Anda di halaman 1dari 94

A.

PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Sejak diterbitkannya Undang-undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, terjadi reformasi dalam pengelolaan keuangan Negara. Hal ini
ditindaklanjuti dengan adanya reformasi dalam pengelolaan keuangan daerah
dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Diantara proses dan prosedur yang dilakukan perubahan adalah prosedur
pencairan anggaran belanja daerah. Pada modul ini dibahas hal-hal yang terkait
dengan pencairan anggaran daerah diantaranya adalah pejabat pengelola
keuangan daerah, mekanisme pengeluaran daerah, mekanisme pengeluaran
dengan Uang Persediaan, mekanisme Pengeluaran dengan pembayaran
langsung, aspek perpajakan dalam belanja daerah, dan mekanisme penerbitan
SP2D
2. Prasyarat Kompetensi
Sebelum mempelajari modul ini, peserta diklat harus memiliki prasyarat
pengetahuan tentang reformasi pengelolaan keuangan daerah, perencanaan dan
penganggaran daerah. Hal ini diperlukan mengingat mekanisme pencairan
anggaran daerah harus didasari dengan pengetahuan yang baik tentang
mekanisme baru dalam pengelolaan anggaran belanja daerah.
3. Standar Komptensi dan Kompetensi Dasar
Standar kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta diklat setelah
mempelajari modul ini antara lain :
a. Mampu melaksanakan tugas sebagai pengelola keuangan daerah pada
SKPD
b. Mempu melaksanakan tugas dalam rangka belanja daerah
Setelah mempelajari modul ini, kompetensi dasar yang diharapkan dimiliki oleh
peserta diklat adalah
a. Peserta mampu memahami pejabat pengelola keuangan daerah dalam
mekanisme belanja daerah
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

b. Peserta mampu memahami mekanisme belanja daerah


c. Peserta mampu memahami mekanisme belanja daerah dengan uang
persediaan
d. Peserta mampu memahami mekanisme belanja daerah dengan pembayaran
langsung
e. Peserta mampu memahami aspek perpajakan dalam belanja daerah
f.

Peserta mampu memahami mekanisme penerbitan SP2D

4. Relevansi Modul
Siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dimulai dari perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, pemeriksaan dan pertanggungjawaban. Dalam
tahap pelaksanaan terdiri dari pelaksanaan pendapatan daerah dan pengeluaran
daerah.
Modul ini membahas tentang pencairan anggaran belanja daerah yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam tahap pelaksanaan anggaran.

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

KEGIATAN BELAJAR 1 :
PELAKSANAAN APBD
Indikator
1.

Menjelaskan Gambaran umum pelaksaaan APBD

2.

Menjelaskan Struktur APBD

3.

Menjelaskan landasan hukum Pelaksanaan APBD

1.a. Uraian dan Contoh


1.a.1. Gambaran Umum Pelaksanaan APBD
Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal
apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumbersumber penerimaan yang cukup kepada daerah. Semua sumber keuangan yang
melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah menjadi
sumber keuangan daerah.
Di dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
ditegaskan bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan negara adalah sebagai bagian
dari kekuasaan pemerintahan dan kekuasaan pengelolaan keuangan negara dari
presiden sebagian diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala
pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah
daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Implikasi ketentuan
ini gubernur/bupati/walikota bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan daerah
sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah. Dalam melaksanakan
kekuasaannya, sesuai pasal 156 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah maka kepala daerah melimpahkan sebagian atau seluruh
kekuasaannya yang berupa perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan
dan pertanggungjawaban, serta pengawasan keuangan daerah kepada para
pejabat perangkat daerah. Pelimpahan sebagian atau seluruh kekuasaan tersebut
didasarkan pada prinsip pemisahan kewenangan antara yang memerintahkan,
menguji, dan yang menerima/mengeluarkan uang.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah di
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

atas sesuai pasal 155 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan
belanja daerah.

Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam

rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dikelola dalam APBD.


1.a.2. Pengertian APBD
APBD mempunyai pengertian sebagai berikut :
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD,
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. (Pasal 1 UU No. 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara).
2. Anggaran pendapatan dan belanja daerah, selanjutnya disebut APBD,
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan
dengan peraturan daerah.

(Pasal 1 UU No. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah)
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas
dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan
dengan peraturan daerah (Pasal 1 PP No. 58 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah).

1.a.3. Struktur APBD


Pasal 20 PP No. 58 tahun 2005 menjelaskan struktur APBD yang
merupakan satu kesatuan yang terdiri dari:
1. pendapatan daerah.
2. belanja daerah.
3. pembiayaan daerah.
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening
Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak
daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh
Daerah. Pendapatan daerah terdiri atas:
a) Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

b) Dana Perimbangan.
c) Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban
daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh Daerah. Belanja daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi,
program dan kegiatan, serta jenis belanja. Klasifikasi belanja menurut organisasi
disesuaikan dengan susunan organisasi pemerintahan daerah.

Klasifikasi

belanja menurut fungsi terdiri dari:


a)

Klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan.


Klasifikasi

belanja

berdasarkan

urusan

pemerintahan

diklasifikasikan

menurut kewenangan pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota.


b)

Klasifikasi fungsi pengelolaan keuangan negara.


Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan keselarasan
dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari:
1)

pelayanan umum;

2)

ketertiban dan keamanan;

3)

ekonomi;

4)

lingkungan hidup;

5)

perumahan dan fasilitas umum;

6)

kesehatan;

7)

pariwisata dan budaya;

8)

agama;

9)

pendidikan; serta

10) perlindungan sosial.


Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Klasifikasi belanja
menurut jenis belanja terdiri dari:
a) belanja pegawai;
b) belanja barang dan jasa;
c) belanja modal;

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

d) bunga;
e) subsidi;
f)

hibah;

g) bantuan sosial;
h) belanja bagi hasil dan bantuan keuangan; dan
i)

belanja tidak terduga.


Pembiayaan daerah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali

dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran
yang

bersangkutan

Pembiayaan daerah

maupun

pada

tahun-tahun

anggaran

berikutnya.

terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran

pembiayaan. Penerimaan pembiayaan mencakup:


a) SiLPA tahun anggaran sebelumnya;
b) pencairan dana cadangan;
c) hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d) penerimaan pinjaman; dan
e) penerimaan kembali pemberian pinjaman.
Pengeluaran pembiayaan mencakup:
a) pembentukan dana cadangan;
b) penyertaan modal pemerintah daerah;
c) pembayaran pokok utang; dan
d) pemberian pinjaman.
Pembiayaan neto merupakan selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap
pengeluaran pembiayaan. Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit
anggaran.
1.a.4. Landasan Hukum Pelaksanaan APBD
Pelaksanaan APBD didasarkan pada peraturan perundang-undangan
antara lain :
1.

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

2.

Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

3.

Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan


dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

4.

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008.

5.

Peraturan pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan


Daerah.

6.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman


Pengelolaan

Keuangan

Daerah

sebagaimana

telah

diubah

dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007.


7.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55 tahun 2008 tentang Tata Cara
Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara
serta Penyampaiannya.

1.b. Latihan
1. Jelaskan pengertian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah !
2. Belanja daerah dilaksanakan berdasarkan klasifikasi-klasifikasi, sebutkan
dan jelaskan yang dimaksud dengan klasifikasi organisasi !
3. Belanja daerah dilaksanakan berdasarkan klasifikasi-klasifikasi, sebutkan
dan jelaskan yang dimaksud dengan klasifikasi fungsi !
4. Belanja daerah dilaksanakan berdasarkan klasifikasi-klasifikasi, sebutkan
dan jelaskan yang dimaksud dengan klasifikasi jenis belanja !
5. Sebutkan dasar hukum dalam pelaksanaan APBD!

1.c. Rangkuman
1. Di dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
ditegaskan bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan negara adalah sebagai
bagian dari kekuasaan pemerintahan dan kekuasaan pengelolaan keuangan
negara dari presiden sebagian diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota
selaku kepala pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah dan
mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Implikasi ketentuan ini gubernur/bupati/walikota bertanggungjawab
atas

pengelolaan

keuangan

daerah

sebagai

bagian

dari

kekuasaan

pemerintahan daerah.

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

2. Dalam melaksanakan kekuasaannya, sesuai pasal 156 Undang-Undang Nomor


32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka kepala daerah melimpahkan
sebagian atau seluruh kekuasaannya yang berupa perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban, serta pengawasan
keuangan daerah kepada para pejabat perangkat daerah. Pelimpahan sebagian
atau seluruh kekuasaan tersebut didasarkan pada prinsip pemisahan
kewenangan

antara

yang

memerintahkan,

menguji,

dan

yang

menerima/mengeluarkan uang.
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD,
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. (Pasal 1 UU No. 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Pasal 1 UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah)
4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan
peraturan daerah (Pasal 1 PP No. 58 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah).
5. struktur APBD terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah dan
pembiayaan daerah. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang
melalui Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar,
yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu
dibayar kembali oleh Daerah. Belanja daerah meliputi semua pengeluaran
dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang
merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah.

1.d. Tes Formatif


1. Dasar hukum reformasi pengelolaan keuangan negara dan daerah adalah
a. UU No. 17 tahun 2003
b. UU No. 32 tahun 2003
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

c. UU no. 17 tahun 2004


d. UU No. 33 tahun 2004
2. Pengelolaan kekuasaan keuangan daerah dilaksanakan oleh
a. Presiden
b. Kepala Daerah
c. Sekretaris daerah
d. Kepala SKPD
3. Pelimpahan sebagian atau seluruh kekuasaan tersebut didasarkan pada prinsip
pemisahan kewenangan antara lain
a. menguji, menandatangani SPM dan yang menerima/mengeluarkan uang.
b. memerintahkan, menandatangani SPM, dan yang menerima/mengeluarkan
uang.
c. memerintahkan, menguji, dan yang menerima/mengeluarkan uang.
d. memerintahkan, menguji, dan menandatangani SPM.
4. Pengertian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah
a. rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat.
b. rencana keuangan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
c. rencana keuangan tahunan pemerintahan yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
d. rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
5. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah
a. pendapatan daerah, pengeluaran daerah dan pembiayaan daerah.
b. penerimaan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah.
c. pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah.
d. penerimaan daerah, pengeluaran daerah dan pembiayaan daerah.
6. Penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah
ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun
anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah merupakan
pengertian dari
a. pendapatan daerah,
b. penerimaan daerah,
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

c. piutang daerah
d. pembiayaan daerah.
7. Semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi
ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun
anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah
adalah pengertian dari :
a. pengeluaran daerah,
b. belanja daerah,
c. hutang daerah
d. pembiayaan daerah.
8. Klasifikasi belanja berdasarkan urusan pemerintahan adalah
a. Klasifikasi organisasi
b. Klasifikasi fungsi
c. Klasifikasi jenis belanja
d. Klasifikasi program
9. Klasifikasi belanja menurut jenis belanja sebagaimana tersebut dibawah ini
kecuali :
a. belanja pegawai;
b. belanja barang dan jasa;
c. belanja tidak terduga.
d. Belanja lain-lain
10. Semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya adalah pengertian dari :
a. Penerimaan pembiayaan;
b. Pengeluaran pembiayaan;
c. Pembiayaan daerah
d. Pinjaman Daerah

1.e Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Apabila Anda telah menyelesaikan latihan dan tes formatif tersebut diatas,
silahkan mencocokkan hasilnya dengan kunci jawaban yang terdapat pada akhir
modul ini. Untuk mengukur tingkat penguasaan materi modul ini, hitunglah hasil
penilaian dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

10

Rumus penilaian:
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%
Jumlah soal
Kriteria tingkat penguasaan materi:
90%

100% = baik sekali

80%

89% = baik

70%

79% = sedang

69% = kurang

Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% keatas, berarti
Anda telah menguasai materi dengan baik. Akan tetapi, apabila hasilnya masih
dibawah 80%, Anda diminta untuk mempelajari kembali materi pelajaran ini.

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

11

KEGIATAN BELAJAR 2 :
PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN
DAERAH
Indikator
1.

Menjelaskan pejabat penanggung jawab dalam belanja daerah

2.

Menjelaskan

tugas dan wewenang pejabat dalam pengelolaan

belanja daerah

1.a. Uraian dan Contoh


1.a.1. Pejabat Pemegang Kekuasaan Keuangan Daerah
Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah
yang karena

jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan

keseluruhan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah


dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Yang dimaksud
dengan Kepala Daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi atau bupati
bagi daerah kabupaten atau walikota bagi daerah kota.
Pemegang

kekuasaan

pengelolaan

keuangan

daerah

mempunyai

kewenangan:
a.

menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;

b.

menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah;

c.

menetapkan kuasa pengguna anggaran/pengguna barang;

d.

menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran;

e.

menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan


daerah;

f.

menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan


piutang daerah;

g. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik


daerah; dan
h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan
memerintahkan pembayaran.

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

12

Dalam pelaksanaan tugas pengelolaan keuangan daerah, Kepala daerah selaku


pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah melimpahkan sebagian
atau seluruh kekuasaannya kepada:
a.

sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah;

b.

kepala SKPKD selaku PPKD; dan

c.

kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang.

1.a.2. Sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah


Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah mempunyai
peran dan fungsi untuk membantu kepala daerah menyusun kebijakan dan
mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah termasuk
pengelolaan keuangan daerah. Tugas koordinator pengelolaan keuangan daerah
yaitu di bidang:
a. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD;
b. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah;
c. penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;
d. penyusunan Raperda APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD;
e. tugas-tugas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat pengawas
keuangan daerah; dan
f.

penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban


pelaksanaan APBD.

g. memimpin TAPD;
h. menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD;
i.

menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah;

j.

memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD/DPPA-SKPD; dan

k. melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan keuangan daerah lainnya


berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.
1.a.3. Kepala SKPKD selaku PPKD
Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah mempunyai tugas:
a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah;
b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

13

c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan


dengan Peraturan Daerah;
d. melaksanakan fungsi BUD;
e. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD; dan
f.

melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh


kepala daerah.

Dalam rangka melaksanakan fungsi sebagai BUD, PPKD berwenang:


a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
b. mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;
c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
d. memberikan

petunjuk

teknis

pelaksanaan

sistem

penerimaan

dan

pengeluaran kas daerah;


e. melaksanakan pemungutan pajak daerah;
f.

menetapkan SPD;

g. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama


pemerintah daerah;
h. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
i.

menyajikan informasi keuangan daerah; dan

j.

melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan


barang milik daerah.

