Anda di halaman 1dari 13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Kecerdasan Spasial
Pencetus teori multiple intelligence (kecerdasan jamak) Howard
Gardner menyatakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan untuk
menyelesaikan masalah, atau menciptakan produk yang berharga dalam
satu atau beberapa lingkungan budaya dan masyarakat (Gardner,
2003:22). Menurut Gardner kecerdasan bukanlah kemampuan yang
sudah ada sejak lahir dan akan tetap sepanjang hidup yang tidak dapat
dikembangkan.

Kecerdasan

selalu

dapat

dikembangkan

lewat

pembelajaran dan seorang guru mempunyai peran untuk membantu


perkembangan kecerdasan anak. Kecerdasan anak yang sudah tinggi
dapat dimaksimalkan, sedangkan kecerdasan anak yang masih rendah
dapat dibantu untuk ditingkatkan sehingga dapat digunakan dalam
menghadapi persoalan hidup yang lebih baik.
Amstrong dalam Musfiroh (2005:62) berpendapat bahwa anak
yang cerdas dalam visual spasial memiliki kepekaan terhadap warna,
garis-garis, bentuk, ruang dan bangunan, memiliki kemampuan
membayangkan sesuatu dan melahirkan ide secara visual dan spasial
(dalam bentuk gambar).
Kecerdasan

spasial

adalah

kecerdasan

yang

mencakup

kemampuan berpikir dalam gambar, serta kemampuan untuk menyerap,


mengubah dan menciptakan kembali berbagai macam aspek dunia visual6

spasial. Kecerdasan visual-spasial berkaitan dengan kemampuan


menagkap warna, arah, ruang secara akurat. Sebagaimana dikemukakan
Armstrong bahwa Anak yang cerdas dalam visual spasial memiliki
kepekaan terhadap warna, garis-garis, bentuk-bentuk, ruang dan
bangunan (Musfiroh, 2004: 67). Sedangkan menurut Indra anak yang
memiliki kemampuan spasial dapat mengenali identitas objek ketika
objek tersebut ada dari sudut pandang yang berbeda, dan mampu
memperkirakan jarak dan keberadaan dirinya dengan sebuah obyek
(Musfiroh, 2004:67). Kecerdasan visual spasial meliputi kemampuankemampuan untuk mempresentasikan dunia melalui gambaran-gambaran
mental dan ungkapan artistik (Shearer, 2004).
Kecerdasan

spasial

sebagai

sekumpulan

kemampuan-

kemampuan yang berhubungan dengan pemilihan, pemahaman dimana


proyeksi visual, imajinasi mental pemahaman ruang, manipulasi
imajinasi, serta pengandaan imajinasi nayat maupun imanjinasi dalam
diri/abstrak (Agustin, 2006:35). Menurut Howard Gadner menguraikan
deskripsi tentang kecerdasan spasial adalah kemampuan memahami,
memproses, dan berpikir dalam bentuk visual. Anak dengan kecakapan
ini mampu menerjemahkan bentuk gambaran dalam pikirannya ke dalam
bentuk dua atau tiga dimensi (Agustin, 2006).
Menurut Abdurrahman (dalam Apriani, 2007:56 ) ada lima jenis
kemampuan visual spasial, yaitu:
a. Hubungan keruangan (spatial relation)

Menunjuk persepsi tentang posisi berbagai objek dalam


ruang. Dimensi fungsi visual ini mengimplikasikan persepsi tentang
tempat suatu objek atau symbol (gmabar, huruf, dan angka)
hubungan ruangan yang menyatu dengan sekitarnya.
b. Diskriminasi visual (visual discrimination)
Menunjuk pada kemampuan membedakan suatu objek dari
objek yang lain. Misalkan membedakan antara gambar balok dan
kubus.
c. Diskriminasi bentuk latar belakang (figure-ground discrimination)
Menunjuk pada kemampuan membedakan suatu objek dari
latar belakang yang mengelilinginya. Anak memiliki kekurangan
dalam bidang ini tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu objek
karena sekeliling objek tresebut ikut mempengaruhi perhatiannya.
d. Visual clouser
Menunjuk

pada

kemampuan

mengingat

dan

mengidentifikasi suatu objek, meskipun objek tersebut tidak


diperhatikan secara keseluruhan dengan hanya mengidentifikasinya
berdasar ciri-ciri khusus bentuk benda yang kemudian dapat
divisualisasikan kembali menjadi objek yang dimaksud.

