Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN
Obat dapat didefinisikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan untuk
dipakai dalam diagnosa, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah
penyakit pada manusia dan hewan, salah satu kualitas obat yang paling
mengherankan adalah mempunyai beraneka ragam kerja dan efek pada tubuh.
Obatobatan dalam bentuk tumbuhan dan mineral telah ada jauh lebih
lama dari manusianya sendiri. Naluri manusia untuk mempertahankan hidup
akibat dari penyakit yang menjangkiti mereka, membawa pada penemuan
penemuan yang berhubungan dengan obat-obatan. Baik dalam bentuk sederhana,
sudah berlangsung sejak sebelum adanya sejarah yang ditulis, karena naluri orang
primitif untuk menghilangkan rasa sakit pada pada luka dengan merendamnya
dalam air dingin untuk menempelkan daun segar pada luka tersebut, atau
menutupinya dengan lumpur, hanya berdasarkan kepercayaan. Orang primitif
belajar dari pengalaman dan mendapatkan cara pengobatan yang satu lebih efektif
dari yang lain, dari dasar permulaan ini pekerjaan terapi dengan obat dimulai.
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi maka ilmu pengobatan juga mengalami perkembangan yang signifikan.
Diawali dengan penemuan obat-obatan tertentu, ditemukan tulisantulisan dari
batu dengan tulisan yang ditulis 3000 tahun sebelum masehi, telah ditemukan dan
diartikan oleh arkeologi sebagai tablet kuno. Tablet tanah Sumerian dari
millennium ketiga sebelum masehi, diakui merupakan resep berbentuk tulisan
yang paling tua di dunia.
Setiap produk farmasi disamping mengandung zat aktif juga mengandung
zat tambahan farmasetik, bahan pembantu seperti pengisi, pengental, pembawa,
surfaktan, penghancur pada tablet zat penstabil, zat pemberi rasa, zat pewarna, dan
zat pemanis.
Formula harus sedemikian rupa sehingga komponen secara fisik dan kimia
terpadu termasuk pula unsur terapeutik yang aktif, bahan penolong dalam farmasi,
dan bahan kemasannya. Zat khasiat harus dilepaskan dalam bentuk sediaannya
dan dalam jumlah sebenarnya dan kadar dalam tubuh sesuai dengan

yang

direncanakan. Dalam merancang bentuk sediaan farmasi disamping efek


farmasetik, keadaan pasien juga diperhatikan, untuk pasien yang biasa
menggunakan obat sendiri disediakan berbagai jenis sediaan. Untuk pemakaian
oral digunakan seperti tablet, kapsul dan sediaan cair. Pada kenyataannya sediaan
yang padat dan kering lebih disukai karena memberikan kenyamanan dalam
penanganan serta pemakaian oleh pasien.
Dewasa ini sekitar 40% dari sediaan yang ada dipasaran diolah menjadi
tablet. Menurut Farmakope Indonesia edisi III, tablet adalah sediaan padat,
kompak, dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler,
kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa zat tambahan.
Tablet paling banyak dibuat dan digunakan karena memiliki banyak
kelebihan dibandingkan yang lainnya, yaitu:
1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih
2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis
3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga
memudahkan proses pembuatan, pengemasan, transportasi dan penyimpanan
4. Bebas dari air sehingga kehilangan potensi karena hidrolisis dapat dicegah
atau diperkecil
5. Mudah pemberiannya
6. Pelepasan zat aktif dapat diatur sesuai efek terapi yang diinginkan
7. Bau dan rasa yang tidak enak dapat ditutupi dengan penyalutan
8. Tablet merupakan bentuk ideal untuk pengobatan secara oral terutama untuk
orang dewasa
9. Sifat fisika dan kimia cukup stabil.
Sediaan tablet juga memiliki kelemahan, yaitu:
1. Sukar diberikan pada anak-anak dan penderita yang sukar menelan.
2. Biasanya efek terapi yang diinginkan lebih lambat.
3. Bentuk yang menarik dan rasa yang enak dapat menyebabkan anak-anak
memakannya semaunya saja.

Sediaan tablet dapat dibuat dalam berbagai bentuk dan jenis sesuai
kebutuhan. Adapun jenis-jenisnya yaitu tablet biasa, tablet salut, tablet sublingual
atau bukal, tablet kunyah, tablet effervessent, dan tablet lapis. Namun yang akan
dibahas dalam laporan ini hanyalah jenis tablet biasa yang dibuat dengan beberapa
formula.

BAB II
TEORI
2.1 PEMBUATAN GRANUL
Granulasi adalah suatu proses dimana partikel-partikel serbuk dibuat
mempunyai daya lekat untuk membentuk partikel-partikel besar yang disebut
dengan granul-granul. Sebagian besar kasus ini akan dilaksanakan dalam produksi
tablet atau kapsul, bila granul-granul akan dibuat sebagai produk perantara
(intermediate product), tetapi granul dapat juga digunakan sebagai suatu sediaan
obat. Metode granulasi digunakan untuk bahan-bahan atau zat aktif yang tidak
memenuhi syarat untuk cetak langsung.
Granulasi dimulai dengan pencampuran bahan aktif yang diperlukan
dengan bahan pengisi dan bahan penghancur sehingga dicapai suatu distribusi satu
bentuk (uniform) masing-masing bahan melalui pencampuran. Setelah granulasi,
granul-granul akan dibungkus jika digunakan sebagai sediaan obat atau dapat
dicampur dengan bahan penambah lainnya sebelum pencetakan tablet atau
dimasukkan ke dalam kapsul.
Bahan pengisi yang sering digunakan yaitu laktosa, kaolin, manitol,
amilum, gula bubuk, dan kalsium sulfat. Perlu perhatian dalam memilih bahan
pengisi misalnya garam-garam kalsium tidak dapat digunakan pada pembuatan
kapsul atau tablet antibiotik tetrasiklin, karena ini akan mengganggu absorbsi obat
dalam saluran pencernaan. Hasil dari percobaan daya serap air menunjukkan
bahwa bahan penghancur dengan kemampuan mengambil air paling tinggi
umumnya paling efektif dalam kebanyakan sistem tablet. Natrium amylum
glikolat dan resin penukar kation efektif terhadap penarikan uap air.
Keuntungan granulasi:
1. Serbuk dalam bentuk granul akan memperbaiki tampilan obat.
2. Granul akan membentuk campuran serbuk yang mempunyai distribusi bahan
aktif dan eksipien yang homogen.
3. Dapat menurunkan bahaya lingkungan waktu operator bekerja.
4. Akan menurunkan volume ruang sehingga memudahkan proses penyimpanan
dan pengeringan.

Granul

yang

baik

adalah

partikel-partikel

berbentuk

bundar,

sferis/mendekati bundar serta mempunyai distribusi ukuran partikel yang


mendekati kurva distribusi normal dengan persentase ukuran yang kecil dengan
ukuran yang besar atau kecil.
Proses granulasi dipengaruhi oleh:
1. Pemilihan bahan aktif dan eksipien.
2. Sifat bahan aktif dan eksipien.
3. Peralatan yang digunakan.
4. Proses yang dilakukan.
5. Ukuran batch yang dipakai.
2.2 PENENTUAN KECEPATAN ALIRAN SERBUK SUDUT LONGSOR
DAN KADAR AIR SERBUK
A. SIFAT ALIR SERBUK
Suatu

