Anda di halaman 1dari 23

Metode Pemisahan Analitik

(Pemanfaatan Metode Filtrasi Membran)


Dosen Pengampu :
Taufik Muhammad Fakih, M.S.Farm., Apt.
ANGGOTA KELOMPOK SLIDE 3

M. Azis Aulia Rahman Vina Azzahra Siti N. Deden Miftah Fauzan


10060317128 10060319157 10060319159
ANGGOTA KELOMPOK SLIDE 4

Nisa Qotrunida Afwa M. Raja Fachri Agung Gunawan Fadil Rido Gumelar
10060319141 10060319150 10060319160 10060319162
. .
TOPIK SLIDE 5

1 2 3 4 5

Pengertian Tujuan Metode Hasil Kesimpulan


Filtrasi Penelitian Penelitian Penelitian
Membran
Pengertian Filtrasi Membran SLIDE 6
Filtrasi adalah salah satu proses pemisahan yang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
tergantung pada bahan yang akan dipisahkan serta tingkat pemisahan yang diinginkan. Teknologi
filtrasi membran merupakan salah satu teknologi filtrasi yang menggunakan media penyaring dari
membran. Hal ini terjadi dengan melewatkan cairan melalui suatu membran tipis yang bisa berbentuk
seperti piringan.

Filtrasi membran juga mempunyai kelemahan, yaitu terjadinya fouling. Fouling merupakan
proses terakumulasinya komponen secara permanen akibat filtrasi itu sendiri. Fouling terjadi akibat
interaksi yang sangat spesifik secara fisik dan kimia antara berbagai padatan terlarut pada membran.
Kemungkinan terjadinya fouling sangat besar pada metode dead end filtration karena aliran larutan
umpan secara vertikal. Peristiwa fouling dapat dikurangi dengan metode cross flow filtration, yaitu
alirkan secara horizontal.
LANJUTAN SLIDE 7
Terdapat beberapa membran filtrasi diantaranya: membran mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, Reverse

Osmosis (RO), elektrolisis, elektrofiltrasi dan dianalisis. Selain itu membran dapat dibedakan

berdasarkan gradient tekanan sebagai gaya dorongnya dan pemeabilitasnya, yaitu: Mikrofiltrasi (MF)

beroperasi pada tekanan berkisar 0,1-2 Bar dan batasan permeabilitas-nya lebih besar dari 50 L/m2

.jam.bar. Ultrafiltrasi (UF) beroperasi pada tekanan antara 1-5 Bar dan batasan permeabilitas-nya adalah

10-50 L/m2.jam.bar. Nanofiltrasi beroperasi pada tekanan antara 5-20 bar dan batasan permeabilitas-nya

mencapai 1,4 – 12 L/m2.jam.bar dan Reverse Osmosis (RO) beroperasi pada tekanan antara 10-100 Bar

dan batasan permeabilitas-nya mencapai 0,05-1,4 L/m2.jam.bar.


TUJUAN PENELITIAN SLIDE 8

• Pada jurnal ini, fokus penelitiannya yaitu penentuan teknologi pengolahan pangan alternatif dengan

menggunakan membran selulosa asetat.


METODE PENELITIAN
SLIDE 9
Bahan yang dipakai : Sari buah nanas dan membrane selulosa asetat

Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi sel buntu berpengaduk, magnetic stirer, pompa udara,

manometer, stopwatch, neraca analitik, viskometer bola jatuh (Gilmont), Oakton pH/CON 10 series meter, digital Refraktometer

GMK 701R, piknometer 25 ml, dan 2100P turbidimeter.

Pada proses ini dilakukan beberapa perlakuan berbeda, diantaranya Filtrasi sari buah nanas tanpa perlakuan

apapun sebagai X1. Filtrasi sari buah nanas dengan memberikan perlakuan pengadukan menggunakan magnetic stirer

dengan variasi kecepatan pengadukan 5 cm/s, sebagai X2. Filtrasi sari buah nanas dengan memberikan perlakuan tekanan

sebesar 1,021 x 105 Pascal, sebagai X3. Filtrasi sari buah nanas dengan memberikan perlakuan pengadukan menggunakan

magnetic stirer dengan variasi kecepatan pengadukan 22 cm/s, sebagai X4. Filtrasi sari buah nanas dengan perlakuan

kecepatan pengadukan 22 cm/s dan tekanan sebesar 1,021 x 105 Pascal, sebagai X5.
LANJUTAN SLIDE 10
Dari data yang diperoleh diketahui bahwa peningkatan pH sari buah nanas setelah filtrasi

terbesar diperoleh dari filtrasi tanpa perlakuan dan penurunan terkecil dari filtrasi dengan

perlakuan tekanan sebesar 1,021 x 105 Pascal. Pada filtrasi dengan perlakuan kecepatan

pengadukan 22 cm/s dan tekanan sebesar 1,021 x 105 Pascal sari buah nanas sisa filtrasi

mengalami penurunan pH yang terbesar dan yang paling kecil penurunan pHnya pada filtrasi