Dalam pelaksanaan teknis pengelolaan Keuangan Daerah, PPKD selaku BUD


menunjuk pejabat di Iingkungan satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku
kuasa BUD. Penunjukan kuasa BUD ditetapkan dengan keputusan kepala
daerah. Kuasa BUD mempunyai tugas:
a. menyiapkan anggaran kas;
b. menyiapkan SPD;
c. menerbitkan SP2D;
d. menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah;
e. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank
dan/atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;
f.

mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan


APBD;

g. menyimpan uang daerah;


Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

14

h. melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/menatausahakan


investasi daerah;
i.

melakukan

pembayaran

berdasarkan

permintaan

pejabat

pengguna

anggaran atas beban rekening kas umum daerah;


j.

melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah;

k. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah; dan


I. melakukan penagihan piutang daerah.
Disamping melimpahkan kewenangan BUD kepada kuasa BUD, PPKD dapat
melimpahkan kepada pejabat lainnya dilingkungan SKPKD untuk melaksanakan
tugas-tugas sebagai berikut:
a. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;
b. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
c. melaksanakan pemungutan pajak daerah;
d. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama
pemerintah daerah;
e. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;
f.

menyajikan informasi keuangan daerah; dan

g. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan


barang milik daerah.
1.a.4. Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang
Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang mempunyai
tugas:
a. menyusun RKA-SKPD;
b. menyusun DPA-SKPD;
c. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran
belanja;
d. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
e. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;
f.

melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;

g. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas


anggaran yang telah ditetapkan;
h. menandatangani SPM;
i.

mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

15

dipimpinnya;
j.

mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung


jawab SKPD yang dipimpinnya;

k. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya;


l.

mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;

m. melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya


berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah; dan
n. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah
melalui sekretaris daerah.
Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam melaksanakan tugastugas dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja
pada SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang.
Pelimpahan sebagian kewenangan didasarkan pada pertimbangan tingkatan
daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi,
kompetensi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.
Pejabat

pengguna

anggaran/pengguna

barang

dan

kuasa

pengguna

anggaran/kuasa pengguna barang dalam melaksanakan program dan kegiatan


menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku Pejabat Pelaksana Teknis
Kegiatan/PPTK. Penunjukan PPTK berdasarkan pertimbangan kompetensi
jabatan, anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi, dan/atau rentang kendali dan
pertimbangan objektif lainnya.
PPTK yang ditunjuk oleh pejabat pengguna anggaran/pengguna barang
bertanggung

jawab

atas

pelaksanaan

tugasnya

kepada

pengguna

anggaran/pengguna barang. Sedangkan PPTK yang ditunjuk oleh kuasa


pengguna

anggaran/kuasa

pengguna

barang

bertanggung

jawab

atas

pelaksanaan tugasnya kepada kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna


barang. PPTK mempunyai tugas mencakup:
a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;
b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; dan
c. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan
kegiatan.
Untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepala SKPD
menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada
SKPD sebagai Pejabat Penatausahaan Keuangan-SKPD.
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

16

PPK-SKPD mempunyai tugas:


a. meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang disampaikan
oleh bendahara pengeluaran dan diketahui/ disetujui oleh PPTK;
b. meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP-LS gaji dan
tunjangan PNS serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang diajukan oleh bendahara pengeluaran;
c. melakukan verifikasi SPP;
d. menyiapkan SPM;
e. melakukan verifikasi harian atas penerimaan;
f. melaksanakan akuntansi SKPD; dan
g. menyiapkan laporan keuangan SKPD.
Dalam pelaksanaan tugasnya, PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai
pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara/daerah,
bendahara, dan/atau PPTK.
1.a.5. Bendahara Pengeluaran
Dalam rangka proses pencairan anggaran belanja daerah, Kepala daerah atas
usul PPKD menetapkan bendahara pengeluaran untuk melaksanakan tugas
kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pada SKPD. Bendahara
pengeluaran adalah pejabat fungsional. Bendahara pengeluaran secara
fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku
BUD.
Bendahara pengeluaran baik secara langsung maupun tidak langsung dilarang
melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa
atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/ pekerjaan/penjualan, serta
membuka rekening/giro pos atau menyimpan uang pada suatu bank atau
lembaga keuangan Iainnya atas nama pribadi.

2.b. Latihan
1. Dalam pengelolaan APBD, Kepala Darah adalah Pemegang Kekuasaan
Pengelolaan Keuangan Daerah, sebutkan tugas dan wewenangnya!
2. Jelaskan kedudukan sekretaris daerah dalam Pelaksanaan APBD!
3. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menjabat sekaligus sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran, jelaskan tugas dan wewenang KPA!
4. KPA dapat menunjuk Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD, jelaskan
kewenangan yang dapat dilimpahkan oleh KPA!
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

17

5. Jelaskan tugas dan wewenang Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan!


6. Jelaskan kedudukan Bendahara Pengeluaran dalam pelaksanaan APBD!

2.c. Rangkuman
1. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala
daerah

yang

karena

jabatannya

mempunyai

kewenangan

menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah dan


mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Yang dimaksud dengan Kepala Daerah adalah gubernur
bagi daerah provinsi atau bupati bagi daerah kabupaten atau walikota
bagi daerah kota.
2. Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah
mempunyai peran dan fungsi untuk membantu kepala daerah menyusun
kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan
daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah.
3.

Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Pejabat Pengelola


Keuangan Daerah Dalam pelaksanaan teknis pengelolaan Keuangan
Daerah, PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di Iingkungan satuan kerja
pengelola keuangan daerah selaku kuasa BUD. Penunjukan kuasa BUD
ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

4. Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dan


dalam

melaksanakan

tugas-tugas

dapat

melimpahkan

sebagian

kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku kuasa


pengguna

anggaran/kuasa

pengguna

barang.

Pelimpahan

sebagian

kewenangan didasarkan pada pertimbangan tingkatan daerah, besaran


SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi
dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.
5. PPTK yang ditunjuk oleh pejabat pengguna anggaran/pengguna barang
bertanggung

jawab

atas

pelaksanaan

tugasnya

kepada

pengguna

anggaran/pengguna barang. Sedangkan PPTK yang ditunjuk oleh kuasa


pengguna anggaran/kuasa pengguna barang bertanggung jawab atas
pelaksanaan tugasnya kepada kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna
barang.
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

18

6. Untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepala


SKPD menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan
pada SKPD sebagai Pejabat Penatausahaan Keuangan-SKPD.
7. Dalam rangka proses pencairan anggaran belanja daerah, Kepala daerah
atas usul PPKD menetapkan bendahara pengeluaran untuk melaksanakan
tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pada SKPD.
Bendahara pengeluaran adalah pejabat fungsional. Bendahara pengeluaran
secara fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada
PPKD selaku BUD.

2.d. Tes Formatif


1.

Dalam pelaksanaan tugasnya Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD)


dipimpin oleh :
a. Sekretaris Daerah
b. Kepala SKPKD selaku PPKD
c. Kepala SKPD selaku PA
d. Bendahara Umum Daerah

2.

Fungsi Bendahara Umum Daerah (BUD) dijalankan oleh :


a. Kepala Bagian Keuangan
b. Kepala SKPKD
c. Kepala SKPD
d. Kepala Daerah

3.

PPKD dapat melimpahkan kepada pejabat lainnya dilingkungan SKPKD


a. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;
b. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
c. melaksanakan pemungutan pajak daerah;
d. menyimpan uang daerah;

4.

Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas


anggaran yang telah ditetapkan dalam SKPD merupakan kewenangan :
a. Kepala SKPD
b. PPTK
c. Bendahara Pengeluaran
d. PPK SKPD

5.

PPTK mempunyai tugas mencakup di bawah ini kecuali :

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

19

a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;


b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; dan
c. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas
anggaran yang telah ditetapkan;
d. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan
kegiatan.
6.

Menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah merupakan


tugas dari :
a. Kepala SKPD
b. Kuasa BUD
c. Bendahara Pengeluaran
d. Bendahara Barang

7.

Dalam permintaan pembayaran ke BUD, SPM disiapkan oleh :


a. Bendahara Pengeluaran
b. PPTK
c. PPK SKPD
d. Kepala SKPD

8.

Bendahara pengeluaran adalah pejabat fungsional. Bendahara pengeluaran


secara fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada
a. Kepala SKPD selaku PA.
b. PPKD selaku BUD.
c. Sekda selaku Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah.
d. PPK SKPD.

9.

PPK SKPD dapat merangkap jabatan di bawah ini :


a. Kepala Seksi teknis pada SKPD
b. Kepala SKPD
c. Bendahara Pengeluaran
d. PPTK

10. Penetapan Kuasa PA dan Bendahara Pengeluaran pada SKPD dilakukan


oleh :
a. Kepala SKPD
b. Sekretaris Daerah
c. PPKD
d. Kepala Daerah
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

20

2.e Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Apabila Anda telah menyelesaikan latihan dan tes formatif tersebut diatas,
silahkan mencocokkan hasilnya dengan kunci jawaban yang terdapat pada akhir
modul ini. Untuk mengukur tingkat penguasaan materi modul ini, hitunglah hasil
penilaian dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus penilaian:
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%
Jumlah soal
Kriteria tingkat penguasaan materi:
90%

100% = baik sekali

80%

89% = baik

70%

79% = sedang

69% = kurang

Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% keatas, berarti
Anda telah menguasai materi dengan baik. Akan tetapi, apabila hasilnya masih
dibawah 80%, Anda diminta untuk mempelajari kembali materi pelajaran ini.

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

21

KEGIATAN BELAJAR 3 :

BELANJA DAERAH
Indikator
1.

Menjelaskan asas umum pengelolaan keuangan daerah

2.

Menjelaskan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah

3.

Menjelasakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran

3.a. Uraian dan Contoh


3.a.1. Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah
Keuangan daerah agar dapat mencapai tujuan dan sasaran harus
dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien,
ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas
keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Asas-asas ini ditetapkan
dalam PP No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Rincian
mengenai asas-asas ini dijelaskan dalam pasal 4 Permendagri No. 13 tahun
2006 sebagai berikut :
1. Secara tertib adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu
dan tepat guna yang didukung dengan buktibukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Taat pada peraturan perundang-undangan adalah bahwa pengelolaan
keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan perundangundangan.
3. Efektif merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah
ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.
4. Efisien merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan
masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai
keluaran tertentu.
5. Ekonomis merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas dan
kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah.
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

22

6. Transparan

merupakan

prinsip

keterbukaan

yang

memungkinkan

masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluasIuasnya tentang keuangan daerah.
7. Bertanggung jawab merupakan perwujudan kewajiban seseorang untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya
dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
8. Keadilan

adalah

keseimbangan

distribusi

kewenangan

dan

pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak dan kewajiban


berdasarkan pertimbangan yang obyektif.
9. Kepatutan adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar
dan proporsional.
10. Manfaat untuk masyarakat adalah bahwa keuangan daerah diutamakan
untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.
3.a.2. Prinsip-prinsip Belanja Daerah
Belanja daerah merupakan bagian dari belanja Negara secara umum,
oleh karena itu dalam pelaksanaannya harus mengikuti prinsip-prinsip yang
berlaku dalam belanja Negara. Sesuai pasal 12 Keppres No. 42 tahun 2002
prinsip-prinsip belanja negara adalah :
1. Hemat, tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis
yang disyaratkan.
2. Efektif,

terarah

dan

program/kegiatan,

terkendali

sesuai

sesuai

dengan

fungsi

rencana,
setiap

departemen/lembaga/pemerintah daerah.
3. Mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri.
Prinsip-prinsip pembayaran atas beban APBD diatur dalam Permendagri
No. 13 tahun 2006 pada Pasal 132 sampai dengan 136. Prinsip-prinsip tersebut
antara lain sebagai berikut :
1. Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan bukti
yang lengkap dan sah.
Bukti tersebut harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang
dan bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

23

penggunaan bukti.
2. Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak dapat dilakukan
sebelum rancangan peraturan daerah tentang APBD ditetapkan dan
ditempatkan dalam lembaran daerah.
Pengeluaran kas tersebut tidak termasuk untuk belanja yang bersifat
mengikat dan belanja yang bersifat wajib yang ditetapkan dalam peraturan
kepala daerah.
3. Pemberian

subsidi,

hibah,

bantuan

sosial,

dan

bantuan

keuangan

dan

bantuan

keuangan

dilaksanakan atas persetujuan kepala daerah.


4. Penerima

subsidi,

hibah,

bantuan

sosial,

bertanggung jawab atas penggunaan uang/barang dan/atau jasa yang


diterimanya

dan

wajib

menyampaikan

laporan

pertanggungjawaban

penggunaannya kepada kepala daerah.


5. Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban subsidi, hibah, bantuan
sosial, dan bantuan keuangan ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.
6. Dasar pengeluaran anggaran belanja tidak terduga yang dianggarkan dalam
APBD untuk mendanai tanggap darurat, penanggulangan bencana alam
dan/atau

bencana

sosial,

termasuk

pengembalian

atas

kelebihan

penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup ditetapkan


dengan keputusan kepala daerah dan diberitahukan kepada DPRD paling
lama 1 (satu) bulan terhitung sejak keputusan dimaksud ditetapkan.
7. Pengeluaran belanja untuk tanggap darurat berdasarkan kebutuhan yang
diusulkan dari instansi/lembaga berkenaan setelah mempertimbangkan
efisiensi dan efektifitas serta menghindari adanya tumpang tindih pendanaan
terhadap kegiatan-kegiatan yang telah didanai dari anggaran pendapatan
dan belanja negara.
8. Pimpinan

instansi/lembaga

penerima

dana

tanggap

darurat

bertanggungjawab atas penggunaan dana tersebut dan wajib menyampaikan


laporan realisasi penggunaan kepada atasan langsung dan kepala daerah.
9. Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban belanja tidak terduga untuk
tanggap darurat ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.
10. Bendahara pengeluaran sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan
pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak
yang dipungutnya ke rekening kas negara pada bank yang ditetapkan oleh
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

24

Menteri Keuangan sebagai bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
11. Untuk

kelancaran

pelaksanaan

tugas

SKPD,

kepada

pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran dapat diberikan uang persediaan yang


dikelola oleh bendahara pengeluaran.
3.a.4. Larangan Pembebanan pada Belanja Daerah
Belanja daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku hanya dapat
digunakan untuk untuk mendanai program dan kegiatan dari masing-masing
SKPD. Program dan kegiatan disusun berdasarkan tugas pokok dan fungsi dari
SKPD.

Oleh karena itu dalam pasal 13 Keppres No. 42 tahun 2002 diatur

larangan pembebanan belanja atau keperluan pada belanja Negara/daerah


sebagai berikut :
1. Perayaan atau peringatan hari besar, hari raya dan hari ulang tahun
departemen/lembaga/pemerintah daerah.
2. Pemberian ucapan selamat, hadiah/tanda mata, karangan bunga, dan
sebagainya untuk berbagai peristiwa.
3. Pesta

untuk

berbagai

peristiwa

dan

pecan

olah

raga

pada

departemen/lembaga/pemerintah daerah.
4. Pengeluaran lain-lain untuk kegiatan/keperluan yang sejenis serupa dengan
yang tersebut di atas.
3.a.5. Pengertian Daftar Pelaksanaan Anggaran SKPD
Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPASKPD merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap SKPD
yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna anggaran. (Pasal 1
PP No. 58 tahun 2005). Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri
No. 13 tahun 2006, Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya
disingkat DPA-SKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan
pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh
pengguna anggaran.
3.a.6. Format DPA-SKPD
Format DPA-SKPD sesuai dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007
terdiri dari lima bagian yaitu :
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

25

No.
1.

Kode
DPA-SKPD

Nama Formulir
Ringkasan Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Satuan Kerja Perangkat Daerah

2.

DPA-SKPD 1

Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran


Pendapatan Satuan Kerja Perangkat Daerah

3.

DPA-SKPD 2.1

Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran


Belanja

Tidak

Langsung

Satuan

Kerja

Perangkat Daerah
4.

DPA-SKPD 2.2

Rekapitulasi
Program

Belanja

dan

Langsung

Kegiatan

Satuan

menurut
Kerja

Perangkat Daerah
5.

DPA-SKPD 2.2.1

Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran


Belanja Langsung Program dan Per Kegiatan
Satuan Kerja Perangkat Daerah

3.a.6. Penyusunan DPA-SKPD


Pasal 123 dan pasal 124 Permendagri No. 13 Tahun 2006 menjelaskan
tata cara penyiapan DPA-SKPD. Beberapa ketentuan mengenai penyusunan
DPA-SKPD adalah sebagai berikut :
1. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) paling lama 3 (tiga) hari kerja
setelah peraturan daerah tentang APBD ditetapkan, memberitahukan kepada
semua kepala SKPD agar menyusun rancangan DPA-SKPD.
Rancangan DPA-SKPD merinci sasaran yang hendak dicapai, program,
kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan
rencana penarikan dana tiap-tiap SKPD serta pendapatan yang diperkirakan.
2. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling
lama 6 (enam) hari kerja setelah pemberitahuan.
Format DPA-SKPD sebagaimana tercantum dalam Lampiran B.I Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 (format terlampir).
3. Tim Anggaran Pemerintah Darah (TAPD) melakukan verifikasi rancangan
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

26

DPA-SKPD bersama-sama dengan kepala SKPD paling lama 15 (lima belas)


hari kerja sejak ditetapkannya peraturan kepala daerah tentang penjabaran
APBD.
4. Berdasarkan hasil verifikasi tersebut, PPKD mengesahkan rancangan DPASKPD dengan persetujuan sekretaris daerah.
5. DPA-SKPD yang telah disahkan disampaikan kepada kepala SKPD, satuan
kerja pengawasan daerah, dan Badan Pemeriksa Keuangan paling lama 7
(tujuh) hari kerja sejak tanggal disahkan.
DPA-SKPD yang telah disahkan digunakan sebagai dasar pelaksanaan
anggaran oleh kepala SKPD selaku pengguna anggaran/pengguna barang.

