak
(BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) sebagaimana diatur dalam Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.03/2003 tentang Penunjukan Bendaharawan
Pemerintah dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Untuk Memungut,
Menyetor, Dan Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah Beserta Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, Dan Pelaporannya.
Pemungutan PPnBM dilakukan terhadap pengadaan BKP yang tergolong mewah
di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan
BKP tersebut (rekanan yang merupakan pabrikan BKP) sehingga pada umumnya
bendaharawan jarang melakukan pemungutan PPnBM.
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah
60
Pada dasarnya PPN adalah pajak yang dikenakan atas semua barang dan jasa
di dalam daerah pabean, kecuali yang dikecualikan menurut ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Kelompok barang yang dikecualikan /tidak
dikenakan PPN adalah:
1. Barang hasil pertambangan/pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya
2. Barang kebutuhan pokok berupa beras/gabah, jagung, sagu, kedelai, dan
garam.
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung dan sejenisnya
4. Uang, emas batangan, dan surat berharga.
Kelompok Jasa yang dikecualikan /tidak dikenakan PPN diatur dalam Pasal 4A
UU PPN. Bendahara Tidak melakukan PPN dan PPnBM atas transaksi sebagai
berikut :
1. Pembayaran yang tidak melebihi Rp. 1.000.000,- termasuk PPN dan PPnBM
2. Untuk Pembebasan Tanah
3. Pembayaran atas BKP/JKP yang menurut ketentuan perundang-undangan
mendapat fasilitas PPN Tidak Dipungut atau Dibebaskan
4. BBM dan Non-BBM oleh PERTAMINA
5. Rekening Telepon
6. Jasa Angkutan Udara yang diserahkan perusahaan penerbangan
7. Untuk penyerahan BKP/JKP yang menurut ketentuan perundang-undangan
tidak dikenakan PPN.
6.a.4. PPh Pasal 22
Berdasarkan UU PPh pasal 22 Menteri Keuangan dapat menetapkan:
1. bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang;
2. badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang
melakukan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain; dan
3. Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas
penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
61
Terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi
100% (seratus persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang
dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Besarnya tarif PPh Pasal 22 atas pengadaan barang yang dananya berasal dari
APBN/D adalah 1,5% dari harga/nilai pembelian tidak termasuk PPN.
6.a.5. PPh pasal 4(2) dan PPh pasal 23
Bendahara wajib memotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 (2) atas
pembayaran penghasilan berupa persewaan tanah dan atau bangunan dengan
syarat tertentu. Disamping itu bendahara wajib memotong PPh Pasal 23 atas
pembayaran penghasilan berupa antara lain sewa, hadiah, jasa teknik, jasa
manajeman, jasa profesi, dan jasa-jasa lainnya yang dibayarkan kepada WP
dalam negeri atau bentuk usaha tetap.
Jenis-jenis penghasilan dan tarif pemotongan yang dikenakan PPh Pasal 4 (2)
diantaranya adalah:
1. Persewaan tanah dan atau bangunan besarnya tariff 10% dari nilai bruto
2. Tarif Pajak Penghasilan untuk usaha Jasa Konstruksi adalah sebagai berikut:
a. 2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil;
b. 4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha;
c. 3% (tiga persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa selain Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan huruf b;
d. 4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan
Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi
usaha; dan
e. 6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan
Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki
kualifikasi usaha.
Sedangkan Jenis-jenis penghasilan dan tarif pemotongan yang dikenakan PPh
Pasal 23 dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008 adalah
Imbalan sehubungan dengan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, sebagaimana dimaksud
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah
62
dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 Undang-Undang PPh. Tarif PPh pasal
23 sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto tidak termasuk PPN untuk Jenis
jasa lain yang terdiri dari:
1. Jasa penilai (appraisal);
2. Jasa aktuaris;
3. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
4. Jasa perancang (design);
5. Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan mimyak dan gas bunii
(migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap (BUT);
6. Jasa penunjang di bidang penambangan migas;
7. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain
migas;
8. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
9. Jasa penebangan hutan;
10. Jasa pcngolahan limbah:
11. Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services)
12. Jasa perantara dan/atau keagenan;
13. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan
oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI;
14. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan kecuali yang dilakukan oleh KSEI;
15. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
16. Jasa mixing film;
17. Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan,
pemeliharaan dan perbaikan;
18. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC,
dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang
lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi
sebagai pengusaha konstruksi;
19. Jasa perawatm/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air,
gas, AC, TV tabel, alat transportasi/kendaraandan/atau bangunan, selain
yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi
dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
20. Jasa maklon;
21. jasa penyelidikan dan Keamanan;
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah
63
6.b. Latihan
1. Jelaskan tugas Bendahara Pengeluaran dibidang perpajakan terkait dengan
transaksi yang dilakukan di SKPD!