tanpa perlakuan.
LANJUTAN SLIDE 11
Secara keseluruhan sari buah nanas yang telah mengalami proses filtrasi terjadi peningkatan pH
karena pada proses filtrasi yang mampu melewati membran hanya partikel-partikel kecil yang
mengakibatkan penurunan kerapatan dan total padatan terlarut sari buah nanas setelah filtrasi,
sehingga kadar airnya meningkat. Sedangkan pada sari buah nanas sisa filtrasi jika dibandingkan
dengan sari buah nanas sebelum dan setelah filtrasi terjadi penurunan nilai pH sari buah nanas
yang disebabkan telah terlewatkannya zat-zat yang kecil yang terlarut pada sari buah nanas
melalui membran dan tetap tertinggalnya zat-zat, koloid, ataupun partikel yang tidak terlarut pada
sari buah nanas sisa filtrasi, sehingga kandungan air di dalamnya menurun.
Lanjutan
SLIDE 12
Dari data yang diperoleh ternyata perlakuan pengadukan memberikan
pengaruh yang lebih besar daripada perlakuan tekanan. Sementara nilai
rejeksi terbesar diperoleh untuk proses filtrasi tanpa perlakukan tekanan
maupun pengadukan. Membran yang telah dipakai proses filtrasi mengalami
pengurangan ukuran pori sebagai akibat dari peristiwa fouling. Nilai parameter
mutu sifat fisika: kerapatan, kekentalan, kekeruhan, dan total padatan terlarut
sari buah nanas yang telah difilter maupun sari buah nanas sisa filtrasi
mengalami perubahan.
Kesimpulan SLIDE 13
Pada jurnal ini penelitian dilakukan menggunakan membran selulosa asetat dengan bahan sari buah
nanas. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sel buntu berpengaduk, magnetic stirer, pompa
udara, manometer, stopwatch, neraca analitik, viskometer bola jatuh (Gilmont), Oakton pH/CON 10
series meter, digital Refraktometer GMK 701R, piknometer 25 ml, dan 2100P turbidimeter. . Dari data
sari buah nanas yang telah difilter dan sisa filtrasi serta persentase perubahannya terhadap sari buah
nanas yang belum diflter, maka proses filtrasi sari buah nanas tanpa perlakuan penekanan dan
pengadukan (yaitu hanya gaya gravitasi) memberikan nilai persentase perubahan tertinggi, sehingga
hasil larutan dari perlakuan ini memiliki peningkatan mutu yang lebih baik. Selain itu pada larutan hasil
perlakukan ini mengalami perubahan nilai pH tidak besar, sehingga ekstrak nanas tidak banyak
mengalami perubahan kimiawi.
Doa Penutup Majelis

‫س ِه َذ ِل َك‬
ِ ‫ان ِِ َم ْْ ِل‬ ُ ُ ‫ستَ ْغ ِف ُر َك َوأَت‬
ُ َّ‫وب ِإلَ ْيك ِإال‬
َ ‫غ ِف َر لَهُ َما َك‬ ْ َ‫ أ‬،‫س ْب َحانَ َك اللَّ ُه َّم َو ِب َح ْم ِد َك‬
ْ َ‫ش َه ُد أَ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ أَ ْنتَ أ‬ ُ
‘Maha Suci Engkau Ya Allah, dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Engkau. Aku memohon ampun pada-Mu, dan aku taubat pada-Mu,
kecuali telah diampuni bagi orang tersebut’ sesuatu yang ada dalam majelis
tersebut.”
Thank You!
MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: 94-100

PENINGKATAN MUTU SARI BUAH NANAS


DENGAN MEMANFAATKAN SISTEM FILTRASI ALIRAN DEAD-END
DARI MEMBRAN SELULOSA ASETAT
Jajang Juansah*), Kiagus Dahlan, dan Farida Huriati
Departemen Fisika, Divisi Biofisika, FMIPA, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Indonesia
*)
E-mail: j_juansah@ipb.ac.id; j_juansah@yahoo.com

Abstrak
Fokus penelitian ini adalah penentuan teknologi pengolahan pangan alternatif dengan menggunakan membran selulosa
asetat. Membran selulosa asetat telah digunakan untuk menyaring sari buah nanas. Teknik filtrasi sistem aliran dead-
end telah digunakan untuk meningkatkan mutu sari buah nanas. Sistem filtasi dilakukan pada kondisi pengadukan,
pemberian tekanan atau aplikasi alami dari gaya gravitasi bumi. Nilai fluks membran untuk semua proses perlakukan
mengalami penurunan dengan bertambahnya waktu filtrasi. Nilai fluks tertinggi didapat untuk proses dengan
pengadukan 22 cm/s dan tekanan sebesar 1,021 x 105 Pascal. Nilai rejeksi terbesar diperoleh untuk proses filtrasi tanpa
perlakukan tekanan maupun pengadukan. Membran yang telah dipakai proses filtrasi mengalami peristiwa fouling.
Hasil penyaringan dengan sistem filtrasi ini menunjukan peningkatan kualitas, yaitu kehomogenan meningkat,
kekeruhan menurun, total padatan terlarut, dan kekentalan menurun. Nilai prosentase perubahan mutu sifat fisika
tertinggi terjadi pada larutan hasil proses filtrasi tanpa perlakuan penekanan dan pengadukan (yaitu hanya gaya
gravitasi). Selain itu pada larutan hasil perlakukan ini mengalami perubahan nilai pH tidak besar. Sehingga memiliki
mutu yang paling baik.

