Pendidikan Karakter
Pendidikan Karakter
Pendidikan Nilai
a. Konsep Pendidikan
nilai
adalah
pendidikan
yang
mensosialisasikan
membuktikan bahwa justru realitas kehidupan yang digeluti sekarang ini banyak yang
tidak rasional, artinya banyak ditentukan oleh asumsi manusia dalam bentuk keyakinan.
Ketiga, menurut A. Atmadi dan Setyaningsih, pendidikan nilai akan lebih efektif
jika dikembangkan lewat jalur non-formal karena disposisi peserta didik terbangun
dengan baik. Disposisi ini sangat ditentukan oleh faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal yang menentukan disposisi antara lain; niat, motivasi, dan arah
konsentrasi perhatian murid. Sementara itu, faktor eksternalnya adalah sikap badan atau
posisi duduk, tata ruang, dan dinamika hubungan antarsubjek yang terlibat.
2. Pendidikan Budi Pekerti
a. Konsep, Pendidikan budi pekerti memiliki esensi dan makna yang sama dengan
pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi
anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara
yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan
warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah
nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan
bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari Pendidikan Budi Pekerti dalam konteks
pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur
yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina
kepribadian generasi muda.
pendidikan,
kondisi,
sarana/prasarana,
kegiatan,
dan
kurikulum yang
penyediaan
tempat
sampah,
jam dinding,
slogan-slogan
mengenai budi pekerti yang mudah dibaca oleh peserta didik, aturan/tata
tertib sekolah yang ditempelkan pada tempat yang strategis sehingga setiap
peserta didik mudah membacanya.
e. Kegiatan rutin
Kegiatan rutinitas merupakan kegiatan yang dilakukan peserta didik secara
terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah berbaris
masuk ruang kelas, berdoa sebelum dan sesudah kegiatan, mengucapkan
salam bila bertemu dengan orang lain, membersihkan kelas/belajar.
3. Pendidikan Moral
a. Konsep, moral/moralitas adalah suatu tuntutan perilaku yang baik yang dimiliki
baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan warga negara.
Sedangkan pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadikan anak
manusia bermoral baik dan manusiawi. Sedangkan menurut Ouska dan
Whellan (1997), moral adalah prinsip baik buruk yang ada dan melekat dalam
diri individu/seseorang. Walaupun moral itu berada di dalam diri individu, tetapi
moral berada dalam suatu sistem yang berwujud aturan. Moral dan moralitas ada
sedikit perbedaan, karena moral adalah prinsip baik buruk sedangkan moralitas
merupakan kualitas pertimbangan baik buruk. Dengan demikian, hakekat dan
makna moralitas bisa dilihat dari cara individu yang memiliki moral dalam
mematuhi maupun menjalankan aturan.
b. Implikasi pendidikan moral, Menurut Djohar (2006: 89) Untuk mengembangkan
strategi dan model pembelajaran pendidikan moral dengan menggunakan
pendekatan terpadu, diperlukan adanya analisis kebutuhan (needs assessment)
siswa dalam belajar pendidikan moral. Dalam kaitan ini diperlukan adanya
serangkaian kegiatan, antara lain:(1) mengidentifikasikan isu-isu sentral yang
bermuatan moral dalam masyarakat untuk dijadikan bahan kajian dalam
proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode klarifikasi nilai,
(2)
mengidentifikasi
nilai-nilai
digunakan sebagai
bahan
moral
yang
kajian
dalam
inti
dan
proses
universal
pendidikan
yang
moral,
dapat
(5)
yang
meliputi
komponen
pengetahuan,
kesadaran
atau
Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan
pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi
anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga
negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang
baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara
umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya
masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter
dalam konteks pendidikan
di
Indonesia
adalah
pedidikan
nilai,
yakni
watak
serta
peradaban
bangsa
yang
dan
c. Penerapan Pendidikan Watak/Karater, menurut saya ada beberapa hal yang bisa menjadi
indikator penenaman nilai watak yaitu:
11. Menjadikan orang tua/wali siswa dan masyarakat sebagai patner dalam
pendidikan karakter.
12. Menciptakan budya karakter yang baik di sekolah.