Konsep Dasar Perekayasaan Laporan Keuangan
Konsep Dasar Perekayasaan Laporan Keuangan
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Karena penalaran dalam perekayasaan laporan keuangan bersifat deduktif dan normative,
penyimpulan dimulai dari suatu premis atau asumsi yang disepakati dan dianggap valid
tanpa harus diuji kebenarannya. Akan tetapi, ada keyakinan bahwa premis tersebut
bermanfaat untuk landasan pengembangan rerangka konseptual. Premis tersebut biasanya
berbentuk konsep dan dinyatakan secara eksplisit atau implisit. Dalam rerangka
konseptualnya misalnya FASB menyebut beberapa konsep seperti conservatism,
substance over form, dan accrual basis.
Konsep semacam itu sering disebut dengan berbagai nama yaitu postulat (postulates),
asumsi dasar (basic assumption), basic features, prinsip umum (broad principles)
aksioma
(axioms),
doktrin
(doctrines),
konvensi
(conventions),
fundamental
(fundamentals), premis dasar, dan kendala (constrains). Konsep tersebut secara umum
disebut sebagai konsep dasar (basic concept).disebut konsep dasar karena apabila konsep
tersebut dianutmaka akan terdapat implikasi atau konsekuensi akuntansi tertentu.
Pada dasarnya konsep adsar tersebut merupakan abstraksi atau konseptualisasi
karakteristik lingkungan tempat atau wilayah diterapkan laporan keuangan.
B. Sumber Konsep Dasar
Terdapat berbagai sumber konsep dasar yang diajukan dengan isi yang berbeda-beda.
Adapun daftar seperangkat konsep dasar dari sumber-sumber yang berbeda adalah
sebagai berikut :
1) Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
IAI mengadopsi rerangka konseptual IASC sehingga konsep dasar yang dipilih juga
mengikuti IASC. Ada dua konsep dasar dalam rerangka konseptual IASC, yaitu :
Bais Akrual (accrual basis)
Usaha Berlanjut (going concern)
2) Paul Grady
Grady mengidentivikasi terdapat 10 konsep dasar sebagai konsep yang mendasari
kualitas kebermanfaatan dan keterandalan informasi akuntansi atau sebagai
keterbatasan (limitations) yang melekat pada statement keuangan.
Kesepuluh konsep dasar tersebut adalah sebagai berikut :
1
accounts)
Konsistensi antara periode untuk entitas yang sama (consistency between
financial statement)
Substansi dari pada bentuk (substance over form)
Materialitas (materiality)
Gambar 5.1
Pengertian Konsep Kesatuan Usaha
Kesatuan Usaha
Terpisah
Manajemen
Pemilik
Akuntan
ekonomik bukan kesatuan yuridis. Batas kesatuan ekonomik adalah kendali (control)
oleh manajemen. Oleh karena itu, untuk menentukan kesatuan usaha sebagai pusat
pertanggungjawaban keuangan, pertimbangan akuntansi adalah apakah secara
ekonomik satu kegiatan usaha atau lebih dapat dianggap berdiri sendiri sebagai satu
kesatuan.
2) Pengertian Ekuitas
Karena hubungamn antara kesatuan usaha terpisah dengan pemilik dan hubungan
tersebut dipandang sebagai hubungan bisnis, konsep kesatuan usaha mempunyai
implikasi terhadap pendefenisian ekuitas. Dengan sudut pandang kesatuan usaha,
secara konseptual ekuitas/modal adalah utang atau kewajiban perusahaan kepada
pemilik. Hal ini berlawanan dengan pendefenisian secara structural bahwa ekuitas
adalah hak residual pemilik terhadap asset bersih sebagaimana didefenisikan dalam
rerangka konseptual FASB.
3) Pengertian Pendapatan
Konsep kesatuan usaha dapat menjelaskan mengapa pendapatan (dan untung)
didefenisikan sebagai kenaikan atau aliran masuk asset. Dengan konsep kesatuan
usaha, semua sumber ekonomik yang dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan
merupakan asset perusahaan dan bukan asset pemilik. Kalau ada aliran asset masuk,
maka asset perusahaan akan bertambah dan inilah yang disebut dengan pendapatan.