bulk

ada

analoginya

dengan

cairan

non-Newton

yang

memperlihatkan aliran plastik dan kadang-kadang aliran dilatan, partikelpartikelnya dipengaruhi oleh gaya tarik menarik sampai derajat bermacammacam. Oleh karena itu, serbuk dapat mengalir bebas dan mampat. Newmann
telah mendiskusikan faktor-faktor yang mempengaruhi sifat alir dari serbuk.
Terutama yang jelas adalah ukuran partikel, bentuk porositas, dan kerapatan dan
pola permukaan.
Dengan partikel-partikel yang lebih kecil (kurang dari 10 mikron), aliran
partikel-partikel yang melalui suatu lubang dihambat, karena gaya kohesi diantara
partikel-partikel tersebut kurang lebih sama dengan gaya-gaya gravitasi. Karena
gaya gravitasi itu merupakan fungsi dari diameter pangkat tiga, maka pengaruh
dari gravitasi akan menjadi jelas jika ukuran partikel bertambah sehingga
terjadinya aliran. Kecepatan aliran maksimum dapat tercapai, kemudian berkurang
jika ukuran partikel mendekati ukuran lubang. Jika serbuk mengandung partikelpartikel kecil yang jumlahya cukup banyak. Sifat aliran serbuk itu dapat
diperbaiki dengan menghilangkan fines atau mengadsorbsinya pada partikelpartikel kecil yang jumlahnya lebih besar. Biasanya, aliran lemah terjadi dengan

adanya lembab dalam hal itu pengeringan partikel akan mengurangi sifat
kohesifnya.
Partikel-partikel yang memanjang atau mendatar condong untuk
memberikan serbuk dengan porositas tinggi. Partikel-partikel dengan kecepatan
tinggi dan porositas internal rendah condong untuk mempunyai sifat-sifat
mengalir bebas.
Serbuk-serbuk yang mengalir bebas dikarakteristik dengan distibility,
kebalikan dari stickness lycopodium menunjukkan derajat dustibility yang
terbesar, dinyatakan dengan distibilitasnya 100%, tidak mempunyai nilai 37%,
amylum solani 27%, arang halus 23% dan calomel yang diserbuk halus yang
mempunyai dustibility relative 0,7%. Nilai-nilai ini hubungannya dengan
keseragaman penyebaran dari serbuk-serbuk halus (dusting powder) jika
digunakan untuk kulit dan stickness, suatu ukuran kohesi partikel dari suatu
serbuk yang kompak, merupakan sifat yang perlu diperhatikan dalam aliran
serbuk yang melalui mesin pengisi kapsul otomatis.
Serbuk atau granulat yang mengalir lemah menimbulkan banyak
kesukaran pada industri farmasi. Unit-unit pertabletan seperti diketahui diketahui
tergantung dari beberapa sifat granul. Jika ukuran granulat mengecil, maka variasi
bobot dalam tablet menurun. Variasi bobot minimum diperoleh dengan granulat
menyusut terus, maka mereka akan mengalir kurang bebas dan variasi bobot tablet
bertambah. Distribusi ukuran partikel mempengaruhi aliran internal dan segregasi
dari granulasi.
Raff dan kawan-kawan telah mempelajari aliran granulat tablet. Mereka
mendapatkan bahwa aliran internal dan pemisahan granul (yaitu kecenderungan
serbuk untuk memisah menjadi lapisan-lapisan dengan ukuran yang berbeda).
Selama mengalir melalui Happer ikut mengambil bagian dalam menghasilkan
tablet yang bobotnya berkurang selama periode-periode persi terakhir.
Hammerness dan Thompson mengamati bahwa kecepatan alir granulat tablet
bertambah dengan kenaikan jumlah fines yang ditambahkan. Kenaikan jumlah
lubrikan juga menaikkan kecepatan alir dan kombinasi lubrikan dan fines
mempunyai aksi yang sinergis.

Gaya fiksi di dalam serbuk lepas dapat diukur dengan sudut diam () ini
merupakan sudut maksimum yang mungkin terjadi antara permukaan suatu
tumpukan itu, ia akan meluncur ke bawah melewati sisi-sisinya. Akan terjadi
saling bergeseran di antara partikel serbuk, sehingga menghasilkan suatu
permukaan pada suatu sudut , yang berada dalam keseimbangan dengan gaya
gravitasi. Tangen dari sudut diam ini sama dengan koefisien fiksi antara
partikel-partikel : tan =
Jadi, semakin kasar dan makin tidak teratur permukaan partikelnya, makin
tinggi sudut diamnya. Situasi ini telah diamati oleh Fonner, Banker dan Swarbick
yang mempelajari granulat yang dibuat dengan 5 metoda berbeda, mendapatkan
sudut diam pertama-tama merupakan fungsi dari kekasaran permukaan. Selain itu,
didapatkan bahwa sudut diam tidak dipengaruhi oleh muatan elektrostatis partikel
dan bentuk partikel.
Untuk memperbaiki sifat alir, bahan yang diberi istilah glidants sering
ditambahkan pada granulat serbuk. Contoh glidants yang umum dipakai adalah
magnesium stearat kanji dan talk. Dengan menggunakan recording powder
flowmetri yang mengukur bobot serbuk yang mengalir persatuan waktu melalui
lobang Hopper, Gold dan kawan-kawannya mendapatkannya bahwa konsentrasi
ini merupakan suatu penurunan kecepatan alir biasanya terjadi. Tidak didapatkan
adanya korelasi antara kecepatan alir dan sudut diam.
Kemampuan suatu serbuk mengalir adalah salah satu faktor yang terlibat
dalam pencampuran bahan-bahan yang berbeda untuk membuat suatu campuran
serbuk. Pencampuran dan pencegahan ketidakcampuran merupakan operasi
farmasi yang penting yang terlibat di dalam penyediaan banyak bentuk sediaan
obat termasuk tablet dan kapsul. Lain-lain faktor yang mempengaruhi proses
pencampuran adalah agregasi partikel, ukuran, bentuk bermacam-macam
kerapatan dan adanya muatan elektrostatik.
B. PENENTUAN SIFAT ALIRAN
Untuk menentukan sifat aliran serbuk, dapat digunakan parameter seperti
berikut:

1. Sudut istirahat
(sudut miring = Agle of repose = Boschung swinkie)
Cara kerja:
Dari suatu corong dengan diameter yang cukup besar, diisi dengan
material (sebelumnya corong ditutup dengan jari). Kemudian jari dilepaskan
dari mulut corong dan material dibiarkan mengalir bebas ke atas kertas grafik.
Dari tinggi kerucut material h dan diameter dasar r, dapat dihitung sudut
istirahat serbuk.
Tangen dinamakan juga koefisien gesekan . Jadi, prinsip pengukuran
ini adalah dari material yang bergerak menjadi suatu sistem pulva, pada
keadan diam.
2. Sudut gerak (sudut angkat = Abrutswinkel)
Prinsipnya adalah dari material yang berada dalam keadaan diam menjadi
sistem pulva yang bergerak. Ada 3 metoda yang dapat digunakan untuk mengukur
sudut ini :
1. Material terdapat dalam suatu wadah yang berbentuk silinder, dengan
mengangkat dinding silinder akan terbentuk sudut gerak.
2. Material terletak pada wadah datar dan terisi kemudian secara hati-hati
wadah diangkat sampai pada saat material mulai tumpah.
3. Material terdapat dalam wadah silinder yang tertutup, mula-mula dengan
permukaan datar, kemudian silinder secara hati-hati diputar sampai pada
saat material bergerak keluar (tumpah).
Secara teoritis, bertambah kecil sudut ini bertambah baik sifat aliran
material, tetapi di dalam hal ini antara sudut istirahat dan sudut gerak tidak dapat
diperbandingkan.
Pada sudut istirahat, tinggi mulut corong, kecepatan aliran, dan besar
mulut akan mempengaruhi hasil pengukuran. Sedangkan pada sudut gerak, tingkat
pemadatan material pada posisi awal juga akan mempengaruhi hasil pengukuran.
Boleh dikatakan bahwa kedua metoda ini mempunyai prinsip yang sama.
Dikatakan bahwa bila :
-

Sudut yang didapat besar dari 30 derajat, material mempunyai sifat aliran

yang jelek.
Sudut yang lebih kecil dari 30 derajat, sifat aliran material baik.