Abstract
Quality Improvement of Pineapple Juice using Filtration System of Dead-end Flow from Selulosa Asetate
Membrane. The main idea of this research is determination of alternating food technology using acetate cellulose
membrane. The Cellulose acetate membrane can be used to filter several solution like extract of pineapple. Filtration
technique of dead-end flow system was used to improve the quality of pineapple extract. The filtration system was
condition in a state of under pressure energy, gravity force and squealer velocity variation. Flux of membrane for all
process treat to experience of degradation increasedly it time filtrasi. Assess got highest flux to process with squealer 22
cm/s and pressure equal to 1,021 x 105 Pascal. Assess obtained biggest rejeksi to process filtrasi without treating
pressure and also squealer. Membrane which have been weared by process of filtrasi experience of event fouling. Result
of screening with this filtration system show quality improvement, that is homogeneous mount, downhill turbidity,
totalize dissolve solution (TPT), and the downhill viscosity. Assess prosentase of change of choiseness have got for the
condensation yielded from process of filtration without treatment of emphasis and squealer. Others, at condensation
yielded from treating experience of change assess pH which is not big. So that this condensation own best quality.

Keywords: cellulosa acetate membrane, filtration, presure, turbidity

1. Pendahuluan Teknologi ini digunakan untuk memisahkan partikel


yang tidak diinginkan, untuk pemurnian, atau untuk
Filtrasi adalah salah satu proses pemisahan yang dapat penghilangan racun.
dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung pada
bahan yang akan dipisahkan serta tingkat pemisahan Secara umum filter dapat digolongkan dalam dua
yang diinginkan [1]. Teknologi filtrasi membran kelompok, yaitu filter dalam (depth filter) dan filter
merupakan salah satu teknologi filtrasi yang saringan (screen filter). Filter dalam terbuat dari matriks
menggunakan media penyaring dari membran. Hal ini serat atau butiran yang tersusun secara acak sehingga
terjadi dengan melewatkan cairan melalui suatu membentuk suatu massa yang memiliki rongga-rongga.
membran tipis yang bisa berbentuk seperti piringan [2]. Partikel akan terpisah dari cairan karena terperangkap

