Anda di halaman 1dari 28

4

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.

Konsep Dasar
1.

Pengertian
Beberapa ahli pskiatri mengemukakan pengertian
tentang menarik diri, diantaranya Revlin dan Evans (1993)
yang mengemukakan pengertian tentang menarik diri adalah
suatu prilaku yang menghidari berinteraksi dengan orang
lain atau pihak lain.
Menyadari (Solitude) adalah merupakan respon yang
dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan dilingkungan sosialnya dan juga suatu cara
mengevaluasi

diri

untuk

menentukan

langkah-langkah

selanjutnya (Stuart dan Largia , 1998).


Prilaku yang teramati pada respon sosial maladaptip
mewakili upaya individu untuk mengatasi ansietas yang
berhubungan dengan kesepian, rasa takut, kemarahan,
malu, rasa bersalah dan rasa tidak nyaman (Stuart dan
Suudeen, 1995).

Dari beberapa ahli di atas penulis menyimpulkan


bahwa menarik diri adalah prilaku maladaptive yang di
tandai dengan prilaku menghindari berinteraksi dengan
orang lain, sebagai upaya individu untuk mengevaluasi diri
atau

mengatasi

ansietas

yang

berhubungan

dengan

kesepian, rasa takut, kemarahan, malu, rasa bersalah dan


merasa tidak nyaman .
Sckizropenia adalah suatu depresi sindroma dengan
variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan
penyakit (Tidak terlalu sifat kronik ) yang luas serta sejumlah
akibat

yang

tergantung

pada

perimbangan

pengaruh

genetik, fisik dan sosial budaya (PPDGJ III 2000: 46).


Sckizropenia

timbul

ditandai

dengan

gangguan

proses fakir, gangguan afek dan emosi, gangguan kemauan,


gangguan psikomotor, waham dan halusinasi. (Catatan ilmu
kedokteran jiwa 1995: 215).
Dari beberapa ahli diatas penulis menyimpulkan
bahwa sckrizoprenia adalah salah satu bentuk gangguan
jiwa yang terjadi karena adanya pengaruh faktor genetik,
fisik, sosial budaya yang ditandai dengan gangguan proses
pikir, gangguan efek, emosi, kemauan, psikomotor, waham
dan halusinasi.

2.

Respon klien
Hubungan

dengan

orang

lain

dan

lingkungan

sosialnya menimbulkan respon adaptif dan maladaptife.

Respon Adaptif

Respon Maladaptif

Menyadari

rasa sendiri

Merasa sunyi
-

tonomi

Manipulasi

- Pemerasan

Bekerjasama

Tergantung

Menarik diri
Interdependen
Curiga

Paranoid

Respon adaptif adalah respon yang masih dapat


diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan secara
umum yang berlaku di masyarakat dalam menyelesaikan

masalahnya masih dalam batas-batas normal , reapon


adaptif meliputi :
a.

Menyadari (Solitute) adalah respon yang dibutuhkan


individu untuk

merenungkan

apa yang telah

dilakukan dilingkungannya sosialnya dan suatu cara


mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-langkah
berikutnya .
b.

Otonomi

adalah

kemapuan

indivudu menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,


perasaan dalam berhubunga sosial.
c.

Bekerjasama
kondisi
indipidu

dalam

hubungan

tersebut

untuk

adalah

interpersonal
saling

suatu
dimana

memberi

dan

menerima.
d.

Interdependen

adalah

saling

kertergantungan antar individu dengan orang lain


dalam membina hubungan interpersonal .

Respon maladaptif adalah respon yang diberikan


individu dalam menyelesaikan masalahnya, menyimpang
dari norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat .
Respon maladaptif yang ditemukan :

a.

Menarik diri terjadi apabila individu


menemukan kesulitan dalam membina hubungan
secara terbuka dengan orang lain .

b.

Tergantung
gagal

(dependen)

mengembangkan

rasa

terjadi

percaya

apabila

diri

atau

kemampuan berfungsi secara khusus .


c.

Manipulasi terdapat pada individu yang


menganggap orang lain sebagai objek , individu
tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalan .

d.

Curiga

terjadi

apabila

individu

gagal

mengembangkan rasa percaya diri (Basic Trust)


dengan orang lain .
(Depkes RI, 1996).
Psikodinamika Menarik Diri.
a.

