Anda di halaman 1dari 7

The House of Raminten

Sebuah Icon Kuliner Yogyakarta

The House of Raminten merupakan


salah satu alternatif tempat makan
sekaligus

tempat

nongkrong

di

Yogyakarta yang buka 24 jam.


Makanan dan minuman yang di
sajikan

di

tradisional,

restoran
mulai

ini

sangat

dari

menu

angkringan kaki lima hingga menumenu yang terdengar unik dan nyentrik.

Diawali dari hobi dari sang pemilik, Hamzah Sulaeman yang


menggemari makanan dan minuman tradisional, yaitu sego kucing
dan jamu. Melihat adanya peluang usaha akhirnya Hamzah
Sulaeman membuka The House of Raminten pada tanggal 26
Desember 2008.
Nama Raminten diambil dari nama tokoh yang diperankan
Hamzah Sulaeman dalam sebuah sitcom di Yogya TV dengan judul
Pengkolan. Raminten sebetulnya adalah tokoh wanita. Dalam
program itu Hamzah Sulaeman berdandan ala wanita Jawa,
lengkap dengan kebaya dan sanggulnya.

The House of Raminten bertempat di Jalan Fardinan Muridan Noto


no. 7 Kotabaru Yogyakarta. Nomor Telepon : (0274) 547 315.
Cara menuju lokasi (Dari Toko Gramedia):

Perempatan Gramedia belok ke selatan sekitar 200 meter

menuju ke Jalan Suroto Kotabaru


Dari Jalan Suroto Kotabaru belok kanan (ke barat) menuju

Jalan Supadi Kotabaru (belokan kedua dari Gramedia)


Dari jalan Supadi Kotabaru lurus sampai bertemu
perempatan Jalan FM Noto, The House of Raminten berada
tepat di pojok perempatan bagian kanan seberang jalan.

Salah satu daya tarik dari The


House of Raminten adalah suasana
tradisional Jawa yang sangat kental
terasa di restoran ini.
Alunan

musik

gamelan

Jawa

berpadu dengan bau dupa menjadi


ciri

khas

restoran

yang

cukup

nyentrik di tengah kota Yogyakarta


ini.
Para pelayan mengenakan pakaian tradisional khas Jawa, baik
laki-laki maupun perempuan. Uniknya, setiap pelayan dilengkapi
HT dan tas/kantong duit.
Setelah menerima pesanan, pelayan akan meneruskan ke bagian
dapur menggunakan HT yang mereka bawa. Dan kita langsung

membayar saat itu pada pelayan.


Tidak ada meja kasir pada restoran
ini.
Desain interior dan barang-barang
yang

menghiasi

ruangan

juga

sangat klasik namun tetap terawat


dengan

baik,

diantaranya

ada

kereta kencana dan gong kecil.


Saat kita masuk, biasanya kita akan di tanya untuk berapa orang,
kemudian pelayan akan mengantarkan kita ke tempat yang sesuai.
Di bagian depan ini juga terdapat ruang tunggu. Dengan agak
terbatasnya ruangan didalam, kadang membuat orang harus
mengantri untuk mendapatkan tempat. Itulah kenapa di sediakan
ruang tunggu ini.
Walaupun secara keseluruhan, restoran ini bertemakan tradisional
Jawa, namun pada area tunggu ini di sediakan TV plasma yang
cukup

besar

pengunjung

yang
tidak

memutar
mengalami

channel

TV

kebosanan

kabel.

selama

Sehingga
menunggu

tersedianya tempat di dalam.

Menu di The House of Raminten ini mengangkat masakan Jawa.


Di sini kita juga bisa menemukan menu-menu makanan khas
angkringan, seperti sego kucing, sate usus, sate telur puyuh dan
sebagainya.

Jika di angkringan, sego kucing di


sediakan dengan di bungkus daun
pisang dan dilapisi kertas koran
pada

bagian

luarnya.

Di

The

House of Raminten nasi kucing di


sajikan diatas piring, serta lauk
pauk yang di tata rapi sehingga
menimbulkan kesan mewah pada
menu

makanan

yang

indentik

dengan kalangan rakyat kelas bawah ini.


Ada juga sego liwet, salah satu menu yang cukup laris dan selalu
habis terjual. Menu nasi liwet ini terdiri dari nasi gurih yang di
padukan dengan sayur jipan, suwiran ayam, telur dan tentu saja
sambal.
Menu lainnya yang sangat laris adalah ayam koteka. Namanya
memang nyentrik, mengingatkan kita kepada pakaian adat khas
papua. Menu ini terbuat dari cacahan ayam yang di campur
dengan telur, kemudian di masak dan di sajikan dalam sebuah
bambu.

Menu minuman yang tersedia juga tidak kalah uniknya. Ada yang
berupa jamu godhog, aneka macam susu,
bahan

rempah

yang

menghangatkan

serta minuman dari


badan.

Nama-nama

minuman yang digunakan cukup unik.


Es kelapa muda yang biasa di jual di pinggir jalan, disajikan
dengan ukuran jumbo pada gelas cantik yang sangat besar. Es ini

disajikan dengan campuran kelapa


muda, nata de coco, lalu di beri
sirup coco pandan.
Ada pula Perawan Tancep yaitu
susu

yang

di

rempah-rempah.
biasa

disebut

campur

dengan

Ponconity
root

atau

beernya

Yogyakarta juga tersedia di sini.


Pada saat kunjungan terakhir ke tempat ini, saya dan seorang
teman memesan rawon berserta nasi, kupat tahu, es teler dan es
monster.
Walaupun telah populer, The House of Raminten tidak memasang
harga tinggi. Untuk seporsi sego kucing hanya Rp. 1000 dan
makanan yang paling mahal diberi harga Rp. 25000.

Sebagai seorang seniman, Hamzah Sulaeman tidak sekedar


membangun usaha kuliner. Beliau bertekad mengenalkan kota
Yogyakarta dengan mengangkat jamu dan angkringan sebagai
tema restorannya.
Hamzah Sulaeman tidak ingin membuka restoran serupa di kota
lain. Kalaupun akan membuka restoran baru, lokasinya akan
tetap berada di Yogyakarta. Dengan ada restoran ini di harapkan
dapat

menarik

lebih

banyak

wisatawan

meningkatkan pariwisata Yogyakarta.

datang,

sehingga

Tempat ini sangat cocok untuk keluarga maupun para remaja


berkumpul menghabiskan waktu makan bersama. Suasana yang
tradisional dan menu-menu yang unik serasa melupakan kita dari
kerutinan kegiatan sehari-hari.

TUGAS

MATA

KULIAH

BAHASA

INDONESIA
The House

of

Raminten
Sebuah

Icon

Kuliner

Yogyakarta

Disusun oleh :
Nama

: Irtanto Holmes Parningotan Simanjuntak

NIM

: 41114110040

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2014

Anda mungkin juga menyukai