94
MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: 94-100 95

dalam matriks filter. Sedangkan filter saringan (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana
memisahkan partikel-partikel di atas permukaannya sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang
seperti halnya saringan. Strukturnya lebih kuat, seragam Spanyol membawa nanas ini ke Filipina dan
dan sinambung dengan ukuran pori yang dapat diatur Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad
dengan baik pada waktu pembuatannya [3]. filter ke-15. Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai
membran termasuk dalam golongan filter saringan. tanaman pekarangan, dan meluas dikebunkan di lahan
kering di seluruh wilayah nusantara.
Terdapat beberapa membran filtrasi diantaranya:
membran mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, Reverse Osmosis Nenas sejenis tumbuhan tropikal dan berada dalam
(RO), elektrolisis, elektrofiltrasi dan dianalisis [4,5]. kumpulan bromeliad (Famili Bromeliaceae), tumbuhan
Selain itu membran dapat dibedakan berdasarkan yang rendah seperti herba (herbaceous perennial)
gradient tekanan sebagai gaya dorongnya dan dengan 30 atau lebih daun yang panjang, tajam
pemeabilitasnya, yaitu: Mikrofiltrasi (MF) beroperasi mengelilingi batang yang tebal. Nenas biasanya
pada tekanan berkisar 0,1-2 Bar dan batasan berwarna hijau sebelum masak dan berubah menjadi
permeabilitas-nya lebih besar dari 50 L/m2 .jam.bar. hijau kekuningan apabila masak. Kulit buahnya bersisik
Ultrafiltrasi (UF) beroperasi pada tekanan antara 1-5 dan "bermata" banyak. Selain dikenal sebagai sumber
Bar dan batasan permeabilitas-nya adalah 10-50 vitamin C, buah nenas mengandung protein, asam
L/m2.jam.bar. Nanofiltrasi beroperasi pada tekanan organik,dan dektrosa. Nanas digolongkan dalam dua
antara 5-20 bar dan batasan permeabilitas-nya mencapai jenis mutu, yaitu mutu I dan II. Beberapa penentu
1,4 – 12 L/m2.jam.bar dan Reverse Osmosis (RO) mutunya adalah Kerusakan (%): mutu I=maksimum 5;
beroperasi pada tekanan antara 10-100 Bar dan batasan mutu II=maksimum 10; Busuk (%): mutu I=maksimum
permeabilitas-nya mencapai 0,05-1,4 L/m2.jam.bar 1; mutu II=maksimum 2; cara uji SP-SMP-311-1981.
[6, 7]. Kadar total padatan terlarut (%): minimum 12. Kotoran:
bebas kotoran; cara uji organoleptik.
Filtrasi membran juga mempunyai kelemahan, yaitu
terjadinya fouling. Fouling merupakan proses Warna buah cepat sekali berubah oleh pengaruh fisika
terakumulasinya komponen secara permanen akibat misalnya sinar matahari dan pemotongan, serta
filtrasi itu sendiri. Fouling terjadi akibat interaksi yang pengaruh biologis (jamur) sehingga mudah menjadi
sangat spesifik secara fisik dan kimia antara berbagai busuk. Oleh karena itu pengolahan buah untuk
padatan terlarut pada membran. Kemungkinan memperpanjang masa simpannya sangat penting. Buah
terjadinya fouling sangat besar pada metode dead end dapat diolah menjadi berbagai bentuk minuman seperti
filtration karena aliran larutan umpan secara vertikal. anggur, sari buah dan sirup juga makanan lain seperti
Peristiwa fouling dapat dikurangi dengan metode cross manisan, dodol, keripik, dan sale. Sari buah lebih
flow filtration, yaitu alirkan secara horizontal [5]. mudah untuk dicerna dan lebih tahan lama. Kualitas sari
buah setara dengan kualitas buahnya. Bebeapa penentu
Peralatan filtrasi membran tersedia dalam berbagai kualitas adalah kekentalan, kekeruhan, dan kadar
ukuran, bentuk dan konfigurasi. Setiap jenis memiliki padatan terlautnya. Pada prinsipnya dikenal 2 (dua)
keunggulan dan kelemahan tersendiri. Pemilihan jenis macam sari buah, yaitu: Sari buah encer (dapat langsung
peralatan filtrasi membran tergantung dari sifat larutan diminum), yaitu cairan buah yang diperoleh dari
dan komponen yang akan diproses. pengepresan daging buah, dilanjutkan dengan
penambahan air dan gula pasir. Sari buah pekat/Sirup,
Peralatan filtrasi skala laboratorium antara lain [1]: Sel yaitu cairan yang dihasilkan dari pengepresan daging
Buntu. Alat ini hanya cocok untuk pemisahan larutan buah dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik
yang sangat encer dengan volume yang sedikit. Alat ini dengan cara pendidihan biasa maupun dengan cara lain
biasanya digunakan untuk studi pengikat (binding) seperti penguapan dengan hampa udara, dan lain-lain.
antara ligan atau mineral dengan protein. Sel Buntu Sirup ini tidak dapat langsung diminum, tetapi harus
Berpengaduk; Sistem ini memiliki pengaduk magnetik diencerkan dulu dengan air [8].
untuk mencegah terjadinya polarisasi konsentrasi. Sel
Bercelah Sempit; Untuk skala laboratorium alat ini 2. Metode Penelitian
merupakan alat terbaik dibandingkan dengan dua alat di
atas. Adanya resirkulasi dan aliran silang membuat Sari buah nanas yang akan difilter diukur terlebih
polarisasi konsentrasi jarang terjadi. dahulu besaran-besaran fisiknya. Setelah itu sari buah
tersebut dimasukan ke dalam chamber berupa tabung
Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang transparan yang tertutup untuk memudahkan pemantauan
memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Memiliki nama [9]. Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini
daerah danas (Sunda) dan neneh (Sumatera). Dalam meliputi sel buntu berpengaduk, magnetic stirer, pompa
bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang
Spanyol menyebutnya pina. Nanas berasal dari Brasilia
96 MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: 94-100

Selain itu pada filtrasi dengan perlakuan pengadukan


menyebabkan larutan umpan bergerak secara horizontal,
Sel buntu berpengaduk sehingga terbentuknya endapan maupun penumpukan
Pompa udara zat terlarut pada permukaan membran dapat dihindari
dan permeate yang dihasilkan menjadi lebih besar.
manometer
Sedangkan pada proses filtrasi dengan pemberian
Magnetic stirer tekanan akan memberikan gaya dorong lebih besar
terhadap larutan untuk melewati membran, sehingga
Gambar 1. Alat Filtrasi Sari Buah Berbasis Membran akan menghasilkan permeate yang besar. Walaupun
Filtrasi dengan Sistem Aliran Dead-End secara perlahan hal itu akan mengakibatkan foulling.