Tentu saja di dalam praktek tidak akan dijumpai bentuk-bentuk sudut ideal
dan kadang-kadang hasil yang diperoleh tidak menunjukkan pengulangan.
2.3

UKURAN PARTIKEL DAN BULK DENSITY

2.3.1 UKURAN PARTIKEL


Pengukuran besar partikel adalah penentuan dari besar dan distribusi besar
partikel dalam suatu media pembawa. Dalam hal ini, baik fase terdispersi maupun
fase pendispersi dapat dibagi atas 3 sistem yaitu padat, gas dan bentuk cair.
Pengukuran besar partikel yang dimaksud disini bukanlah pengukuran dari suatu
sistem dispersa molekul atau campuran larutan atau dari gas. Tetapi pengukuran
yang dilakukan terhadap zat padat sebagai fase terdispersi dan cairan atau gas
sebagai fase pendispersi.
Persoalan statistik akan menggambarkan pengaruh dari jumlah dan besar
sampel, sedangkan dengan cara dan alat apa sampel itu diambil dari sistem itu
merupakan persoalan teknis.
Beberapa metoda pengukuran yang digunakan :
1. Garis tengah martin (dM)
Adalah panjang jarak yang membelah partikel menjadi dua bidang yang
sama luasnya.
2. Garis tengah Ferret (d fer)
Adalah panjang jarak maksimal dari tangen-tangen pada bidang proyeksi
yang tegak lurus pada arah pengukuran.
3. Garis tengah partikel dengan volume yang equivalent dengan suatu bola,
artinya partikel dianggap mempunyai volume sama dengan suatu bola (dF)
Untuk analisa besar dan distribusi besar partikel ada dua metode yang
dapat digunakan:
1. Analisa Perhitungan (Zaehlverfahren)
Pada metode ini diukur parameter fisika dari masing-masing patikel
(dispersitaetgrosse). Dispersitaetgrosse adalah parameter fisika tertentu yang
dapat diukur melalui satuan pengukuran :
Contoh :

Pada proses pengayakan maka dispersitaetgrosse dari partikel adalah besar


lobang ayakan.

Pada pengendapan (sedimentasi), maka tercapainya pengendapan adalah


dispersi taetgrosse.
Dispersitaetgrosse ini dibagi 2 menjadi 2 jenis :

Dispersitaetgrosse geometri (panjang, luas, dan volume).


Dispersitaetgrosse fisika (massa, kecepatan pengendapan, daya tahanan listrik,
massa jenis, intensitas cahaya dan lain sebagainya).
Untuk memperkecil kesalahan digunakan jumlah partikel (sampel) yang besar.
a. Analisa perhitungan langsung
Pada metoda ini pertikel disuspensikan/didispersikan dalam suatu cairan
atau gas dan dengan alat pengukur tertentu partikel ini ditransportasikan, dimana
pada proses pemindahan ini akan menimbulkan sinyal-sinyal yang tergantung
pada parameter partikel (besar partikel) Bila sinyal ini tidak berupa sinyal listrik,
diubah menjadi sinyal listrik, kemudian didiskriminasi dan dihitung atau bisa juga
berdasarkan ekstinksi dan pembiasan sinar. Pengukuran ini menggunakan alat
Coulter Counter.
b. Analisa perhitungan tidak langsung
Prinsip metoda ini adalah dengan mengukur besar partikel dengan suatu
mikroskop dimana terlebih dahulu partikel-partikel disuspensikan dalam suatu
cairan. Dalam hal ini, harus diperhatikan bahwa setiap partikel tidak boleh
bersentuhan satu sama lain. Alat pembantu yang paling sederhana untuk
pengukuran adalah okulomikrometer, dimana gambar partikel dapat dibandingkan
(diukur) berdasarkan ukuran panjang. Selain itu dapat juga digunakan okularnetz,
dimana disini partikel diukur berdasarkan pengukuran garis tengah yang
equivalent dengan suatu lingkaran.
Beberapa alat yang dapat digunakan, dan terdapat diperdagangkan adalah alat
penganalisa besar partikel dari Zeiss TGZ 3.
2. Analisa jumlah (Mangenverfahren)
Pada analisa ini yang ditentukan adalah berat total dari fraksi-fraksi besar
partikel, dan bukan jumlah partikel dari masing-masing fraksi.

a. Analisa ayakan
Metoda yang sering digunakan dan paling sederhana dari penentuan besar
partikel adalah analisa ayakan. Seperti yang telah dibahas, disini digunakan
ayakan yang tersusun sedemikian rupa dimana ayakan dengan lobang terbesar
terletak paling atas, dan makin bawah dengan lobang ayakan makin kecil. Setelah
diayak beberapa lama (waktu tertentu), akan diperoleh material yang berada di
atas ayakan (yang tidak dapat melewati ayakan), yang dinamakan Ruecstand (SR),
sedang kumpulan partikel yang dapat melewati ayakan yang dinamakan
Durchgang (D). Untuk material yang cenderung beraglomerasi dapat dilakukan
pengayakan dengan metoda pengayakan basah.
Data yang diperoleh dapat dibuat dalam bentuk grafik-grafik sebagai
berikut:
Diagram bertingkat (Histogram)
Yaitu kurva hubungan antara S (jumlah berat partikel dari masing-masing
ayakan) dengan d min d max, dimana disini tinggi kurva adalah proporsional
dengan jumlah berat partikel, bila titik-titik tengah bidang histogram dihubungkan
akan diperoleh kurva apa yang dinamakan kurva distribusi kerapatan
(Dichteverteilungskurva) = Frequency distribution curve), artinya kurva hubungan
antara S dengan besar partikel rata-rata (besar rata-rata pori ayakan).
Pada proses penggerusan suatu material kadang-kadang akan diperoleh
kurvi distribusi normal, yaitu bila dari suatu material dengan besar yang sama
digerus akan diperoleh 2 bagian yang sama, dan deviasi adalah random dan
perlakuan ini sangat sering berulang atau dari suatu kristal yang terbentuk secara
lambat, atau partikel-partikel yang terjadi karena proses biologis. Kurva distribusi
normal ditandai dari kurva yang berbentuk lonceng dan simetris terhadap garis
tengah.
Kurva distribusi jumlah
Bila dibuat grafik hubungan antara % R (frekuensi kumulatif) dengan
besar pori

ayakan d didapatkan Summenverteilungskurve

(cumulative

frequensi curve). Dari kurva ini dapat dibaca berapa % partikel yang ada yang
lebih kecil dari besar pori ayakan rata-rata yang sesuai.
Distribusi normal menurut RRSB

(Rosin Ramler Sperling Bennet)


Dengan penggerusan yang lama dan intensif akan dicapai produk akhir
yang halus dan biasanya distribusi partikel ini tidak merupakan distribusi normal,
ataupun memenuhi logaritma distribusi normal. Tetapi dengan dua kali logaritma
terhadap harga R sebagai ordinat dan log d pada absis akan diperoleh kurva garis
lurus.
Dengan kurva ini akan diperoleh 2 parameter yang cukup untuk
menggambarkan distribusi besar partikel suatu pulva. Parameter tersebut adalah :
1. Parameter d yang diberikan oleh titik potong kurva garis lurus RRSB
dengan garis horizontal pada R = 36,8%.
2. Harga n yang merupakan kemiringan kurva, didapat dengan menarik garis
sejajar dengan kurva RRSB, sampai memotong POL P, perpanjangan garis
ini akan memotong pinggir pengukur pertama. Titik potong ini adalah
sama dengan harga n.
b. Analisa sedimentasi
Dengan metoda ini dapat ditentukan distribusi pulva dengan besar partikel
sampai di bawah 0,040 m. Kecepatan pengendapan dari partikel dari media gas
atau cairan tergantung pada besar partikel. Jatuhnya partikel dalam media yang
tenang (tidak bergerak), dinamakan pengendapan.
Kecepatan jatuh (kecepatan pengendapan) dari partikel yang berbentuk
bola dalam sutau cairan pendispersi akan memenuhi persamaan Stokes:
2

h 2r .( g l ).g
V=
t
9.

