DEPARTEMEN IKA
RSMH PALEMBANG
Panduan Praktek
Klinis
No Dokumen
.
No.Revisi
..
Tanggal Revisi
..
Halaman : 1
Ditetapkan Oleh,
Ketua Divisi Endokrinologi
Etiologi
faktor
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan
Penunujang
Komplikasi
Prognosis
Daftar kepustakaan
Tindak Lanjut
1.
Perawakan Pendek
DEPARTEMEN IKA
RSMH PALEMBANG
Panduan Praktek
Klinis
No Dokumen
.
Tanggal Revisi
..
No.Revisi
..
Halaman : 4
Ditetapkan Oleh,
Ketua Divisi Endokrinologi
Etiologi
Varian normal
Familial / genetic short stature
Constitutional delay of growth and puberty / maturation.
Perawakan pendek primer
Sindrom-sindrom yang dihubungkan dengan kelainan
kromosom
Skeletal dysplasia/osteochondrodysplasia
Storage disorder (jarang).
Perawakan pendek sekunder
Kelainan sistemik (penyakit kronis)
Malnutrisi
Kelainan endokrin
Metabolic disorders
Iatrogenic short stature
Psychososial short stature atau emotional (psychosocial
dwarfism).
Bentuk Klinis
(Klasifikasi)
mulai bayi)
Riwayat kehamilan ibu
Riwayat kehamilan dan perkembangan fisis
Riwayat penyakit kronis, operasi dan obat-obatan
Riwayat penyakit dalam keluarga
Riwayat pubertas orang tua
Riwayat nutrisi
Aspek psikososial
Dasar Diagnosis
Pemeriksaan
Penunujang
Tatalaksana
Komplikasi
Prognosis
Daftar1.
kepustakaan
2.
3.
Tindak Lanjut
Algoritme
Perawakan Pendek
Anamnesis / Pemeriksaan Fisik
Dismorfik
Tampak Sakit
Penyakit Kromosom
Hambatan Pertumbuhan
Intrauterine/IUGR
Penyakit Sistemik
Disproporsi Tubuh
Penyakit Tulang
UT > UK
UT < UK
Periksa faal
tiroid
Idioptik, periksa
faal tyroid,
pubertas dini
T4 /N, TSH
Normal
Hipotiroidisme Primer
Rendah
UT = UK
Familial genetik
T4 , TSH
ITT (Tes GH)
< 10 ng/ml
Hipopituitarism?
Normal
Coba beri GH
Defisiensi GH
Respon (+)
Respon (-)
GH Bio-inactive
Laron
Dwarfism
(Idiopatik)
GH Bio-inactive
Diabetes Melitus
DEPARTEMEN IKA
RSMH PALEMBANG
Panduan Praktek
Klinis
No Dokumen
.
Tanggal Revisi
..
No.Revisi
..
Halaman : 8
Ditetapkan Oleh,
Ketua Divisi Endokrinologi
Etiologi
Patogenesis
DM tipe 1 :
Sel beta pankreas mengalami kerusakan (sebagian besar
oleh faktor autoimun) produksi insulin turun
penggunaan glukosa sebagai sumber energi terganggu
tubuh menggunakan lemak dan protein sebagai sumber
energi metabolisme tidak sempurna.
DM tipe 2 :
Terjadi resistensi insulin relatif fungsi insulin turun dan
tidak mencukupi.
Akibat insulin yang rendah:
Uptake glukosa primer rendah glukosa darah
meningkat
Keadaan katabolisme: mobilisasi lemak lemak total,
kolesterol, trigliserida, asam lemak bebas (FFA)
meningkat ketonemia asidosis
Keadaan
katabolisme:
mobilisasi
protein
Bentuk Klinis
(Klasifikasi)
Dasar Diagnosis
Diabetes simtomatis/klinis
Gejala klasik: polidipsia, poliuria, polifagia, berat badan
turun.
Indikasi Rawat
Tatalaksana
kadar gula darah, bila perlu OGTT (bila meragukan), gula urin /
reduksi, ketonemia urin, c. peptide, HbA1c, ICA/IAA (kalau
mampu).
Mencegah komplikasi
Menghilangkan gejala klinis
Pertumbuhan dan perkembangan yang normal (fisik dan
emosi)
Komplikasi
Prognosis
Jangka pendek
Retinopati
5.
Tindak Lanjut
DEPARTEMEN
IKA
RSMH
PALEMBANG
Panduan
Praktek
Klinis
Diabetes Ketoasidosis
No Dokumen
.
Tanggal Revisi
..
No.Revisi
..