udara, manometer, stopwatch, neraca analitik, Rejeksi Membran. Rejeksi membran merupakan
viskometer bola jatuh (Gilmont), Oakton pH/CON 10 kemampuan membran untuk menahan suatu komponen
series meter, digital Refraktometer GMK 701R, agar tidak melewati membran. Nilai rejeksi membran
piknometer 25 ml, dan 2100P turbidimeter. tersebut dapat diperoleh dari nisbah konsentrasi terlarut
dalam feed terhadap konsentrasi terlarut dalam
Membran selulosa asetat ditopang dengan bahan plastik permeate.
pada bagian bawah chamber. Pada bagian bawah
chamber dibuat lubang kecil untuk mengalirkan hasil Nilai rejeksi membran pada beberapa perlakuan filtrasi
filtrasi. Sementara bagian atas diberikan tekanan dan diperlihatkan pada Tabel 1. Pada filtrasi dengan
pengaduk dari magnetik stirer [10]. Pemberian tekanan perlakuan yang berbeda akan memiliki nilai rejeksi
dan kecepatan pengadukan divariasikan untuk melihat membran yang berbeda pula. Hal tersebut disebabkan
pengaruhnya. adanya variasi perlakuan filtrasi seperti penambahan
tekanan dan perlakuan pengadukan yang menyebabkan
Pada proses ini dilakukan beberapa perlakuan berbeda, kondisi lingkungan dari setiap filtrasi berbeda-beda.
diantaranya Filtrasi sari buah nanas tanpa perlakuan
apapun sebagai X1. Filtrasi sari buah nanas dengan Filtrasi tanpa perlakuan apapun memberikan nilai rejeksi
memberikan perlakuan pengadukan menggunakan membran yang terbesar. Hal tersebut dikarenakan oleh
magnetic stirer dengan variasi kecepatan pengadukan 5 hanya ada gaya gravitasi saja yang memberikan
cm/s, sebagai X2. Filtrasi sari buah nanas dengan kontribusi terhadap jalannya proses filtrasi. Dapat
memberikan perlakuan tekanan sebesar 1,021 x 105 dilihat juga ternyata perlakuan pengadukan lebih besar
Pascal, sebagai X3. Filtrasi sari buah nanas dengan nilai rejeksinya daripada perlakuan penambahan
memberikan perlakuan pengadukan menggunakan tekanan.
magnetic stirer dengan variasi kecepatan pengadukan
22 cm/s, sebagai X4. Filtrasi sari buah nanas dengan Pori Membran. Ukuran pori membran merupakan
perlakuan kecepatan pengadukan 22 cm/s dan tekanan salah satu karakteristik membran yang dapat diperoleh
sebesar 1,021 x 105 Pascal, sebagai X5. dengan meninjau energi bebas ion ketika berada dalam
membran. Energi bebas ion dapat diperoleh dari
Dari proses Filtrasi dilakukan pengukuran volume hubungan konduktansi listrik dengan variabel suhu.
permeate yang dilewatkan setiap kelipatan 30 menit Dengan bantuan teknik linearisasi dari energi bebas
selama 15 jam. Setelah itu hasil sari buah yang telah maka diperoleh nilai ukuran pori membran seperti yang
difilter diukur ulang besaran-besaran fisiknya. Skema ditunjukan pada Tabel 2.
gambarnya terlihat pada Gambar 1. Sebagai bahan
pertimbangan diukur pula sari buah sisa filtrasi yang Ukuran rataan pori membran yang telah dipakai pada
masih ada di bagian atas membran proses filtrasi lebih kecil daripada membran bersih. Hal
tersebut menunjukkan adanya peristiwa fouling pada
3. Hasil dan Pembahasan membran yang telah dipakai pada proses filtrasi.
30000
Fenomena Fluks pada proses filtrasi. Besarnya nilai
Fluks (ml/jam m 2)

25000
X1
fluks dari setiap membran diperlihatkan pada Gambar 2. 20000
X2
Nilai fluks membran selulosa asetat menurun dengan 15000 X3
bertambahnya waktu. Pada proses filtrasi dengan 10000 X4
perlakuan pengadukan maupun pemberian tekanan 5000 X5
memberikan nilai fluks yang lebih besar daripada proses 0
filtrasi tanpa perlakuan apapun. Hal ini dikarenakan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

pada proses filtrasi dengan perlakuan pengadukan akan Waktu (jam )


meningkatkan mobilitas larutan yang berakibat pada
peningkatan ifusivitas. Gambar 2. Nilai Fluks Larutan pada Berbagai Perlakuan
MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: 94-100 97

Tabel 1. Nilai Rejeksi Membran terdapat pada sari buah nanas setelah filtrasi. Sedangkan
pada sari buah nanas sisa filtrasi terjadi peningkatan
Kondisi Membran Rejeksi Membran (%) nilai kekentalan sari buah nanas. Hal tersebut
Membran X1 1,61 disebabkan oleh penurunan atau hilangnya cairan-cairan
Membran X2 1,24 pelarut dan zat-zat yang terlarut yang memiliki ukuran
Membran X3 0,77
Membran X4 0,81
yang sangat kecil pada sari buah nanas sisa filtrasi.
Membran X5 0,80
Kerapatan Larutan. Dari Gambar 4 terlihat bahwa
kerapatan sari buah nanas sebelum mengalami proses
Tabel 2. Rataan Ukuran Pori Membran filtrasi, telah difilter dan sisa dari proses filtrasi
memiliki nilai yang berbeda-beda.
Kondisi Membran Jari-jari Pori Membran (10-10 m)
Membran bersih 6,08 Dari data yang diperoleh diketahui bahwa penurunan
Membran kotor (X1) 5,92 kerapatan sari buah nanas setelah filtrasi terbesar
Membran kotor (X2) 5,92 diperoleh dari filtrasi tanpa perlakuan dan penurunan
Membran kotor (X3) 5,86
terkecil dari filtrasi dengan perlakuan tekanan sebesar
Membran kotor (X4) 5,48
Membran kotor (X5) 5,47 1,021 x 105 Pascal. Pada filtrasi dengan perlakuan
kecepatan pengadukan 22 cm/s dan tekanan sebesar
1,021 x 105 Pascal sari buah nanas sisa filtrasi mengalami
0.04
peningkatan kerapatan yang terbesar dan yang paling
kecil peningkatan kerapatannya terjadi pada filtrasi
Kekentalan (poise)