Tahapan-tahapan

perkembangan

dalam

berhubungan. Erick Erickson mengemukakan bahwa


kehidupan adalah suatu rentetan dengan setiap fase
perkembangan dan mempunyai tugas-tugas secara
umum memberikan pengalaman biologis, soial dan
pesikologis yang spesifik sesuai dengan tugas setiap
individu. Kematangan dalam mengadakan hubungan

interpersonal

dipengaruhi

oleh

tahapan-tahapan

perkembangan yang meliputi :


1.

Masa Bayi.
Tergantung

orang

lain

yang

memenuhi

kebutuhan biologis. Hubungan ibu dengan


orang

lain

yang

menimbulkan

mengasuhnya

kepercayaan

bayi

akn

terhadap

orang lain selain dirinya. Kegagalan dalam


berhubungan akan mempengaruhi sikapnya
terhadap orang lain dalam masa yang akan
datang.
2.

Masa Anak-Anak.
Pada masa ini anak berusaha tumbuh sebagai
individu

yang

lepas

dari

ketergantungan

terhadap orang tua yang selama ini sering


membantu

dalam

usaha

pemenuhan

kebutuhannya. Anak akan berusaha keras


untuk menetapkan dirinya sebagai individu
yang mandiri, yaitu berpisah dari orang tua
yang telah memenuhi segala kebutuhannya.
3.

Masa Pra Remaja dan Remaja.


Seseorang
hubungan

menjadi
akrab

terlibat

dengan

dalam

suatu

teman-temannya

10

sesama jenis yang biasa disebut sahabat.


Hubungan seperti ini mencakup saling berbagi
rasa. Hal ini memberikan peluang lain guna
menjelaskan nilai-nilai mengenai bermacammacam orang, ini biasanya suatu hubungan
yang sangat independent.
4.

Masa Dewasa Muda.


Masa

remaja

berakhir

apabila

seseorang

mampu menjadi dirinya sendiri dan mampu


menjaga hubungan saling ketergantungannya
dengan orang tua maupun teman. Keputusan
yang di buatnya merupakan keputusanya
sendiri dengan pendapat serta nasehat dari
orang lain yang diandalkanya.

5.

Masa Dewasa Pertengahan.


Persahabatan antara orang tua dengan orang
dewasa akan menguji kemampuan seseorang
untuk membantu mengembangkan perasaan
tidak saling ketergantungan pada orang lain.
Hal ini mencakup suatu keperluan untuk
menghentingan

beberapa

ketergantungan

kepada orang lain sehingga ia dapat tembus.

11

6.

Masa Akhir Dewasa.


Perubahan-perubahan
berlangsung

selama

tersebut
masa

dewasa

terus
akhir,

seperti perubahan usia, kematian orang tua,


hilangnya pekerjaan karena pensiun, kematian
teman-teman dan kematian suami atau istri.
Kebutuhan

akan

hubungan

masih

akan

memberikan kepuasan, orang dewasa merasa


sedih atas kehilangan ini dan mengenal bahwa
orang lain dapat membantu menyelesaikan
kesedihan tersebut.
b.

Perjalanan Menarik Diri.


Pada mulanya individu akan merasa rendah
diri, tidak berharga dan tidak berguna, sehingga tidak
merasa aman dalam membina hubungan dengan
orang lain. Prilaku menarik diri biasanya berasal dari
keluarga yang penuh permasalahan, ketegangan dan
kecemasan

yang

mengembangkan

tidak

kehangatan

menjamin

untuk

emosional

dengan

hubungan yang spesifik dengan orang lain yang dapat


menimbulkan rasa aman karena adanya penghayatan
diri serta mampu mempelajari cara berhubungan
dengan orang lain.

12

Pada

klien

dengan

menarik

diri

sering

melakukan kegiatan yang di tujukan untuk mencapai


kepuasan dirinya dan keadaan seperti ini dipengaruhi
obat perkembangan sebulumnya. Klien berusaha
untuk melindungi diri sehingga ia menjadi pasif dan
berkepribadian

kaku.

Klien

tidak

mau

mencari

penyebabnya dan berusaha beradaptasi dengan


kenyataan, tapi ia mengembangkan rasionalisasi dan
mengabarkan ralitas.
3.

Dampak manarik diri terhadap kebutuhan dasar manusia


a.