2. Jelaskan kewajiban bendahara pengeluaran dibidang perpajakan terhadap
pembayaran belanja pegawai!
3. Jelaskan kewajiban bendahara pengeluaran dibidang perpajakan terhadap
belanja barang!
4. Jelaskan kewajiban bendahara pengeluaran dibidang perpajakan terhadap
belanja jasa!
6.c. Rangkuman
1.
Setiap
transaksi
yang
dilakukan
dibebani
kewajiban
perpajakan.
Bendahara
Pengeluaran.
Bendaharawan
Pemerintah,
yaitu
3.
64
65
b. PPh pasal 22
c. PPh pasal 23
d. PPN
5. Pengadaan jasa konsultansi barang pada SKPD, bendahara pengeluaran
wajib memotong pajak
a. PPh pasal 21
b. PPh pasal 22
c. PPh pasal 23
d. PPN
6. Kelompok Jasa yang dikecualikan/tidak dikenakan PPN adalah sebagai
berikut :
a. Pembayaran yang diatas Rp. 1.000.000,- termasuk PPN dan PPnBM
b. Untuk Pembebasan Tanah
c. Pengadaan barang diatas Rp.10.000.000,d. Pengadaan jasa
7. Tarif pajak untuk pengadaan barang pada SKPD adalah :
a. 10%
b. 15%
c. 1,5%
d. 3%
8.
Dalam hal penerima imbalan tidak menliliki NPWP untuk PPh pasal 22,
besarnya tarif pemotongan adalah
a. lebih tinggi 100%
b. tarif normal 100%
c. lebih tinggi 200%
d. lebih tinggi 110%
66
80%
89% = baik
70%
79% = sedang
69% = kurang
Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% keatas, berarti
Anda telah menguasai materi dengan baik. Akan tetapi, apabila hasilnya masih
dibawah 80%, Anda diminta untuk mempelajari kembali materi pelajaran ini.
67
KEGIATAN BELAJAR 7:
PROSEDUR PENERBITAN
SP2D
Indikator
1. Menjelaskan mekanisme penerbitan SP2D
2. Menjelaskan syarat-syarat dokumen kelengkapan dalam penerbitan
SP2D
68
Gambar 3
Alur Proses Penerbitan SP2D
tanggung
jawab
pengguna
anggaran/kuasa
pengguna
anggaran.
2.
69
tanggung
jawab
pengguna
anggaran/kuasa
pengguna
anggaran.
4.
pengeluaran
yang
sah
dan
lengkap
sesuai
dengan
70
7.b. Latihan
1. Jelaskan pengertian Surat Perintah Pencairan Dana!
2. Jelaskan maksud dari pembayaran secara giralisasi!
3. Dalam
pelaksanaan
pembayaran,
dibedakan
antara
SP2D
dengan
7.c. Rangkuman
1.
71
2.
3.
Kuasa BUD menerbitkan SP2D sesuai dengan SPM yang diajukan oleh
Pengguna Anggaran yaitu SP2D untuk mekanisme Uang Persediaan dan
SP2D untuk mekanisme pembayaran langsung.
4.
5.
72
d. Giralisasi
4. BUD
menerbitkan
perintah
pencairan
dana
untuk
mekanisme
uang
73
74
90%
80%
89% = baik
70%
79% = sedang
69% = kurang
Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% keatas, berarti
Anda telah menguasai materi dengan baik. Akan tetapi, apabila hasilnya masih
dibawah 80%, Anda diminta untuk mempelajari kembali materi pelajaran ini.
75
TES SUMATIF
1.
76
77
adalah :
a. Surat permintaan Pembayaran
b. Berita Acara Serah Terima barang
c. Surat Perintah Kerja
d. Semua Jawaban Salah
12. KPA memerintahkan untuk mengadakan barang dengan nilai sebesar
Rp.8.000.000,00 maka dokumen yang perlu disiapkan untuk menjadi dasar
pembayaran adalah adalah
a. Hanya kuitansi
b. Surat perintah kerja
c. Kontrak
d. MOU
13. Pernyataan yang paling benar terkait dengan dokumen yang menjadi dasar
pembayaran adalah
a. Kuitansi dianggap sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan
jasa sampai dengan sepuluh juta rupiah
b. Kuitansi dapat dijadikan dasar untuk pengadaan barang dan jasa sampai
dengan sepuluh juta rupiah
c. Kuitansi dianggap sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan
jasa sampai dengan lima juta rupiah
d. Kuitansi dianggap sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan
jasa sampai dengan sepuluh juta rupiah
14. Surat Perintah Kerja(SPK) digunakan untuk pengadaan barang dan jasa
dengan nilai pekerjaan
a. Sampai dengan limah puluh juta
b. diatas sepuluh juta rupiah sampai dengan lima puluh juta rupiah
c. diatas lima puluh juta rupiah.