0.03
sebelum
tanpa perlakuan. Sari buah nanas yang telah mengalami
0.02 setelah
proses filtrasi terjadi penurunan kerapatan yang
sisa
disebabkan rendahnya jumlah koloid, partikel ataupun
0.01 padatan-padatan yang terdapat pada sari buah nanas
0
setelah filtrasi. Koloid, padatan-padatan maupun partikel-
X1 X2 X3 X4 X5 partikel dengan ukuran lebih besar dari ukuran jari-jari
pori membran tidak mampu melewati membran.
Perlakuan Filtrasi
Sedangkan pada sari buah nanas sisa filtrasi terjadi
peningkatan nilai kerapatan yang disebabkan menurunnya
Gambar 3. Kekentalan Sari Buah Nanas pada Beberapa zat-zat terlarut dan partikel dengan ukuran yang kecil
Perlakuan Filtrasi dalam sari buah nanas yang mampu melewati membran,
sehingga yang tertinggal hanyalah zat-zat dengan ukuran
yang besar yang tidak mampu melewati membran.
semakin besar fouling yang terjadi pada pori membran.
Pemberian perlakuan kecepatan yang lebih tinggi Kekeruhan Larutan. Kekeruhan merupakan banyaknya
beserta tekanan memberikan kontribusi tertinggi pada partikel bahan yang tersuspensi pada suatu larutan. Nilai
peristiwa foulling. Hal ini ditunjukan dengan nilai numerik yang menunjukkan kekeruhan didasarkan pada
ukuran rataan pori yang kecil (x5). turut campurnya bahan yang tersuspensi pada jalannya
sinar melalui larutan [11,12]. Gambar 5 menunjukkan
Kekentalan Larutan. Gambar 3 menunjukkan nilai hasil pengukuran kekeruhan sari buah nanas yang belum
kekentalan sari buah nanas dari lima proses filtrasi difilter, telah difilter dan sisa filtrasi dari lima proses
dengan perlakuan berbeda. Dari data yang diperoleh filtrasi dengan variasi perlakuan yang berbeda-beda.
diketahui bahwa penurunan kekentalan sari buah nanas
setelah filtrasi terbesar diperoleh dari filtrasi tanpa
perlakuan dan penurunan terkecil dari filtrasi dengan K 1.14
perlakuan tekanan sebesar 1,021 x 105 Pascal. Pada e
1.135
r
filtrasi dengan perlakuan kecepatan pengadukan 22 cm/s a
1.13
dan tekanan sebesar 1,021 x 105 Pascal sari buah nanas
p sebelum
a
1.125 setelah
sisa filtrasi mengalami peningkatan kekentalan yang t
a
1.12
terbesar dan yang paling kecil peningkatan n
(g/
sisa
kekentalannya pada filtrasi tanpa perlakuan. ml) 1.115
1.11
Sari buah nanas yang telah mengalami proses filtrasi 1.105
dibandingkan dengan sari buah nanas sebelum dan sisa X1 X2 X3 X4 X5
Perlakuan Filtrasi
filtrasi terjadi penurunan kekentalan yang disebabkan
rendahnya jumlah koloid, partikel ataupun padatan- Gambar 4. Kerapatan Sari Buah Nanas pada Beberapa
padatan dan menurunnya total padatan terlarut yang Perlakuan Filtrasi
98 MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: 94-100