Kebutuhan nutrisi
Klien dengan menarik diri biasanya akan kehilangan
nafsu makan atau sebaliknya akhirnya menyebabkan
perubahan keadaan fisiknya, gangguan intake atau
pola nutrisi.

b.

Kebutuhan istirahat tidur


Klien dengan menarik diri biasanya tidur berlebih,
berdiam diri di tempat tidur dalam jangka waktu yang
lama dan sering tidur siang maka terjadi gangguan
pola tidur.

c.

Kebutuhan aktivitas

13

Klien dengan menarik diri biasanya mengalami


penurunan aktivitas, imobilisasi atau berdiam diri,
gangguan mobilitas fisik.
d.

Kebutuhan rekreasi atau hobi


Klien dengan menarik diri tidak memiliki atau
keterkaitakn untuk berekreasi dan bahkan acuh tak
acuh, gangguan mood.

e.

Kebutuhan seksual
Klien

dengan

menarik

diri

biasanya

memiliki

gangguan pemenuhan kebutuhan seksual.


f.

Kebutuhan sosial
Klien

dengan

menarik

diri

sebenarnya

ingin

berkomunikasi dengan orang lain tapi mereka takut


akan adanya penolakan dari orang lain sehingga klien
cenderung diam.

g.

Kebutuhan rasa nyaman


Perasaan sendirian, kecemasan, ketakutan akan
menyebabkan kurang terpenuhinya rasa nyaman
klien.

h.

Harga diri

14

Perasaan diri tidak berguna akan membuat klien


merasa harga dirinya berkurang atau menurun.
i.

Peran
Kerusakan

peran

sosial

karena

diam

sering

menyebabkan gangguan peran.

4.

Tinjauan Teoritas Asuhan Keperawatan Jiwa


Asuhaan keperawatan adalah proses teurapentik
yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawatan
dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai
tingkat kesehatan

yang

optimal

(Budi Anna Keliat,

1992 : 2).
Proses keperawatan terdiri dari :
1.

Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama
dalam proses keperawatan. Pengolompokan data
pada pengkajian kesehatan jiwa dapat berupa faktor
predisposisi, faktor prepitasi, penilaian terhadap
stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang
dimiliki klien (struat dan suadeen, 1995 dikutip oleh
keliat, 1999 : 3)
a.

Identitas

15

Nama klien, umur, jenis kelamin, sukubangsa,


alamat, penanggung jawab meliputi nama,
pekerjaan, alamat.

b.

Faktor prepitasi (pencetus)


Faktor prepitasi terjadinya ganggguan dalam
hubungan sosial juda dapat di timbulkan oleh
faktor internal dan eksternal dari sekarang.
Faktor prepitasi ini di kelompokan sebagai
berikut :
1.

Faktor Internal
Contohnya adalah stressor psikologik
yaitu stress terjadi akibat ansietas yang
berkepanjangan dan terjadi bersamaan
dengan

keterbatasan

kemampuan

individu untuk berpisah dengan orang


terdekat

atau

tidak

terpenuhinya

kebutuhan ketergantungan individu.

2.

Faktor Eksternal
Contohnya

adalah

stressor

sosial

budaya yaitu stress yang ditimbulkan

16

oeh faktor sosial budaya yang antara


lain yaitu keluarga.

c.

Faktor predisposisi
Beberapa

faktor

pendukung

terjadinya

gangguan hubungan sosial adalah :


1.

Faktor tumbuh berkembang


Pada masa tumbuh kembang seorang
individu ada perkembangan tugas yang
harus

dipenuhi

gangguan

agar

dalam

tidak

terjadi

hubungan

sosial.

Tugas perkembangan ini pada masingmasing

tahap

tumbuh

kembang

mempunyai spesifik tersendiri bila tugastugas

dalam

tidak

menghambat

terpenuhi

akan

perkembangan

selanjutnya misalnya dalam fase oral


apabila

tugas perkembangan

dalam

membentuk rasa saling percaya tidak


terpenuhi, dapat mengakibatkan individu
tersebut tidak percaya pada dirinya dan
orang lain (curiga).
2.

Faktor komunikasi dalam keluarga

17

Gangguan komunikasi dalam keluarga


merupakan

faktor

pendukung

untuk

terjadinya gangguan dalam hubungan


sosial.