Tambahan asset ini pada akhirnya nanti akan dikembalikan kepada pemilik kalau
perusahaan tidak diteruskan ayau dilikuidasi. Ini berarti bahwa pada saat kas masuk
sebagai pendapatan, perusahaan sebenarnya telah mempunyai hutang kepada
pemilikyang pada saatnya nanti akan dikembalikan. Pada saat terjadi pendapatan atau
kenaikan asset, maka pada saat yuang sama telah terjadi penambahan utang unit
usaha kepada pemilik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendapatan
menambah ekuitas (utang kesatuan usaha kepada pemilik). Jadi pendapatan
menambah ekuitas karena dengan konsep kesatuan usaha pendapatan sebagai
kenaikan (aliran masuk) kas menimbulkan kenaikan utang usaha kesatuan usaha
kepada pemilik (ekuitas). Dengan demikian defenisi pendapatan menurut FASB
konsisten dengan konsep kesatuan usaha.
4) Pengertian Biaya
6
sebenarnya merupakan turunan atau konsekuensi dari konsep kesatuan usaha. Dengan
artikulasi akan selalu dapat ditunjukkan bahwa laba dalam statement laba rugi akan
sama dengan laba dalam statement perubahan ekuitas, dan jumlah rupiah ekuitas
akhir dalam statement perubahan ekuitas akan sama dengan jumlah rupiah ekuitas
dalam neraca.
Dengan konsep kesatuan usaha, pendapatan (P), biaya (B), dan laba (P-B)
didefenisikan sebagai perubahan asset yang akhirnya mempengaruhi ekuitas. Dengan
demikian, posisi keuangan awal digabung dengan perubahan akan menghasilkan
posisi keuangan akhir.
Bila dikaitkan dengan focus pengukuran, pendefenisian pendapatan dan biaya
(dengan sendirinya laba) sebagai perubahan asset atau kewajiban sering disebut
dengan pendekatan asset-kewajiban (asset-liability approach). Akibat artikulasi,
laporan laba rugi adalah satu-satunya sarana untuk melaporkan perubahan bersih asset
dan kewajiban. Dengan demikian laba merupakan konsekuensi pengukuran asset dan
kewajiban sebagai fokus. Demikian juga ekuitas semata-mata merupakan akibat atau
produk samping pengukuran perubahan aset bersih sehingga tidak didefinisikan
secara simantik seperti aset atu kewajiban. RK FASB dibangun atas dasar pendekatan
asset-kewajiban sehingga ekuitas didefenisikan sebagai asset dikurangi kewajiban
kemudian laba komprehensif didefenisikan sebagai perubahan ekuitas. Pendefenisian
ekuitas dan laba komprehensife tersebut masih bersifat structural dan belum
sepenuhnya semantic.
Pasangan atau lawan dari pendekatan asset-kewajiban adalah pendekatan pendapatanbiaya. Pendekatan ini menekankan pendefenisian, pengakuan, dan pengukuran
pendapatan dan biaya (dengan sendirinya laba) sehingga perubahan asset dan
kewajiban dianggap sebagi akibat atau produk samping pengukuran pendapatan dan
biaya.
Pendekatan aset-kewajiban dan pendapatan-biaya mengakibatkan pendefinisian,
pengukuran dan pengakuan element yang satu merupakan produk samping
pendifinisian, pengukuran, dan pengakuan element lainnya. Hal ini terjadi karena
akuntansi menganut pendekatan artikulasian yaitu bahwa sttement keuangan harus
8
beraktikulasi. Dengan pendekatan ini, semua perubahan aset bersih akibat transakssi
dengan non kepemilikan dilaporkan melalui statement laba-rugi dan laba komperensif
sehingga integritas statement laba-rugi dapat dipertahankan. Dengan demikian, laba
atau rugi penahan aset harus dilaporkan dalam statement laba-rugi tidak langsung ke
ekuitas sebagai penyesuaian laba ditahan. Pendekatan seperti ini menghalangi
pengukuran element statement laba-rugi terpisah atau indipendent terhadap
pengukuran elemen-elemen neraca. Oleh karena itu, timbullah gagasan tentang non
artikulasian yang memisahkan pengukuran elemen-elemen kedua statement dapat
berbeda sehingga dihasilkan neraca berbassis pengukuran aset-kewajiban dan
statement laba-rugi berbasis pengukuran pendapatan biaya yang indipenden.
merupakan pengukuran sisa potensi jasa yang direpresentasi oleh kos yang
melekatpadanya sehingga akuntansi menilai pos-pos neraca pada umumnya
berdasarkan kos historis.