BULK DENSITY
Sebenarnya densiti pulva dinyatakan dengan bulk density, sedangkan
densiti murni dan densiti granul dapat diartikan sebagai bobot jenis partikel. Bulk
density dapat dibedakan antara:
a. Bulk density untapped (bobot jenis tanpa hentakan)
b. Bulk density tapped (bobot jenis setelah hentakan)

Digunakan alat tap volumeter yang terdiri dari gelas ukur, penahan gelas
ukur, silinder penahan, landasan dan poros (sumbu) penggerak, alat dapat
digerakkan secara mekanis sedemikian rupa dengan hentakan yang dapat dihitung,
alat ini dilengkapi denagn sistem penghitung hentakan, yaitu 25 hentakan dalam
satu menit.
a. Bulk density untapped
Dari sejumlah material yang diketahui beratnya biasanya ditimbang 100
gr, dimasukkan hati-hati ke dalam gelas ukur 200 ml, permukaan serbuk diratakan
dengan pinsel (brush), sehingga volume dapat langsung di baca. Dari berat dan
volume dapat dicari bulk density untapped.
Sebelum pengukuran pulva dikeringkan sampai berat konstan. Di sini
partikel-partikel pulva berada dalam posisi yang teratur dari partiekl-partikel
pulva dapat tercapai pada partikel-partikel isometri. Schutditche ini dapat
memberikan gambaran samapai berapa jauh partikel-partikel yang isometri.
Schuditche ini dapat memberikan gambaran sampai berapa jauh partikel-partikel
pulva masih dapat mengalir dan berorientasi sesamanya.
b. Bulk density tapped
Melalui mekanis penggoyangan atau penghentakan dari material dalam
gelas ukur pada keadaan Schuttvolum adalah mungkin untuk memberikan energi
kepada masing-masing partikel-partikel, dimana energi ini digunakan untuk
mengatasi gaya gesekan antar partikel sehingga dengan demikian terjadilah
keadaan orientasi partikel yang cukup tinggi. Alat yang dapat digunakan adalah
tap volumeter (Stampvolumeter).
Perbandingan antara Stampfdichte dan Schuttdichte dinamakan :
Hausner faktor :
Hf =

Stampfdichte
Schuttdichte

Dalam teknologi farmasi faktor ini sebaiknya mendekati harga 1. Makin


besar HF dari 1 maka sifat pulva makin jelak untuk pencetakan tablet, dan untuk
proses pengisian kapsul. Bila perbedaan antara Schuttdichte dan Stampfdichte

besar, maka akan terjadi variasi terhadap masa tablet yang akan dicetak, ataupun
variasi masa granul.
PENCETAKAN TABLET
Dewasa ini banyak dijumpai adanya mesin-mesin cetak tablet dengan model
yang beraneka ragam mulai dari mesin cetak tablet yang mempergunakan tenaga
mesin cetak secara otomatis untuk menbuat tablet bersalut ganda ataupun tablet
berlapis ganda dengan secara otomatis untuk membuat tablet berlapis ganda
dengan segala jenis bentuk punch dan diesnya. Masing-masing mesin ini berbeda
kapasitas produksinya, tapi dasar kerjanya sama.
Mesin cetak yang menggunakan tangan
Merupakan mesin cetak tablet yang paling kecil dan sederhana yang
didesain sedemikian rupa sehingga operasionalnya dapat dengan mempergunakan
tangan. Prinsip kerja yang dimilikinya sama seperti mesin single punch yang lebih
besar. Mesin cetak tangan ini mampu memberikan hasil yang seragam dengan
penampilan yang baik seperti halnya tablet yang dihasilkan dengan mesin cetak
lainnya. Mesin cetak yang mempergunakan tangan cocok untuk maksud
pembuatan tablet dalam jumlah kecil dan juga untuk tujuan penelitian di pabrikpabrik maupun di laboratorium perguruan tinggi. Mesin cetak ini mempunyai
kemampuan menghasilkan tablet, 50 tablet per menit, diameter maksimum punch
dan dies yang bisa digunakan pada mesin cetak ini adalah 12,7 mm.
Mesin cetak single punch
Prinsip kerja mesin cetak single punch ini sama dengan mesin cetak yang
mempergunakan tangan. Kemampuan mesin ini untuk mencetak tablet dengan
diameter 12,7 mm adalah 60-90 tablet per menit, makin besar diameter tablet yang
akan dicetak semakin berkurang jumlah tablet yang akan dihasilkannya. Hal ini
disebabkan untuk mencetak tablet dengan diameter yang besar yang
membutuhkan tenaga/tekanan lebih besar lagi. Tekanan ini dapat dipenuhi apabila
daya kerja mesin maksimal pada kecepatan rendah.
Mesin cetak rotari
Desain mesin cetak rotari maupun cara operasionalnya sangat berbeda
sekali dengan mesin cetak single punch apalagi dengan mesin cetak yang

menggunakan tangan. Mesin cetak rotari ini dilengkapi dengan meja die yang
bundar yang memiliki beberapa dies di dalamnya disertai satu set punch yang
jumlahnya sesuai dengan dies yang ada pada meja tersebut.
Perbedaan prinsip kerja mesin cetak tablet :
Single punch :
a. Pengaturan tekanan berdasarkan pada kedudukan maksimum bawah punch
atas.
b. Pengaturan tekanan maupun bobot tablet baru dapat dilakukan pada saat mesin
tidak berjalan.
c. Mampu memproduksi 5100/jam diameter 22,23 dan tebal 17,8 mm.
Rotary :
a. Pengaturan tekanan berdasarkan pada kedudukan maksimum bawah punch
bawah.
b. Pengaturan tekanan maupun bobot tablet dapat dilakukan saat mesin
sedang berjalan.
c. Mampu memproduksi 800/menit, diameter 12,7 dengan tebal 17,8-50,8
mm.
Mesin cetak rotary ganda
Disainnya hampir sama dengan mesin cetak rotary yang berganda
sehingga maupun menghasilkan 2 sampai 3 lapisan tablet. Disainnya sedemikian
rupa, dilengkapi banyak hopper tergantung dari jumlah lapisan yang akan dibuat,
misalnya untuk tablet dengan dua lapisan dimana hopper juga dua, hopper
pertama untuk lapisan pertama, hopper kedua berisi granul untuk lapisan kedua.
Pengisian ruang cetak dies dilakukan dua kali. Pertama akan diisi granul dan
hopper pertama kemudian diatasnya diisi oleh granul dari hopper kedua.
Pencetakan hanya satu kali, maka hasilnya akan didapat tablet denagn dua lapis
yang berbeda.
Cara ini dapat digunakan untuk bahan obat yang tidak dicampurkan, dapat
diproses dalam bentuk granul yang berbeda. Mesin cetak ganda ini mempunyai
model, model pertama dengan 39 station untuk ukuran diameter maksimum 15,8
mm, model kedua 47 station dengan diameter maksimum 11,1 mm dengan
kapasitas 1250 dan 500 tablet/menit.