d. diatas lima juta rupiah sampai dengan lima puluh juta rupiah
15. Surat Perintah/Kontrak digunakan untuk pengadaan barang dan jasa dengan
nilai pekerjaan
a. Sampai dengan limah puluh juta
b. diatas sepuluh juta rupiah sampai dengan lima puluh juta rupiah
c. diatas lima puluh juta rupiah.
d. diatas lima juta rupiah sampai dengan lima puluh juta rupiah
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah
78
16. Pernyataan yang tepat tentang Berita Acara Pembayaran sekurangkurangnya memuat hal-hal sebagai berikut kecuali
a. Hari dan tanggal pembuatan berita acara.
b. Dasar pembuatan berita acara pelaksanaan pekerjaan.
c. Harga kontrak.
d. Perhitungan pembayaran
17. Dalam pelaksanaan belanja daerah, setiap transaksi dibebani kewajiban
perpajakan yang harus dilaksanakan bendahara pengeluaran. Terkait
dengan hal ini kedudukan bendahara pengeluaran adalah
a. Wajib potong
b. Wajib pungut
c. Wajib potong dan wajib pungut
d. Semua jawaban salah
18. Dalam pembayaran honorarium atas pelaksanaan kegiatan pada SKPD,
bendahara pengeluaran wajib memotong pajak
a. PPh pasal 21
b. PPh pasal 22
c. PPh pasal 23
d. PPh pasal 4(2)
19. Pembelian barang pada SKPD, bendahara pengeluaran wajib memotong
pajak
a. PPh pasal 21
b. PPh pasal 22
c. PPh pasal 23
d. PPN
20. Pembelian barang pada SKPD, bendahara pengeluaran wajib memungut
pajak
a. PPh pasal 21
b. PPh pasal 22
c. PPh pasal 23
d. PPN
21. Pengadaan jasa konsultansi barang pada SKPD, bendahara pengeluaran
wajib memotong pajak
a. PPh pasal 21
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah
79
b. PPh pasal 22
c. PPh pasal 23
d. PPN
22. Dokumen
yang
diterbitkan
oleh
Kuasa
BUD
berdasaran
perintah
80
KUNCI JAWABAN
TES FORMATIF
KB 1
KB 2
KB 3
KB 4
1. A
1.
1. C
1. c
2. B
2.
2. D
2. a
3. C
3.
3. B
3. b
4. D
4.
4. A
4. a
5. C
5.
5. D
5. b
6. A
6.
6. A
6. c
7. B
7.
7. B
7. d
8. B
8.
8. A
8. c
9. D
9.
9. C
9. d
10. C
10. D
10. D
10.c
KB 5
KB 6
1. B
1.
1.
2. A
2.
2.
3. C
3.
3.
4. C
4.
4.
5. D
5.
5.
6. B
6.
6.
7. C
7.
7.
8. A
8.
8.
9. C
9.
9.
10. B
10. A
KB 7
10. B
81
TES SUMATIF
1. A
14. D
2. C
15. C
3. C
16. B
4. A
17. C
5. B
18. A
6. C
19. B
7. A
20. D
8. A
21. C
9. B
22. B
10. D
23. D
11. C
24. A
12. B
25. C
13. C
82
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang Dasar 1945 beserta Amandemennya.
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah
7. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
8. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler
dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD.
10. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Keputusan Presiden Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit organisasi dan
tugas eselon I Departemen Keuangan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2004.
11. Keputusan Presiden Nomor 37 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2001 tentang kedudukan, tugas,
fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja instansi vertikal di lingkungan
Departemen Keuangan.
12. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 302/KMK.01/2004 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Keuangan.
13. Keputusan Menteri Dalam Negeri RI No. 29 tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta
Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah
dan Penyusunan Perhitungan APBD.
14. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 903/3172/SJ Tanggal 10
Desember 2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan APBD Tahun
Anggaran 2005.
