Anda di halaman 1dari 5

NAMA

UMUM

Milk thistle*/**
Temulawak**
Meniran**
Sambiloto**

NAMA LATIN

Silybum
marianum
Curcuma
xanthorrhiza
Phyllantus
niruri
Andrographis
paniculata

BAGIAN
TUMBUHAN
YANG
DIGUNAKAN
Buah, biji, dan
daun
Rimpang

12-15 g
2g

Rimpang

Flavonoid

10-20 gram

Daun atau
seluruh
tumbuhan

Flavonoid

10 g

Tempuyung**

Artichoke**

Cynara
scolymus

Daun

Boldo*

Peumus boldus

Daun

Celadine**

Chelidonium
majus

Bagian atas
tanah

Dandelion*/**

Taraxacum
officinale

Akar, daun

Devils claw*

Harpogophytum
procumbens

Akar sekunder

Fumitory**

Fumaria
officinalis

Bagian atas
tanah

Horehound*

Marrubium
vulgare

Bagian atas
tanah

immortelle*

Helichrysum
arenarium

bunga

Japanese
mint**

Mentha arvensis
var. piperascens

Minyak dan
bagian atas
tanah

peppermint*/**

Mentha piperita

Daun, minyak
dari daun

Curcuma

Flavonolignans,
(silymarin)
flavonoids, fatty
oil
Minyak asiri,
flavonoid

DOSIS
HARIAN

Herba

Sonchus
arvensis L.

Curcuma*

KANDUNGAN
UTAMA

rhizoma

Turunan asam
kafeat, flavonoid,
lakton
sesquiterpen
Boldine,
flavonoid, minyak
atsiri
Coptisin, berberin,
chelidonin,
protopin
Lakton
sesquiterpen,
triterpen, dan
sterol, flavonoid
Iridoid, triterpen,
fenol
Flavonoid,
alkaloid,
isokuinolin, asam
fumarat
Marubin, turunan
asam kafeat,
flavonoid
Flavonoid,
phthalida, piron,
turunan asam
kafeat
Menthol,
menthon,
limonene, - dan
- pinen
Minyak atsiri
(menthol,
menthon,
limonene, - dan
- pinen),
flavonoid, asam
kafeat
Minyak atsiri,

6g

2-3 g
2-4 g

3-5 g
4,5 g
6g

4,5 g

3g

3-6 tetes
minyak

3-6 g (0,6 mL
minyak)

1,5-3 g

Tabel 1. Obat-obatan yang disetujui oleh komisi E Jerman


Keterangan :

* Disarankan oleh komisi E jerman untuk keluhan dispeptik


** Disarankan oleh komisi E jerman untuk keluhan hati dan kantung empedu
1. Milk Thistle (Silybum marianum)
Milk thistle berguna untuk pengobatan hepatitis, sebagai hepatoprotektor, dan
antilipidemia. (Murphy, 2000). Milk Thistle merupakan buah tanaman Sylibum
marianum (L.) Gaertner (Fam. Asteraceae), tanaman herbal yang berbentuk tabung
berwarna ungu pada bunga dan daun dengan bintik putih. Milk Thistle berasal dari Eropa
dan dibudibayakan di Afrika Utara dan Amerika Selatan. Milk thistle mengandung
silymarin, yang tersusun atas flavanolignan silybin, silydianin, dan silycrhistin. Silybin
merupakan kandungan kimia yang paling banyak (60-70% silymarin). Silymarin paling
banyak ditemukan di buah, namun juga dapat di temukan di daun dan biji
(Supriyatna,2013).
a. Pengobatan Hepatitis
Beberapa herbalis menggunakan ekstrak milk thistle untuk mengobati
pasien dengan hepatitis C. Dalam sebuah penelitian dengan menggunakan sampel
8 pasien dengan hepatitis kronis aktif diobati dengan silipede oral (sylibin
kompleks) setara dengan 120 mg silybin dua kali sehari selama dua bulan, dan
terdapat penurunan signifikan secara statistic pada AST dan ALT.
Dalam penelitian lain dengan metode double-blind, dengan sampel
sebanyak 20 pasien dengan kondisi hepatitis kronis aktif menggunakan terapi 240
mg sylibin kompleks (silipide) dua kali sehari selama 7 hari menyebabkan
penurunan yang signifikan secara statistik pada ASL, ALT, dan GGT
dibandingkan dengan kelompok placebo (Murphy, 2000).
b. Antilipidemia
Karena silymarin dapat menghambat sintesis kolesterol hati, maka
dilakukanlah penelitian dengan menggunakan 15 pasien kolesistektomi, mereka
yang mendapatkan terapi silymarin (420 mg setiap hari selama satu bulan)
mengalami penurunan yang signifikan dalam konsentrasi kolesterol empedu
dengan mereka yang diobati dengan placebo (Murphy, 2000).
2. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
Curcuma xantorrhiza adalah anggota dari keluarga jahe (Zingiberaceae) yang
merupakan tanaman asli Indonesia. Curcuma xantorrhiza adalah dengan akar (rimpang)
yang mirip dengan jahe dengan aromatik, bau menyengat dan rasa yang pahit. Di Asia
Tenggara, secara tradisional digunakan untuk berbagai penyakit termasuk hepatitis,
keluhan hati, dan diabetes, rematik, kanker, hipertensi dan gangguan jantung (Devaraj,
2010).