Halaman : 12
Ditetapkan Oleh,
Ketua Divisi Endokrinologi
Patogenesis
Bentuk Klinis
(Klasifikasi)
Anamnesis
Poliuria, polidipsia dan polifagia disertai dengan berat badan menurun, sesak
napas dengan / tanpa kesadaran menurun. Penderita DM lama dengan
riwayat kepatuhan berobat yang kurang atau riwayat muntah-muntah disertai
nyeri perut atau sesak disertai kesadaran menurun
Pada kasus rujukan ditanyakan jumlah maupun jenis cairan, insulin dan
jumlah bikarbonas natrikus yang telah diberikan
Pemeriksaan
fisik
a. Keadaan umum dan tanda vital. Tampak sakit sedang sampai berat,
kesadaran menurun, asidosis, sesak nafas (pernapasan Kussmaul),
dehidrasi dengan / tanpa tanda-tanda renjatan, kejang +/-, pada pH 6,9
dapat terjadi depresi pernafasan
b. Status lokalis. Kadang disertai distensi abdomen.
Kriteria
Diagnosis
Pemeriksaan
Penunujang
Darah.
Kimia darah: glukosa darah, serum elektrolit, fungsi ginjal
Darah tepi lengkap.
Analisis gas darah.
Urin: keton urin, reduksi urin, poliuria (> 900 ml/m2/hari).
Tatalaksana
Jenis cairan yang digunakan adalah cairan fisiologis yang isotonis (NaCl
0,9% atau RL) dan selanjutnya disesuaikan dengan kondisi.
Lakukan balans cairan setiap 4 jam. Bila ada penurunan kesadaran perlu
dipasang kateter urin.
b) Pemberian insulin.
Berikan regular insulin 0,1 /kgBB/jam secara intravena (perdrip) dan
diberikan secara terpisah dengan jalur infus untuk resusitasi cairan
50 I insulin dimasukkan dalam 500 ml NS 0,9% atau 10 I insulin dalam
100 ml NS 0,9%
Berikan dengan kecepatan 1 ml/kg/jam
Kadar gula darah tidak boleh turun > 100 mg/dL per jam
Jumlah cairan untuk pemberian insulin ini diperhitungkan juga, sehingga
tetesan resusitasi cairan perlu dikurangi dengan jumlah tetesan insulin.
Insulin tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba. Kecepatan pemberian insulin
dapat disesuaikan (misal menjadi 0,05 /kgBB/jam) sesuai klinis.
Penggantian pemberian secara subkutan harus dilakukan dulu 30 menit
sebelumnya baru insulin drip distop.
Apabila kadar gula darah telah mencapai 250-300 mg/dL, cairan resusitasi
ditambahkan dekstrose 5% dalam perbandingan 1:1 dengan cairan NaCl
0,9%.
Pertahankan kadar gula darah antara 200-250 mg/dl selama pemberian
insulin intravena dengan melakukan monitoring berkala.
Fase Subakut
Pemberian insulin secara intravena dapat diganti secara subkutan apabila
Penderita sudah tidak mengeluh nyeri perut
Kedaruratan asidosis telah teratasi (pernafasan Kussmaul tidak ada,
kadar HCO3 > 15 mEq/L).
Pemberian nutrisi
Edukasi
Komplikasi dan
Prognosis
Daftar
kepustakaan
Tindak Lanjut
DEPARTEMEN IKA
RSMH PALEMBANG
PREMATURE TELARCHE
No Dokumen
.
Panduan Praktek
Klinis
Tanggal Revisi
..
No.Revisi
..
Kode ICD :
Halaman : 17
Ditetapkan Oleh,
Ketua Divisi Endokrinologi
Etiologi
Kriteria Diagnosis
Tatalaksana
Daftar kepustakaan
Panduan Praktek
Klinis
SINEKIA VAGINA
DEPARTEMEN IKA
RSMH PALEMBANG
No Dokumen
.
Tanggal Revisi
..
No.Revisi
..
Halaman : 18
Ditetapkan Oleh,
Ketua Divisi Endokrinologi
Etiologi
Kriteria Diagnosis
Tatalaksana
Edukasi
Daftar kepustakaan
tumpul, atau
Berikan krim estrogen, dioleskan pada malam hari selama 2
minggu dan dilanjutkan selang sehari selama 2 minggu, atau
Laser vaporasi dengan anestesi lokal
Pencegahan
Bersihkan genitalia eksterna setiap BAK/BAB
Gunakan celana dalam longgar dari bahan katun dan diganti
bila basah
Hindari sabun yang bersifat basa
Pengawasan yang cermat dari ibu terhadap higiene
anaknya.