UKURAN TABLET
Farmakope menetapkan ukuran diameter tablet dengan berat yang sesuai
farmakope Indonesia menetapkan bentuk tablet kecuali dinyatakan lain, diameter
tablet tidak boleh melebihi tiga kali dan tidak kurang dari satu sepertiga tebal
tablet. Perbandingan ini ada kaitannya denagn penampilan yang menarik sebagai
hasil perkiraan bobot per tablet sesuai dengan jumlah zat berkhasiat yang
dikandungnya.
Pemeriksaan dilakukan terhadap tablet dengan menggunakan alat
mikrometer atau jangka sorong yang bersifat manual. Lakukan pengukuran
terhadap 20 tablet tersebut catatkan dan ambil rata-ratanya, maka rata-rata tersebut
merupakan ukuran diameter tablet yang dimaksud keseragaman bobot.
Sebenarnya ukuran tablet yang diproduksi tidak hanya tergantung pada
volume dan berat bahan yang diisikan tapi juga tergantung pada garis tengah
cetakan dan tekanan pada bahan yang diisikan waktu ditekan (kompresi).
KESERAGAMAN BOBOT
Tablet yang tidak dilapisi (seperti dengan gula atau salut enterik) harus
memenuhi peraturan berikut ini :
Berat rata-rata ditentukan dengan menimbang dua puluh tablet. Apalagi
tablet tersebut ditimbang satu per satu. Farmakope Indonesia menyatakan bahwa
tidak lebih dari dua tablet mempunyai penyimpangan lebih besar dari kolom A
dan tidak boleh ada satu tablet pun yang mempunyai penyimpangan lebih dari
kolom B yang tertera di dalam Farmakope Indonesia.
USP mempunyai variasi berat standar, dimana tablet resmi harus
disesuaikan. Pengawasan mutu diperlukan selama produksi dan secara periodik
dilakukan pemeriksaan berat tablet, karena akan melibatkan biaya produksi yang
sangat besar apabila pada akhir produksi ternyata menghasilkan tablet yang tidak
memenuhi persyaratan.
KERAPUHAN TABLET
Tidak jarang tablet kompresi menggunakan tekanan kecil dari 3000 dan
lebih besar dari 40.000 pound dalam produksinya. Umumnya semakin besar

tekanan semakin keras tablet yang dihasilkan, walaupun sifat dari granul juga
menentukan kekerasan tablet. Ketahanan tablet terhadap daya getaran dan geseran
juga perlu ditentukan. Sebagai kerapuhan tablet ditandai sebagai massa
keseluruhan partikel, yang berjatuhan dari tablet melalui bahan pengujian
mekanik. Kerapuhan diberikan dalam persen yang ditentukan dari massa tablet
sebelum pengujian.
Sejumlah tester pengukur kekerasan tablet dipakai pada waktu sekarang
ini, untuk mengukur tingkat kekuatan (dalam kg, pound, atau dalam unit yang
berubah-ubah), yang dibutuhkan dalam memecahkan tablet. Dalam bidang
industri kekuatan tekanan minimum yang sesuai untuk tablet adalah sebesar 4 kg.
Penetapan kekerasan tablet ditetapkan waktu berproduksi supaya penyesuaian
tekanan yang dibutuhkan dapat diatur pada peralatannya.
Alat lain untuk menentukan kekerasan tablet ialah dengan memakai
friabilator. Alat ini menetapkan friabilitas tablet (tendensi untuk pecah) dengan
cara melepaskan tablet berputar dan jatuh dalam alat penggulir berputar. Tablet
ditimbang sebelum dan sesudah sejumlah sekian kali putaran maka berat yang
hilang pun dihitung. Ketahanan terhadap kehilangan berat menunjukkan tablet
tersebut untuk bertahan terhadap goresan ringan/kerusakan dalam penanganan,
pengemasan dan pendistribusian.
DESINTEGRASI
Desintegrasi atau dikenal juga dengan waktu hancur tablet, pemeriksaan
dilakukan terhadap 6 tablet (Farmakope Indonesia Edisi II 5 tablet), dengan
menggunakan alat penentu waktu hancur dengan memakai medium air dan suhu
36 sampai 38oC .
Uji hancurnya tablet menentukan apakah tablet dapat hancur dalam waktu
tertentu apabila diletakkan di dalam medium cair pada keadaan percobaan
tertentu. Desintegrasi didefinisikan sebagai keadaan dimana tidak ada sisa-sisa
tablet kecuali pecahan-pecahan bahan penyalut tablet yang tidak larut tertinggal di
atas dawai kasa alat uji.
Peralatan yang digunakan suatu tabung kaca atau plastik panjangnya 80
mm hingga 100 mm, diameter sebelah dalam lebih kurang 28 mm, dan sebelah

luarnya 30-31 mm, bagian bawah dilengkapi dengan kepingan dawai tahan karat
yang memenuhi syarat ayakan lobang 2 mm. Dawai ini dipasangkan sedemikian
rupa sehingga tidak mengubah ukuran diameter tabung.
Tabung ini kemudian dimasukkan ke dalam silinder kaca, yang
berdiameter dalam lebih kurang 45 mm, yang mengandung air bersuhu seperti
disebut di atas, sedalam tidak kurang daripada 15 cm. Tabung ini digantung
sebagian rupa hingga dapat digerakkan ke atas dan ke bawah dengan kedudukan
paling tinggi bagian bawahnya (kawat kasa) tepat di atas permukaan air dan
paling rendah mulut tabung tepat tidak masuk ke dalam air.
Mekanisme hancurnya suatu tablet sudah banyak diteliti orang dan para
peneliti ini telah mencoba untuk menerangkan apa sebenarnya

yang

menyebabkan tablet dapat pecah. Ada beberapa teori yang dikembangkan yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Tablet pecah disebabkan daya pengembangan dari zat penghancur


Tekanan pengembangan
Daya kapilaritas
Panas pembasahan
Daya tolak menolak antar partikel
Karena terbentuknya gas dan lain sebagainya.
Sampai sekarang tidak ada konstitusi umum yang dapat diberikan, apa

sebab sebenarnya suatu tablet dapat hancur. Tetapi suatu hal yang tidak diragukan
lagi adalah bahwa penyerapan air oleh massa tablet adalah langkah awal dari
setiap proses desintegrasi. Proses penyerapan air ini juga penting pada proses
pembuatan pasta atau sediaan-sediaan setengah padat lainnya.
Karena penyerapan cairan adalah suatu hal/parameter yang penting adalah
dalam teknologi farmasi :
Ada beberapa definisi tentang penyerapan cairan :
a. Daya penyerapan cairan suatu substan adalah banyaknya cairan (air) dalam
gram/cm3 yang dapat diperoleh 1 gram substan.
b. Daya penyerapan cairan (bilangan Enslin) adalah banyaknya (air) dalam gram
yang dapat diserap secara maksimum oleh 1 gram substan setelah waktu
maksimum 15 menit. Contoh : = bilangan Enslin substan 4/1,3, ini berarti
baha 1 gram substan setelah waktu 4 menit dapat menyerap air sebanyak 1,3
gram.

PENGUKURAN KEKERASAN TABLET


Pengukuran dilakukan terhadap 10 tablet, petunjuk resmi tentang jumlah
tablet ini masih berbagi ragam, tetapi dengan makin banyak diukur jumlahnya
makin kecil kesalahan yang ditemui. Petunjuk resmi tentang beberapa kekerasan
suatu tablet secara jelas belum ada. Bagaimanapun tbalet yang begitu rapuh akan
rendah mutunya. Kekerasan tablet perlu dinilai untuk menjamin keutuhan
bentuknya

selama

waktu

penyimpanan

dan

proses

pemgemasan

dan

pengangkutannya serta ada kaitannya dengan waktu hancur.


Alat-alat yang digunakan dengan penunjuk angka kekerasan banyak
diperoleh. Antaranya adalah lat uji kekerasan Strong Cobb, Stokes Monsato
dan alat uji kekerasan Erweka. Di dalam praktikum ini digunakan salah satunya
yaitu Stokes - Monsanto yang merupakan kategori alat yang manual.
DISOLUSI TABLET
Disolusi adalah suatu proses dimana bahan padat melarut ke dalam
medium disolusi dan laju disolusinya senyawa padat ditentukan oleh laju difusi
suatu lapisan yang sangat tipis dari larutan jenuh yang terbentuk di sekeliling
bahan padat. Penentuan disolusi dapat dilakukan secara invitro dimana kecepatan
disolusi menurut persamaan Noyes san Whitney, hubungan sbb :
dQ = D A ( Cs C )
dt
h
dQ = kecepatan disolusi
dt
D = koefisien difusi bahan terlarut dalam medium disolusi.
A = luas permukaan efektif
h

= tebal lapisan difusi

Cs = kelarutan bahan aktif dari medium


C

= Konsentrasi bahan terlarut dalam medium disolusi.

Tujuan dan prinsip disolusi secara invitro :


1. Untuk meramalkan kecepatan disolusi suatu obat dalam saluran cerna.
2. Merupakan suatu pegangan dalam pengembangan suatu produk sediaan obat.
3. Untuk mengawasi keseragaman suatu produk sediaan obat dari batch ke batch.