Efek anti-hepatotoksik Curcuma xantorrhiza telah lama diketahui di Asia, dan


mulai diakui di Barat. Hal ini diketahui sebagai hepatoprotektif oleh masyarakat
Indonesia, dan digunakan terutama dalam kasus-kasus Hepatitis. Efektivitas Curcuma
xanthorrhiza dalam menurunkan kadar enzim serum alanin aminotransferase (SGPT) dan
aspartat aminotransferase (SGOT) (Devaraj, 2010).
3. Meniran (Phyllantus niruri)
Meniran (Phyllanthus niruri L.) merupakan tumbuhan terna semusim, tumbuh
tegak, bercabang-cabang, tinggi 30-50 cm. Batang bulat, liat, tidak berbulu, licin, hijau
pucat, diameter 3 mm, bagian bawah batang berwarna kecokelatan dan cabangnya hijau
pucat(Kahono,2010).
Berbagai macam bahan organik telah ditemukan dalam herba meniran (Phyllantus
niruri L.). Beberapa golongan zat utama yang terkandung adalah lignan, tanin, polifenol,
alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan steroid (Kahono,2010).
Beberapa zat yang telah diketahui berpotensi untuk menurunkan kadar trigliserida
adalah rutin dan lupeol. Zat-zat tersebut ternyata terkandung di dalam herba meniran
(Phyllantus niruri L.). Rutin merupakan bioflavonoid, berwarna kuning atau kuning
kehijauan, kristal berbentuk seperti jarum. Rutin adalah flavonol glycoside terdiri dari
quercetin dan disakarida rutinose. Rutin secara signifikan menurunkan kadar lemak
plasma dan kolesterol hepar. Rutin menginduksi penurunan aktivitas HMG-KoA
reduktase dan aktivitas ACAT (acyl CoA: cholesterol acyl transferase) hepar sehingga
menurunkan lipogenesis oleh hepar. Selain itu, rutin juga meningkatkan ekskresi fecal
sterol sehingga terjadi penurunan absorbsi lemak (Kahono,2010).
Lupeol merupakan derivat dari triterpene, yaitu lupane triterpene. Lupeol
mensupresi sekresi trigliserida dan kolesterol dari sel hepar. RT-PCR analisis secara
kuantitatif menunjukkan bahwa lupeol menghambat ekspresi dari sterol regulatory
element-binding protein-1c dan -2, fatty acid synthase, HMG-CoA synthetase, dan
farnesyl-diphosphate farnesyl transferase, di mana bahan tersebut dibutuhkan untuk
sintesis lemak di dalam sel hepar. Lebih jauh lagi, lupeol menghambat ApoB-100 dan
microsomal triglyceride transfer protein dalam sel pada tingkat mRNA. Hal ini
menyebabkan lupeol menurunkan sekresi lemak dari sel hepar dengan penghambatan
sintesis lemak intrasel (Kahono,2010).
4. Sambiloto (Andrographis paniculata)
Di Indonesia sambiloto dikenal dengan beberapa nama daerah seperti ki oray,
takilo atau ki peurat (Sunda); bidara, sadilata atau takila (Jawa) atau pepaitan (Melayu).
Tanaman ini merupakan anggota famili Acanthaceae dengan nama spesies Andrographis
paniculata Nees. Sambiloto tumbuh di wilayah Asia yaitu di India, Sri Lanka, Pakistan
dan Indonesia. Di China dan Thailand sambiloto telah ditanam secara ekstensif
(Wulandari,2006).
Sambiloto secara tradisional digunakan sebagai obat penyakit gula, demam, tipes,
gatal kulit, obat gigitan ular, antireumatik, sakit kuning dan obat peluntur kehamilan.
Khasiat lainnya adalah sebagai obat penyakit disentri, diare, radang ginjal akut,
peradangan sekitar telinga, hidung dan tenggorokan (THT), radang paru-paru dan saluran