1. Papagiani M, Stanhope R. Labial adhesions in a girl with
isolated premature telarch: the important of organization. J
pediatric adolesense Gynecol 2003; 16(1):31,2
2. Leung AK, Robson TL. The incidence of labial fusion in children.
J pediatric Child Health 1993; 29.(3): 235-236
HIPOTIROID KONGENITAL
DEPARTEMEN
IKA
RSMH
PALEMBANG
No Dokumen
.
Panduan Praktek
Klinis
Tanggal Revisi
..
No.Revisi
..
Ditetapkan Oleh,
Ketua Divisi Endokrinologi
Etiologi
Hipotiroid permanen
Disgenesis tiroid (agenesis, hipogenesis, ektopik) 80-90% kasus
Dishormogenesis tiroid (inborn defect)
Defek hipotalamus hipofisis
Imunologis
Iatrogenik.
Hipotiroid transien
Defisiensi iodium
Idiopatik
Iatrogenic (goiter): obat antitiroid
Terpapar iodine
Maternal Ab induced.
Patogenesis
Bentuk Klinis
(Klasifikasi)
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Kriteria Diagnosis
TSH , T4/fT4
fT4 , TSH (suspek pituitary/sekunder hipotiroid, isolated TSH
deficiency atau tersier hypothyroid) evaluasi ulang fT4
T4/fT4 normal, TSH evaluasi ulang 2-3 minggu T4/fT4 ,
TSH (immature feedback mechanism).
Catatan: fT4 lebih disarankan dibanding T4.
Pemeriksaan
Penunujang
Tatalaksana
Edukasi
Komplikasi dan
Prognosis
Prognosis
Tergantung pada umur saat terapi dimulai dan ada tidaknya
komplikasi
Makin dini dimulai pemberian terapi, makin baik prognosisnya.
Apabila terapi dimulai sesudah umur 1 tahun sulit mencapai IQ
yang maksimal.
Daftar
kepustakaan
Tindak lanjut
DEPARTEMEN IKA
RSMH PALEMBANG
Panduan Praktek
Klinis
HIPERTIROID
No Dokumen
.
Tanggal Revisi
..
No.Revisi
..
Halaman : 23
Ditetapkan Oleh,
Ketua Divisi Endokrinologi
Etiologi
Patogenesis
Bentuk Klinis
(Klasifikasi)
Gejala lebih ringan dari dewasa dan muncul perlahan (6-12 bulan)
Krisis tiroid dan hipertiroid apatik jarang dijumpai.
Adanya Trias : Goiter ( diffus), tirotoksikosis, oftalmopati + dermopati (
jarang)
Gejala mayor
: Struma , takikardi, tekanan nadi melebar,
eksoftalamus, nervositas
Gejala minor
: tremor, intoleransi panas, berat badan menurun
Gejala lain
: nafsu makan meningkat, banyak berkeringat, kulit
panas, prestasi belajar menurun, emosi labil, sering buang air besar,
diare, menstruasi tidak teratur.
Kriteria Diagnosis
Pemeriksaan
Penunujang
Tatalaksana
4. Glukokortikoid
Indikasi: krisis hipertiroid dan progressive severe Graves
opthalmopathy.
b) Pembedahan (tiroidektomi)
Dipertimbangkan bila 2-3 tahun terapi konservatif tidak terjadi
remisi
Persiapan:
Sebelum pembedahan pasien harus tirah baring dengan diet
cukup 1-3 minggu Pra pembedahan hingga 1 minggu pasca
bedah diberi larutan KY jenuh 10 tetesan untuk mencegah
timbulnya thyroid storm
Thyroid Storm keadaan darurat
Terapi :
Sodium iodida iv 1-2 gram
Dexamethason
Propanolol
Kontrol hipertermi dan cairan (infus)
Setelah tiroidektomi perlu observasi
Hipotiroid akibat reseksi berlebih (harus diberi hormon
tiroid seumur hidup)
Tirotoksikosis berulang karena reseksi tiroid kurang
Hipoparatiroid (kelenjar paratiroid secara tidak sengaja
terambil).
Daftar kepustakaan
Tindak lanjut
Decompensatio cordis
Krisis tiroid
Pada neonatus
Maturasi tulang cepat / advanced.
Penutupan sutura sebelum waktunya.
Gangguan pertumbuhan.
Hipotiroid (bila overtreatment).
DEPARTEMEN
IKA
RSMH
PALEMBANG
Panduan
Praktek
Klinis
SINDROMA TURNER
No Dokumen
.
Tanggal Revisi
..
No.Revisi
..