3. Penghargaan Sepakatan (Measured Consideration)
Konsep ini menyatakan bahwa jumlah rupiah/agregat harga atau penghargaan
kesepakatan yang terlibat dalam tiap transaksi atau kegiatan pertukaran merupakan
bahan olah dasar akuntansi yang paling objektif, terutama dalam mengukur sumber
ekonomik yang masuk dan sumber ekonomik yang keluar.
Konsep ini dilandasi pemikiran bahwa fungsi akuntansi adalah menyediakan
informasi yang terpaut dengan kegiatan perusahaan yang sebagian besar terdiri atas
transaksi
pertukaran
dengan
perusahaan
lain.
Akuntansi
berfungsi
untuk
transaksi, nilai dapat berubah tetapi jumlah rupiah yang tercatat tidak. Jumlah
rupiah yang tercatat itulah yang nantinya akan menjadi bahan olahan bagi
akuntan. Jadi, akuntansi tidak mengolah nilai tapi penghargaan kesepakatan.
P&L tidak menggunakan istilah cost untuk menunjuk penghargaan sepakatan
karena cost terlanjur mempunyai makna umum sebagai acquisition cost dari sudut
pandang pihak yang memperoleh sumber ekonomik.
Menurut Soewardjono, istilah cost sebenarnya cukup tepat untuk menyatakan
price aggregate atau measured consideration karena alas an-alasan sebagai
berikut :
Dari segi penjual, walaupun istilah cost tidak cukup luas, aliran masuk
penghargaan sepakatan penjualan/pendapatan yang dicatat (berupa
kas/piutang) akhirnya akan menjadi cost juga kalau sudah digunakan
untuk memperoleh barang atau jasa. Cost akan tetap menjadi pengukur
kegiatan
akuntansi
menggunakan
kos
untuk
menyatakan
jumlah rupiah nilai yang merupakan tambahan manfaat yang melekat pada
produk sebagai akibat proses produksi itu. Nilai tambah ini akan terealisasi
kalau produk telah terjual dan asset (kos) baru masuk ke dalam satuan usaha.
Realisasi pendapatan melalui penjualan sebenarnya menandai dan mengukur
dua macam kos baru sebagai bahan olah akuntansi selanjutnya, yaitu :
Kos baru sebagai penggantian kos yang melekatdan dikorbankan
(keluar dari kesatuan usaha) yang mempresentasi upaya penyediaan
2) Wadah Penggabungan
Dalam mengikuti alur fisis produksi, kos dipecah, dikelompokkan dan
kemudian digabung kembali mengikuti unit fisis produk. Ini berarti kos
digabungkan dengan produk sebagai wadah atau penakar penggabungan.
Setelah produk diserahkan kepada pelanggan, maka kos yang melekat pada
unit produk yang telah diserahkan akan mengukur biaya dan secara logis
dapat disebut dengan kos barang terjual (cost of good sold).
Kos yang ikatannya dengan produk dapat dikenali dengan mudah, biasanya
wadah penggabungannya adalah produk, misalnya kos tenga kerja langsung.
Kos yang tidak erat kaitannya dengan produk atau sukar dirunut secara praktis
ke produk, maka wadah penggabiungannya adalah periode (waktu) dan akan
membentuk kos periode (period cost), misalnya adalah kos administrasi.
5. Upaya Dan Hasil/Capaian (Effort And Accomplishment)
Konsep ini menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka memperoleh
hasil berupa pendapatan. Dengan kata lain, tidak ada hasil (pendapatan) tanpa
upaya (biaya). Secara konseptual, pendapatan timbul karena biaya, buakan
sebaliknya pendapatan menanggung biaya. Artinya, begitu entitas melakukan
kegiatan produksi maka pendapatan dapat dikatakan telah terbentuk walaupun
belum terealisasi. Secara teknis, kesatuan usaha (entitas) harus menghasilkan atau
menyediakan barang atau jasa untuk menciptakan pendapatan dengan cara
menyerahkan atau menukarkan barang/jasa tersebut.
14
15
diberikan oleh asset tetap tidak terjadi sekaligus pada saat pemerolehan atau
pemberhentian asset tersebut.
Sebagai upaya, penentuan besarnya depresiasi tidak bergantung pada besarnya
laba perusahaan walaupun besarnya biaya depresiasi mempengaruhi besarnya
laba periodic.