3.a.7. Anggaran Kas


Anggaran kas adalah dokumen perkiraan kas masuk yang bersumber dari
penerimaan dan perkiraan arus kas keluar untuk mengatur ketersediaan dana
yang cukup guna mendanai pelaksanaan kegiatan setiap periode. Penyusunan
anggaran kas diatur dalam pasal 125 dan 126 Permendagri No. 13 Tahun 2006.
Ketentuan penyusunan anggaran kas adalah sebagai berikut :
1. Kepala SKPD berdasarkan rancangan DPA-SKPD menyusun rancangan
anggaran kas SKPD.
Format anggaran kas pemerintah daerah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran B.II Permendagri No. 13 Tahun 2006.
2. Rancangan anggaran kas SKPD disampaikan kepada PPKD selaku BUD
bersamaan dengan rancangan DPA-SKPD.
Pembahasan rancangan anggaran kas SKPD dilaksanakan bersamaan
dengan pembahasan DPA-SKPD.
3. PPKD selaku BUD menyusun anggaran kas pemerintah daerah guna
mengatur ketersediaan dana yang cukup untuk mendanai pengeluaranpengeluaran sesuai dengan rencana penarikan dana yang tercantum dalam
DPA-SKPD yang telah disahkan.
Anggaran kas memuat perkiraan arus kas masuk yang bersumber dari
penerimaan dan perkiraan arus kas keluar yang digunakan guna mendanai
pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.
4. Mekanisme pengelolaan anggaran kas pemerintah daerah ditetapkan dalam
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

27

peraturan kepala daerah.


3.a.8. Surat Penyediaan Dana (SPD)
Surat Penyediaan Dana (SPD) adalah dokumen yang menyatakan
tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan SPP.
Sesuai pasal 196 dan 197 Permendagri No. 13 tahun 2006, SPD disusun
sebagai berikut dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Setelah penetapan anggaran kas, PPKD dalam rangka manajemen kas
menerbitkan SPD.

Format SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tercantum dalam Lampiran D.VI Permendagri No. 13 tahun 2006.


2. Guna

penerbitan

SPD,

kuasa

BUD menyiapkan

draft

SPD

untuk

ditandatangani oleh PPKD.


3. Pengeluaran kas atas beban APBD dilakukan berdasarkan SPD atau
dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD.

3.b. Latihan
1. Jelaskan yang dimaksud dengan azas-azas umum dalam belanja daerah!
2. Hal-hal apa saja yang dilarang dalam belanja daerah!
3. Jelaskan prinsip-prinsip umum belanja daerah!
4. Jelaskan yang dimaksud dengan anggaran kas!
5. Dalam pelaksanaan anggaran terdapat dokumen DPA-SKPA, jelaskan
dokumen isi dari DPA-SKPD

3.c. Rangkuman
1. Keuangan daerah agar dapat mencapai tujuan dan sasaran harus dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien,
ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas
keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat
2. Belanja daerah merupakan bagian dari belanja Negara secara umum, oleh
karena itu dalam pelaksanaannya harus mengikuti prinsip-prinsip yang
berlaku dalam belanja Negara diantaranya adalah Hemat, tidak mewah,
efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan; Efektif,
terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan, sesuai
fungsi setiap departemen/lembaga/pemerintah daerah; Mengutamakan
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

28

penggunaan produksi dalam negeri.


3. Belanja daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku hanya dapat
digunakan untuk untuk mendanai program dan kegiatan dari masing-masing
SKPD. Program dan kegiatan disusun berdasarkan tugas pokok dan fungsi
dari SKPD.
4. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPASKPD merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap
SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna
anggaran.
5. Anggaran kas adalah dokumen perkiraan kas masuk yang bersumber dari
penerimaan dan perkiraan arus kas keluar untuk mengatur ketersediaan
dana yang cukup guna mendanai pelaksanaan kegiatan setiap periode.
6. Surat Penyediaan Dana (SPD) adalah dokumen yang menyatakan
tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan
SPP.

3.d. Tes Formatif


1. Asas efektif dalam pelaksanaan belanja daerah berarti :
a. Keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang
didukung

dengan

bukti-bukti

administrasi

yang

dapat

dipertanggungjawabkan.
b. Pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan
perundang-undangan.
c. Pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu
dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.
d. Pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau
penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.
2. Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan bukti
yang lengkap dan sah.

Suatu bukti pengeluaran dinyatakan sah apabila

memenuhi persyaratan di bawah ini kecuali :


a. Ditanda tangani penerima pembayaran.
b. Dicap instansi/lembaga penerima pembayaran.
c. Menyebutkan nilai pembayaran dalam angka dan huruf.
d. Ditanda tangani BUD.
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

29

3. Bendahara pengeluaran sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan


pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak
yang dipungutnya ke :
a. Rekening kas daerah.
b. Rekening kas negara.
c. Rekening bendahara pengeluaran SKPD.
d. Rekening khusus.
4. Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban subsidi, hibah, bantuan
sosial, dan bantuan keuangan ditetapkan dalam peraturan :
a. Peraturan Kepala daerah.
b. Peraturan Daerah.
c. Peraturan Menteri dalam negeri.
d. Peraturan Presiden.
5. Belanja daerah dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran di bawah ini :
a. Perayaan atau peringatan hari besar, hari raya dan hari ulang tahun
departemen/lembaga/pemerintah daerah.
b. Pemberian ucapan selamat, hadiah/tanda mata, karangan bunga, dan
sebagainya untuk berbagai peristiwa.
c. Pesta

untuk

berbagai

peristiwa

dan

pekan

olah

raga

pada

departemen/lembaga/pemerintah daerah.
d. Pemberian hadiah bagi siswa sekolah lanjutan pertama yang berprestasi.
6. Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Program dan
Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah dituangkan dalam DPA SKPD
pada form :
a. DPA SKPD 2.2.1.
b. DPA-SKPD 2.2.
c. DPA-SKPD 2.1.
d. DPA-SKPD 1.2.
7. Ketentuan mengenai Penyusunan DPA-SKPD antara lain adalah sebagai
berikut kecuali:
a. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) paling lama 3 (tiga) hari
kerja

setelah

memberitahukan

peraturan
kepada

daerah
semua

tentang

kepala

APBD

SKPD

agar

ditetapkan,
menyusun

rancangan DPA-SKPD.
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

30

b. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling


lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pemberitahuan.
c. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling
lama 6 (enam) hari kerja setelah pemberitahuan.
d. Tim Anggaran Pemerintah Darah (TAPD) melakukan verifikasi rancangan
DPA-SKPD bersama-sama dengan kepala SKPD paling lama 15 (lima
belas) hari kerja sejak ditetapkannya peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD.
8. Pejabat yang diberi tugas menyusun anggaran kas pemerintah daerah guna
mengatur ketersediaan dana yang cukup untuk mendanai pengeluaranpengeluaran sesuai dengan rencana penarikan dana yang tercantum dalam
DPA-SKPD yang telah disahkan adalah :
a. PPKD selaku BUD.
b. Kepala SKPD selaku PA.
c. PPK SKPD.
d. Bendahara Pengeluaran.
9. Anggaran kas digunakan mengatur ketersediaan dana yang cukup guna
mendanai pelaksanaan kegiatan setiap periode. Oleh karena itu anggaran
kas memuat :
a. Perkiraan kas masuk yang bersumber dari penerimaan.
b. Perkiraan arus kas keluar.
c. Perkiraan kas masuk yang bersumber dari penerimaan dan perkiraan
arus kas keluar.
d. Tidak ada jawaban yang benar.
10. Pengeluaran kas dapat dilakukan setelah SKPD memiliki dokumen yang
menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan yaitu :
a. DPA SKPD.
b. RKA SKPD.
c. SP2D.
d. SPD.

3.e Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Apabila Anda telah menyelesaikan latihan dan tes formatif tersebut diatas,
silahkan mencocokkan hasilnya dengan kunci jawaban yang terdapat pada akhir
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

31

modul ini. Untuk mengukur tingkat penguasaan materi modul ini, hitunglah hasil
penilaian dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus penilaian:
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%
Jumlah soal
Kriteria tingkat penguasaan materi:
90%

100% = baik sekali

80%

89% = baik

70%

79% = sedang

69% = kurang

Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% keatas, berarti
Anda telah menguasai materi dengan baik. Akan tetapi, apabila hasilnya masih
dibawah 80%, Anda diminta untuk mempelajari kembali materi pelajaran ini.

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

32

KEGIATAN BELAJAR 4:

PROSEDUR PEMBAYARAN
UANG PERSEDIAAN
Indikator
1.

Menjelaskan

pengertian

pembayaran

dengan

mekanisme

uang

persediaan
2.

Menjelaskan karakteristik uang persediaan

3.

Menguraikan mekanisme pembayaran dengan uang persediaan

4.

Menjelaskan syarat-syarat kelengkapan SPP-UP, SPP-GU dan SPP-TU

5.

Menjelaskan pengertian pembayaran dengan mekanisme langsung

6.

Menguraikan mekanisme pembayaran langsung

7.

Menjelaskan syarat-syarat kelengkapan SPP-LS Belanja Pegawai dan


SPP-LS Non Belanja Pegawai.

4.a. Uraian dan Contoh


4.a.1. Uang Persediaan
Definisi Uang Persediaan yang selanjutnya disebut UP adalah uang muka kerja
dengan jumlah tertentu yang bersifat daur ulang (revolving), diberikan kepada
bendahara pengeluaran hanya untuk membiayai kegiatan operasional kantor
sehari-hari yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.
Berdasarkan definisi UP, karakteristik UP adalah
1) Uang muka kerja.
Uang persediaan diberikan kepada bendahara pengeluaran pada awal
periode pelaksanaan anggaran untuk digunakan membayar pengeluaran
yang akan dilaksanakan pada jangka waktu tertentu. Permintaan uang
persediaan sebagai uang muka kerja hanya dilakukan satu kali dalam satu
tahun anggaran.
2) Revolving /berdaur ulang,

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

33

Uang persediaan yang telah digunakan untuk pembayaran belanja dapat


diminta penggantian sejumlah belanja yang telah dilakukan dengan batasan
minimal belanja yang telah ditetapkan.
3) Belum membebani anggaran.
Uang persediaan sebagai uang muka kerja belum dapat dibebankan pada
kode rekening tertentu sampai dengan uang persediaan tersebut digunakan
untuk melakukan pembayaran atas beban rekening pada DPA-SKPD
4) Untuk keperluan operasional kantor.
Untuk menghindari adanya idle cash/money pada bendahara maka uang
persediaan pada dasarnya adalah pilihan yang dapat diambil oleh
bendahara sebagai cara untuk melakukan pembayaran keperluan sehari-hari
perkantoran yang tidak dapat dilaksanakan dengan mekanisme langsung.
5) Jumlahnya tertentu.
Jumlah uang persediaan juga ditentukan dalam rangka menghindari adanya
idle cash/money.
Sebagaimana diuraikan diatas, dalam pelaksanaan belanja daerah, mekanisme
uang persediaan digunakan sebagai pilihan untuk pengeluaran yang dianggap
tidak efisien dan tidak efektif apabila dilakukan dengan mekanisme pembayaran
langsung. Hal ini mengingat kaidah pembayaran belanja semestinya dilakukan
langsung kepada pihak yang berhak menerima yaitu pihak ketiga tanpa melalui
perantara termasuk bendahara pengeluaran.
Mekanisme Uang persediaan perlu diatur secara khusus dengan peraturan
kepala daerah yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Belanja yang boleh dilakukan dengan mekanisme uang persediaan.
Kaidah umum pembayaran belanja daerah dilaksanakan secara langsung
oleh karena itu perlu diatur batasan-batasan pembayaran yang bisa
dilakukan dengan mekanisme uang persediaan. Batasan dilakukan terhadap
jenis-jenis belanja/rekening belanja yang secara umum lebih efisien dan
efektif dibayarkan dengan UP. Rekening tersebut diantaranya adalah
belanja barang.
2) Jumlah Uang Persediaan sebagai Uang Muka Kerja.
Untuk menghindari adanya idle cash/money maka perlu ditetapkan besaran
nominal uang persediaan yang boleh diminta oleh bendahara pengeluaran.
Jumlah uang yang diperlukan oleh bendahara pengeluaran tergantung pada
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

34

periode pertanggungjawaban yang wajar dalam pelaksanaan belanja.


Secara umum keperluan belanja dalam SKPD akan lebih mudah
dipertanggungjawabkan apabila dilakukan dalam periode bulanan. Sehingga
kebutuhan dana oleh bendahara untuk membayara keperluan SKPD secara
umum adalah 1/12 dari nilai pagu dana yang boleh dimintakan uang
persediaan sebagaimana point 1. Dengan alasan yang lebih penting,
dimungkinkan melakukan pembatasan jumlah uang persediaan menjadi
kurang dari 1/12 apabila jumlah uang persediaan untuk semua SKPD
dianggap akan menyebabkan idle cash/money.

Hal ini mengingat

dimungkinkan untuk melakukan pemanfaatan uang oleh BUD untuk


kepentingan lainnya yang menguntungkan dan dapat dijadikan sebagai
sumber pendapatan daerah dengan menggunakan idle cash/money
tersebut.
Contoh : Apabila pada Pemerintah Daerah terdapat dua puluh SKPD yang
masing-masing meminta UP sebesar Rp.100.000.000,- maka jumlah uang
yang harus disediakan oleh BUD pada awal periode pembayaran adalah
sebesar dua Milyar. Dana UP yang diterima bendahara tentu tidak langsung
digunakan

secara

keseluruhan

pada

satu

waktu,

mungkin

dalam

pelaksanaannya, pembayaran dilakukan pada waktu yang masih lama pada


periode bulan berkenaan. Sehingga terdapat uang mengendap pada
bendahara pengeluaran. Apabila uang mengendap tersebut rata-rata
Rp.10.000.000,- maka secara keseluruhan jumlah uang mengendap pada
bendahara SKPD adalah Rp.200.000.000,-. Bagi BUD dana sebesar
Rp.200.000.000,- tersebut pada satu periode bulanan dimungkinkan untuk
dapat dikelola yang berpeluang meningkatkan pendapatan daerah.
3) Minimal penggunaan dana pada satu periode
Batasan minimal penggunaan dana uang persediaan juga diperlukan dalam
rangka menghindari adanya idle cash/money dan kelemahan perencanaan
belanja. Uang persediaan pada bendahara pengeluaran seharusnya
dipergunakan secara efektif untuk pembayaran belanja keperluan SKPD.
Oleh karena itu dihindari adanya sisa uang persediaan pada akhir periode
bulanan pada bendahara pengeluaran yang disebabkan kurang baiknya
perencanaan belanja. Oleh karena itu harus dilakukan pembatasan minimal

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

35

belanja yang harus dilakukan oleh SKPD sebagai syarat dilakukannya


penggantian uang persediaan.
Contoh : Batas minimal penggunaan Uang persediaan yang dijadikan syarat
dalam penggantian uang persediaan adalah 90%. Apabila uang persediaan
pada bendahara pengeluaran sebesar Rp.100.000.000,- maka untuk dapat
meminta penggantian uang persediaan, bendahara pengeluaran harus
melakukan

pembayaran

minimal

Rp.90.000.000,-.