nafas, influenza, lepra, darah tinggi, raja singa, diuretik, dan kanker. Penelitian secara
eksperimental telah membuktikan sambiloto memiliki khasiat antidiabetik,
hepatoprotektor, dan antikoagulan (Wulandari,2006).
Tanaman sambiloto mengandung senyawa golongan fenol,34 flavonoid,
terpenoid, alkaloid, kalium, natrium dan asam kersik. Senyawa kimia yang telah berhasil
diisolasi adalah andrografolid, andrografisid, andrograpanin, andropanosid serta
andrografidin A, B, C, D, E, dan F. Senyawa kimia yang diduga berperan dalam fungsi
perlindungan hati adalah andrografolid (Wulandari,2006).
5. Tempuyung
Tempuyung sebagai salah satu tanaman urutan ketujuh tanaman obat potensial di
Indonesia, memiliki beberapa khasiat diantaranya untuk asam urat, diuretik, batu ginjal,
kencing batu, batu empedu, obat bengkak, penenang, batuk, asma dan bronchitis
(Siswanto,2004).
Kandungan kimia yang terdapat di dalam daun tempuyung (Sonchus arvensis L)
adalah ion mineral antara lain kalium, silica, magnesium, natrium, dan senyawa organic
misalnya Flavonoid, Kumarin, taraksasterol, inositol, serta asam fenolat (sinamat,
kumarat, vanilat) (Alkreathy,2014).
6. Artichoke (Cynara scolymus L.)
Berasal dari tumbuhan Cynara scolymus L. segar atau yang telah dikeringkan,
tumbuhan yang merupakan salah satu sayuran tertua di dunia. Tanaman ini mengandung
derivate asam kafeat, flavonoid, dan lakton sesquiterpen. Uji klinis menunjukkan bahwa
ekstrak daun artichoke menyebabkan peningkat sekresi empedu ke duodenum pada
sukarelawan sehat. Aksi ini dapat menyebabkan peningkatan produksi asam empedu.
Pada pengamatan terhadap 553 pasien penderita sindrom dyspepsia, pengobatan
menggunakan ekstrak artichoke secara signifikan ampu mengurangi beberapa gejala
(muntah, mual, nyeri perut, sembelit, perut kembung, meteorism, intoleransi lemak).
Artichoke juga memiliki aktivitas hepato protector. Menurut komisi E jerman, artichoke
merupakan senyawa yang kontradiksi dengan pasien yang mengidap cholelithiasis dan
oklusi saluran empedu. Kolik dapat terjadi pada penderita batu empedu.
7. Boldo (Peumus boldus)
Berasal dari daun Peumus boldus Mol. (fam.Monimiaceae) yang dikeringkan,
merupakan tanaman kecil (semak cemara) yang terdapat di Chili. Mengandung sekitar
2% minyak atsiri yang tersusun atas flavonoid monoterpenoid dan alkaloid (0,2-0,5%)
termasuk boldine. Ekstrak boldo juga mampu menghambat peroksidasi lipid pada kultur
hepatosit tikus dan melindungi kerusakan hepatosit oleh senobiotik. Boldo tidak boleh
diberikan pada penderita batu empedu.
8.

Dandelion (Taraxacum officinale)


Dandelion merupakan tanaman yang berasal dari eropa. Dandelion mempunyai
kandungan triterpenoid (taraxacin dan taraxerol), chlorogenic dan asam kafeat, inulin,
vitamin, mineral, fitosterol, flavonoid, glikosida. Dandelion telah digunakan pada
perawatan hati, gangguan pencernaan, penambah nafsu makan dan daunnya juga

berfungsi sebagai cholagogue dan koleretik. Obat yang mengandung dandelion dan
senyawa lainnya telah digunakan untuk pengobatan hepatitis. Obat dibuat dalam bentuk
infusa atau dekok (3-5 g akar kering dalam 150 mL air) tiga kali sehari dan tincture (3-4
mg dari simplisia utuh) tiga kali sehari. Obat dapat menyebabkan keluhan lambung dan
memiliki potensi yang lemah untuk menimbulkan reaksi sensitisasi.
9. Celadine (Chelidonium majus)
Caladine terdapat pada bagian atas tanah tanaman Chelidonium majus L., tanaman
dengan tinggi sekitar 30-120 cm ditemukan di seluruh eropa wilayah beriklim sedang dan
subartik dari asia. Akar dan rimpang segar secara tradisional digunakan untuk
meringankan sakit gigi. Komponen pentingnya adalah alkaloid isokinolin dan dericat
asam kafeat. Uji klinis telah dilakukan pada 60 pasien dengan keluhan epigastrium dan
kram pada daerah saluran pencernaan dan empedu. Setelah pengobatan selama 6 minggu,
pasien yang diberi caladine memberikan gejala penyakit yang lebih sedikit dibandingkan
dengan plasebo. Caladine disetujui oleh komisi E jerman untuk pengobatan hati dan
kantung empedu.

Anda mungkin juga menyukai