e. Mengenal objek (object recognition)

Menunjukan pada kemampuan mengenal sifat berbagai


objek pada saat mereka memandang . Pengenalan tersebut mencakup
berbagai bentuk geometri, huruf, angka dsb.
Ciri khusus dari kecerdasan spasial adalah pemahaman tentang
arah, serta berpikir dan merencanakan sesuatu dalam tiga dimensi.
Sedangkan ciri umum dari kecerdasan spasial adalah 1) sangat senang
bermain dengan bentuk dan ruang, seperti puzzle dan balok, 2) tidak
mengalami kesulitan membaca peta, 3) lebih tertarik pada gambar dari
pada tulisan, 4) peka terhadap warna, 5) suka fotografi atau videografi, 6)
mampu membayangkan sebuah benda dilihat dari berbagai sudut, 7)
imajinatif (suka membayangkan), 8) pandai menggambar.
B. Model Pembelajaran
1. Pengertian model pembelajaran
Dalam proses pembelajaran dikenal istilah model pembelajaran.
Dalam proses pembelajar dibutuhkan model pembelajaran supaya
pembelajaran lebih efektif . Menurut Sudrajat (2008)

Model

pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal


sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
Gunter et al (1990) mendefinisikan an instructional model is a
step-by-step procedure that leads to specific learning outcomes. Joyce &
Weil (1980) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan

10

pembelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran merupakan


kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit
dibedakan dengan strategi pembelajaran. An instructional strategy is a
method for delivering instruction that is intended to help students
achieve a learning objective (Burden & Byrd, 1999).
2. Model Pembelajaran Project Based Learning
Pembelajaran berbasis proyek atau Project Based Learning (
PBL) merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan
kerja proyek (Isriani dan Dewi, 2012: 127). Menurut Mahanal (2009: 2)
pembelajaran PBL secara umum memiliki pedoman langkah: planning
(perencanaan), creating (mencipta atau implementasi), dan processing
(pengolahan).
a. Karakteristik project based learning
Menurut Thomas dalam (Isriani, 2012:127-128) fokus
pembelajaran terletak pada prinsip dan konsep inti dari suatu disiplin
ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan
kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan
siswa bekerja secara otonom dalam mengontruksi pengetahuan
mereka sendiri, dan mencapai puncaknya untuk menghasilkan
produk nyata.

11

b. Prinsip-prinsip Project Based Learning


Ada lima prinsip pembelajaran berbasis proyek menurut
Thomas seperti dikutip Wena (2011, dalam Isriani, 2012: 128),
antara lain:
1) Prinsip sentralis
Prinsip sentralis menegaskan bahwa kerja proyek
merupakan esensi dari kurikulum.
2) Prinsip pertanyaan pendorong
Prinsip ini merupakan external motivation yang mampu
menggugah kemandiriannya dalam mengajarkan tugas-tugas
pembelajaran
3) Prinsip otonom
Merupakan prinsip yang mengacu pada kemandirian
siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
4) Prinsip realistis
Prinsip ini mengatakan bahwa proyek merupakan
sesuatu yang nyata, bukan seperti di sekolah.
3. Keuntungan Project Based Learning
Menurut Moursund seperti dikutip Wena, 2011 (dalam Isriani,
2012: 130-131) beberapa keuntungan dari pembelajaran berbasis proyek,
antara lain sebagai berikut:
a. Increased motivation

12

Pembelajaran berbasis proyek terbukti dapat meningkatkan


motivasi belajar siswa.
b. Increased problem-solving ability
Pembelajaran

berbasis

proyek

dapat

meningkatkan

kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif dan


berhasil memecahkan problem-problem yang bersifat komplek.
c. Improved library research skills
Dengan pembelajaran berbasis proyek keterampilan siswa
untuk mencari dan mendapatkan informasi akan meningkat.
d. Increased collaboration
Siswa

dapat

mengembangkan

dan

mempraktikan

keterampilan komunikasi dan kerjasama.


e. Increased resource management skills
Pembelajaran

berbasis

proyek

memberikan

siswa

pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek dan


membuat

alokasi

waktu

dan

sumber-sumber

lain

seperti

perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.