Halaman : 26
Ditetapkan Oleh,
Ketua Divisi Endokrinologi
Patogenesis
Obstruksi limfatik
Keadaan Fisiologis
Gangguan pertumbuhan skeletal
Defek kromosom sel germinal
Keadaan Sekunder
Insiden (%)
Perawakan pendek
Leher pendek
Rasio segmen atas dan bawah
abnormal
Cubitus vagus
Metakarpal pendek
Deformitas madelung
Skoliosis
Genu valgum
Muka khas dengan mikrognati
Palatum arch tinggi
Webbed neck
Low posterior hairline
Rotated ears
Edema pada tangan/tungkai
Displasia kuku
Dermatoglipi yang khas
Strabismus
Ptosis
Nevi pigmentosa multipel
100
40
47
37
7,5
12,5
35
60
36
25
42
Sering
22
13
35
17,5
11
26
Gagal tumbuh
Otitis media
Kegagalan gonad
Infertilitas
Gonadoblastoma
Anomali kardiovaskuler
Hipertensi
Anomali renal dan renovaskuler
Tiroiditis Hashimoto
Hipotiroid
Alopesia
Vitiligo
Kelainan gastrointestinal
Intoleransi karbohidrat
100
73
90
95
5
55
7
39
34
10
2
2
2,5
40
97
Diffrential
diagnosis
Pemeriksaan
Penunujang
Tatalaksana
Komplikasi dan
Prognosis
Daftar
kepustakaan
DEPARTEMEN IKA
RSMH PALEMBANG
Panduan Praktek
Klinis
Tanggal Revisi
..
No.Revisi
..
Halaman : 28
Ditetapkan Oleh,
Ketua Divisi Endokrinologi
Etiologi
Patogenesis
Desmolase
Cholestrol >
17- Hydroxylase
C-17 Lyase
Pregnenolon
170H-Pregnenolon
Dehydroepiandrosterone
3- Hydroxysteroid
3 HSD
3 HSD
Dehydrogenase (3 HSD)
Progesterone
21-Hydroxylase
Deoxycorticostero
11- Hydroxylase
170H-Progesterone
Androstenedione
21-Hydroxylase
Peripheral tissues
11- Deoxycortisol
Testosterone
11- Hydroxylase
Corticosterone
Cortisol
18-Hydroxylase
18-Hydroxylase
18-Oxydase
Aldosterone
Bentuk Klinis
(Klasifikasi)
Kriteria Diagnosis
Gejala Klinis
a. Ambigus genitalia
Pseudohermafroditism dengan klitoromegali dan fusi lipatan
labioskrotal parsial/komplit.
Keadaan berat laki-laki dengan kriptokismus
b. Pubertas prekoks
c. Salt wasting / Hiponatremia
Kehilangan garam hiponatremia, gagal tumbuh, dehidrasi, dan
hiperkalemia
Krisis adrenal tidak mau minum, muntah-muntah, diare,
failure to thrive, dehidrasi, hiperkalemia, hiponatremia, asidosis.
Hipoglikemia
Hiperpigmentasi
d. Pertumbuhan linier
e. Fungsi reproduksi
Wanita : oligomenore, amenore, menstruasi tidak teratur atau
infertilitas
Pajanan androgen tingkah laku wanita seperti laki-laki
Laki-laki defisiensi spermatogenesis
f. Simple virilizing form
g. Tipe non klasik
Tergantung umur onset
Pubertas prekoks
Umur tulang maju
Pertumbuhan pesat
Pada perempuan: polikistik ovarii hirsutisme, menstruasi tidak
teratur, perawakan pendek, fertilitas menurun.
h. Heterozigot
Gejala kelebihan androgen
Pemeriksaan
Penunujang
a. Tipe Klasik
Na rendah dan K tinggi
Peningkatan serum 17-OHP dan hormon androgen adrenal
Kortisol serum rendah
Ambigus genitalia
Pemeriksaan PRA merupakan indesi sensitif untuk insufisiensi
mineralokortikoid.
Genitografi: terlihat uterogenital dan uterus
USG genitalia interna: terlihat uterus
Foto rontgen usia tulang untuk evaluasi pubertas prekoks.
Tes genetik
b. Tipe Non Klasik
Perlu uji stimulasi ACTH
Tatalaksana
1) Terapi Hormonal
Prinsip: mencegah terjadinya insufisiensi adrenal
a. Pada keadaan akut HAK Salt Wasting
Terapi syok denga NaCl 0,9% 20 ml/kg, dalam 1 jam
dilanjutkan dengan 3.200 ml/m2/24 jam cairan isotonis.