Disolusi merupakan salah satu pendekatan untuk meramalkan ketersediaan


biologis obat dalam tubuh. Prinsip penentuan disolusi bahan aktif sediaan yaitu
dengan menentukan jumlah bahan aktif terlarut pada setiap selang waktu tertentu.
Alat untuk menguji karakteristik disolusi dan sediaan padat kapsul atau
tablet terdiri dari:
1. Motor pengaduk dengan kecepatan yang dapat diubah.
2. Keranjang baja stainless berbentuk silinder atau dayung untuk ditempelkan ke
ujung batang pengaduk.
3. Bejana dari gelas atau bahan inert lainnya dan transparan dengan volume 1000
ml, bertutup sesuai dengan di tengah-tengahnya ada tempat untuk
menempelkan pengaduk dan ada lubang pada tempat masuk pada 3 tempat.
4. Penangas air yang sesuai untuk menjaga temperatur pada media disolusi
(temperatur dipertahankan 37oC 0,5oC).
Satu tablet yang diuji dicelupkan ke dalam bejana atau ditempatkan dalam
keranjang dan pengaduk diputar dengan kecepatan seperti yang ditetapkan dalam
monografi. Pada waktu-waktu tertentu contoh dari media diambil untuk analisis
kimia adri bagian obat yang larut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi disolusi secara invitro :
1. Kecepatan pengadukan
Jika pengadukan cepat maka disolusi cepat. Pengadukan juga mempengaruhi
tebal lapisan difusi. Bila pengadukan cepat maka lapisan difusi kecil sehingga
kecepatan disolusi bertambah.
2. Suhu medium
Jika suhu tinggi, viskositas akan turun sehingga koefisien difusi akan naik.
3. pH medium
Kecepatan disolusi asam lemah akan naik dengan naiknya pH dan kcepatan
disolusi basa lemah akan menurun denagn naiknya pH.
4. Viskositas medium
Viskositas yang besar yang akan memberikan koefisien difusi yang kecil,
sehingga kecepatan disolusi menjadi berkurang.
5. Sifat fisika dan kimia bahan aktif

Sifat hidrofil hidrofob, jika bahan hidrofob terdispersi dalam media disolusi
maka luas permukaan partikel yang kontak dengan medium disolusi menjadi
berkurang.
Ukuran partikel: makin kecil ukuran partikel, luas permukaan besar sehingga
kecepatan disolusi menjadi besar.
Kelarutan: Menurut Noyes dan Whitney, kelarutan bahan aktif berbanding
lurus dengan kecepatan disolusi.
6. Tegangan permukaan
Tegangan permukaan antara bahan obat dengan obat dengan medium disolusi
obat, dengan penambahan surfaktan pada senyawa hidrofob akan menaikkan
kecepatan disolusi. Hal ini karena surfaktan akan menurunkan tegangan
permukaan antara senyawa tersebut dengan medium disolusi menjadi naik,
akibatnya kecepatan disolusi menjadi besar.
7. Faktor formulasi
Bahan pengisi: Granul yang dibuat dengan bahan pengisi yang hidrofil maka
kecepatan disolusi menjadi cepat karena permukaan granul lebih mudah
terbasahi oleh medium disolusi terutama untuk bahan aktif yang bersifat
hidrofob.
Bahan pengikat: Jika bahan pengikat bersifat hidrofob kecepatan disolusi akan
diperlambat sedangkan bahan pengikat yang hidrofil akan mempercepat
kecepatan disolusi tablet.
Bahan penghancur: Adanya bahan penghancur akan memecahkan granul
sehingga kontak bahan aktif dengan medium disolusi menjadi besar dan
kecepatan disolusi menjadi besar.
Ukuran granul: Makin kecil ukuran ganul, kecepatan disolusi semakin besar.
Bahan lubrikan: Umumnya bersifat hidrofob sehingga akan memperlambat
kecepatan disolusi tetapi lubrikan yang mempunyai sifat menurunkan
tegangan permukaan akan mempercepat disolusi.
Bahan pembasah: Surfaktan ditambahkan untuk meningkatkan kelarutan dari
senyawa hidrofob sehingga dapat mempercepat disolusi.
8. Faktor teknik pembuatan

Yaitu prosedur pembuatan dan gaya kompressi tablet. Denagn penambahan


daya kompresi ikat antar partikel maka kecepatan disolusi akan berkurang,
tapi jika dengan bertambahnya daya kompresi menyebabkan berkurangnya
daya ikat antar partikel, maka kecepatan disolusi akan bertambah besar.

BAB III
MONOGRAFI
1. Paracetamol

Rumus bangun:

Nama kimia

: Nasetil4 aminophenol

Sinonim

Paracetamol,

Acetaminophen,

paracetamolum,

hydroxyacetanillida, N-(4-hidroxyphenyl) acetanillida.


Rumus molekul

: C8H9NO2

Bobot molekul

: 151,16

Pemerian

: Hablur atau serbuk hablur, tidak berbau dan rasa pahit.

Kelarutan

: Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol, dalam

13 bagian aseton, dalam 40 bagian gliserol, dalam 9 bagian propilen glikol,


larut dalam larutan alkali hidroksida.
Suhu Lebur

: 169 172oC

Wadah

: Wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya.

Khasiat

: analgetika, antipiretikum.

2. Amilum
Pemerian

: Serbuk sangat halus putih.

Kelarutan

: Praktis tidak larut dengan air dingin dan etanol.

Wadah

: Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat

: Zat tambahan .

Amilum merupakan bahan penghancur yang paling umum dipakai, dapat


digunakan sebagai bahan penghancur dalam intragranular dan sebagai
penghancur luar ekstragranular.
Amilum mempunyai aktivitas sebagai penghancur dengan membentuk
ikatan jembatan hidrogen waktu dikompresi dan segera lepas bila kelembaban
berlebihan.
3. Pasta Amyli

Pemerian

: Warna putih sampai kuning pucat bubuk atau granul

(higroskopik) tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa mucillaginos


(seperti kertas).
Kelarutan

: Larut dalam air (pada semua temperatur), memberikan

larutan jernih, praktis tidak larut dalam pelarut organik.


4. PEG
Pemerian

: Serbuk migroskopik silica dengan ukuran partikel kira-

kira 15 nm, terang, putih kebiruan, tidak berbau, tidak berasa, bentuk amorph.
Sinonim

: Cab-O-sil; colloidal silica; sillicondioksida.

Khasiat

: adsorben

PEG mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menyerap air yaitu 50 %


dari beratnya tanpa kehilangan daya mengalirnya. Penggunaan PEG dalam
tablet mempunyai fungsi ganda, disamping sebagai absorben juga berfungsi
sebagai glidant dan dapat mencegah terjadinya picking.

BAB IV
FARMAKOLOGI
1. Farmakodinamika
Efek analgetik paracetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan
atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Efek antiinflamasi sangat lemah,

oleh karena itu tidak digunakan sebagai anti reumatik. Paracetamol merupakan
penghambat biosintesa prostaglandin yang lemah. Efek iritasi, erosi dan
pendarahan lambung tidak terlihat. Demikian juga gangguan pernafasan dan
gangguan kesetimabangan asam basa. Sebagai analgetik sebaiknya paracetamol
tidak digunakan terlalu lama karena kemungkinan menimbulkan neuropati
analgetik.
2. Farmakokinetika
Paracetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui salauran cerna.
Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan masa paruh
antara 1-3 jam. Obat ini tersebar keseluruh cairan tubuh. Dalam plasma, 25%
paracetamol terikat pada protein plasma. Dimetabolisme oleh enzim mikrosom
hati, sebagian paracetamol (80%) dikonyugasi oleh glukoronat dan sebagian kecil
lainnya adalah dengan asam sulfat. Selain itu juga dapat mengalami hidroksilasi.
Metabolit hasil hiroksilasi ini dapat menimbulkan mathermoglobinemia dan
haemolisis eritrosit. Obat ini disekresi melalui ginjal, sebagian kecil paracetamol
(30%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonyugasi.
3. Indikasi
Di Indonesia, penggunaan paracetamol sebagai analgesik dan antipiretik
telah menggantikan penggunaan salisilat sebagai analgetik. Paracetamol
sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena kemungkinan menimbulkan
neuropati analgetik. Jika dosis besar atau terapi tidak memberi manfaat, biasanya
dosis lebih besar tidak menolong.