83
Publikasian
Standar
Akuntansi
Pemerintahan,
Komite
Standar
84
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR KAPUSDIKLAT KNPK. ........................................................ i
KATA PENGANTAR PENULIS.............................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................... iii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL .............................................................. vi
PETA KONSEP ...................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................ix
PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
Kegiatan Belajar 1 : Pelaksanaan APBD ............................................................. 3
1.a. Uraian dan Contoh........................................................................................ 3
1.a.1. Gambaran Umum Pelaksanaan APBD................................................... 3
1.a.2. Pengertian APBD................................................................................... 4
1.a.3. Struktur APBD........................................................................................ 4
1.a.4. Landasan Hukum Pelaksanaan APBD ................................................... 6
1.b. Latihan.......................................................................................................... 7
1.c. Rangkuman .................................................................................................. 7
1.d. Tes Formatif.................................................................................................. 8
1.e Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................................. 10
Kegiatan Belajar 2 : Pejabat Pengelola Keuangan Daerah ................................ 12
1.a. Uraian dan Contoh .................................................................................... 12
1.a.1. Pejabat Pemegang Kekuasaan Keuangan Daerah .......................... 12
1.a.2. Sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah ...... 13
1.a.3. Kepala SKPKD selaku PPKD ............................................................... 13
1.a.4. Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang .. 15
1.a.5. Bendahara Pengeluaran ...................................................................... 17
2.b. Latihan........................................................................................................ 17
2.c. Rangkuman ................................................................................................ 18
2.d. Tes Formatif................................................................................................ 19
2.e Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................................. 21
Kegiatan Belajar 3 : Belanja Daerah .................................................................. 22
3.a. Uraian dan Contoh .................................................................................... 22
3.a.1. Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah ....................................... 22
3.a.2. Prinsip-prinsip Belanja Daerah............................................................. 23
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah
iii
85
iv
86
6.c. Rangkuman................................................................................................ 64
6.d Tes Formatif................................................................................................ 65
6.e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................. 67
Kegiatan Belajar 7: Prosedur Penerbitan SP2D................................................. 68
7.a. Uraian dan Contoh...................................................................................... 68
7.a.1. Mekanisme Penerbitan SP2D .............................................................. 68
7.a.2. Dokumen SP2D dan Penolakan SP2D................................................. 71
7.b. Latihan....................................................................................................... 71
7.c. Rangkuman................................................................................................ 71
7.d. Tes Formatif............................................................................................... 72
7.e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................. 74
TES SUMATIF .....................................................................................................76
KUNCI JAWABAN ...............................................................................................81
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 83
87
DAFTAR GAMBAR
ix
88
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan modul dengan judul
Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah.
Agus
Hermanto
selaku
Kepala
Pusdiklat
Anggaran
dan
Juni 2010
Tim Penulis
ii
89
Cara Belajar
Modul merupakan sesuai dengan karakteristiknya bersifat stand alone,
sehingga sebenarnya pembaca tidak tergantung dengan modul atau materi
lain. Oleh karena itu pembaca diharapkan membaca modul ini dengan
seksama bagian demi bagian. Apabila terdapat kesulitan dalam memahami
materi dapat dilakukan diskusi dengan peserta diklat yang lain atau
menanyakan pada pengajar.
2. Perlengkapan Belajar
Dalam proses belajar akan lebih optimal apabila perlengkapan belajar
memadai. Hal-hal yang dapat menunjang proses belajar hendaknya
dipersiapkan sebelum proses pembelajaran.
Pokok Bahasan
Estimasi Waktu
1.
Pelaksanaan APBD
1.5 jamlat
2.
1.5 jamlat
3.
Belanja Daerah
2 jamlat
4.
2 jamlat
5.
2 jamlat
Daerah
6.
2 jamlat
4. Evaluasi Belajar
Untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran setiap kegiatan belajar,
pembaca diharapkan mengerjakan Latihan dan Tes Formatif. Gunakan kunci
jawaban untuk mencocokan jawaban Anda dan petunjuk pada bagian umpan
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah
vi
90
vii
91
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena hanya
atas berkat rakhmat-Nyalah kita semua masih diberikan kesempatan untuk
menghasilkan karya-karya nyata yang bermanfaat bagi orang banyak. Begitu
pula dengan modul diklat ini yang tanpa restu-Nya tidak akan terselesaikan
dengan baik.
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah ini disusun oleh Saudara
Hasan Ashari dan Bambang Sancoko dengan penilai Saudara Noor Cholis
Madjid berdasarkan Surat Keputusan Kepala Pusdiklat Kekayaan Negara dan
Perimbangan Keuangan Nomor: KEP.001/PP.6/2010 tanggal 4 Januari 2010
tentang Pembentukan Tim Penyusunan Modul Diklat Pengelolaan Barang Milik
Daerah dan Program Percepatan Akuntabilitas dan Keuangan Daerah.
Kami menyetujui modul ini digunakan sebagai bahan ajar bagi para peserta
Program Percepatan Akuntabilitas dan Keuangan Daerah. Modul ini disusun
dengan maksud guna membantu pencapaian tujuan pembelajaran dalam diklat
tersebut.
Akhirnya, semoga Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah ini dapat
bermanfaat bagi peserta diklat khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
Jakarta,
Juni 2010
Kepala Pusat
Pendidikan
dan
Pelatihan
Kekayaan
Negara
dan
Perimbangan Keuangan
Syamsu Syakbani
NIP 195902241980031001
92
PETA KONSEP
viii
93
94