7) Kapasitas Menganggur
Biaya depresiasi yang telah dihitung dengan metode tertentu harus tetap
merupakan biaya untuk menghasilkan pendapatan walaupun perhitungan
tersebut menimbulkan atau bahkan menambah rugi perusahaan. Misalnya
biaya depresiasi suatu kendaraan, meskipun kendaraan tersebut tidak
dipergunakan, namun tetap baiya depresiasinya dihitung dan menjadi
pengurang pendapatan. Ilustrasi seperti inilah yang dimaksud dengan
kapasitas menganggur.
8) Pos-Pos Luar Biasa
Untuk menentukan laba periodic, konsep menandingkan yang berorientasi
jangka panjang akan memasukkan juga akun-akun atau pos-pos berikut :
Untung luar biasa (windfall gains) yaitu timbulnya atau bertambahnya
manfaat ekonomik atau aset yang terjadi tanpa upaya yang jelas dan
direncanakan.
Rugi luar biasa (extraordinary losses) yaitu hilangnya atau
berkurangnya manfaat ekonomik atau aset yang terjadi akibat hal-hal
yang tidak ada hubungannya atau tidak mudah dihubungkan dengan
upaya untuk memperoleh hasil.
2) Objektifitas Bukti
Mautz dan Sharaf (1964, hal. 110) menjelaskan pengertian dan lingkup bukti
audit sebagai berikut :
Audit evidence includes all influences on the mind of auditor which affect
his judgement about the truthfulness of the financial statement
propositions, submitted to him for review.
Bukti yang objektif berarti bahwa fakta yang diungkapkan oleh sustu bukti
tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi.
3) Objektifitas relative
Akuntansi bukan ilmu pasti sehingga objektivitas bukti dalam akuntansi
bersifat relative. Oleh karena itu, konsep objektifitas dalam penciptaan data
akuntansi adalah objektivitas yang disesuaikan dengan keadaan yang ada pada
saat penentuan fakta, bukan objektivitas mutlak.
4) Objektivitas dan Keterverifikasian Jangka Panjang
Bukti yang paling kuat dan paling diinginkan adalah bukti yang objektif. Konsep
dasar bukti terverifikasi dan objektif dalam akuntansi mengandung elemen
variabilitas sehingga tiap bukti mempunyai tingkat objektifitas. Tingkat
objektifitas bukti yang paling tinggi pada saat dan keadaan tertentu adalah yang
terbaik asalkan tujuan untuk memperoleh tingkat objektifitas yang tinggi tersebut
tidak bertentangan dengan konsep kontinuitas usaha. Informasi akuntansi yang
disajikan dalam laporan keuangan periodic diciptakan dan disediakan atas dasar
objektivitas jangka panjang.
7. Asumsi (Assumption)
Asumsi dalam dalam dafta konsep dasar P&L sebenarnya bukan merupakan
konsep dasar tetapi lebih merupakan penjelasan bahwa keenam konsep dasar
18
19
Konsep-konsep dasar yang diuraikan oleh P&L tersebut merupakan konsep dasar yang
terpadu dan lengkap sebagai landasan konseptual untuk merekayasa pelaporan keuangan.
Beberapa konsep yang belum yang belu tercakup dalam konsep dasar P&L adalah
sebagai berikut :
1) Substansi Daripada Bentuk
Konsep ini menyatakan bahwa dalam menetapkan suatu konsep ditingkat
perekayasaan atau dalam menetapkan standar di tingkat penyusun standar,
akuntansi akan menekankan makna atau substansi ekonomik suatu objek atau
kejadian daripada makna yuridisnya, meskipun makna yuridis mungkin
menghendaki atau menyarankan perlakuan akuntansi yang berbeda.
2) Pengakuan Hak Milik Pribadi
Konsep ini menyatakan bahwa pengakuan nhak milik pribadi harus dilindungi
atau diakui secara yuridis. Tanpa konsep ini, kesatuan usaha tidak dapat memiliki
sumber ekonomik atau asset. Pemilikan merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan penguasaan.
Salah
satu
perlindungan
adalah
adanya
kewajiban
untuk
4) Konservatisme
Konservatisme adalah sikap atau aliran dalam menghadapi ketidakpastian untuk
mengambil tindakan atau keputusan atas dasar munculan yangb terjelek dari
ketidakpastian tersebut.
5) Pengendalian Internal Menjamin Keterandalan Data
20
21
DAFTAR PUSTAKA
Soewardjono. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE,
2005.
22