Apabila

jumlah

pembayaran tersebut tidak terpenuhi maka dianggap keperluan SKPD


tersebut pada satu periode dibawah nilai Rp.90.000.000,- atau perencanaan
belanja pada SKPD tidak baik. Sehingga dimungkinkan untuk mengurangi
jumlah uang persediaan pada SKPD tersebut.
4.a.2. Prosedur Pembayaran dengan mekanisme Uang Persediaan.
Prosedur pembayaran dilakukan dengan melakukan permintaan pembayaran
menggunakan formulir Surat Permintaan Pembayaran/SPP. Jenis-jenis SPP
dalam mekanisme uang persediaan adalah
1) SPP Uang Persediaan/SPP-UP.
SPP Uang Persediaan/SPP-UP adalah dokumen yang diajukan oleh
bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang bersifat
pengisian kembali (revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran
langsung.
2) SPP Ganti Uang Persediaan/SPP-GU
SPP-GU adalah dokumen yang diajukan oleh bendaharan pengeluaran untuk
permintaan pengganti uang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan
pembayaran Iangsung.
3) SPP Tambahan Uang Persediaan/SPP-TU
SPP-TU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk
permintaan tambahan uang persediaan guna melaksanakan kegiatan SKPD
yang bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran
Iangsung dan uang persediaan.
Mekanisme Penerbitan SPP sampai dengan SPM sebagaimana gambar
dibawah ini :

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

36

Gambar 1
Alur Proses Pembayaran Uang Persediaan

Prosedur pembayaran dengan mekanisme Uang Persediaan dilakukan dengan


mengacu pada Surat Penyediaan Dana. SUrat Penyediaan dana yang diterima
oleh

Pengguna

ANggaran

dari

PPKD

diserahkan

kepada

Bendahara

Pengeluaran dan PPK-SKPD.


Berdasarkan SPD, Bendahara pengeluaran membuat dokumen SPP UP/GU/TU.
Selanjutnya Bendahara pengeluaran mengajukan dokumen SPP beserta
kelengkapannya kepada PPK-SKPD untuk diverifikasi berdasarkan DPA dan
SPD yang telah diterima dari Pengguna Anggaran.
Berdasarkan hasil penelitian SPP, apabila terdapat kesalahan dan kekurangan
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

37

dokumen maka PPK-SKPD menerbitkan surat penolakan penerbitan SPM untuk


dilengkapi dan diajukan kembali kepada PPK-SKPD. Apabila dokumen SPP
beserta kelengkapannya sudah benar maka PPK-SKPD membuat konsep SPM
untuk diajukan ke pengguna anggaran. Pengguna anggaran setelah meneliti
kemudian mengesahkan SPM dengan menandatangani SPM tersebut.
4.a.2.1. Prosedur Pengajuan SPP UP
Bendahara pengeluaran mengajukan SPP Uang Persediaan (UP) setiap awal
tahun anggaran setelah dikeluarkannya SK Kepala Daerah tentang besaran UP.
SPP-UP dipergunakan untuk mengisi uang persediaan tiap-tiap SKPD.
Pengajuan UP hanya dilakukan sekali dalam setahun tanpa pembebanan pada
kode rekening tertentu.
Bendahara

mempersiapkan

dokumen-dokumen

yang

diperlukan

sebagai

lampiran dalam pengajuan SPP UP, selain dari dokumen SPP UP itu sendiri.
Lampiran tersebut antara lain:
1) surat pengantar SPP-UP;
2) ringkasan SPP-UP;
3) rincian SPP-UP;
4) salinan SPD;
5) draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak
dipergunakan untuk keperluan selain uang persediaan saat pengajuan
SP2D kepada kuasa BUD; dan
6) lampiran lain yang diperlukan.
Bendahara Pengeluaran SKPD dapat melimpahkan sebagian uang persediaan
yang dikelolanya kepada bendahara pengeluaran pembantu SKPD untuk
kelancaran pelaksanaan kegiatan. Pelimpahan tersebut dilakukan berdasarkan
persetujuan pengguna anggaran.
4a.2.2. Prosedur Pengajuan SPP-GU
Pada saat uang persediaan telah terpakai bendahara pengeluaran dapat
mengajukan SPP Ganti Uang Persediaan (GU) dengan besaran sejumlah SPJ
penggunaan uang persediaan yang telah disahkan pada periode waktu tertentu.
SPP-GU tersebut dapat disampaikan untuk satu kegiatan tertentu atau beberapa
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

38

kegiatan sesuai dengan kebutuhan yang ada.


Bendahara

mempersiapkan

dokumen-dokumen

yang

diperlukan

sebagai

lampiran dalam pengajuan SPP GU, selain dari dokumen SPP GU itu sendiri.
Dokumen yang dilampirkan dalam SPP-GU terdiri dari:
1) surat pengantar SPP-GU;
2) ringkasan SPP-GU;
3) rincian SPP-GU;
4) surat pengesahan laporan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran
atas penggunaan dana SPP-UP/GU/TU sebelumnya;
5) salinan SPD;
6) draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak
dipergunakan untuk keperluan selain ganti uang persediaan saat pengajuan
SP2D kepada kuasa BUD; dan
7) lampiran lain yang diperlukan.
4.a.2.3. Prosedur Pengajuan SPP_TU
Apabila terdapat kebutuhan belanja yang sifatnya mendesak, yang harus dikelola
oleh bendahara pengeluaran, dan uang persediaan tidak mencukupi karena
sudah direncanakan untuk kegiatan yang lain, maka bendahara pengeluaran
dapat mengajukan SPP-TU. Batas jumlah pengajuan SPP-TU harus mendapat
persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincian kebutuhan dan waktu
penggunaan. Jumlah dana yang dimintakan dalam

SPP-TU ini harus

dipertanggung-jawabkan tersendiri dan bila tidak habis, harus disetorkan


kembali.
Dokumen yang dilampirkan dalam SPP-TU terdiri dari:
1) surat pengantar SPP-TU;
2) ringkasan SPP-TU;
3) rincian SPP-TU;
4) salinan SPD;
5) draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak
dipergunakan untuk keperluan selain tambahan uang persediaan saat
pengajuan SP2D kepada kuasa BUD;
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

39

6) surat keterangan yang memuat penjelasan keperluan pengisian tambahan


uang persediaan; dan
7) lampiran lainnya.
Dalam permintaan tambahan uang persediaan, batas jumlah pengajuan
kebutuhan dana harus mendapat persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan
rincian kebutuhan. Disamping itu tambahan uang persediaan dibatasi hanya
untuk keperluan satu bulan, apabila terdapat sisa maka harus disetor ke
rekening kas umum daerah. Ketentuan batas waktu penyetoran sisa tambahan
uang dikecualikan untuk:
a) kegiatan yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu) bulan
b) kegiatan yang mengalami penundaan dari jadwal yang telah ditetapkan yang

diakibatkan oleh peristiwa di luar kendali PA/KPA;


4. a.3. Pembayaran Langsung
Pembayaran langsung adalah mekanisme pembayaran untuk keperluan belanja
daerah melalui transfer dari rekening kas daerah ke rekening pihak ketiga setelah
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Dalam proses pembayaran belanja
daerah, kaidah umum mekanisme yang digunakan dalah dengan pembayaran
langsung.
Pembayaran langsung dapat dipergunakan untuk membayar semua jenis belanja
daerah dalam jumlah yang tidak dibatasi baik minimal maupun maksimal. Artinya
pembayaran langsung dapat dilakukan untuk keperluan belanja pegawai, belanja
barang, belanja modal dan lain-lain. Disamping itu pembayaran langsung dapat
dilakukan terhadap belanja dengan nilai minimal, seperti sepuluh ribu, dan nilai
maksimal yang tidak terbatas sesuai dengan pagu yang tersedia.
Dokumen pembayaran yang digunakan dalam mekanisme pembayaran langsung
adalah SPP Langsung/SPP-LS. SPP-LS adalah dokumen yang diajukan oleh
bendahara pengeluaran untuk permintaan pembayaran Iangsung kepada pihak
ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja Iainnya dan
pembayaran gaji dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran
tertentu yang dokumennya disiapkan oleh PPTK.

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

40

4.a.4.Mekanisme Pembayaran Langsung


Prosedur Pembayaran dengan mekanisme Langsung sebagaimana dalam
alurproses pembayaran langsung dibawah ini.

Gambar 2
Alur Proses Pembayaran Langsung

Mekanisme pembayaran langsung berdasarkan jenis belanja dibagi menjadi dua


yaitu :
1)

Pembayaran langsung keperluan belanja pegawai.

2)

Pembayaran langsung keperluan non belanja pegawai.

Penjelasan dari kedua mekanisme tersebut adalah sebagai berikut :


1)

Pembayaran langsung keperluan belanja pegawai

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

41

Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-LS untuk pembayaran gaji dan


tunjangan serta penghasilan lainnya sesuai dengan peraturan perundangundangan dilakukan oleh bendahara pengeluaran guna memperoleh
persetujuan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPKSKPD. Dokumen yang harus dilampirkan dalam SPP-LS untuk pembayaran
gaji dan tunjangan terdiri dari:
1)

surat pengantar SPP-LS;

2)

ringkasan SPP-LS;

3)

rincian SPP-LS;

4)

pembayaran gaji induk;

5)

gaji susulan;

6)

kekurangan gaji;

7)

gaji terusan;

8)

uang duka wafat/tewas yang dilengkapi dengan daftar gaji induk/gaji


susulan/ kekurangan gaji/uang duka wafat/tewas;

9)

SK CPNS;

10) SK PNS;
11) SK kenaikan pangkat;
12) SK jabatan;
13) kenaikan gaji berkala;
14) surat pernyataan pelantikan;
15) surat pernyataan masih menduduki jabatan;
16) surat pernyataan melaksanakan tugas;
17) daftar keluarga (KP4);
18) fotokopi surat nikah;
19) fotokopi akte kelahiran;
20) surat keterangan pemberhentian pembayaran (SKPP) gaji;
21) daftar potongan sewa rumah dinas;
22) surat keterangan masih sekolah/kuliah;
23) surat pindah;
24) surat kematian;
25) SSP PPh Pasal 21; dan
26) peraturan perundang-undangan mengenai penghasilan pimpinan dan
anggota DPRD serta gaji dan tunjangan kepala daerah/wakil kepala
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

42

daerah.
Kelengkapan lampiran dokumen SPP-LS pembayaran gaji dan tunjangan
sebagaimana tersebut diatas digunakan sesuai dengan peruntukannya.
2)

Pembayaran LS keperluan Non Belanja Pegawai


Pembayaran langsung keperluan non belanja pegawai digunakan untuk
pembayaran pengadaan barang dan jasa berdasarkan Keppres No.80 tahun
2003 tentang pengadaan barang dan jasa.
Dokumen SPP-LS untuk pengadaan barang dan jasa disiapkan oleh Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan. Dokumen SPP-LS untuk pengadaan barang
dan jasa terdiri dari:
1)

surat pengantar SPP-LS;

2)

ringkasan SPP-LS;

3)

rincian SPP-LS;

4)

salinan SPD;

5)

salinan surat rekomendasi dari SKPD teknis terkait;

6)

SSP disertai faktur pajak (PPN dan PPh) yang telah ditandatangani
wajib pajak dan wajib pungut;

7)

surat perjanjian kerjasama/kontrak antara pengguna anggaran/kuasa


pengguna anggaran dengan pihak ketiga serta mencantumkan nomor
rekening bank pihak ketiga;

8)

berita acara penyelesaian pekerjaan;

9)

berita acara serah terima barang dan jasa;

10) berita acara pembayaran;


11) kwitansi bermeterai, nota/faktur yang ditandatangani pihak ketiga dan
PPTK sertai disetujui oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran;
12) surat jaminan bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan oleh bank
atau lembaga keuangan non bank;
13) dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak yang dananya
sebagian atau seluruhnya bersumber dari penerusan pirrjaman/hibah
luar negeri;
14) berita

acara

pemeriksaan

yang

ditandatangani

oleh

pihak

ketiga/rekanan serta unsur panitia pemeriksaan barang berikut lampiran


daftar barang yang diperiksa;
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

43

15) surat

angkutan

atau

konosemen

apabila

pengadaan

barang

dilaksanakan di luar wilayah kerja;


16) surat pemberitahuan potongan denda keterlambatan pekerjaan dari
PPTK apabila pekerjaan mengalami keterlambatan;
17) foto/buku/dokumentasi tingkat kemajuan/ penyelesaian pekerjaan;
18) potongan

jamsostek

(potongan

sesuai

dengan

ketentuan

yang

berlaku/surat pemberitahuan jamsostek); dan


19) khusus

untuk

pekerjaan

konsultan

yang

perhitungan

harganya

menggunakan biaya personil (billing rate), berita acara prestasi


kemajuan pekerjaan dilampiri dengan bukti kehadiran dari tenaga
konsultan

sesuai

pentahapan

waktu

pekerjaan

dan

bukti

penyewaan/pembelian alat penunjang serta bukti pengeluaran lainnya


berdasarkan rincian dalam surat penawaran.
Kelengkapan lampiran dokumen SPP-LS pengadaan barang dan jasa
sebagaimana

uraian

tersebut

diatas

digunakan

sesuai

dengan

peruntukannya.
Dokumen SPP-LS pengadaan barang dan jasa disampaikan oleh PPTK kepada
bendahara pengeluaran. Dalam hal kelengkapan dokumen yang diajukan tidak
lengkap, bendahara pengeluaran mengembalikan dokumen SPP-LS pengadaan
barang dan jasa kepada PPTK untuk dilengkapi.
Apabila dokumen yang diajukan PPTK sudah sesuai dengan persyaratan,
bendahara pengeluaran mengajukan SPP-LS kepada pengguna anggaran
setelah ditandatangani oleh PPTK guna memperoleh persetujuan pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD.
PPK-SKPD setelah menerima SPP-LS beserta dokumen pendukung melakukan
verifikasi terhadap kelengkapan dan keabsahan dokumen. Apabila SPP-LS dan
dokumen pendukung yang diajukan oleh Bendahara tidak lengkap maka PPKSKPD menerbitkan surat pengembalian dokumen yang telah diotoriasi oleh
pengguna anggaran kepada bendahara untuk dilengkapi dan selanjutnya dapat
diajukan kembali. Apabila dokumen telah lengkap dan benar, PPK-SKPD
menerbitkan konsep SPM untuk ditandatangai oleh Pengguna Anggaran.

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

44

4.b. Latihan
1. Jelaskan pengertian Uang Persediaan dan jelaskan karakteristik uang
persediaan!
2. Dalam proses pembayaran, Bendahara Pengeluaran menyiapkan dokumen
SPP, sebutkan dan jelaskan jenis-jenis dokumen SPP dalam mekanisme
uang persediaan!
3. Jelaskan alasan diperbolehkannya Bendahara Pengeluaran mengajukan
permintaan tambahan uang persediaan!
4. Jelaskan mekanisme pembayaran langsung!
5. Jelaskan syarat-syarat pembayaran langsung!

4.c. Rangkuman
1. Definisi Uang Persediaan yang selanjutnya disebut UP adalah uang muka
kerja dengan jumlah tertentu yang bersifat daur ulang (revolving), diberikan
kepada

bendahara

operasional

kantor

pengeluaran
sehari-hari

hanya

yang

untuk

tidak

membiayai

dapat

kegiatan

dilakukan

dengan

pembayaran langsung.
2. Prosedur

pembayaran

dilakukan

dengan

melakukan

permintaan

pembayaran menggunakan formulir Surat Permintaan Pembayaran/SPP.


Jenis-jenis SPP dalam mekanisme uang persediaan adalah SPP Uang
Persediaan/SPP-UP, SPP Ganti Uang Persediaan/SPP-GU dan SPP
Tambahan Uang Persediaan/SPP-TU
3. Prosedur pembayaran dengan mekanisme Uang Persediaan dilakukan
dengan mengacu pada Surat Penyediaan Dana. SUrat Penyediaan dana
yang diterima oleh Pengguna ANggaran dari PPKD diserahkan kepada
Bendahara Pengeluaran dan PPK-SKPD. Bendahara pengeluaran membuat
dokumen SPP UP/GU/TU. Selanjutnya Bendahara pengeluaran mengajukan
dokumen

SPP

beserta

kelengkapannya

kepada

PPK-SKPD

untuk

diverifikasi berdasarkan DPA dan SPD yang telah diterima dari Pengguna
Anggaran.
4. Bendahara pengeluaran mengajukan SPP Uang Persediaan (UP) setiap
awal tahun anggaran setelah dikeluarkannya SK Kepala Daerah tentang
besaran UP. SPP-UP dipergunakan untuk mengisi uang persediaan tiap-tiap
SKPD. Pengajuan UP hanya dilakukan sekali dalam setahun tanpa
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

45

pembebanan pada kode rekening tertentu.