Dalam

komunikasi

teori

yang

ini

tidak

termasuk
tidak

jelas

(double blind) dimana seorang angggota


keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan

dalam

waktu

yang

bersamaan, ekspresi emosi yang tinggi


dalam

keluarga,

berhubungan

membatasi

keluarga

di

untuk
luar

lingkungan keluarga (pingit).


3.

Faktor sosial budaya


Isolasi sosial atau mengasingkan diri
dari lingkungan sosial merupakan suatu
faktor

pendukung

untuk

terjadinya

gangguan dalam hubungan sosial, hal


ini disebabkan oleh norma-norma yang
diatur oleh keluarga yang salah, dimana
setiap anggota keluarga yang tidak
produktif diasingkan dari orang lain
(lingkungan sosialnya) misalnya pada
usia

lanjut,

penyakit

kronis

dan

18

penyandang

cacat.

Tidak

nyatanya

harapan dalam hubungan sosial dengan


orang lain merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan hubungan sosial.
4.

Faktor biologis
Faktor keturunan juga merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan dalam
hubungan sosial. Organ tubuh yang
jelas mengalami perubahan adalah otak,
menurunkan berat otak secara drastic,
perubahan ukuran dan bentuk sel-sel
dalam limbie dan daerah kortikal.

d.

Pengkajian fisik
Pemeriksaan system
Pemeriksaan fisik pada klien klien dengan
kerusakan inteaksi sosial : menarik diri dapat
ditemukan adanya :

1)

Sistem Integument
Pada system integument di temukan
adanya gangguan kebersihan kuku, kulit

19

dapat terlihat lengket dan kotor, serta


dapat tercium bau badan. Gangguan
kebersiahan

kulit

kecenderungan
sehingga

terjadi

klien

kurang

karena

menarik

minatnya

diri
untuk

peratawatan diri.

2)

Sistem kardiovasculer
Pada system kardiovaskuler biasanya
tidak terdapat kelainan atau adanya
keluhan

terkecuali

klien

mempunyai

riwayat gangguan kardiovaskuler seperti


hipertensi, aritmia dll.

3) Sistem pernafasan
Pada system respirasi biasanya tidak
terdapat keluhan, kecuali sebelumnya
klien

mempunyai

riwayat

gangguan

respirasi seperti asma, tubert calotis, dll.

4) Sistem digestivus
Pada system ini didapat data berapa
klien menolak walau, nafsu makan

20

berkurang atau bertambah. Terutama


pada klien paramoid biasanya menolak
makan

karena

takut

makannya

di

bumbuhi racun, sedangkan pola buang


air besar biasanya tidak ada perubahan.
5) Sistem urogenitalia
Pada system perkemihan biasanya di
temukan pola buang air kecil normal
tidak ada keluhan.
6) Sistem persyarafan
Pada system ini untuk klien gangguan
jiwa yang mendapat therapy obat anti
psikotik ada kemungkinan mendapat
gejala ekstra

pyramidal diluar satu

program terapi di luar program karena


adanya strees dan ansietas tinggi.
7) Sistem muskulo skeletal
Pada system ini biasanya klien aktivitas
lambat,

tampak

malas

dan

tidak

bersemangat.
8) Sistem haemopoetik
Pada system ini mungkin didapat data
seperti konjungtiva anemis atau pucat

21

karena prilaku menolak makan atau


kurang tidur dalam jangka waktu lama
dan tidak teratasi.
9) Sistem endokrin
Pada system ini tidak terdapat keluhan
dan tidak terdapat data menyimpang
seperti

pembesaran

terkecuali

klien

kelenjar

mempunyai

tyroid
riwayat

gangguan system endrohin.


10)Sistem penginderaan
Pada system ini dapat di temukan
adanya halusinasi lihat dan dengar. Hal
ini karena klien mengalami gangguan
efektif dan kognitif sehingga klien tidak
mampu untuk membedakan stimulus
internal

dan

eksternal

akibat

kecemasannya yang meningkat.


11) Sistem reproduksi
Pada system ini biasanya tidak di
temukan adanya keluhan
e.

Psikososial
Genogram

22

Untuk

menggambar

dengan

klien

hubungan

dan pola

asuhan

keluarga
keluarga

terhadap klien.

Tanda dan gejala


Observasi yang di lakukan pada klien akan ditemukan (data
objektif) :
1.

Apatis,
ekspresi sedih, Afek tumpul.

2.