C. Prestasi Belajar Ranah Psikomotorik
1. Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar,
terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi
berarti hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan
sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 787). Dalam Kamus

13

Besar Bahasa Indonesia, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan


prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes
atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Menurut Nasution (1996: 17)
prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam
berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila
memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya
dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu
memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.
2. Pengertian Prestasi Belajar Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Psikomotorik berhubungan
dengan hasil belajar yang pencapainnya melalui keterampilan (skill)
sebagai hasil dan tercapainya kompetensi pengetahuan. Kompetensi
peserta didik dalam ranah psikomotorik menyangkut kemampuan
melakukan gerakan refleks, gerakan dasar, gerakan persepsi, gerakan
berkemampuan fisik, gerakan terampil, gerakan indah dan kreatif
(Kunandar, 2013: 249).
Instrumen yang dikembangkan dalam penilaian kompetensi
keterampilan ini menggunakan penilaian kinerja atau unjuk kerja
(performance). Penilaian perbuatan atau unjuk kerja adalah penilaian
tindakan atau tes praktik yang secara efektif dapat digunakan untuk

14

kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk-bentuk


prilaku atau keterampilan yang diharapkan muncul dalam diri peserta
didik (Kunandar,2013:257).
Indikator aspek psikologis motorik menurut Samson sebagai
berikut (Kasmadi dan Nia, 2014:41):
a. Persepsi menurut kamus bahasa indonesia adalah penglihatan, sisi
pandang, tanggapan/daya paham. Elfiky mengatakan sebagai
referensi rasional yan tersimpan dalam file-file pada memori otak
berdasarkan

pengalaman

yang

ditemui

seseorang,

berisi

pengetahuan, norma, keterampilan dan prinsip.


b. Kesiapan, bukan hanya fisik (state of being prepare) akan tetapi
secara keseluruhan diri berkenaan dengan kesiapan secara fisik,
mental, maupun emosional. Fisik berhubungan dengan keadaan
ragawi, ditandai dengan sehat secara fisik. Mental berkaitan dengan
jiwa, keadaan batin kapasitas ruhaniah. Emosional berkaitan dengan
pertumbuhan sikap, serta kematangan perasaan.
c. Mekanisme, berkenaan dengan penampilan respon yang telah
dipelajari, serta mendasari kebiasaan-kebiasaan (elementary).
d. Respons terbimbing, berkenaan dengan perilaku meniru, coba-coba.
e. Kemahiran, berkenaan dengan penampilan gerakan motorik, atau
kompetensi diri (skillfulnes). Kata mahir merupakan kemampuan
lebih atau diatas rata-rata pada bidang tertentu.
f. Adaptasi, berkenaan dengan keterampilan yang sudah berkembang
pada diri individu sehingga ia mampu memodifikasi.
g. Originasi, berkenaan menunjukkan penciptaan baru, idea pemikiran
yang asli, atau konsep-konsep originalitas.

15

Tabel 2.1Ciri-ciri Hasil Belajar Ranah Psikomotorik


No

Tingkatan Hasil

Belajar
Perception

Ciri-ciri

1.Mengenal Objek melalui Pengamatan indrawi.


