Filtrasi adalah salah satu proses pemisahan yang dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis tergantung pada bahan yang akan dipisahkan serta tingkat
pemisahan yang diinginkan. Teknologi filtrasi membran merupakan salah satu
teknologi filtrasi yang menggunakan media penyaring dari membran. Hal ini
terjadi dengan melewatkan cairan melalui suatu membran tipis yang bisa
berbentuk seperti piringan. Teknologi ini digunakan untuk memisahkan partikel
yang tidak diinginkan, untuk pemurnian, atau untuk penghilangan racun.
Secara umum filter dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu filter
dalam (depth filter) dan filter saringan (screen filter). Filter saringan memisahkan
partikel-partikel di atas permukaannya seperti halnya saringan. Filter membran
termasuk dalam golongan filter saringan.
Filtrasi membran juga mempunyai kelemahan, yaitu terjadinya fouling.
Fouling merupakan proses terakumulasinya komponen secara permanen akibat
filtrasi itu sendiri. Fouling terjadi akibat interaksi yang sangat spesifik secara fisik
dan kimia antara berbagai padatan terlarut pada membran. Kemungkinan
terjadinya fouling sangat besar pada metode dead end filtration karena aliran
larutan umpan secara vertikal. Peristiwa fouling dapat dikurangi dengan metode
cross flow filtration, yaitu alirkan secara horizontal.
Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah
Ananas comosus. Nanas biasanya berwarna hijau sebelum masak dan berubah
menjadi hijau kekuningan apabila masak, kulit buahnya bersisik dan "bermata"
banyak. Nanas selain sebagai sumber vitamin C, buah nanas mengandung protein,
asam organik,dan dektrosa. Warna buah cepat sekali berubah oleh pengaruh fisika
misalnya sinar matahari dan pemotongan, serta pengaruh biologis (jamur)
sehingga mudah menjadi busuk, maka pengolahan buah untuk memperpanjang
masa simpannya sangat penting.
Buah dapat diolah menjadi berbagai bentuk minuman seperti anggur, sari
buah dan sirup juga makanan lain seperti manisan, dodol, keripik, dan sale. Sari
buah lebih mudah untuk dicerna dan lebih tahan lama. Kualitas sari buah setara
dengan kualitas buahnya. Bebeapa penentu kualitas adalah kekentalan, kekeruhan,
dan kadar padatan terlautnya. Menurut prinsipny ada 2 macam sari buah, yaitu:
Sari buah encer yaitu cairan buah yang diperoleh dari pengepresan daging buah,
dilanjutkan dengan penambahan air dan gula pasir. Sari buah pekat/Sirup, yaitu
cairan yang dihasilkan dari pengepresan daging buah dan dilanjutkan dengan
proses pemekatan, baik dengan cara pendidihan biasa maupun dengan cara lain
seperti penguapan dengan hampa udara, dan lain-lain. Sirup ini tidak dapat
langsung diminum, tetapi harus diencerkan dulu dengan air.
METODE PENELITIAN
Sari buah nanas yang sudah diukur berbagai karakteristik fisiknya
dimasukan ke chamber berupa tabung transparan yang tertutup untuk
memudahkan pengamatan. Alat yang dipergunakan adalah sel buntu berpengaduk,
magnetic stirer, pompa udara, manometer, stopwatch, neraca analitik, viskometer
bola jatuh (Gilmont), Oakton pH/CON 10 series meter, digital refraktometer
GMK 701R, piknometer 25 ml, dan 2100P turbidimeter.
Membran selulosa asetat ditopang dengan bahan plastik pada bagian
bawah chamber. Pada bagian bawah chamber dibuat lubang kecil untuk
mengalirkan hasil filtrasi. Sementara bagian atas diberikan tekanan dan pengaduk
dari magnetik stirer. Pemberian tekanan dan kecepatan pengadukan divariasikan
untuk melihat pengaruhnya. Berbagai perlakuan yang diberikan adalah
X1= Tanpa perlakuan
X2= Variasi kecepatan pengadukan 5 cm/s
X3= Perlakuan tekanan sebesar 1,021 x 105 Pascal
X4= Variasi kecepatan pengadukan 22 cm/s
X5= Kecepatan pengadukan 22 cm/s dan tekanan sebesar 1,021 x 105
Pascal
Filtrat yang diperoleh diukur volume setiap kelipatan 30 menit selama 15
jam, lalu diukur lagi besaran fisiknya. Sari buah sisa filtrasi yang masih ada di
bagian atas membran diukur juga sebagai bahan pertimbangan.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
1.
Fenomena Fluks pada proses filtrasi
Rejeksi Membran
gravitasi saja yang berpengaruh terhadap jalannya proses filtrasi. Selain itu
perlakuan pengadukan menunjukkan nilai rejeksi yang lebih besar daripada
perlakuan penambahan tekanan.
3.
Pori Membran
Ukuran rataan pori membran yang telah digunakan pada proses filtrasi lebih
kecil daripada membran bersih. Hal ini menunjukkan adanya peristiwa fouling
pada membran yang telah dipakai pada proses filtrasi. Pemberian perlakuan
kecepatan yang lebih tinggi beserta tekanan memberikan kontribusi tertinggi pada
peristiwa fouling, yang ditunjukan dengan nilai ukuran rataan pori yang kecil
(x5).
4.
Kekentalan Larutan
Kekeruhan Larutan
Gambar 7. Total Padatan Terlarut Sari Buah Nenas pada Beberapa Perlakuan
Filtrasi
Total padatan terlarut setelah filtrasi terendah nilainya pada sampel tanpa
perlakuan, dan tertinggi pada perlakuan ketiga yakni penggunaan tekanan 1,021 x
105 Pa. Penurunan total padatan setelah filtrasi disebabkan karena adanya
penurunan kerapatan sari buah setelah filtrasi berlangsung.
Padatan terlarut pada sisa filtrasi perlakuan empat dan lima memiliki nilai
lebih rendah daripada padatan terlarut setelah filtrasi. Hal tersebut dikarenakan
pada filtrasi dengan kecepatan pengadukan 22 cm/s dan tekanan sebesar 1,021 x
105 Pascal telah dihasilkan permeate yang lebih besar, sehingga padatan-padatan
kecil yang terlarut dan yang terlewatkan melalui membran lebih banyak. Sehingga
memiliki TPT lebih rendah dari pada sari buah nanas setelah filtrasi.
8.
pH larutan
Interaksi membran dengan larutan ektrak buah bisa menimbulkan fenomena
sensorik membran pada perlakuan keasaman ekstrak buah
partikel yang tidak terlarut pada sari buah nanas sisa filtrasi, sehingga kandungan
air di dalamnya menurun.