4. Efek samping
Reaksi alergi terhadap derivat para amino fenol jarang terjadi.
Manifestasinya berupa eritem dan utikariadan gejala yang lebih berat berupa
demam dan lesi pada mukosa.

BAB V
PROSEDUR PERCOBAAN
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan :
a. Pembuatan granul

Timbangan

Bekerglass

Gelas ukur

lumpang dan stamper

ayakan mesh 12

lemari pengering

paracetamol

amylum

amprotab

pasta CMC

air

b. Aliran serbuk, sudut longsor dan kadar air


-

corong

Stopwatch : untuk mengukur waktu aliran serbuk

Kertas grafik untuk tempat jatuhnya serbuk

Jangka sorong untuk mengukur diameter aliran serbuk dan tinggi


serbuk

Infrared Moisture Balance unutk mengukur kadar air dan granul

c. Bulk density
-

Untuk mengukur bulk density untapped dan bulk density tapped


digunakan tap volumeter yang teriri dari gelas ukur, silinder panah,
landasan dan proses penggerak.

sistem penghitung hentakan

Untuk mengukur bj benar digunakan piknometer dan parafin sebagai


pelarut yang bertekanan permukaan rendah dan tidak melarutkan
granul.

Untuk mengukur ukuran serbuk digunakan ayakan vibrasi yang


memiliki pori ayakan dalam skala : 850, 600, 355, 250, 212, 150, 125,
90, alas.

Granul

d. Mencetak tablet parasetamol


-

Timbangan

Alat penghomogen campuran

Amylum

aerosil

Mesin pencetak tablet

Mikrometer atau jangka sorong untuk mengukur diameter dan tebal


tablet.

Granul

e. Desintegrasi tablet
-

Alat yang digunakan untuk desintegrasi yang terdiri dari tabung kaca
atau plastik panjangnya 80 mm sampai 100 mm diameter sebelah
dalam 28 mm dan sebelah luar 30 31 mm. Bagian bawah dilengkapi
denagn kepingan dawai anti karat yang memenuhi syarat lobang
ayakan 2 mm.

tablet

f. Disolusi tablet
-

Alat disolusi menggunakan dayung

Medium disolusi 1000 ml asam klorida 0,1 N

Air untuk pengenceran, air yang digunakan adalah aquadest.

Gelas ukur

Labu ukur

pipet gondok untuk pengambilan sampel dan pergantian medium

Spektofotometer untuk mengukur absorbannya

Alat untuk mengukur waktu

Cara Kerja
a. Pembuatan Granul
Formula yang direncanakan :
Tablet mengandung :
Paracetamol

200

Amprotab

5%

Amylum

qs

Pengikat
Pasta Amyli

3%

Fase luar
PEG

1%

Amylum

5%

Bobot tablet 300 mg


Alasan pengambilan bahan:
1. Paracetamol
Merupakan zat yang bersifat analgetik dan antipiretik yang sempurna
diserap saluran cerna, pada formula ini tablet mengandung 300 mg dengan
pertimbangan dosis untuk anak-anak.
2. Amylum
Sebagai bahan penghancur tablet, amylum mempunyai sifat tidak larut
dalam air, sehingga mempunyai sifat pengembangan yang baik dalam air.
3. Amprotab
Sebagai penghancur karena sifat mengembangnya jika terkena air
sehingga tablet akan pecah.
4. Pasta Amyli
Sebagai bahan pengikat tablet yang diberikan pasta Amyli akan menjadi
cukup keras.
5. PEG
Digunakan sebagai pelincir memiliki permukaan spesifik yang tinggi dan
terbukti sebagai bahan pengatur aliran. Mengurangi gesekan antar partikel.
Penimbangan bahan
Penimbangan bahan ini untuk 100 tablet:
bobot total adalah 100 x 300 mg = 30.000 mg = 30 g.
1. Paracetamol

= 200 mg x 100 = 20 g

2. Amprotab

= 5% x 30 g

3. PEG

= 1% x 30 g = 0,3 g = 300 mg

4. Amylum

= 5% x 30 g = 1,5 g

= 1,5 g

5. Pasta Amyli

= 3% x 50 ml = 1,5 ml = 1,5 g

6. Amylum qs

= 30 g ( 20 g + 1,5 g + 0,3 g + 1,5 g + 1,5 g )


= 30 g 24,8 g
= 5,2 g

Pembuatan Granul :
1. Siapkan alat dan timbang semua bahan yang diperlukan.
2. Bersihkan lumpang dan stamfer.
3. Lakukan penghalusan paracetamol dalam lumpang

dengan cara

menggerusnya.
4. Buat pasta Na CMC
Timbang Na CMC 3 gram dan ditambahkan air 100 ml air panas, aduk
homogen, panaskan terus sampai terbentuk pasta.
5. Lakukan pembuatan granulasi absah
Ke dalam lumpang masukkan paracetamol, gerus. Tambahkan amprotab,
lalu amylum 5 % gerus hingga homogen setelah itu baru tambahkan Na
CMC sampai terbentuk adonan yang bisa dikepal.
6. Lewatkan pada ayakan mesh no 12 kemudian keringkan.
7. Setelah kering lewatkan lagi pada mesh no 26, timbang.
8. Terakhir tambahkan amylum
( pengeringan dilakukan pada suhu 50 60 0C selama 8 12 jam).

b. Aliran Serbuk, Sudut Longsor dan Kadar Air.


Aliran Serbuk:
1. Timbang serbuk (35 g), masukkan ke dalam corong yang bagian bawahnya
ditutup dengan jari.
2. Pada saat yang bersamaan buka tutup corong dan hidupkan stopwatch.
3. Pada saat serbuk tepat mengalir semuanya, matikan stopwatch.
4. Catat waktu yang dibutuhkan serbuk untuk mengalir

5. Ukur diameter dasar serbuk yang diletakkan di atas kertas grafik yang
ukuran tinggi kerucut dengan jangka sorong.
6. Sudut longsor diukur dengan tan = tinggi tumpukan serbuk
Jari-jari tumpukan serbuk

Penentuan kadar air serbuk:


1. Menggunakan infrared moisture balance.
2. 5 gram serbuk diletakkan pada piring timbangan sebelah kanan dan
timbangan 5 g diletakkan pada piring sebelah kiri, posisi skala adalah nol,
posisi lampu di letakkan pada ketinggian 6 cm maka berarti suhu 105 oC.
3. Hidupkan lampunya dengan demikian perhitungan dimulai.
4. Perhatikan skala kadar air pada alat, kalau serbuk mulai mengering maka
skala kesetimbangn mulai berubah, dengan bantuan knop indikator dapat
digerakkan kembali.
5. Bila indikator kesetimbangan telah berhenti maka serbuk percobaan telah
betul-betul kering dan % air yang hilang dapat dicari.
6. Lakukan ulangan sebanyak tiga kali ulangan
7. Jika berat kering ditimbang kembali maka dapat dihitung kadar air dengan
persamaan :
Kadar air =

W1 W 2
x100%
W1

W1 = berat serbuk awal


W2 = berat serbuk kering

c. Ukuran Partikel dan Bulk Density


Ukuran Partikel:
1. Timbang masing-masing ayakan dalam keadaan kering catat.
2. Ayakan disusun sedemikian rupa dan dipasang pada alat vibrasi yang
tersedia. Ayakan disusun dari yang kecil di bawah dan yang besar di atas
dan ditutup.
3. Timbang serbuk 20 g dan diletakkan di atas ayakan yang paling atas atau
pori yang paling besar.