2.Mengolah hasil pengamatan (dalam pikiran).
3.Melakukan seleksi terhadap objek (pusat
perhatian).
Set
1.Kesiapan mental untuk bereaksi.
2.Kesiapan fisik untuk bereaksi.
3.Kesiapan emosi atau perasaan untuk bereaksi.
Guided
1.Melakukan peniruan
Response
2.Melakukan coba-coba salah (trial and error).
3.Pengembangan respons baru.
Mechanism
1.Mulai tumbuh perfomance skill dalam berbagai
bentuk.
2.Respons-respons
baru
muncul
dengan
sendirinya.
Complex overt Sangat terampil yang digerakkan oleh aktivitas
Response
motoriknya.
Adaptation
1.Pengembangan keterampilan individu untuk
gerakan yang dimodifikasi.
2.Kemampuan untuk menghadapi problem
solving.
Originization
Mampu mengembangkan kreativitas gerakangerakan baru untuk menghadapi bermacammacam situasi atau problema-problema yang
spesifik.

5
6

(Sumber : Edward Norman Gronlund(1981) diadopsi dari Kunandar, 2013:255)


3. Faktor faktor yang mempengarui prestasi belajar
Setiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor
faktor yang mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun
yang

menghambat.

Menurut

Ahmad

(1998:72),

faktor

yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa itu adalah sebagai berikut :

a. Faktor internal
Faktor internal ada1ah faktor yang berasal dari dalam diri
siswa. Faktor ini dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :

16

1) Faktor intelegensi
Intelegensi dalarn arti sempit adalah kemampuan untuk
mencapai prestasi di sekolah yang didalamnya berpikir
perasaan. Intelegensi ini memegang peranan yang sangat
penting bagi prestasi belajar siswa. Karena tingginya peranan
intelegensi dalam mencapai prestasi belajar maka guru harus
memberikan perhatian yang sangat besar terhadap bidang studi
yang banyak membutuhkan berpikir rasiologi.
2) Faktor minat
Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subyek untuk
merasa tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang beminat
dalam pelajaran tertentu akan menghambat dalam belajar.
3) Faktor keadaan fisik dan psikis
Keadaan fisik rnenunjukkan pada tahap pertumbuhan, kesehatan
jasmani, keadaan alat alat indera dan lain sebagainya. Keadaan
psikis menunjuk pada keadaan stabilitas mental siswa, karena
fisik dan psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap
kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya.

b. Faktor eksternal
1) Faktor guru

17

Guru

sebagai

tenaga

berpendidikan

rnemiliki

tugas

menyelenggarakan kegiatan belajar rnengajar, membimbing,


melatih,

mengolah,

meneliti

dan

mengembangkan

serta

memberikan pelalaran teknik karena itu setiap guru harus


memiliki wewenang dan kemampuan profesional, kepribadian
dan kemasyarakatan. Guru juga rnenunjukkan flexibilitas yang
tinggi yaitu pendekatan didaktif dan gaya memirnpin kelas yang
selalu disesuaikan dengan keadaan, situasi kelas yang diberi
pelajaran, sehingga dapat rnenunjang tingkat prestasi siswa
semaksimal mungkin.
2) Faktor lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan hasil kerja,
bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat
penting, karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di
rumah, keluarga kurang mendukung situasi belajar. Seperti
kericuhan keluarga, kurang perhatian orang tua, kurang
perlengkapan belajar akan mempengaruhi berhasil tidaknya
belajar.
3) Faktor sumber-sumber belajar
Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan dalam proses
belajar adalah tersedianya sumber belajar yang memadai.
Sumber belajar itu dapat berupa media/ alat bantu belajar serta
bahan baku penunjang. Alat bantu belajar merupakan semua alat

18

yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan


perbuatan belajar. Maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi
konkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta hasil
yang lebih bermakna. Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa

prestasi

belajar

merupakan

ukuran

keberhasilan

seseorang setelah menempuh proses balajar. Terdapat beberapa


faktor yang mempengaruhi prestasi belajar diantaranya faktor
internal dan faktor eksternal seperti yang tertera di atas. Yang
menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah minat
belajar yang termasuk dalam faktor minat, kecerdasan
emosional dan kemampuan spasial yang termasuk dalam faktor
intelegensi tergolong faktor internal.
D. Hipotesis
Pengaruh antara kemampuan spasial terhadap proses belajar siswa
kelas XI TGB SMK Negeri 1 Nganjuk tahun ajaran 2014/2015.

Anda mungkin juga menyukai