5. Bendahara

Pengeluaran

SKPD

dapat

melimpahkan

sebagian

uang

persediaan yang dikelolanya kepada bendahara pengeluaran pembantu


SKPD untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan. Pelimpahan tersebut
dilakukan berdasarkan persetujuan pengguna anggaran.

6. Pada saat uang persediaan telah terpakai bendahara pengeluaran dapat


mengajukan SPP Ganti Uang Persediaan (GU) dengan besaran sejumlah
SPJ penggunaan uang persediaan yang telah disahkan pada periode waktu
tertentu. SPP-GU dapat disampaikan untuk satu kegiatan tertentu atau
beberapa kegiatan sesuai dengan kebutuhan yang ada.
7. Apabila terdapat kebutuhan belanja yang sifatnya mendesak, yang harus
dikelola oleh bendahara pengeluaran, dan uang persediaan tidak mencukupi
karena sudah direncanakan untuk kegiatan yang lain, maka bendahara
pengeluaran dapat mengajukan SPP-TU. Batas jumlah pengajuan SPP-TU
harus mendapat persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincian
kebutuhan dan waktu penggunaan. Jumlah dana yang dimintakan dalam
SPP-TU ini harus dipertanggung-jawabkan tersendiri dan bila tidak habis,
harus disetorkan kembali.
8. Pembayaran langsung adalah mekanisme pembayaran untuk keperluan
belanja daerah melalui transfer dari rekening kas daerah ke rekening pihak
ketiga setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Dalam proses
pembayaran belanja daerah, kaidah umum mekanisme yang digunakan
dalah dengan pembayaran langsung.

4.d. Tes Formatif


1. Uang persediaan adalah salah satu mekanisme dalam melakukan belanja
pada SKPD, karakteristik uang persediaan adalah sebagai berikut kecuali :
a. Uang muka kerja;
b. revolving;
c. sudah membebani anggaran
d. berjumlah tertentu
2. Uang persediaan diberikan kepada bendahara pengeluaran pada awal
periode pelaksanaan anggaran untuk digunakan membayar pengeluaran
yang akan dilaksanakan pada jangka waktu tertentu adalah karakteristik UP
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

46

dibawah ini :
a. Uang muka kerja;
b. revolving;
c. sudah membebani anggaran
d. berjumlah tertentu
3. Uang persediaan yang telah digunakan untuk pembayaran belanja dapat
diminta penggantian sejumlah belanja yang telah dilakukan dengan batasan
minimal belanja yang telah ditetapkan adalah karakteristik UP dibawah ini :
a. Uang muka kerja;
b. revolving;
c. sudah membebani anggaran
d. berjumlah tertentu
4. Dokumen permintaan pembayaran berupa SPP UP adalah perwujudan dari
karakteristik UP dibawah ini :
a. Uang muka kerja;
b. revolving;
c. sudah membebani anggaran
d. berjumlah tertentu
5. Dokumen permintaan pembayaran berupa SPP GUP adalah perwujudan dari
karakteristik UP dibawah ini :
a. Uang muka kerja;
b. revolving;
c. sudah membebani anggaran
d. berjumlah tertentu
6. Permintaan untuk keperluan yang mendesak dalam satu periode UP dapat
dilakukan dengan pengajuan permintaan berupa :
a. SPP UP;
b. SPP GU;
c. SPP TU
d. SPP LS
7. Mekanisme pembayaran untuk keperluan belanja daerah melalui transfer dari
rekening kas daerah ke rekening pihak ketiga setelah memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan adalah mekanisme pembayaran dengan cara :
a. Uang Persediaan;
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

47

b. Penggantian Uang Persediaan;


c. Tambahan Uang Persediaan
d. Pembayaran Langsung
8. Dokumen dalam rangka pembayaran langsung dipersiapkan oleh :
a. Kuasa Pengguna Anggaran;
b. Pejabat Penguji Tagihan;
c. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
d. Bendahara Pengeluaran
9. Dokumen dalam rangka pembayaran langsung diverifikasi oleh :
a. Kuasa Pengguna Anggaran
b. Pejabat Pembuat Komitmen
c. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
d. Bendahara Pengeluaran
10. Dokumen yang menjadi dasar dalam pembayaran langsung diverifikasi
adalah :
a. Surat permintaan Pembayaran
b. Berita Acara Serah Terima barang
c. Surat Perintah Kerja
d. Semua Jawaban Salah

4.e Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Apabila Anda telah menyelesaikan latihan dan tes formatif tersebut diatas,
silahkan mencocokkan hasilnya dengan kunci jawaban yang terdapat pada akhir
modul ini. Untuk mengukur tingkat penguasaan materi modul ini, hitunglah hasil
penilaian dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus penilaian:
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%
Jumlah soal
Kriteria tingkat penguasaan materi:
90%

100% = baik sekali

80%

89% = baik

70%

79% = sedang

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

48

69% = kurang

Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% keatas, berarti
Anda telah menguasai materi dengan baik. Akan tetapi, apabila hasilnya masih
dibawah 80%, Anda diminta untuk mempelajari kembali materi pelajaran ini.

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

49

KEGIATAN BELAJAR 5:

PERSYARATAN
ADMINISTRATIF DOKUMEN
BELANJA DAERAH
Indikator
1. Menjelaskan dokumen yang manjadi syarat dalam pembayaran
belanja daerah
2. Menjelaskan syarat-syarat dokumen yang sah sebagai lampiran
dalam pembayaran belanja daerah.

5.a. Uraian dan Contoh


Dalam pembayaran belanja daerah, pada kelompok belajar 6 dan 7 telah
diuraikan prosedur pembayaran yang harus dilengkapi dokumen-dokumen
sebagai syarat permintaan pembayaran. Agar proses pembayaran dapat
dilakukan dengan tepat dan cepat maka dokumen-dokumen sebagai tanda bukti
tersebut harus benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kebenaran pengisian dokumen tanda bukti pengeluaran meliputi:
1.

Kuitansi
Kuitansi digunakan untuk semua jenis pembayaran. Kuitansi dianggap
sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan jasa sampai dengan
lima juta rupiah. Kuitansi sekurang-kurangnya memuat :
a.

Nama wajib bayar yang tertulis dalam kuitansi harus atas nama jabatan.
Contoh : Sudah terima dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran

b.

Nama yang berhak menerima yang tertulis dalam kuitansi adalah nama
dan jabatan orang yang menerima pembayaran sehubungan dengan
pelaksanaan

kegiatan/pekerjaan

dan

ditandatangani

oleh

yang

bersangkutan. Untuk Badan Hukum (perusahaan) diberikan pula


stempel perusahaan. Apabila yang menerima adalah kuasa penerima,

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

50

maka harus didukung dengan Surat Kuasa dari orang yang berhak
kepada yang dikuasakan di atas kertas bermaterai Rp.6.000,c.

Tanda tangan lunas oleh

penyimpan uang/kasir dan tanda tangan

setuju dibayar oleh Pemegang Kas.


d.

Uraian

pembayaran

memuat

uraian

mengenai

obyek

kegiatan/

pekerjaan yang dilaksanakan.


e.

Jumlah yang dibayarkan harus sama antara yang tertulis dengan angka
dan huruf.

f.

Tahun anggaran dan pasal/mata anggaran keluaran yang tertulis dalam


kuitansi adalah tahun anggaran berjalan dan pasal/mata anggaran
sesuai dengan pembebanan anggaran.

g.

Bea materai tempel

Rp.6.000,-untuk SPK/Kontrak. Untuk kuitansi

dengan nilai Rp.250.000,- s/d Rp.1.000.000 dikenakan Rp.3.000,- Bila


bernilai nominal di atas Rp.1.000.000,-dikenakan Rp.6.000.000
h.

NPWP pihak rekanan harus dicantumkan dalam kuitansi pembayaran

i.

Dalam

redaksi penulisan pada kuitansi tidak dibenarkan adanya

coretan/ hapusan/tindisan khususnya penulisan jumlah uang dengan


angka dan jumlah uang dengan huruf.
2.

Surat Perintah Kerja (SPK)


Surat Perintah Kerja(SPK) digunakan untuk pengadaan barang dan jasa
dengan nilai kontrak diatas lima juta rupiah sampai dengan lima puluh juta
rupiah. SPK sekurang-kurangnya harus memuat ketentuan:
a. Pejabat yang memerintahkan mempunyai kewenangan.
b. SPK ditandatangani oleh yang memberi perintah dan pihak yang
menerima perintah.
c. Pokok/bidang, ruang lingkup dan spesifikasi teknis pekerjaan yang
disepakati oleh kedua belah pihak.
d. Harga yang pasti serta syarat pembayaran.
e. Jangka waktu penyelesaian pekerjaan
f.

Sanksi

dalam

hal

yang

menerima

perintah

tidak

memenuhi

kewajibannya
g. Diberi materai tempel Rp.6.000.3.

Surat perjanjian/Kontrak

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

51

Surat Perjanjian/Kontrak digunakan untuk pengadaan barang dan jasa


dengan nilai diatas limapuluh juta rupiah. SUrat Perjanjian/Kontrak sekurangkurangnya mememuat ketentuan seperti pada SPK ditambah dengan:
a. Jaminan teknis hasil pekerjaan yang diserahkan.
b. Penyelesaian perselisihan
c. Hak dan kewajiban para pihak

yang terikat dalam perjanjian yang

bersangkutan
d. Penggunaan barang dan jasa produksi dalam negeri secara tegas dan
terinci dalam lampiran kontrak.
e. Rumusan mengenai penyesuaian harga kontrak (price adjusment).
f.
4.

Ketentuan mengenai pemberian uang muka.

Berita Acara Penyerahan Barang/Pekerjaan.


Berita Acara Penyerahan Barang/Pekerjaan sekurang-kurangnya memuat
hal-hal sebagai berikut :
a. Nama, jabatan dan alamat kedua belah pihak.
b. Prestasi fisik pekerjaan yang akan diserahkan.
c. Hari dan tanggal pembuatan berita acara.
d. Dasar pembuatan berita acara penyerahan pekerjaan.
e. Pernyataan besarnya pembayaran yang berhak diterima oleh rekanan.
f.

5.

Nama dan tanda tangan kedua belah pihak.

Berita Acara Pembayaran.


Berita Acara Pembayaran, sekurang-kurangnya memuat :
a. Nama, jabatan dan alamat kedua belah pihak.
b. Hari dan tanggal pembuatan berita acara.
c. Dasar pembuatan berita acara penyerahan pekerjaan.
d. Harga kontrak.
e. Perhitungan pembayaran meliputi:
1) Jumlah yang telah dibayarkan sampai dengan angsuran yang lalu
2) Jumlah angsuran dalam berita acara
3) Perhitungan Uang muka dan potongan lainnya
4) Jumlah yang berhak diterima dengan berita acara pembayaran ini.

6.

Surat Jaminan Pelaksanaan


Surat Jaminan Pelaksanaan sekurang-kurangnya memuat :
a. nama dan alamat pengguna barang/jasa,

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

52

b. penyedia barang/jasa, dan pihak penjamin,


c. nama paket kontrak,
d. nilai jaminan pelaksanaan dalam angka dan huruf,
e. kewajiban pihak penjamin untuk mencairkan surat jaminan pelaksanaan
dengan segera kepada pengguna barang/jasa sesuai dengan ketentuan
dalam jaminan pelaksanaan,
f.

masa berlaku surat jaminan pelaksanaan, mengacu kepada Kitab


Undang-undang Hukum Perdata khususnya Pasal 1831 dan 1832, dan

g. tanda tangan penjamin;


7.

Surat Jaminan uang muka


Surat Jaminan uang muka memuat hal-hal sebagai berikut :
a. nama dan alamat pengguna barang/jasa,
b. penyedia barang/jasa yang ditunjuk, dan hak penjamin,
c. nama paket kontrak,
d. nilai jaminan uang muka dalam angka dan huruf,
e. kewajiban pihak-pihak penjamin untuk mencairkan surat jaminan uang
muka dengan segera kepada pengguna barang/jasa sesuai dengan
ketentuan dalam jaminan uang muka,
f.

masa berlaku jaminan uang muka, mengacu kepada Kitab Undangundang Hukum Perdata Pasal 1831 dan 1832, dan

g. tanda tangan penjamin.


8.

Surat Jaminan Pemeliharaan.


Surat Jaminan Pemeliharaan yang memuat :
a. nama dan alamat pengguna barang/jasa,
b. penyedia barang/jasa, dan pihak penjamin,
c. nama paket kontrak,
d. nilai jaminan pelaksanaan dalam angka dan huruf,
e. kewajiban pihak penjamin untuk mencairkan surat jaminan pemeliharaan
dengan segera kepada pengguna barang/jasa sesuai dengan ketentuan
dalam jaminan pemeliharaan,
f.

masa berlaku surat jaminan pemeliharaan, mengacu kepada Kitab


Undang-undang Hukum Perdata khususnya Pasal 1831 dan 1832, dan

g. tanda tangan penjamin;

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

53

5.b. Latihan
1. Dalam pengajuan pembayaran, salah satu syarat adalah kuitansi, sebutkan
syarat sah kuitansi !
2. Jelaskan perbedaan antara SPK dan Surat Perjanjian/Kontrak!
3. Jelaskan perbedaan antara surat jaminan pelaksanaan dan surat jaminan
pemeliharaan!
4. Jelaskan syarat minimal data yang harus dimuat dalam Berita Acara
Pembayaran!
5. Jelaskan syarat minimal data yang harus dimuat dalam Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan!

5.c. Rangkuman
1. Kuitansi digunakan sebagai lampiran untuk semua jenis pembayaran.
Kuitansi dianggap sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan
jasa sampai dengan lima juta rupiah.
2. Surat Perintah Kerja(SPK) digunakan untuk pengadaan barang dan jasa
dengan nilai kontrak diatas lima juta rupiah sampai dengan lima puluh juta
rupiah.
3. Surat Perjanjian/Kontrak digunakan untuk pengadaan barang dan jasa
dengan nilai diatas limapuluh juta rupiah.
4. Dokumen yang menjadi lampiran dalam pembayaran antara lain berita acara
penyelesaian

pekerjaan,

Berita

Acara

Pembayaran,

Surat

Jaminan

Pelaksanaan, Surat Jaminan uang muka, Surat Jaminan Pemeliharaan,

5.d. Tes Formatif


1. KPA memerintahkan untuk mengadakan barang dengan nilai sebesar
Rp.8.000.000,00 maka dokumen yang perlu disiapkan untuk menjadi dasar
pembayaran adalah adalah
a. Hanya kuitansi
b. Surat perintah kerja
c. Kontrak
d. MOU
2. KPA memerintahkan untuk mengadakan barang dengan nilai sebesar
Rp.4.000.000,00 maka dokumen yang perlu disiapkan untuk menjadi dasar
pembayaran adalah adalah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

54

a. Hanya kuitansi
b. Surat perintah kerja
c. Kontrak
d. MOU
3. Pernyataan yang paling benar terkait dengan dokumen yang menjadi dasar
pembayaran adalah
a. Kuitansi dianggap sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan
jasa sampai dengan sepuluh juta rupiah
b. Kuitansi dapat dijadikan dasar untuk pengadaan barang dan jasa sampai
dengan sepuluh juta rupiah
c. Kuitansi dianggap sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan
jasa sampai dengan lima juta rupiah
d. Kuitansi dianggap sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan
jasa sampai dengan sepuluh juta rupiah
4. Pernyataan yang paling benar terkait dengan syarat-syarat kuitansi adalah
a. Nama yang berhak menerima yang tertulis dalam kuitansi adalah nama
orang yang menerima pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan
kegiatan/pekerjaan dan ditandatangani oleh yang bersangkutan.
b. Tanda tangan lunas oleh Pemegang Kas.
c. Uraian pembayaran memuat uraian mengenai obyek kegiatan/ pekerjaan
yang dilaksanakan.
d. NPWP

pihak

rekanan

tidak

harus

dicantumkan

dalam

kuitansi

pembayaran
5. Surat Perintah Kerja(SPK) digunakan untuk pengadaan barang dan jasa
dengan nilai pekerjaan
a. Sampai dengan limah puluh juta
b. diatas sepuluh juta rupiah sampai dengan lima puluh juta rupiah
c. diatas lima puluh juta rupiah.
d. diatas lima juta rupiah sampai dengan lima puluh juta rupiah
6. Pernyataan yang paling benar terkait dengan syarat-syarat minimal dalam
SPK adalah
a. SPK ditandatangani oleh yang memberi perintah
b. Pokok/bidang, ruang lingkup dan spesifikasi teknis pekerjaan yang
disepakati oleh kedua belah pihak.
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