Menghindari
dari orang lain (menyendiri), klien tampak memisahkan diri
dari orang lain, misalnya pada saat makan.

3.

Komunikasi
kurang/tidak ada klien tampak bercakap-cakap dengan klien
lain/perawat.

4.

Tidak

ada

kontak mata, klien lebih sering mununduk.


5.

Berdiam

diri

di kamar/tempat terpisah, klien kurang mobilitasnya.


6.

Menolak
berhubungan

dengan

oranglain

klien

memutuskan

percakapan atau pergi jika di ajak bercakap-cakap.

23

7.

Tidak
melakukan kegiatan sehari-hari artinya perawat diri dan
kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan

8.

Posisi

janin

pada sat tidur

Data

subjektif

asuhan

didapat

jika

klien

menolak

berkomunikasi beberapa data subjektif adalah : menjawab dengan


singkat kata-kata tidak, ya , tidak tahu.
1.

Masalah keperawatan
a.

Isolasi sosial menarik diri

b.

Gangguan harga diri rendah

c.

Persiko pembahas sensori persepsi

Pohon masalah
Resiko Perubahan Sensori Persepsi

Isolasi Sosial : Menarik diri

Gangguan Harga diri : Rendah

24

Dx Keperawatan
a.

Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan


dengan menarik diri

b.

Isolasi sosial : Manarik diri berhubungan dengan


menarik diri.

2.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah intivilasi atau penilaian
terhadap pola respon klien baik actual maupun potensial
(Stuart dan Sundeen, 1995 dikutip oleh Keliat, 1999 : 6)
Masalah

keperawatan

sehubungan

dengan

gangguan

hubungan sosial sangat bervariasi tingkatnya, mulai dari


yang riangan sampai yang berat sesuai dengan rentang
respon sosial.
Diagnosa keperawatan menurut NANDA (The American
Nursing Diagnosis Association) :
a.

Tidak efektifnya koping individu sehubungan dengan


kurang percaya dengan orang lain.

b.

Isolasi sosial sehubungan dengan tidak adekuat


kemampuan dalam hubungan interpersonal.

c.

Tidak efektif koping mrkanisme sehubungan dengan


kurang percaya dalam mengambil keputusan.

25

d.

Isolasi sosial sehubungan dengan tidak mampu


menerima kelemahan orang lain, sangat mengkritik
orang lain

e.

Ganguan proses pikir, proyeksi impul yang agresif


sehubungan dengan waham.

f.

Gangguan proses pikir ; Neologisme dan disasosiasi


pembiacaraan

sehubungan

dengan

perubahan

fisiologis.
g.

Gangguan

konsep

diri

Harga

diri

rendah

sehubungan denganpersepsi keluarga yang tidak


realitas dalam hubungan sosial.
h.

Menarik diri sehubungan dengan waham curiga.

i.

Kebersihan diri yang kurang sehubungan dengan


kurang energi.

j.

Menurunya

kemampuan

untuk

mengekspresikan

perasaan sehubungan dengan isolasi sosial.


k.

Gangguan hubungan sosial sehubungan dengan


tingkah laku yang manipulatif.

l.

Menurunnya aktivitas monorik sehubungan dengan


acuh tak acuh terhadap lingkungannya.

m.

Potensial

gangguan

keseimbangan

cairan

dan

makanan sehubungan dengan tidak mampu merawat


diri.

26

n.

Potensial untuk kecelakaan sehubungan dengan


upahan curiga.

o.

Potensial amuk sehubungan dengan tingkah laku


yang impulsive (Depkes RI. 1996).

3.

Rencana Tindakan Kperawatan


Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian
tindakan yang dapat mencapai tujuan khusus (Keliat, 1999 :
14). Pada dasarnya tindakan keperawatan terdiri dari
tindakan kesehatan dan tindakan kolaborasi, rencana
tindakan keperawatan yang dapat dilakukan klien dengan
menarik diri adalah sebagai berikut :
a).

Psikoteurapeutik
1).

Bina hubungan saling percaya


a.

Buat

kontral

dengan pasien, memperkenalkan diri


perawat dan waktu interaksi tujuan
dengan pasie.
b.

Ajak
bercakap-cakap
nama

dengan

panggilan

pasien

memanggil

pasien

untuk

menunjukan penghargaan yang tulus.

27

c.