4. Letakkan ayakan pada alat vibrasi


5. Jalankan percobaan dengan vibrasi selama 10 menit.
6. Timbang kembali masing-masing ayakan sehingga di dapat berat serbuk
masing-masing ayakan yaitu dengan mengurangkan berat kosong dari
ayakan tadi, ini diberikan tanda dibagian simbol a atau siebruekstand.
7. Hitung berat kumulatif dalam % dari masing-masing berat a yang
diperoleh maka simbol b atau ruekstand R%.
8. Percobaan ini dilakukan sebanyak tiga kali sehingga akan diperoleh angka
rata-rata untuk memperhitungkan secara statistik.
Bulk Density:
1. Terlebih dahulu alat tap volumeter dikalibrasi untuk mengetahui berapa
waktu yang dibutuhkan untuk 1250 x hentakan, yaitu dengan cara :
Pasang alat dimana tap volumeter dalam keadaan kosong.
Hitung jumlah hentakan dalam 1 menit.
2. Timbang granul (34g), masukkan ke dalam gelas ukur dan permukaan atas
serbuk diratakan sehingga volumenya dapat dibaca (V 1) dengan demikian
BJ murni dapat ditentukan (Do).
3. Gelas ukur dijalankan dan akan terjadi hentakan, buat hentakan sebanyak
1250 kali dan baca volume serbuk (A) kemudian dilakukan penghentakan
kedua kalinya sebanyak 1250 kali dan baca volume serbuk (B). Bila selisih
pembacaan A dan B tidak melebihi 2 cm 2 maka adalah volume mampat
(Vt) maka dengan demikian BJ mampat dapat dihitung (Dt).
4. Bandingkan BJ murni dan BJ mampat, Fakto Hausner, kompresibilitas dan
porositasnya.
Dengan rumus : K D

Dt D0
x100%
Dt

d. Pembuatan Tablet
Mencetak tablet Paracetamol 300 mg:
1. Timbang jumlah granul kering.
2. Tambahkan bahan penghancur luar dan pelincir dengan jumlah yang sesuai
kemudian campur dan aduk dengan alat pencampur.

3. Timbang 300 mg granul dan masukkan ke dalam corong, jalankan maesi


dan pencetakan tablet dimulai, tablet yang jadi ditampung dalam wadah.
4. Buatlah tablet sebanyak yang telah diperhitungkan.
5. Kemudian lakukan evaluasi selanjutnya.
6. Besar ukuran tablet disesuaikan dengan bobot tablet yang diinginkan
sehingga diameter tablet tidak melebihi dari 3 kali dan tidak kurang dari 1
1/3 tebalnya.
Ukuran tablet:
1. Pemeriksaan dilakukan terhadap 10 tablet dengan menggunakan
mikrometer atau jangka sorong yang bersifat manual.
2. Lakukan pengukuran terhadap 10 tablet tersebut/ambil rata-ratanya maka
rata-rata tersebut merupakan ukuran tablet yang sebenarnya.
Keseragaman bobot
Berat rata-rata ditentukan dengan menimbang 20 tablet masing-masing,
dengan penimbangan dapat dihitung karena besarnya standar deviasi dengan

X
menggunakan cara berikut: S

X2
n 1

1/ 2

S = standar deviasi
X1 = berat tablet dalam gram
X2 = kuadrat deviasi
Kerapuhan Tablet:
1. Percobaan dilakukan terhadap 20 tablet, dimana tablet dibersihkan dari
debu kemudian ditimbang (W1).
2. Lakukan pemutaran alat friabiliator selama 4 menit, setelah itu bersihkan
dari debu, kemudian timbang W2.
3. Maka kerapuhan tablet dapat ditentukan, dimana kehilangan yang
dibolehkan adalah kurang dari 0,8 dari berat asal tablet.
Kekerasan tablet:

1. Percobaan dilakukan terhadap 6 tablet dengan menggunakan alat


hardnesstester
2. Letakkan tablet pada alat
3. Putar skrup pada alat sampel tablet pecah
4. baca skalanya.
e. Desintegrasi
1. Isi bejana dengan aquadest yang jumlahnya sedemikian rupa sehingga
pada saat keranjang turun permukaannya tidsk tenggelam dalam cairan dan
pada saat naik permukaan bawah tidak melebihi permukaan cairan.
2. Atur suhu larutan 370C 20C
3. Isi tablet 3 buah kedalm tabung.
4. Catat suhu saat tablet telah melewati saringan pada tabung.
5. Percobaan dilakukan lima kali dengan setiap kali pengulangan cairan yang
digunakan selalu diganti dengan yang baru sebanyak cairan yang
dikeluarkan.
f. Disolusi Tablet
1. Buat medium disolusi yaitu HCl 0,1N 1000 ml sebanyak dua buah. Satu
untuk medium disolusi dan satu lagi untuk menambah medium setelah
pengambilan waktu tertentu.
2. Medium dipanaskan dalam termostat hingga suhu larutan 370C
3. Tablet diletakkan di dasar medium disolusi dan diatasnya terdapat dayung
yang berbentuk pedal yang berputar
4. Pada waktu 5, 10 , 15, 30, 45, 90 menit ambil 5ml larutan masukkan
kelabu ukur 25ml tambahkan medium disolusi dengan jumlah yang sama
sehingga volume tetap.
5. Setiap pengambilan sampel lakukan pengeceran HCl

5ml larutan

diencerkan dengan HCl hingga 25 ml kemudian ambil 5 ml dan encerkan


dengan HCl hingga 25ml.
6. buat kurva kalibrasi dengan mengukur serapan HCl dengan konsentrasi
(dalam mg/ml) 2, 4, 6, 8, 10 pada perpanjangan gelombang 243 nm.

7. Ukur serapan masing-masing larutan pada panjang gelombang 243 nm.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.

Komposisi tablet

terdiri dari zat aktif, bahan

pengisi, bahan pengikat, pelincir, zat penahan lembab serta zat


pengabsorbsi dan anti bahan peledak.
2. Cara pembuatan tablet ada beberaap cara, antara lain dengan cara cetak
langsung , granulasi basah, granulasi kering, cara-cara khusus serta
granulasi dasar.
3. Evaluasi tablet meliputi : evaluasi bahan baku, evaluasi granul, evaluasi
dalam proses serta evaluasi tablet jadi.

4. Ketebalan dan diameter tablet menurut Farmakope Indonesia III adalah


tidak lebih dari tiga kali atau tidak kurang dari satu sepertiga diameter
tablet.
5. Untuk desintegrasi tablet tak bersalut pada farmakope Indonesia III adalah
lima menit.
6. Friabilitas tablet yang diizinkan adalah : 0,5 1%.
7. Disolusi tablet menurut Farmakope Indonesia III adalah dalam waktu 90
menit harus larut dan tidak kurang dari 50% paracetamol dari jumlah yang
tertera pada etiket.
8. Sudut longsor untuk granul yang dibuat secara granulasi basah adalah
kurang dari 30o.
9. Kompresibilitas yang dibuat secara granulasi basah yang bagus adalah 5
15 % dan porositasnya adalah 2 10 %.
Saran
Untuk praktikan selanjutnya diharapkan praktikan agar :
1. Melakukan penimbangan dengan hati-hati sehingga di dapat hasil yang
akurat.
2. Pada saat pengeringan granul jangan terlalu lama diletakkan dalam lemari
pengering.
3. Pada penambahan bahan pengikat, agar teliti melihat kondisi granul,
sehingga bisa di dapat hasil yang diinginkan.
4. Lebih hati-hati dalam pembacaan skala pada alat misalnya pada penetapan
kadar air, pengamatan yang menggunakan jangka sorong.

DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN

................................................

....
2. TEORI

................................................

....
3. FARMAKOLOGI

DAN
....................................................

4. ALAT DAN BAHAN


....................................................
5. CARA KERJA
....................................................

MONOGRAFI

6. HASIL DAN PEMBAHASAN


....................................................
7. KESIMPULAN DAN SARAN
....................................................

Anda mungkin juga menyukai