Bila hipoglikemia berikan 2-4 ml/kgBB Dekstrose 10%
Hidrokortison hemisuksinat 50-100 mg/m2 atau 1-2 mg/kgBB
dilanjutkan dengan 50-100 mg/m2 dengan dosis terbagi tiap
6 jam, dilanjutkan dengan dosis rumatan per oral seumur
hidup 15-20 mg/m2/hari dalam 2-3 kali pemberian setelah
fase akut terlewati.
Daftar kepustakaan
1. Clayton P, Miller WL, Oberfield SE, Ritzen EM, Sippel WG, Speiser
PW: Consensus statement on 21-hydroxylase deficiency from the
Europen Society for Paediatric Endocrine Society. J Clin Endoc
Metab 2002;87: 4048-4053.
2. Speiser PW, White PC, New MI: Congenital adrenal hyperplasia;
James VH (ed): The Adrenal Gland. Comprehensive
Endocrinology, revised ser. New York, Raven Press, 1992,pp 371372
HIRSUTISME
DEPARTEMEN
IKA
RSMH
PALEMBANG
No Dokumen
.
Panduan Praktek
Klinis
Tanggal Revisi
..
No.Revisi
..
Halaman : 31
Ditetapkan Oleh,
Ketua Divisi Endokrinologi
Pertumbuhan rambut terminal yang berlebihan, bersifat androgendependent, pada perempuan dengan pola distribusi seperti pada lakilaki dewasa. Tampak pertumbuhan rambut dengan pola distribusi
maskulin yaitu di atas bibir dan depan telinga.
Etiologi
a. Hirsutisme Idiopatik:
Pertumbuhan rambut berlebih yang bukan disebabkan
peningkatan sekresi hormon androgen ataupun gangguan
metabolik lainnya.
Ditandai dengan riwayat keluarga yang mempunyai
distribusi rambut serupa, riwayat menstruasi biasanya
normal, biasanya tidak terdapat tanda virilisasi, bersifat
generalisata, sekresi keringat dan sebum meningkat, tidak
ditemukan tumor pelvis.
Diduga penderita mempunyai folikel rambut yang
hipersensitif terhadap kadar hormon androgen plasma yang
normal.
Bila ukuran klitoris cukup besar ataupun terjadi peningkatan
kadar hormon testosteron dalam plasma, mungkin ada
penyakit sistemik yang mendasarinya
b. Hirsutisme Endokrinopati:
Ditandai dengan keadaan maskulinisasi disertai kadar 17
ketosteroid dalam urin yang meningkat.
Pertumbuhan rambut berlebih pada perempuan, sekitar
80% disertai kadar hormon androgen dalam serum yang
meningkat
b.1. Berasal dari Kelenjar Adrenal
b.1.1. Hiperplasi kelenjar adrenal kongenital:
- Diturunkan secara resesif autosomal dan
terdapat pada sekitar 10% penderita
hirsutisme.
- Bila onset terjadi dalam uterus; saat lahir bayi
dapat mempunyai kedua jenis kelamin. Bila
onsetnya pada masa kanak-kanak, ditandai
dengan virilisasi dan pertumbuhan prekok.
b.1.2. Sindrom adrenogenital pada dewasa: mempunyai
onset dewasa.
b.1.3. Adenoma/karsinoma kelenjar adrenal:
Terdapat tanda virilisasi dan peningkatan kadar
17 ketosteroid dalam urin yang tidak dapat diobati
dengan pemberian obat.
Bentuk Klinis
(Klasifikasi)
Kriteria Diagnosis
Hirsutisme
menyebabkan
pembesaran
akar
rambut,
pembesaran dan peningkatan pigmentasi rambut serta
pertumbuhan rambut dengan pola penyebaran yang secara
normal ditemukan pada pria.
Masalah yang sangat mengganggu pada hirsutisme adalah
pertumbuhan rambut wajah yang berlebihan.
Hirsutisme bisa dihubungkan dengan suatu keadaan yang
disebut maskulinisasi, dimana didapatkan keadaan:
Hipertrikosis
Adenoma Adrenal
Karsinoma Adrenal
Defisiensi C-11 Hydroksilase
Defisiensi C-17 Hydroksilase
Sindroma Cushing
Lesi maligna ovarium
Kanker ovarium
Ovarian Polycystic Disease
Diffrential
diagnosis
Pemeriksaan
Penunujang
Tatalaksana
Testosteron serum
17-Hydroxyprogesterone
Pemeriksaan darah untuk menentukan kadar LH
(luteinizing hormone), FSH, prolaktin dan hormon lainnya.
CT scan abdomen
USG.
Bone age.
Daftar
kepustakaan