Jelaskan
kepada klien bahwa infeormasi tentang
pribadi pasien yidak akan diberitahukan
kepada

orang

lain

yang

tidak

berkepentingan.

2).

Berkomunikasi dengan klien secara jelas dan


terbuka.
a.

Bicaa
dengan pasien tentang suatu yang
nyata dn pakai istilah yang sederhana.

b.

Gunakan
komunikasi verbal dan nonverbal yang
sesuai, singkat, jelas dan teratur.

c.

Bersama
pasien

menilai

mamfaat

dari

pembicaraan dengan perawat.


d.

Tunjukan
sifat empati dan beri kesempatan pada
pasien

untuk

mengungkapkan

perasannya.

3).

Kenal dan dukung kelebihan pasien

28

a.

Tanyakan cara menyelesaikan masalah


(koping yang konstruksif).

b.

Dukung koping pasien yang konstruktif.

c.

Bahas bersama pasien tentang koping


yang konstruktif

d.

Anjurkan

pada

klien

untuk

menggunakan koping yang konstruktif.


4).

Bantu

klien

mengurangi

anuitas

ketika

berhubungan interpersonal.
a.

Batasi jumlah orang yang berhubungan


dengan pasien pada awal teurapi.

b.

Lakukan

interaksi

dengan

pasien

sesering mungkin.
c.

Temani pasien beberapa saat dengan


duduk disampingnya.

d.

Libatkan

pasien

dalam

berinteraksi

dengan orang lain secara bertahap


mulai dari satu pasien lain seterusnya.
e.

Libatkan
kelompok .

b)

Pendidikan Kesehatan

pasien

dalam

aktiviatas

29

a.

Jelaskan

pada

pasien

cara

mengungkapkan perasaan selain dengan katakata seperti denan menulis, menggambar,


berolahraga, bermain musik.
b.

Bicarakan dengan pasien peristiwa yang


menyebabkannya menarik diri.

c.

Jelaskan dan anjurkan kepada keluarga


untuk tetap mengadakan dukungan dengan
pasien.

d.

Anjurkan kepada keluarga agar mengikut


sertakan pasien dalam aktivitas dilingkungan
masyarakat.

c)

Kegiatan Hidup Sehari-Hari


a.

Bantu pasien dalam melaksanakan kebersihan


diri sampai dapat melaksankannya secara
mandiri.

d)

b.

Bimbing pasien berpakaian.

c.

Batasi kesempatan untuk tidur siang.

d.

Sediakan sarana informasi dan hiburan.

Therapi somatik

30

a.

Berikan obat sesuai dengan prinsip lima benar


(Benar klien, obat, dosis, waktu dan caranya).

b.

Pantau reaksi obat.

c.

Catat pemberian obat yang telah dilaksanakan

d.

Pastikan apakah obat telah diminum, periksa


tempat

yang

memungkinkan

pasien

menyimpan obat.

e)
a.

Lingkungan Teurapentik
Pindahkan

barang-barang

yang

dapat

membahayakan klien maupu orang lain cari ruangan


pasien.
b.

Cegah agar pasien tidak berada diruangannya


sendiri dalam janka waktu lama.

c.

Beri rangsangan sensori seperti suara musik, gambar


hiasan diruangan pasien. (TIM Direktorat Kesehatan
Jiwa, 1997).

4.

Implementasi tindakan keperawatan


Implementasi
dengan

rencana

tindakan
tindakan

keperawatan
keperawatan,

disesuikan
sebelum

31

melaksankan tindakan yang sudah direncanakan, perawat


perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan
masih sesuai dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya
saat ini (Keliat, 1999 : 15). Perawat juga harus menilai diri
sendiri, apakah mempunyai keterampilan interpersonal,
intelektual, telknikal, sesuai dengan tindakan yang telah
dilaksanakan.

5.

Evaluasi
a.

Evaluasi poses atau formatif yang dilakukan setiap


selesai melaksakan tindakan.

b.

Evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan


membandingkan respon klien pada tujuan kusus
dan umum yang telah dintentukan.

Focus evaluasi pada asuhan keperawatan selain


dapat membina saling percaya dapat diungkapkan tentang
perasaannya mampu berdiskusi dan membuat jadwal
kegiatan diruangan, mampu menggunakan obat dengan
prinsip lima benar (benar klien, obat, dosis, cara dan waktu).

Anda mungkin juga menyukai