55

c. Harga yang pasti tanpa mencantumkan syarat pembayaran.


d. Sanksi tidak perlu dicantumkan karena hanya SPK
7. Surat Perintah/Kontrak digunakan untuk pengadaan barang dan jasa dengan
nilai pekerjaan
a. Sampai dengan limah puluh juta
b. diatas sepuluh juta rupiah sampai dengan lima puluh juta rupiah
c. diatas lima puluh juta rupiah.
d. diatas lima juta rupiah sampai dengan lima puluh juta rupiah
8. Pernyataan yang paling benar terkait dengan syarat-syarat minimal dalam
Surat Perjanjian/Kontrak kecuali
a. Surat Perjanjian sama dengan SPK
b. Jaminan teknis hasil pekerjaan yang diserahkan.
c. Hak dan kewajiban para pihak

yang terikat dalam perjanjian yang

bersangkutan
d. Penggunaan barang dan jasa produksi dalam negeri secara tegas dan
terinci dalam lampiran kontrak.
9. Pernyataan yang tepat tentang Berita Acara Penyerahan Barang/Pekerjaan
sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut kecuali
a. Prestasi fisik pekerjaan yang akan diserahkan.
b. Hari dan tanggal pembuatan berita acara.
c. Dasar pembuatan berita acara pemeliharaan
d. Pernyataan besarnya pembayaran yang berhak diterima oleh rekanan.
10. Pernyataan yang tepat tentang Berita Acara Pembayaran sekurangkurangnya memuat hal-hal sebagai berikut kecuali
a. Hari dan tanggal pembuatan berita acara.
b. Dasar pembuatan berita acara pelaksanaan pekerjaan.
c. Harga kontrak.
d. Perhitungan pembayaran

5.e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Apabila Anda telah menyelesaikan latihan dan tes formatif tersebut diatas,
silahkan mencocokkan hasilnya dengan kunci jawaban yang terdapat pada akhir
modul ini. Untuk mengukur tingkat penguasaan materi modul ini, hitunglah hasil
penilaian dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

56

Rumus penilaian:
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%
Jumlah soal
Kriteria tingkat penguasaan materi:
90%

100% = baik sekali

80%

89% = baik

70%

79% = sedang

69% = kurang

Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% keatas, berarti
Anda telah menguasai materi dengan baik. Akan tetapi, apabila hasilnya masih
dibawah 80%, Anda diminta untuk mempelajari kembali materi pelajaran ini.

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

57

KEGIATAN BELAJAR 6:
ASPEK PERPAJAKAN PADA
BELANJA DAERAH
Indikator
1. Menjelaskan peran bendahara sebagai wajib pungut dan wajib potong
2. Menerangkan objek dan tarif PPh pasal 21
3. Menerangkan objek dan tarif PPh pasal 22
4. Menerangkan objek dan tarif PPh pasal 4(2) dan PPh pasal 23
5. Menerangkan objek dan tarif PPN

6.a. Uraian dan Contoh


6. a.1. Bendaharawan Sebagai Wajib Potong dan Wajib Pungut
Dalam pelaksanaan belanja daerah, setiap transaksi yang dilakukan dibebani
kewajiban perpajakan. Pelaksanaan kewajiban perpajakan pada transaksi
tersebut dilaksanakan oleh Bendahara Pengeluaran. Bendaharawan Pemerintah,
yaitu Bendaharawan dan Pejabat yang melakukan pembayaran yang dananya
berasal dari APBN/APBD.
Bendaharawan Pemerintah dalam rangka tugas untuk mengelola dana yang
bersumber dari APBN/APBD harus mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak pada
Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi domisili instansi tempat
Bendaharawan tersebut berada.
Persyaratan untuk mendaftarkan diri sebagai WP adalah:
1. Mengisi dan menandatangani formulir pendaftaran
2. Fotocopy kartu identitas (KTP, SIM, Paspor )
3. Fotocopy SK Penunjukan sebagai Bendahara

Dalam hal terjadi mutasi pegawai yang mengakibatkan bendahara yang


bersangkutan diganti oleh pegawai lain, tidak perlu mendaftarkan NPWP baru,
tetapi memberitahukan kepada KPP dengan melampirkan:
1. Fotocopy kartu identitas (KTP, SIM, Paspor) Bendahara baru
2. Fotocopy SK Penunjukan sebagai Bendahara yang baru

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

58

Apabila

institusi

pemerintah

karena

sebab

tertentu

dibubarkan

maka

Bendaharawan yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak diharuskan meminta


penghapusan NPWP dengan mengajukan permohonan yang dilampiri dokumendokumen pendukungnya.
Kewajiban Bendahara pemerintah dibidang perpajakan adalah :
1. memotong PPh Pasal 21 atas pembayaran gaji/honor
2. memotong PPh Pasal 22 atas pengadaan barang
3. memotong PPh Pasal 23 atas pengadaan jasa
4. memotong PPh Pasal 26 atas imbalan jasa, pekerjaan, dan kegiatan yang
diterima Wajib Pajak luar negeri
5. Memungut PPN dan PPnBM Atas pengadaan Barang Kena Pajak dan Jasa
Kena Pajak.
6.a.2. PPh pasal 21
Bendaharawan wajib memotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas
pembayaran penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang
pembayarannya bersumber dari APBN/APBD.
Jenis-jenis penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 21 adalah penghasilan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam
bentuk apapun yang meliputi :
1. Penghasilan pegawai atau penerima pensiun secara teratur
2. Penghasilan pegawai, penerima pensiun atau mantan pegawai secara tidak
teratur
3. Upah harian, mingguan, satuan, borongan
4. Uang tebusan pensiun, Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, uang
pesangon
5. Honorarium, uang saku, hadiah, komisi, bea siswa dan imbalan lain
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang terdiri dari tenaga
ahli, pemusik, penyanyi, olahragawan, pengajar, penceramah, penyuluh,
peserta sidang dsb.
6. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji dan
honorarium atau imbalan lain.
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

59

Dalam menghitung PPh Pasal 21, bagi pegawai tetap dan pegawai tidak tetap
kecuali pembayaran yang tidak dihitung atas dasar banyaknya hari dan
pembayaran kepada tenaga ahli, diberikan pengurangan berupa Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP). Besarnya PTKP untuk pegawai tetap mulai tahun
pajak 2009 adalah sebagai berikut:
1. Rp.15.840.000 untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi
2. Rp. 1.320.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin
3. Rp.15.840.000 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung
dengan penghasilan suami
4. Rp. 1.320.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang
menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap
keluarga
Terhadap pegawai tidak tetap kecuali yang tidak dihitung atas dasar banyaknya
hari dan tenaga ahli, diberikan pengurangan sebesar Rp.150.000 sehari tetapi
tidak lebih dari Rp. 1.320.000 sebulan. Sedangkan terhadap penghasilan yang
tidak dihitung atas dasar banyaknya hari dan penghasilan tenaga ahli tidak
diberikan pengurangan PTKP.
Pembayaran Honorarium yang dibayarkan tidak dihitung berdasarkan banyaknya
hari menggunakan tarif sebagaimana dalam Undang-undang PPh pasal 17
dihitung berdasarkan jumlah bruto.
6.a.3. PPN dan PPnBM
Bendaharawan wajib memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) atas pengadaan Barang Kena Pajak
(BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) sebagaimana diatur dalam Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.03/2003 tentang Penunjukan Bendaharawan
Pemerintah dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Untuk Memungut,
Menyetor, Dan Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah Beserta Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, Dan Pelaporannya.
Pemungutan PPnBM dilakukan terhadap pengadaan BKP yang tergolong mewah
di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan
BKP tersebut (rekanan yang merupakan pabrikan BKP) sehingga pada umumnya
bendaharawan jarang melakukan pemungutan PPnBM.
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

60

Pada dasarnya PPN adalah pajak yang dikenakan atas semua barang dan jasa
di dalam daerah pabean, kecuali yang dikecualikan menurut ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Kelompok barang yang dikecualikan /tidak
dikenakan PPN adalah:
1. Barang hasil pertambangan/pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya
2. Barang kebutuhan pokok berupa beras/gabah, jagung, sagu, kedelai, dan
garam.
3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,
warung dan sejenisnya
4. Uang, emas batangan, dan surat berharga.
Kelompok Jasa yang dikecualikan /tidak dikenakan PPN diatur dalam Pasal 4A
UU PPN. Bendahara Tidak melakukan PPN dan PPnBM atas transaksi sebagai
berikut :
1. Pembayaran yang tidak melebihi Rp. 1.000.000,- termasuk PPN dan PPnBM
2. Untuk Pembebasan Tanah
3. Pembayaran atas BKP/JKP yang menurut ketentuan perundang-undangan
mendapat fasilitas PPN Tidak Dipungut atau Dibebaskan
4. BBM dan Non-BBM oleh PERTAMINA
5. Rekening Telepon
6. Jasa Angkutan Udara yang diserahkan perusahaan penerbangan
7. Untuk penyerahan BKP/JKP yang menurut ketentuan perundang-undangan
tidak dikenakan PPN.
6.a.4. PPh Pasal 22
Berdasarkan UU PPh pasal 22 Menteri Keuangan dapat menetapkan:
1. bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan
pembayaran atas penyerahan barang;
2. badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang
melakukan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain; dan
3. Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas
penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

61

Terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi
100% (seratus persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang
dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Besarnya tarif PPh Pasal 22 atas pengadaan barang yang dananya berasal dari
APBN/D adalah 1,5% dari harga/nilai pembelian tidak termasuk PPN.
6.a.5. PPh pasal 4(2) dan PPh pasal 23
Bendahara wajib memotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 (2) atas
pembayaran penghasilan berupa persewaan tanah dan atau bangunan dengan
syarat tertentu. Disamping itu bendahara wajib memotong PPh Pasal 23 atas
pembayaran penghasilan berupa antara lain sewa, hadiah, jasa teknik, jasa
manajeman, jasa profesi, dan jasa-jasa lainnya yang dibayarkan kepada WP
dalam negeri atau bentuk usaha tetap.
Jenis-jenis penghasilan dan tarif pemotongan yang dikenakan PPh Pasal 4 (2)
diantaranya adalah:
1. Persewaan tanah dan atau bangunan besarnya tariff 10% dari nilai bruto
2. Tarif Pajak Penghasilan untuk usaha Jasa Konstruksi adalah sebagai berikut:
a. 2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil;
b. 4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha;
c. 3% (tiga persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa selain Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan huruf b;
d. 4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan
Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi
usaha; dan
e. 6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan
Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki
kualifikasi usaha.
Sedangkan Jenis-jenis penghasilan dan tarif pemotongan yang dikenakan PPh
Pasal 23 dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008 adalah
Imbalan sehubungan dengan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, sebagaimana dimaksud
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

62

dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 Undang-Undang PPh. Tarif PPh pasal
23 sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto tidak termasuk PPN untuk Jenis
jasa lain yang terdiri dari:
1. Jasa penilai (appraisal);
2. Jasa aktuaris;
3. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
4. Jasa perancang (design);
5. Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan mimyak dan gas bunii
(migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap (BUT);
6. Jasa penunjang di bidang penambangan migas;
7. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain
migas;
8. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
9. Jasa penebangan hutan;
10. Jasa pcngolahan limbah:
11. Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services)
12. Jasa perantara dan/atau keagenan;
13. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan
oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI;
14. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan kecuali yang dilakukan oleh KSEI;
15. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
16. Jasa mixing film;
17. Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan,
pemeliharaan dan perbaikan;
18. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC,
dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang
lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi
sebagai pengusaha konstruksi;
19. Jasa perawatm/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air,
gas, AC, TV tabel, alat transportasi/kendaraandan/atau bangunan, selain
yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi
dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
20. Jasa maklon;
21. jasa penyelidikan dan Keamanan;
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

63

22. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;


23. Jasa pengepakan;
24. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media luar
ruang atau media lain untuk penyampaian informasi;
25. Jasa pembasmian hama;
26. Jasa kebersihan atau cleaning semice;
27. Jasa katering atau tata boga
Dalam hal penerima imbalan tidak menliliki NPWP, besarnya tarif pemotongan
adalah lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif normal.

6.b. Latihan
1. Jelaskan tugas Bendahara Pengeluaran dibidang perpajakan terkait dengan
transaksi yang dilakukan di SKPD!
2. Jelaskan kewajiban bendahara pengeluaran dibidang perpajakan terhadap
pembayaran belanja pegawai!
3. Jelaskan kewajiban bendahara pengeluaran dibidang perpajakan terhadap
belanja barang!
4. Jelaskan kewajiban bendahara pengeluaran dibidang perpajakan terhadap
belanja jasa!

6.c. Rangkuman
1.

Setiap

transaksi

yang

dilakukan

dibebani

kewajiban

perpajakan.

Pelaksanaan kewajiban perpajakan pada transaksi tersebut dilaksanakan


oleh

Bendahara

Pengeluaran.

Bendaharawan

Pemerintah,

yaitu

Bendaharawan dan Pejabat yang melakukan pembayaran yang dananya


berasal dari APBN/APBD.
2.

Bendaharawan wajib memotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas


pembayaran penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi
dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan
kegiatan yang pembayarannya bersumber dari APBN/APBD.

3.

Bendaharawan wajib memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak


Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) atas pengadaan Barang Kena
Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) sebagaimana diatur dalam
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.03/2003 tentang Penunjukan

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

64

Bendaharawan Pemerintah dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara


Untuk Memungut, Menyetor, Dan Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai Dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Beserta Tata Cara Pemungutan,
Penyetoran, Dan Pelaporannya.
4.

Bendahara wajib memotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 (2) atas


pembayaran penghasilan berupa persewaan tanah dan atau bangunan
dengan syarat tertentu. Disamping itu bendahara wajib memotong PPh
Pasal 23 atas pembayaran penghasilan berupa antara lain sewa, hadiah,
jasa teknik, jasa manajeman, jasa profesi, dan jasa-jasa lainnya yang
dibayarkan kepada WP dalam negeri atau bentuk usaha tetap.

6.d Tes Formatif


1. Dalam pelaksanaan belanja daerah, setiap transaksi dibebani kewajiban
perpajakan yang harus dilaksanakan bendahara pengeluaran. Terkait dengan
hal ini kedudukan bendahara pengeluaran adalah
a. Wajib potong
b. Wajib pungut
c. Wajib potong dan wajib pungut
d. Semua jawaban salah
2. Dalam pembayaran honorarium atas pelaksanaan kegiatan pada SKPD,
bendahara pengeluaran wajib memotong pajak
a. PPh pasal 21
b. PPh pasal 22
c. PPh pasal 23
d. PPh pasal 4(2)
3. Pembelian barang pada SKPD, bendahara pengeluaran wajib memotong
pajak
a. PPh pasal 21
b. PPh pasal 22
c. PPh pasal 23
d. PPN
4. Pembelian barang pada SKPD, bendahara pengeluaran wajib memungut
pajak
a. PPh pasal 21
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

65

b. PPh pasal 22
c. PPh pasal 23
d. PPN
5. Pengadaan jasa konsultansi barang pada SKPD, bendahara pengeluaran
wajib memotong pajak
a. PPh pasal 21
b. PPh pasal 22
c. PPh pasal 23
d. PPN
6. Kelompok Jasa yang dikecualikan/tidak dikenakan PPN adalah sebagai
berikut :
a. Pembayaran yang diatas Rp. 1.000.000,- termasuk PPN dan PPnBM
b. Untuk Pembebasan Tanah
c. Pengadaan barang diatas Rp.10.000.000,d. Pengadaan jasa
7. Tarif pajak untuk pengadaan barang pada SKPD adalah :
a. 10%
b. 15%
c. 1,5%
d. 3%
8.