Dari data yang diperoleh diketahui bahwa penurunan Hal tersebut dikarenakan pada filtrasi dengan kecepatan
kekeruhan sari buah nanas setelah filtrasi terbesar pengadukan 22 cm/s dan tekanan sebesar 1,021 x 105
diperoleh dari filtrasi tanpa perlakuan dan penurunan Pascal telah dihasilkan permeate yang lebih besar,
terkecil dari filtrasi dengan perlakuan tekanan sebesar sehingga padatan-padatan kecil yang terlarut dan yang
1,021 x 105 Pascal. Pada filtrasi dengan perlakuan terlewatkan melalui membran lebih banyak. Sehingga
kecepatan pengadukan 22 cm/s dan tekanan sebesar memiliki TPT lebih rendah dari pada sari buah nanas
1,021 x 105 Pascal sari buah nanas sisa filtrasi setelah filtrasi.
mengalami peningkatan kekeruhan yang terbesar dan
yang paling kecil peningkatan kekeruhannya pada pH larutan. Interaksi membran dengan larutan ektrak
filtrasi tanpa perlakuan apapun. buah bisa menimbulkan fenomena sensorik membran
pada perlakuan keasaman ekstrak buah [13]. pH
Sari buah nanas yang telah mengalami proses filtrasi merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan
terjadi penurunan kekeruhan yang disebabkan oleh tidak intensitas keadaan asam atau basa suatu larutan [14].
terlewatkannya koloid, partikel ataupun padatan- Pada sari buah nanas sebelum, setelah dan sisa filtrasi
padatan pada proses filtrasi sari buah nanas, sehingga diperoleh nilai pH seperti yang terdapat pada Gambar 7.
sari buah nanas hasil filtrasi memiliki suspensi partikel
yang rendah.
K 14000
e
Sedangkan pada sari buah nanas sisa filtrasi terjadi k
12000
10000
peningkatan nilai kekeruhan sari buah nanas yang e sebelum
r 8000
disebabkan tetap tertinggalnya zat-zat, koloid, ataupun u
6000
setelah
h sisa
partikel yang memiliki ukuran cukup besar selama a 4000
proses filtrasi pada sari buah nanas sisa filtrasi karena n
2000
(N
tidak mampu melewati membran. Hal tersebut T 0
U)
meningkatkan padatan atau partikel yang tersuspensi X1 X2 X3
Perlakuan Filtrasi
X4 X5

pada sari buah nanas sisa filtrasi.


Gambar 5. Kekeruhan Sari Buah Nanas pada Beberapa
Total Padatan Terlarut. Total padatan terlarut dari sari Perlakuan Filtrasi.
buah nanas sebelum, setelah dan sisa filtrasi dengan
beberapa variasi perlakuan yang berbeda-beda
ditampilkan pada Gambar 6. Dari data yang diperoleh 20
diketahui bahwa penurunan TPT sari buah nanas setelah 15
TPT (% Brix)

filtrasi terbesar diperoleh dari filtrasi tanpa perlakuan sebelum


apapun dan penurunan terkecil dari filtrasi dengan 10 setelah
perlakuan tekanan sebesar 1,021 x 105 Pascal. Pada 5
sisa
filtrasi dengan perlakuan kecepatan pengadukan 22 cm/s
dan tekanan sebesar 1,021 x 105 Pascal sari buah nanas 0
sisa filtrasi mengalami peningkatan TPT yang terbesar X1 X2 X3 X4 X5

dan yang paling kecil peningkatan TPTnya pada filtrasi Perlakuan Filtrasi
tanpa perlakuan.
Gambar 6. Total Padatan Terlarut (TPT) Sari Buah
Nanas pada Beberapa Perlakuan Filtrasi.
Sari buah nanas yang telah mengalami proses filtrasi
terjadi penurunan TPT yang disebabkan oleh penurunan
kerapatan sari buah nanas setelah filtrasi. Sedangkan 4.1
pada sari buah nanas sisa filtrasi dibandingkan dengan 4.05
sari buah nanas sebelum filtrasi terjadi penurunan nilai 4 sebelum
TPT pula. 3.95
pH

setelah
3.9
Untuk sari buah nanas sisa filtrasi tanpa perlakuan, 3.85 sisa
filtrasi dengan kecepatan pengadukan 5 cm/s dan 3.8
dengan tekanan sebesar 1,021 x 105 Pascal nilai TPTnya 3.75
lebih tinggi dari pada sari buah nanas setelah filtrasi. X1 X2 X3 X4 X5
Dan pada filtrasi dengan kecepatan pengadukan 22 cm/s
dan tekanan sebesar 1,021 x 105 Pascal berlaku Perlakuan Filtrasi
sebaliknya, sari buah nanas sisa filtrasi memiliki nilai Gambar 7. Nilai pH Sari Buah Nanas pada Beberapa
TPT lebih rendah dari sari buah nanas setelah filtrasi. Perlakuan Filtrasi
MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: 94-100 99

Tabel 3. Persentase Perubahan Besaran Fisik Sari Buah pada Proses Filtrasi

Persentase Perubahan Karakterisasi Sari Buah Nanas


Hasil terhadap sebelum filtrasi Sisa terhadap hasil filtrasi
Perlakuan Filtrasi
ρS  turbiditas TPT pH ρS  Turbiditas TPT pH
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
X1 1,61 39,73 97,22 12,34 -2,06 -1,70 -72,73 -6565 -12,68 2,53
X2 1,24 30,32 95,63 12,18 -1,80 -1,32 -55,44 -4406 -11,68 2,77
X3 0,77 21,21 74,46 6,00 -0,74 -0,92 -50,00 -694 -2,84 2,96
X4 0,81 26,38 90,83 7,59 -1,50 -1,18 -74,33 -3535 16,42 4,68
X5 0,80 24,54 80,83 7,69 -0,99 -1,18 -74,27 -1697 19,70 4,41