Dalam hal penerima imbalan tidak menliliki NPWP untuk PPh pasal 22,
besarnya tarif pemotongan adalah
a. lebih tinggi 100%
b. tarif normal 100%
c. lebih tinggi 200%
d. lebih tinggi 110%

9. Pembayaran penghasilan berupa persewaan tanah dan atau bangunan


dengan syarat tertentu merupakan objek pajak
a. PPh pasal 21
b. PPh pasal 22
c. PPh pasal 23
d. PPh pasal 4(2)
10. Pernyataan yang paling benar tentang pajak pasal 22 adalah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

66

a. Besarnya tarif PPh Pasal 22 atas pengadaan barang yang dananya


berasal dari APBN/D adalah 1,5% dari harga/nilai pembelian termasuk
PPN
b. Besarnya tarif PPh Pasal 22 atas pengadaan barang yang dananya
berasal dari APBN/D adalah 1,5% dari harga/nilai pembelian tidak
termasuk PPN.
c. Besarnya tarif PPh Pasal 22 atas pengadaan barang yang dananya
berasal dari APBN/D adalah 2% dari harga/nilai pembelian termasuk PPN
d. Besarnya tarif PPh Pasal 22 atas pengadaan barang yang dananya
berasal dari APBN/D adalah 2% dari harga/nilai pembelian tidak termasuk
PPN.

6.e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Apabila Anda telah menyelesaikan latihan dan tes formatif tersebut diatas,
silahkan mencocokkan hasilnya dengan kunci jawaban yang terdapat pada akhir
modul ini. Untuk mengukur tingkat penguasaan materi modul ini, hitunglah hasil
penilaian dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus penilaian:
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%
Jumlah soal
Kriteria tingkat penguasaan materi:
90%

100% = baik sekali

80%

89% = baik

70%

79% = sedang

69% = kurang

Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% keatas, berarti
Anda telah menguasai materi dengan baik. Akan tetapi, apabila hasilnya masih
dibawah 80%, Anda diminta untuk mempelajari kembali materi pelajaran ini.

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

67

KEGIATAN BELAJAR 7:

PROSEDUR PENERBITAN
SP2D
Indikator
1. Menjelaskan mekanisme penerbitan SP2D
2. Menjelaskan syarat-syarat dokumen kelengkapan dalam penerbitan
SP2D

7.a. Uraian dan Contoh


7.a.1. Mekanisme Penerbitan SP2D
Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) adalah dokumen yang diterbitkan oleh
Kuasa BUD berdasaran perintah pembayaran yang diterbitkan oleh pengguna
anggaran dengan terlebih dahulu dilakukan penelitian terhadap kelengkapan dan
kebenaran lampiran SPM.
Penerbitan SP2D oleh Kuasa BUD dilakukan untuk membayar belanja yang
menjadi beban APBD melalui mekanisme giralisasi. Mekanisme giralisasi adalah
mekanisme pembayaran non tunai melalui perbankan dengan cara melakukan
pembayaran kepada pihak yang berhak menerima melalui transfer rekening dari
kas daerah kepada rekening yang berhak menerima.
Kuasa BUD menerbitkan SP2D sesuai dengan SPM yang diajukan oleh
Pengguna Anggaran yaitu SP2D untuk mekanisme Uang Persediaan dan SP2D
untuk mekanisme pembayaran langsung. SP2D untuk mekanisme uang
persediaan, SP2D diterbitkan kepada rekening bendahara pengeluaran.
Sedangkan SP2D LS diterbitkan kepada rekening pihak ketiga.
Dalam proses penerbitan SP2D Kuasa BUD mengesahkan dokumen SP2D
dengan membubuhkan tanda tangan pada SP2D. Dalam hal kuasa BUD
berhalangan, yang bersangkutan dapat menunjuk pejabat yang diberi wewenang
untuk menandatangani SP2D.
Alur proses Mekanisme penerbitan SP2D sebagaimana pada gambar dibawah.

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

68

Gambar 3
Alur Proses Penerbitan SP2D

Pengguna Anggaran mengajukan dokumen SPM beserta kelengkapannya


kepada Kuasa BUD. Selanjutnya Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen
SPM yang diajukan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran agar
pengeluaran yang diajukan tidak melampaui pagu dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan.
Persyaratan dokumen yang diperlukan sebagai lampiran SPM adalah sebagai
berikut :
1.

Kelengkapan dokumen SPM-UP untuk penerbitan SP2D adalah surat


pernyataan

tanggung

jawab

pengguna

anggaran/kuasa

pengguna

anggaran.
2.

Kelengkapan dokumen SPM-GU untuk penerbitan SP2D mencakup:


a. surat pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran;

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

69

b. surat pengesahan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran periode


sebelumnya;
c. ringkasan pengeluaran per rincian objek yang disertai dengan bukti-bukti
pengeluaran yang sah dan lengkap; dan
d. bukti atas penyetoran PPN/PPh.
3.

Kelengkapan dokumen SPM-TU untuk penerbitan SP2D adalah surat


pernyataan

tanggung

jawab

pengguna

anggaran/kuasa

pengguna

anggaran.
4.

Kelengkapan dokumen SPM-LS untuk penerbitan SP2D mencakup:


a. surat pernyataan tanggungjawab pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran; dan
b. bukti-bukti

pengeluaran

yang

sah

dan

lengkap

sesuai

dengan

kelengkapan persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundangundangan.


Setelah dilakukan pengujian atas kelengkapan dokumen, Kuasa BUD menguji
kesesuaian pengajuan SPM dengan DPA-SKPD yang terkait dengan alokasi
dana untuk jenis-jenis pengeluaran. Disamping itu Kuasa BUD juga menguji
batasan jumlah dana yang tertuang dalam SPD agar tidak terjadi kelebihan
dalam pembayaran.
Setelah dilakukan verifikasi/pengujian, apabila dokumen SPM dinyatakan
lengkap, kuasa BUD menerbitkan SP2D. Sedangkan jika dokumen SPM
dinyatakan tidak lengkap dan/atau tidak sah dan/atau pengeluaran tersebut
melampaui pagu anggaran, kuasa BUD menolak menerbitkan SP2D.
Proses Penerbitan SP2D paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung sejak
diterimanya pengajuan SPM oleh Kuasa BUD. Sedangkan penolakan penerbitan
SP2D paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan
SPM. Hal ini untuk memberi kepastian kepada SKPD terhadap proses
penyelesaian SP2D. Dan apabila dikembalikan segera dapat diajukan kembali
setelah dilakukan perbaikan dan dilengkapi kekurangan dokumennya.
Kuasa BUD menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk keperluan uang
persediaan/ganti uang persediaan/tambahan uang persediaan kepada pengguna
anggaran/kuasa penggguna anggaran. Sengankan untuk keperluan pembayaran
langsung, Kuasa BUD menyerahkan SP2D yang diterbitkan kepada pihak ketiga.

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

70

7.a.2. Dokumen SP2D dan Penolakan SP2D


Dokumen SP2D yang diterbitkan oleh Kuasa BUD terdiri dari empat rangka.
Distribusi dokumen SP2D adalah sebagai berikut :
1. Berkas pertama diberikan kepada bendahara pengeluaran SKPKD
2. Berkas kedua digunakan BUD untuk mencatat SP2D dan nota debet ke
dokumen penatausahaan.
3. Berkas ketiga diberikan kepada PPK-SKPD
4. Berkas keempat diberikan kepada pihak ketiga apabila SP2D yang
diterbitkan adalah SP2D LS.
Dokumen penolakan yang diterbitkan oleh Kuasa BUD berupa Surat Penolakan
Penerbitan SP2D. Surat Penolakan Penerbitan SP2D dibuat dalam dua rangkap
yang terdiri dari :
1. Lembar pertama diberikan kepada PPKD disertai dengan dokumen SPM
yang kemudian akan diberikan kepada Pengguna Anggaran untuk
disempurnakan SPM.
2. Lembar kedua diarsipkan dalam Register Surat Penolakan Penerbitan
SP2D.

7.b. Latihan
1. Jelaskan pengertian Surat Perintah Pencairan Dana!
2. Jelaskan maksud dari pembayaran secara giralisasi!
3. Dalam

pelaksanaan

pembayaran,

dibedakan

antara

SP2D

dengan

mekanisme UP dan SP2D mekanisme pembayaran langsung, jelaskan


perbedaannya!
4. Jelaskan distribusi lembaran SP2D

7.c. Rangkuman
1.

Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) adalah dokumen yang diterbitkan


oleh Kuasa BUD berdasaran perintah pembayaran yang diterbitkan oleh
pengguna anggaran dengan terlebih dahulu dilakukan penelitian terhadap
kelengkapan dan kebenaran lampiran SPM. Penerbitan SP2D oleh Kuasa
BUD dilakukan untuk membayar belanja yang menjadi beban APBD melalui
mekanisme giralisasi.

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

71

2.

Mekanisme giralisasi adalah mekanisme pembayaran non tunai melalui


perbankan dengan cara melakukan pembayaran kepada pihak yang berhak
menerima melalui transfer rekening dari kas daerah kepada rekening yang
berhak menerima.

3.

Kuasa BUD menerbitkan SP2D sesuai dengan SPM yang diajukan oleh
Pengguna Anggaran yaitu SP2D untuk mekanisme Uang Persediaan dan
SP2D untuk mekanisme pembayaran langsung.

4.

SP2D untuk mekanisme uang persediaan, SP2D diterbitkan kepada


rekening bendahara pengeluaran. Sedangkan SP2D LS diterbitkan kepada
rekening pihak ketiga.

5.

Dokumen SP2D yang diterbitkan oleh Kuasa BUD didistribusikan kepada


bendahara pengeluaran SKPKD, BUD untuk mencatat SP2D dan nota debet
ke dokumen penatausahaan, PPK-SKPD dan pihak ketiga apabila SP2D
yang diterbitkan adalah SP2D LS.

7.d. Tes Formatif


1. Dokumen yang diterbitkan oleh Kuasa BUD berdasaran perintah pembayaran
yang diterbitkan oleh pengguna anggaran adalah
a. SPM
b. SP2D
c. SPP
d. SPK
2. Mekanisme pembayaran belanja daerah dari rekening BUD adalah
a. Langsung
b. TU
c. Tunai
d. Giralisasi
3. Mekanisme pembayaran non tunai melalui perbankan dengan cara melakukan
pembayaran kepada pihak yang berhak menerima melalui transfer rekening
dari kas daerah kepada rekening yang berhak menerima adalah pengertian
dari mekanisme
a. Langsung
b. TU
c. Tunai
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

72

d. Giralisasi
4. BUD

menerbitkan

perintah

pencairan

dana

untuk

mekanisme

uang

persediaan kepada rekening


a. Bendahara Pengeluaran
b. KPA
c. Pihak ketiga
d. PPTK
5. BUD menerbitkan perintah pencairan dana untuk mekanisme langsung
pengadaan barang kepada rekening
a. Bendahara Pengeluaran
b. KPA
c. Pihak ketiga
d. PPTK
6. Lampiran SPM Ganti Uang Persediaan adalah
a. surat pengesahan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran periode
sebelumnya;
b. ringkasan pengeluaran per rincian objek yang disertai dengan bukti-bukti
pengeluaran yang sah dan lengkap; dan
c. surat pernyataan penggunaan dana untuk waktu satu bulan
d. surat pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran;
7. Kuasa BUD melakukan verifikasi atas SPM yang digunakan oleh KPA,
verifikasi dilakukan terhadap
a. kesesuaian pengajuan SPM dengan DPA-SKPD terkait dengan alokasi
anggaran
b. kesesuaian pengajuan SPM dengan SPD terkait dengan alokasi
anggaran
c. kesesuaian pengajuan SPM dengan DPA-SKPD terkait besarnya jumlah
dana yang tersedia untuk satu periode tertentu
d. semua jawaban salah
8. Proses penerbitan SP2D oleh BUD selama
a. paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan
SPM oleh Kuasa BUD
b. paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

73

oleh Kuasa BUD


c. paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM
oleh Kuasa BUD
d. paling lama 4 (empat) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan
SPM oleh Kuasa BUD
9. Proses penolakan SP2D oleh BUD selama
a. paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan
SPM oleh Kuasa BUD
b. paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM
oleh Kuasa BUD
c. paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM
oleh Kuasa BUD
d. paling lama 4 (empat) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan
SPM oleh Kuasa BUD
10. Pernyataan yang paling tepat terkait dengan distribusi dokumen SP2D
adalah
a. Berkas pertama diberikan kepada bendahara pengeluaran Bendahara
Pengeluaran
b. Berkas kedua digunakan BUD untuk mencatat SP2D dan nota debet ke
dokumen penatausahaan.
c. Berkas ketiga diberikan kepada PPTK
d. Berkas keempat diberikan kepada KPA

7.e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Apabila Anda telah menyelesaikan latihan dan tes formatif tersebut diatas,
silahkan mencocokkan hasilnya dengan kunci jawaban yang terdapat pada akhir
modul ini. Untuk mengukur tingkat penguasaan materi modul ini, hitunglah hasil
penilaian dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus penilaian:
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%
Jumlah soal
Kriteria tingkat penguasaan materi:

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

74

90%

100% = baik sekali

80%

89% = baik

70%

79% = sedang

69% = kurang

Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% keatas, berarti
Anda telah menguasai materi dengan baik. Akan tetapi, apabila hasilnya masih
dibawah 80%, Anda diminta untuk mempelajari kembali materi pelajaran ini.

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

75

TES SUMATIF
1.

Dasar hukum reformasi pengelolaan keuangan negara dan daerah adalah


a. UU No. 17 tahun 2003
b. UU No. 32 tahun 2003
c. UU no. 17 tahun 2004
d. UU No. 33 tahun 2004

2. Pelimpahan sebagian atau seluruh kekuasaan tersebut didasarkan pada prinsip


pemisahan kewenangan antara lain
a. menguji, menandatangani SPM dan yang menerima/mengeluarkan uang.
b. memerintahkan, menandatangani SPM, dan yang menerima/mengeluarkan
uang.
c. memerintahkan, menguji, dan yang menerima/mengeluarkan uang.
d. memerintahkan, menguji, dan menandatangani SPM.
3. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah
a. pendapatan daerah, pengeluaran daerah dan pembiayaan daerah.
b. penerimaan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah.
c. pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah.
d. penerimaan daerah, pengeluaran daerah dan pembiayaan daerah.
4. Penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah
ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun
anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah merupakan
pengertian dari
a. pendapatan daerah,
b. penerimaan daerah,
c. piutang daerah
d. pembiayaan daerah..
5. Klasifikasi belanja berdasarkan urusan pemerintahan adalah
a. Klasifikasi organisasi
b. Klasifikasi fungsi
c. Klasifikasi jenis belanja
d. Klasifikasi program
6. Semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang
akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

76

maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya adalah pengertian dari :


a. Penerimaan pembiayaan;
b. Pengeluaran pembiayaan;
c. Pembiayaan daerah
d. Pinjaman Daerah
7. Uang persediaan diberikan kepada bendahara pengeluaran pada awal
periode pelaksanaan anggaran untuk digunakan membayar pengeluaran
yang akan dilaksanakan pada jangka waktu tertentu adalah karakteristik UP
dibawah ini :
a. Uang muka kerja;
b. revolving;
c. sudah membebani anggaran
d. berjumlah tertentu
8.