Dari data yang diperoleh diketahui bahwa peningkatan yang telah dipakai proses filtrasi mengalami pengurangan
pH sari buah nanas setelah filtrasi terbesar diperoleh ukuran pori sebagai akibat dari peristiwa fouling.
dari filtrasi tanpa perlakuan dan penurunan terkecil dari
filtrasi dengan perlakuan tekanan sebesar 1,021 x 105 Nilai parameter mutu sifat fisika: kerapatan, kekentalan,
Pascal. Pada filtrasi dengan perlakuan kecepatan kekeruhan, dan total padatan terlarut sari buah nanas
pengadukan 22 cm/s dan tekanan sebesar 1,021 x 105 yang telah difilter maupun sari buah nanas sisa filtrasi
Pascal sari buah nanas sisa filtrasi mengalami mengalami perubahan. Dari data sari buah nanas yang
penurunan pH yang terbesar dan yang paling kecil telah difilter dan sisa filtrasi serta persentase
penurunan pHnya pada filtrasi tanpa perlakuan. perubahannya terhadap sari buah nanas yang belum
diflter, maka proses filtrasi sari buah nanas tanpa
Secara keseluruhan sari buah nanas yang telah perlakuan penekanan dan pengadukan (yaitu hanya gaya
mengalami proses filtrasi terjadi peningkatan pH karena gravitasi) memberikan nilai prosentase perubahan
pada proses filtrasi yang mampu melewati membran tertinggi, sehingga hasil larutan dari perlakuan ini
hanya partikel-partikel kecil yang mengakibatkan memiliki peningkatan mutu yang lebih baik. Selain itu
penurunan kerapatan dan total padatan terlarut sari buah pada larutan hasil perlakukan ini mengalami perubahan
nanas setelah filtrasi, sehingga kadar airnya meningkat. nilai pH tidak besar, sehingga ekstrak nanas tidak
Sedangkan pada sari buah nanas sisa filtrasi jika banyak mengalami perubahan kimiawi.
dibandingkan dengan sari buah nanas sebelum dan
setelah filtrasi terjadi penurunan nilai pH sari buah Daftar Acuan
nanas yang disebabkan telah terlewatkannya zat-zat
yang kecil yang terlarut pada sari buah nanas melalui [1] D. Mangunwidjaja, Darnoko, Teknologi Membran
membran dan tetap tertinggalnya zat-zat, koloid, Pada Bioproses, Pusat Antar Universitas
ataupun partikel yang tidak terlarut pada sari buah nanas Bioteknologi, IPB, Bogor, 1990.
sisa filtrasi, sehingga kandungan air di dalamnya [2] B. Piluharto, Jurnal ILMU DASAR, 4/1 (2003) 52-
menurun. 57.
[3] A. J. Hartomo, M. C. Widiatmoko, Teknologi
Prosentase perubahan sifat-sifat fisik sari buah nanas Membran Pemurnian Air, Andi Offset,
secara keseluruhan terangkum dalam tabel 3. yang Yogyakarta, 1994.
mengindikasikan kondisi X1 adalah yang terbaik [4] S. Nora, M.S. Diallo, journal of Nanoparticle
diantara perlakuan yang lainnya. Research (2005)7:331-342.
[5] E. M.V. Hoek, A. S. Kim, M. Elimelech,
4. Kesimpulan ENVIRON. ENG. SCI., Vol 19, No 6, (2002) 357-
372.
Nilai fluks membran untuk semua proses perlakukan [6] S. Notodarmojo, D. Mayasanthy, T. Zulkarnain,
mengalami penurunan dengan bertambahnya waktu PROC. ITB Sains & Tek. 36A/1 (2004) 45-62.
filtrasi. Nilai fluks tertinggi didapat untuk proses [7] M. Mulder, Basic Principles of Membran
pengadukan dan pemberian tekanan, yaitu pada proses Technology, Kluwer Academic Publisher,
filtrasi dengan pengadukan 22 cm/s dan tekanan sebesar Netherlands, 1996, 339-345.
1,021 x 105 Pascal. Selain itu dari data yang diperoleh [8] Anon., Sistim Informasi Manajemen Pembangunan
ternyata perlakuan pengadukan memberikan pengaruh di Perdesaan, BAPPENAS, www.warintek.go.id,
yang lebih besar daripada perlakuan tekanan. Sementara diakses pada 3 Febuari 2000.
nilai rejeksi terbesar diperoleh untuk proses filtrasi tanpa [9] K. Dahlan, J. Juansah, F. Huriati, Agritek 15/3
perlakukan tekanan maupun pengadukan. Membran (2007) 484-488.
100 MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: 94-100

[10] J. Juansah, K. Dahlan, F. Huriati, Agritek, 15/3 [13] J. Juansah, K. Daahlan, M. Raakhmanuddin,
(2007) 458-463. Irmansyah, Jurnal Biofisika 2/1 (2006) 22-23.
[11] S. Notodarmojo, A. Deniva, PROC. ITB Sains & [14] F. G. Winarno, Kimia Pangan dan Gizi, PT
Tek. 36A/1 (2004) 63-82. Gramedia, Jakarta, 1997,4-10.
[12] Sutrisno, Pengolahan Air Laut dan Gambut, PT
Gramedia, Jakarta, 1991,20-27.

Anda mungkin juga menyukai