Dokumen permintaan pembayaran berupa SPP UP adalah perwujudan dari


karakteristik UP dibawah ini :
a. Uang muka kerja;
b. revolving;
c. sudah membebani anggaran
d. berjumlah tertentu

9. Dokumen permintaan pembayaran berupa SPP GUP adalah perwujudan dari


karakteristik UP dibawah ini :
a. Uang muka kerja;
b. revolving;
c. sudah membebani anggaran
d. berjumlah tertentu
10. Mekanisme pembayaran untuk keperluan belanja daerah melalui transfer dari
rekening kas daerah ke rekening pihak ketiga setelah memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan adalah mekanisme pembayaran dengan cara :
a. Uang Persediaan;
b. Penggantian Uang Persediaan;
c. Tambahan Uang Persediaan
d. Pembayaran Langsung
11. Dokumen yang menjadi dasar dalam pembayaran langsung diverifikasi
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

77

adalah :
a. Surat permintaan Pembayaran
b. Berita Acara Serah Terima barang
c. Surat Perintah Kerja
d. Semua Jawaban Salah
12. KPA memerintahkan untuk mengadakan barang dengan nilai sebesar
Rp.8.000.000,00 maka dokumen yang perlu disiapkan untuk menjadi dasar
pembayaran adalah adalah
a. Hanya kuitansi
b. Surat perintah kerja
c. Kontrak
d. MOU
13. Pernyataan yang paling benar terkait dengan dokumen yang menjadi dasar
pembayaran adalah
a. Kuitansi dianggap sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan
jasa sampai dengan sepuluh juta rupiah
b. Kuitansi dapat dijadikan dasar untuk pengadaan barang dan jasa sampai
dengan sepuluh juta rupiah
c. Kuitansi dianggap sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan
jasa sampai dengan lima juta rupiah
d. Kuitansi dianggap sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan
jasa sampai dengan sepuluh juta rupiah
14. Surat Perintah Kerja(SPK) digunakan untuk pengadaan barang dan jasa
dengan nilai pekerjaan
a. Sampai dengan limah puluh juta
b. diatas sepuluh juta rupiah sampai dengan lima puluh juta rupiah
c. diatas lima puluh juta rupiah.
d. diatas lima juta rupiah sampai dengan lima puluh juta rupiah
15. Surat Perintah/Kontrak digunakan untuk pengadaan barang dan jasa dengan
nilai pekerjaan
a. Sampai dengan limah puluh juta
b. diatas sepuluh juta rupiah sampai dengan lima puluh juta rupiah
c. diatas lima puluh juta rupiah.
d. diatas lima juta rupiah sampai dengan lima puluh juta rupiah
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

78

16. Pernyataan yang tepat tentang Berita Acara Pembayaran sekurangkurangnya memuat hal-hal sebagai berikut kecuali
a. Hari dan tanggal pembuatan berita acara.
b. Dasar pembuatan berita acara pelaksanaan pekerjaan.
c. Harga kontrak.
d. Perhitungan pembayaran
17. Dalam pelaksanaan belanja daerah, setiap transaksi dibebani kewajiban
perpajakan yang harus dilaksanakan bendahara pengeluaran. Terkait
dengan hal ini kedudukan bendahara pengeluaran adalah
a. Wajib potong
b. Wajib pungut
c. Wajib potong dan wajib pungut
d. Semua jawaban salah
18. Dalam pembayaran honorarium atas pelaksanaan kegiatan pada SKPD,
bendahara pengeluaran wajib memotong pajak
a. PPh pasal 21
b. PPh pasal 22
c. PPh pasal 23
d. PPh pasal 4(2)
19. Pembelian barang pada SKPD, bendahara pengeluaran wajib memotong
pajak
a. PPh pasal 21
b. PPh pasal 22
c. PPh pasal 23
d. PPN
20. Pembelian barang pada SKPD, bendahara pengeluaran wajib memungut
pajak
a. PPh pasal 21
b. PPh pasal 22
c. PPh pasal 23
d. PPN
21. Pengadaan jasa konsultansi barang pada SKPD, bendahara pengeluaran
wajib memotong pajak
a. PPh pasal 21
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

79

b. PPh pasal 22
c. PPh pasal 23
d. PPN
22. Dokumen

yang

diterbitkan

oleh

Kuasa

BUD

berdasaran

perintah

pembayaran yang diterbitkan oleh pengguna anggaran adalah


a. SPM
b. SP2D
c. SPP
d. SPK
23. Mekanisme pembayaran non tunai melalui perbankan dengan cara
melakukan pembayaran kepada pihak yang berhak menerima melalui
transfer rekening dari kas daerah kepada rekening yang berhak menerima
adalah pengertian dari mekanisme
a. Langsung
b. TU
c. Tunai
d. Giralisasi
24. BUD menerbitkan perintah pencairan dana untuk mekanisme uang
persediaan kepada rekening
a. Bendahara Pengeluaran
b. KPA
c. Pihak ketiga
d. PPTK
25. BUD menerbitkan perintah pencairan dana untuk mekanisme langsung
pengadaan barang kepada rekening
a. Bendahara Pengeluaran
b. KPA
c. Pihak ketiga
d. PPTK

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

80

KUNCI JAWABAN
TES FORMATIF
KB 1

KB 2

KB 3

KB 4

1. A

1.

1. C

1. c

2. B

2.

2. D

2. a

3. C

3.

3. B

3. b

4. D

4.

4. A

4. a

5. C

5.

5. D

5. b

6. A

6.

6. A

6. c

7. B

7.

7. B

7. d

8. B

8.

8. A

8. c

9. D

9.

9. C

9. d

10. C

10. D

10. D

10.c

KB 5

KB 6

1. B

1.

1.

2. A

2.

2.

3. C

3.

3.

4. C

4.

4.

5. D

5.

5.

6. B

6.

6.

7. C

7.

7.

8. A

8.

8.

9. C

9.

9.

10. B

10. A

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

KB 7

10. B

81

TES SUMATIF
1. A

14. D

2. C

15. C

3. C

16. B

4. A

17. C

5. B

18. A

6. C

19. B

7. A

20. D

8. A

21. C

9. B

22. B

10. D

23. D

11. C

24. A

12. B

25. C

13. C

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

82

DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang Dasar 1945 beserta Amandemennya.
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah
7. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
8. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler
dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD.
10. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Keputusan Presiden Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit organisasi dan
tugas eselon I Departemen Keuangan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2004.
11. Keputusan Presiden Nomor 37 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2001 tentang kedudukan, tugas,
fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja instansi vertikal di lingkungan
Departemen Keuangan.
12. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 302/KMK.01/2004 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Keuangan.
13. Keputusan Menteri Dalam Negeri RI No. 29 tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta
Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah
dan Penyusunan Perhitungan APBD.
14. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 903/3172/SJ Tanggal 10
Desember 2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan APBD Tahun
Anggaran 2005.

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

83

15. Laporan Pelaksanaan Tugas Koversi Perubahan Format Anggaran Belanja


Negara, Departemen Keuangan, Jakarta, 2002.
16. Draft

Publikasian

Standar

Akuntansi

Pemerintahan,

Komite

Standar

Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah, Jakarta, 2003.


17. Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,
LAN, Jakarta, 1999.
18. Beberapa Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran yang terkait.

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

84

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR KAPUSDIKLAT KNPK. ........................................................ i
KATA PENGANTAR PENULIS.............................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................... iii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL .............................................................. vi
PETA KONSEP ...................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................ix
PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
Kegiatan Belajar 1 : Pelaksanaan APBD ............................................................. 3
1.a. Uraian dan Contoh........................................................................................ 3
1.a.1. Gambaran Umum Pelaksanaan APBD................................................... 3
1.a.2. Pengertian APBD................................................................................... 4
1.a.3. Struktur APBD........................................................................................ 4
1.a.4. Landasan Hukum Pelaksanaan APBD ................................................... 6
1.b. Latihan.......................................................................................................... 7
1.c. Rangkuman .................................................................................................. 7
1.d. Tes Formatif.................................................................................................. 8
1.e Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................................. 10
Kegiatan Belajar 2 : Pejabat Pengelola Keuangan Daerah ................................ 12
1.a. Uraian dan Contoh .................................................................................... 12
1.a.1. Pejabat Pemegang Kekuasaan Keuangan Daerah .......................... 12
1.a.2. Sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah ...... 13
1.a.3. Kepala SKPKD selaku PPKD ............................................................... 13
1.a.4. Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang .. 15
1.a.5. Bendahara Pengeluaran ...................................................................... 17
2.b. Latihan........................................................................................................ 17
2.c. Rangkuman ................................................................................................ 18
2.d. Tes Formatif................................................................................................ 19
2.e Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................................. 21
Kegiatan Belajar 3 : Belanja Daerah .................................................................. 22
3.a. Uraian dan Contoh .................................................................................... 22
3.a.1. Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah ....................................... 22
3.a.2. Prinsip-prinsip Belanja Daerah............................................................. 23
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

iii

85

3.a.4. Larangan Pembebanan pada Belanja Daerah...................................... 25


3.a.5. Pengertian Daftar Pelaksanaan Anggaran SKPD................................. 25
3.a.6. Format DPA-SKPD .............................................................................. 25
3.a.6. Penyusunan DPA-SKPD ...................................................................... 26
3.a.7. Anggaran Kas ...................................................................................... 27
3.a.8. Surat Penyediaan Dana (SPD)............................................................. 28
3.b. Latihan........................................................................................................ 28
3.c. Rangkuman ................................................................................................ 28
3.d. Tes Formatif................................................................................................ 29
3.e Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................................. 31
Kegiatan Belajar 4: Prosedur Pembayaran Uang Persediaan........................... 33
4.a. Uraian dan Contoh...................................................................................... 33
4.a.1. Uang Persediaan ................................................................................. 33
4.a.2. Prosedur Pembayaran dengan mekanisme Uang Persediaan. ............ 36
4. a.3. Pembayaran Langsung ....................................................................... 40
4.a.4.Mekanisme Pembayaran Langsung ...................................................... 41
4.b. Latihan........................................................................................................ 45
4.c. Rangkuman ................................................................................................ 45
4.d. Tes Formatif................................................................................................ 46
4.e Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................................. 48
Kegiatan Belajar 5: Persyaratan Administratif Dokumen Belanja Daerah........... 50
5.a. Uraian dan Contoh..................................................................................... 50
5.b. Latihan....................................................................................................... 54
5.c. Rangkuman................................................................................................ 54
5.d. Tes Formatif............................................................................................... 54
5.e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................. 56
Kegiatan Belajar 6: Aspek Perpajakan pada Belanja Daerah............................. 58
6.a. Uraian dan Contoh...................................................................................... 58
6. a.1. Bendaharawan Sebagai Wajib Potong dan Wajib Pungut ................... 58
6.a.2. PPh pasal 21....................................................................................... 59
6.a.3. PPN dan PPnBM ................................................................................. 60
6.a.4. PPh Pasal 22 ....................................................................................... 61
6.a.5. PPh pasal 4(2) dan PPh pasal 23 ........................................................ 62
6.b. Latihan....................................................................................................... 64
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

iv

86

6.c. Rangkuman................................................................................................ 64
6.d Tes Formatif................................................................................................ 65
6.e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................. 67
Kegiatan Belajar 7: Prosedur Penerbitan SP2D................................................. 68
7.a. Uraian dan Contoh...................................................................................... 68
7.a.1. Mekanisme Penerbitan SP2D .............................................................. 68
7.a.2. Dokumen SP2D dan Penolakan SP2D................................................. 71
7.b. Latihan....................................................................................................... 71
7.c. Rangkuman................................................................................................ 71
7.d. Tes Formatif............................................................................................... 72
7.e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................. 74
TES SUMATIF .....................................................................................................76
KUNCI JAWABAN ...............................................................................................81
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 83

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

87

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Alur Proses Pembayaran Uang Persediaan ..................................... 37


Gambar 2 Alur Proses Pembayaran Langsung ................................................. 41
Gambar 3 Alur Proses Penerbitan SP2D ........................................................... 69

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

ix

88

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan modul dengan judul
Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah.

Modul ini disusun untuk digunakan

dalam Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Daerah.


Selama penyelesaian modul ini penulis menemui beberapa kendala.
Namun kendala tersebut dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak I Made Gde Erata selaku Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan.
2. Bapak Dodi Iskandar selaku Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan.
3. Bapak

Agus

Hermanto

selaku

Kepala

Pusdiklat

Anggaran

dan

Perbendaharaan, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.


4. Bapak Syamsu Syakbani selaku Kepala Pusdiklat Kekayaan Negara dan
Perimbangan Keuangan, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.
5. Bapak Noor Cholis Madjid selaku penilai modul.
6. Ibu Oktavia Ester P. selaku moderator seminar modul.
7. Rekan-rekan Widyaiswara pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.
8. Seluruh staf pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran, maupun usulan yang
bersifat membangun.
Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
juga bagi penulis sendiri.
Jakarta,

Juni 2010

Tim Penulis

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

ii

89

Petunjuk Penggunaan Modul


Petunjuk ini dimaksudkan untuk memandu pembaca agar dapat belajar dengan
optimal dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena itu
dalam penggunaan modul ini pembaca perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1.

Cara Belajar
Modul merupakan sesuai dengan karakteristiknya bersifat stand alone,
sehingga sebenarnya pembaca tidak tergantung dengan modul atau materi
lain. Oleh karena itu pembaca diharapkan membaca modul ini dengan
seksama bagian demi bagian. Apabila terdapat kesulitan dalam memahami
materi dapat dilakukan diskusi dengan peserta diklat yang lain atau
menanyakan pada pengajar.

2. Perlengkapan Belajar
Dalam proses belajar akan lebih optimal apabila perlengkapan belajar
memadai. Hal-hal yang dapat menunjang proses belajar hendaknya
dipersiapkan sebelum proses pembelajaran.

Beberapa hal yang perlu

dipersiapkan sebelumnya antara lain modul lengkap, peraturan perundangan


terkait, contoh-contoh kasus di instansi masing-masing, dan sebagainya.
3. Waktu Belajar
No.

Pokok Bahasan

Estimasi Waktu

1.

Pelaksanaan APBD

1.5 jamlat

2.

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah

1.5 jamlat

3.

Belanja Daerah

2 jamlat

4.

Prosedur Pembayaran Uang Persediaan

2 jamlat

5.

Persyaratan Administratif Dokumen Belanja

2 jamlat

Daerah
6.

Prosedur Penerbitan SP2D

2 jamlat

4. Evaluasi Belajar
Untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran setiap kegiatan belajar,
pembaca diharapkan mengerjakan Latihan dan Tes Formatif. Gunakan kunci
jawaban untuk mencocokan jawaban Anda dan petunjuk pada bagian umpan
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

vi

90

balik untuk mengetahui sejauhmana pemahaman Anda terhadap materi


kegiatan belajar tersebut. Untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran
secara keseluruhan, pembaca diharapkan mengerjakan Tes Sumatif.
5. Peningkatan Kompetensi Materi
Untuk meningkatkan kompetensi materi maka pembaca perlu menelusuri
referensi dalam modul ini.

Pembaca juga disarankan untuk membaca

sumber lain dan menggunakan sarana lain yang berhubungan.


6. Peran Widyaiswara/Tenaga Pengajar
Dalam pencpaian tujuan modul ini widyaiswara/pengajar berperan member
bimibingan dan motivasi. Dalam pertemuan di kelas widyaiswara/pengajar
dapat membagi pengalaman praktik sehingga lebih memudahkan pemserta
diklat untuk memahami materi tersebut.

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

vii

91

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena hanya
atas berkat rakhmat-Nyalah kita semua masih diberikan kesempatan untuk
menghasilkan karya-karya nyata yang bermanfaat bagi orang banyak. Begitu
pula dengan modul diklat ini yang tanpa restu-Nya tidak akan terselesaikan
dengan baik.
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah ini disusun oleh Saudara
Hasan Ashari dan Bambang Sancoko dengan penilai Saudara Noor Cholis
Madjid berdasarkan Surat Keputusan Kepala Pusdiklat Kekayaan Negara dan
Perimbangan Keuangan Nomor: KEP.001/PP.6/2010 tanggal 4 Januari 2010
tentang Pembentukan Tim Penyusunan Modul Diklat Pengelolaan Barang Milik
Daerah dan Program Percepatan Akuntabilitas dan Keuangan Daerah.
Kami menyetujui modul ini digunakan sebagai bahan ajar bagi para peserta
Program Percepatan Akuntabilitas dan Keuangan Daerah. Modul ini disusun
dengan maksud guna membantu pencapaian tujuan pembelajaran dalam diklat
tersebut.
Akhirnya, semoga Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah ini dapat
bermanfaat bagi peserta diklat khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
Jakarta,

Juni 2010

Kepala Pusat
Pendidikan
dan
Pelatihan
Kekayaan
Negara
dan
Perimbangan Keuangan

Syamsu Syakbani
NIP 195902241980031001

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

92

PETA KONSEP

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

viii

93

PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITAS


KEUANGAN DAERAH
MODUL

SISTEM DAN PROSEDUR


BELANJA DAERAH
Oleh :
Hasan Ashari dan Bambang Sancoko
Widyaiswara Muda
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT ANGGARAN DAN PERBENDAHARAAN
2010

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah

94

Anda mungkin juga menyukai